Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan
adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan
selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, S, 2010).
Ketuban pecah dini / Early Premature Rupture Of membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan multipara kurang dari 5 cm
Sedangkan menurut Yulaikhah (2012), ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar
persalinan premature dengan segala akibatnya.

B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dindiing ketuban paling bawah
endapatkan tekanan yang semakin tinggi.
2. Hidromnion (cairan ketuban berlebih >2000 cc)
3. Riwayat KPD sebelumya sebanyak 2 kali atau lebih
4. Kelainan letak janin yaitu sungsang
5. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
6. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses embriogenesis
sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah
10 x lebih besar
8. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
9. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketubandalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,misalnya
aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Achadiat (2015) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1. Keluar air ketuban warna keruh, ,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banhyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
6. Buyi jantung bisa tetap normal

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme ktuban pecah dini (KPD) menurut Manuaba (2010) yaitu diawali
dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks,
maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air
ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolitik dan kolegenase.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum
gejala pada ibu dirasakan.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk KPD adalah :
1. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas lakmus
cairan amnion memiliki PH 7,1 – 7, 3 hingga akan memberikan warna biru pada
kertas lakmus.
2. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion membentuk seperti daun
pakis atau paku- pakuan.
3. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi
4. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi, ukuran janin,
gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).

G. PENANGANAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotika bila ketuban pecah lebih dari 6 jam.
c. Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolotik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
g. Pada usia 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin,
dosis betamethasone 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor pelvik >
5, induksi persalinan, partus pervaginam.

H. PENATALAKSANAAN

KETUBAN PECAH
< 37 Minggu >37 Minggu
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
Amoksisilin + Lahirkan bayi
Berikan penisilin, Berikan penisilin,
eritromisin untuk 7
gentamisin dan gentamisin dan
hari
Metronidazole metronidasole
Steroid untuk Berikan penisilin dan
lahirkan bayi lahirkan bayi
pematangan paru ampisilin.
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi
Lanjutkan untuk 24 –
Stop antibiotic 48 jam setelah bebas Tidak perlu antibiotik
panas.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum dan tanda vital
d. Riwayat obstetric
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lender
atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairanatau
tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis
atau tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau
tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan
teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri
tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada
genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan kontraksi uterus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam diharapkan
nyeri berkurang
Kriteria Hasil
- Ekspresi wajah klien rileks
- Skala nyeri 2
- Rr : 16 – 24x/ menit
- Klien dapat melakukan relaksasi / distraksi nyeri
Intervensi
a. Pantau tanda vital klien (RR)
R: ambang nyeri yang meningkat diiringi dengan peningkatan respirasi
rate
b. Kaji karakteristik nyeri verbal dan non verbal
R : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan menentukam intervensi nyeri
selanjutnya
c. Berikan posisi nyaman
R : meningkatkan relaksasi klien, member rasa nyaman
d. Hitung frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi uterus
R : memantau persalinan dan memberikan informasi untuk klien
e. Ajarkan dan bantu melakukan teknik relaksasi dan distraksi
R : dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral
f. Anjurkan klien berkemih tiap 1 – 2 jam
R : mempertahankan kandung kemih bebeas ditensi yang dapat
menyebabkna ketidaknyamanan

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan tentang


proses persalinan
Tujuan : setelelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam diharapkan ansietas
berkurang
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan ansietas berkurang
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi / distraksi
- Wajah klien tampak rileks
- Kooperatif dalam setiap tindakan
- TD : 120/ 80 mmhg

Intervensi :

a. Kaji tingkat ansietas melalui isyarat verbal dan non verbal


R : mengidentifikasi tingkat ansietas dan intervensi tindakan yang perlu
silakukan selanjtnya.
b. Berikan dukungan intrapartal secara kontinyu, yakinkan bahwa klien
selalu didampingi
R : membantu menurunkan ketegangan klien
c. Anjurkan relaksasi nafas dalam/ distraksi
R : membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan koping klien
d. Bimbing klien berdoa
R : meningkatkan keyakinan klien dalam menghadapi prosedur persalinan
e. Pantau tekanan darah klien
R : stress dapat meningkatkan TD
f. Pantau pola kontraktilitas uterus, laporkan disfungsi persalinan
R : pola kontraksi hipertonik/ hiponik dapat terjadi bila stress menetap
dan memperpanjang pelepasan katekolamin.
g. Anjurkan klien mengungkapkan kecemasannya
R :stress, ansiatas dan rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses
persalinan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan ekstrauteri


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
klien tidak mengalami infeksi
KH :
- Bebas tanda infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)
- Suhu tubuh normal (363oC – 375 0C )
- Kadar leokosit normal (4,5 – 11 ribu/dl)
- Cairan amnion jernih, hamper tidak berwarna dan berbau
Intervensi
a. Pantau tanda – tanda vital klien
R : peningkatan suhu tubuh mengindikassikan terjadinya infeksi
b. Kaji gejala infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)
R : pembesaran/ pmbengkakan, panas, nyeri, kemerahan dan kelainan
fungsi jaringan adalah indikasi dari terjadinnya infeksi
c. Pantau gambaran dan karakteristik dari cairan amniotic
R : pada infeksi, cairan amnion lebih kental dan kuning pekat dengan bau
yang tidak sedap
d. Gunakan teknik aseptic selama melakukan pemeriksaan vagina / tindakan
keperawatan
R : mencegah terjadinya infeksi silang
e. Kolaborasi dalam pemantauan kadar leokosit klie
R : meningkatnya sel leokosit mengindikasikan terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, 2015, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
EGC.
Herdman, Heather T. 2010. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI.
Yulaikhah, 2010. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall.

Banjarmasin, Agustus 2019

Ners Muda,
(Magfirah, S.Kep)

Preseptor Akademik,

(Yuliani Budiyarti, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat )

Anda mungkin juga menyukai