Anda di halaman 1dari 9

PROBIOTIK DAN ZINC PADA DIARE E.C.

VIRUS PADA ANAK

ABSTRAK
Tujuan:
Tujuan penelitian untuk menganalisis efek probiotik dan zinc terhadap durasi rata-rata dan
frekuensi kasus diare akut pada anak usia 6 bulan - 2 tahun.
Metode:
Uji klinis pada anak usia antara 6 bulan - 2 tahun.
Subjek yang memenuhi syarat dibagi menjadi 3 kelompok: Kelompok Penerima Zinc/Zinc
Receiving Group (ZRG), Kelompok Penerima Probiotik/Probiotic Receiving Group (PRG),
dan kelompok kontrol yang menerima perawatan suportif saja.
Frekuensi diare dievaluasi pada kelompok uji selama 24 jam pertama dan 48-72 jam, bersama
dengan durasi rawat inap dan pada diare persisten selama 3-7 hari.
Hasil:
Diare terjadi sampai hari ketiga pada 100% subjek pada kelompok PRG, sementara pada
kelompok ZRG hanya terjadi pada 76,1%. Risiko relatif dari persistensi diare pada kelompok
PRG adalah 1,31 kali lebih banyak dibandingkan kelompok ZRG sampai hari ketiga. Lebih
lanjut 80% kasus diare pada kelompok PRG bertahan sampai hari keempat rawat inap,
dibandingkan pada kelompok ZRG sebesar 47,8%. Nilai tersebut menunjukkan hasil yang
signifikan. Insiden relatif persistensi diare pada kelompok PRG 36,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan kelompok ZRG sampai hari ke 4 diare. Sementara persentase
komplikasi pasca perawatan pada kelompok PRG sebesar 35,5% an 2,6% pada kelompok
ZRG, dengan nilai yang signifikan.
Kesimpulan:
Pada penelitian ini, efektivitas zinc pada dosis 20 mg lebih tinggi dibandingkan probiotik.
Komplikasi terkait dengan suplementasi zinc lebih rendah dibandingkan dengan probiotik.

PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian anak di seluruh
dunia yang mengakibatkan 5-10 juta kematian setiap tahun [1]. Diare menyebabkan jutaan
kematian di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada kelompok usia 0–4 tahun. Di Iran, diare
merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada anak setelah infeksi pernapasan [2].
Faktor risiko seperti air yang terkontaminasi, kesehatan yang buruk, atau pada kondisi
kekurangan gizi serta kontak dengan patogen dan kurangnya higienitas ASI menjadi
penyebab terjadinya diare [3]. Diare merupakan salah satu tanda klinis yang umum terjadi
pada infeksi yang berhubungan dengan saluran pencernaan bawah. Diare terjadi ketika feses
cair dengan frekuensi minimal 3 kali dalam 24 jam. Diare dapat dibagi menjadi kategori akut
dan kronis. Diare akut merupakan jenis yang terberat; disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
jamur, dan parasit. Rotavirus dan Escherichia coli adalah penyebab utama diare [4].
Peran zinc sebagai asupan nutrisi telah meningkat secara signifikan. Zinc adalah salah
satu mikronutrien paling efektif dalam kesehatan, terutama pada anak [5,6]. Berbagai
penelitian menghubungkan diare dengan kadar zinc yang abnormal. Durasi diare tergantung
pada berbagai faktor, di antaranya penurunan berat badan terkait usia dan penurunan imunitas
seluler [7].
Kekurangan zinc dikaitkan dengan kedua faktor [8]. Oleh karena itu, defisiensi zinc
dianggap berperan penting dalam kejadian diare pada anak. Suplementasi zinc efektif dalam
memperbaiki dan mencegah gejala diare [9]. Terapi zinc meningkatkan penyerapan air dan
elektrolit dari usus, merangsang epitelisasi, meningkatkan enzim usus, serta meningkatkan
respon imun, sehingga diare dapat tertangani [10].
Selama dua dekade terakhir, probiotik berperan dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit gastrointestinal, khususnya diare akibat penggunaan antibiotik yang berkepanjangan
[11]. Probiotik adalah mikroorganisme vital, yang mendukung flora usus, dan mengurangi
invasi bakteri pada dinding usus. Dengan demikian, probiotik mencegah pertumbuhan
patogen, meningkatkan produksi zat antimikroba dan merubah keasaman usus, sehingga
meminimalkan kemungkinan infeksi dengan memproduksi asam lemak rantai pendek [12].
Probiotik, seperti Lactobacillus acidophilus dan Enterococcus faecium SF68, berfungsi untuk
mencegah atau mengobati diare. Probiotik juga telah dievaluasi untuk pengendalian diare
rotaviral pada anak dan traveler’s diare. Probiotik penting dalam mengendalikan dan
mengurangi gejala gastroenteritis akut, keracunan, sindrom iritasi usus dan alergi makanan
[13].
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dan membandingkan efek
probiotik dan suplemetasi zinc terhadap durasi rata-rata dan frekuensi diare akut pada anak
usia 6 bulan hingga 2 tahun.

ALAT DAN METODE


Dalam studi klinis ini, seluruh bayi usia 6 bulan hingga 2 tahun dengan diagnosis
diare sedang hingga berat yang dirawat Rumah Sakit Shahid Madani Khorramabad diberikan
kuesioner persetujuan dari keluarganya. Dalam studi ini, total 146 bayi sebagai subjek
penelitian (50 bayi mendapatkan terapi probiotik, 46 mendapatkan terapi zinc, dan 50 bayi
dalam kelompok kontrol yang hanya mendapatkan perawatan suportif). Variabel penelitian
adalah berat badan, jumlah frekuensi feses per hari, muntah setelah pemberian terapi (zinc
dan probiotik), serta durasi rawat inap. Peningkatan diare didefinisikan sebagai menurunnya
frekuensi buang air besar serta meningkatnya konsistensi feses.Kriteria inklusi yaitu pasien
yang dirawat di rumah sakit pada usia 6 bulan 2 tahun, dengan diagnosis diare sedang hingga
berat. Kriteria eksklusi yaitu pasien dengan riwayat pemberian antibiotik selama minggu
terakhir sebelum dirawat di RS, mendapatkan terapi antibiotik selama rawat inap, adanya
leukosit atau eritrosit di feses, diare e.c. bakteri, pasien dengan penurunan sistem imun
(immunocompromised), serta pasien dengan kondisi malabsorpsi.
Setelah terpilih pasien yang memenuhi kriteria inklusi pasien dibagi menjadi 2
kelompok: Kelompok Penerima Zinc (ZRG) dan Kelompok Penerima Probiotik (PRG), yang
diacak secara randomisasi. Pada PRG, bayi berusia antara 6 bulan dan 1 tahun menerima 1
kapsul probiotik setiap hari dengan yogurt, sementara pada usia antara 1 hingga 2 tahun
menerima 1,5 kapsul per hari (jenis obat: kapsul PROKID; Gostaresh Milad Pharmed Co.,
Teheran, Iran). Probiotik diindikasikan untuk anak dan bayi yang mengandung lebih dari 109
× 6 unit probiotik per kapsul. Produk probiotik mengandung Bifidobacterium lactis,
Lactobacillus dan Bifidobacterium bifidum, dan Lactobacillus rhamnosus. Kelompok ZRG
menerima 20 mg unsur zinc sebagai sirup zinc glukonat (5 mg / 5 mL) setiap hari (Al-Hawi
Pharmaceutical Co., Teheran, Iran). Namun, zinc dapat memicu komplikasi gastrointestinal,
seperti muntah dan sakit perut, dan karenanya, diberikan bersama makanan atau susu.
Frekuensi diare pada 2 kelompok dipantau selama 24 dan 48-72 jam pertama. Durasi
rawat inap dan diare selama hari ke 3 hingga ke 4 dievaluasi. Persistensi diare pada anak
yang dipulangkan dari rumah sakit dievaluasi dengan menghubungi orang tua pasien. Pasien
di kedua kelompok di follow-up dengan menggunakan hasil yang ditunjukkan oleh orang lain
selain peneliti (perawat terlatih).
Penelitian ini disetujui oleh Dewan Etika Penelitian Penelitian Universitas Lorestan
(LUMS.REC.1396).
Analisis statistik
Analisis data pada 96 bayi dilakukan dengan menggunakan Prosedur Statistik untuk Ilmu
Sosial (SPSS versi 19.0; Chicago, IL, USA). Independent-sample-t-test digunakan sebagai
perbandingan dengan pengukuran ulang ANOVA. Nilai P <0,05 dianggap signifikan secara
statistik.
HASIL

Dalam studi ini, total 96 anak (50 diterapi dengan probiotik dan 46 dengan zinc)
dipelajari. Usia rata-rata anak dalam kelompok PRG adalah 11,8 ± 5,95 bulan dan ZRG
adalah 11,15 ± 5,51 bulan, dimana hal tersebut tidak signifikan secara statistik (p = 0,586)
berdasarkan uji-t independen. Selain itu, tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan
distribusi jenis kelamin, tempat tinggal, tingkat pendidikan ibu, dan jenis gizi. Berdasarkan
uji-t independen, perbedaan berat rata-rata (p = 0,794) dan frekuensi kebiasaan buang air
besar (p = 0,334) pada kedua kelompok tidak signifikan secara statistik sebelum pemberian
probiotik dan suplementasi zink (table 1).
Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan berat anak pada 2 kelompok
dalam waktu yang berbeda. Perbedaan berat anak selama waktu (efek waktu) pada masing-
masing kelompok signifikan secara statistik (p <0,001); Namun, perbedaan berat anak antara
2 kelompok (efek kelompok) tidak signifikan secara statistik (p = 0,336). Selain itu, berat
anak antara 2 kelompok pada setiap interval waktu ditentukan secara terpisah pada masing-
masing hari pertama (p <0,835), kedua (p <0,714) dan ketiga (p <0,449), tidak signifikan
secara statistik.
Berdasarkan hasil, frekuensi kebiasaan buang air besar setiap hari pada anak di bawah
setiap kelompok dari waktu ke waktu signifikan secara statistik (p <0,001). Namun,
perbedaan frekuensi kebiasaan buang air besar antara dua kelompok tidak signifikan secara
statistik (p = 0,824). Perbedaan signifikan terjadi antara 2 kelompok dalam hal usia (efek
waktu) (p <0,001). Frekuensi rata-rata kebiasaan buang air besar pada 2 kelompok anak pada
setiap interval waktu yang ditentukan, berdasarkan uji-t independen pada masing-masing
yang pertama (p = 0,657), kedua (p = 0,530), ketiga (p = 0,406), dan pada hari keempat
keempat (p = 0,700).
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2, perbedaan dalam peningkatan diare
pada PRG secara statistik tidak signifikan dalam hal jenis kelamin, pendidikan ibu, dan jenis
nutrisi. Namun, berdasarkan hasil uji χ2, perbedaan dalam frekuensi peningkatan diare pada
PRG berdasarkan lokasi anak signifikan secara statistik. Dalam kelompok ini, persentase
peningkatan pada anak yang tinggal di daerah pedesaan secara signifikan lebih dibanding
pada anak di daerah perkotaan (p = 0,029).
Menurut analisis, ZRG tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada persentase
peningkatan diare dalam hal jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan ibu, atau jenis gizi.
Pada kelompok PRG, diare bertahan pada 100% kasus sampai hari ketiga rawat inap,
sedangkan pada kelompok ZRG, hanya diamati pada 76,1% anak sampai hari ketiga rawat
inap, dan perbedaan ini signifikan secara statistik (p <0,001). Risiko relatif diare persisten
hingga hari ke-3 pada PRG sebesar 1,31 kali lipat dibanding ZRG.
Pada kelompok PRG, diare bertahan pada 80% kasus hingga hari ke 4, sedangkan
pada kelompok ZRG, hal tersebut hanya terjadi pada 47,8% anak. Hasil tersebut signifikan
(p<0,001). Persistensi relatif diare hingga hari ke-4 pada kelompok PRG 36,4 kali lebih
tinggi dibandingkan di ZRG.
Insiden komplikasi pasca perawatan sebesar 35,5% pada PRG dan 2,6% pada ZRG, yang
bermakna signifikan secara statistik (Tabel 3). Tingkat kepuasan terapi pada PRG sebesar
91,4% dan ZRG sebesar 97,3%, yang tidak signifikan secara statistik.

DISKUSI (PEMBAHASAN)
Pada studi klinis ini, peneliti membandingkan efek probiotik dan suplementasi zinc
sebagai terapi diare viral akut pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun. Dalam studi Abraham
et al. [14] kombinasi suplementasi zinc dan terapi probiotik lebih unggul dibanding probiotik
saja untuk mengurangi muntah dan diare pada anak. Dalam uji coba terkontrol secara acak
oleh Brooks et al., [15] 275 bayi berusia 1 hingga 6 bulan dengan diare cair akut diterapi zinc
acak dengan 20 mg unsur zinc yang diberikan dalam bentuk zinc asetat setiap hari dan
plasebo. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara durasi diare dan penambahan berat badan
bayi pada kelompok intervensi dan kontrol. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini,
sehubungan dengan penambahan berat badan bayi. Namun, terdapat perbedaan signifikan
antara durasi diare, lama rawat inap dan pengurangan komplikasi setelah terapi dengan Zn
[13]. Dalam penelitian ini, risiko relatif diare persisten sampai hari ke 3 pada kelompok
probiotik adalah 1,31 kali lipat dibanding kelompok ZRG, dan risiko relatif diare persisten
sampai hari ke 4 pada kelompokPRG adalah 36,4 kali lebih besar dibanding pada kelompok
ZRG. Hasil ini menunjukkan efek suplementasi zinc lebih baik dibandingkan dengan
probiotik.
Dalam uji coba terkontrol secara acak di India oleh Sachdev et al., [16] yang
melibatkan bayi dengan diare cair, ditemukan bahwa durasi diare dan frekuensi kebiasaan
buang air besar setelah suplementasi zinc berkurang secara signifikan hanya pada pasien
dengan defisiensi zinc yang berat , dan hasil durasi diare konsisten dengan temuan penelitian
ini [13].
Dalam uji coba acak di Bangladesh oleh Qadir et al., [17] yang melibatkan 190 anak
usia antara 3 sampai 24 bulan yang didiagnosis diare, durasi penyakit pada anak dengan berat
badan rendah setelah suplementasi zinc berkurang hingga 33%. Selain itu, waktu pemulihan
anak berjenis kelamin laki-laki yang menerima suplemen zinc secara signifikan lebih pendek
dibanding anak laki-laki pada kelompok kontrol [17]. Studi terbaru ini tidak konsisten dengan
temuan penelitian ini tentang berat rata-rata anak yang diteliti. Dalam penelitian ini,
perbedaan berat rata-rata (p = 0,794) pada 2 kelompok tidak signifikan secara statistik
sebelum pemberian probiotik dan zinc.
Dalam sebuah studi uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di India, 287 anak
laki-laki (usia 3 hingga 36 bulan) dengan selang maksimum 72 jam sejak timbulnya diare,
menunjukkan perubahan signifikan dalam kebiasaan buang air besar setelah terapi zinc, yang
konsisten dengan temuan ini [18 ] Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil kelompok PRG,
yang melibatkan 100% kasus, diare bertahan sampai hari ketiga perawatan (72 jam),
dibandingkan pada kelompok ZRG yang hanya sebesar 76,1%. Perbedaan ini signifikan
secara statistik (p≤0.001).
Pada penelitian Bhandari et al., (2005)[19] suplementasi zinc dapat digunakan untuk
penatalaksanaan anak kurang gizi dengan diare akut atau bahkan anak kurang gizi secara
umum yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi,
Dalam penelitian Boran et al. [20] pada 280 anak usia 6 hingga 60 bulan, kelompok
intervensi menerima suplemetasi zinc selama 14 hari. Tingkat plasma zinc selanjutnya lebih
tinggi dibanding kelompok kontrol, dan durasi serta frekuensi diare lebih rendah pada
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol, tanpa perbedaan signifikan.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian ini dalam hal durasi diare [20].
Dalam studi Torabi et al., [21] terapi diare dengan zinc sulfat menunjukkan hasil yang
memuaskan. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian ini yang menunjukkan efek positif
zinc pada pasien diare. Namun, penelitian Mazumder et al. [22] tidak menunjukkan
penurunan frekuensi dan durasi diare pada anak yang diterapi dengan suplementasi zinc, yang
sejalan dengan temuan penelitian ini. Hasil yang bervariasi dapat dikaitkan dengan berbagai
status zinc serum pada pasien di wilayah yang berbeda dengan jumlah sampel yang diteliti.
Studi berdasarkan kadar zinc serum spesifik pada area geografis.
Studi klinis menunjukkan bahwa asupan bakteri yang menghasilkan asam laktat pada
10 -10 derajat celcius dapat mengurangi kejadian, durasi, dan tingkat keparahan beberapa
penyakit gastrointestinal [23]. Dalam penelitian ini, diamati bahwa probiotik menurunkan
diare pada hari ke 3 dan 4, meskipun tidak sekuat kelompok yang menerima suplementasi
zinc, meskipun terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol
(p <0,001) (Tabel 3). Telah diamati bahwa probiotik memelihara flora usus dan mencegah
komplikasi pencernaan seperti diare yang berhubungan dengan terapi antibiotik, penyakit
radang usus, diare anak, traveler’s diarrhea, intoleransi laktosa, infeksi Helicobacter pylori,
sindrom iritasi usus, dan penyakit usus yang disebabkan Clostridium difficile [ 24]. Selain itu,
studi klinis dan laboratorium menunjukkan bahwa probiotik mencegah dan memperbaiki
infeksi saluran kemih dan genital, kadar lipid darah yang tinggi, alergi, dan septikemia.
Namun, diperlukan penelitian ilmiah kuat dan terkontrol, termasuk uji klinis multicenter
double-blind dengan kelompok kontrol, bersama dengan studi farmakokinetik untuk
membuktikan potensi probiotik[25].
Penelitian menunjukkan bahwa 20% pasien kehilangan flora mikroba setelah
perawatan antibiotik. Probiotik efektif untuk terapi dan pencegahan diare yang terjadiakibat
hal tersebut. Probiotik efektif untuk terapi pada traveler’s diarrhea dan penyakit infeksi,
seperti rotavirus pada anak[26]. Probiotik termasuk jenis Lactobacillus tertentu (mis.,
Rhamnosus) dapat menurunkan risiko diare anak. Inflmasi pada selaput lendir usus atau
gastroenteritis adalah salah satu penyebab utama diare akut, yang umumnya berlangsung
selama beberapa hari [27]. Virus, bakteri, dan parasit memicu gastroenteritis. Pada anak,
rotavirus merupakan penyebab utama gastroenteritis. Meskipun pemberian air dan elektrolit
secara per oral merupakan terapi yang paling umum, namun hal tersebut tidak mengurangi
durasi penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa asupan probiotik menurunkan durasi diare,
terutama, ketika dimulai segera sejak tanda awal timbulnya gejala. Namun, terapi dengan
probiotik mungkin tidak efektif pada kasus lanjut yang memerlukan intervensi secara
intravena [27].
Berbagai penelitian memberikan bukti yang jelas tentang efektivitas probiotik pada
penyakit usus. Studi meta analisis Szajewska et al. [28] melaporkan efek probiotik untuk
terapi dan pencegahan diare menular akut pada anak. Studi ini menguji peran Lactobacillus
rhamnosus GG (LGG) pada diare akut dan infeksi pada neonatus dan anak. Tidak terdapat
efek samping yang diamati pada LGG [28].
Berbagai spesies probiotik seperti Lactobacillus reuteri 55730 ATCC, LGG (L. rhamnosus),
Lactobacillus 114001-DNcasei dan Saccharomyces boulardii efektif dalam mengurangi
keparahan dan durasi diare akut pada anak. Durasi diare akut pada anak yang mendapat terapi
dengan probiotik berkurang sekitar 1 hari [29,30]. Organisme hidup termasuk LGG dan ragi
seperti S. boulardii menunjukkan efek terapi yang bermanfaat untuk pencegahan diare terkait
antibiotik, yang terbukti efektif pada pasien yang mendapat terapi antibiotik [31,32].
Mekanisme terkait efek probiotik yang berbeda harus dijelaskan lebih rinci untuk
menentukan spesies probiotik yang tepat dalam melawan patogen tertentu penyebab diare.
Selanjutnya, dosis dan lamanya periode terapi harus dijabarkan lebih lanjut [33]. Pada
penelitian ini, efektivitas zinc pada dosis 20 mg lebih tinggi daripada probiotik. Namun,
komplikasi suplementasi zinc lebih rendah dibandingkan dengan probiotik.

Anda mungkin juga menyukai