Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

1. Eluihza Putrri N (1720028)


2. Evi Kurnia H (1720032)
3. Diana Wahyu (1720034)
4. Himayatus S (1720036)
5. Kris Mawati M (1720038)
6. Lidi Ayu Lestari (1720040)
7. Melania Kurnia Wati (1720046)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Isolasi Sosial : Menarik Diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari


interaksi dan hubungan dengan orang lain. Isolasi social adalah
keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yusuf, Fitriyasari
& Nihayati, 2015)

Isolasi social adalah pengalaman kesendirian seorang individu


yang diterima sebagai perlakuan dari oranglain serta sebagai kondisi
yang negative atau mengancam. Isolasi social adalah individu yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam isolasi sosial memerlukan penerapan terapi psikososial,


Menurut (Martin, 2010) bahwa penerapan terapi psikososial dengan
perilaku kognitif dapat merubah pola pikir yang negatif menjadi positif
sehingga perilaku yang maladaptif yang timbul akibat pola pikir yang
salah juga akan berubah menjadi perilaku yang adaptif, sehingga pada
akhirnya diharapkan individu dengan masalah isolasi sosial memiliki
peningkatan kemampuan untuk melakukan interaksi sosial dan
bereaksi secara adaptif dalam menghadapi masalah atau situasi yang
sulit dalam setiap fase hidupnya.
Pattern Of Inefective Coping Lack Of Stressor
Parenting (Koping Individu Development Internal and
(Pola Asuh Tidak Efektif) Task Ekternal
Keluarga) (Gangguan (Sterss Internal
Tugas dan Eksternal
Perkembangan
Misal : pada Misal : saat Misal : Misal : stres
anak yang individu kegagalan terjadi akibat
kelahirannya menghadapi menjalin ansietas yang
tidak di kegagalan hubungan berkepanjangan
kehendaki menyalahkan intim dengan dan terjadi
akibat orang lain, sesama jenis bersamaan
kegagalan ketidakberdayaan, atau lawan dengan
KB, hamil tidak mampu jenis, tidak keterbatasan
diluar ikah, menghadapi mampu kemampuan
jenis kelamin kenyataan dan mandiri dan untuk
yang tidak menarik diri dari menyelesaikan mengatasinnya.
diinginkan, lingkungannya, tugas, bekerja, Ansietas terjadi
bentuk fisik tidak mampu bergaul, akibat
yang kurang menerima sekolah, perpisahan
menawan realistas menyebabkan
menyebabkan ketergantungan
keluarga pada orang tua
mengeluarkan
komentar
negatif,
merendahkan,
menyalahkan
anak
2. Rentang Respon Hubungan Sosial

3. Etiologi
Menurut Damaiyanti & Iskandar(2012), belum ada suatu
kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Namun, factor yang
mungkin mempengaruhi antara lain :
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dankehangatan
dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidakaman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupunlingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
2. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakanfaktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat jugadisebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satukeluarga, seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungansosial.
3. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkanterjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
Organ tubuh yang jelasmempengaruhi adalah otak. Insiden
tertinggi skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubunganseperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepiankarena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit
atau dipenjara.
4. Tanda dan Gejala
Gejala subjektif:
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain.
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat.
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan
orang lain.
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan.
7. Klien merasa tidak berguna.
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya.
9. Klien merasa ditolak.

Gejala objektif:

1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.


2. Klien tidak mau mengikuti kegiatan.
3. Klien banyak berdiam diri di kamar.
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang terdekat.
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar, dan dangkal.
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan.
11. Mengisolasi diri.
12. Kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13. Asupan makanan dan minuman terganggu.
14. Retensi urin dan feses.
15. Aktivitas menurun.
16. Kurang energi.
17. Rendah diri.
18. Postur tu buh berubah, misalnya sikap fetus/janin.

III. A. POHON MASALAH

Perubahan
Sensori/ Halusinasi
(Akibat)

Isolasi sosial: menarik diri


(Masalah utama)

Gangguan konsep diri


Harga diri rendah
(Penyebab)

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DI KAJI


1. Masalah keperawatan yang di angkat berdasarkan pohon masalah
a. Perubahan sensori halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Gangguan konsep diri; harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
DS:
1. Klien mengatakan malu dan malas berinteraksi dengan orang lain
2. Klien merasa malu karena tidak mempunyai pekerjaan dan
penghasilan sendiri
3. Klien memilih memendam masalahnya sendiri
DO:
1. Klien tampak lemah dan tidak bersemangat
2. Kontak mata kurang
3. Klien lebih sering menyendiri dan jarang mengikuti kegiatan
diruangan
4. Klien tampak lebih suka di dalam kamar
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan
orang lain.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 1 ISOLASI SOSIAL)

NamaPerawat : PerawatK
NamaPasien : Ny. X
Hari/ Tanggal : Rabu, 01 Mei 2019
Pertemuan Ke :1
SP : 1 Isolasi Sosial

Rabu, 01 Mei 2019

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
Data subjektif :
1. Klien mengatakan malas dan malu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
1. Klien tampak menyendiri.
2. Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
3. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
4. Kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

2. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya


b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan
orang lain
e. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan teknik salam terapeutik


b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
c. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
d. Mengajarkan klien untuk berinteraksi dengan cara berkenalan dengan
orang lain
e. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain ke jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan

A. Orientasi

“Selamat pagi ibu X”

“Perkenalkan saya Perawat Krismawati dari STIKES HANG TUAH


SURABAYA, sukanya di panggil krisma bu”

“Ibu X bagaimana perasaannya hari ini?”

“Senang ya bisa berkenalan dengan ibu X pagi hari ini, bagaimana kalau
kita berbincang-bincang bu supaya semakin akrab bu, iya ibu selain
membuat kita akrab supaya ibu juga tau bagaimana kerugian dan
keuntungan berinteraksi dengan orang lain, hehehe iya ibu”

“Kira-kira berapa lama ibu X punya waktu untuk berbincang-bincang


dengan saya?”
“Wah bagaimana kalau 20 menit saja bu?”

“Ibu X ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di taman


saja bu? Baiklah bu”

“Ibu, kita berbincang-bincang agar kita dapat saling mengenal sekaligus


agar ibu dapat mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan
keuntungan berinteraksi dengan orang lain”

B. Fase Kerja

“Ibu, kalau boleh tau ibu paling dekat dengan siapa? Oh dengan Ibu W ya
ibu, menurut ibu jika ibu berinteraksi dengan ibu W bagaiamana perasaan
ibu? Wah senang ya ibu. Oh iya bu menurut ibu apakah keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain? Oh jadi ibu tidak tahu ya, baiklah bu saya akan jelaskan bagaimana
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain. Jadi kerugiannya ibu akan merasa sendiri, kesepian, tidak
ada yang menolong, tidak ada yang peduli, kalau keuntungannya ibu akan
memiliki banyak teman bu, tidak merasa sendiri, banyak yang akan peduli
dan mau menolong ibu, saling bercerita sehingga ibu tidak bosan. Sekarang
saya akan mengajarkan ibu cara untuk berkenalan dengan benar. Baguss..
ibu dapat mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Oh iya bu bagaimana
kalau berbincang-bincang dengan orang lain ibu masukkan dalam jadwal
kegiatan harian ibu? Wah bagus bu”

C. Fase Terminasi

1. Evaluasi

a. Evaluasi Subjektif

”Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”

b. Evaluasi Objektif
“Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi, coba ibu ceritakan kembali
pada saya apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain? Wah bagus, betul sekalii ibu”

2. Tindak Lanjut

“Ibu, tadi kan saya sudah menjelaskan keuntungan berinteraksi dengan


orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan cara
berkenalan dengan benar. Saya harap ibu dapat mempraktekkannya
dengan orang lain ya bu untuk berinteraksi? Iya bu saya harap seperti itu”

3. Kontrak Yang Akan Datang

“Baiklah ibu pertemuan kita untuk berbincang-bincang cukup sampai


disini dulu ya bu. Besok kita akan berbincang-bincang lagi bu tentang
jadwal yang telah kita buat tadi dan mempraktekkan cara berkenalan
dengan benar dengan orang lain?”

“Oh iya besok kira-kira ibu punya waktu berapa lama untuk kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau seperti tadi saja bu cukup 20
menit”

“Besok inginnya ibu kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau


di teras saja supaya lebih nyaman? Baiklah ibu sampai jumpa besok”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 2 ISOLASI SOSIAL)

NamaPerawat : PerawatK
NamaPasien : Ny. X
Hari/ Tanggal : Kamis, 02 Mei 2019
PertemuanKe :2
SP : 2 Isolasi Sosial

Kamis, 02 Mei 2019


A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan malas berinteraksi
b. Klien mengatakan cepat lelah jika beraktivitas
Data Objektif:
a. Klien tampak menyendiri di kamar
b. Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar
c. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan orang lain
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan yang benar dengan orang
lain
b. Klien memiliki keinginan untuk berinteraksi dan berbincang-bincang
dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan cara
berkenalan yang benar dengan orang lain
B. Strategi Pelaksanaan
A. Orientasi
“Selamat pagi ibu X. Masih ingat saya bu? Iya betul bu, saya perawat
krisma”
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Wah kenapa malas ibu? Oh begitu,
supaya ibu tidak malas bagaimana kalau ibu mempraktekkan cara
berkenalan dengan benar? Apakah ibu masih ingat yang saya ajarkan
kemarin?”
“Baiklah ibu sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kita akan
mempraktekkan cara berkenalan dengan benar dengan waktu 20 menit dan
bertempat di teras supaya ibu lebih nyaman. Apakah ibu setuju? Baiklah
ibu”
“Ibu, kita melakukan ini dengan tujuan supaya ibu dapat saling mengenal
dengan orang lain. Iya ibu”
B. Fase Kerja
“Baiklah ibu sebelum ibu berkenalan dengan orang lain, coba ibu
perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan yang benar dengan
orang lain? Waaaahh hebat, bagus bu....ibu dapat melakukannya dengan
benar dan baik”
“Baiklah ibu sekarang mari kita melakukannya dengan satu orang yang
belum anda kenal? Tidak apa-apa bu jangan takut, lakukan saja? Waaahh
baguuss ibu melakukannya dengan benar”
“Ibu dapat mempraktekkan apa yang saya ajarkan kemarin dengan benar
dan baik, bagaimana kalau kegiatan ini ibu masukkan kedalam jadwal
harian ibu? Iya ibu supaya ibu dapat saling mengenal dengan orang lain dan
memiliki banyak teman, sehingga ibu tidak merasa kesepian atau sendiri”
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“Siapa nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang lain sebanyak 1 orang”
2. Tindak Lanjut
“Ibu, saat saya tidak ada, ibu dapat melakukan hal seperti yang sudah
saya ajarkan kepada Ibu X. Ibu dapat berbincang-bincang dengan orang
lain, ibu dapat berinteraksi dengan orang lain, saling membantu, dan
saling berkenalan bu dengan orang yang belum ibu kenal. Kemudian ibu
ingat nama seseorang yang ibu ajak berkenalan atau ibu bisa catat di
buku catatan ibu saat ibu berkenalan”
3. Kontrak Yang Akan Datang
“Baiklah ibu pertemuan kita hari ini cukup sampai disini ya bu. Besok
kita akan melakukan interaksi/berkenalan lagi dengan orang lain lebih
dari 1 orang saja ya bu”
“Berapa lama besok inu memiliki waktu untuk interaksi dengan orang
lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 25 menit?
Baiklah bu”
“Oh iya bu bagaimana kalau besok di taman? Apakah ibu setuju?
Waaahh baiklah ibu, sampai jumpa besok bu”

.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SP 3 ISOLASI SOSIAL)

Nama Perawat : Perawat K


Nama Pasien : Ny. X
Hari/ Tanggal : Jumat, 03 Mei 2019
Pertemuan Ke :3
SP : 3 Isolasi Sosial

Jumat, 03 Mei 2019


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien

Data subjektif :
a. klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. klien mengatakan sudah mengajak beberapa orang untuk berkenalan
Data Objektif :
a. klien tampak sudah mau untuk keluar kamar
b. klien sudah mau melakukan kegiatan di ruangan
c. klien tampak berinteraksi dengan orang di sekitarnya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan banyak orang
b. Klien mampu dan dapat memasukkan kegiatan ke dalam jadwal haeian
klien
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berkenalan dengan
banyak orang
c. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal
harian
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi ibu X? Masih ingat saya kan? Hhehe iya bu betul saya
perawat krisma”
“Ibu hari ini bagaimana perasaannya? Apa ibu masih ingat dengan apa yang
saya ajarkan dan yang sudah ibu lakukan kemarin? Wah hebat, betul sekali
bu”
“Oh iya bu sesuai kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukan cara
berkenalan yang benar lagi bu selama 20 menit”
“Dan sesuai kesepakatan kemarin juga kita akan melaukannya di taman bu
supaya ibu lebih nyaman dan dapat berkenalan dengan banyak orang.
Apakah ibu setuju? Baiklah ibu mari kita ke taman”
“Jadi begini bu tujuan kita ini adalah supaya ibu dapat saling mengenal
dengan orang lain dan memilii banyak teman bu. Iya bu”

2. Fase Kerja
“Baiklah ibu sebelum ibu berkenalan dengan orang lain, coba ibu
perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan yang benar dengan
orang lain? Waaaahh hebat, bagus bu....ibu dapat melakukannya dengan
benar dan baik”
“Baiklah ibu sekarang mari ibu dapat melakukannya dengan dua orang atau
lebih yang belum ibu kenal? Tidak apa-apa bu jangan takut, lakukan saja?
Waaahh baguuss ibu melakukannya dengan benar”
“Ibu dapat mempraktekkan dengan benar dan ibu dapat berkembang untuk
berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan
dengan orang yang belum ibu kenal ini ibu masukkan kedalam jadwal
harian ibu? Iya ibu supaya ibu dapat saling mengenal dengan orang lain dan
memiliki banyak teman, sehingga ibu tidak merasa kesepian atau sendiri.
Iya bu”
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“Siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang lain sebanyak 4 orang”
2. Tindak Lanjut
“Ibu, saat saya tidak ada, ibu dapat melakukan hal seperti yang sudah
saya ajarkan kepada Ibu X. Ibu dapat berbincang-bincang dengan orang
lain, ibu dapat berinteraksi dengan orang lain, saling membantu, dan
saling berkenalan bu dengan orang yang belum ibu kenal. Kemudian ibu
ingat nama seseorang yang ibu ajak berkenalan atau ibu bisa catat di
buku catatan ibu saat ibu berkenalan”
3. Kontrak Yang Akan Datang
“Baiklah ibu pertemuan kita hari ini cukup sampai disini ya bu. Besok
kita akan melakukan interaksi/berkenalan lagi dengan orang lain lebih
banyak lagi supaya teman ibu semakin banyak”
“Berapa lama besok ibu memiliki waktu untuk interaksi dengan orang
lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 25 menit?
Baiklah bu”
“Oh iya bu bagaimana kalau besok di taman? Apakah ibu setuju?
Waaahh baiklah ibu, sampai jumpa besok bu”
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL

Isolasi Sosial Pasien Keluarga


SP 1 p : SP 1 k:
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan
penyebab isolasi masalah yang di
sosial pasien rasakan keluarga
2. Berdiskusi dengan dalam merawat
pasien tentang pasien
keuntungan 2. Menjelaskan
berinteraksi dengan pengertian, tanda
orang lain dan gejala yang
3. Berdiskusi dengan dialami pasien
pasien tentang beserta proses
kerugian tidak terjadinya
berinteraksi dengan 3. Menjelaskan cara
orang lain merawat pasien
4. Mengajarkan pasien isolasi sosial
cara berkenalan
dengan satu orang SP 2 k:
5. Menganjurkan 1. Melatih keluarga
pasien memasukkan mempraktekkan
kegiatan latihan cara merawat
berbincang-bincang pasien dengan
dengan orang lain isolasi sosial
dalam kegiatan 2. Melatih keluarga
sehari-hari. melakukan cara
SP 2 p : merawat langsung
1. Mengevaluasi kepada pasien
jadwal kegiatan isolasi sosial
harian pasien
2. Memberikan
kesempatan kepada
pasien SP 3 k :
mempraktekkan 2. Membantu
cara berkenalan keluarga
dengan satu orang membuat jadwal
3. Membantu pasien aktivitas dirumah
memasukkan termasuk minum
kegiatan obat (discharge
berbincang-bincang planning)
dengan orang lain 3. Menjelaskan
sebagai salah satu follow up pasien
kegiatan harian setelah pulang
SP 3 p: 4.
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan
kesempatan kepada
pasien cara
berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT.


Refika Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.
Jakarta: Penerbit salemba medika.
Azizah, L, M., Imam Z. & Amar, A, 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori Praktik Klinik. Yogyakarta; Indonesia pustaka
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed.
Missouri : Mosby, Inc.

Anda mungkin juga menyukai