Anda di halaman 1dari 11

MYASTENIA GRAVIS

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

KELOMPOK 4 :
1. INNAYATUL MAULA

2. KHOLIFATUR ROHMA
3. MUSLEHATUN HASANAH
DEFINISI…..

 Myastenia gravis adalah kelainan autoimun yang ditandai


dengan keadaan yang fluktuasi otot ekstraokular dan
ekstermitas proksimal (Janet Waters, 2018).
 Myastenia gravis adalah gangguan autoimun yang
mempengaruhi neuromoskuler dengan manifestasi
kelemahan otot (Jamie Roper, 2017).
ETIOLOGI….
o Autoantibodi
Antibodi memblokir reseptor di otot lurik, mencegah transmisi impuls melalui Otot yang mengarah ke
kontraksi Myasthenia gravis melibatkan imunitas oleh sel dan humerus. Penyakit ini memiliki antibodi
imunoglobulin G (IgG) yang melekat pada asetilkolin reseptor (AChR) di persimpangan postsinaptik (Janet
Waters, 2018).

o Herediter
Perubahan fisiologis awal kehamilan termasuk emesis, peningkatan volume darah, dan penurunan
penyerapan gastrointestinal . Wanita dengan prosentase 20% dengan myasthenia gravis membutuhkan
bantuan ventilasi selama kehamilan dan pasca persalinan (Janet Waters, 2018).
TANDA DAN GEJALA….
Ciri klinis MG adalah kelemahan otot okular dan otot bulbar. Kelemahan otot okular dapat
terjadi pada otot mata yaitu menyebabkan ptosis Beberapa pasien mengalami kelemahan otot
leher, pernafasan, otot tungkai (Loulwah Mukharesh, 2018).
 Penurunan tonus otot
 Ptosis
 Mengisap yang buruk
 Kesulitan bernafas
 Kontraktur sendi
 Persalinan premature
 Multiplex artrogryposis (Janet Waters, 2018)
PENATALAKSANAAN….
 Medis
a. Pyridostigmine
Ketika kelemahan ringan, tidak diperlukan perawatan. Untuk menghilangkan gejala, piridostigmin
dapat digunakan dengan aman dalam dosis yang dianjurkan selama kehamilan (Alvarez, Cristina N, et. al,
2018).

b. Kortikosteroid

Karena efek samping kortikosteroid dalam pertumbuhan anak-anak, penggunaan jangka


panjang harus diberikan dengan dosis yang paling rendah (Alvarez, Cristina N, et. al, 2018)

c. Acetylcholinesterase
Mekanisme tindakan untuk obat-obatan ini termasuk memperpanjang hidrolisis ACh dan
menghasilkan penumpukan neurotransmitter pada sinaps, yang selanjutnya menyebabkan pengurangan gejala
(Alvarez, Cristina N, et. al, 2018)
NEXT…..

d. Plasmapheresis dan Terapi Ig Intravena


Penelitian terbaru menunjukkan plasmapheresis dan intravena Ig bisa
digunakan sebagai pengganti jangka panjang penggunaan kortikosteroid sebagai terapi
pemeliharaan pada pasien anak-anak (Alvarez, Cristina N, et. al, 2018).

e. Thymectomy (pembedahan)
Timektomi dapat dipertimbangkan jika seorang anak memiliki 1 dari berikut
ini: tumor tiroid, tidak adekuat sampai tidak respons terhadap farmakoterapi, efek samping
yang tidak tertahankan untuk pengobatan, atau AChR antibodyepositive myastenia gravis
(Alvarez, Cristina N, et. al, 2018).
NEXT…

Non Medis (Jamie Roper, 2017)


a. Pemeriksaan fisik

b. Pemeriksaan neurologis

c. Pendidikan kesehatan

d. Pendekatan Psikososial

e. Istirahat cukup

f. Latihan Aktivitas
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Tes es

Tes ini noninvasif memiliki sensitivitas 92% dan pesifisitas 79% . Langkah pertama, fisura palpebra
adalah diukur hingga 0,5 mm. Es kemudian dioleskan kelopak mata tertutup secara bilateral selama 2 hingga 5 menit.
Penurunan pengukuran fisura palpebra 2 atau lebih banyak mm, atau peningkatan ptosis, hasilnya adalah positif (Alvarez,
Cristina N, et. al, 2018).

 Tes tidur
Tes tidur mengukur peningkatan kelemahan mata dan manifestasi klinis setelah 30 menit istirahat atau
tidur

 Laboratorium: Serum Antibodi


Pasien yang melakukan tes negatif untuk antibodi AChR juga seharusnya pengujian dilakukan
untuk antibodi anti-MuSk. Pasien dengan antibodi ini akan memiliki penyakit yang lebih buruk termasuk
kelemahan wajah dan bulbar yang mencolok dan kesulitan pernapasan (Alvarez, Cristina N, et. al, 2018)
NEXT….

 Elektrodiagnostik
Studi konduksi saraf dengan elektromiografi jarum (EMG) adalah tes
diagnostik utama peripheral sistem saraf. Dalam keadaan normal individu, stimulasi
berulang tidak berpengaruh potensial karena aksi otot majemuk jumlah asetilkolin
selalu mencukupi memicu potensi (Loulwah Mukharesh, 2018).
CRITICAL CASE PADA
MYASTHENIA GRAVIS
Pada pasien MG tingkat paling parah pada kelemahan otot pernafasan.
Sehingga pada pasien yang mengalami kelemahan otot pernafasan membutuhkan
tindakan intensive berupa intubasi dan ventilasi untuk memberikan bantuan nafas pada
pasien (Loulwah Mukharesh, 2018).
THANK YOU
TERIMAKASIH
KASOON

Anda mungkin juga menyukai