Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari
625 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun
2025, lanjut usia akan mencapai 1.2 milyar (Nugroho, 2012). Disadari atau
tidak, ternyata Indonesia telah memasuki era pertambahan jumlah penduduk
lansia. Sejak tahun 2000, proporsi penduduk lansia di Indonesia telah
mencapai di atas 7%. Pada 2010, jumlah lansia diprediksi naik menjadi
9,58% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Prediksi tahun 2020, angka
tersebut meningkat menjadi 11,20% dengan usia harapan hidup rerata 70,1
tahun. Seseorang dikatakan lanjut usia berdasarkan undang-undang nomor
13/ tahun 1998 adalah mereka yang berumur mencapai 60 tahun keatas,
Dalam proses menua, sel otak juga mengalami penuaan dan kehausan. Tidak
bisa diramalkan betapa besar kecepatannya. (Watson, 2003).
Berdasarkan teori, lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun berisiko
terkena demensia. Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa
sekitar 10 % kelompok usia di atas 65 tahun dan 47 % kelompok usia di atas
85 tahun. Pada sekitar 10-20% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat
diobati.
Di Indonesia, prevalensi demensia pada lanjut usia yang berumur
65 tahun adalah 5% dari populasi lansia. Prevalensi ini meningkat menjadi
20% pada lansia berumur 85 tahun ke atas (Amirullah, 2011).
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa
gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang
hanyaditemukanpadakulit, membranmukosadankornea (Sher,1992). Pruritus
merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologik.

1
Dermatitis kontak merupakan pola respons inflamasipada kulit
akibat kontak dengan faktor eksternal (Lachapelle JM, 2006 &Diepgen TL,
Weisshaar. 2007). Dermatitis kontak merupakan salah satu penyebabkelainan
kulit dan pruritus pada populasi geriatri (Nederost S T & Stevens S R,
2001).Penelitian tentang kejadian dermatitis kontak padapopulasi geriatri
sangat terbatas. Fitzpatrick pada tahun1989 mendapatkan prevalensi
dermatitis kontak padapopulasi geriatri sebesar 11%, baik tipe iritan
maupunalergik (Fitzpatrick JE, 1989).Berbagai penelitian yang dilakukan
pada tahun1999-2003, menemukan kekerapan kejadian DKAberkisar antara
34% sampai dengan 64% (Gupta G et all, 1999). Sementaraitu, di Divisi
Geriatri Departemen Ilmu Kesehatan Kulitdan Kelamin FKUI-RSCM
terdapat 148 (8,4%) kasusdermatitis kontak dari total 1760 pasien selama
kurunperiode September 2008 – Oktober 2009.Dermatitis kontak
diidentifikasi dalam dua varianutama, yaitu iritan dan alergik berdasarkan
keterlibatansistem imun spesifik(Scalf LA, Shenefelt PD, 2007).Sebagian
besar kepustakaan yangtersedia, baik kepustakaan khusus mengenai
dermatitiskontak, kepustakaan dermatologi secara umum maupun
kepustakaan geriatri yang membahas mengenaidermatitis kontak, tidak
menyebutkan adanya perbedaanpatofisiologi dermatitis kontak pada populasi
anak,dewasa, dan geriatri. Namun, perubahan struktur danfisiologi kulit dan
imunosenescence akibat proses menuadapat berpengaruh terhadap kekerapan
dan manifestasi klinis dermatitis kontak. Pengobatan DK meliputi
penghindaran bahaniritan dan alergen, penggunaan pelembab,
kortikosteroid topikal, dan bahan imunosupresif nonsteroid.Pencegahan juga
merupakan bagian penting dari tatalaksana DK pada geriatri (MDVI 2011;
38/1:29-40)
Penyakit pruritus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
memiliki angka kejadian relatif tinggi. Pada tahun 2007 di Indonesia
ditemukan prevalensi sebesar 60-70%. Penyakit pruritus ini walaupun telah
menginfeksi masyarakatdalam jumlah yang relatif besar tetapi belum
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam upaya

2
penanggulangannya. Penyakit pruritus memang tidak akan menyebabkan
kematian seketika tapi butuh perhatian khusus dalam penanggulangannya.
Hasil penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia
terbanyak yang menderita pruritus adalah kelompok usia antara 55 tahun
keatas (lansia) yaitu terdapat 46 lansia (54,1%) dari 85 lansia yang diperiksa.
Lansia termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terkena
pruritus karena lansia mengalami perubahan struktur kulit yang di akibatkan
oleh proses alami pertambahan usia (Mahendra Sukma Persada, 2014)
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Penerima Manfaat Ny. J.
dengan Pruritus di Di Ruang Kemuning RSUD R.Soedjati Purwodadi”

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dari Pruritus ?
2. Bagaimana konsep dasar dari Asuhan Keperwatan dengan Pruritus ?
3. Bagaimana hasil dari asuhan keperawatan gerontik yang dapat diberikan
pada penerima manfaat Ny. dengan Pruritus Di Ruang Kemuning RSUD
R.Soedjati Purwodadi?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah supaya mahasiswa/I
mengerti tentang kosep dasar pruritus pada lanjut usiadan asuhan
keperawatan gerontik yang dapat diberikan pada penerima manfaat Ny.
dengan pruritus Di Di Ruang Kemuning RSUD R.Soedjati Purwodadi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/I mengetahui dan mengerti tentang
a. Konsep dasar teori tentang Pruritus pada Lansia
b. Konsep dasar asuhan keperawatan Pruritus pada Lansia

3
c. Asuhan keperawatan geronti pada penerima manfaat yang mengalami
Pruritus

Anda mungkin juga menyukai