Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Veteriner September 2013 Vol. 14 No.

3: 303-309
ISSN : 1411 - 8327

Pengembangan Metode Imunokromatografi


untuk Deteksi secara Serologi Campylobacter jejuni
pada Ayam
DEVELOPMENT OF IMMUNOCHROMATOGRAPHIC METHOD FOR DETECTING
Campylobacter jejuni ON CHICKEN SEROLOGICALLY)

Anwar Rosyidi1, Setyawan Budiharta2,


Widya Asmara3, Doddi Yudhabuntara2

1
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram,
Jl Majapahit 62, Mataram, Nusa Tenggara Barat
Telp. 0370 633603, E-mail : ranwarrosyidi@yahoo.com
2)
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner,3) Bagian Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran Hewan UGM Jl. Fauna 2 Yogyakarta

ABSTRAK

Campylobacter spp dapat menyebabkan infeksi pada manusia dengan kasus gastroenteritis dan
sindrom Guillain-Barre. Campylobacter jejuni merupakan salah satu spesies dari Campylobacter spp
yang bertanggung jawab sekitar 90% kasus Campylobacteriosis pada manusia dengan gejala gastroenteritis.
Pencegahan kejadian Campylobacteriosis pada manusia dapat dimulai dari penanganan pada tingkat
ternak. Kesulitan dalam mendiagnosis agen ini adalah belum tersedianya suatu pengujian yang cepat
dan relatif sahih. Penelitian ini bertujuan mengembangkan uji diagnostik C. jejuni secara serologi pada
ayam kampung dengan metode imunokromatografi. Tahapan kerja yang dilakukan meliputi penyiapan
kartu tes, preparasi antigen dan optimasi tes imunokromatografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kartu tes imunokromatografi yang dikembangkan dapat membedakan kasus positif dan negatif
Campylobacter dengan menggunakan antigen 1,5 ng/µL dan volume serum 10 µL.

Kata-kata kunci : Campylobacter jejuni, imunokromatografi tes, dan ayam kampong

ABSTRACT

Campylobacter spp cause infection in human in the form of gastroenteritis and Guillain-Barre syndrome.
Campylobacter jejuni is one of Campylobacter spp responsible for about 90% of cases of Campylobacteriosis
in human with gastroenteritis. Efforts to prevent the incidence of Campylobacteriosis in humans should be
started with an assessment on its level of poultry. This study aims to develop a diagnostic test for C. jejuni
on chicken using immunochromatographic serological method. Stages of the research consist of the
preparation of test card, antigen preparation, optimization of the antigen and serum. The results showed
that immmunochromatographic card can distinguish infected serum from the uninfected.The minimum
amount of antigen was found to be 1,5 ng/µl. It needs 10 µl serum to perform the test properly.

Keywords : Campylobacter jejuni, immunochromatographic, and village chicken

PENDAHULUAN 2.000.000-4.000.000/ tahun. Campylobacter


dapat menular ke manusia melalui daging
Campylobacteriosis merupakan penyakit (Rivoal et al., 2005). Ayam yang sehat dapat
zoonosis. Di beberapa negara maju, kejadian membawa Campylobacter spp dalam saluran
Campylobacteriosis lebih banyak dibandingkan ususnya. Air yang tidak diklorinasi juga menjadi
kejadian Salmonellosis. Campylobacter jejuni sumber infeksi. Tinja ayam yang mengandung
merupakan bakteri penyebab kasus diare bakteri tersebut berpotensi mencemari daging,
bakterial di Amerika Serikat. Jumlah kasusnya sehingga mengonsumsi daging ayam
melebihi kasus Salmonellosis yakni sebesar merupakan salah satu faktor risiko terinfeksi

303
Rosyidi et al Jurnal Veteriner

Campylobacter. Daging mentah dan daging Gold immunochromatoghraphic assay


tanpa pemasakan sempurna merupakan sarana (GICA) adalah sebuah teknik imunokromato-
pembawa infeksi Campylobacter ke manusia grafi baru dengan menggunakan membran
(Evans et al., 1998). Bukti-bukti menunjukkan nitroselulose sebagai pembawa dan koloid emas
bahwa daging mentah terutama daging ayam berlabel antigen atau antibodi sebagai tracer.
merupakan sumber utama infeksi ke manusia Metode ini mempunyai banyak keuntungan
meskipun sumber-sumber lainnya seperti susu dibandingkan dengan metode immunoassay
mentah dan air berperan dalam infeksi (Doyle yang lainnya, seperti prosedur yang sederhana,
et al., 1992). operasional yang cepat, hasil cepat, harga
Campylobacter dapat menyebabkan murah, tidak membutuhkan teknisi dengan
perlukaan pada jaringan usus, baik jejunum, kemampuan khusus atau peralatan mahal, dan
ileum maupun pada kolon. Bakteri tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi antigen dan
dapat menyebabkan luka jaringan karena antibodi. Metode ini banyak digunakan untuk
menginvasi dan merusak sel epitel. Beberapa diagnosis beberapa penyakit di samping dapat
strain C. jejuni menghasilkan cholera-like mendeteksi molekul bioaktif, hormon, dan
enterotoxin penyebab diare berair. Bakteri hapten (Peng et al., 2007). Kawatsu et al., (2008)
tersebut dapat menyebabkan enteritis berdarah, telah mengembangkan tes imunokromatografi
edematus, dan eksudatif. Beberapa kasus untuk mendeteksi C. jejuni pada feses manusia,
infeksi Campylobacter terkait dengan kejadian sedangkan pengujian imunokromatografi untuk
hemolytic uremic syndrome dan thrombotic mendeteksi C. jejuni pada ternak secara serologi
thrombocytopenic purpura (Humphrey et al., masih belum dikembangkan. Penelitian ini
2007). Kebanyakan pasien yang terinfeksi bertujuan mengembangkan teknik diagnostik
berumur di bawah usia 15 tahun. Anak-anak secara serologi yang cepat dan sederhana
berumur di bawah tiga tahun merupakan dengan metode imunokromatografi.
populasi yang paling peka (69% kasus) (Al
Mahmeed et al., 2005).
Bakteri C. jejuni bersifat mikroaerofilik. METODE PENELITIAN
Pada ayam, bakteri tersebut bersifat komensal
sehingga tidak menimbulkan penyakit atau Pembuatan Kartu Tes Imunokromato-
tanda-tanda klinis penyakit (Newell dan grafii
Fearnley, 2003). Bakteri C. jejuni umumnya Bahan-bahan yang digunakan untuk
tidak bersifat patogen pada unggas, namun pada pengembangan tes imunokromatografi antara
ayam baru menetas dan kalkun dapat lain membran nitroselulose. Strip dibuat dengan
menyebabkan diare.Tanda-tanda klinis diare mempersiapkan membran nitroselulose dengan
teramati 24 jam setelah infeksi terhadap ayam spesifikasi dan persyaratan berwarna putih
umur satu hari. Infeksi eksperimental pada bersih tidak ada noda, bersifat hidrofilik, dan
ayam yang baru menetas menghasilkan gejala ukuran pori 5 µm. Membran nitroselulose ini
diare tetapi infeksi pada ayam umur tiga hari sebagai tempat immobilisasi antigen sehingga
dengan dosis 109 organisme tidak terlihat terbentuk garis tes dan garis kontrol.
perubahan tanda-tanda klinis (Shane, 1992). Pada sisi yang berhadapan dengan strip
Upaya pencegahan kejadian Campylobac- dibuat signal reagent pad yang mengandung
teriosis pada manusia dapat dimulai dengan signal reagent yang merupakan suspensi dari
pengungkapan dan penanganan pada tingkat partikel emas berukuran 10-50 nm. Signal
sumber ternak. Pengujian Campylobacter spp reagent yang dipergunakan merupakan koloid
dengan metode kultur pada medium agar emas yang dikonjugasikan dengan anti-chicken
selektif umumnya memerlukan waktu sekitar immunoglobulin Y (IgY) dan protein A. Pada
48-72 jam (Dediste et al., 2003). Isolasi C. jejuni sisi kartu ini juga dilekatkan absorbent paper
memerlukan waktu sekitar tujuh hari dari yang berfungsi untuk menyerap sisa-sisa sampel
enrichment sampai tumbuh koloni pada media dan buffer.
agar selektif dilanjutkan pemurnian koloni Pembuatan tes imunokromatografi dimulai
(Workman et al., 2005). Pengujian dengan dengan menyiapkan kartu sepanjang 300 mm
polymerase chain reaction (PCR) dan uji berbasis yang terdiri atas membran nitroselulose. Di
hibridisasi DNA mempunyai sensitivitas yang bagian tengah, ditempelkan antigen dengan
tinggi namun membutuhkan biaya yang lebih konsentrasi hasil optimasi dengan ketebalan 1
mahal (Maher et al., 2003). µL/mm membentuk garis sepanjang 280 mm

304
Jurnal Veteriner September 2013 Vol. 14 No. 3: 303-309

yang disebut sebagai garis tes (test line). Sejajar kemudian dikeluarkan dari sachet aluminium.
dengan garis tes, goat antimouse IgG Kartu diletakkan dengan posisi terbuka di atas
ditempelkan di atas membran nitroselulose tempat yang datar (Gambar 1). Sebanyak 10 µL
sebagai garis kontrol/ standar. sampel serum hasil optimasi diteteskan pada
Kartu yang sudah dilekatkan antigen, goat bantalan warna biru (1), kemudian satu tetes
antimouse IgG, dan signal reagent protein A larutan buffer ditambahkan pada bantalan yang
dan rabbit antichicken IgY selanjutnya sama (2), dua tetes buffer pada bantalan signal
dikeringkan dengan cara inkubasi pada suhu reagent (3), apabila sampel meresap sampai garis
37o C selama satu jam. Kartu selanjutnya batas maka kartu tes segera ditutup (4) (Gambar
dipotong-potong selebar 5 mm berbentuk strip 1). Hasil uji dilihat melalui jendela pengamatan
dengan automatic shearer. Strip ditempelkan setelah 15-20 menit. Hasil dinyatakan positif
pada kartu tes pada bagian sisi yang berhadapan apabila muncul dua garis berwarna merah dan
dengan signal reagent dan absorbent pad. hasil dinyatakan negatif bila muncul hanya
satu garis merah pada posisi kontrol serta
Preparasi Antigen invalid bila tidak muncul garis sama sekali atau
Isolat bakteri yang dipergunakan sebagai hanya muncul pada garis tes. Alat tes
antigen dalam pengujian imunokromatogarfi imunokromatografi yang dihasilkan disimpan
adalah C.jejuni ATCC 29428 (Microbiologics). pada suhu antara 2-8o C dan dijaga agar tidak
Tiga isolat C. Jejuni terpilih, kemudian terpapar suhu yang tinggi.
diinokulasikan 102-104 sel pada 5-10 lempeng
untuk Trypticase soy agar (Oxoid) yang Analisis Data
disuplementasi dengan 5% darah domba. Data hasil pengembangan kartu tes,
Biakan selanjutnya diinkubasikan pada 40oC optimasi tes imunokromatografi dianalisis
selama 3-4 hari pada kondisi mikroaerofilik. secara deskriptif.
Panen sel bakteri dilakukan dengan
menggunakan ose plastik dan koloni
disuspensikan kedalam phosphate buffer saline HASIL DAN PEMBAHASAN
(PBS) 1-2 mL per lempeng biakan. Suspensi
bakteri diputar dengan vortex selama 1 menit, Tampilan bagian dalam kartu tes
kemudian disentrifus 12.000 rpm selama 10 imunokromatografi untuk pengujian C.jejuni
menit. Supernatan dikumpulkan, selanjutnya secara serologi disajikan pada Gambar 1. Bagian
disaring menggunakan filter 0,22 uM, lalu dalam kartu tes terdapat dua sisi yang
didialisis dalam PBS menggunakan membran berhadapan yang harus direkatkan pada saat
dialisis (Lee, 1996). Kadar protein diukur dengan pengujian. Pada sisi pertama terdapat jendela
kit protein assay II (Biorad), selanjutnya pengamatan hasil, signal reagent pad, dan
disimpan pada suhu –20oC. absorbent paper. Pada sisi yang berhadapan
terdapat membran nitroselulose dan bantalan
Penentuan Konsentrasi Antigen sampel. Bagian dalam kartu tes imunokroma-
Konsentrasi antigen yang optimal untuk uji tografi terdapat membran nitroselulose yang
ditentukan dengan pembuatan berbagai berisi garis kontrol yang ditempelkan antibodi
konsentrasi antigen yang direaksikan dengan sekunder goat anti-mouse IgG dan garis tes
sampel serum yang berasal dari kasus positif yang ditempel antigen C. jejuni. Format tes
dan negatif C. jejuni secara kultur. Serum ayam imunokromatografi dengan menggunakan
diuji dengan volume 10 µL, 20 µL, dan 30 µL kartu juga dikembangkan oleh Sato et al.,
pada bagian sample pad kartu tes, sedangkan (2003) dan Kawatsu et al,. (2008).
konsentrasi protein (antigen) yang dipergunakan Antigen C. jejuni dengan kadar protein 1
sebesar 1 ng/µL; 1,5 ng/µL; 2 ng/µL, 2,5 ng/µL, ng/µL; 1,5 ng/µL; 2 ng/µL, 2,5 ng/µL, dan 3 ng/
dan 3 ng/µL yang ditempelkan masing-masing µL yang dioptimasi dengan serum ayam yang
secara linear pada membran nitroselulose negatif kultur dengan volume 10 µL dan 20 µL
sebagai garis tes dengan menggunakan alat tidak memperlihatkan warna kemerahan pada
BioDot BioJet TM3000. garis tes (T) namun hanya muncul warna
kemerahan pada garis kontrol (K) atau
Penggunaan Tes Imunokromatografi dinyatakan sebagai hasil negatif (Gambar 2).
Kartu tes terlebih dahulu didiamkan selama Serum ayam yang dipergunakan pada volume
± 20 menit agar mencapai suhu ruangan, serum 30 µL dengan antigen kadar protein 1

305
Rosyidi et al Jurnal Veteriner

Keterangan :
a. Jendela pengamatan
b. Signal reagent pad
c. Absorbant paper
d. Membran nitroselulose
e. Bantalan sampel

Gambar 1. Tampilan bagian dalam kartu tes imunokromatografi untuk uji serologi Campylobacter
jejuni pada ayam kampung (angka 1,2,3 dan 4 menunjukkan urutan pengujian seperti
dijelaskan dalam metode penelitian dalam penggunaan tes imunokromatografi)

Gambar 2. Optimasi kadar antigen ( ng/µl) dan volume serum ayam kampung negatif dalam
metode imunokromatografi untuk mendeteksi Campylobacter jejuni (T = garis tes;
K= garis kontrol))

Gambar 3. Optimasi kadar antigen ( ng/µl) dan volume serum ayam kampung positif dalam
metode imunokromatografi untuk mendeteksi Campylobacter jejuni (T = garis tes;
K= garis kontrol))
306
Jurnal Veteriner September 2013 Vol. 14 No. 3: 303-309

ng/µL; 1,5 ng/µL; 2 ng/µL juga menunjukkan terdapat antibodi terhadap C. jejuni pada
hasil negatif, namun pada antigen dengan kadar serumnya. Garis merah yang terbentuk ini
2,5 ng/µL dan 3 ng/ µL dengan volume serum menunjukkan bahwa terdapat ikatan antara
30 µl mulai menunjukkan warna merah. antigen yang ditempelkan pada membran
Tes imunokromatografi dengan kadar nitroselulose dengan antibodi pada serum ayam.
antigen dan volume serum tersebut berfungsi Garis merah yang muncul menunjukkan bahwa
dengan baik karena pada penggunaan sampel ayam kampung tersebut terinfeksi C. jejuni.
negatif memang seharusnya tidak terbentuk Ikatan terjadi antara antigen C. jejuni dengan
garis merah pada garis tes membran IgY pada serum ayam. Sebelum berikatan
nitroselulose karena pada sampel negatif tidak dengan antigen, IgY ayam terlebih dahulu
terdapat antibodi terhadap antigen C. jejuni. berikatan dengan antibodi sekunder yaitu
Tidak timbulnya warna merah pada garis tes rabbit polyclonal secondary antibody to chicken
dari membran nitroselulose maka uji IgY yang dikonjugasi dengan 15 nm emas dan
dinyatakan negatif atau tidak terdeteksi membentuk komplek antigen, antibodi, dan
keberadaan C. jejuni secara serologi pada ayam antibodi sekunder yang berlabel.
kampung. Garis warna merah yang terbentuk Dalam Penelitian ini sebagai signal reagent
pada kontrol disebabkan adanya ikatan antara tidak menggunakan antibodi sekunder berupa
protein A yang dilabel dengan koloid emas IgG namun menggunakan antibodi sekunder
berikatan dengan goat anti-mouse IgG yang IgY. Signal reagent adalah penanda yang
ditempelkan pada membran nitroselulose pada memperlihatkan warna merah pada garis tes,
kartu tes. Garis linear berwarna merah muda yang berarti terdapat ikatan antigen, antibodi
di bawah atau di atas garis tes merupakan area primer, dan antibodi sekunder. Antibodi
kontrol sebagai indikasi bahwa uji telah sekunder tersebut dihasilkan pada kelinci
dilakukan dengan baik (Zakoskina et al., 1999). dengan immunogen IgY whole ayam dan akan
Protein A dan G dapat meyerupai antibodi bereaksi dengan IgY unggas. Apabila mengguna-
sekunder dengan mengikat bagian Fc antibodi kan anti-IgG maka tidak akan terjadi ikatan
primer. Protein ini akan berikatan dengan IgG antara antibodi sekunder tersebut dengan IgY
dengan orientasi yang berbeda dengan fungsi ayam. Antibodi ayam berbeda dengan immu-
normal antibodi yang berperan dalam proses noglobulin pada mamalia. Imunoglobulin Y
opsonisasi dan fagositosis. Protein tersebut tidak merupakan tipe antibodi utama pada ayam,
mempunyai afinitas yang baik terhadap molekul burung, reptil dan lungfish. Imunoglobulin Y
immunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin D juga ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada
(IgD). Protein tersebut banyak digunakan kuning telur ayam. Imunoglobulin Y masih
karena bersifat universal terkait dengan sering disalah-artikan sebagai IgG.
kemampuannya mengikat antibodi primer pada Imunoglobulin Y berbeda baik secara struktural
beberapa spesies. Protein A dan G tidak maupun fungsional dengan IgG mamalia.
mempunyai afinitas yang baik terhadap antibodi Imunoglobulin Y tidak bereaksi silang dengan
primer IgY pada unggas. Protein ini tidak antibodi yang muncul terhadap IgG mamalia
mengikat IgY pada serum ayam yang dideteksi, (Rudiger et al., 2001). Seperti halnya IgG, IgY
sehingga tidak menimbulkan garis liner merah tersusun dari dua rantai ringan dan dua rantai
pada kartu tes (Graille et al., 2000) berat. Imunoglobulin Y mempunyai massa
Optimasi antigen C. jejuni dengan serum molekul 65,100 amu (atomic mass units) yang
ayam positif, menunjukkan antigen dengan lebih besar daripada IgG. Rantai ringan IgY
kadar protein 1,0 ng/µL dan volume serum 10 dengan massa molar sekitar 18,700 amu yang
µL menunjukkan hasil dengan garis tes (T) lebih ringan dari pada rantai ringan IgG. Tidak
positif, namun belum terlihat jelas. Penggunaan seperti IgG, IgY tidak dapat mengikat protein
antigen dengan kadar 1,5 ng/µL; 2 ng/µL, 2,5 A, protein G, dan tidak mengaktifkan sistem
ng/µL, dan 3 ng/µL dengan volume serum 10 komplemen. Imunoglobulin Y pada ayam tidak
µL, 20 µL, dan 30 µL memperlihatkan warna dapat diikat atau dideteksi dengan anti IgG dari
merah pada garis tes (T) yang lebih jelas. spesies mamalia atau rodensia. IgG pada
Penggunaan antigen dengan kadar protein 1,0 manusia, tikus, kelinci dapat diikat dengan anti-
ng/µL dengan volume serum 20 µL dan 30 µL IgG dari beberapa spesies hewan (Davison et al.,
sudah terlihat garis merah pada garis tes (T) 2008).
dan garis kontrol (K) (Gambar 3). Garis merah Format tes diagnostik imunokromatografi
pada kartu tes imunokromatografi berarti yang dikembangkan adalah untuk mendeteksi

307
Rosyidi et al Jurnal Veteriner

IgY pada serum ayam terhadap C. jejuni. Metode Uji imunokromatografi yang dikembangkan
imunokromatografi yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap
menggunakan prinsip reverse flow immuno- C. jejuni pada ayam kampung menunjukkan
chromatographic test. Format metode imunokro- hasil positif yang berarti bahwa uji ini dapat
matografi dengan prinsip reverse flow mendeteksi kejadian C. jejuni.
immunochromatographictest juga dilakukan
oleh Sato et al., (2003) dan Kawatsu et al.,
(2008). Format tes imunokromatogarfi pada tes SIMPULAN
kehamilan umumnya menggunakan prinsip
lateral flow test (one way test). Pada lateral flow Kartu tes imunokromatografi yang
test prinsipnya ketika sampel diuji pada tempat dikembangkan dapat berfungsi dengan baik dan
sampel maka akan langsung mengalir melalui dapat membedakan antara kasus Campylobacter
tes strip membran nitroselulose dan ketika negatif dengan teramatinya satu garis linear
melewati garis kontrol akan terbentuk garis merah pada bagian kontrol dengan Campylo-
merah dan selanjutnya apabila sampel positif bacter positif dengan teramatinya dua garis
akan terbentuk garis merah pada garis tes. linear merah pada bagian tes dan kontrol,
Metode reverse flow test pada imunokro- dengan menggunakan antigen 1,5 ng/µL dan
matografi yang dikembangkan, prinsipnya volume serum10 µL.
adalah ketika sampel serum yang diuji pada
tempat sampel dibiarkan mengalir pada
membran nitroselulose melewati garis kontrol SARAN
dan garis tes atau garis antigen. Pada posisi
tertentu aliran pereaksi dibalik sehingga signal Penelitian selanjutnya perlu dilakukan
reagent (dalam hal ini protein A yang untuk mengembangkan metode imunokroma-
dikonjugasi dengan koloid emas dan antibodi tografi untuk mendeteksi C. jejuni pada
sekunder dalam hal ini rabbit polyclonal beberapa hewan dan manusia secara serologi
secondary antibody to chicken IgY yang agar dapat mendeteksi keberadaan IgM
dikonjugasi dengan 15 nm gold) akan melewati terhadap C. jejuni.
garis tes (antigen C.jejuni) dan garis kontrol
(goat anti-mouse IgG). Apabila serum ayam
positif mengandung IgY terhadap C. jejuni akan UCAPAN TERIMA KASIH
terjadi komplek ikatan antara rabbit polyclonal
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
secondary antibody to chicken IgY-15 nm gold,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
antibodi dan antigen yang ditandai dengan
Kementerian Pendidikan Nasional yang telah
munculnya warna merah pada garis tes.
memberikan dana penelitian Hibah Doktor
Selanjutnya ketika melewati garis kontrol akan
Tahun 2009 dan Kepala PT. Bioramp
terjadi ikatan antara protein A-gold dengan goat
Diagnostika Mataram yang telah membantu
anti-mouse IgG yang membentuk garis kontrol
dalam teknis pengembangan tes imuno-
yang berwarna merah. Pada serum yang negatif
kromatografi.
karena tidak adanya antibodi yang mengikat
antigen maka tidak terbentuk komplek antigen,
antibodi primer dan antibodi sekunder sehingga DAFTAR PUSTAKA
tidak akan terbentuk warna merah pada garis
tes, namun hanya akan terbentuk warna merah Al-Mahmeed A, Senok AC, Ismaeel AY,
pada garis kontrol. Menurut Zakoskina et al., Bindayna KM, Tabbara KS and Botta GA.
(1999) yang melakukan studi pada kasus 2006. Clinical relevance of virulence genes
Brucellosis memperlihatkan bahwa partikel in Campylobacter jejuni isolates in Bahrain.
yang berlabel koloid emas akan membentuk Med Microbiol 55 : 839-843
kompleks emas dan antibodi. Komplek tersebut Davison TF, Kaspers B, Schat KA. 2008. Avian
bergerak pada membran nitroselulose kemudian Immunology. London UK. Academic Press.
membentuk garis tes yang dilekatkan antigen ISBN 97801237. P 418
yang diimobilisasi. Garis kedua yang
merupakan garis kontrol akan terlihat pada
jendela pengamatan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa fungsi alat tes berjalan benar.

308
Jurnal Veteriner September 2013 Vol. 14 No. 3: 303-309

Dediste A. Vandenberg O, Vlaes L, Ebraert A, Newell DG, Fearnley C. 2003. Sources of


Douat N., Bahwere P, Butzler JP. 2003. Campylobacter colonization in broiler
Evaluation of the ProspecT microplate assay chickens. Appl Environ Microbiol 69(8) :
for detection of Campylobacter jejuni, a 4343-4351
routine laboratory perspective. Clin Peng DP, Hu SS, Hua Y, Xiao YC, Li ZL, Wang
Microbiol. Infect 9 : 1085-1090 XL, Bi DR. 2007. Comparison of a new gold-
Doyle MP, Jones DM, Nachamkin I, Blaser MJ, immunochromatographic assay for
Tompkins LS, 1992. Campylobacter jejuni detection of antibodies against avian
- current status and future trends. influenza with hemagglutination inhibition
Washington DC: American Society for and agar gel immunodiffusion assays. Vet
Microbiology. Pp. 45-48 Immunol Immunopathol 117: 17-25
Evans MR, Lane W, Frost JA, Nylen G. 1998. Rivoal K, Ragimbeau C, Salvat G, Colin P, Ernel
A campylobacter outbreak associated with G. 2005. Genomic Diversity of
stir-fried food. Epidemiol Infect 12 : 275- Campylobacter coli and Campylobacter
279 jejuni Isolates Recovered from Free-Range
Graille M, Stura EA, Corper AL, Sutton BJ, Broiler Farms and Comparison with Isolates
Taussig MJ, Charbonnier JB, Silverman of Various Origins.Appl Environ Microbiol.
GJ. 2000. Crystal structure of a 71(10) : 6216–6227
Staphylococcus aureus protein A domain Rudiger S. Irine B, Erhard M, Hilnok A, Staak
complexed with the Fab fragment of a C. 2001. Chicken Egg Yolk Antibodies,
human IgM antibody: structural basis for Production and Aplication. Berlin.
recognition of B-cell receptors and Springer-Verlay.
superantigen activity. Proc Natl Acad Sci Sato NS, Melo CSD, Zerbini LCMS, Silveira EPR,
(10): 5399–404 Fagundes LJ, Ueda M. 2003. Assesment of
Humphrey T, O”Brien S, Madsen M. 2007. the rapid test based on an
Campylobacters as zoonotic pathogens: A immunochromatograhy technique for
food production perspective. International detecting anti-Treponema pallidum
Journal of Food Microbiology 117 (3) : 237 Antibodies. Rev Inst Med .Trop 45(6) : 319-
Kawatsu K, Kumeda Y, Taguchi M, Yamazaki- 322
Matsune W, Kanki M, Inoue K. 2008. Shane SM. 1992. The significance of
Development and evaluation of Campylobacter jejuni infection in poultry:
Immunochromatographic assay for simple a review. Avian Pathology 21: 189-213
and rapid detection of C. jejuni and C. coli Workman SN, Mathison GE, Lavoie MC, 2005.
in human stools specimens. J Clin Microbiol Pet dog and chicken meat as reservoir of
46 (4): 1226-1231 Campylobacter spp in Barbados. J Clin
Lee A. 1996. Helicobacter pylori Techniques for Microbiol 43(6) : 2642-2650
Clinical Diagnosis and Basic Research. Zakoskina T, Kalinovskii I, Markov E, Esina
Kensington Australia. WB Saunders. NL, Golubinskii EP. 1999. Use of protein –
Maher MC, Finnegan C, Collins E, Ward B, polysaccharide Brucella antigen labeled
Caroll C, Cormican, M. 2003. Evaluation of with colloidal gold for detection of specific
culture methods and DNA probe-based PCR antibodies by the dot-immunoassay method.
assay for detection of Campylobacter species Clin Lab Diag 3 : 39-41.
in clinical specimens of feces. J Clin
Microbiol 41 : 2980-2986

309

Anda mungkin juga menyukai