Anda di halaman 1dari 15

1.

Cara Menciptakan dan Mempertahankan Competitive Advantage


Keunggulan Kompetitif sebagai kunci untuk memenangkan dan mempertahankan
pelanggan di seluruh area bahkan kalau bisa seluruh dunia. Keunggulan
kompetitif memahami kebutuhan – kebutuhan (needs) dari pelanggan dan merupakan proses
pembelian yang lebih baik dari pelanggan dan memberikan value yang lebih besar melalui
harga yang lebuh rendah atau memberikan keuntungan (benefit) yang lain.
Ketika suatu perusahaan menopang keuntungan yang melebihi rata-rata industri,
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif atas pesaingnya.Tujuan dari banyak
strategi bisnis adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Michael Porter mengidentifikasi dua jenis dasar keunggulan kompetitif:
a. keuntungan biaya
b. diferensiasi keunggulan
Sebuah keunggulan kompetitif ada ketika perusahaan dapat memberikan manfaat
yang sama sebagai kompetitor tetapi dengan biaya yang lebih rendah (keunggulan biaya),
atau memberikan manfaat yang melebihi orang-orang produk yang bersaing (keunggulan
diferensiasi). Dengan demikian, keunggulan kompetitif memungkinkan perusahaan untuk
menciptakan nilai yang superior bagi pelanggan dan keuntungan superior untuk dirinya
sendiri.
Biaya dan diferensiasi keuntungan yang dikenal sebagai keuntungan posisionalkarena
mereka menggambarkan posisi perusahaan di industri sebagai pemimpin baik dalam biaya
atau diferensiasi.
Sebuah pandangan berbasis sumber daya menekankan bahwa perusahaan
memanfaatkan sumber daya dan kemampuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang
pada akhirnya menghasilkan penciptaan nilai unggul.
Model Keunggulan Kompetitive

a. Sumber daya dan Kapabilitas


Menurut pandangan berbasis sumber daya, dalam rangka untuk mengembangkan
keunggulan kompetitif perusahaan harus memiliki sumber daya dan kemampuan yang unggul
daripada pesaingnya. Tanpa keunggulan ini, para pesaing hanya bisa meniru apa yang
perusahaan lakukan dan keuntungan apapun dengan cepat akan menghilang.
Sumber daya perusahaan spesifik aset berguna untuk menciptakan keunggulan biaya atau
diferensiasi dan bahwa beberapa pesaing bisa mendapatkan dengan mudah. Berikut ini adalah
beberapa contoh sumber daya seperti:
1. Paten dan merek dagang
2. Proprietary tahu-bagaimana
3. Dipasang basis pelanggan
4. Reputasi perusahaan
5. Ekuitas merek
Kemampuan merujuk kepada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan sumber
daya secara efektif.Sebuah contoh dari kemampuan adalah kemampuan untuk membawa
produk ke pasar lebih cepat daripada pesaing.Kemampuan seperti yang tertanam dalam
rutinitas organisasi dan tidak mudah didokumentasikan sebagai prosedur dan dengan
demikian sulit bagi pesaing untuk meniru. Sumber daya dan kemampuan perusahaan
bersama-sama membentuk kompetensiyang khas. Kompetensi ini memungkinkan inovasi,
efisiensi, kualitas, dan respon pelanggan, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan keunggulan biaya atau keunggulan diferensiasi.
2
b. Biaya Keuntungan dan Keunggulan Diferensiasi
Keunggulan kompetitif dibuat dengan menggunakan sumber daya dan kemampuan
untuk mencapai baik struktur biaya yang lebih rendah atau produk dibedakan.Sebuah
perusahaan memposisikan dirinya dalam industri melalui pilihan dari biaya rendah atau
diferensiasi.Keputusan ini merupakan komponen utama dari strategi bersaing perusahaan.
Keputusan lain yang penting adalah seberapa luas atau sempit segmen pasar target.
Porter membentuk matriks menggunakan keunggulan biaya, keunggulan diferensiasi, dan
fokus yang luas atau sempit untuk mengidentifikasi seperangkatstrategi generik bahwa
perusahaan dapat mengejar untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif.
c. Penciptaan Nilai
Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan serangkaian kegiatan yang Porter
diidentifikasi sebagai rantai nilai .Selain perusahaan sendiri nilai-menciptakan kegiatan,
perusahaan beroperasi di sistem nilai kegiatan vertikal termasuk orang-orang dari pemasok
hulu dan anggota saluran hilir.
Untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan harus melakukan satu atau lebih
nilai menciptakan kegiatan dengan cara yang menciptakan nilai lebih secara keseluruhan
daripada pesaing. Nilai unggul diciptakan melalui biaya yang lebih rendah atau manfaat yang
superior kepada konsumen (diferensiasi).
Mempertahankan keunggulan kompetitif

a. Menciptakan “parit ekonomi”.


Manfaatkan kebijakan pembatasan memasuki pasar untuk menghalangi kompetitor
beroperasi di pasar yang sama. Dalam beberapa kasus, kemampuan perusahaan dalam
memanipulasi batasan untuk memasuki dan bersaing dalam pasar menjadi sarana yang efektif
untuk melawan kompetisi baru, membentengi bisnis dan mempertahankan potensi
keuntungan yang dapat diramalkan.Misalnya, mungkin Anda memiliki restoran Thailand di
mal. Ini dapat menyediakan parit ekonomi karena kemungkinan mal tidak akan membuka
beberapa restoran Thailand sekaligus dalam area yang sama. Ini mencegah bisnis lain
bersaing dengan Anda.
6. Pertahankan posisi Anda
Setelah mendapatkan keunggulan bisnis, kerja Anda masih jauh dari selesai.Untuk
menggapai kesuksesan, Anda harus terus mempertahankan keunggulan kompetitif melalui
penetapan harga, fitur produk, dan pemasaran.Misalnya, jika Anda memiliki perusahaan
teknologi, Anda harus terus merancang produk baru yang lebih cepat, lebih murah, dan

3
memiliki fungsionalitas lebih. Bagaimanapun juga kompetitor Anda tidak akan duduk diam
dan membiarkan Anda mencuri pasar mereka.
7. Ramalkan tren masa depan di industri Anda
Cara yang tepat untuk meramalkan tren adalah bergabung dengan asosiasi profesional
setempat yang menawarkan pembicara dengan keahlian di bidang Anda serta konferensi
tahunan. Anda akan mendapatkan gambaran dan melihat apa yang dilakukan kompetitor
dalam industri Anda.
8. Pelajari dan awasi kompetitor Anda secara konstan
Carilah pembaruan di situs web mereka, masuklah ke milis mereka, saksikan
peluncuran produk baru dan awasi perubahan harga mereka.
9. Beradaptasilah dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan
Mintalah pendapat pelanggan secara teratur dengan survei daring dan dewan
penasihat pelanggan.Tenaga pemasaran Anda harus memberi informasi terbaru dengan
umpan balik yang mereka dengar dari pelanggan dan calon pelanggan.
2. Value Chain Analysis
Value Chain atau rantai nilai adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam sebuah
perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan dan
support produk. Konsep rantai nilai pertama kali dikenalkan dan dipopulerkan oleh Michael
E. Porter pada tahun 1985 dalam bukunya.
Rantai nilai terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung.Dalam rantai nilai
yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan, pengelolaan sumber
daya manusia, pengembangan teknologi dan usaha memperolehnya. Sedangkan dalam
aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan
serta pelayanan, seperti tertera pada gambar berikut:

4
Gambar. 1. The Generic Value Chain
a. Aktivitas Utama (Primary Activities)
Logistik Masuk (Inbound Logistics), adalah aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan
dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan baku, seperti penanganan
bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada
supplier.
1. Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input
atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan,
perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang lainnya yang
berkaitan dengan prose operasi atau produksi.
2. Logistik Keluar (Outbound Logistics), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan
pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti pergudangan
produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses pemesanan dan
penjadwalan.
3. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam membujuk
atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi, tenaga penjual,
quota dan harga.
4. Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan layanan
untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan,
pelatihan dan penambahan produk.

5
Masing masing kegiatan/aktivitas mungkin sangat penting, tergantung pada
industrinya.Untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi sesuatu
yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut.
b. Aktivitas Pendukung (Support Activities)
Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan:
1. Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah,
persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-mesin,
perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.
2. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke
dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat
penting untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri.
3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan
rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM.
4. Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas
termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan manajemen
kualitas.
Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang
pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan tersebut:
1. Langsung (direct), aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai kepada
pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain sebagainya.
2. Tidak langsung (indirect), aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan
langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan, administrasi
penelitian dan lain sebagainya
3. Jaminan kualitas (Quality Assurance), adalah aktivitas yang menjamin kualitas dari
aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain sebagainya.

Berikut adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh perusahaan untuk mendapatkan
Keuntungan (Cost Advantages):

a. Mengidentifikasi kegiatan utama dan dukungan perusahaan. Semua kegiatan


(menerima dan menyimpan bahan-bahan untuk pemasaran, penjualan dan dukungan
purna jual) yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa harus diidentifikasi
secara jelas dan terpisah satu sama lain. Ini membutuhkan pengetahuan yang memadai

6
tentang operasi perusahaan karena kegiatan rantai nilai tidak diatur dalam cara yang
sama seperti perusahaan itu sendiri.
b. Menetapkan kepentingan relatif dari setiap kegiatan dalam total biaya produk. Total
biaya produksi suatu produk atau jasa harus dipecah dan ditugaskan untuk setiap
kegiatan.
c. Mengidentifikasi biaya -biaya untuk setiap kegiatan.
d. Mengidentifikasi hubungan antara kegiatan. Pengurangan biaya dalam satu kegiatan
dapat menyebabkan pengurangan biaya lebih lanjut dalam kegiatan berikutnya.
Misalnya, lebih sedikit komponen dalam desain produk dapat menyebabkan bagian
yang rusak kurang dan biaya jasa lebih rendah.
e. Mengidentifikasi peluang untuk mengurangi biaya.

Berikut langkah jika Value Chain Analysis yang dilakukan oleh perusahaan dengan
mengandalkan diferensiasi produk/jasa.Hal ini dikarenakan fitur yang lebih banyak dan
pelanggan lebih puas dengan produk/jasa yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka
sehingga tingkat peminat lebih tinggi.

a. Mengidentifikasi kegiatan penciptaan nilai pelanggan. Setelah mengidentifikasi


semua kegiatan, manajer harus fokus pada kegiatan-kegiatan yang paling
berkontribusi untuk menciptakan nilai pelanggan.
b. Mengevaluasi strategi diferensiasi untuk meningkatkan nilai pelanggan. Manajer
dapat menggunakan strategi berikut untuk meningkatkan diferensiasi produk dan nilai
pelanggan :
1. Menambahkan fitur produk yang lebih;
2. Fokus pada layanan pelanggan dan responsif;
3. Meningkatkan kustomisasi;
4. Menawarkan produk komplementer.
c. Mengidentifikasi diferensiasi terbaik yang berkelanjutan. Biasanya, keunggulan
diferensiasi dan nilai pelanggan akan menjadi hasil dari banyak kegiatan yang saling
terkait dan strategi yang digunakan. Kombinasi terbaik dari mereka harus digunakan
untuk mengejar keuntungan diferensiasi yang berkelanjutan.

7
3. Just In Time Manufacturing and Purchasing Serta Pengaruhnya Terhadap Sistem
Manajemen Biaya
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang
pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. JIT mempunyai empat aspek pokok
sebagai berikut:
a. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
b. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
c. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan
fluktuasi permintaan.
d. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:
a. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)
b. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
c. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
d. Zero Handling (tidak ada penanganan)
e. Zero Queues (tidak ada antrian)
f. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
g. Zero Lead Time (tidak ada lead time)
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu dibutuhkan
pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses langsung dengan dan
dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran
material yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat
produksi yang saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian pengiriman.
Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan target yang haru diselidiki dan
dieliminasi.
b. Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi
diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu
beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu setup
8
yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi
3-7 menit. Ini membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil,
yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi
perubahan permintaan konsumen.
c. Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat besar
dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem JIT kita
ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan. Untuk itu
perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor untuk
mendapatkan kondisi seperti ini.
d. Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat, baik itu
yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi, teknis kontrol
statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses sedang memproses
komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli, vendor diminta
untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan telah diproduksi dalam
sistem produksi yang diawasi secara satistik. Perusahaan kan selalu memiliki program
sertifikasi vendor untuk menjamin terlaksananya hal ini.
e. Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi
tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang yang
dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu, order
produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan
performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk persediaan yang
rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini
membuat waktu awal pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga
berarti, kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer
produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga agar mesin
dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat penyesuaian-penyesuaian yang
dibutuhkan agar berhasil menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil
mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang besar.
1. Penerapan JIT dalam berbagai bidang fungsional perusahaan
a. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan.Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:
9
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
b. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya
atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu
dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
10
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga
kerja dan overhead pabrik secara individual
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
c. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang
ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT
mempunyai dampak pada:
a. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
b. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
c. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
d. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
e. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
1. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan
hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan
JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)
2. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama
untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas
jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

11
JIT TRADISIONAL
Sistem Pull-through Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi
Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)
Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa

3. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT


Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan
pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus
secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel
untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.
5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
a. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang
b. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka
penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan
penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT,

12
keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial.
Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan
misalnya: penetapan harga jual berdasar cost-plus, analisis trend biaya, analisis profitabilitas
lini produk, perbandingan dengan biaya para pesaing, dan keputusan membeli atau membuat
sendiri.
7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya
dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat
kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan.
Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
d. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena
adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan
nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu
menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada
penyederhanaan.
e. JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi
dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk
mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan
untuk :
a. menaikkan kapasitas produksi,
b. menaikkan efisiensi,
c. meningkatkan mutu dan pelayanan,
d. menurukan waktu pengolahan,
e. meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk
secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel
pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam
lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
13
f. Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan
membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan
menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
b. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
c. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
a. Perubahan Akuntansi Bahan
b. Perubahan Akuntansi Biaya Konversi

14
DAFTAR PUSTAKA

Hansen.Mowen. Akuntansi Manajerial Edisi 8 Buku 2 Jakarta: Salemba Empat

Binus University. 2017. Value Chain Analysis. https://sis.binus.ac.id/2017/04/20/value-chain-


analysis/(di akses 9 April 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai