Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK SIPEJAR

Reaksi Gelap
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Yang dibimbing oleh :
Ir. Hugrahaningsih, M.P. dan Rahmi Masita, S.Si., M. Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 2
Offering I/2018

1. Ahvina Dwi Okta Virana (180342618064)


2. Novan Adhi Nugroho (180342618044)
3. Rochmatul Istiana (180342618016)
4. Sylvana Bilqis Labibah (180342618073)
5. Thania Ayu Pramesty (180342618029)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
SEPTEMBER 2019
WHAT DO YOU THINK ABOUT

Karbondioksida dan Laju Fotosintesis

Salah satu bahan baku utama dalam fotosintesis adalah Karbon dioksida atau CO2.
Pada proses fotosintesis, CO2 digunakan untuk pembentukan senyawa karbon organik yaitu
gula. Gas CO2 menyusun sekitar 0,035% dari total gas di atmosfer bumi dan terus meningkat
akibat aktivitas manusia yang melepaskan gas CO2 ke atmosfer.

Pertanyaan:

1. Reaksi pada fotosintesis manakah yang memerlukan CO2?


Jawab:
Tahapan reaksi fotosintesis yang memerlukan CO2 adalah tahapan pada reaksi gelap
(siklus calvin). Siklus Calvin adalah jalur metabolik yang ditemukan dalam stroma
dari kloroplas di mana karbon masuk dalam bentuk CO2 dan keluar dalam bentuk gula.
Siklus menghabiskan ATP sebagai sumber energi dan mengkonsumsi NADPH2 saat
mengurangi daya untuk menambahkan elektron energi tinggi untuk membuat gula. Ada
tiga fase dari siklus calvin. Pada fase 1 (Fiksasi Karbon), CO2 dimasukkan ke dalam
gula lima karbon bernama ribulosa bifosfat (RuBP). Enzim yang mengkatalisis langkah
pertama ini adalah RuBP karboksilase atau RuBisCo (Enzim pada beberapa tanaman/ ).
Ini adalah protein yang paling berlimpah dalam kloroplas dan mungkin protein yang
paling berlimpah di Bumi. Produk dari reaksi ini adalah enam-karbon menengah yang
segera terbagi dua untuk membentuk dua molekul 3-fosfogliserat.
Pada fase 2 (Reduksi), ATP dan NADPH2 dari reaksi cahaya yang digunakan untuk
mengkonversi 3-fosfogliserat menjadi gliseraldehida 3-fosfat, prekursor karbohidrat tiga-
karbon menjadi glukosa dan gula lainnya. Pada fase 3 (Regenerasi), lebih lanjut ATP
digunakan untuk mengubah beberapa dari kumpulan gliseraldehida 3-fosfat kembali ke
RuBP, akseptor untuk CO2, sehingga menyelesaikan siklus. Untuk setiap tiga molekul
CO2 yang masuk ke siklus, output bersih adalah satu molekul gliseraldehida 3-fosfat
(G3P). Untuk setiap G3P disintesis, siklus menghabiskan sembilan molekul ATP dan
enam molekul NADPH2. Reaksi terang mendukung siklus Calvin dengan regenerasi
ATP dan NADPH2 (Hisham, 2015).

2. Apa saja senyawa ataupun enzim yang diperlukan untuk mengikat CO2 pada reaksi
tersebut?
Jawab:
Pada tahap siklus calvin di tumbuhan C3 senyawa yang diperlukan senyawa ribulosa-
1,5-bisfosfat (RuBP, senyawa dengan lima atom C) dan molekul karbondioksida menjadi
dua senyawa 3-fosfogliserat (PGA) Oleh karena PGA memiliki tiga atom karbon, dan
fosfogliserat aldehid. Lalu pada tumbuhan C4 pengikatan C4 dibutuhkan Enzim
phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) yaitu enzim yang akan mengikat CO2 dari
udara dan kemudian akan menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat akan diubah menjadi malat.
Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali beregenerasi
menjadi PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di
sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP. (Wiraatmaja, 2017)

Sumber: biolgy.discussion.

3. Faktor apakah yang mungkin membatasi laju asimilasi CO2?


Jawab:

Proses fotosintesis dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu faktor yang dapat
mempengaruhi langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak
mempengeruhi secara langsung, misalnya seperti tegangan beberapa fungsi organ yang
penting untuk proses fotosintesis.Proses ini sebenarya paka terhadap kondisi lingkungan
yang meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu lingkungan, serta konsentrasi
karbondioksida (CO2). Yang disebut faktor pembatas dan bepengaruh secara langsung
untuk laju fotosintesis.
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum
walaupun keadaan lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-
faktor pembatas itu sangat mempengaruhi laju fotosintesis ialah dengan mengendalikan
laju optimum fotosintesis. Selain itu juga, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat,
umur daun, dan ketersedian nutrisi yang mempengaruhi fungsi organ yang penting pada
fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut juga mempengaruhi laju fotosintesis.
Beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis:
• Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
• Konsentrasi karbon dioksida
Dengan semakin banyak karbon dioksida di atas udara, maka semakin banyak pula
jumlah bahan yang dipakai tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

• Suhu
Enzim-enzim yang bekerja didalam suatu proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada
suhu optomalnya. Pada umumnya laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnua suhu
hingga batas toleransi enzim.
• Kadar air
Kekeringan ataupun kekurangan air dapat menyebabkan stomata menutup, dan
menghambat laju penuyerapaj karbon dioksida sehingga mempengaruhi laju fotosintesis.
• Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Bila kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Jika kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
• Tahap pertumbuhan
Penelitian memperlihatkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang
sedang berkecambah dibandingkan tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin disebabkan
tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.

4. Jika ingin meningkatkan laju asimilasi CO2 sehingga terus meningkat seiring dengan
konsentrasi CO2 di udara, apa yang menurut anda harus dilakukan?
Jawab:

Peningkatan kandungan CO2 di udara akan memberikan efek baik positif maupun
negatif terhadap metabolisme tanaman. Peningkatan CO2 diprediksi dapat menstimulasi
produksi pangan dengan istilah 'CO2 Fertilization'. Namun demikian, penelitian terhadap
pengaruh peningkatan kandungan CO2 udara terhadap berbagai jenis tanaman
menunjukkan efek yang beragam baik positif maupun negatif atau bahkan tidak
berpengaruh sama sekali terhadap kondisi tanaman.
Respon tanaman terhadap peningkatan gas CO2 di atmosfer berbeda-beda tergantung dari
jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain. Secara umum, hasil
tanaman dipengaruhi oleh proses-proses penting seperti fotosintesis dan respirasi yang
sangat tergantung dengan kondisi CO2 di udara.

 RESPON TANAMAN TERHADAP PENINGKATAN CO2


Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan adanya
penipisan pada dinding bundle seath cell pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi
CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1.
Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah suberin pada dinding sel dan menyebabkan
terjadinya peningkatan permeabilitas bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan
peningkatan kosentrasi CO2 tidak menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata
serta panjang sel penjaga (Walting et al., 2000). Luas daun kacang tanah meningkat
ketika ditanam pada kandungan CO2 yang tinggi (800μmol) pada suhu 25/15oC
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada lingkungan dengan kandungan
CO2 sebesar 400μmol, namun demikian kondisi tersebut tidak terjadi pada suhu yang
lebih tinggi (Pilumwong et al., 2007).

 Fotosintesis
Beberapa tanaman mengalami perubahan biokimia sebagai tanggapan atas peningkatan
CO2. Fotosintesis pada tanaman C3 mengalami peningkatan dengan bertambahnya
konsentrasi CO2 di udara. Aktivitas Rubisco pada mesofil mengalami peningkatan yang
cukup tinggi sebagai respon dari peningkatan CO2 udara. Beberapa penelitian
menggunakan tanaman C3 seperti padi, gandum dan kedelai dan menunjukkan hasil
yaitu adanya peningkatan total fotosintesis dan hasil pada kondisi elevated
CO2 dibandingkan dengan CO normal.
Cheng et al., (2000) menyebutkan bahwa tanaman bunga matahari yang ditumbuhkan
pada kondisi elevated CO2 menunjukkan adanya peningkatan GPP (Gross Primary
Product) yaitu total CO2 yang digunakan dalam fotosintesis, serta NPP (Nett Primary
Product) yaitu GPP – respirasi. GPP dan NPP mengalami peningkatan hingga 43 hst dan
kemudian mengalami penurunan seiring dengan penutupan kanopi, hal ini menunjukkan
bahwa penambahan biomasa pada elevated CO2 berbeda tergantung pada fase
pertumbuhannya. Root : Shoot ratio pada tanaman bunga matahari yang ditanam pada
elevated CO2 lebih tinggi dibandingkan pada kondisi CO2 normal . Hal ini menunjukkan
bahwa pada kondisi elevated CO2 tanaman lebih banyak mengalokasikan fotosintat ke
daerah perakaran atau bagian bawah tanaman.
Watling et al., (2000), mengemukakan terjadi penurunan efektivitas fotosintesis pada
tanaman C4 yang ditanam pada kondisi CO2 berlebih, namun demikian tidak terjadi
perubahan pada titik kompensasi CO2, karena fotorespirasi tanaman C4 sangat rendah.
Sedangkan Leakey et al (2006), dalam penelitiannya menunjukkan terjadi penurunan
baik pada aktivitas PEP karboksilase juga rubisco pada tanaman jagung yang ditanam
pada kosentrasi CO2 yang tinggi. Serta tidak terjadi peningkatan karbohirat pada tanaman
jagung yang ditanam dalam kosentrasi CO2 yang tinggi.
Tanaman sorghum yang ditumbuhkan pada kosentrasi CO2 tinggi mengalami penipisan
dinding bundle seath cell. Tanaman yang ditumbuhkan pada kosentrasi CO2 tinggi
mengalami penurunan aktivitas PEPC seiring dengan terjadinya penurunan jumlah PEP
pada mesofil daun, hal ini menyebabkan penurunan fotosintesis, sebab level
CO2 di bundle sath cell menurun untuk aktivitas dengan rubisco. Dalam penelitian ini
diperoleh data bahwa PEP pada tanaman yang ditumbuhkan pada kondisi kosentrasi
CO2 tinggi lebih rendah 51% dibanding tanaman dalam kondisi normal. Namun
demikian tidak terjadi perubahan pada kandungan N daun serta klorofil total pada
tanaman

 Respirasi
Penurunan konduktansi stomata yang terjadi pada kosentrasi elevated CO2 hanya
merupakan adaptasi sementara namun tidak terjadi dalam jangka panjang. Selain itu pada
beberapa penelitian tidak terjadi perubahan pada karakteristik stomata. Respirasi tidak
mengalami perubahan pada kosentrasi CO2 yang ditingkatkan hingga dua kali lipat dari
kondisi normal. Peningkatan CO2 di lingkungan juga dapat diiringi dengan peningkatan
suhu sebagai efek berantai dari keberadaan gas rumah kaca tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh (Pilumwong et al., 2007) pada tanaman kacang tanah menunjukkan
bahwa peningkatan kandungan CO2 lingkungan dapat meningkatkan hasil secara
signifikan pada suhu 25/15oC, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada suhu yang lebih
tingi yaitu 35/25oC.
DAFTAR RUJUKAN

Cheng ,W. D.A, Sims., Y, Luo., James., Colemann dan D.W, Johnshon. 2000.
Photosynthesis, respiration and net primary production of sunflower stands in ambient
and elevated atmospheric CO2 concentration: an invariant NPP:GPP ratio?. [I]Global
Change Biology[/I] (6) : 931 – 941.
Hisham. 2015. Pengertian dan Tahapan Siklus Calvin, (Online), (https://hisham.id/
2015/06pengertian-dan-tahapan-siklus-calvin.html), diakses tanggal 25 September
2019.
Leakey,A.D.B., M. Uribelarrea., E.A.A, Ainsworth., S.L, Naidu., A. Rogers., D.R, Ort and
S.P, Long. 2006. Photosynthesis, productivity and yield of maize are not affected by
open-air elevation of CO2 cocentration in the absence of drought. [I]Plant
Physiology[/I] (140) : 779 – 790.
Pilumwong.J., C.Senthong., S.Srichuwong and K. T. Ingram. 2007. Effects of Temperature
and Elevated CO2 on Shoot and Root Growth of Peanut ([I]Arachis hypogaea L.[/I])
Grown in Controlled Environment Chambers. [I]Science Asia[/I] 33 : 79-87.

Watling, J.R., M.C, Press dan W.P, Quick. 2000. Elevated CO2 induces biochemical and
ultrastructural changes in leaves of the C4 cereal sorghum. [I]Plant Physiology[/I]
(123) : 1143-1152.

Waraatmaja, I. 2017. Bahan Ajar Fotosintesis. Bali: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai