Anda di halaman 1dari 3

TIROTOKSIKOSIS

a. Definisi

Tirotoksikosis adalah sebuah kondisi di mana kerja dari hormon tiroid berlebihan yang disebabkan
oleh kadar hormon tiroid yang berlebih dalam tubuh. Istilah lain yang sering didengar adalah
hipertiroidisme. Sebenarnya, hipertiroidisme berbeda dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme
merupakan bentuk tirotoksikosis akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan dalam kelenjar
tiroid. Tidak semua tirotoksikosis disebabkan oleh hipertiroidisme, sebagai contoh pada tiroiditis,
yaitu peningkatan hormon tiroid dalam tubuh yang disebabkan oleh pelepasan cadangan hormon
tiroid yang berlebihan. Keadaan ini tidak disebut sebagai hipertiroidisme. Penting untuk
membedakan tirotoksikosis akibat hipertiroidisme atau bukan, karena akan mempengaruhi
pengobatannya.

Seseorang dapat dinyatakan menderita tirotoksikosis saat kadar hormon tiroksin (T4) dan
triodotironin (T3) di dalam darah menunjukkan peningkatan. Sementara, kadar thyroid-stimulating
hormone (TSH) yang dilepaskan hipotalamus dan menjadi pengendali kelenjar tiroid menunjukkan
penurunan.

Tirotoksikosis lebih banyak dialami kaum wanita. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian obat antitiroid, terapi radioaktif iodine, atau operasi tiroidektomi jika memang
dibutuhkan.

b. Gejala Tirotoksikosis

Hormon tiroid memengaruhi setiap jaringan dan organ, sehingga kerja hormon tiroid yang
berlebihan dapat mengakibatkan gejala:

1. Jantung berdebar atau takikardia.


2. Kelemahan otot.
3. Tangan mengalami tremor.
4. Penurunan berat badan, namun selera makan meningkat.
5. Kelopak mata membuka lebih lebar dari biasanya sehingga bola mata terlihat
menonjol.
6. Sering berkeringat dan merasa kepanasan.
7. Kulit terasa lembab dan
8. Gangguan siklus menstruasi.

c. Penyebab Tirotoksikosis

Tirotoksikosis dapat terjadi karena 4 hal:

Kelenjar tiroid dirangsang berlebihan oleh thyroid-stimulating hormone (TSH). TSH memang
berfungsi untuk merangsang pembentukkan hormon tiroid (T3 dan T4). Namun dengan
terbentuknya T3 dan T4, akan memberikan umpan balik ke kelenjar hipotalamus, yaitu kelenjar yang
menghasilkan TSH, untuk segera menghentikan produksi TSH. Keadaan ini terjadi pada keadaan
fungsi tiroid normal, maupun tirotoksikosis. Akan tetapi pada penyakit TSH-secreting pituitary
adenoma, terdapat tumor pada kelenjar hipotalamus atau pituitary yang terus membentuk TSH dan
mengakibatkan hipertiroidisme dan tirotoksikosis.

Aktivasi dari pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Hal ini dapat
disebabkan oleh:

- Penyakit Graves. Penyakit Graves merupakan penyebab tirotoksikosis yang paling banyak
terjadi. Gangguan autoimun menyebabkan pelepasan hormon tiroid yang terlalu banyak.
- Toxic adenoma. Penyakit tumor jinak ini biasanya mengelurakan hormon tiroid yang sangat
banyak seraya menekan kadar hormon stimulan tiroid (TSH), sehingga kadarnya menjadi
sangat rendah.
- toxic multinodular goiter (penyakit Plummer). Terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid yang
memroduksi hormon tiroid secara berlebih. Penyakit ini umumnya diderita oleh orang-orang
lanjut usia. Peningkatakan kadar hormon tiroid berlangsung secara lambat. Oleh karena itu,
gejala baru terdiagnosis pada usia lanjut.
- Jod-Basedow Syndrome (Iodide-induced thyrotoxicosis). Gangguan ini dapat terjadi pada
pasien yang terlalu banyak mendapat asupan yodium Hal ini dikarenakan yodium atau iodine
merupakan bahan baku penting untuk pembentukan hormon tiroid.

Selain penyebab di atas, terdapat penyebab lain yang mengakibatkan aktivasi dari kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan hormon tiroid berlebih, misalnya hamil anggur, atau choriocarcinoma yang
merupakan salah satu jenis kanker rahim.

Cadangan hormon tiroid dalam kelenjar tiroid dilepaskan perlahan akibat peradangan kelenjar tiroid
(tiroiditis) yang dapat disebabkan oleh infeksi, autoimun, dan cedera. Tirotoksikosis yang terjadi
bersifat sementara, setelah itu terjadi hipotiroidisme. Beberapa jenis tiroiditis di antaranya painless
postpartum lymphocytic thyroiditis, painless sporadic thyroiditis, tiroiditis subakut, tiroiditis akut,
dan palpation thyroiditis. Subacute thyroiditis atau de Quarvain thyroiditis merupakan jenis
tersering. Beberapa obat yang juga dapat mengakibatkan kondisi ini yaitu interferon, tyrosine kinase
inhibitor, dan lithium.

Paparan hormon tiroid berlebih yang didapatkan selain dari kelenjar tiroid. Hormon tiroid tersebut
dapat dihasilkan oleh tubuh di luar dari kelenjar tiroid seperti pada tumor ovarium (struma ovarii)
dan kanker tiroid yang telah menyebar ke jaringan lain. Selain itu hormon tiroid bisa didapat dari luar
seperti pada thyrotoxicosis factitia, yaitu tirotoksikosis yang terjadi akibat menelan obat-obatan yang
mengandung hormon tiroid.

d. Diagnosis Tirotoksikosis

Diagnosis tirotoksikosis dapat ditetapkan melalui pemeriksaan kadar thyroid-stimulating hormone


(TSH) dan kadar hormon tiroid (T4 dengan atau tanpa T3) dalam darah. Pada pasien tiroiditis
subakut, pemeriksaan penunjang seperti C-reactive protein dan laju endap darah juga dibutuhkan
untuk melihat tanda peradangan.

Pemeriksaan autoantibodi dalam darah juga diperlukan guna mendeteksi penyakit Graves.
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan antimikrosomal, antitiroglobulin, serta antibodi reseptor
TSH. Seluruh antibodi ini banyak ditemukan pada pasien penyakit Graves.
Selain pemeriksaan darah, pemindaian pada kelenjar tiroid seperti USG tiroid dan thyroid scan juga
diperlukan guna melihat gambaran yang lebih detail.

e. Pengobatan Tirotoksikosis

Tujuan utama penanganan tirotoksikosis adalah untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan, sambil
berupaya mengembalikan kadar hormon tiroid hingga normal. Upaya mengatasi gejala berupa
mengembalikan cairan pada pasien yang mengalami dehidrasi dan obat penghambat beta seperti
propranolol atau atenolol.

Selain itu, upaya mengembalikan hormon tiroid ke kadar yang normal dapat dilakukan dengan
pemberian obat antitiroid. Obat antitiroid dapat menurunkan kadar hormon tiroid secara bertahap
selama 2 hingga 8 minggu. Pemberian dosis obat ini diturunkan bertahap tiap 4 minggu hingga fungsi
tiroid kembali normal. Contoh obat antitiroid adalah propylthiouracil dan methimazole.

Obat lain untuk mengembalikan kadar hormon tiroid adalah larutan lugol yang berisi kalium iodide
yang biasanya diberikan pada penderita tirotoksikosis yang parah. Pemberian obat ini dilakukan
selama 4 minggu dengan dosis maksimal sebesar 12 gram/hari. Kendati demikian, obat-obatan ini
tidak bisa diberikan pada pasien penyakit Plummer dan toxic adenoma.

Sedangkan untuk penderita penyakit Graves, umumnya diberikan terapi radioaktif iodine. Terapi ini
cukup aman dan efektif meski efeknya lebih lambat dari obat antitiroid. Pemberian terapi ini bisa
dalam bentuk cairan atau kapsul. Kendati demikian, terapi radioaktif iodine tidak bisa dilakukan pada
wanita hamil karena dapat berpengaruh pada kelenjar tiroid janin, begitu pun pada ibu yang sedang
menyusui.

Operasi

Tindakan operasi pembedahan pada kelenjar tiroid atau tiroidektomi dapat dilakukan pada kondisi-
kondisi tertentu, di antaranya:

Pasien yang membutukan normalisasi kadar hormon tiroid dalam waktu cepat, seperti wanita hamil
atau berencana hamil.

Pasien dengan kondisi jantung yang tidak stabil, mengalami gangguan mata parah, atau pasien
hipertiroidisme berulang karena obat amiodarone.

Pasien yang tidak bisa menerima terapi radioaktif iodine atau tidak bisa mengonsumsi obat
antitiroid.

Pasca tindakan operasi, fungsi tiroid akan diuji kembali melalui tes darah 3-4 minggu sesudah
tindakan operasi. Dokter juga dapat memberikan obat hormon T4 (levothyroxine) karena sebagian
besar pasien akan mengalami hipotiroidisme. Kejadian hipotiroidisme ini tergantung seberapa
banyak jaringan tiroid yang diangkat

Anda mungkin juga menyukai