Wuchereria bancrofti adalah salah satu nematoda jaringan yang merupakan salah satu parasit
manusia yang menyebabkan penyakit filariasis limfatik (kaki gajah). Penyebaran cacing ini
kosmopolit terutama di daerah tropis dan sub tropis. Insidensi tinggi terjadi di daerah sekitar
pantai dan kota besar, karena hal ini berhubungan dengan kebiasaan intermediate host / hospes
perantara (nyamuk). Wuchereria bancrofti mempunyai nama lain Filaria bancrofti, Filaria
sanguinis hominis, Filaria sanguinis, Filaria nocturna, dan Filaria pasifica.
Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus
Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan
menjadi dewasa → cacing jantan dan betina melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan
larva mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria
masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria
berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.
Morfologi Wuchereria bancrofti mikrofilaria Wuchereria bancrofti pada sediaan
darah tebal dengan pewarnaan giemsa.
Ciri-ciri mikrofilaria Wuchereria bancrofti :
1. ukuran : panjang 230 – 300 μm dan lebar 7,5 – 10 μm
2. mempunyai sheath / bersarung pada tubuhnya mempunyai inti yang halus,
3. sama besar dan tersusun teratur tanpa inti tambahan (nukleus terminalis) pada
ujung posterior ujung anterior tumpul membulat,
4. ujung posterior meruncing cephalic space → panjang : lebar = 1 : 1 lekukan badan
halus
Ascaris lumbricoides dewasa hidup di dalam usus, cacing betina mampu bertelur rata-rata
200.000 butir perhari, telur ini kemudian keluar dari tubuh hospes bersama tinja.Apabila
ditanah kondisinya menguntungkan dalam jangka waktu 3 minggu akan menjadi infektif.
Apabila telur infektif tertelan manusia telur akan menetas menjadi larva rhabditiform di usus,
kemudian larva akan menembus dinding usus dan masuk ke vena atau pembuluh limfe, ikut
dalam sirkulasi darah, ke jantung dan kemudian sampai paru-paru. Dalam kapiler alveoli
larva rhabditiform kemudian menembus dinding alveoli, masuk ke rongga alveoli, bergerak
ke atas menuju bronkhus dan sampai glottis. Kemudian dari glottis larva tertelan masuk
esofagus dan tumbuh menjadi dewasa di usus. Lama siklus hidup cacing ini dari terjadinya
infeksi sampai cacing dewasa bertelur memerlukan waktu sekitar 2 bulan, dan cacing dewasa
dapat hidup selama 12 – 18 bulan.
1. Necator americanus
Pada waktu istirahat/relaxasi bagian anterior berlawanan arah dengan lengkungan tubuh
sehingga menyerupai huruf S
Pada buccal cavity (rongga mulut) mempunyai gigi yang berbentuk semilunar,
2 pasang “cutting plates”:
Telur :
Telur Hookworm tidak bisa dibedakan antara spesies bahkan dengan telur Strongyloides
stercoralis sekalipun
Bentuknya oval/lonjong
Ukuran 40 x 65 mikron
Dindingan tipis transparan
Pada waktu keluar bersama feses biasanya masih berupa unsegment ovum atau berisis 2-8
blastomere yang akan berkembang lebih lanjut. Pada keadaan obstipasi kadang-kadang
didapatkan telur yg berisis morula atau bahkan larva
Pengertian Brugia malayi Brugia malayi
adalah salah satu nematoda jaringan yang merupakan salah satu dari tiga parasit manusia yang
menyebabkan penyakit filariasis limfatik (kaki gajah). Cacing ini pertama kali ditemukan di
Sulawesi oleh Brug sehingga disebut Brugia. Brugia malayi disebut juga dengan Filaria malayi,
dan Wuchereria malayi.
Siklus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup Wuchereria bancrofti. Mikrofilaria masuk ke
dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan
Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan
dan betina melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria → mikrofilaria
hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk
saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium 1 →
larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.
Morfologi Brugia malayi
Penyebaran parasit ini meliputi daerah tropis dan sub tropis, menurut fakta hanya didapatkan di daerah
Asia Selatan dan Asia Tenggara, terutama di dataran rendah yang banyak air dan ditumbuhi tanaman air.
Hospes definitif parasit ini adalah manusia sedangkan hospes perantaranya adalah nyamuk
Mansonia uniformis, Mansonia annulata, Anopheles barbirostris. Nyamuk dari genus Mansonia banyak
ditemukan di rawa-rawa dimana larva dan pupanya menempel pada akar tumbuhan air, sehingga
kebanyakan filariasis limfatik ditemukan di daerah pedesaan (rural). Sedangkan jika hospes
perantaranya nyamuk dari genus Anopheles maka filariasis limfatik ditemukan di daerah perkotaan dan
Pengertian Cacing Tambang
Cacing tambang adalah cacing yang berasal dari anggota famili Ancylostomatidae yang
mempunyai alat pemotong pada mulut berupa tonjolan seperti gigi pada genus
Ancylostoma dan lempeng pemotong pada genus Necator. Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus merupakan cacing tambang yang menginfeksi manusia sedangkan
Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum merupakan
cacing tambang yang menginfeksi binatang (anjing dan kucing).
Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina dewasa
mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. Apabila kondisi tanah
menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal 26°C – 27°C) telur akan
menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform. Setelah 5 – 8 hari larva
rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva filariform yang merupakan stadium
infektif dari cacing tambang. Jika menemui hospes baru larva filariform akan menembus
bagian kulit yang lunak, kemudian masuk ke pembuluh darah dan ikut aliran darah ke
jantung, kemudian terjadi siklus paru-paru (bronchus → trachea → esopagus), kemudian
menjadi dewasa di usus halus. Seluruh siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke dalam
kulit sampai menjadi cacaing tambang dewasa yang siap bertelur memakan waktu sekitar 5
– 6 minggu.
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di usus halus beberapa minggu untuk mengalami perkembangbiakan dari proglotid
immature menjadi mature selanjutnya menjadi proglotid gravid yang mengandung banyak telur cacing
pada uterusnya. Proglotid gravid akan melepaskan diri dan bila pecah maka keluarlah telur cacing yang
bisa dikeluarkan bersama feses manusia1. Telur Cacing ini kemudian termakan oleh serangga.2 Cacing ini
tidak memerlukan hospes perantara. Bila telur tertelan kembali oleh manusia (Manusia dan hewan
lainnya (tikus) terinfeksi ketika mereka sengaja atau tidak sengaja makan bahan yang terkontaminasi
oleh serangga)3, maka di rongga usus halus telur menetas dan membentuk larva sistiserkoid, kemudian
keluar ke rongga usus dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu atau lebih4,5. Apabila sistiserkoid
pecah maka keluarlah skolek yang selanjutnya akan melekat pada mukosa usus6. Skolek akan
berkembang lebih lanjut menghasilkan proglotid immature, dan seterusnya berulang siklus tersebut
(Proses pendewasaan kurang lebih 2 minggu)7.
Orang dewasa kurang rentan dibandingkan dengan anak. Kadang-kadang telur dapat menetas di rongga
usus halus menjadi sistiserkoid sebelum dilepaskan bersama tinja9. Keadaan ini disebut autoinfeksi
internal. Autoinfeksi dapat terjadi pada infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu mengeluarkan
embrio hexacanth mereka yang kemudian menembus villus dan meneruskan siklus infektif tanpa melalui
lingkungan luar. Hal ini menyebabkan cacing dapat memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup
cacing dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi bertahan selama
bertahun-tahun. Cacing di dalam usus dapat mencapai jumlah 1.000 sampai 8.000 ekor pada seorang
penderita
hospes
Hospes definitifnya meliputi manusia, primata, tikus, dan mencit. Hymenolepis nana
menyebabkan penyakit Hymenolepiasis. Hymenolepis nana juga pernah dilaporkan
padatupai, monyet, dan simpanse.
Cacing dewasa hidup di sekum (cecum) tapi pada infeksi yang berat dapat dijumpai dibagian bawah
ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja, telur mengandung larva / menjadi infektif dalam
waktu 2 – 4 minggu. Apabila telur tertelan manusia, telur akan menetas menjadi larva di istestinum
tenue kemudian larva menembus villi-villi usus dan tinggal didalamnya selama 3 – 10 hari. Setelah
larva tumbuh , kemudian larva turun sampai sekum kemudian menjadi cacing dewasa. Waktu yang
diperlukan sejak tertelannya telur sampai menjadi cacing dewasa yang siap bertelur kira-kira 90 hari.
Telur yang belum berembrio keluar bersama tinja → jika telur berada di air akan mengalami
embrionisasi dalam waktu sekitar 18 – 20 hari → menghasilkan onkosfer yang berkembang
menjadi coracidia (onkosfer yang bersilia) → dimakan hospes intermedier 1 → coracidia
kehilangan silia, menembus dinding usus dan berkembang menjadi larva procercoid →
dimakan hospes intermedier 2 (ikan kecil) → larva procercoid bermigrasi ke dalam daging
ikan dan berkembang menjadi larva plerocercoid (sparganum) → larva plerocercoid
merupakan bentuk infektif bagi manusia, karena manusia umumnya tidak makan ikan kecil
ini tidak mewakili sumber infeksi → ikan kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar →
sparganum dapat bermigrasi ke otot-otot ikan besar → manusia dapat terinfeksi jika
memakan ikan mentah atau setengah matang → larva plerocercoid berkembang menjadi
dewasa dan tinggal di usus halus → cacing dewasa menempel pada mukosa usus dengan
menggunakan dua jalur bilateral (bothria) pada scolex.
Cacing dewasa hidup di dalam rongga cecum, colon ascenden, dan appendix. Pada malam hari
cacing betina mengembara ke daerah anus (perianal) untuk meletakkan telur-telurnya, setelah 4
– 6 jam telur menjadi infektif. Telur yang terdapat di perianal dengan perantaraan tangan / debu
tertelan dan menetas menjadi larva di usus halus, larva masuk ke cecum dan ileum bagian
bawah dan menjadi dewasa (auto infection). Selain secara peroral, Oxyuris vermicularis juga
bisa masuk kembali ke tubuh manusia melalui anus, dimana telur yang terdapat di perianal
menetas dan larvanya masuk kembali ke usus melalui anus (retro infection).
Ciri-ciri telur :
1. berbentuk oval asimetris,
2. dengan salah satu sisinya datar
3. ukuran : panjang 50 – 60 μm dan lebar 20 – 32 μm
4. dinding 2 lapis tipis dan transparan : dinding luar merupakan lapisan albumin yang
bersifat mechanical protection, sedangkan dinding dalam merupakan lapisan lemak yang
bersifat chemical protection telur selalu berisi larva