Buku Petunjuk Teknis Teknologi Budidaya Cabai PDF
Buku Petunjuk Teknis Teknologi Budidaya Cabai PDF
Editor : Rustam
Oni Ekalinda
Budidaya Cabai 1
BUKU PETUNJUK TEKNIS
Editor :
Rustam
Oni Ekalinda
Sampul dan Tata Letak : Andi
Alamat Penerbit:
Badan Penerbit Universitas Riau UR PRESS
Jl. Pattimura No 9, Pekanbaru. 28132
Riau, Indonesia
e-mail: unri_press@yahoo.co.id
ANGGOTA IKAPI
ISBN 978-979-792-798-1
2 Budidaya Cabai
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai i i
DAFTAR ISI
Halaman
iiBudidaya Cabai ii
Budidaya Cabai
DAFTAR TABEL
Halaman
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai iii iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Budidaya Cabai
iv iv
Budidaya Cabai
23. Gejala serangan penyakit busuk daun fitoftora
pada tanaman cabai ............................................. 34
24. Gejala serangan penyakit layu fusarium pada
tanaman cabai........................................................ 35
25. Gejala serangan R. solani (kiri) dan gejala
serangan Pythium spp (kanan) di pangkal
batang tanaman cabai ......................................... 36
26. Gejala serangan virus kuning pada tanaman
cabai (kiri) dan pada rumput babadotan
(kanan) ...................................................................... 37
27. Hemiptarsonemus varicornis ................................... 38
28. Eriborus argenteopilosus........................................... 39
29. Trichogramma chilonis. ............................................ 39
30. Larva dan imago M. Sexmaculatus ....................... 40
31. Rhinocoris sp.............................................................. 40
32. Amblyseius cucumeris .............................................. 41
33. S. litura terserang jamur B. bassiana........................ 42
34. Larva S. litura terserang SLNPV................................. 42
35. Trips terserang Steinernema spp.............................. 43
36. Perangkap trips ......................................................... 47
37. Perangkap lalat buah .............................................. 48
38. Buah cabai merah yang siap untuk dipanen........ 50
39. Buah cabai merah .................................................. 51
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai v v
vi Budidaya Cabai
PENDAHULUAN
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 1 1
Pengembangan komoditas cabai merah lingkup
nasional memiliki empat sasaran, yaitu (1) Ketersediaan
cabai merah yang lebih merata sepanjang tahun; (2)
Stabilisasi harga cabai merah di pasaran; (3)
Pengurangan impor cabai merah; dan (4) Peningkatan
ekspor cabai merah. Untuk mencapai sasaran tersebut
maka salah satu upaya yang dilakukan adalah
peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap cabai merah yang semakin
meningkat. Hal ini mendorong pengusaha benih
menyediakan berbagai jenis dan varietas cabai
dengan keunggulannya masing-masing sehingga
memudahkan petani dan pelaku usahatani dalam
memilih jenis cabai maupun varietas yang akan
dibudidayakan.
Dalam pemilihan varietas cabai yang perlu
dipertimbangkan antara lain kesesuaian permintaan
pasar (rasa, warna, penampakan, ukuran, dll.),
produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan cocok
ditanam pada kondisi agroekosistem setempat.
Pemilihan benih juga merupakan hal penting bagi
petani dan pelaku usahatani, karena benih yang baik
dan sehat merupakan dasar bagi pertumbuhan
tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang serta
berproduksi secara optimum. Pemilihan benih harus
memperhatikan sertifikat/label benih, kadar air benih,
kemurnian benih, daya kecambah benih dan
kesehatan benih.
Berbagai kendala dihadapi dalam agribisnis
cabai merah antara lain: (a) Penanaman terkonsentrasi
pada musim tanam utama, sehingga pasokan tidak
merata, tidak seimbang sepanjang tahun; (b) Belum
ada keseimbangan antara produksi dengan serapan
pasar, yang mengakibatkan harga berfluktuasi; (c)
Budidaya
2 Cabai 2
Budidaya Cabai
Penerapan teknologi maju belum optimal; (d) Industri
perbenihan belum berkembang dan benih unggul
bermutu diusahakan oleh petani dalam jumlah terbatas;
(e) Perlindungan tanaman umumnya belum dilakukan
sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu
(PHT); (f) Belum tersedia fasilitas permodalan untuk
petani dalam bentuk kredit usaha tani; (g)
Pengolahan/prosesing belum berkembang meskipun
memiliki potensi pemasaran yang cukup baik; (h)
Pemasaran umumnya dilakukan oleh tengkulak dengan
harga yang seringkali merugikan petani dan (i)
Koordinasi pengaturan areal tanam yang sesuai dengan
kebutuhan belum terlaksana secara optimal.
Budidaya cabai merah menjanjikan keuntungan
yang besar tetapi tidak jarang petani cabai merah
menemui kegagalan dan kerugian. Permintaan akan
cabai tidak sepanjang tahun dapat terpenuhi. Pasokan
yang kurang menyebabkan harga cabai melonjak
tinggi sehingga sering menimbulkan inflasi (Surya, 2015).
Permasalahan cabai sebenarnya tidak hanya pada
saat harga melonjak tinggi akibat pasokan yang
berkurang, tetapi juga pada saat anjloknya harga
cabai akibat melimpahnya pasokan sehingga petani
mengalami kerugian cukup besar (Anwarudin dkk,
2015). Untuk keberhasilan dalam usahatani cabai merah
selain diperlukan keterampilan dan modal yang cukup,
juga banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti
syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam,
pengendalian OPT dan penanganan pasca panen.
Strategi untuk mengatasi gejolak harga cabai
antara lain dengan meningkatkan luas tanaman cabai
pada musim hujan, mengatur luas tanam dan produksi
cabai pada musim kemarau, menstabilkan harga, dan
mengembangkan kelembagaan kemitraan yang andal
dan berkelanjutan (Anwarudin dkk, 2015). Peningkatan
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 3 3
produksi dan produktivitas cabai merah secara nyata
hanya dapat dilakukan dengan inovasi teknologi baru
dan perencanaan tanam yang tepat. Terobosan inovasi
teknologi baru dapat difokuskan pada penggunaan
benih unggul lokal dan hibrida tersertifikasi, teknologi
pemupukan secara lengkap dan berimbang,
penggunaan pupuk organik terstandardisasi dan
penggunaan kapur sebagai unsur pembenah tanah,
teknologi pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu, serta penanganan pasca panen yang prima.
Perencanaan tanam harus didasarkan pada dinamika
permintaan pasar menurut tujuan dan segmen pasar,
serta preferensi konsumen (Saptana dkk, 2013).
Budidaya
4 Cabai 4
Budidaya Cabai
SYARAT TUMBUH
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 5 5
bebas dari gulma (Prabaningrum, 2016). Curah hujan
yang tinggi atau iklim yang basah tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman cabai merah. Pada keadaan
tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit,
terutama yang disebabkan oleh jamur, yang dapat
menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
cabai merah adalah sekitar 600-1200 mm/tahun
(Sumarni, 2005).
Cahaya matahari sangat diperlukan sejak
pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada
intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup
lama, masa pembungaan cabai merah terjadi lebih
cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung
lebih singkat. Kelembaban tanah dalam keadaan
kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan
0
temperatur tanah antara 24-30 C sangat mendukung
pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah
yang rendah akan menghambat pengambilan unsur
hara oleh akar.
Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai
adalah 6-7. Cabai dapat tumbuh baik pada kisaran pH
tanah antara 5,5 - 6,8. Pada pH >7,0 tanaman cabai
seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman
kerdil dan daun menguning karena kekurangan hara
besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman cabai juga akan
tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau
keracunan Al dan Mn.
Budidaya
6 Cabai 6
Budidaya Cabai
PERSIAPAN LAHAN
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 7 7
menggunakan terlalu banyak pupuk yang bersifat asam
seperti ZA dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk
tanah masam adalah Calcium Amonium Nitrate (CAN).
Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya bila
digunakan pada tanah Alkalin.
Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen,
yaitu masa padatan, air dan udara, masing-masing
dengan volume sepertiga bagian. Keadaan ini akan
menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktivitas
biologi tanah yang cukup baik. Perbaikan sifat fisik
tanah antara lain dapat dilakukan dengan pengolahan
tanah dan pemberian bahan organik. Pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul
atau traktor.
Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat
lapisan olah yang gembur, menghilangkan gulma atau
sisa-sisa tanaman, menghilangkan racun, dan
menghilangkan organisme pengganggu tanaman (OPT)
dalam tanah. Oleh karena itu, pengolahan tanah harus
dilakukan secara bertahap dan memerlukan cukup
waktu antar tahapannya, yaitu sekitar 5-7 hari. Hal ini
dimaksudkan agar tanah cukup terjemur oleh sinar
matahari sehingga gas-gas racun dalam tanah hilang
dan OPT tanah mati.
Tanah yang ideal untuk penanaman cabai
adalah tanah yang gembur, remah, mengandung
cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur
hara, dan air, serta bebas dari gulma (Andri dkk, 2015).
Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan
pengolahan tanah yang terdiri atas pembajakan
(pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-
sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta
pembuatan bedengan dan saluran. Persiapan lahan
untuk lahan kering dan sawah diuraikan sebagai berikut
:
Budidaya
8 Cabai 8
Budidaya Cabai
1) Lahan kering/tegalan :
Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai
gembur.
Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 100-
120 cm, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan
30- 50 cm.
Dibuat garitan-garitan dan lubang-lubang tanam
dengan jarak (50-60 cm) x (40-50 cm). Pada tiap
bedengan terdapat 2 baris tanaman.
2) Lahan sawah :
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 9 9
Perbaikan sifat fisik tanah dapat juga dilakukan
dengan pemberian bahan organik. Bahan organik
mempunyai sifat mengurangi kepadatan tanah berat
(tanah liat) dan meningkatkan daya tahan air bagi
tanah ringan (tanah pasir). Tanah yang berpasir
sekurang-kurangnya harus mengandung bahan organik
4% (C-organik 2%), dan untuk tanah liat diperkirakan
harus mengandung bahan organik 2% (C-organik 1%).
Lahan dengan kesuburan kimia yang kurang baik
bukan merupakan faktor pembatas yang serius dalam
budidaya cabai merah, karena penggunaan pupuk
organik dan pupuk buatan relatif mudah. Hal yang tidak
menguntungkan adalah adanya pemberian pupuk
yang berlebihan dan tidak berimbang. Sering dijumpai
petani yang memberikan pupuk secara berlebihan
(terutama pupuk N) dengan maksud mendapatkan
hasil yang setinggi-tingginya, tetapi kenyataannya
hasilnya tidak selalu memuaskan. Penggunaan pupuk
yang berlebihan dapat menjadikan tanaman rentan
terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat
menurunkan kualitas tanah.
Untuk menghasilkan buah sebanyak 21 ton/ha,
tanaman cabai merah harus menyerap unsur hara N
sebanyak 70 kg/ ha, P2O5 16 kg /ha, dan K2O 92 kg /ha
(IFA World Fertilizer Use Manual, 1992 cit. Sutarya et al.
1995). Bila efisiensi serapan N diperkirakan 60%, P 40%
dan K 70%, maka pupuk N yang perlu diberikan adalah
70 kg/ 0,6 = 117 kg, P2O5 adalah 16 kg/ 0,4 = 40 kg, dan
K2O adalah 92 kg/0,7 = 131 kg/ha. Kebutuhan pupuk
tersebut bervariasi tergantung pada jenis lahan,
varietas, dan waktu tanam.
Budidaya Cabai
10 10
Budidaya Cabai
PERSEMAIAN
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 11 11
Gambar 3. Penyemaian cabai menggunakan baki semai
Budidaya Cabai
12 12
Budidaya Cabai
Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi
hari. Bila terlalu banyak air, bibit menjadi lemah dan
peka terhadap jamur penyebab rebah kecambah
(damping off) Setelah bibit tumbuh baik, tanah harus
tetap lembab. Oleh karena itu penyiraman harus terus
dilakukan tetapi tidak terlalu sering. Penyiraman
sebaiknya dilakukan pada pagi hari, supaya daun
tanaman dan permukaan tanah menjadi kering
sebelum malam hari untuk mencegah terjadinya
“damping-off”. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan bibit sampai dipindahkan ke lapangan
0
adalah 22-25 C. Penyiangan gulma dilakukan dengan
tangan secara hati-hati tanpa mengganggu perakaran.
Bila terlihat adanya serangan hama atau penyakit
dilakukan eradikasi selektif, yaitu memusnahkan bibit
yang terserang.
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 13 13
PENANAMAN
Budidaya
14 Cabai 14
Budidaya Cabai
tanam yang tepat adalah akhir musim hujan. Pemilihan
waktu tanam yang tepat ini dimaksudkan agar
penanaman cabai merah di lahan sawah tidak
kelebihan air dan di lahan tegalan tidak kekurangan air.
Secara umum, waktu tanam cabai merah yang tepat
untuk lahan beririgasi teknis adalah pada akhir musim
hujan (Maret-April) atau awal musim kemarau (Mei-
Juni).
Sistem penanaman cabai merah bervariasi,
tergantung pada jenis dan ketinggian tempat. Pada
lahan sawah bertekstur berat (liat), sistem tanam 2-4
baris tanaman tiap bedengan lebih efisien. Pada lahan
kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok
dengan sistem tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap
bedengan (double row) seperti yang biasa dilakukan di
dataran medium dan dataran tinggi. Cabai merah
selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam
secara tumpang gilir/tumpangsari dengan tanaman
lain.
Gambar 6. Tumpangsari
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 15 15
Penggunaan mulsa pada penanaman cabai
merah merupakan salah satu usaha untuk memberikan
kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih
baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Adanya mulsa di permukaan tanah
dapat memelihara struktur tanah tetap gembur,
memelihara kelembaban dan temperatur tanah,
mengurangi pencucian hara, menekan gulma, dan
mengurangi erosi tanah. Jenis bahan dapat digunakan
sebagai mulsa antara lain adalah jerami, plastik putih,
dan plastik hitam perak (MPHP).
MPHP memiliki dua muka dan dua warna, yaitu
muka pertama berwarna hitam dan muka kedua
berwarna perak. Warna hitam untuk menutup
permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan
atas tempat menanam suatu tanaman budidaya
(chairumasyah, 2010). Penggunaan mulsa plastik hitam
perak dan plastik putih nyata dapat meningkatkan hasil
cabai merah dan mengurangi kerusakan tanaman oleh
serangan hama trips dan tungau. Pemasangan mulsa
plastik dilakukan sebelum penanaman cabai merah.
(a) (b)
Budidaya Cabai
16 16
Budidaya Cabai
kemarau. Mulsa jerami dipasang 2 minggu setelah
penanaman cabai merah.
Sebelum tanam, lahan yang telah dipersiapkan
berupa garitan-garitan atau lubang-lubang tanaman
diberi pupuk kandang atau kompos dengan dosis sesuai
dengan anjuran. Dalam pemberian pupuk kandang
atau kompos ini terdapat dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu diberikan secara dihamparkan dalam
garitan-garitan atau diberikan secara setempat pada
lubang-lubang tanaman. Perbedaan kedua cara
pemberian pupuk tersebut pada dasarnya ditujukan
untuk menghindari kekhawatiran timbulnya pengaruh
sampingan yang kurang baik akibat penggunaan
pupuk organik dengan tingkat kematangan yang
berbeda-beda. Pupuk buatan diberikan sebagian dari
dosis yang dianjurkan, ditempatkan di atas pupuk
kandang atau kompos, lalu ditutup dengan selapis tipis
tanah. Setelah itu bedengan disiram dengan air sampai
keadaan kapasitas lapang, kemudian mulsa plastik
hitam perak dipasang.
Kerapatan tanaman atau jarak tanam yang
digunakan akan mempengaruhi populasi tanaman dan
efisiensi penggunaan cahaya matahari, serta
persaingan antar tanaman dalam menggunakan air,
unsur hara dan ruang. Dengan jarak tanam yang lebih
rapat, cahaya matahari yang diterima oleh tanaman
lebih sedikit, sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi,
jumlah cabang lebih sedikit, serta terjadi persaingan
yang lebih ketat di antara tanaman dalam penyerapan
air, sinar matahari dan unsur hara. Akibatnya hasil buah
akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil buah
pada jarak tanam yang lebih jarang.
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 17 17
PEMELIHARAAN TANAMAN
Budidaya
18 Cabai 18
Budidaya Cabai
dengan perhitungan yang akurat dan (b) pada
umumnya hanya mengandung sedikit unsur mikro.
Berdasarkan unsur hara yang dikandung, pupuk
terbagi menjadi (1) pupuk tunggal dan (2) pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung satu jenis hara
tanaman, contohnya Urea, SP 36 dan KCl. Pupuk
majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara,
contohnya NPK. Berdasarkan senyawa kimia
pembentuknya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk
anorganik dan (2) pupuk organik. Pupuk anorganik dari
senyawa anorganik yang dihasilkan dari proses
rekayasa kimia, contohnya Urea , SP, Kl, ZA, ZK, Phonska.
Pupuk organik terbentuk dari senyawa organik yang
berasal dari tumbuhan atau hewan, contohnya Super
Kascing, Subur Ijo, kompos, dll.
Dalam budidaya tanaman sayuran, pemakaian
pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos
merupakan kebutuhan pokok, disamping penggunaan
pupuk buatan. Pupuk organik atau kompos, selain
dapat memasok unsur hara bagi tanaman (terutama
hara mikro), juga dapat memperbaiki struktur tanah,
memelihara kelembaban tanah, mengurangi
pencucian hara, dan meningkatkan aktivitas biologi
tanah. Ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro
(N, P, K, Ca, Mg dan S) ataupun hara mikro (Zn, Fe, Mn,
Co, dan Mo) yang cukup dan seimbang dalam tanah
merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil
yang tinggi dengan kualitas yang baik. Setiap unsur
hara mempunyai peran spesifik di dalam tanaman.
Kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan
hasil. Dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tiap
jenis tanaman.
Waktu dan cara pemupukan harus tepat agar
unsur hara tersedia bagi tanaman. Seminggu sebelum
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 1919
tanam, pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) atau
kompos (5-10 ton/ha) dan SP-36 (300-400 kg/ha)
diberikan sebagai pupuk dasar. Pupuk susulan yang
terdiri atas Urea (150-200 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan
KCl (150-200 kg/ha) atau pupuk NPK 16-16-16 (1,0
ton/ha), diberikan 3 kali pada umur 0,1 dan 2 bulan
setelah tanam, masing-masing sepertiga dosis.
Aplikasi pupuk pada tanaman dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu melalui perakaran dan
disemprotkan melalui daun.
Budidaya Cabai
20 20
Budidaya Cabai
• Diletakkan di dalam lubang di sekitar tanaman.
Di sekitar tanaman dengan membuat lubang di
sekitar tanaman dengan jarak ± 10 cm
menggunakan tugal, lalu pupuk ditempatkan di
dalam lubang tersebut dan ditutup dengan
tanah.
• Disiramkan.
Pupuk dilarutkan dalam air dengan konsentrasi
tertentu, selanjutnya larutan pupuk disiramkan
pada tanah di sekitar batang tanaman.
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 2121
Pemupukan melalui daun
Pada umumnya pupuk yang diaplikasikan melalui
daun adalah pupuk mikro. Pupuk dilarutkan dalam air
sesuai dengan dosis atau konsentrasi yang dianjurkan,
selanjutnya disemprotkan ke daun menggunakan alat
semprot. Pemberian pupuk melalui daun sebenarnya
kurang efektif. Hal ini disebabkan daun pada tanaman
berfungsi untuk fotosintesis yang hanya menyerap O2
dan CO2. Fungsi daun tidak seperti akar yang berfungsi
menyerap garam (pupuk) dan air. Dengan demikian,
aplikasi pupuk daun dapat menyebabkan risiko
keracunan dan daun dapat terbakar.
Beberapa hal menjadi pertimbangan untuk
menggunakan pupuk daun, ialah :
Budidaya
22 Cabai 22
Budidaya Cabai
dibarengi dengan penggunaan pupuk buatan
biasa sudah cukup untuk mengatasi defisiensi
unsur tersebut.
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 2323
Tabel 1. Jenis, dosis, dan waktu pemupukan pada
tanaman cabai
Keterangan :
- Pupuk dasar : diberikan pada umur 0-7 hari sebelum
tanam
- Pupuk susulan : diberikan pada umur 10-15 hari, 30-35 hari,
dan 40-50 hari setelah tanam masing-
masing sepertiga dosis
Budidaya
24 Cabai 24
Budidaya Cabai
maupun respon tanaman terhadap pemberian air
pengairan.
Setelah tanaman cabai berumur 2 bulan, tunas-
tunas air sampai dengan ketinggian 15 - 25 cm
(tergantung pada varietas yang ditanam) dari
permukaan tanah harus dibuang (dirompes).
Perompesan ini bertujuan untuk menghindari percikan
air penyiraman menempel pada bagian tanaman yang
akan menyebabkan timbulnya serangan penyakit.
Ajir bambu dipasang untuk menopang tanaman
cabai agar dapat tumbuh dengan tegak. Pada
budidaya cabai di lahan tegalan atau kering.
pemasangan ajir bambu dilakukan mulai umur 4 minggu
setelah tanam.
Pengendalian OPT atau hama dan penyakit
berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT)
dapat dilakukan secara preventif atau kuratif.
Pengendalian OPT secara preventif dilakukan sebelum
ada serangan OPT, misalnya pergiliran tanaman,
pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan,
dll. Pengendalian secara kuratif dilakukan setelah ada
serangan OPT, yaitu jika populasi atau intensitas
serangan OPT telah mencapai ambang pengendalian.
Gulma merupakan masalah penting dalam
budidaya cabai merah. Tumbuhan pengganggu ini
berkompetisi memperebutkan ruang, cahaya, air dan
unsur hara, serta dapat menjadi inang hama dan
penyakit. Periode kritis tanaman cabai merah karena
adanya persaingan dengan gulma terjadi pada umur
30-60 hari setelah tanam. Gulma yang mengganggu
selama periode tersebut dapat menurunkan bobot
kering tanaman. Penyiangan yang dilakukan pada
umur 30-60 hari dapat meningkatkan hasil cabai merah
Selain dengan penyiangan, gulma juga dapat
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 2525
dikendalikan dengan penggunaan mulsa dan
penyemprotan herbisida.
Pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman cabai merah dilaksanakan berdasarkan
konsep PHT. Dalam konsepsi PHT, aplikasi pestisida
merupakan alternatif terakhir jika cara pengendlian
non-kimia kurang efektif.
Budidaya Cabai
26 26
Budidaya Cabai
2. Kutu kebul (Bemisia tabaci)
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 2727
Gambar 14. Kutu kebul Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum
Budidaya Cabai
28 28
Budidaya Cabai
4. Trips (Thrips parvispinus)
Gambar 16. Trips pada bunga cabai dan gejala serangannya pada
bagian daun
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 2929
mengeriting, daun melengkung ke bawah seperti
sendok terbalik, tunas daun dan bunga gugur. Tanaman
inang dari hama tungau lebih dari 57 jenis tanaman dan
beberapa di antaranya ialah buncis, cabai, kacang
panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria,
semangka, dan terung.
Gambar 18. Tungau merah (kiri) dan tungau teh kuning (kanan)
Budidaya Cabai 31
Budidaya Cabai 31
Gambar 20. Gejala serangan penyakit bercak daun serkospora
pada daun tanaman cabai
Budidaya Cabai
32 32
Budidaya Cabai
Gambar 21. Gejala serangan penyakit bercak daun alternaria
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 3333
Gambar 22. Gejala serangan penyakit busuk buah antraknos
pada buah cabai
Budidaya Cabai
34 34
Budidaya Cabai
batang, tangkai, umbi dan buah. Serangan penyakit ini
dapat berkembang dengan cepat pada musim hujan
dengan kelembaban di sekitar kanopi >95% suhu sekitar
20 0C. Tanaman inangnya antara lain ialah kentang,
tomat, cabai, labu, oyong, semangka, dan terung.
Gambar 25. Gejala serangan R. solani (kiri) dan Pythium spp (kanan)
di pangkal batang tanaman cabai
Budidaya
36 Cabai 36
Budidaya Cabai
Gambar 26. Gejala serangan virus kuning pada tanaman cabai (kiri)
dan pada rumput babadotan (kanan)
Musuh alami
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 37 37
Yang termasuk dalam patogen serangga antara lain
adalah bakteri, cendawan, virus dan nematoda.
1. Hemiptarsenus varicornis
2. Eriborus argenteopilosus
Budidaya Cabai
38 38
Budidaya Cabai
Gambar 28. Eriborus argenteopilosus
3. Trichogramma chilonis
4. Menochilus sexmaculatus
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 39 39
Gambar 30. Larva dan imago M. sexmaculatus
5. Rhinocoris sp.
6. Amblyseius cucumeris
Budidaya Cabai
40 40
Budidaya Cabai
Tungau predator tersebut memiliki kemampuan mencari
mangsa dan potensi reproduksi yang tinggi serta tahan
terhadap pestisida. Kemampuan pemangsaan
terhadap trips dan tungau masing-masing adalah
sebesar 4,6 dan 73,9 ekor. Siklus hidup berkisar antara 6-9
hari. Seekor betina mampu menghasilkan 47 butir telur.
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 4141
Gambar 33. S. litura terserang jamur B. bassiana
20. SLNPV
Budidaya Cabai
42 42
Budidaya Cabai
yang ditandai dengan pergantian kulit. Gejala
serangan hama yang terserang Steinernema sp. warna
inang berubah menjadi coklat kekuningan dan
tubuhnya menjadi lembek. Hal tersebut disebabkan
oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion.
Konsentrasi 2.000 juvenil instar III/ml efektif terhadap S.
litura pada cabai, dengan tingkat mortalitas 70%.
Aplikasi 5 x 108 juvenil instar III/ha efektif terhadap L.
huidobrensis .
a. Modifikasi lingkungan
Upaya memodifikasi lingkungan dapat dilakukan
secara kultur teknis seperti pengaturan pola tanam,
pengaturan sistem tanam, pemilihan varietas,
pengolahan tanah, pengapuran, solarisasi, memodifikasi
iklim mikro, dan pemupukan.
Budidaya
Budidaya Cabai
Cabai 43 43
dan penyakit di suatu wilayah atau area lahan tertentu.
Oleh karena itu dalam pengaturan pola tanam harus
diupayakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang
tidak berasal dari satu keluarga/famili. Jika pergiliran
tanaman dilakukan dalam satu famili, OPT akan selalu
mendapatkan inang, sehingga siklus hidupnya berlanjut.
3. Pemilihan varietas
Selain karena selera pasar, produktivitas tinggi
dan kesesuaian dengan kondisi lahan, faktor penting
lain dalam memilih varietas ialah yang tahan terhadap
serangan OPT. Cabai varietas Tanjung 1 agak toleran
terhadap hama pengisap seperti trips dan kutu daun.
4. Pengolahan tanah
Ditinjau dari sudut pengendalian hama dan
penyakit, pengolahan tanah yang baik dan benar
bertujuan untuk menekan populasi OPT tanah. Oleh
karena itu jeda waktu yang diperlukan dari pengolahan
tanah awal sampai dengan siap tanam minimal 1
bulan. Dengan jeda waktu yang panjang, patogen dan
kepompong hama di dalam tanah akan terbakar oleh
sinar matahari sehingga akan mati.
Budidaya Cabai
44 44
Budidaya Cabai
5. Pengapuran
Tanaman dapat tumbuh baik pada tanah yang
mempunyai kisaran pH tertentu, karena pH tanah
berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Jika pH tanah tidak sesuai, maka
pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimum,
sehingga rentan terhadap serangan OPT. Pada
umumnya kemasaman tanah untuk tanaman cabai
adalah 5,6-6,5 dan 5,5-6,8. Jika pH tanah kurang dari
kisaran angka tersebut dapat dilakukan pengapuran
menggunakan dolomit atau kapur pertanian yang
dilakukan minimal 1 bulan sebelum tanam. Banyaknya
dosis kapur yang dibutuhkan jika pH tanah < 6,0
disajikan pada Tabel 2.
7. Pemupukan
Tanaman memerlukan unsur makro dan mikro
yang sesuai dengan kebutuhannya agar dapat tumbuh
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 45 45
optimal. Tanaman yang kelebihan atau kekurangan
unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT.
Pemupukan Nitrogen yang berlebihan akan
mengakibatkan ukuran sel tanaman membesar dengan
dinding sel yang lebih tipis. Akibatnya pathogen dan
hama lebih mudah menembus. Kekurangan unsur Fosfat
dan Kalium akan mengakibatkan tanaman mudah
terserang oleh penyakit. Oleh karena itu sebelum tanam
perlu dilakukan analisis tanah terlebih dahulu agar
pemberian pupuk dapat lebih tepat.
b. Perlakuan benih/bibit
Perlakuan benih menggunakan pestisida
dilakukan untuk menekan serangan OPT tular benih.
Untuk menekan serangan penyakit tular benih, sebelum
ditanam/ disemai benih cabai direndam dalam larutan
fungisida Propamokarb hidroklorida (1 ml/l) selama 0,5
jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (45-50 0C)
selama 0,5 jam. Untuk menekan serangan kutu kebul
terhadap bibit cabai dilakukan penyiraman larutan
insektisida Tiametoksam (0,5 ml/l) dengan dosis 50
ml/tanaman pada umur 2 dan 4 minggu setelah semai.
c. Perlakuan tanah
Perlakuan tanah dilakukan untuk menekan
serangan OPT dalam tanah.
Budidaya
46 Cabai 46
Budidaya Cabai
• Jika ditemukan uret atau orong-orong, maka
lahan diberi perlakuan dengan insektisida Fipronil
0,3 G sebanyak 15 kg/ha
• Untuk daerah endemik serangan penyakit layu
bakteri, lahan diberi perlakuan dengan
bakterisida Oksitetrasiklin (konsentrasi formulasi 1
ml/liter) dengan dosis 200 ml/ lubang tanam yang
diaplikasikan satu hari sebelum tanam
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 4747
Gambar 37. Perangkap lalat buah
f. Pemanfaatan biopestisida
Lebih dari 2300 jenis tumbuhan dari berbagai
penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai
pestisida nabati dan tidak kurang dari 100 jenis
tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif
insektisida. Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai biopestisida dan efektif mengendalikan OPT
cabai antara lain serai wangi, babadotan, kirinyuh,
tagetes, mindi, nimbi, kipahit, kacang babi, legundi,
kapayang, gamal, bintaro, mengkudu, berenuk dsb.
Budidaya Cabai
48 48
Budidaya Cabai
pengendalian hama yang berdasarkan ambang
pengendalian. Pengendalian penyakit harus dilakukan
sebelum munculnya gejala serangan. Tanaman perlu
diproteksi menggunakan fungisida untuk mencegah
berkecambahnya spora yang menempel pada bagian
tanaman. Hal yang perlu diperhatikan ialah pemilihan
fungisida yang tepat karena setiap jenis fungisida
memiliki sifat proteksi yang berbeda-beda. Pada awal
penanaman digunakan fungisida yang memiliki sifat
proteksi preventif. Jika masih terjadi serangan,
digunakan fungisida dengan sifat kuratif.
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 49 49
PANEN DAN PASCAPANEN
Budidaya
50 Cabai 50
Budidaya Cabai
Gambar 39. Buah cabai merah
Budidaya Cabai 51
Budidaya Cabai 51
PENUTUP
Budidaya Cabai
52 52
Budidaya Cabai
DAFTAR PUSTAKA
Arianto,2010.http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/
01/budidaya-tanaman-cabai.html. di akses pada
tanggal 3 april 2010.
Chairumasyah,2010.http://binatani.blogspot.com/2010/
03/keuntungan- penggunaan-mulsa-plastik.html. di
akses pada tanggal 14 april 2010.
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 53 53
Ibrahim. A, 2014, Perlakuan Benih Cabai (Capsicum
Annuum L.) Dengan Rizobakteri Untuk
Mengendalikan Phytophthora capsici
Meningkatkan Vigor Benih Dan Pertumbuhan
Tanaman, Skripsi, IPB, Bogor
Budidaya Cabai
54 54
Budidaya Cabai
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2016.
Dukungan Inovasi Dalam Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura. Bogor : IPB Press
Budidaya
BudidayaCabai
Cabai 55 55
INDEKS
A H
Alternaria sp, 32 Hara mikro, 19
Amblyseius cucumeris, 40 Hemiptarsenus varicornis, 38
Aphis gossypii, Hardening, 13
Helicoverpa armigera, 26
B Helicoverpa zea, 26
Bactrocera sp, 30
Beauveria bassiana, 41 K
Bemisia tabaci, 27 KCl, 18, 19, 20
Biopestisida, 48 Kompos, 17, 19, 20
Klorosis, 6, 7
C
Capsicum annuum L. 55 M
Cendawan, 32, 34, 35, 36, 37, Menochilus sexmaculatus, 39
38, 48 Monokultur, 15
Cercospora capsici, 31 Majemuk, 19
Colletotrichum sp, 33
Damping-off, 13 N
NPK, 19, 20
D
Dolomit, 7, 18, 45 M
Double row, 15 Myzus persicae, 28
E O
Eriborus argenteopilosus, 38, Organisme, 2, 8, 31, 37, 42, 43
39
Fungisida Propamokarb P
hidroklorida, 46 Patogen, 11, 31, 32, 33, 34, 35,
F 37, 38, 42, 44
Fusarium oxysporum, 35 Parasitoid,37, 38, 39, 48
Phonska, 19
G Phytophthora spp, 34
Gloeosporium spp, 33 Polyphagotarsonemus latus,
Gulma,6, 8, 13, 16, 25 29
Pupuk, 4, 8, 10, 12, 17, 18, 19,
20, 21, 23, 24
Predator, 37, 39, 40, 48
Budidaya Cabai
56 56
Budidaya Cabai
Previcur, 12 U
Pythium spp, 35, 36 Urea, 8, 18, 19, 20
R V
Rhinocoris sp, 40 Vektor, 27, 28
Rhizoctonia solani Kuhn, 35 Vermicompost, 11
Virus kuning Gemini, 36
S
Serangga, 26, 27, 29, 30, 37, Z
38, 39, 41, 42 ZA, 8, 19, 20
SP 36, 18, 19 38
Spodoptera litura nuclear-
polyhedrosis virus (SlNPV),
42
Steinernema spp, 42, 43
Susulan, 20, 24
T
Tetranychus sp, 29
Thrips parvispinus, 29
Trichogramma chilonis, 39
Tumpangsari, 15
Tumpang gilir, 14, 15
Tunggal, 19
Budidaya Cabai
Budidaya Cabai 5757
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sri Swastika
Sri Swastika terlahir di Sorong, 26 April 1980. Meraih gelar
sarjana dari Universitas Gadjah Mada, Jurusan Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan pada tahun 2004. Saat ini penulis sebagai
Penyuluh Pertanian pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Riau.
Dian Pratama
Dian Pratama terlahir di Sleman, 15 Mei 1987. Meraih gelar
sarjana dari Universitas Gadjah Mada, Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian pada tahun 2008. Saat ini penulis sebagai Calon
Penyuluh Pertanian pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Riau.
Taufik Hidayat
Taufik Hidayat, SP, MP Lahir di Padang Sidempuan, pada
tanggal 16 April 1969. Mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
dari Universitas Tjut Nyak Dhien, Sumatera Utara pada
tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan program
pascasarjana dari Universitas Islam Riau pada Tahun 2015.
Saat ini yang bersangkutan tergabung ke dalam kelji
Budidaya di BPTP Balitbangtan Riau.
Budidaya
58 Cabai 58
Budidaya Cabai