Mayam Tami
Public Health Faculty, Universitas Airlangga, mayam.tami-2015@fkm.unair.ac.id
Correspondence Address: Public Health Faculty, Universitas Airlangga, Dr. Ir. H. Soekarno Street,
Mulyorejo, Surabaya City, East Java, Postal Code 60115
berjumlah 136.544 kasus. Angka keberhasilan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengobatan PB di tingkat provinsi pada tahun hubungan antara jumlah kasus kusta tipe Pausi
2015 mencapai 91,10%, sedangkan pencapaian di Basiler (PB) dengan angka keberhasilan
kabupaten/kota sebesar >90% di 22 pengobatan kusta di Jawa Timur tahun 2015-2017.
kabupaten/kota. Pada tahun 2016 penderita yang
berhasil MDT meningkat sebanyak 138.897 kasus, METODE
namun ditingkat provinsi mengalami penurunan
yakni 90%, sedangkan ditingkat kabupaten/kota Penelitian ini adalah penelitian observasional
MDT >90% mengalami peningkatan sebesar dengan rancang bangun studi korelasi. Populasi
81,60% di 33 kabupaten/kota. Peningkatan ini juga yang digunakan yaitu semua penderita kusta yang
terjadi pada tahun 2017 yang menunjukkan bahwa telah melakukan pengobatan kusta secara lengkap
pencapaian di tingkat provinsi sedikit naik menjadi di Jawa Timur yang tercatat tahun 2015-2017.
90,40%, sedangkan di kabupaten/kota masih di Cara pengambilan sampel dengan menggunakan
angka yang sama seperti pada tahun 2016 total populasi. Variabel penelitian yaitu angka
(Dinkesprov Jawa Timur, 2018). keberhasilan pengobatan kusta sebagai variabel
dependen yang diperoleh dari perbandingan
540 penderita kusta Release From Treatment (RFT)
Jumlah kasus yang
91%
90% 90% 90% 51,70%, sedangkan 48,63% atau sejumlah 248
89% 90% orang merupakan penderita kusta tipe PB berjenis
88% Keberhasilan kelamin perempuan. Berbeda dengan tahun 2016,
87% 87% Pengobatan perempuan lebih mendominasi dari pada laki-laki.
86% Kusta di
85% Pada tahun 2017, kasus kusta tipe PB pada laki-
84% Jawa Timur laki meningkat melampaui jumlah penderita
perempuan. Persentase keberhasilan pengobatan
kusta pada penderita laki-laki selalu lebih besar
Tahun penemuan kasus daripada penderita perempuan selama 3 tahun
berturut-turut. Pada tahun 2015-2017, penderita
Gambar 2. Persentase Angka Keberhasilan kusta perempuan berturut-turut mengalami
Pengobatan Kusta di Jawa Timur Tahun 2013- penurunan persentase keberhasilan pengobatan
2017 (Tabel 1).
20 of 24 Mayam Tami / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 17 - 24
Tabel 1
Jumlah Kasus dan Angka Keberhasilan Pengobatan Kusta Tipe PB Berdasarkan Jenis Kelamin di Jawa Timur
Tahun 2015-2017
Variabel Kasus Kusta Tipe PB Angka Keberhasilan Kusta Tipe PB (%)
Tahun Tahun
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Jenis kelamin
Laki-laki 262 252 281 59,07 59,74 63,96
Perempuan 248 263 250 40,93 40,26 36,04
Total 510 515 531 100,00 100,00 100,00
pertahunnya berjumlah 80 orang. Penderita kusta laki-laki patuh dalam pengobatan kusta yang
perempuan yang ada yaitu hanya berjumlah 102 dijalaninya. Hasil yang serupa juga ditunjukkan
penderita selama 10 tahun, atau hanya sekitar 11% oleh penelitian yang dilakukan di Puskesmas
saja. Kejayan dan Puskesmas Pohjentrek Kabupaten
Pasuruan yang menunjukkan bahwa penderita
kusta laki-laki lebih patuh dalam menjalani
pengobatan kusta, yaitu sebesar 63,40%, yang
mayoritas adalah laki-laki (Meru, Winarsih, &
Suharsono, 2017).
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Blora
pada tahun 2016 menunjukkan bahwa pada
penderita kusta berjenis kelamin laki-laki yang
telah melakukan praktik pencarian pengobatan
dengan baik sebesar 61,90%. Penderita kusta laki-
laki yang praktik pencarian pengobatannya buruk
sebesar 38,10%. Salah satu faktor penyebabnya
adalah adanya keterbatasan waktu dalam hal
pencarian pengobatan atas kondisi kustanya.
Sebagian laki-laki biasanya lebih mementingkan
untuk bekerja dibandingkan berobat ke pelayanan
kesehatan untuk pengobatan kustanya sedini
Gambar 3. Arah Hubungan antara Kasus Kusta mungkin (Madyasari, Saraswati, Adi, &
Tipe PB dengan Angka Keberhasilan Pengobatan Wuryanto, 2017).
Kusta di Jawa Timur Tahun 2015-2017 Penelitian yang dilakukan oleh Rustam
(2018) menyatakan bahwa kepatuhan minum obat
Tingginya kasus kusta tipe PB, terutama pada mayoritas terjadi pada penderita kusta laki-laki
laki-laki daripada perempuan disebabkan oleh yakni dengan persentase sebesar 59%. Hal ini juga
banyak faktor. Salah satunya adalah mobilitas laki- disebabkan karena pada penderita kusta laki-laki
laki lebih tinggi daripada perempuan, sehingga dalam penelitian tersebut terutama responden yang
frekuensi paparan lebih besar daripada perempuan bekerja akan lebih termotivasi untuk melakukan
(Kuswiyanto, 2015). Faktor lain yaitu perbedaan pengobatan atas kondisinya untuk mendapatkan
perilaku pencarian pengobatan pada laki-laki kesembuhan dari penyakit tersebut. Mereka
biasanya lebih tidak peduli dengan kondisi memiliki tujuan untuk dapat bekerja kembali
tubuhnya, dibandingkan dengan perempuan yang seperti semula tanpa harus terganggu dengan
lebih cepat dalam mencari pengobatan karena kondisi yang dialaminya. Hal ini yang
lebih peduli dengan penampilan (Ranjan, Dogra, & menyebabkan penderita kusta laki-laki
Dogra, 2015). Perbedaan aktivitas juga bisa bersemangat untuk minum obat, karena bagi
menjadi penyebabnya. Besarnya frekuensi dan mereka pekerjaannya adalah yang terpenting
intensitas aktivitas pada seseorang diluar rumah sebagai sumber utama penghasilan mereka untuk
misalnya dalam bekerja, bersosialisasi, dan bisa mencari nafkah dan menghidupi diri dan
melakukan interaksi dengan banyak orang bisa keluarga mereka. Faktor serupa didapatkan pada
menjadi faktor risiko penularan kusta, sebab bisa penderita kusta yang sering memperoleh dukungan
jadi interaksinya tersebut dilakukan dengan orang dari keluarga dapat membantu proses keberhasilan
yang sudah terinfeksi oleh bakteri kusta dan pengobatan (Tukiman & Mukhlis, 2014).
berpotensi menularkannya pada orang lain yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada disekitarnya (Susanti & Azam, 2016). Kbupaten Sumenep merupakan kabupaten dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus kusta terutama tipe PB terbanyak dalam 3
berdasarkan jenis kelamin, angka keberhasilan tahun berturut-turut yaitu dari 2015-2017. Jika
pengobatan kusta di Jawa Timur pada tahun 2015- dilihat dari segi geografis, kabupaten tersebut
2017 selalu didominasi oleh laki-laki daripada merupakan kabupaten yang termasuk dalam
perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian wilayah/daerah Tapal Kuda, yakni sekitar Madura,
yang dilakukan oleh Fatmala (2016) yang sampai daerah di sepanjang Pantai Utara Jawa
menyebutkan bahwa laki-laki lebih patuh dalam Timur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
melakukan pengobatan. Pada penelitian tersebut dilakukan oleh Aisyah & Agusni (2018) yang
menunjukkan bahwa sekitar 81,50% responden menyatakan bahwa jumlah pasien terbanyak yang
22 of 24 Mayam Tami / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 17 - 24
datang ke unit rawat jalan rumah sakit Dr. Efek samping dari pengobatan kusta tipe PB
Soetomo Surabaya paling banyak berasal dari Kota lebih ringan dari pada kusta tipe MB. Hal ini
Surabaya, Madura (Sampang, Bangkalan, disebabkan karena berdasarkan jumlah regimen
Pamekasan dan Sumenep). Pada penelitian obatnya kusta Tipe PB lebih sedikit dari pada
tersebut juga dijelaskan bahwa di Jawa Timur kusta tipe MB (Kemenkes RI, 2012). Penelitian
terutama di wilayah Tapal Kuda merupakan daerah yang dilakukan oleh Kumar, Girdhar, Chakma, &
yang endemis kusta, setidaknya ada 16 daerah Girdhar (2015) (Kumar et al., 2015) menyatakan
endemis kusta. bahwa kejadian drop out lebih banyak terjadi pada
Angka keberhasilan pengobatan kusta kusta tipe MB sebesar 34,50% dibandingkan
berdasarkan kabupaten/kota di Jawa Timur pada dengan kusta tipe PB sebesar 28,80%. Penderita
tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat kurang kusta tipe MB lebih banyak yang mengalami
lebih 5 kabupaten dengan persentase angka keluhan panas, badan lemas, timbul reaksi, wajah
keberhasilan pengobatan kusta mencapai angka menjadi berwarna hitam, timbul gatal hebat, dan
keberhasilan 100%. Pada tahun 2016 juga masih asma dibandingkan dengan penderita kusta tipe
tetap sama yakni terdapat 5 kabupaten/kota yang PB.
mencapai 100% keberhasilannya. Hal ini Beberapa hal yang menjadi penyebab angka
disebabkan karena pada beberapa daerah yang keberhasilan pengobatan tipe PB lebih tinggi
terdaftar tersebut hampir seluruhnya memiliki daripada tipe MB adalah berdasarkan tingkat
jumlah penderita kusta yang relatif sedikit, keparahannya kusta PB lebih ringan daripada kusta
sehingga untuk pendeteksian kasus kusta MB. Jumlah lesi kusta tipe PB memiliki ciri
dibeberapa wilayahnya masing-masing relatif lebih adanya 1 hingga 5 lesi, sedangkan untuk kusta tipe
mudah. Pendeteksian atau penemuan kasus kusta MB jumlah lesi sampai >5. Kusta MB seringkali
yang cepat dan dini akan menentukan status menimbulkan kecacatan pada penderitanya
pengobatan penderita kusta tersebut (Kamal & (Rafsanjani, Lukomono, Setyawan, Anies, & Adi,
Martini, 2015). Penemuan penderita kusta yang 2018). Tipe kusta MB lebih sering mengalami
lama akan mempengaruhi masa sakit penderita kekambuhan yakni berupa timbulnya lesi kecil
kusta tersebut, sehingga akan membuat prognosis kemerahan pada sebagian wajah, leher, lengan,
yang buruk terhadap kondisi kedepannya. Waktu telapak tangan dan kaki setelah dilakukan
penyembuhan penderita kusta yang terlambat pengobatan kusta berdasarkan regimen WHO
terdiagnosis akan membutuhkan waktu yang lebih (Basuki & Rahmi, 2017). Reaksi pengobatan MB
lama. Pada tahun 2017 pencapaian angka juga menunjukkan reaksi lebih berat daripada tipe
keberhasilan pengobatan 100% mengalami PB. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan et al
penurunan menjadi 3 kabupaten/kota yang (2018) menunjukkan bahwa pada pengobatan
persentase keberhasilannya mencapai 100% kusta tipe MB reaksi yang seringkali timbul
(Rismayanti, Tandirerung, Dwinata, & Ansar, selama 1 bulan pertama adalah adanya perubahan
2017). warna urin menjadi merah dan perubahan warna
Hasil analisis pada penelitian ini kulit setelah mencapai bulan ke 3 pengobatan.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Penelitian lain yang dilakukan oleh Guragain,
signifikan antara kusta tipe PB dengan angka Upadhayay, & Bhattarai (2017) juga menunjukkan
keberhasilan pengobatan kusta di Jawa Timur adanya reaksi yang timbul dari pengobatan kusta
tahun 2015-2017. Kusta tipe PB memiliki angka dengan regimen WHO di wilayah Nepal dari tahun
keberhasilan pengobatan yang jauh melampaui 2010-2013. Reaksi ini banyak di alami oleh
angka keberhasilan pengobatan kusta tipe MB di penderita kusta tipe MB dibandingkan tipe PB.
Jawa Timur (Dinkesprov Jawa Timur, 2017). Hal Faktor lain yang juga mempengaruhi angka
ini disebabkan karenan pengobatan kusta tipe MB keberhasilan pengobatan kusta dukungan dari
ini sering mengalami drop out (putus obat) keluarga, stigma masyarakat, peran petugas
dibandingkan tipe PB karena bosan mengonsumsi kesehatan, dan ketersediaan obat (Astuti, 2017).
obat dalam jangka yang lama 12 bulan ataupun ada
efek samping (Afifah, 2014). Hal ini sesuai dengan SIMPULAN
penelitian yang dilakukan oleh Rukua, Martini, &
Notobroto (2015) bahwa kejadian drop out Kasus kusta tipe PB di Jawa Timur dari tahun
sebagian besar terjadi pada penderita dengan efek 2015-2017 mengalami peningkatan. Persentase
samping dari obat yang dikonsumsinya (98,60%) keberhasilan pengobatan lebih tinggi terjadi pada
dibandingkan dengan yang tidak ada efek samping kelompok dengan jenis kelamin laki-laki.
(3,20%). Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten yang
23 of 24 Mayam Tami / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 17 - 24