10 Pedoman Keselamatan Pasien
10 Pedoman Keselamatan Pasien
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang
terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.Namun
harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada
pasien oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah
untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere
(First, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse
event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas
terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik
dapat terjadi KTD.
1
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan
masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien perlu
dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk
melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assestment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.15) distribusi ketenagaan adalah sbb:
Pendaftaran : 3 petugas RM
BP Umum : 3 dokter dan 3 perawat
BP Gigi : 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
KIA : 3 bidan
Laboratorium : 2 petugas laboratorium
Farmasi : 1asisten apoteker
Kesling : 2 sanitarian
Gizi : 2 Nutrisionis
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat
bersama-sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator
Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan
pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki
keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas perawat
tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan
mencatatkan perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
A Keterangan:
B
C A= R. kapus
D
B= R. Ka TU
G
C= R. Yanmas
F E
H D= R. Obat
R.atas/lantai 2
E= R. Selasar
M F= R. Void
I
G= R. vaksin
J
L K
H= tangga
I= Aula
Keterangan:
4
3 J= Musholla
1= R. tunggu
5
K= dapur
2 2= R. pendaf
6 L= toilet
3= R. RM
R.bawah/lantai 1 M= gudang
1 7 4= R. Klinkep
5= R. Laktasi
8 6= R. KIA/KB
10 7= tangga
9
8= poli umum
9= laborat
10= R. UGD
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di
lantai bawah gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien
untuk mengakses. Bagian pendaftaran terletak di bagian depan
gedung, berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga
mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus
meja kerja, lemari status, perangkat komputer.
5
BP umum merupakan ruangan dengan 3 meja pemeriksaan
dokter dengan bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan
ini di sisi pintu masuk adalah meja anamnese sekaligus pemeriksaan
awal oleh perawat. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci
tangan bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada
pasien.Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer
sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas yang
terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya,
2 meja periksa dokter, 2 meja periksa perawat, 2 lemari peralatan dan
wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana
sistem informasi puskesmas.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi,
sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa
pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin
serta pemberian immunisasi pada balita.Ruangan KIA memiliki meja
administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari
peralatan dan perangkat komputer pendukung sistem informasi
puskesmas.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja
sekaligus meja peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan
dan seperangkat komputer. Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja,
meja tempat menyiapkan resep, lemari obat, kulkas, wastafel.
II. Peralatan
BP Umum BP Gigi KIA Laboratorium Farmasi Pendaftaran
tensimeter tensimeter tensimeter Centrifuge Timbangan alat tulis
stetoskop stetoskop stetoskop darah obat buku
termometer tang stetoskop Centrifuge Blender register
hammer rahang laennec urine Laminator rak status
senter dewasa termometer Box fiksasi Kalkulator komputer
diagnostik tang doppler Lampu Plastik obat mesin
set rahang KB set spiritus Mesin antrian
timbangan anak Partus set Objek glass puyer nomor
pengukur bor gigi Kulkas Deck Kertas antrian
tinggi badan scaling set vaksin galass puyer
pita spuit Spuit Tabung Label obat
pengukur Pita Mikroskop Sendok
pengukur Spuit obat
6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
7
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
8
Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi danprogram peningkatan keselamatan
pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor danmengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif Kejadian TidakDiharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan
puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor
lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua Kejadian TidakDiharapkan, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukanperubahan sistem
yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
9
1. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
2. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkaninsiden, yang mencakup jenis-jenis
Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “KejadianNyaris
Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ (
Adverse event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari Puskesmasterintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yangterkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas
untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasukpenyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “KejadianNyaris
Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasienmulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “KejadianSentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelolapelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
10
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupansumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untukmengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien,
termasukrencana tindak lanjut dan implementasinya.
11
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untukmemperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemeninformasi yang ada.
12
BAB V
LOGISTIK
13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
15
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
16
BAB IX
PENUTUP
17