Anda di halaman 1dari 6

BISNIS TUMBUH 400%

Di tahun “unpredictable 2018” apa sebaiknya yang akan kita lakukan? Kita bukan
politisi dimana siapapun gubernurnya, siapapun bupatinya bahkan siapapun
presidennya ganti atau tetap, tidak langsung merubah diri kita menjadi kaya raya
dalam sekejab.

Jadi siapa yang bisa merubah kita menjadi apa yang kita mau? Ya diri kita sendiri.
Yang pasti jangan ikuti perilaku orang seperti saya yang anti rinso BUMNisasi dan
anti LBP yang sangat pro china. Jangan yah. Karena platform saya adalah anti
pemerintah berbisnis. Saya anti BUMN dengan 118 perusahaan dan anak usahanya
yang ada 800 total semuanya, itu saya anti. Apa lagi BUMD daerah, sampai BUMdesa,
maaf saya anti. Saya anti pejabat berbisnis. Pemerintah daerah dan pemenrintah
pusat berbisnis, saya anti.

Jadi siapa yang berbisnis,ya semua orang kecuali pejabat. Semua orang berbisnis
kecuali Negara.

Karena saat ini pemerintahnya pro BUMN maka jatah swasta mengecil dan terjepit
jadi banyak yang main di luar negeri lalu balik lagi mendompleng dana asing. Jadi
main uang saja, investor jadi kapitalis.

Lalu apa strategi 2018 untuk berbisnis untuk kita? Syarat,pertama jangan berbisnis
yang BUMN masuk. Biarkan saja BUMN disana, dan biarkan saja BUMN merugi. Khan
kita tahun dari 118 BUMN dengan 800 perusahan ana-anaknya yang untung hanya
20% nya. Tahu khan? Dan sampai kapanpun ya memang BUMN sulit untung, lah
orang- orang pengelolanya adalah hanya “jatah” jabatan ngak ada yang bisa bisnis!!!

Heran saya kok ngak di jual ke IPO ke public. apa emang ngak laku ya kalau di jual,
semua proyek rugi. Bukan rugi bisnis loh. Rugi “cost” biaya tinggi. Lihat saja tuh
kekayaan para direksi dan pejabat BUMN, beeeeh, males sudah nerangkannya.
Panjang aja deretan harta mereka tapi BUMN nya untung tipis bahkan merugi.

Di 2018 yang kedua, kita masuk kesektor yang dasar. Kebutuhan primer. Sandang
pangan. Terutama pangan.
Kita semua tahu bahwa generasi saat ini “kemahiran” masaknya turun jauh di
banding genarasi atas. Nenek kita, ibu kita, turun ke diri kita, masakannya di rumah
masih enak masakan nenek atau masakan ibu.

Lalu generasi saat ini termasuk generasi milenia kalau urusan di dapur jauh sangat
lemah. Sehingga putusan memasak dan memakan memilih “eat out”. Makan
makanan yang bukan rumahan lagi.

Alasan teknis dan ekonomis lainnya. Kitchen set, mulai dari kompor, oven, panci,
dandang, rice cooker, sampai utensil sendok garpu, pisau, telenan, piring dan lain
sebagainya belum lagi bumbu-bumbu adalah investasi mahal. Yang di sebut layak
bahkan nilainya bisa 25 jutaan untuk peralatan lengkap.

Makanya harga makanan di meja bukan di hitung dari belanja ke pasar basah satu
hari 100.000 beli ayam, kangkung , bawang, cabe, telor, ikan, beras. Bukan. Ada
indirect cost atau biaya tidak langsung lainya, energy yang dipakai, para bedinde
pembantu rumah tangga, listrik, gas, dan biaya cost of fund untuk investasi kitchen
set atau bahasa kerennya depresiasi.

Sesungguhnya memasak itu menjadi sangat mahal. Bisa ongkos langsung direct cost
di tambah indirect cost double harga makanan atau sama dengan harga beli diluar.

Sementara beli makanan di luar atau makan diluar lebih cepat, lebih mengakrabkan
suasana kekeluargaan, dan bisa-bisa lebih murah.

Ini yang saya maksud bisnis terbaik yang kita harus masuki di tahun 2018. Bisnis
makanan dan bisnis penunjang dunia kuliner.

Saat ini di Indonesia terutama di perkotaan perilaku “eat out” masih 25% penduduk.
Negara maju seperti Negara tetangga kita singapura dan Australia perilaku eat out
itu di atas 80% populasi. Jumlah restorant, café, walau penduduk singapura hanya ¼
penduduk Jakarta , jumlahnya lebih banyak 2 kali lipat dari jakarta isi café, warung,
steet vendor, hawker, restorannya.

Saran saya, masuk di bisnis makanan karena potensinya masih bisa naik 400% dalam
5 tahun kedepan. Kalau orang seperti saya bagaimana? Nah saya akan masuk juga
kebisnis ini namun ada satu lagi yang beda, saya akan masuk disisi lebih dalam lagi.
Sama industri makanan hanya beda “pendekatanya”.
BISNIS MAKANAN

Kita lanjut ke bisnis yang bisa naik 400%. Mengajari hal bisnis seperti ini ada baiknya
kita bertanya dulu kepada yang mengajari. Apakah hanya mentor tahu teori atau
pernah punya pengalaman berbisnis di masa lalu atau memang masih berbisnis
dalam bidang tersebut.

Jadi kalau ada penulis atau mentor bisnis kita harus uji mereka, setuju?. Kita Tanya
apa pengalaman mereka, atau dalam kasus saat ini yang saya katakan bisnis naik
400% dalam 5 tahun ke depan maka saya juga harus di uji. Gak apa apa, saya tidak
akan tersinggung di Tanya, emang si sontoloyo punya restorant atau berbisnis
makanan? Ada pengalaman nya ngak? Maka saya harus bisa menceritakan
“pengalaman” saya. Bukan teori. Jadi saya harus teruji. Betul ya. Setuju?

Kalau saya hanya bisa nulis saja atau hanya mentor teori ngak usah di gubris
tulisannya. Ngomong tok semua orang bisa. Begitu juga mentor pebisnis lainnya.
Kita Tanya pengalaman mereka setuju ya? Dan pastinyadi mulai dari saya.

Saya memiliki hotel kecil di cepu, di ciloto puncak dan di lembang. Semuanya
bernama depan ARRA. Dari ketiganya ada restorantnya dan masing-masing ada chef
nya pastinya. Dan disini pengalaman saya mengenai bisnis makanan.

Jadi boleh saya lanjut khan ya?

Bisnis makanan ada dua macam secara garis besar di dunia café atau restorant. Ada
yang “pre-cook” ada yang “cook to order”.

Kalau kita masuk ke starbuck, coffee bean café sejenisnya maka semua makanan
“pre-cook” sehingga pemesan yang berminat akan di tanya misalnya mau di panasin
dulu pak/bu? Atau menerima apa adanya yang cukup enak juga lahap.

Jenis berikutnya ada yang memerlukan kitchen khusus seperti dalam bisnis makanan
fast food di KFC, MC Donald dan sejenisnya. Mereka yang menyediakan makanan ini
yang memasak namanya “cooker” tukang masak. Bukan sous chef bukan chef. Semua
bumbu sudah di racik di central kitchen semua makanan sudah di marinated dan
sang cooker tinggal masak, kukus, goreng atau panggang.
Ada lagi restoran yang menyediakan chef dan sous chef. Seperti di hotel, seperti
solaria, tamani café, chinees resto dan lain sebagainya atau lebih tepatnya seperti
restauran “fine dining” lainnya.

Dengan 3 macam bentuk dapur dan penyajian makanan semoga sudah terbayang
apa yang menjadi “constraint” jika kita akan menjalani bisnis food and beverage ini.
Constraint atau kendala bisa jadi ancaman kalau kita tidak antisipasi dari awal.

Apa itu potensi kendalanya dan bagaimana mengatasinya?

Dalam bisnis sekali lagi, focus kita kepada “ profit”. Dan untuk bisa “selalu” profit
pastikan “cost atau biaya” itu selalu rendah atau selalu bisa di kendalikan.

Jadi unsur yang harus di perhatikan dalam urusan ‘mengontrol biaya” salah satunya
adalah “kitchen” urusan dapur. Apa lagi kita yang berbisnis fine dining, anda sangat
bergantung dnegan “chef” anda. Kestabilan rasa jika seseroang pesan gurame bakar
atau nasi kebuli harus sama. Kapanpun si pelanggan memesan dan menyantapnya,
rasa harus sama.

Geser sedikit rasa, orang pindah. Bukan masalah lebih enak atau kurang bumbu.
Beda saja rasa, pelanggan pindah. Belum lagi masalah “presentasi” makanan
tersebut. Rasa boleh sama, presentasi penyajiannnya beda pelanggan bertanya
dalam hati, ini rasa masih sama apa tidak?

Catatan, pelanggan datang karena RASA YANG SELALU SAMA. Dan ini bisa jadi
“masalah” kalau kita berbisnis fine dinning. Karena itu di fine dining restaurant
jangan harap harganya murah kerena “serie” pengerjaan yang oanjang mulai dari
memilih barang hingga di “deliver” di meja pelanggan. Misalnya, benar harga 1 kilo
daging 150.000 yang mutu bagus. Mengapa 200 gram steak di Lawry’s prime rib
restaurant harganya 1 juta rupiah per porsi, Sementara di holy cow steak hanya
200.000 rupiah?

Mau bandingin apanya? Rasanya? Suasananya? Servicenya? Holy cow sama lawry’s
jauuuh. Walaupun kobe juga steak nya, wagyu juga steaknya.

Jadi saran jika bermain di bisnis makanan, kita sebaiknya melipir dulu, jangan main
yang menggunakan chef atau sous chef. Investasinya ngak murah, harga jual ngak
murah dan daya beli terbatas. Pasarnya “niche” banget. pasarnya terlalu tajam di
Indonesia. Dengan GDP 3700 pasarnya terlalu kecil. Di Jakarta saja pemainnya tidak
banyak. Tidak sampai 50 restaurant type ini, seperty lawry’s maksudnya.

Kita turun ke ancaman lainnya. Kalau tadi di “manusia”nya yaitu para chef, maka
sekarang kita masuk ke investasi peralatan. Bayangkan kalau restaurant kita buat
untuk 100 kursi, atau 25 meja. Kira-kira memerlukan ruang makan seluas 150-200M2.
Satu orang kira-kira 1,5 – 2 meter2 manuvernya.

Percaya kah, kita harus menyewa atau mempunyai ruangan 250 -300M2 karena
100M2 adalah untuk “dapur”. 100M2 untuk produksi, 150-200M2 untuk jualan. Ini
kalau kita masih masuk di bisnis “cook to order”.

Memasak ketika ada pesanan.

Bayangkan maneuver di dapur ketika jam 7 malam di mana full house, semua table
penuh. Ada yang pesan ayam bakar, daging steak welldone, ada yang caesar salad,
ada yang sate, ada yang nasi rames, apapun orderan tersebut terjadi dalam kurun
waktu bersamaan. Bagaimana maneuver di dapur. Jangan Tanya deh. Teriakan,
tabrakan, dan banyak kejadian yang tidak pantas di lihat bagi pelanggan.

Sekali lagi mulai terbayang “ancaman” dalam bisnis restaurant walau ini kelas sejenis
solaria. Jujur, solaria saat ini adalah ancaman bagi KFC karena menawarkan keunikan
“nasi mentung” tinggi dengan lauk dan harganya sama dengan KFC. Jumlah outlet
solaria lebih banyak dari KFC dan kedepan, KFC bakal ketinggalan jauh.

Sulitkan berbisnis ala solaria? Ya banget.

Rasa harus standar dengan cooker sebanyak restonya. Ngak gampang hal itu
dilakukan.

Lalu kita lanjut lagi ke cook to order ala KFC ala Burger king. Size kitchen nya lebih
kecil karena masaknya sudah menggunakan mesin. Semua sudah di bumbui, semua
sudah di marinated, mereka tinggal goreng. Ini beda lagi strateginya. Kekuatanya di
suasana “cepat” , warna cerah terang dan posisi harus di lokasi strategis.

Eh ngomong-ngomong memang doyan baca tulisan beginian ya? Saya terkadang


ragu ada manfaatnya ngak ya nulis begini-begini. Biasanya lebih banyak yang suka
tulisan politik, gossip ke kinian, kalau ini, dimana “fun”nya, ngak ada, yang ada kepala
malah penat. Bener mau lanjut? #MMBCVJAKARTA #peace

Anda mungkin juga menyukai