Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Biologis
A. Pengkajian Data
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan meliputi aspek :
1) Data Umum
Terdiri dari nama kepala keluarga dalam KK, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, agama, aktifitas rekreasi keluarga, status sosial ekonomi
keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai
oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia,
remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah
lansia (bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila tidak maka
tahapannya adalah keluarga dengan remaja.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan
kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak
suami maupun isteri. Lingkungan
e) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
f) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan.Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masy arakat setempat.
3) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut
keluarga, misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap
anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambar ananggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya
b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambilkeputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga
5) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Hal yang
eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c) Strategi koping Strategi apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga apabila
menghadapi permasalahan.

B. ASPEK PENGKAJIAN

1. Fisik (Wawancara)
a. Pandangan lansia tentang kesehatnannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kegiatan lansia merawat diri sendiri
d. Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
f. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lansia
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2 Psikologis
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
e. Bagaimana mangatasi stres yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piki,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian
masalah.
3) Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lansia
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa dia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia thd lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada
4) Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan
berdoa
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
C. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Respiration) : Sistem Respirasi
 Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
 Aktivitas silia menurun.
 Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dengan kedalaman bernafas menurun.
 Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
 Berkurangnya elastisitas bronkus.
 Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
 Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu.
 Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
 Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
 Sering terjadi emfisema senilis.
 Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
menurun seiring pertambahan usia.
2) B2 ( Bledding) : Sistem Kardiovaskuler
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun
 Curah jantung menurun.
 Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah,
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
 Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
 Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistol normal ±170 mmHg, diastol
normal ± 95 mmHg.
3) B3 ( Brain) : Sistem Persarafan
 Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun.
 Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya).
 Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah.
 Kurang sensitif terhadap sentuhan.
 Defisit memori.
4) B4 ( Bladder ) : Sistem Genitourinaria
 Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
gromerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat
jenis urine menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (blood
urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam
lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda.
Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR)
atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun.
Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
 Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
 Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di
atas 65 tahun.
5) B5 ( Bowel ) : Sistem Pencernaan
 Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
 Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
 Esofagus melebar.
 Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama
karbohidrat).
 Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang.
6) B6 ( Bone ) : Tulang , Otot , dan Integumen
a) Sistem Muskuloskeletal
 Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
 Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
 Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur
meningkat pada area tulang tersebut.
 Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus.
 Kifosis.
 Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
 Gangguan gaya berjalan.
 Kekakuan jaringan penghubung.
 Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
 Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
 Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan
pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
 Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan
oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut).
 Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
 Otot polos tidak begitu berpengaruh.
b) Sistem Integumen
 Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan
jaringan lemak.
 Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk sel epidermis).
 Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak berbintik-
bintik atau noda cokelat.
 Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-
kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
 Respons terhadap trauma menurun.
 Mekanisme proteksi kulit menurun: produksi serum menurun,
produksi vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu.
 Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
 Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi
 Pertumbuhan kuku lebih lambat.
 Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
 Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
 Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
 Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
D. Diagnosa keperawatan aspek fisik atau biologis
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul
dalam penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada
lansia:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karna faktor biologis.
NOC 1 : Status nutrisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 X 24 jam
diharapkan pasien dapat :
a. Asupan nutrisi tidak bermasalah.
b. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah.
c. Energy tidak bermasalah.
d. Berat badan ideal.
NIC 1 : Manajemen ketidakteraturan makan
a. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
b. Observasi dan catat masukan makanan klien.
c. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien.
d. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan.
e. Berikan makan sedikit tapi sering.
f. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori
setiap hari.
g. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku
yang mendukung peningkatan berat badan.
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuscular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke
toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan
tidak mampu mengontrol pengosongan.
NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien mampu:
a. Kontinensia urin
b. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
c. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat
waktu.
d. Mengkosongkan bladde dengan lengkap.
e. Mampu memprediksi pengeluaran urin.
NIC : perawatan inkontinensia urin
a. Monitor eliminasi urin
b. Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
c. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke
toilet.
d. Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi air minum sebanyak
1500 cc/hari.
3. Kelemahan mobilitas fisik b/d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
Yang ditandai dengan :
a. Perubahan gaya berjalan
b. Gerak lambat
c. Gerak menyebabkan tremor
d. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak
NOC : Level mobilitas (mobility level )
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pasien dapat :
a. Memposisikan penampilan tubuh
b. Ambulasi : berjalan
c. Menggerakkan otot
d. Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan
NIC : Latihan dengan terapi gerakan
a. Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas
yang aman
b. Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk
berdiri ( mudah goyah/tidak kokoh)
c. Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana
gerakan yang sesuai dengan kebutuhan
E. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan internvensi keperawatan dimana


tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

F. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Psikososial


a. Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan
pencapaian kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai
berikut :
1) Permasalahan Umum
a) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada
dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang
secara fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki
ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu
dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan
untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga
profesional pelayanan lanjut usia dan masih
terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi
lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan
pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
e) Belum membudaya dam melembaganya kegiatan
pembinaan kesejateraan lanjut usia.
2) Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998),
berbagai permasalahan khusus yang berkaitan dengan
kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:
a) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat
timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan
peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih
tergantung kepada pihak lain.
b) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat
produktivitas dan kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini
berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka
yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
c) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan
dengan tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan serta
ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak
dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa
menganggur.
d) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat,
sehingga diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar
mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah
kepada tatanan masyarakat individualistik, sehingga
Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi
terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya
tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua
merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak
dapat dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan
kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati serta
dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban
untuk mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi
sebagian generasi muda beranggapan bahwa para lanjut
usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup sehari-hari.
Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia
dengan masyarakat lingkungannya, sehingga dapat terjadi
kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan
demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan
budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke
generasi selanjutnya.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti
dampak lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat
mengganggu kesehatan fisik lanjut usia. Terkosentrasinya
dan penyebaran pembangunan yang belum merata
menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di
kota dan di desa
G. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial
1. Pengkajian
a Identitas Klien
1) Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status
perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal
pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2) Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas
tugas keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang
terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
3) Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan
kesehatan (sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang
berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-
faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara
umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan
mengenai perawatan dan pengobatan.
4) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar
dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam
diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
5) Faktor predisposisi
kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai
suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara
tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
6) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu,
Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh
klien.
7) Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
b) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
c) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
d) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
e) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
f) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
d) Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk
ibadah ( spritual).
 Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat
mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain , Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
 Kebutuhan persiapan pulang
 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan
pakaian.
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien
terlihat rapi
 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
 Klien dapat menjalankan program pengobatan
dengan benar.
 Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau
tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain (
lebih sering menggunakan koping menarik diri)
 Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa
therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pengertian
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola
respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat
disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3) Resiko perubahan sensori persepsi
4) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan
pada orang lain
5) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6) Intoleransi aktifitas.
7) Kekerasan resiko tinggi.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Harga diri rendah berhubungan dengan
merasakan/mengantisipasi kegagalan pada peristiwa-
peristiwa kehidupan.
2) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak
seimbangan sistem saraf, kehilangan memori;
ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah.
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.
4) Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan
pasien; keyakinan kesehatan, nilai spiritual, pengaruh
kultural.
H. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Sosial Budaya
a. Pengaruh Masalah Sosial Budaya Pada Lansia
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya
lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang
berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai
kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi
perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok
masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih
bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya
kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih
terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta
belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia .
b. Perubahan Peran Diri Pada Lansia
a) Peran dalam Keluarga
Kehidupan dalam keluarga pada usia lanjut yang
merupakan hal yang paling serius adalah keharusan untuk
melakukan perubahan peran. Mereka semakin sulit dari
tahun ketahun. Semakin radikal perubahan tersebut dan
semakin radikal perubahan tersebut dan semakin berkurang
prestise peran tersebut, maka semakin besar pula penolakan
terhadap perubahan.
Pria atau wanita yang telah terbiasa dengan peran
sebagai kepala keluarga akan menemukan kesulitan untuk
hidup bergantung dirumah anaknya. Seperti juga halnya
dengan pria yang memperoleh kedudukan dan prestise serta
tanggung jawab dalam dunia kerjanya, merasa akan sulit
menghadapi fakta sebagai pembantu istrinya apabila sudah
pensiun. Peran ini dirasakan akan menghilangkan otoritas
dan kejantanannya.
c. Peran dalam Sosial Ekonomi
Walaupun mereka sudah mempersiapkan diri untuk
pensiun, tetapi lansia menghadapi masalah yang oleh
Erikson disebut krisis identitas (identity crisis), yang tidak
sama dengan krisis identitas yang dihadapi dimasa
dewasanya, pada waktu mereka kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak dan kadang-kadang
sebagai orang dewasa. Krisis identitas yang menimpa orang
setelah pensiun adalah sebagai akibat untuk melakukan
perubahan peran yang drastis dari seseorang yang sibuk dan
penuh optimis, menjadi seorang pengngangur yang tidak
menentu. Dan lebih lebih lanjut lagi bahwa perubahan
terhadap kebiasaan dan pola yang sudah mantap yang telah
dilakukan sepanjang hidup yang pernah dialaminya, sering
mengakibatkan perasaan yang traumatik bagi lansia.
d. Peran dalam Sosial masyarakat
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut
lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang
daripada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk
menyesuaiakan diri dengan menurunkan kekuatan, dan
menurunnya kesehatan secara bertahap. Hal ini sering
diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang
pernah dilakukan didalam maupun diluar rumah. Mereka
juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk menganti
tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar
waktu dikala masih muda dahulu.
Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat
yang meyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai
warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan yang menurun setelah mereka pensiun. Akibat
dari menurunnya kesehatan dan pendapatan, maka mereka
perlu menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup
yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang berbeda dengan
masa lalu.
I. Pengkajian Asuan Keperawatan dengan Lansia Sosial Kultural
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tangggal MRS, informan, tangggal
pengkajian dan alamat klien.
b. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas
keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses
interaksi dalam keluarga.
c. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan
(sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan
kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang
dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons
terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan
pengobatan.
d. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari
orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, dependen.
e. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan,harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
pasangan, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
f. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
g. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
d. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
e. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
f. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya
: mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
g. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
h. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
i. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (
spritual).
1) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat
mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
2) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan
pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
3) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak
mau menceritakan nya pada orang orang lain ( lebih sering
menggunakan koping menarik diri)
4) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK,
dan rehabilitas.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Pengertian
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola
respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan
dari pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
d. Koping individu yang tidak efektif sampai dengan
ketergantungan pada orang lain
e. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
f. Intoleransi aktivitas.
g. Kekerasan resiko tinggi.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/
mengantisipasi kegagalan pada peristiwa-peristiwa
kehidupan.
2) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
ketidakseimbangan sistem saraf; kehilangan memori;
ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah.
3) Ansietas berhubungan dengan krisis
situasional/maturasional.
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia (Lanjut Usia) adalah kelompok penduduk yang berumur
tua. Menua adalah suatu keadaan yang dimulai sejak permulaan kehidupan
manusia (Nugroho, 2008; Bandiyah, 2009). Menurut Hidayati (2009)
manusia secara tiba-tiba tidak menjadi tua akan tetapi melalui tahap
perkembangan yang di mulai dari bayi, dewasa dan lansia. Siklus ini
merupakan siklus hidup manusia dimana akan di alami oleh semua
individu. International Data Base (IDB) (2011) menyatakan bahwa lansia
di dunia pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 765,226,542
orang (Zuraidah, Soewito& Erman, 2012). Menurut Nugroho (2008)
peningkatan jumlah lansia menyebabkan perubahan istilah dari baby boom
pada masa lalu menjadi “Ledakan penduduk lansia (Lanjut Usia)”.
Menurut Saputri (2011) Indonesia termasuk negara yang memasuki era
penduduk berstruktur lansia karena dari tahun ke tahun jumlah penduduk
Indonesia yang berusia lebih dari 60 tahun semakin meningkat.
Diprediksikan jumlah lansia yang berusia 60 tahun ke atas di Indonesia
pada tahun 2020 sekitar 28,8 juta jiwa, dan tahun 2025 jumlah lansia akan
mencapai 1.2 milyar (Nugroho, 2012; Kementerian Sosial Republik
Indonesia, 2010). Kemajuan teknologi terutama di bidang medis
berdampak pada peningkatan angka harapan hidup manusia, keadaan ini
menyebabkan bertambahnya proposi jumlah lansia. Peningkatan jumlah
lansia tersebut berakibat pada masalah kesehatan lansia yang disebabkan
oleh perubahan perubahan yang di alami lansia di antaranya perubahan
fisik, psikologis, dan sosial pada lansia (Nugroho, 2008).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

E Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan


dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suardirman, Pantini S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadja


Mada University Press

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.

Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai