Anda di halaman 1dari 52

BAGIAN C

TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

168 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Bagian C :
Tata Cara Survei,
Pengkajian dan Kriteria
Teknis Dalam Penyusunan
Pedoman Rencana Induk
SPAL

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 169
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

170 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

D A F TA R I S I

1 KRITERIA PENENTUAN ZONA PRIORITAS 172
1.1 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kepadatan Penduduk 172
1.2 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Beban Pencemaran/ angka BOD 173
1.3 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kondisi Sanitasi 174
1.4 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kesakitan/Penyakit 175
1.5 Hasil Keseluruhan Pembobotan 176

2 ANALISIS PERUMUSAN DAN PENENTUAN STRATEGI 178


2.1 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) 178
2.2 Matriks SWOT 180
2.3 Matriks QSPM 180

3 KRITERIA PERKIRAAN PENGURANGAN EMISI GRK 182

4 KRITERIA SURVEI AIR LIMBAH DAN ANALISIS BEBAN 188


4.1 Real Demand Survei (RDS) / Kebutuhan Nyata 188
4.1.1. Sasaran Pokok RDS 188
4.1.2. RDS dalam Perencanaan pembangunan Daerah 188
4.1.3. Periode Pelaksanaan RDS 189
4.2 Metodologi Survei 189
4.2.1. Umum 189
4.2.2. Metode Survei 190
4.2.3. Sampel Survei 190
4.2.4. Instrumen Survei 194
4.2.5. Kode Angket 197
4.3 Kegiatan di Lapangan 199
4.4 Penanganan Data 200
4.5 Teknik Analisis Data Hasil Survei 201

5 KRITERIA ANALISIS TINGKAT DAN CAKUPAN PELAYANAN 203


6 PERHITUNGAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) AIR LIMBAH 206

7 SURVEI DAN PENGKAJIAN WILAYAH STUDI DAN WILAYAH PELAYANAN 211


7.1 Ketentuan Umum 211
7.2 Ketentuan Teknis 212

8 SURVEI DAN PENGKAJIAN DEMOGRAFI DAN KETATAKOTAAN 215


8.1 Ketentuan Umum 215
8.2 Ketentuan Teknis 215

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 171
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

1. KRITERIA PENENTUAN ZONA PRIORITAS

Dalam tahapan menyusun skala prioritas pelayanan pengelolaan air limbah suatu Kabupaten/
Kota, dilakukan pembobotan dan pemetaan wilayah perencanaan pelayanan air limbah untuk
tiap kelurahan di Kabupaten/Kota Perencanaan pada beberapa sektor penunjang, antara lain:

1.1 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KEPADATAN PENDUDUK


Metode pembobotan hasil survei berdasarkan perhitungan angka kepadatan penduduk
Kabupaten/Kota Perencanaan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Nilai 1 diberikan apabila angka kepadatan penduduk diperoleh sangat tinggi, yaitu
berada pada kepadatan > 300 jiwa/ha.
b. Nilai 2 diberikan apabila angka kepadatan penduduk diperoleh tinggi, yaitu berada
pada range 200-300 jiwa/ha.
c. Nilai 3 diberikan apabila angka kepadatan penduduk sedang, yaitu berada pada range
100-200 jiwa/ha.
d. Nilai 4 diberikan apabila angka kepadatan penduduk yang rendah, yaitu berada pada
range < 100 jiwa/ha.
Untuk pembobotan wilayah pelayanan air limbah berdasarkan angka kepadatan penduduk
dapat dilihat pada Gambar 1.

172 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Gambar 1. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kepadatan Penduduk (Contoh)

1.2 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN BEBAN PENCEMARAN/ ANGKA


BOD
Pembobotan untuk menentukan prioritas penanganan terhadap air limbah juga
ditentukan berdasarkan angka BOD. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan angka
BOD Kabupaten/Kota Perencanaan, maka dilakukan pendekatan penentuan rangking
berdasarkan :
a. Nilai 1 diberikan apabila angka BOD diperoleh sangat tinggi, yaitu berada pada range
> 3 kg/hr/ha.
b. Nilai 2 diberikan apabila angka BOD diperoleh tinggi, yaitu berada pada range 2-<3
kg/hr/ha
c. Nilai 3 diberikan apabila angka BOD yang diperoleh sedang, yaitu berada pada range
1-<2 kg/hr/ha.
d. Nilai 4 diberikan apabila angka BOD diperoleh rendah, yaitu berada pada range < 1
kg/hr/ha.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 173
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Untuk pembobotan wilayah berdasarkan angka BOD lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka BOD (Contoh)

1.3 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KONDISI SANITASI


Metode pembobotan hasil survei berdasarkan perhitungan angka kondisi sanitasi adalah
berdasarkan pendekatan sebagai berikut :
a. Nilai 1 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah tidak ada
jamban. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi sanitasi
wilayah tersebut paling buruk.
b. Nilai 2 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah jamban
tanpa septic tank. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi
sanitasi wilayah tersebut buruk.
c. Nilai 3 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah jamban
dengan septic tank. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi
sanitasi wilayah tersebut sedang.

174 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

d. Nilai 4 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah Mini IPAL.
Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi sanitasi wilayah
tersebut baik.
Untuk overlay mapping peta wilayah perencanaan dari hasil pembobotan angka kondisi
sanitasi di atas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kondisi Sanitasi (Contoh)

1.4 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KESAKITAN/PENYAKIT


Metode pembobotan wilayah pelayanan air limbah berdasarkan angka kesakitan ini,
pemberian nilai berkebalikan dengan angka kepadatan penduduk karena angka kesakitan
berlaku sebagai faktor pengurang oleh kepadatan penduduk dan angka sanitasi. Untuk
pembobotan kondisi sanitasi maka kita melakukan pendekatan dengan nilai angka
sebagai berikut :
a. Nilai 1 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh rendah, yaitu berada
pada range 31.272 - 41.381 orang.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 175
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

b. Nilai 2 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh sedang, yaitu berada


pada jumlah 45.787 orang.
c. Nilai 3 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh tinggi, yaitu berada pada
jumlah 68.650 orang.
d. Nilai 4 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh sangat tinggi, yaitu berada
pada jumlah 73.926 orang.
Untuk overlay mapping peta wilayah perencanaan dari hasil pembobotan angka kondisi
sanitasi di atas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kesakitan (Contoh)

1.5 HASIL KESELURUHAN PEMBOBOTAN


Untuk pembobotan akhir maka kita melakukan pendekatan dengan penjumlahan angka
kepadatan penduduk dan fasilitas sanitasi dikurangi angka kesakitan, adalah sebagai
berikut:
a. Nilai 0-1 diberikan apabila hasil pembobotan sangat rendah. Nilai pembobotan yang

176 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

sangat rendah ini dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut memerlukan penanganan
segera karena kondisi sanitasinya buruk. Untuk warna disimbolkan dengan merah.
b. Nilai 2-3 diberikan apabila hasil pembobotan dikatakan sedang. Nilai pembobotan
yang sedang ini dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut harus diperhatikan kondisi
sanitasinya, karena ada dalam kategori sedang. Jika tidak dijaga dengan baik maka
tidak menutup kemungkinan kondisi sanitasi ini berubah menjadi buruk. Untuk warna
disimbolkan dengan kuning .
c. Nilai ≥4 diberikan apabila hasil pembobotan sangat tinggi. Nilai pembobotan ini dapat
disimpulkan bahwa wilayah tersebut masih mempunyai sistem sanitasi yang cukup
baik. Untuk warna disimbolkan dengan biru. Namun tetap harus dilakukan perbaikan
dan peningkatan terutama bagi daerah yang mempunyai kepadatan yang cukup tinggi.
Tidak menutup kemungkinan dengan adanya peningkatan kepadatan maka kondisi
sanitasi menjadi buruk.
Untuk hasil pembobotan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mapping Overlay Prioritas Pembobotan Akhir (Contoh)

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 177
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

2. ANALISIS PERUMUSAN DAN PENENTUAN STRATEGI

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan Analisis Perumusan strategi, yaitu :


1. Melakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi
kelembagaan dari hasil analisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
dan External Factor Evaluation (EFE). Setelah itu, dilanjutkan wawancara/brainstorming
dengan pihak pengelola., dari hasil kegiatan tersebut disusun faktor-faktor strategis
kelembagaan yang selanjutnya dikonfirmasi kembali kepada responden untuk mendapat
persetujuan serta apakah ada masukan lain.
2. Melakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi
Kabupaten/Kota, dengan cara teknis yang sama dengan bulir sebelumnya.
3. Melakukan pembobotan pada setiap faktor kunci internal dan eksternal penentuan bobot
berdasarkan pada hasil kuisioner SWOT.
4. Melakukan pembobotan pada setiap faktor kunci internal dan eksternal
5. Mengalikan bobot dan nilai dari masing-masing faktor untuk mendapatkan nilai skor
6. Menjumlahkan semua nilai skor untuk mendapatkan nilai skor total bagi kelembagaan
7. Menghitung posisi kuadran kelembagaan dengan mengurangkan nilai skor total untuk
kekuatan dengan kelemahan (sumbu x), serta mengurangkan nilai skor total peluang dan
ancaman (sumbu y), sehingga diperoleh kuadran kelembagaan (x,y)

Berikut ini beberapa matriks yang digunakan untuk melakukan analisis perumusan dan
penentuan strategi, yaitu :

2.1 MATRIKS IFE (INTERNAL FACTOR EVALUATION) DAN EFE (EXTERNAL


FACTOR EVALUATION)

Analisis matriks faktor strategi internal (matriks IFE) merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan maupun kelemahan terbesar
dari suatu kelembagaan. Sedangkan analisis matriks faktor strategi eksternal (Matriks
IFE) adalah metode yang digunakan untuk menentukan peluang maupun ancaman
yang ada di luar kelembagaan yang dapat memberikan dampak pada kelembagaan.
Informasi dasar dari matriks IFE dan EFE diperlukan untuk merumuskan strategi
dengan baik dengan syarat teknik ini dilakukan dengan penilaian intuitif yang baik dalam
proses pemberian bobot dan penilaian yang tepat. Pemberian bobot pada setiap faktor
kunci internal dan eksternal bertujuan untuk mengkuantitatifkan subjektivitas selama
proses formulasi strategi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membentuk
matriks IFE dan EFE yaitu :

178 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

a. Penyusunan daftar kekuatan dan kelemahan (faktor strategis internal), peluang


dan ancaman (faktor strategis eksternal) kelembagaan.

b. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal


Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2,3, dan 4 dengan
keterangan sebagai berikut :
1 = sangat tidak penting
2 = tidak penting
3 = penting
4 = sangat penting

c. Penilaian peringkat faktor strategis internal dan eksternal


Dalam menentukan peringkat setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4
dengan keterangan sebagai berikut :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat

d. Kalikan bobot dan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang

e. Jumlahkan skor tertimbang untuk setiap kekuatan dan kelemahan untuk


mendapatkan total skor tertimbang.

Contoh matriks IFE dan matriks EFE terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Matriks IFE

Faktor Kunci Bobot Peringkat Skor Tertimbang


Internal (A) (B) (A) x (B)

Kekuatan

Kelemahan

TOTAL

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 179
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Tabel 2. Matriks EFE

Faktor Kunci Bobot Peringkat Skor Tertimbang


Eksternal (A) (B) (A) x (B)

Peluang

Ancaman

TOTAL

2.2 MATRIKS SWOT


Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menyusun deskripsi mengenai faktor-
faktor strategi kelembagaan adalah Matriks SWOT. Mastriks SWOT dibuat dengan
mendaftar peluang dan ancaman pada sisi vertikal dan mendaftar kekuatan dan
kelemahan pada sisi horizontal seperti pada Tabel 3, yaitu :

Tabel 3. Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

S WAT Daftar keterbatasan


Daftar Kekuatan
(kelemahan)

Opportunity (O) SO - Strategies WO - Strategies

Mengatasi
Menggunakan kekuatan
keterbatasan dengan
untuk meraih peluang
pemanfaatan peluang

Threats (T) ST - Strategies WT - Strategies

Menggunakan kekuatan Meminimalkan


untuk menghilangkan keterbatasan dan
ancaman menghindari ancaman

2.3 MATRIKS QSPM

Alat yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi berbagai alternatif untuk
menentukan keputusan adalah QSPM matrix. QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix) menggunakan masukan dari matriks IFE dan EFE pada tahap input, serta

180 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

matriks SWOT pada tahap pencocokan untuk memutuskan strategi mana yang
terbaik. Strategi yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak
manajemen kelembagaan dalam penetapan kebijakan strategi untuk pengembangan
usaha. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah strategi alternatif, kelembagaan
harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok
dengan kondisi internal dan eksternal kelembagaan dengan menggunakan QSPM.

Langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :


1. Menyusun daftar peluang dan ancaman eksternal, serta kekuatan dan kelemahan
internal kelembagaan

2. Memberikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan, dan


kelemahan. Bobot ini sama dengan rata-rata bobot yang dihasilkan pada matriks
IFE dan EFE.

3. Tuliskan strategi alternatif yang akan dievaluasi.

4. Menentukan Skor Kemenarikan/ SK (Attractiveness Score / AS)


Skor kemenarikan ditentukan untuk setiap strategi yang dipilih untuk menunjukkan
kemenarikan relatif antara strategi yang satu dibandingkan dengan yang lain
berkaitan dengan faktor kunci tertentu. Kisaran skor kemenarikan adalah :
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = cukup menarik
4 = sangat menarik

5. Menghitung Total Skor Kemenarikan (TSK) sebagai hasil kali bobot dan skor
kemenarikan dalam setiap baris. Semakin tinggi TSK, semakin menarik strategi yang
dipilih (berdasarkan faktor kunci yang bersangkutan).

Strategi alternatif yang memiliki nilai total TSK terbesar merupakan strategi yang
paling menarik di antara berbagai strategi yang dipilih dan sebaiknya dijadikan strategi
alternatif dengan prioritas penerapan utama, berikut tabelnya :

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 181
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Tabel 4. Matriks QSPM

Faktor Kunci Strategi 1 Strategi 2


Bobot
Eksternal

Peluang

Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

TOTAL

3. KRITERIA PERKIRAAN PENGURANGAN EMISI GRK

Limbah cair yang dimaksud pada pedoman ini mencakup limbah domestik dan limbah
industri yang diolah setempat (uncollected) atau dialirkan menuju pusat pengolahan limbah
cair (collected) atau dibuang tanpa pengolahan melalui saluran pembuangan dan menuju ke
sungai sebagaimana disampaikan secara skematik pada Gambar 6. dan Tabel 5. Nampak
bahwa collected untreated waste water juga merupakan sumber emisi GRK, yaitu pada
sungai, danau, dan laut. Pada collected treated waste water, sumber emisi GRK berasal dari
pengolahan anaerobik reaktor dan lagoon.

Pada pengolahan aerobik tidak dihasilkan emisi GRK namun menghasilkan lumpur/sludge
yang perlu diolah melalui an-aerobic digestion, land disposal maupun insinerasi. Limbah cair
yang tidak dikumpulkan namun diolah setempat, seperti laterin dan septik tank untuk limbah
cair domestik dan IPAL limbah cair industri, juga merupakan sumber emisi GRK yang tercakup
dalam inventarisasi.
IPAL limbah cair industri yang merupakan sumber potensial emisi GRK mencakup industri
pemurnian alkohol, pengolahan beer dan malt, pengolahan kopi, pengolahan produk-produk
dari susu, pengolahan ikan, pengolahan daging dan pemotongan hewan, bahan kimia organik,
kilang BBM, plastik dan resin, sabun dan deterjen, produksi starch (tapioka), rafinasi gula,
minyak nabati/minyak sayur, jus buah-buahan dan sayuran, anggur dan vinegar, dan lain-lain.

182 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Tabel 5. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair, dan Potensi


Emisi Gas Rumah Kaca

TIPE PENGOLAHAN POTENSI EMISI CH4 DAN N2O

Tanpa Perlakuan
Aliran sungai Kekurangan oksigen pada sungai/danau
Saluran tertutup bawah tanah Tidak menghasilkan CH4 dan N2O

Kelebihan limbah pada saluran terbuka


Saluran pembuangan (terbuka)
merupakan sumber CH4.
CH4 dalam jumlah tertentu dari lapisan
anaerobic
Sistem aerobik yang buruk dapat
Fasilitas Pengolahan Limbah Cair menghasilkan CH4.
Terpusat Secara Aerobik
Pabrik dengan pemisahan nutrisi (nitrifikasi
Dikumpulkan

dan denitrifikasi) menghasilkan N2O dalam


Aerobik

jumlah sedikit

Pengolahan lumpur anaerobik Kemungkinan lumpur merupak sumber CH4


Perlakuan

pada pengolahan limbah cair dan jika CH4 yang dihasilkan tidak direkoveri
terpusat secara aerobic dan dibakar (flared)

Tidak menghasilkan CH4 dan N2O


Kolam dangkal secara aerobic Sistem aerobik yang buruk dapat
menghasilkan CH4.

Danau di pinggir laut secara Dapat menghasilkan CH4


Anaerobik

anaerobic Tidak menghasilkan N2O


Kemungkinan lumpur merupakan sumber
Reaktor (Digester) Anaerobik CH4 dan jika CH4 yang dihasilkan tidak
direkoveri dan dibakar (flared).

Sering kali pemisahan padatan mengurangi


Tidak dikumpulkan

Septic Tanks
produksi CH4

Produksi CH4 (temperatur dan waktu


Laterine/ Lubang Kakus Kering
penyimpanan tertentu)

Aliran sungai Lihat di atas


Sumber : IPCC, 2006

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 183
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Gambar 6. Skema Aliran Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik/


Industri (Sumber : IPCC, 2006)

Pendekatan Umum Perhitungan Tingkat Emisi GRK

Perhitungan tingkat emisi GRK untuk kebutuhan inventarisasi emisi GRK pada dasarnya
berbasis pada penedekatan umum sebagai berikut:

Tingkat Emisi = Data Aktivitas (AD) x Faktor Emisi (EF) …….. 1.1

Data aktivitas (AD) adalah besaran kuantitatif kegiatan manusia (anthropogenic) yang
melepaskan emisi GRK. Pada pengelolaan limbah, besaran kuantitatif adalah besaran terkait
dengan waste generation (laju pembentukan limbah), masa limbah yang ditangani pada setiap
jenis pengolahan limbah. Faktor emisi (EF) adalah faktor yang menunjukkan intensitas emisi
per unit aktivitas yang bergantung kepada berbagai parameter terkait karakteristik limbah dan
sistem pengolahan limbah. Sementara itu, contoh sistem pelaporan hasil inventarisasi emisi
GRK penanganan limbah domestic terdapat pada Gambar 7.

184 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Gambar 7. Sistem Pelaporan Hasil Inventarisasi Emisi GRK Penanganan Limbah


Domestik

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 185
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

METODOLOGI PENGHITUNGAN EMISI GRK DARI KEGIATAN PENGOLAHAN/


PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

a. Pemilihan Metoda (Tier) dalam penghitungan emisi CH4 dari limbah cair
Tier 1:
Estimasi-estimasi dari metode Tier 1 berdasarkan pada metode IPCC FOD yang sebagian
besar menggunakan data aktivitas default dan parameter-parameter default. Metode Tier
1 cocok untuk perhitungan dengan parameter data yang terbatas.

Tier 2:
Metode ini sama dengan metode Tier 1, tetapi membutuhkan faktor emisi spesifik dan
data aktivitas spesifik. Misalnya pada metode Tier 2, faktor emisi spesifik untuk sistem
pengolahan spesifik pada perhitungan dapat tidak dipertimbangkan. Jumlah lumpur yang
dihilangkan untuk insinerasi, landfill, dan lahan pertanian dapat dipertimbangkan pada
metode Tier 2.

Tier 3:
Metode ini dapat digunakan pada negara dengan data yang baik dan telah menggunakan
metode yang sangat baik.Negara dengan metode yang sangat baik dapat didasarkan atas
data spesifik dari fasilitas pengolahan limbah cair.

b. Penghitungan Tingkat Emisi CH4 dari Pengolahan Limbah Cair Domestik


Emisi CH4 dari Limbah Cair Kota dihitung dengan menggunakan formula berikut.

dengan faktor emisi :

dimana :
Emisi-emisi CH4 = Emisi-emisi CH4 dalam tahun inventori, kg CH4/th
TOW = Total organik dalam limbah cair dalam tahun inventori, kg BOD/th
Komponen organik diambil sebagai lumpur dalam tahun inventori, kg
BOD/th
S = fraksi populasi dalam grup income i dalam tahun inventori
Ui = Derajat pemanfaatan dari saluran atau sistem pengolahan/pembuangan,
Tij = J : untuk tiap fraksi grup pendapatan i dalam tahun inventori.
I = Grup pendapatan: perkotaan, pendapatan tinggi perkotaan dan
pendapatan rendah perkotaan
J = tiap saluran atau sistem pengolahan/ pembuangan

186 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

EFj = Faktor emisi, kg CH4 / kg BOD


R = Jumlah dari pemulihan CH4 dalam tahun inventori, kg CH4/th
Bo = kapasitas maksimum produksi CH4 (kg CH4/kg BOD) dengan default
= maksimum kapasitas produksi CH4 untuk limbah cair perkotaan 0.6 kg
CH4/kg BOD atau 0.25 kg CH4/kg COD
MCFj = faktor koreksi metan (fraksi).

Gambar 8. Decision Tree Pemilihan Metodologi (Tier) Penghitungan Tingkat Emisi


GRK Kegiatan Pengolahan Limbah Cair Domestik

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 187
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

4. KRITERIA SURVEI AIR LIMBAH DAN ANALISIS BEBAN

4.1 REAL DEMAND SURVEI (RDS) / KEBUTUHAN NYATA

Kebutuhan nyata adalah kebutuhan yang benar-benar memang mencerminkan apa yang
sebenarnya dibutuhkan. Istilah kebutuhan nyata muncul karena adanya pandangan yang berbeda
dalam menggambaran kondisi nyata dari adanya kebutuhan di tingkat masyarakat, dimana
umumnya terjadi perbedaan pandangan antara pihak pengambil kebijakan (pemerintah) dan pihak
penerima kebijakan (masyarakat). Kebutuhan nyata biasanya menggambarkan kondisi nyata dari
kebutuhan masyarakat, dalam artian memfokuskan diri pada pandangan menurut masyarakat,
bukan pandangan pihak pengambil kebijakan.

4.1.1. SASARAN POKOK RDS

Tujuan dari kegiatan Survei Kebutuhan Nyata (Real Demand Survei – RDS), dimaksud untuk
mencapai sasaran – sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam perencanaan pembangunan;
b. Mengetahui kondisi dan akses masyarakat terhadap fasilitas pengolahan air limbah;
c. Mengetahui tingkat kebutuhan dan kepentingan masyarakat terhadap sarana dan
prasarana air limbah;
d. Menentukan prioritas (baik kegiatan maupun lokasi) dalam penyediaan/ pembangunan
sarana dan prasarana air limbah;
e. Mengetahui tingkat kemauan membayar masyarakat dalam penyediaan sarana dan
prasarana air limbah
f. Mengetahui tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.

4.1.2 RDS DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

a. Survei Kebutuhan Nyata adalah sangat penting, baik bagi pemerintah maupun
masyarakat
b. Pemerintah (dalam hal ini Kota/Kabupaten), menyadari bahwa dalam perencanaan
pembangunan daerahnya didasarkan atas kebutuhan nyata dari masyarakatnya, akan
berupaya menyediakan sarana dan prasarana umum dasar pengelolaan air limbah
kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya;
c. Bidang Penelitian dan Pengembangan atau unit yang lebih kecil, tetapi merupakan
gabungan personil unit/kelompok kerja (Pokja) terkait, merupakan bentuk organisasi
yang disarankan dalam pelaksanaan Survei Kebutuhan Nyata Bidang Sanitasi.

188 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

4.1.3 PERIODE PELAKSANAAN RDS

a. Dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali, untuk mendukung pemutakhiran data pokok
yang digunakan dalam penyusunan ”Rencana Strategi Sanitasi Perkotaan (Citywide
Sanitation Strategy - CSS)” .
b. Dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali, untuk mendukung pemutakhiran data pokok
yang digunakan dalam penyusunan “Rencana Aksi Sanitasi (Sanitation Action Plan –
SAP)”

4.2 METODOLOGI SURVEI


4.2.1 UMUM

Melalui Survei Kebutuhan Nyata Bidang Air Limbah, Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)
akan memperoleh gambaran tentang kebutuhan nyata dari masyarakatnya tentang sarana
dan prasarana dasar di bidang air limbah dan sekaligus juga memberikan upaya positif bahwa
Pemerintah Daerah menaruh perhatian yang baik terhadap masyarakatnya. Pengukuran tingkat
kebutuhan nyata masyarakat di bidang air limbah dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah :

a. Directly Reported Real Demand


Pengukuran tingkat kebutuhan dilakukan secara langsung melalui pertanyaan (kuesioner
atau angket).
b. Derived Real Demand
Pertanyaan menyangkut dua hal utama yaitu ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana)
bidang air limbah dan kondisi akses masyarakat terhadap fasilitas bidang air limbah dan
besarnya kinerja yang mereka rasakan.
c. Problem Analysis
Masyarakat (rumah tangga) yang menjadi responden diminta mengungkapkan dua hal yaitu
masalah – masalah yang mereka hadapi terkait dengan fasilitas (sarana dan prasarana)
bidang air limbah dan saran - saran terhadap kondisi dan permasalahan yang ada.
d. Importance – Demand Analysis
Responden diminta untuk melakukan pemeringkatan (ranking) tingkat kepentingan berbagai
fasilitas (sarana dan prasarana) bidang air limbah di lingkungan mereka. Selain itu responden
juga diminta merangking tingkat kebutuhan mereka terhadap berbagai fasilitas (sarana dan
prasarana) bidang air limbah di lingkungan mereka.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 189
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

4.2.2 METODE SURVEI

Survei dilakukan dengan metode :


a. Wawancara
Adalah cara pengumpulan data informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada
masyarakat (rumah tangga) atau responden yang telah dipilih secara acak (random) dan
dianggap dapat memberikan keterangan yang diperlukan, sehingga diperoleh informasi yang
tepat mengenai permasalahan yang diteliti.
b. Kuesioner
Adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis kepada
masyarakat (rumah tangga) atau responden dengan tujuan memperoleh informasi dengan
reliabilitas dan validitas yang tinggi.
c. Petugas Survei (Enumerator)
Adalah individu-individu yang melaksanakan wawancara kepada responden untuk
melakukan pengisian angket (kuesioner). Petugas survei/pencacah (enumerator) adalah
ujung tombak yang menghubungkan antara pimpinan survei dengan dengan responden,
dan antara data analis dengan responden. Penyeleksian dan pemberian pelatihan para
petugas survei dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan survei dengan maksud untuk
memudahkan administrasi survei, dan membuat analisis terlaksana dengan lancar. Salah
satu hal yang terpenting bahwa, petugas survei adalah individu ataupun kelompok yang
independen.

4.2.3 SAMPEL SURVEI


a. Kerangka Sampel
Adalah semua elemen di dalam populasi yang mengidentifikasikan semua anggota dari
target populasi. Dalam menentukan kerangka sampel dapat digunakan daftar masyarakat
(rumah tangga) dan daerah/wilayah yang menjadi cakupannya. Daerah/wilayah yang
menjadi cakupannya diupayakan sampai pada unit yang terkecil mungkin agar prioritas lokasi
nantinya dapat teridentifikasi secara baik dan tepat. Apabila wilayahnya Kota/Kabupaten,
maka lokasi yang menjadi lokus survei dapat diupayakan berupa lokasi menurut Kecamatan,
dan sebisa mungkin lokasinya adalah Kelurahan/Desa. Apabila jumlah Keluarahan/Desa
cukup banyak, maka lokasi menurut Kecamatan adalah yang terbaik.

b. Teknik Penarikan Sampel


Adalah cara pengambilan sampel dari sebagian populasi sebagai wakil yang representatif.
Oleh karena itu dalam survei ini ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sifatnya general/
umum yang menggambarkan pendapat masyarakat (rumah tangga) secara keseluruhan
dalam suatu wilayah, maka sampel yang diambil adalah sampel acak (random sampling

190 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

atau probability sampling) dengan teknik sampel Cluster Sampling (Area Sampling). Dalam
pelaksanaannya sampel Cluster Sampling ini dapat dilakukan dengan mengelompokkan per
Kecamatan dalam suatu Kota/Kabupaten. Dibuat daftar yang terdiri nama-nama kecamatan
dan jumlah rumah tangga dari setiap wilayah – jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan
jumlah rumah tangga per kecamatan.

Dalam sampel klaster (Cluster Sampling), unit analisis dalam populasi digolongkan dalam
gugus-gugus yang disebut klaster, yang merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan
diambil secara acak. Unit terkecil sampel klaster disebut PSU (Primary Sampling Unit) –
dapat berupa organisasi, asosiasi, batas geografis, batas administrasi yang jelas (kelurahan/
desa, kecamatan, dan lain-lain). Terdapat dua situasi dimana sampel klaster dipakai, yaitu
pertama, wilayah sampel tersebar luas, sehingga untuk menyusun kerangka dasar sampel
sangat sulit. Kedua, tidak terdapat kerangka dasar sampel yng cukup baik dan harus dibuat
dengan biaya yang mahal. Sampel klaster mempunyai kelebihan dalam hal efisiensi terutama
untuk menghemat waktu dan biaya.

Jumlah Sampel
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan dari tingkat ketelitian dan analisis area sampling
yang diinginkan. Semakin besar ketelitian (error sampling semakin kecil), maka akan
mengakibatkan jumlah sampel semakin besar, demikian juga dengan tingkatan analisis
yang akan dicapai semakin fokus akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.
Tingkat presisi suatu hasil survei sangat tergantung kepada faktor biaya, waktu dan tenaga,
semakin tinggi tingkat presisi hasil survei, semakin besar biaya yang dibutuhkan dan semakin
memerlukan waktu dan tenaga yang besar, mengharapkan hasil survei tingkat presisi yang
tinggi tidak mungkin dicapai dengan biaya, tenaga waktu yang terbatas.Ketelitian suatu hasil
survei sangat ditentukan dari besarnya ketelitian yang dinyatakan sebagai faktor: Tingkat
Kepercayaan dan Error Sampling. Makin besar Tingkat Kepercayaan dan makin kecil Error
Sampling-nya, maka akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.

Contoh Pengertian Tingkat Kepercayaan dan Error Sampling

Desain Survei:
• Jumlah Sampel : 1.000 sampel
• Tingkat Kepercayaan : 95 %
• Error Sampling :+5%
misalkan jawaban responden setelah dilakukan analisa 65% dari seluruh responden
menyatakan bahwa kualitas saluran air yang ada di sekitar rumah responden baik dan
sisanya (35%) tidak baik kualitasnya.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 191
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Artinya:
Pada tingkat kepercayaan 95%, berarti hanya 5% dari seluruh pelanggan yang be-
rada di luar jawaban 65% menyatakan baik dan 35% menyatakan tidak baik, di sini
ada 5% kesalahan sampling karena tidak pasti.

Error Sampling +5 %, artinya rumah tangga (responden) yang menyatakan baik,


berada pada range 65% ditambah dan dikurang 5%, jadi ketepatan jawaban adalah
rumah tangga (responden) menjawab bahwa kualitas saluran air yang ada di sekitar
rumahnya baik antara 60% hingga 70% - kita bisa menarik kesimpulan bahwa may-
oritas rumah tangga (masyarakat) menyatakan bahwa kualitas saluaran air yang
ada di sekitar rumahnya baik kualitasnya, terbawah nilainya 60% (mayoritas).

Namun bila jawaban responden adalah 50% menyatakan baik dan 50% menya-
takan tidak baik kualitasnya, maka akan sulit dalam mengintepretasikan jawaban
responden, oleh karena ketepatan jawaban berada pada kisaran 45% s.d. 55%; bila
jawaban berada pada jawaban 45 % yang menyatakan baik maka dapat intepre-
tasikan mayoritas rumah tangga (55%) meyatakan bahwa kualitas saluran air di
sekitar rumahnya tidak baik, dan sebaliknya bila jawaban berada pada 55%, maka
intepretasinya mayoritas rumah tangga menyatakan kualitas saluran air di sekitar
rumahnya baik.

Perhitungan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sbb:

dimana :
S = Jumlah sampel
Z = Ukuran Tingkat Kepercayaan/nilai rata-rata dari Standard Error
• Untuk Tingkat Kepercayaan 90 %, nilai Z = 1.64
• Untuk Tingkat Kepercayaan 95 %, nilai Z = 1,96
• Untuk Tingkat Kepercayaan 99 %, nilai Z = 2,58
r = variasi proporsi populasi, nilai r untuk populasi berimbang adalah 0,25
N = Jumlah populasi (rumah tangga) dalam area sampling
e = Error Sampling (%), tergantung dari ketelitian yang direncanakan, semakin kecil Error
Sampling, akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.

Secara grafik perhitungan jumlah sampel dapat dijelaskan sebagai berikut; bila populasi
jumlah rumah tangga (sumbu x) makin besar, maka presentase ukuran sampel (sumbu y)
akan mengecil, begitu pula sebaliknya, jika jumlah populasi makin kecil, maka presentase
jumlah sampel akan membesar. Selengkapnya dicontohkan pada Gambar 9.

192 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Gambar 9. Ukuran Sampel (%) (Contoh)

(Sumber: Rea and Parker, 1997)

Contoh :
Suatu survei dilakukan terhadap rumah tangga suatu Kecamatan dengan jumlah pelang-
gan = 73.802 rumah tangga – Desain survei ditentukan dengan Tingkat Kepercayaan
99% dan Error Sampling + 10%, hitung besarnya jumlah sampel dengan mengunakan
rumus dan dengan menggunakan grafik

Menggunakan Rumus;

• Z = 2,58 untuk Tingkat Kepercayaan 99%


• r = 0,25
• N = 73.802 rumah tangga
• e = + 10%
Maka jumlah sampel adalah = 219 sampel

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 193
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Menggunakan Grafik :
• Jumlah Populasi dalam rumah tangga = 73.802, plot-kan pada sumbu X di grafik
dan merupakan titik awal nilai populasi kemudian,
• Tarik garis survei dari titik x = 73.802, hingga memotong lengkung grafik untuk
“Tingkat Kepercayaan 99 % dan Error Sampling + 10% ”, kemudian
• Dari titik potong dengan grafik lengkung tarik garis horizontal ke kiri hingga
memotong sumbu Y
• Titik potong dengan sumbu Y mendapatkan nilai persentase jumlah sampel = 0,297
terhadap besar poulasi dalam KK
• Hitung besar sampel = 0,297 x 73.803 rumah tangga = 219,2 dibulatkan menjadi
219 sampel.

c. Populasi
Target populasi adalah sasaran populasi yang akan dituju dalam survei sampel, dalam hal ini
populasinya adalah rumah tangga yang berada dalam suatu wilayah kecamatan, sedangkan
targetnya adalah Kepala Rumah Tangga atau Ibu Rumah Tangga.

4.2.4 INSTRUMEN SURVEI

Instrumen survei, berupa angket (kuesioner) yang merupakan alat utama bagi para petugas
survei/pencacah (enumerator) untuk berinteraksi dengan pihak yang akan diwawancarai/
responden.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk:
1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan
2. Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
Pertanyaan-pertanyaan dalam angket merupakan dasar atau basis untuk analisis dan pelaporan
hasil survei. Oleh karena itu angket harus disusun secara sistematis, mudah dijawab serta tidak
menimbulkan interpretasi yang keliru atau menyulitkan bagi responden.

a. Fokus Survei
Penentuan fokus suatu survei merupakan langkah yang sangat penting dari keseluruhan proses
survei. Di dalam kaitannya dengan Survei Kebutuhan Nyata Bidang Sanitasi, angket akan
difokuskan atau diarahkan atas:
1) Karakteristik tempat tinggal rumah tangga (responden);
2) Kondisi kesehatan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas kesehatan;
3) Kondisi air bersih dan akses rumah tangga terhadap fasilitas air bersih;
4) Kondisi persampahan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas persampahan;
5) Kondisi sanitasi dan akses rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi;
6) Kondisi drainase dan akses rumah tangga terhadap fasilitas drainase;

194 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

7) Tingkat kepentingan dan kebutuhan rumah tangga terhadap fasilitas umum bidang sanitasi
(mencakup fasilitas kesehatan, air bersih, persampahan, sanitasi, dan drainase);
8) Tingkat kesediaan dan kemauan membayar (willingness to pay – WTP) dari rumah tangga
yang tidak memiliki akses yang baik terhadap fasilitas air bersih, persampahan, sanitasi, dan
drainase apabila disediakan fasilitas tersebut di lingkungan rumah mereka;
9) Profil karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga; dan
10) Tingkat kemampuan ekonomi (affordabilitas) rumah tangga

b. Desain Angket
Suatu angket yang didesain dengan baik akan memiliki karateristik-karateristik sebagai berikut:
1) Angket hanya mem-fokus-kan pada topik-topik yang diperlukan untuk suatu riset yang
surveinya didesain untuk mendukung riset tersebut.
2) Panjang dan kompleksitas suatu angket harus memungkinkan angket tersebut dilaksanakan
dalam suatu jangka waktu yang relatif singkat.
3) Angket harus mudah untuk digunakan.
4) Angket harus berisi kata pengantar yang berisi latar belakang informasi survei kepada
responden yang potensial.
5) Pertanyaan yang saling terkait harus ditempatkan bersama, dimasukan ke dalam bab yang
mempunyai tema yang sama (“thematically”).
6) Gunakanlah pola-pola, yang bersifat “penyaringan/filter” atau “penyeleksian”, pastikan
bahwa pengunaan pertanyaan akan memperoleh jawaban dari responden yang relefan
dengan situasi.

c. Desain Pertanyaan
Model pertanyaan bersifat tertutup (“close-ended”) yaitu jenis pertanyaan yang menyediakan
suatu daftar yang berisi kemungkinan jawabannya. Pihak-pihak yang diwawancara akan memilih
salah satu jawaban yang tersedia. Pertanyaan yang bersifat “close-ended” lebih mudah untuk
dianalisis dibandingkan pertanyaan yang “open-ended”.
1) Pertanyaan harus terfokus kepada satu topik tertentu.
2) Pertanyaan tidak boleh bersifat membimbing responden, atau mengarahkan ke suatu
jawaban yang logis
3) Untuk suatu pertanyaan yang tertutup (“close-ended”), jawaban-jawaban yang
tersedia harus mencakup semua jawaban potensial yang masuk akal yang mungkin
disampaikan oleh pihak yang diwawancarai tersebut.
4) Pertanyaan harus menggunakan kata-kata yang mudah.
5) Penyusunan pertanyaan harus menghindarkan penggunaan kata-kata atau ungkapan
yang tidak biasa atau yang sulit.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 195
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

6) Pertanyaan tidak boleh menyinggung topik-topik yang sekiranya sensitif bagi


responden.

Tabel 6. Contoh Pertanyaan Berdasarkan Jenis dan Tujuannya

JENIS DESKRIPSI CONTOH


Apabila salah satu anggota keluarga menderita
sakit berobat kemana?
Ya Tidak
1.RS/RSUD 1 2
2.Puskemas di Kecamatan 1 2
Suatu pertanyaan dengan dua 3.Puskesmas Pembantu/
Dikotomi
kemungkinan jawaban Keliling di Kecamatan/
Kelurahan
4.Posekesdes di Kelurahan 1 2
5.Posyandu di RT/RW 1 2
6.Dokter di lingkungan/
1 2
keluarga
Kapan biasanya anggota rumah tangga Anda
membuang air besar
Sekali pada pagi hari 1
Pilihan Suatu pertanyaan dengan tiga
Sekali pada sore hari 2
Berganda atau lebih jawaban
Dua kali sehari pada pagi dan sore
3
hari
Lebih dari dua kali sehari 4
Suatu pertanyaan dengan
perbedaan semantik:
Bagaimana tingkat kepentingan rumah
Penting ... tidak penting tangga Anda terhadap fasilitas umum berikut?
Butuh .... tidak butuh
Contoh: Kesehatan ....
Skala Linkert
Sangat penting 5 Air Bersih ....
Penting 4 Persampahan ....
Cukup penting 3 Sanitasi (Limbah) .....
Tidak penting 2 Lainnya (Sebutkan) ....
Sangat tidak penting 1
Sumber :Sebutkan sumber tabel yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk

196 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

4.2.5 KODE ANGKET

Untuk memudahkan dalam administrasi pelaksanaan survei di lapangan dan keperluan


analisis, maka pada setiap lembar angket perlu diberi penomoran dengan memberikan kode
pada setiap atributnya. Pemberian kode di sini juga mutlak diperlukan jika pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program atau software SPSS.
Atribut yang diperlukan meliputi :
1) Nomer kode wilayah/daerah terdiri;
a) Nomor kode kecamatan
b) Nomor kode desa/kelurahan
2) Nomer kode identitas pewawancara
3) Nomer kode tanggal, bulan dilakukan wawancara
4) Nomer urut responden/angket

Berikut ini contoh pemberian kode angket :

SURVEI KEBUTUHAN NYATA RUMAH TANGGA


BIDANG AIR LIMBAH

Data Wawancara:
Kecamatan : A_______|______|
Kelurahan/Desa : B_______|______|
No. ID Petugas : C_______|______|
Tanggal Wawancara : D_______|_______|E|_______| _______|
Tanggal Bulan
No. Urut Responden : F_______|_______|

Kode Angket :

A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2 E1 E2 F1 F2
Kecamatan Kode A1 & A2 Berilah nomer urut pada daftar nama Kecamatan,
mulailah penomeran dari 01, 02, 03, dan
seterusnya
Kelurahan/Desa Kode B1 & B2 Begitu pula untuk Kelurahan/Desa diberi nomer
urut dari mulai 01, 02, 03 dan seterusnya per
Kecamatan (untuk kelompok Kelurahan/Desa setiap
Kecamatan dimulai dengan nomer 01)

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 197
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Nomer ID Petugas Kode C1 & C2 Buat daftar nama petugas survei/pencacah


(enumerator), beri nomor urut (dari 01, 02, 03
dst) dan nomor ini akan dipakai oleh enumerator
selama melakukan kegiatan survei
Tanggal Wawancara Kode D1, D2, E1, Diisi sesuai dengan tanggal dan bulan dilakukan
& E2 wawancara (misal: 2 Juni diisi 0 2 0 6)
Nomer urut wawancara Kode F1 & F2 Diisi dengan nomer urut angket yang telah diisi
(telah dilakukan wawancara dengan responden)
dimulai dengan nomer 01 hingga angket terakhir
pada hari itu. Nomer urut wawancara akan sesuai
dengan jumlah angket yang dilselesaikan pada
hari itu. Untuk wawancara esoknya harus dimulai
dengan nomer 01 lagi

PELAKSANAAN SURVEI

Tim Survei
Tim Survei dibentuk dengan beranggotakan para manajer, wakil dari masyarakat dan
stakeholders bidang sanitasi, dan diketuai oleh Ketua Tim Survei.
Tugas utama Tim Survei adalah merancang kegiatan survei yang meliputi:
a. Merancang angket sesuai dengan tujuan survei
b. Menentukan jumlah sampel dan memilih responden
c. Melakukan seleksi dan pelatihan petugas survei/pencacah independen
d. Menunjuk koordinator survei untuk pelaksanaan survei di lapangan
e. Melakukan analisa dan menyusun pelaporan hasil survei
f. Melakukan presentasi hasil survei di depan stakeholders

Berikut ini penjelasan peranan masing-masing dalam tim survei :

a. Koordinator Survei
Koordinator survei ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan survei dilapangan. Tugas utama
koordinator survei adalah mengkoordinir para petugas survei/pencacah (enumerator)
dan mengadministrasikan seluruh kegiatan dilapangan. Koordinator survei merupakan
anggota Tim Survei dan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh paling tidak satu
orang petugas administrasi dan lebih dari satu orang Koordinator Lapangan (diperlukan
bila melingkupi beberapa Kecamatan atau meliputi wilayah yang luas). Koordinator
Lapangan dapat ditunjuk salah seorang dari petugas survei/pencacah.

b. Petugas Survei/Pencacah (Enumerator)

198 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Petugas survei/pencacah adalah individu-individu independen yang melaksanakan


rencana penarikan sampel (“sampling”) dan melaksanakan administrasi hasil angket.
Petugas survei/pencacah (“enumerator”) adalah ujung tombak yang menghubungkan
antara pimpinan survei dengan dengan responden, dan antara data analis dengan
responden. Penseleksian dan pemberian pelatihan para petugas pencacah dilakukan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan Survei Kebutuhan Nyata dengan maksud untuk
memudahkan administrasi survei, dan membuat analisis terlaksana dengan lancar.
Salah satu hal yang terpenting bahwa, petugas survei/pencacah adalah individu ataupun
kelompok yang independen.

Petugas survei/pencacah idealnya harus memiliki seluruh sikap dengan karakteristik


sebagai berikut:
a. Petugas survei/pencacah harus cukup terpelajar dan dapat berhitung untuk
mengadministrasikan angket, tanggap terhadap pertanyaan-pertanyaan
wawancara, dan dapat melakukan administrasi rencana sampling.
b. Petugas survei/pencacah harus dapat diterima didalam populasi dimana mereka
akan mengadakan wawancara.
c. Petugas survei/pencacah sebaiknya bertempat tinggal di daerah dimana mereka
akan melakukan wawancara.
d. Petugas survei/pencacah harus selalu ada selama kegiatan survei berlangsung.

Dalam pelatihan petugas survei/pencacah hal – hal yang perlu diperhatikan:

a. Mengerti dan mampu mengkomunikasikan tujuan dari studi,


b. Mengerti isi dan susunan dari perlengkapan survei (instrumen survei) yang
digunakan dalam studi,
c. Mengetahui pentingnya memperlakukan responden dengan hormat,
d. Mampu melaksanakan rencana sampling yang ditetapkan oleh prencana studi dan
manajer,
e. Mengerti pentingnya kebutuhan tindaklanjut prosedur operasi survei, dan
f. Mewakili kepentingan hubungan antara penganalisis survei dan manajer dalam
pengertian yang lebih baik tentang populasi yang sedang mereka pelajari.

4.3 KEGIATAN DI LAPANGAN

a. Wawancara Langsung

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 199
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Kegiatan survei lapangan dilakukan dengan metoda wawancara dalam pengisian angket;
petugas survei/pencacah cukup hanya ‘membacakan’ angket kepada responden dan
mengisi angket, tidak diperkenankan petugas survei/pencacah untuk ‘mengarahkan’
jawaban.

b. Pemilihan Responden
Dalam pemilihan responden di lapangan dilakukan secara acak (random) sesuai dengan
daftar nama responden yang sudah ditentukan oleh koordinator survei. Petugas survei/
pencacah tidak diperkenankan merubah/mengganti responden yang sudah ditentukan
tanpa seijin dan sepengetahuan Koordinator Survei.

c. Survei di Lapangan
Kegiatan survei di lapangan, setiap harinya selalu dimulai dengan pertemuan antara
Koordinator Survei dan seluruh petugas survei/pencacah pada pagi hari untuk melakukan
:
1) pembagian angket; jumlah untuk setiap petugas survei/pencacah yang sudah
ditentukan,
2) penentuan area survei untuk setiap petugas survei/pencacah, dan
3) pengarahan Koordinator Survei berkaitan dengan evaluasi terhadap catatan –
catatan penting dan permasalahan yang dihadapi petugas survei/pencacah hari
sebelumnya.
Pada sore hari setiap selesai dilakukannya kegiatan operasi di lapangan, diadakan
pertemuan lagi antara Koordinator Survei dengan petugas survei/pencacah dengan
tujuan :
1) melakukan kegiatan ‘administrasi’, berupa penghitungan jumlah angket yang
dikembalikan oleh setiap petugas survei/pencacah,
2) melakukan pemeriksaan terhadap setiap angket untuk meneliti kelengkapan
pengisian setiap lembar jawaban angket,
3) mencatat hal – hal penting yang terjadi di lapangan, dan
4) untuk Koordinator Survei serta tim, setelah petugas survei/pencacah pulang, masih
perlu melakukan evaluasi terhadap target perolehan angket sampai dengan hari
itu dan mempersiapkan jumlah angket yang akan dilaksanakan esok harinya bagi
setiap petugas survei/pencacah.

4.4 PENANGANAN DATA

a. Pelaksanaan di Lapangan
Pembersihan adalah suatu proses mengenai: (1). memeriksa angket yang telah

200 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

lengkap/selesai untuk meyakinkan bahwa angket tersebut telah diisi dengan cukup
dan dijawab dengan benar serta dalam kerangka lingkup tujuan survei, dan (2).
melaksanakan koreksi bila memang diperlukan, serta membuang jawaban/data yang
tidak lengkap atau sulit untuk diinterpretasikan.

b. Pemasukan Data
Pemasukan data, adalah suatu proses memasukan data yang telah dibersihkan
kedalam komputer dengan memakai perangkat lunak yang telah ditentukan.
Tahapan Pembersihan Data dimulai setiap harinya dari pengumpulan lembar angket
yang diserahkan oleh petugas survei/pencacah pada sore hari, kemudian dilakukan
kembali pada saat pemasukan data oleh petugas analisa data.

c. Re-sampling
Re-sampling adalah suatu proses yang menunjuk pada upaya melaksanakan
wawancara tambahan (1) mengganti data angket yang tidak bermanfaat atau (2)
melakukan penyesuaian atas pelaksanaan rencana sampling yang tidak tepat.

4.5 TEKNIK ANALISIS DATA HASIL SURVEI

1. Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diintepretasikan. Dalam analisa data digunakan statistik. Penyajian analisis data survei
umumnya dalam bentuk tabel dan grafik yang kemudian diinterpretasikan untuk mencari makna
dan implikasi yang lebih luas.

Analisis secara umum harus mencakup kepada hal-hal yang telah diidentifikasi pada awal
kegiatan survei, yaitu pada Fokus Survei. Dalam melakukan teknik analisis dapat digunakan
beberapa paket program misalnya, Microsoft Excel, SPSS, dan lain-lain. Pada dasarnya
semua paket program yang tersedia hanya merupakan alat bantu analisis, sehingga dalam
melakukan analisis dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana hingga analisis tingkat
lanjut, tergantung dengan kemampuan. Hal yang paling penting dalam teknik analisis adalah
bagaimana melakukan interpretasi terhadap hasil analisis.

2. Teknik Analisis
Untuk mendiskripsikan secara obyektif hasil survei, maka dilakukan analisa data dengan cara :
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data variabel yang telah terkumpul

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 201
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

(memaparkan temuan) tanpa bermaksud memberikan kesimpulan kepada populasi.


Hasil analisis ini merupakan pendiskripsian temuan survei dengan statistik deskriptif,
seperti frekuensi distribusi, tabulasi data dan persentase yang diwujudkan dalam grafik
atau gambar, serta perhitungan – perhitungan deskriptif sehingga dapat dijabarkan ciri-ciri
dari data tersebut. Nilai tersebut diketahui dari tanggapan responden terhadap jawaban
– jawaban pada kuesioner (angket) dan dari hasil perhitungan analisis deskriptif dengan
menggunakan program SPSS.

Berikut ini disajikan contoh tabulasi hasil survei yang terdapat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Karakteristik Responden (Contoh)

KARAKTERISTIK UMUM KUMULATIF (%)


Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga 66.9
Mayoritas antara 3 s/d 7 jiwa/KK
Jumlah penghuni rata-rata per KK = 5.35 jiwa 78.3
Dengan minimum penghuni per KK = 1 jiwa, dan maksimum = 25 jiwa
Mayoritas pendidikan tamat SLTA dan Perguruan Tinggi 57.8
Tamat Akademi atau Perguruan Tinggi 16.8
Lebih dari setengahnya berpendapatan di atas 500 ribu per bulan 95
Mempunyai pekerjaan terbanyak secara berurut sebagai ibu rumah
79.5
tangga, wiraswasta/ pedagang serta sebagai karyawan swasta
Ukuran sampel total = 1.131

Tabel 8. Pemanfaatan Sumber Air Lain (Selain PAM) (contoh)

SUMBER AIR LAIN (SELAIN PAM) PERSENTASE (%)


Pemanfaatan Sumber Air Lain 37.9
Krans umum / terminal air 2.3
Dari sumur (gali/pompa) 89.2
Tetangga 1.2
Dari membeli air bukan PAM 7.8
Dari danau, sungai/mata air 5.8
Pelayanan dengan truk tangki PDAM 0.2

Menampung air hujan 0.5

202 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Alasan menggunakan sumber air selain PAM


Sumber air lain lebih murah 61.8
Kuantitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 39.4
Kontinuitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 39.4
Kualitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 36.2
Sumber lain memiliki tekanan air yang lebih baik daripada PAM 38.1
Memakai sumber air lain lebih mudah/suka 39.7
Sebagai sumber air cadangan (bila air PAM tidak mengalir) 67.0
Ukuran sampel total – 1.131

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk dapat menjelaskan hubungan yang kompleks antara
variable, contohnya adalah Importance – Demand Analysis yang merupakan analisis
bivariat dalam bentuk tabulasi silang (cross tab). Tujuan utama dari analisis ini adalah
melihat hubungan antar variabel yang digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan
masalah.

c. Matriks Kepentingan dan Kebutuhan

Adalah merupakan suatu alat analisa strategi yang merupakan pengembangan konsep
SERVQUAL yang intinya adalah pengukuran tingkat kepentingan dan kebutuhan
masysrakat dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh Pemerintah
Daerah (Kota/Kabupaten) agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi.

5. KRITERIA ANALISIS TINGKAT DAN CAKUPAN PELAYANAN

Hal-hal yang dilakukan dalam melakukan analisis tingkat dan cakupan pelayanan adalah
sebagai berikut :

1. Persiapan. Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan survei lapangan adalah:


a. Surat pengantar untuk melakukan survei;
b. Peta kota;
c. Tata cara survei dan manual peralatan yang dipakai;
d. Penyiapan kuesioner survei;
e. Jadwal pelaksanaan survei lapangan;
f. Prosedur pelaksanaan survei.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 203
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

2. Prosedur pelaksanaan survey. Prosedur pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:


a. Serahkan surat izin survei kepada setiap instansi yang dituju
b. Lakukan pengumpulan data berikut:
• Peta dan laporan terdahulu;
• Laporan mengenai rencana tata ruang wilayah;
• Peta sistem pengelolaan air limbah
• Rencana jaringan pipa distribusi air limbah;
• Data teknis.
c. Lakukan survei lapangan yang berupa kunjungan lapangan terhadap:
• Sumber air limbah;
• Kondisi Badan air penerima hasil olahan
• Karakteristik dan kualitas air limbah yang akan diolah
• Alternatif jalur sistem distribusi air limbah.
 Selanjutnya siapkan peta kota, plot lokasi sumber air limbah, sistem distribusi,
lokasi IPAL, dan badan air penerima hasil olahan, serta tempat pembuangan
lumpur sesuai dengan batas wilayah studi dan wilayah pelayanan.
d. Buat foto lokasi yang ada kaitannya dengan rencana sistem pengelolaan air
limbah.

3. Pengkajian
a. Pengkajian sumber air limbah
Pengkajian sumber air limbah berdasarkan pada hasil survei di masyarakat
mengenai penggunaai air bersih dan besarnya persentase pemakaiannya dalam
sehari. Selain itu ditambahkan data berdasarkan hasil identifikasi prasarana kota,
pada umumnya dapat digambarkan dengan data yang meliputi :
• Jaringan jalan, meliputi jalan arteri/protokol, kolektor, jalan lingkungan
(dilengkapi peta jaringan jalan).
• Perumahan, meliputi perumahan komplek dan non komplek baik yang teratur,
tidak teratur maupun perumahan kumuh.
• Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, hotel, restoran, salon,
bioskop, kawasan wisata, kawasan industri dan lain-lain.
• Fasilitas umum, meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan (universitas,
sekolah dan lain-lain), fasilitas kesehatan (rumah sakit, apotik, puskesmas
dan lain-lain).
• Fasilitas sosial, meliputi rumah ibadah, panti sosial dan lain-lain.
• Ruang terbuka hijau/hutan kota, meliputi taman kota, hutan kota,
perkebunan, persawahan dan lahan pertanian.
Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta tata guna lahan.

204 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

b. Pengkajian komposisi dan karakteristik air limbah


c. Pengkajian pengelolaan air limbah eksisting
d. Penetapan wilayah pelayanan
Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada
fungsi strategis kota atau kawasan, dan tingkat kepadatan penduduk. Wilayah
pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai
hasil kesepakatan dan koordinasi dengan pihak yang terkait dalam rangka
menunjang penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah.
Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada
pertimbangan teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut. Cantumkan hasil
pertimbangan teknis dalam bentuk tabel dan buatlah dalam bentuk peta.
• Bentuk Wilayah Pelayanan. Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah
perkembangan kota dan kawasan di dalamnya.
 Luas Wilayah Pelayanan. Luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan
survei dan pengkajian sehingga memenuhi persyaratan teknis.
 Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan. Pertimbangan teknis dalam
menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh:
• Kepadatan penduduk
• Tata ruang kota
• Tingkat perkembangan daerah
• Dana investasi, dan
• Kelayakan operasi

e. Penetapan wilayah studi


• Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti
pada ketentuan umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
• Uraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut
tata ruang kota yang sudah disetujui.
• Uraikan komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan proyeksi
pada masa mendatang.
• Plot lokasi sumber air limbah, alternatif jaringan sistem distribusinya, dan
lokasi penempatan IPAL.
• Buatlah batas wilayah yang mencakup seluruh lokasi yang dilewati oleh
alternatif jaringan sistem distribusi air limbah dan wilayah yang menjadi
kesepakatan dan koordinasi pihak terkait.

f. Penetapan wilayah proyek

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 205
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup
semua tahapan penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah.
Cantumkan alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan
lengkapi dengan keterangan sistem yang mencakup:
- Lokasi sumber air limbah dan pengembangannya daerah pelayanan,
- Lokasi IPAL dan badan air penerima air hasil olahan,
- Sistem distribusi penyaluran air limbah dari sumber ke IPAL
- Wilayah pelayanan dan pengembangannya.

4. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian berupa ketetapan pasti mengenai:
a. Sumber air limbah, kualitas dan karakteristik air limbah, dan kondisi badan air
penerima
b. Alternatif penetapan sistem distribusi air limbah
c. Lokasi IPAL
d. Batas wilayah pelayanan beserta komponennya;
e. Batas wilayah studi beserta komponennya;
f. Batas wilayah proyek.

6. PERHITUNGAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL


(SPM) AIR LIMBAH

1. Rumus SPM
Berikut ini rumus SPM yang digunakan, yaitu :

SPM Cakupan Pelayanan =


∑ Jumlah penduduk yang terlayani (A) x 100%
∑ Jumlah penduduk seluruh kota (B)
Keterangan :
Jumlah penduduk yang dilayani dalam hal adanya sarana prasarana tangki septic/
MCK Komunal/ SPAL terpusat.

2. Sasaran
Dalam sub-bab ini, dibahas mengenai sasaran dalam pengelolaan air limbah, agar
dapat meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah permukiman perkotaan.

206 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

3. Indikator SPM
Indikator yang digunakan mencakup persentase penduduk yang terlayani sistem
air limbah yang memadai. Selain itu, dituliskan juga target pencapaian SPMnya.

4. Format Pelaporan SPM di Wilayah Perencanaan


Berikut ini akan disajikan format/ contoh pelaporan SPM di wilayah perencanaan, yaitu :

JENIS PELAYANAN DASAR PENYEDIAAN SANITASI

Meningkatkan kualitas sanitasi (air limbah, persampahan


Sasaran
dan drainase) permukiman perkotaan
Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang
Indikator
memadai
Target Pencapaian Tahun 2019: 60%

Sementara itu, contoh format tabelnya sebagai berikut :

KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET


NO

(1) (2) (3) (4) (5)


A. Pengaturan
1 Pelaksanaan kegiatan Penyusunan
penyusunan perda Kebijakan A: Jumlah paket kegiatan
terkait air limbah penyusunan Perda
B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
penyusunan Perda
Rumus : Ax B
Sosialisasi/
A: Jumlah paket kegiatan sosialisasi
Konsultasi Publik
Perda
B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
sosialisasi Perda
Rumus : Ax B
B Pembinaan
1 Pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan
pembinaan teknis bimbingan teknis A: Jumlah paket kegiatan bimbingan
terkait air limab teknis Perda
B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
bimbingan teknis Perda
Rumus : Ax B
Penyelenggaraan A: Jumlah paket kegiatan sosialisasi
sosialisasi/ Perda
kampanye edukasi B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
sosialisasi Perda
Rumus : Ax B

C Pembangunan

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 207
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET


NO

(1) (2) (3) (4) (5)

C.1 Survei dan Investigasi

Pelaksanaan kegiatan
survey dan investigasi Persiapan Survei Jumlah dokumen persiapan survey
1
untuk pembangunan dan Investigasi dan investigasi
air limbah

A: Jumlah paket kegiatan survei


investigasi pembangunan air limbah
Pelaksanaan Survei
B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
dan Investigasi
pelaksanaan survei dan investigasi
Rumus : Ax B

A: jumlah Dokumen RI
Penyusunan
B: Rata-rata biaya 1 kegiatan RI
Rencana Induk (RI)
Rumus AxB
A: Jumlah Dokumen Pra-SK
Penyusunan Pra B: Rata-rata biaya 1 dokumen Pra-
Studi Kelayakan (SK) SK
Rumus : Ax B
A: Jumlah Dokumen SK
Penyusunan Studi
B: Rata-rata biaya 1 dokumen SK
Kelayakan (SK)
Rumus : A x B

C.2 Desain
1
A: Total Jumlah unit yang dibuat
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan perencanaan RTR
perencanaan rencana Rencana Teknik B: Rata-rata biaya per-unit
teknik rinci (RTR) Rinci perencanaan RTR
Rumus : A x B

C.3 Pembebasan Lahan


1
Pemilihan/
Luas area yang dibebaskan
Penetapan Lokasi
Persiapan
Pelaksanaan kegiatan
pembebasan
penyediaan lahan Jumlah dokumen rencana persiapan
lahan kepanitian
pemilikan lokasi dan pembebasan lahan
dan dokumen
pembebasan lahan
administrasi
untuk pembangunan A: Luas area yang dibebaskan (Ha)
air limbah B: Rata-rata biaya pembebasan
Pembebasan /
lahan per-Ha
penyiapan lahan
Rumus : A x B

208 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

NO
(1) (2) (3) (4) (5)
C.4 Konstruksi
1. Pembangunan sarana A: Jumlah septic tank yang
prasarana sistem dibangun
pengelolaan air Pembangunan
B: Rata-rata biaya pembangunan
limbah septic tank
satu unit septic tank
Rumus: A x B

Pembangunan A: jumlah IPLT yang dibangun


IPLT (Instalasi B: Rata-rata biaya pembangunan
Pengolahan Lumpur satu unit IPLT
Tinja) Rumus : A x B

A: Jumlah sambungan rumah


Pembangunan
B: Rata-rata tiap sambungan rumah
sambungan rumah
Rumus: A x B
Untuk masing-
A: panjang jaringan perpipaan masing
tergantung diameter pipa diameter
Pembangungan
B: Rata-rata biaya panjang pipa per dijumlahkan
jaringan perpipaan dan tergantung
meter tergantung diameter pipa
Rumus : A x B pada metode
konstruksi
A: jumlah pompa yang diperlukan
Rumah pompa
Pembangunan B: Rata-rata biaya rumah pompa per
berikut dengan
rumah pompa 1 unit pompa bangunannya
Rumus : A x B

A: Jumlah populasi Ekivalen (PE)


yang terlayani
Pembangunan IPAL B : Rata-rata biaya pembangunan
IPAL, per PE
Rumus : A x B

C.5 Pengoperasian dan Pemeliharaan


A: Jumlah ritasi per satu unit truk
Pelaksanaan kegiatan
Penyedotan lumpur penyedotan tinja
1 penyedotan lumpur
tinja B: Rata-rata biaya Rp./m3 lumpur
tinja
tinja

A: KApasitas IPLT (m3)


Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan
B: Rata-rata biaya pengolahan
2 pengolahan lumpur operasi dan
lumpur tinja di IPLT (Rp./m3)
tinja pemeliharaan
Rumus : A x B

Pelaksanaan operasi
dan pemeliharaan Tanggung jawab
Pembangunan
3 sarana dan prasarana masing-masing
sambungan daerah pemilik rumah
sistem air limbah
terpusat

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 209
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET


NO

(1) (2) (3) (4) (5)


A: Panjang jaringan perpipaan
Pembangunan B: Rata-rata biaya pemeliharaan
jaringan perpipaan pipa per meter
Rumus : A x B
A: Jumlah unit pompa yang
diperlukan
Pembangunan
B: Rata-rata biaya pemeliharaan per
rumah pompa
1 rumah pompa
Rumus A x B
A: jumlah air limbah yang masuk ke
IPAL (m3)
Pembangunan IPAL B: Rata-rata biaya pengelolaan air
limbah per m3
Rumus : A x B
C.6 Pemantauan
Pelaksanaan kegiatan A: jumlah sampling effluent
Pemantauan
pemantauan hasil B: Rata-rata biaya sampling
effluent
effluent Rumus : A x B
D Pengawasan

A: Jumlah septic tank yang


Pengawasan
dibangun
pembangunan sarana Pembangunan
1 B: Rata-rata biaya pembangunan
dan prasarana air septic tank
satu unit septic tank
limbah
Rumus: A x B

Pembangunan A: jumlah IPLT yang dibangun


IPLT (Instalasi B: Rata-rata biaya pembangunan
Pengolahan Lumpur satu unit IPLT
Tinja) Rumus : A x B
A: Jumlah sambungan rumah
Pembangunan
B: Rata-rata tiap sambungan rumah
sambungan rumah
Rumus: A x B

A: panjang jaringan perpipaan


tergantung diameter pipa
Pembangungan
B: Rata-rata biaya panjang pipa per
jaringan perpipaan
meter tergantung diameter pipa
Rumus : A x B

A: jumlah pompa yang diperlukan


Pembangunan B: Rata-rata biaya rumah pompa per
rumah pompa 1 unit pompa
Rumus : A x B

210 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

NO
(1) (2) (3) (4) (5)

A: Jumlah populasi Ekivalen (PE)


yang terlayani
Pembangunan IPAL B : Rata-rata biaya pembangunan
IPAL, per PE
Rumus : A x B
E Pemberdayaan
A: Jumlah paket kegiatan sosialisasi
pemberdayaan masyarakat
Pelaksanaan kegiatan
Penyelenggaraan B: Rata-rata biaya 1 kegiatan
pemberdayaan
Sosialisasi sosialisasi pemberdayaan
masyarakat
masyarakat
Rumus: A x B

A: Jumlah paket kegiatan


pendampingan masyarakat
Pendampingan
B : Rata-rata biaya 1 kegiatan
masyarakat
pendampingan masyarakat.
Rumus : A x B

7. Survei dan Pengkajian Wilayah Studi dan Wilayah Pelayanan

7.1 KETENTUAN UMUM

Survei dan pengkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertifikat dengan pemimpin tim (team leader)
berpengalaman dalam bidang air limbah minimal 5 tahun atau menurut peraturan yang
berlaku;
2) Mempelajari laporan studi terdahulu tentang sistem pengelolaan air limbah dan tata
ruang kota.
3) Dilakukan pembahasan dengan pihak terkait guna mendapatkan kesepakatan dan
rekomendasi terhadap lingkup wilayah studi dan wilayah pelayanan.
4) Wilayah studi dan wilayah pelayanan harus memperhatikan acuan umum dan kriteria-
kriteria yang sudah ditetapkan.
5) Laporan hasil survei dan pergkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan mencakup:
a) Batas wilayah studi, wilayah proyek dan wilayah pelayanan;
b) Foto-foto lokasi alternatif badan air, jalur pipa transmisi air limbah, instalasi pengolahan
air dan alternatif tempat pembuangan lumpur yang dihasilkan dari pengolahan air
limbah;

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 211
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

c) Data teknis wilayah studi dan wilayah pelayanan;


d) Pertimbangan teknis wilayah studi dan wilayah pelayanan.

7.2 KETENTUAN TEKNIS

1) Ketentuan teknis survei dan pengkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan sebagai
berikut:. Data teknis yang harus dikumpulkan meliputi:
a) Iklim;
b) Geografi;
c) Geologi dan hidrologi yang dilengkapi peta-peta;
d) Rencana Tata Ruang Wilayah;
e) Peta wilayah;
f) Gambar-gambar teknis yang ada;
g) Laporan teknis sistem pengelolaan air limbah jika ada;
h) Data sosial ekonomi;
i) Data kependudukan.
2) Peta-peta wilayah dengan ukuran skala sesuai ketentuan yang berlaku;
3) Survei antara lain badan air penerima hasil air limbah yang telah dikelola, sosial, dan
ekonomi harus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Pemilihan alternatif jalur transmisi air limbah ditentukan berdasarkan hasil kunjungan
lapangan. Panjang pipa dan kondisi topografi diketahui berdasarkan pembacaan peta;
5) Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan batasan wilayah studi, wilayah proyek dan
wilayah pelayanan, badan air penerima dan jalur transmisi air limbah, serta menjelaskan
komponen-komponen yang terdapat di dalam wilayah studi dan wilayah pelayanan secara
terinci baik kondisi pada saat ini maupun kondisi pada masa mendatang.

6) Cara Pengerjaan

1) Persiapan. Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan survei lapangan adalah:


a. Surat pengantar untuk melakukan survei;
b. Peta kota dan topografi;
c. Tata cara survei dan manual peralatan yang dipakai;
d. Jadwal pelaksanaan survei lapangan;
2) Prosedur pelaksanaan survei. Prosedur pelaksanaan survei adalah sebagai
berikut:
a. Serahkan surat izin survei kepada setiap instansi yang dituju
b. Lakukan pengumpulan data berikut:
• Peta dan laporan terdahulu;

212 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

• Laporan mengenai rencana tata ruang wilayah;


• Peta jaringan pipa eksisting;
• Data teknis.
c. Lakukan survei lapangan yang berupa kunjungan lapangan terhadap:
• Badan air penerima;
• Rencana daerah pelayanan;
• Jalur-jalur alternatif sistem transmisi air limbah.

Selanjutnya siapkan peta kota, plot lokasi-lokasi badan air penerima, jalur pipa
transmisi air limbah, batas wilayah studi dan wilayah pelayanan. Buat foto-foto lokasi
yang ada kaitannya dengan rencana sistem pengelolaan air limbah.

1) Pengkajian
a) Pengkajian badan air penerima
Cantumkan lokasi alternatif badan air penerima pada peta wilayah studi
yang akan dibuat. Apabila tidak terdapat badan air penerima pada wilayah
administrasi dapat diusulkan sumber lain yang berada di luar batas
administrasi.
b) Alternatif jalur transmisi air limbah
Berdasarkan alternatif lokasi badan air penerima dan kunjungan lapangan,
buatlah rencana jalur transmisi air limbah pada peta wilayah studi yang akan
dibuat. Cantumkan panjang jalur pipa transmisi air limbah yang dihitung
berdasarkan pembacaan skala peta yang berlaku.
c) Penetapan wilayah pelayanan
Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada
fungsi strategis kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan
lokasi badan air penerima. Wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah
administrasi yang bersangkutan sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi
dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang pembangunan
sistem pengolahan air limbah. Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi
sasaran pelayanan mengacu pada pertimbangan teknis dalam standar
spesifikasi teknis berikut.
Cantumkan hasil pertimbangan teknis dalam bentuk tabel-tabel dan buatlah
dalam bentuk peta.
(1) Bentuk Wilayah Pelayanan. Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah
perkembangan kota dan kawasan di dalamnya.
(2) Luas Wilayah Pelayanan. Luas wilayah pelayanan ditentukan
berdasarkan survei dan pengkajian sehingga memenuhi persyaratan
teknis.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 213
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

(3) Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan. Pertimbangan teknis dalam


menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh:
• Kepadatan penduduk
• Tingkat perkembangan daerah
• Dana investasi, dan
• Kelayakan operasi
(4) Komponen Wilayah Pelayanan. Komponen wilayah pelayanan adalah:
• Kawasan permukiman
• Kawasan perdagangan
• Kawasan pemerintahan dan pendidikan
• Kawasan industri
• Kawasan pariwisata
• Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

d) Penetapan wilayah studi


Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada
ketentuan umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Uraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan
kota menurut tata ruang kota yang sudah disetujui. Uraikan komponen-
komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan proyeksi pada
masa mendatang. Plot lokasi badan air penerima yang telah dikunjungi dan
alternative jalur pipa transmisi air limbah. Kemudian buatlah batas wilayah
meliputi seluruh alternatif sumber dan wilayah yang menjadi kesepakatan
dan koordinasi pihak terkait.

e) Penetapan wilayah proyek


Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang
mencakup semua tahapan pengembangan sistem pengelolaan air limbah.
Cantumkan alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan
lengkapi dengan keterangan sistem yang mencakup:
a. Lokasi badan air penerima
b. Lokasi instalasi pengolahan dan pengembangannya,
c. Lokasi pembuangan lumpur dan pengembangannya,
d. Wilayah pelayanan dan pengembangannya.

2) Hasil pengkajian. Hasil pengkajian berupa ketetapan pasti mengenai:


a. Badan air penerima dan alternatif jalur transmisi air limbah;
b. Batas-batas wilayah pelayanan beserta komponen-komponennya;

214 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

c. Batas wilayah studi beserta komponen-komponennya;


d. Batas wilayah proyek.

8. SURVEI DAN PENGKAJIAN DEMOGRAFI DAN KETATAKOTAAN

8.1 KETENTUAN UMUM


Ketentuan umum tata cara ini adalah:
1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertifikat dengan pemimpin tim (team leader)
berpengalaman dalam bidang demografi dan ketatakotaan minimal 5 tahun atau
menurut peraturan yang berlaku;
2) Tersedia surat-surat yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaaan;
3) Tersedia data statistik sampai dengan 10 tahun terakhir yang terdiri dari:
a) Statistik penduduk;
b) Kepadatan penduduk;
c) Persebaran penduduk;
d) Migrasi penduduk per tahun;
e) Penduduk usia sekolah.

4) Tersedia peta-peta yang memperlihatkan kondisi fisik daerah yang di studi;


5) Tersedia studi-studi yang ada mengenai ketatakotaan.

8.2 KETENTUAN TEKNIS

1) Kependudukan
Ketentuan teknis untuk tata cara survei dan pengkajian demografi adalah:
a) Wilayah sasaran survei harus dikelompokan ke dalam kategori wilayah
berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:
• Kota Metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa atau > 200.000
buah rumah.
• Kota Besar : Jumlah penduduk (500.000-1.000.000) jiwa atau (100.000 –
200.000) buah rumah.
• Kota Sedang : Jumlah penduduk (100.000 -500.000) jiwa atau (20.000 –
100.000) buah rumah.
• Kota Kecil : Jumlah penduduk (10.000-100.000) jiwa atau (2.000 – 20.000)
buah rumah. .

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 215
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

b) Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.


c) Tentukan nilai persentase pertambahan penduduk per tahun (r).
d) Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan
menggunakan salah satu metode arithmatik, geometrik, dan least squre;

Pn Po + Ka (Tn – To)

Namun, metode yang biasa digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah
Metode Geometrik.

e) Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk:


(1) Metode Arithmatik

Pn Po + Ka (Tn – To)

Pa - P 1
Ka =
T2 - T 1
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn : Tahun ke n
To : Tahun dasar
Ka : Konstanta arithmatik
P1 : Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke 1
P2 : Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 : Tahun ke 1 yang diketahui
T2 : Tahun ke 2 yang diketahui

(2) Metode Geomentrik

Pn = Po (1 + r)n
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar
r : Laju pertumbuhan penduduk
n : Jumlah interval tahun

216 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

(3) Metode Least Square


^
Y = a + bX

Dimana :
^
Y : Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X : Variabel independen
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi linear
adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut :

Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat


ditentukan dengan persamaan lain, yaitu :
^
Y = a + bX
− −
Dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variable Y dan X.

(4) Metode Trend Logistic

Dimana :
Y : Jumlah penduduk pada tahun ke-X
X : Jumlah interval tahun
k, a dan b : Konstanta

f) Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan
analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi.
g) Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 217
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

(1) Standar Deviasi

, untuk n > 20

, untuk n = 20

Dimana :
s : Standar deviasi
X
− i
: Variabel independen X (jumlah penduduk)
X : Rata-rata X
n : Jumlah Data

Metode perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat adalah metode


yang memberikan harga standar deviasi terkecil.

(2) Koefisien Korelasi


Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koefisien
paling mendekati 1 adalah metode yang terpilih.

218 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN C
TATA C A R A S U R V E I , P E N G K A J I A N D A N K R I T E R I A T E K N I S
DALAM PENYUSUNAN PEDOMAN RENCANA INDUK SPAL

DAFTAR PUSTAKA

UU No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan


UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan & Kawasan Permukiman
UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Permen PU No.16 tahun 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
Permen PU 01 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang
Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
Laporan Bantek Penyusunan Masterplan dan DED Air Limbah Kota Malang

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 219

Anda mungkin juga menyukai