Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN DIAGNOSA TRAUMA ABDOMEN


POST LAPARATOMI ATAS INDIKASI INTERNAL BLEEDING DI RUANG INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD. DR. MOEWARDI DI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Di Susun Oleh :

THOIFATUL BAROKAH
J 230 113 021

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1

NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA TRAUMA


ABDOMEN POST LAPARATOMI ATAS INDIKASI INTERNAL BLEEDING
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD.DR.MOEWARDI DI
SURAKARTA
Abstrak
Thoifatul Barokah*
Nanang Sri Mujiono, Skep**
Ari Setyajatii, S.Kep.,Ns **

Dalam era modernisasi kemajuan di bidang teknologi transportasi


dan semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendara di jalan raya
menyebabkan kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka
kematian semakin tinggi. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma abdomen merupakan
penyebab terbanyak kehilangan nyawa yang bersifat tragis, karena hal
tersebut di atas akan mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan
robekan dari organ-organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan
penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian.
Dalam kasus ini “ waktu adalah nyawa” dimana di butuhkan suatu
penanganan yang profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat baik di
tempat kejadian (pre hospital), transportasi sampai tindakan definitif di
rumah sakit.penyusunan karya tulis ini menggunakan pendekatan
deskriptif observasional dalam bentuk study kasus yaitu pendekatan yang
di buat berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada pemecahan
masalah. Kesimpulan dari karya ilmiah adalah pada pasien Tn. S dengan
trauma abdomen post laparatomi atas indikasi internal bleeding terjadi
permasalahan nyeri akut b.d agen injury fisik(luka post operasi hari 1),
resiko infeksi bd. Inadekuat pertahanan primer dan sekunder dan intoleransi
aktivitas bd. Kelemahan fisik

Kata kunci : trauma abdomen, post laparatomi, internal bleeding,


asuhan keperawatan
2

Abstract

In the era of modernization advances in transportation technology and the


growing mobility of people driving on the highway causing accidents is
increasing as well as the higher mortality. Traffic accidents are the cause of
death of 75% of blunt abdominal trauma, abdominal trauma is the most common
cause of loss of life is tragic, due to the above will result in damage and cause
laceration of the organs in the abdominal cavity or cause an accumulation
of blood in the abdominal cavity resulting in death. In this case the "time is life"
when in need of a professional treatment that is fast, precise carefully and
accurately either at the scene (pre-hospital), transport to definitive action at
home sakit.penyusunan this paper uses a descriptive approach in the form of
observational study case the approach was made based on the actual situation
and focused on problem solving. The conclusion of the scientific work is Mr.
patients. S with abdominal trauma laparotomy post on the indication of internal
bleeding occurs acute pain problems bd agents physical injury (injuries
postoperative day 1), the risk of infection bd. Inadekuat primary and
secondary defense and activity intolerance bd. physical weakness

keywords: abdominal trauma, post laparotomy, internal bleeding,


nursing care
3

Pendahuluan
Latar belakang masalah ETIOLOGI

Dalam era modernisasi kemajuan di 1. Penyebab trauma penetrasi


bidang teknologi transportasi dan semakin 2. Penyebab trauma non penetrasi
berkembangnya mobilitas manusia berkendara
di jalan raya menyebabkan kecelakaan yang PATOFISIOLOGI
terjadi semakin meningkat serta angka kematian
semakin tinggi. Trauma pada penduduk Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi
Indonesia masih tetap merupakan penyebab kemungkinan terjadi perdarahan intra abdomen
kematian pada seluruh kelompok umur di bawah yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
umur 45 tahun. Lebih dari seper dua pasien- tanda iritasi yang di sertai penurunan hitung sel
pasien trauma merupakan akibat kecelakaan lalu darah merah yyang akhirnya gambaran klasik syok
lintas, selebihnya akibat terjatuh, luka tembak hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami
dan luka tusuk, keracunan luka bakar dan perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda
tenggelam. iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam
kepala divisi hubungan masyarakat trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
(kadiv Humas) menyatakan, sebanyak 1.547 jiwa spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa
meninggal dunia akibat korban kecelakaan lalu bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila
lintas di seluruh Indonesia sejak awal Januari syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
2012. Angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat
dan menonjol, datanya selama satu setengah leukositosis. Biasanya tanda- tanda peritonitis
bulan ada 9.884 kasus, meninggal dunia 1.547 mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil
jiwa, luka berat 2.562 jiwa dan luka ringan 7.564 hanya tanda- tanda tidak khas yang muncul. Bila
jiwa, Salah satu kematian akibat kecelakaan terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen,
adalah di akibatkan trauma abdomen. maka operasi harus di lakukan(sjamsuhidayat, 2010).
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab MANIFESTASI KLINIS
kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma Klinis kasus trauma abdomen ini bias
abdomen merupakan penyebab terbanyak menimbulkan manifestasi klinis
kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma menurut(sjamsuhidayat, 2010), melliputi : nyeri
abdomen yang tidak di ketahui masih tetap tekan diatas daerah abdomen, demam, anorexia,
menjadi momok sebagai penyebab kematian mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
yang seharusnya bisa di cegah.. (Depkes RI tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non penetrasi
2012) (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat
adanya jejas atau ruptur di bagian dalam abdomen:
Dalam kasus ini “ waktu adalah nyawa” terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma
dimana di butuhkan suatu penanganan yang terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat fungsi usus tidak normal dan biasanya akan
baik di tempat kejadian (pre hospital), mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
transportasi sampai tindakan definitif di rumah muntah, dan BAB hitam (melena).
sakit. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
Perawat merupakan ujung tombak dan beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat
berperan aktif dalam memberikan pelayanan terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
membantu klien mengatasi permasalahan yang dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya
di rasakan baik dari aspek psikologis maupun terdapat : terdapat luka robekan pada abdomen,
aspek fisiologi secara komprehensif. luka tusuk sampai menembus abdomen, biasanya
Berdasarkan kasus yang penulis temukan di organ yang terkene penetrasi bias perdarahan/
RSUD Dr. Moewardi yaitu di ruang Intensive Care memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.
Unit terdapat 12 pasien yang mengalami trauma KOMPLIKASI
abdomen, Menurut smeltzer(2001) komplikasi yang di
TINJAUAN TEORI sebabkan karena adanya trauma pada abdomen
PENGERTIAN adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat terjadi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar, stress
yang mengakibatkan cedera (sjamsuhidayat, 2010).
4

ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan tetapi karena keterbatasan sarana dan
ulserasi, ateletasis maupun sepsis. prasarana pasien lalu di rujuk ke RSDM
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK dengan suspect perdarahan intra
abdomen
Pemeriksaan rektum,Laboratorium c. Riwayat penyakit dahulu
Radiologi, IVP/sistogram, Parasentesis perut, Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi,
Lavase peritoneal Diabetes Mellitus, jatung, asma dan
PENATALAKSANAAN alergi.
Menurut FKUI (2001) penatalaksanaan d. Riwayat penyakit keluarga
kedaruratan yang di lakukan pada pasien trauma Didalam keluarga tidak ada riwayat
abdomen adalah mengkaji ABCDE, lalu hipertensi, diabetes mellitus, atau
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung penyakit manular dan berbahaya lainnya.
dan mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan menilai urin 4. Pengkajian fungsional menurut Gordon
yang keluar (perdarahan). (post operasi hari 1)
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : Pasien mengatakan sakit ini adalah
syok , bising usus tidak terdengar . prolaps visera cobaan dari allah selama ini hanya kalau
melalui luka tusuk , darah dalam lambung, buli-buli, sakit diobatkan di puskesmas saja,
rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase b. Pola nutrisi/metabolic
peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut. Pada post operasi hari 1 klien masih
DIAGNOSA KEPERAWATAN dianjurkan untuk puasa
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan Intake makanan: -
dengan perdarahan, Nyeri berhubungan dengan Intake cairan: klien mendapat terapi
cairan RL 500ml , feeding test 20 tetes /
adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
menit
abdomen,Resiko infeksi berhubungan dengan
c. Pola eliminasi
tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan - Buang air besar:
tubuh , Pasien belum BAB sejak 2 hari yang
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lalu
kelemahan fisik - Buang air kecil
RESUME KEPERAWATAN Pasien BAK lewat DC 600cc sejak pkl
07.00-14.00
d. Pola tidur dan istirahat
A. PENGKAJIAN
Selama sakit dalam sehari pasien biasa
1. Keluhan utama tidur 6-8 jam, dan tidak ada gangguan
selama tidur
Klien mengeluh Nyeri pada abdomen post operasi e. Pola persepsual
laparatomi pasien tidak ada gangguan penurunan
P: saat di gerakkan penglihatan, gangguan pendengaran,
Q: tertusuk-tusuk gangguan pengecapan dan tidak ada
R: Abdomen gangguan sensasi.
S: 6 f. Pola persepsi diri
T: hilang timbul pasien ingin segera cepat sembuh, agar
2. Alasan masuk ICU dapat berkumpul dengan keluarga dan
Post laparatomi atas indikasi internal dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
bleebing g. Pola seksualitas dan reproduksi
3. Riwayat Penyakit Pasien mempunyai 1 orang anak,
a. Riwayat Penyakit Sekarang sekarang berusia 36th tahun (sudah
b. ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit klien berkeluarga).
sedang menebang pohon dan kemudian h. Pola peran hubungan
pasien ttertimpa balok kayu pada perut, menurut pengakuan klien dan keluarga,
setelah kejadian kemudian pasien di komunikasi dengan orang lain baik, dan
bawa ke RSU Medika Mulya wonogiri,
5

biasa berkomunikasi menggunakan Klien tidak mempunyai alergi


bahasa jawa. Hubungan dengan orang terhadap obat-obatan, makanan,
lain tidak ada masalah. minuman dan lingkungan.
i. Pola managemen koping-stes 2) Medikasi
Pasien megatakan sedih karena sakit Sebelum dibawa ke RS (Rumah
dan harus di rawat di RS. Tetapi pasien Sakit), klien tidak mengkonsumsi
dapat menerima keadaan ini dengan ikhlas obat-obatan apapun dari dokter
j. Sistem nilai dan keyakinan maupun apotik.
klien beragama Islam, tetapi belum 3) Past ilness
menjalankan kewajiban sholat, tetpi Sebelum dibawa ke RS, klien tidak
setelah nanti sembuh ia akan memulai mengalami sakit.
sholat. “ Saya tahu kewajiban umat Islam 4) Last meal
harus menjalankan Sholat dan saya Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan
sudah bisa, hanya belum menjalankan”. sayur ± 40 jam yang lalu.
5. Pengkajian Primer 5) Environment
Klien tinggal di rumah sendiri
bersama istri dan anaknya di
a. Airway lingkungan padat penduduk, tempat
Tidak Terdapat penumpukan sekret di tinggal cukup dengan ventilasi, lantai
jalan nafas, bunyi nafas ronchi, lidah sudah di keramik, pencahayaan
tidak jatuh ke belakang, jalan nafas cukup, terdapat saluran untuk limbah
bersih.
rumah tangga (selokan).
b. Breathing
b. Pemeriksaan Head to Toe
Frekuensi pernafasan (Respiratory rate)
23 x/menit, irama nafas teratur, tidak 1) Kepala
menggunakan otot bantu pernafasan, Bentuk mesocepal, rambut hitam,
suara nafas vesikuler (lapang paru kanan lurus, tidak ada hematoma maupun
jejas,
dan kiri), SpO2: 95%, klien terpasang
2) Mata
NRM (Non Rebreathing Mask) O2 3 lpm.
c. Circulation Pupil isokor, ukuran 3mm/ 3mm,
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat, simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,
capillary refill kembali dalam 3 detik, akral konjungtiva tidak anemis, reaksi
dingin, tidak sianosis, kesadaran terhadap cahaya baik, tidak
somnolen. menggunakan alat bantu penglihatan.
Tanda-tanda vital: 3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada polip
TD (Tekanan Darah) : 100/70 mmHg N (Nadi): 89 x/memniatupun sekret, terpasang NRM 3
0 lpm, dan terpasang NGT (Naso
RR (Respiratory Rate) : 23 x/menit S (Suhu) : 37 C
d. Disability Gastric Tube).
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4) Telinga
= E4V5M5 = 14 Simetris kanan-kiri, tidak ada
E4 = dapat membuka mata secara penumpukan serumen, tidak
spontan menggunakan alat bantu
V5 = dapat bberbicara secara teratur pendengaran.
M5 = Mengidentifikasi nyeri yang 5) Mulut
terlokalisasi tidak ada perdarahan pada gusi,
e. Exposure mukosa bibir kering, tidak ada
Integritas kulit baik, ada luka bekas post sariawan, tidak menggunakan gigi
operasi laparatomi hari 1, tertutup kassa palsu, dan tidak terdapat lesi.
steril dengan panjang 7cm, capillary refill 6) Leher
kembali dalam 3 detik. Tidak terjadi pembesaran kelenjar
6. Pengkajian Sekunder tyroid, tidak ada peningkatan JVP
a. AMPLE (Jugularis Vena Presure).
1) Alergi 7) Pernafasan (paru)
I : Pengembangan dada simetris
antara kanan- kiri, tidak
6

menggunakan otot bantu operasi fisik


pernafasan, RR:23x/ menit. P: saat di (Luka
P : Sonor seluruh lapang paru gerakkan post
P : Fremitus vokal sama antara Q: tertusuk-tusuk operasi
kanan- kiri. R: abdomen hari 1)
A : vesikuler S: 6
8) Sirkulasi (jantung) T: hilang timbul
I : Ictus cordis tidak tampak DO: klien mringis
P : Ictus cordis teraba kuat di mid nampak menehan
klavikula intercosta V sinistra nyeri
P : Pekak - Tegang
A : Bunyi jantung (S1- S2) reguler, - TD : 100/70
tidak ada suara jantung mm/Hg
tambahan. R: 23x/m
9) Abdomen N:89x/m
I : Perut datar, terdapat luka post
operasi laparatomi hari 1 ,
tertutup dengan kain steril 7cm. S: 37oC SPO2
klien terpasang drain, jumlah : 95%
pengeluaran darah pada drain ±
4cc Ds: -
A : Peristaltik usus 4x/ menit DO : terdapat luka
P : mengalami nyeri tekan pada post op hari 1.luka
luka bekas operasi , hepar dan bersih, kering, tidak
lien tidak teraba. ada pengeluaran
P : Tympani cairan maupun pus, Tidak
10) Genitoririnaria luka di tutup dengan infeksi adekuat
Bersih, terpasang DC (Dower kassa steril,tidak pertahan
Cateter) sejak tanggal 7 Juli 2012 ada tanda-tanda an
11) Kulit infeksi, tidak ada primer
Turgor kulit elastis, kembali kurang kemerahan, dan
dari 3 detik, tidak ada lesi, tidak ada bengkak, panas, sekunder
kelainan pada kulit. maupun fungsiolesa
12) Ekstremitas - Leukosit :
Ekstremitas atas: kekuatan otot (4), 12,4ribu/u
l
tidak oedema, capillary refill 3 detik,
- Hemoglobi
terpasang infus RL di tangan kanan n 10.2
Ekstremitas bawah : kekuatan otot g/dl
(4), tidak oedema, capillary refill 3 Ds : pasien
detik, mengatakan
7. Pemeriksaan Tersier semua
8. Hasil radiologi USG abdomen tgl 8 juli 2012 kebetuhan
Kesan : ADL di bantu
- tampakgambaran udara bebas di perawat dan Intolerans Kelemah
hemidiafragma kanan keluarga i aktifitas an fisik
- Tampak cairan bebas di marrison Do: ADL di bantu
pouch, splenorenal space dan perawat dan
paravesika space. keluarga
- Kekuatan
ANALISA DATA otot 4-
Pasien lemas
TANGG DATA MASAL ETIOLO
AL AH GI
9-7-2012 DS: klien mengeluh Nyeri Agen
nyeri pada luka post akut injury
7

Dari analisa data diatas diagnosa keperawatan O: terdapat luka post op hari
yang muncul adalah sebagai berikut: 2 1.luka bersih, kering, tidak ada Iva
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik pengeluaran cairan maupun
(luka post op hari 1) pus, luka di tutup dengan kassa
2. infeksi berhubungan dengan tidak adekuat steril,tidak ada tanda-tanda
pertahanan primer dan sekunder infeksi, tidak ada kemerahan,
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bengkak, panas, maupun
kelemahan fisik fungsiolesa
- perawat selalu melakukan
EVALUASI cuci tangan sebelum dan
Hari/tgl No.dx Evaluasi Ttd sesudah melakukan tindakan
Senin 1 Iva keperawatan kepada pasien
9/7/12 S: klien mengeluh nyeri pada
14.00 luka post operasi hari 1 A: masalah keperawatan untuk
P: saat di gerakkan diagnosa infeksi
Q: tertusuk-tusuk keperawatan teratasi
R: abdomen sebagian
S: 6 - luka bersih, kering,
T: kadang-kadang tidak ada pengeluaran
O: klien mringis nampak cairan maupun pus,
menehan nyeri luka di tutup dengan
- Tegang kassa steril,tidak ada
tanda-tanda infeksi,
- TD 100/70mmHg,
tidak ada kemerahan,
Nadi 89 x/menit, RR
23x/menit, Suhu 37°c bengkak, panas,
maupun fungsiolesa
- Memberikan injeksi
morfin 500mg - CEfotaxim 1gr masuk
sesuai program
- klien mengatakan mau
di ajari relaksasi nafas - perawat selalu
dalam melakukan cuci
tangan sebelum dan
A; masalah keperawatan untuk sesudah melakukan
diagnosa keperawatan nyeri tindakan keperawatan
akut teratasi sebagian kepada pasien
- klien mamu
melakukan relaksasi P: lanjutkan intervensi
nafas dalam - observanda dan gejala
infeksi seperti
P: Lanjutkan intervensi kemerahan , panas,
- kaji skala nyeri secara nyeri, tumor dan
komprehensif adanya fungsiolesa

- ajarkan relaksasi - ukur temperature klien


progresif
- observasi nilai
- kolaborasi dalam laboratorium(
pemberian anlgetik leukosit)
- berikan lingkungan - cuci tangan sebelum
dengan stimulus dan sesudah
rendah melakukan tindakan
keperawatan
S: -
- berikan terapi
8

antibiotic sesuai - skala nyeri berkurang


intruksi
- klien lebih relaks
3 S: Klien mengatakan ADL di
bantu oleh keluarga dan Iva P: Lanjutkan intervensi
perawat - kaji skala nyeri secara
O: perawat menyibin klien komprehensif
- memberikan feeding
test D5% 500cc via IV - ajarkan relaksasi
20 tetes/menit progresif

A: masalah keperawatan untuk - kolaborasi dalam


diagnose keperawatan pemberian anlgetik
intoleransi aktifitas belum - berikan lingkungan
teratasi dengan stimulus
P: lanjutkan intervensi
rendah
- berikan periode
aktivitas selama S: -
beraktivitas O: terdapat luka post op hari 2
2 .luka bersih, kering, tidak ada Iva
- pantau TTV sebelum pengeluaran cairan maupun
dan setelah pus, luka di tutup dengan kassa
beraktivitas steril,tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada kemerahan,
- astikan perubahan bengkak, panas, maupun
posisi klien secara fungsiolesa
bertahan - perawat selalu melakukan
- monitor intake nutrisi cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
untuk memastikan
keperawatan kepada pasien
sumber-sumber energi
A: masalah keperawatan untuk
S: klien mengeluh nyeri pada diagnosa keperawatan
Selasa 1 luka post operasi hari ke 2 Iva
10/7/12 infeksi teratasi sebagian
P: saat di gerakkan
- luka bersih, kering,
Q: tertusuk-tusuk
tidak ada pengeluaran
R: abdomen
cairan maupun pus,
S: 5 luka di tutup dengan
T: kadang-kadang
kassa steril,tidak ada
O: klien lebih relaks tanda-tanda infeksi,
TD : 110/80 mm/Hg R: tidak ada kemerahan,
22 x/N: 90x/m S: 37oC bengkak, panas,
- Memberikan injeksi maupun fungsiolesa
morfin 500mg
- Memberikan
- klien mengatakan mau
metronidazole 500ml
di ajari relaksasi
progresif - perawat selalu
melakukan cuci tangan
A; masalah keperawatan untuk sebelum dan sesudah
diagnosa keperawatan nyeri melakukan tindakan
akut teratasi sebagian keperawatan kepada
- klien mampu
pasien
melakukan relaksasi
nafas dalam P: lanjutkan intervensi
- observanda dan gejala
9

infeksi seperti sumber-sumber energy


kemerahan , panas,
nyeri, tumor dan
adanya fungsiolesa S: klien mengatakan nyeri
Rabo 1 berkurang pada post operasi
- . ukur temperature 11/7/12 hari ke 3
klien P: saat di gerakkan Iva
Q: tertusuk-tusuk
- observasi nilai R: abdomen
laboratorium( S: 4
leukosit) T: kadang-kadang
O: klien relaks
- cuci tangan sebelum - TD : 110/80 mm/Hg
dan sesudah R: 20 x/N:
melakukan tindakan 90x/m S: 37oC
keperawatan
- klien mengatakan
- berikan terapi mampu melakukan
antibiotic sesuai nafas dalam dan
intruksi relaksasi progresif

S: - Iva - klien relaks


3 O: perawat menyibin klien
- perawat memberikan A; masalah keperawatan untuk
sonde 200 cc pada diagnosa keperawatan nyeri
klien akut teratasi sebagian
- klien mampu
- klien sudah mampu melakukan relaksasi
miring kanan miring nafas dalam dan
kiri relaksasi progresif
A: masalah keperawatan untuk - skala nyeri berkurang
diagnose keperawatan
intoleransi aktifitas teratasi - klien relaks
sebagian
- klien sudah bisa di P: Lanjutkan intervensi
berikan sonde - kaji skala nyeri secara
Iva komprehensif
- klien sudah mampu
miring kanan miring - berikan lingkungan
kiri dengan stimulus
rendah
P: lanjutkan intervensi
- berikan periode S: -
aktivitas selama O: terdapat luka post op hari
2 3.luka bersih, kering, tidak ada
beraktivitas
pengeluaran cairan maupun Iva
- pantau TTV sebelum pus, luka di tutup dengan kassa
dan setelah steril,tidak ada tanda-tanda
beraktivitas infeksi, tidak ada kemerahan,
bengkak, panas, maupun
- astikan perubahan fungsiolesa
posisi klien secara - perawat selalu melakukan
bertahan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
- monitor intake nutrisi keperawatan kepada pasien
untuk memastikan
10

- AL : 11,5 ribu/ul porsi

- HB : 10,5 g/dl - Klien sudah mampu


miring kanan miring
A: masalah keperawatan untuk kiri
diagnosa infeksi
keperawatan teratasi A: masalah keperawatan untuk
sebagian diagnose keperawatan
- luka bersih, kering, intoleransi aktivitas teratasi
tidak ada pengeluaran sebagian
cairan maupun pus, P: lanjutkan intervensi
luka di tutup dengan - berikan periode
kassa steril,tidak ada aktivitas selama
tanda-tanda infeksi, beraktivitas
tidak ada kemerahan,
bengkak, panas, - pantau TTV sebelum
maupun fungsiolesa dan setelah
beraktivitas
- perawat selalu
melakukan cuci tangan - pastikan perubahan
sebelum dan sesudah posisi klien secara
melakukan tindakan bertahan
keperawatan kepada - monitor intake nutrisi
pasien
untuk memastikan
- Ciprofloxaxin 400mg sumber-sumber energy

- Memberikan
metronidazole 500ml PEMBAHASAN
masuk sesuai advise
dokter Pengkajian
P: lanjutkan intervensi Pengkajian ini di lakukan dengan cara
- observanda dan gejala wawncara, observasi, pemeriksaan fisik dan
infeksi seperti studi kasus. Hasil dari pengkajian pada tanggal
kemerahan , panas, 9 juli 2012 di dapatkan data subjektif pasien
nyeri, tumor dan mengatakan mengeluh nyeri pada luka post
adanya fungsiolesa operasi hari 1, nyeri bertambah saat di buat
bergerak, rasanya seperti tertusuk-tusuk pada
- . ukur temperature
abdomen dengan skala nyeri 6 nyeri dirasakan
klien
hilang timbul, pasien mengatakan ADL di bantu
- observasi nilai keluarga dan perawat Sedangkan data objektif
laboratorium( adalah klien meringis nampak menahan nyeri,
leukosit) klien tegang, terdapat luka post op hari 1.luka
bersih, kering, tidak ada pengeluaran cairan
- berikan terapi maupun pus, luka di tutup dengan kassa
antibiotic sesuai steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
intruksi kemerahan, bengkak, panas, maupun
fungsiolesa di dapatkan data laborat tgl 9 juli
S: - 2012 angka leukosit 12,5 ribu/ul, Hemoglobin
O: perawat menyibin klien 10,2 g/dl . Semua kebutuhan ADL klien di bantu
3 - klien sudah dapat oleh keluarga dan perawat, pasien lemas,
makan diit BN kekuatan otot 4
Diagnosa
- Klien menghabiskan
diit makan habis ½
11

Diagnosa 1 nyeri (McCaffery & Pasero, 1999).sesuai dengan


jurnal systematic review of relaxation
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury interventions for pain (2006) menyebutkan bahwa
fisik( luka post operasi hari 1) memberikan tehnik relaksasi progresif. teknik
International Association for the Study of Pain, relaksasi telah lama dipraktekkan untuk berbagai
IASP (2011) mendefinisikan nyeri sebagai suatu keperluan yang berhubungan dengan kesehatan,
pengalaman sensori dan emosional yang tidak dan survei nasional terbaru menunjukkan
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan peningkatan dalam penggunaan relaksasi
jaringan aktual atau potensial atau yang (Eisenberg et al, 1998;.. Kessler et al, 2001).
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana Unt uk t erapi ana lg et i k f armak olog i pada
terjadi kerusakan. Dijelaskan dalam Smeltzer & nyeri ak ut post operasi obat - obat a n
Bare (2002) bahwa nyeri pasca operasi muncul g olong an O pioid Kuat , misalnya Morfin
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 11
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator- juli 2012 pkl 19.00 untuk diagnosa nyeri akut
mediator kimia nyeri. Intesitas bervariasi mulai berhubungan dengan agen injury fisi( luka post
dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun operasi hari 1) dengan klien mengatakan nyeri
menurun sejalan dengan proses penyembuhan berkurang pada post operasi hari ke 3, nyeri
(Potter & Perry, 2006). Jika nyeri akut tidak bertambah saat di gerakkan terasa tertusuk-tusuk
dikontrol dapat menyebabkan proses rehabilitasi di bagian abdomen dengan skala 4, nyeri di
pasien tertunda dan hospitalisasi menjadi lama. rasakan hilang timbul, klien lebih relaks, klien
Hal ini karena pasien memfokuskan semua mampu melakukan relaksasi progresif dan nafas
perhatiannya pada nyeri yang dirasakan dalam
(Smeltzer & Bare, 2002). Diagnosa II
Diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan
data yang telah diperoleh yaitu. pasien i nf ek s i b er h ub ung an de ng a n i na dek uat
mengatakan mengeluh nyeri pada luka post p e r t a h a n a n p r i m e r d a n
operasi hari 1, nyeri bertambah saat di buat sekunder.
bergerak, rasanya seperti tertusuk-tusuk pada
abdomen dengan skala nyeri 6 nyeri dirasakan Infeksi adalah proses invasif oleh
hilang timbul klien meringis nampak menahan mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam
nyeri,klien tegang dengan TD 130/80mmHg, tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry,
2005). Data yang didapat pada saat
Nadi 99 x/menit, RR 23x/menit, Suhu 37°c.
Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri pengakajian adalah terdapat luka post operasi
akut berhubungan dengan agen injury fisik( luka hari 1.luka bersih, kering, tidak ada pengeluaran
post operasi hari 1) penulis merencanakan cairan maupun pus, luka di tutup dengan kassa
steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
tindakan keperawatan yaitu kaji skala nyeri
kemerahan, bengkak, anas, maupun
secara komprehensif, relaksasi dan distraksi, fungsiolesa di dapatkan data laborat tgl 9 juli
lingkungan yang nyaman, observasi isyarat- 2012 Angka leukosit 12, 5 ribu/ul, Hemoglobin
isyarat non verbal klien, dan kolaborasi dengan 10,2 g/dl.
dokter dalam pemberian analgetik. Nanda(2009)
Implementasi yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan Diagnosa infeksi berhubungan dengan
dengan agen injury fisik( luka post operasi hari 1) inadekuat pertahanan primer dan sekunder
adalah memberikan tindakan keperawatan tehnik penulis melakukan rencana tindakan
non farmakologi yaitu relaksasi progresif, keperawatan selalu mencuci tangan sebelum
Relaksasi didefinisikan sebagai keadaan dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
kebebasan relatif dari kedua kecemasan dan kepada pasien, mengkaji keadaan luka pasien,
ketegangan otot rangka, yang dinyatakan melakukan perawatan luka dengan prinsip
sebagai ketenangan, kedamaian, dan menjadikan steril, memantau perkembangan laboratorium
seseorang menjadi tenang (McCaffery & Beebe, terkait angka leukosit. Nanda(2009)
1989). Relaksasi dihipotesiskan mempengaruhi
rasa sakit dengan mengurangi permintaan Implementasi yang telah dilakukan untuk
oksigen jaringan dan menurunkan tingkat bahan diagnosa infeksi berhubungan pord de entry
kimia seperti asam laktat yang dapat memicu adalah menurut nanda (2009) penulis
12

memberikan antibiotic metronidazole. Hal ini menghabiskan diit makan habis ½ porsi,
sejalan oleh Anonymous Nursing (2010) dalam Klien sudah mampu miring kanan miring kiri
jurnalnya yang berjudul “Hand Washing : First
defense against” yang menyatakan bahwa cuci SIMPULAN DAN SARAN
tangan dilakukan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien. Mencuci tangan mengurangi Simpulan
jumlah pathogen. Sesuai dengan penelitian
Rudi (2009) menyebutkan bahwa dengan tidak Penanganan pada kasus pasien trauma
cuci tangan , tidak melakukan prinsip steril abdomen post laparotomi secara garis besar
pada setiap tindakan,maupun dalam Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri
perawatan luka dapat meningkatkan akut berhubungan dengan agen injury fisik( luka
penyebaran infeksi. post operasi hari 1) penulis melakukan tindakan
- Evaluasi terakhir dilakukan pada keperawatan yaitu kaji skala nyeri secara
tanggal 11 juli 2012 pkl 19.00Untuk diagnosa komprehensif, memberikan relaksasi dan
infeksi berhubungan dengan inadekuat distraksi, lingkungan yang nyaman,
pertahanan primer dan sekunder dengan di mengobservasi isyarat-isyarat non verbal klien,
dapatkan hasil evaluasi luka bersih, kering, dan berkolaborasi dengan dokter dalam
tidak ada pengeluaran cairan maupun pus, pemberian analgetik. Dengan hasil evaluasi klien
luka di tutup dengan kassa steril,tidak ada mengatakan nyeri berkurang pada post operasi
tanda-tanda infeksi, tidak ada kemerahan, hari ke 3, nyeri bertambah saat di gerakkan
bengkak, panas, maupun fungsiolesa dan terasa tertusuk-tusuk di bagian abdomen dengan
perawat selalu melakukan cuci tangan skala 4, nyeri di rasakan hilang timbul, klien lebih
sebelum dan sesudah melakukan tindakan relaks, klien mampu melakukan relaksasi
keperawatan kepada pasien, hasil laborat tgl progresif dan nafas dalam
11 AL : 11,5 ribu/ul Hb : 10,5 g/d. Untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu
diagnosa infeksi berhubungan dengan
Diagnosa III Intolerans aktivitas inadekuat pertahanan primer dan sekunder
berhubungan dengan kelemahan fisik penulis melakukan tindakan keperawatan selalu
Menurut Nanda (2009), intoleransi aktifitas mencuci tangan sebelum dan sesudah
adalah ketidakcukupan energi secara melakukan tindakan keperawatan kepada
fisiologis maupun psikologis untuk pasien, mengkaji keadaan luka pasien,
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas melakukan perawatan luka dengan prinsip steril,
yang diminta atau aktifitas sehari-hari. Data memantau perkembangan laboratorium terkait
yang didapat pada saat pengakajian adalah angka leukosit. Evaluasi terakhir di dapatkan
Semua kebutuhan ADL klien di bantu oleh luka bersih, kering, tidak ada pengeluaran
keluarga dan perawat pasien lemas. cairan maupun pus, luka di tutup dengan kassa
Diagnosa intoleransi aktifitas steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
berhubungan dengan kelemahan fisik penulis kemerahan, bengkak, panas, maupun
merencanakan tindakan keperawatan fungsiolesa dan perawat selalu melakukan cuci
memantau tanda tanda vital sebelum dan tangan sebelum dan sesudah melakukan
sesudah melakukan aktivitas,memastikan tindakan keperawatan kepada pasien AL : 11,5
perubahan posisi klien secara bertahap, ribu/ul Hb : 10,5 g/dl
menentukan intake nutrisi untuk memastikan
sumber-sumber energy klien. Nanda(2009) Untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu
Istirahat total adalah salah satu diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan
implementasi yang dilakukan pada diagnose dengan kelemahan fisik enulis melakukan
intoleransi aktifitas.menurut Smeltzer (2003), tindakan keperawatan memantau tanda tanda
istirahat akan mengurangi kerja jantung, vital sebelum dan sesudah melakukan
meningkatkan tenaga cadangan jantung dan aktivitas,memastikan perubahan posisi klien
menurunkan tekanan darah. secara bertahap, menentukan intake nutrisi
Diagnosa intoleransi aktivitas untuk memastikan sumber-sumber energy klien
berhubungan dengan kelemahan fisik di . Nanda(2009).
dapatkan hasil evaluasi klien klien sudah
dapat makan diit BN dan Klien hasil evaluasi klien klien sudah dapat
makan diit BN dan Klien menghabiskan diit
13

makan habis ½ porsi, Klien sudah mampu Prosiding. Medan: Fakultas Keperawatan USU.
miring kanan miring kiri
Saran
http://www.primarytraumacare.org/
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/04,24,2008
meningkatkan kinerja perawat dan tenaga
medis sehingga dapat meningkatkan asuhan
keperawatan terhadap pasien khususnya http://www.gubukberita.com/2011/12/trauma-tumpul-
pasien dengan trauma abdomen post abdomen.html
laparotomi atas indikasi interna bleeding
http://id.scribd.com/doc/57662825/Tehnik-Tehnik-
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat Analgesia-Post-Operasi
diharapkan melanjutkan asuhan keperawatan
yang sudah dikelola oleh penulis sehingga
tercapai kesembuhan pasien. Kwekkeboom, Kristine L; Elfa Gretarsdottir2006.
Journal of Nursing Scholarship Systematic Review
3. Klien dan keluarga disaranakan menambah of Relaxation Interventions for Pain
pengetahuan dan perawatan tentang trauma
abdomen post laparotomi . 38. 3 (Third Quarter 2006): 269-77
4. Institusi pendidikan diharapkan lebih Merlyn E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan
menyediakan fasilitas dan tenaga pengajar keperawatan : Pedoman Untuk perencanaan dan
yang berkualitas dan memunculkan inovasi- pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3
inovasi baru yang dapat mendukung penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
terciptanya perawat yang berkualitas dan
profesional.
McCaffrey, M., & Beebe, A. (1989). Pain : Clinical
. manual for nursing practice. St. Louis, MO: Mosby.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee of McCaffery, M., & Pasero, C. (1999). Pain : Clinical
Trauma,2004.Advanced Trauma Life Support manual for nursing practice (2nd ed.). St. Louis, MO:
Seventh Edition.Indonesia: Ikabi Mosby

Mustawan, Zulaik. (2008). Hubungan Penggunaan


Doenges E. Marilyn. Et All. 2000. Nursing Care
Mekanisme Koping Dengan Intensitas Nyeri
Plans, Edition 2, Company Philadephia.
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di
Unit Orthopedi RSU Islam Kustati Surakarta.
Dudy.D. N. 2009. Factors that influence the Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran
incidence of methicillin- resistant Universitas Muhammadiyah Surakarta.
staphylococcus aureus – MRSA on surgical
wound infection in surgery ward of Dr.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Kariadi.thesis.Semarang
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik (Edisi 4 Volume 2). Jakarta:
Eisenberg, D.M., Davis, R.B., Ettner, S.L., Appel, S., EGC.
Wilkey, S., Van Rompay, M., et al. (1998).
Trends in alternative medicine use in the
United States, 1990-1997. JAMA, 280, 1569- Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-
1575 Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah.
Binarupa Aksara : Jakarta Sjamsuhidayat,2010. Buku Ajarilmu Bedah. Jakarta.
EGC.
Harahap. I. A. (2011). Perilaku Nyeri, Fenomena
Harian Yang Dihadapi Perawat, What We Can Do?. . The Author 2007. Published by Oxford University
Dalam Evidance Based Da;am Praktik Pelayanan Press. All rights reserved. For Permissions, please
Keperawatan. 48 email: journals.permissions@oxfordjournals.org
14

Thoifatul Barokah* : Mahasiswa


Keperawatan Ners FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post
1 Kartasura.
Nanang Sri Mujiono** : kepala ICU RS.PKU
Muhammadiyah Surakarta

Ari Setyajati**: Kepala ICU RSUD.DR.Moewardi


Surakarta

Anda mungkin juga menyukai