Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) merupakan


pasien-pasien yang mengalami gangguan fungsi tubuh yang dapat
mengancam kehidupannya, dengan kondisi tidak stabil, sangat rentang
terhadap serangan ataupun stressor dan juga berbagai macam masalah
kesehatan (Afianti, 2017). Pasien dengan kondisi tersebut biasanya disebut
dengan pasien kritis. Pada kondisi tersebut pasien dapat mengalami
gangguan pada multi sistem yang melibatkan gangguan pada organ
pernafasan, kardiovaskuler dan neurologi (Robertson dan Al-Haddads,
2013). Pada kebanyakan pasien, kondisi kritis didahului oleh periode
kerusakan fisiologis, namun sering kali tanda-tanda awal kondisi kritis
tersebut terlewatkan. Semakin kritis pasien maka semakin rentang, tidak
stabil dan kompleks kondisinya sehingga membutuhkan perawatan yang
intens dengan menggunakan alat bantu dan pemberian intervensi yang
berbeda dari pasien di ruang rawat inap biasa (Robertson, 2012).
Pada pasien kritis yang dirawat di ruang ICU, dengan banyaknya
pemberian asuhan keperawatan dan penggunaan alat bantu beresiko
menganggu pola tidur pasien yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan
dan mempengaruhi kualitas hidup (Urden, 2010). Pola tidur menurut Noor
(2008) merupakan model, bentuk atau corak dalam jangka waktu yang
relative menetap dan meliputi jadwal tidur maupun bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan
tidur. Menurut National Hearth, Lung and Blood Institute (2011) tidur
memberikan istirahat yang dibutuhkan oleh jantung dan sistem vaskuler.
Selama tidur non-Rem, detak jantung dan tekanan darah semakin lambat.
Masalah gangguan pola tidur merupakan masalah yang sering di
alami seseorang maupun pasien selama di rumah sakit. Sebanyak 22%
pasien melaporkan mengalami tidur yang buruk selama dirawat dirumah
sakit (Nuramalia, 2017). Penelitian Daneshmandi et al (2012) menyatakan
terdapat 56% kasus gangguan tidur pada pasien hospitalisasi. Sedangkan

1
2

menurut Nesbitt dan Goode (2014) menyatakan 61% pasien di ruang ICU
mengalami deprivasi tidur
Masalah gangguan pola tidur pada pasien kritis dapat menyebabkan
konsekuensi serius di antaranya pada kardiovaskuler yaitu penyakit jantung
koroner dan stroke, pada pernafasan dapat mengakibatkan hiperkapnia
hingga hipoventilasi, serta pada sistem imun dapat meningkatkan risiko
infeksi karena pertumbuhan ada fungsi limfosit, sel polinuklear dan inflamasi
sitokonin. Hal ini dapat menyebabkan dampak kerusakan organ dan
mordibitas (Romero, 2014).
Bihari et al (2012) membagi dua faktor yang mempengaruhi pola tidur
pasien di ruang ICU yaitu faktor lingkungan dan faktor non lingkungan.
Faktor lingkungan di antaranya suara, cahaya, serta alat-alat yang
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sedangkan faktor non
lingkungan adalah karakteristik pasien, nyeri dan obat-obat yang di gunakan
oleh pasien selama dirawat. Salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempegaruhi pola tidur adalah cahaya.
Secara tekhnik, pencahayaan dikelompokkan menjadi 2 yaitu
pencahayaan buatan dan pencahayaan alami. Dengan ruangan yang
tertutup di ruang ICU maka sistem pencahayaan di ruang ICU banyak
menggunakan pencahayaan buatan. Sistem pencahayaan pada instalasi
rawat intensif harus sesuai untuk berbagai aktivitas kerja yang dilakukan
untuk menanggani pasien. Kuat pencahayaan dalam ruang intensif tersebut
juga dituntut untuk dapat berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan
ketika terjadi keadaan darurat. Selain itu juga harus menyesuaikan
kebutuhan pasien, sehingga apabila terdapat keluhan dari pasien berupa
pencahayaan yang terlalu kuat atau kurang kuat dapat segera disesuikan.
Hal ini untuk menunjang kenyamanan pasien beristirahat (Fardana dan
Joestiono,2014).
Pencahayaan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
tidur pasien. Cahaya memiliki dua pengaruh pada hormone melatonim yakni
siklus cahaya siang-malam akan mengubah irama sekresi hormone dan
durasi serta intensitas cahaya yang cukup dan singkat secara tiba tiba akan
menekan produksi hormon melatonim. Hormon melatonim sendiri
merupakan hormon yang disekresi dari kelenjar pineal terutama di malam
3

hari, hormone ini terlibat dalam siklus dan regulasi tidur seseorang, serta
membantu aktivitas fisik siklus lain dan ritme sirkadian manusia (Grivas dan
Savvidou, 2011).
Penangganan gangguan pola tidur dibagi menjadi terapi farmakologis
dan non farmakologis. Menurut Oldham dan Pisani (2015) terapi
farmakologis pada pasien ICU dapat diberikan golongan obat benzodiazepin
seperti lorazepam, midazolam dan diazepam. Terapi non farmakologi yang
dapat diberikan adalah terapi komplementer yang merupakan terapi
tambahan untuk membantu terapi konvensional seperti akupuntur, tekhnik
pijatan pada tubuh, mind body techniques, dan terapi relaksasi (Potter dan
Perry, 2011).
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan gangguan tidur sudah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Pusparini, Ibrahim dan Prawesti
(2014) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
pasien di ruang intensif. Penelitian tersebut menyatakan terdapat 4 faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seperti faktor pasien, lingkungan,
tindakan keperawatan di malam hari dan medikasi. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Afianti dan Mardhiyah (2017) yang meneliti tentang pengaruh
foot massage terhadap kualitas tidur pasien di ruang ICU. Pada penelitian
tersebut menyatakan terdapat pengaruh foot massage terhadap kualitas
tidur pasien di ruang ICU.
Ruang ICU Rumah sakit Permata Bunda Purwodadi terdiri dari 10
kamar dilengkapi dengan peralatan yang modern sesuai dengan aturan
sarana prasarana ruang ICU yang berlaku. Studi pendahuluan yang
dilakukan dengan wawancara pada 8 pasien yang sedang dirawat di ruang
ICU. Dari 8 pasien yang dirawat, 4 pasien mengaku mengalami masalah
gangguan pola tidur. Kemudian 8 pasien berpendapat tidak ada masalah
dengan pencahayaan yang ada di ruang ICU. Berdasarkan data-data di atas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pencahayaan
dengan Pola Tidur Pasien di Ruang ICU Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan di angkat oleh
peneliti adalah adakah hubungan pencahayaan dengan pola tidur pasien di
ruang ICU Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pencahayaan terhadap pola
tidur pasien di ruang ICU Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan pencahayaan ICU Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi
b. Untuk mendeskripsikan pola tidur pasien di ruang ICU Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi
c. Untuk menganalisa ada tidaknya hubungan pencahayaan terhadap
pola tidur pasien di ruang ICU Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi RS. Permata Bunda Purwodadi
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang aturan pencahayaan di
ruang ICU.
2. Bagi Pasien Ruang ICU
Hasil penelitian ini sebagai acuan bagi pasien untuk memperbaiki pola
tidur saat dirawat di ruang ICU.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan menambah
pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian. Serta dapat
dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya
E. Keaslian Penelitian
No Judul dan nama Tahun Sasaran Metode Kesimpulan
peneliti
1 Pengaruh 2015 Remaja di Penelitian Ada pengaruh
penggunaan Madrasah kuantitatif penggunaan
lampu saat tidur Aliyah Negeri dengan desain cahaya lampu
terhadap kualitas 2 Pontianak cross sectional terhadap
tidur remaja di kualitas tidur
madrasah aliyah remaja
5

negeri 2
Pontianak oleh
Rusmiyati
2 Pengaruh sistem 2011 Pasien di Penelitian Sistem
pencahayaan ruang kualitatif pencahayaan
terhadap perawatan dengan mempengaruhi
kenyamanan rumah sakit Metode kenyamanan,
visual pasien empiris ketenangan,
pada ruang kesembuhan
perawatan di dan
Rumah Sakit oleh ketentraman
Yulianto pasien
3 Pengaruh 2015 Pasien di Penelitian Relaksasi
relaksasi ruang ICU dengan berpengaruh
terhadap metode quasy terhadap
kecemasan dan eksperimen kecemasan dan
pola tidur pada dengan pola tidur pasien
pasien di ruang rancangan di ruang ICU
ICU oleh pretest-
Sudiarto, posttest control
Suwondo dan group design
Nurrudin
4 Pengaruh foot 2017 Pasien di Penelitian Terdapat
massage ruang ICU quasy pengaruh foot
terhadap kualitas eksperimen massage
tidur pasien di dengan terhadap
ruang ICU rancangan kualitas tidur
pretest- pasien di ruang
posttest control ICU
group design

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Waktu


Proposal penelitian ini akan dilakukan sejak bulan September 2018 yang
dimulai dengan kegiatan studi pendahuluan dan penyusunan proposal,
kemudian jika sudah disetujui akan dilakukan seminar proposal sebagai
awal dari pelaksanaan penelitian.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
3. Ruang Lingkup Materi
Materi ini tentang hubungan pencahayaan terhadap pola tidur pasien di
ruang ICU Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi

Anda mungkin juga menyukai