Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS

KLINIK BDS TEBEL

No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. Revisi :

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


KLINIK MEDIS 24 JAM “ BDS “ TEBEL
TAHUN 2022
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klinik merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangatlah dicari
serta bermanfaat bagi masyarakat yang sedang membutuhkan perawatan, klinik
merupakan tempat bagi pasien yang juga dapat mendapatkan obat obatan yang
sesuai apa sakit yang dialaminya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik, klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik.
Klinik Medis 24 Jam “BDS TEBEL” terletak di Jalan Raya Tebel Barat No
1-3 Gedangan, Sidoarjo. Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya
pasal 8 menyebutkan bahwa Klinik juga dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan. Klinik sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama di Klinik Abcde meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Klinik Medis 24 Jam “BDS TEBEL”,
sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal
(SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Klinik Medis 24 Jam “BDS TEBEL” meliputi:
1. Pendaftaran pasien

2
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke
poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi
pasien. Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, jika pasien dengan
kondisi membutuhkan rujukan, maka dilakukan rujukan rawat inap atau
Tindakan di UGD
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat
merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan
pemeriksaan penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap
mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien
akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat
sesuai dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih
rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan Klinik.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnostis, pengobatan.

3
4. Pasien rawat jalan adalah pasien klinik yang setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
5. Pasien rawat inap adalah pasien klinik yang mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di klinik.
6. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan
ketepatan terapi terhadap pasien.
7. Konsultasi adalah upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi
kesehatannya.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2014 Tentang Klinik.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Klinik Medis
24 Jam “BDS TEBEL” :
Pelayanan Profesi Petugas

Dokter umum 7
Pengobatan umum
Perawat 7

Pengobatan gigi Dokter gigi 3

Kesehatan ibu dan anak Bidan 1


Gizi Klinis Ahli Gizi 1
Laboratorium Analis lab 4
Kefarmasian Apoteker 1
UGD dan Rawat Inap Perawat 7

B. Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Klinik Medis 24 Jam “BDS TEBEL” memiliki jadwal kegiatan sebagai
berikut :
 Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum, UGD dan Rawat Inap.
Jumlah dokter ada 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai tugasnya sendiri-
sendiri sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang
menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga
pelayanan dilayani oleh 1 (satu) dokter dan perawat yang diberi pelimpahan
wewenang. Sedangkan dokter yang satu lagi menangani pasien di UGD dan
Rawat Inap.
 Dokter gigi setiap hari bertugas di BP Gigi atau poli gigi. Jumlah dokter gigi
ada 1 (satu) menempati ruang gigi..

5
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh
koordinator perawat rawat inap dan koordinator perawat rawat jalan. Dalam
pembuatan jadwal perawat yang bertugas pada rawat jalan dibuat oleh
koordinator rawat jalan sedangkan penjadwalan rawat Inap dibuat oleh
koordinator rawat inap. Ada tiga jenis pelayanan dilakukan perawat yaitu di
BP, UGD dan Ruang Rawat Inap. Jumlah perawat ada 7 (Tujuh) orang.
Dalam 1 (satu) shift terdapat 2 perawat yang dibagi menjadi menjadi 2 bagian
tempat kerja yakni 1 (satu) orang di rawat jalan bergabung dengan UGD dan
1 (satu) orang di rawat inap. Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau
tugas lain
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 (satu)
dengan mempunyai tugas integrasi sebagai bendahara JKN.
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium dengan 3
(tiga) shift . Jumlah analis ada 4 (empat) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi dengan 3 (tiga) shift.
Jumlah apoteker ada 1 (satu) yang setiap hari dibantu oleh asisten apoteker
lain yang diberi wewenang mengelola apotik. Jika petugas Apoteker ada
undangan pertemuan maka pelayanan farmasi dilayani oleh petugas yang
diberi wewenang di apotik..

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pintu masuk
GEDUNG RAWAT JALAN

PONED A B C D

E F

KAN LAB G
TIN
I H
J
GA
RA K L M N O
SI

P Q
S
A
GEDUNG RAWAT INAP R

H K J C A2 A1 M
T 1

T F G R E D I T B B B

GEDUNG GEDUNG GEDUNG


RAWAT JALAN RAWAT JALAN RAWAT INAP
A : Poli umum O : Toilet Petugas A 1 : R. Arjuna 1
B : Apotik P : Tempat parkir A2 : R.Arjuna 2
C : Poli Gigi karyawan B : R. Bima
D : Poli KIA Q : Gudang C : R. Rama
E : Poli Gizi R : Ruang TB D : R. Sinta
F : Poli KB MDR E : R. Nakula
G : Pendaftaran F : R. Sadewa
H : Ruang Laktasi G : R. Gudang
I : Ruang DOT R : Penyimpanan
7
J : Aula RM
K : Tempat T : Toilet Pasien
penyimpanan H : UGD
imunisasi I : R. Isolasi
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien untuk rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien
yang memerlukan tindakan. Poli umum merupakan ruangan dengan ruang
pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di
depan pintu masuk poli umum terdapat 1 (satu) kursi tunggu pasien, sedangkan
2 (dua) meja di dalam poli umum digunakan untuk pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter atau perawat. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci
tangan bagi petugas.
Ruang pelayanan Gigi dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi. Ruangan ini
dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu dental unit, almari alat,
sterilisator, wastafel dan 1 (satu) meja administrasi.
Ruang laboratorium terdiri dari 5 ruangan terdiri dari : 1 ruangan untuk
menerima pasien dan ruang tunggu, 1 ruangan untuk pengambilan sampel IMS,
1 ruangan untuk pemeriksaan laboratorium, 1 ruangan untuk konseling VCT,
dan 1 ruangan untuk pemeriksaan BTA dilengkapi dengan kamar mandi.
Fasilitas yang lain terdapat 3 (tiga) meja kerja yang digunakan untuk
penerimaan pasien, meja komputer dan komputer sebagai pendukung sistem
informasi Klinik, dan untuk konseling VCT, 2 (dua) almari untuk penyimpanan
alat dan bahan laboratorium dan satu lemari lagi untuk dokumentasi dan obat
VCT, wastafel, lemari es dan beberapa peralatan pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat
dan ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak
bersebelahan dengan tempat penyimpanan obat, dilengkapi dengan almari obat,
meja peracikan obat dan seperangkat komputer untuk pendukung sistem
informasi Klinik. Ruang penyimpanan obat dilengkapi dengan AC dan rak-rak
penyimpanan obat.
Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang keperawatan, ruang perawat dan
ruang pasien yang terdiri dari 26 bed. 4 ( empat) bed untuk pasien anak dan 21
bed untuk pasien dewasa serta 1 bed untuk pasien isolasi. Di rawat inap juga
dilengkapi dengan peralatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.

8
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur
BP Gigi  scaling elektric
 light curing
 cabut gigi permanen
 tang cabut gigi decidui
 plastis instrumen
 sonde
 exavator
 pincet
 kaca mulut
 scalpel
 elevator
 tensimeter
 stetoscope
 dll
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung

9
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian
 Lemari
Rawat Inap dan UGD  Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi

10
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja
dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya di
rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan baik internal atau
eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

B. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
2. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Dental unit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.

12
 Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi untuk
diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak
dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan resep
untuk pengambilan obat di farmasi.

C. Laboratorium
1. Petugas Penanggung jawab
 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analiser
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima
surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.

13
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.
 Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mendatangi ruang rawat
inap dan memeriksa RM untuk melihat apakah ada permintaan
laboratorium.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera
mengambil lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM
pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada
pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap untuk
di follow up.

D. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.

14
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang
perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan
obat.

E. UGD DAN RAWAT INAP


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
 Dll
3. Tatalaksana
 Pasien masuk UGD
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Bila pasien inidak indikasi mondok langsung diberi tindakan
pemasangan infus
 Jika pasien tidak indikasi mondok diberi tindakan sesuai dengan
keluhanya.
 Pasien yang indikasi mondok langsung dimasukkan ke dalam ruang
rawat inap.

15
 Pasien yang tidak indikasi mondok di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol, apa
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan di
rumah.

16
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang
sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan
alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Klinik diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

4.1 Keselamatan Pasien


4.1.1 Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu :
1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Klinik
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh

Upaya Klinik untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam identifikasi pasien :


1) Petugas Klinik mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien mendaftar,
memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien anak dan bayi,
2) Petugas Klinik mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3) Petugas Klinik menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap pasien,
umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Klinik Medis 24 Jam “BDS TEBEL”
untuk pencarian nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau
menanyakan apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta
pasien untuk menyebutkan namanya),
4) Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap harus
melakukan identifikasi pasien,

18
5) Petugas Klinik menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan terbuka)
dalam mengidentifikasi pasien ,
6) Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7) Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan identitas pasien yang berada di rekam medis.
8) Petugas Klinik memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal lahir
pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9) Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Klinik mencocokkan dengan
identitas pasien.
10) Petugas Klinik dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya bila
kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang tercantum
dalam rekam medis,
11) Petugas Klinik melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu identitas
yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam gelang rekam
medis,
12) Petugas Klinik menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang
akan diberikannya.
13) Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan tidak
ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau kelainan
mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap pasien dan
Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) identitas pasien, dicocokan dengan
informasi yang telah dimiliki ruang rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung
specimen).

2. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1) Petugas rawat inap kondisi pasien/ hasil test laboratorium yang kritis kepada
Dokter penaggungjawab menggunakan teknik Komunikasi SBAR (Situation
- Background – Assessment – Recommendation),

19
2) Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/ PONED,
3) Petugas rawat inap menerapkan write down read back/ TBaK  Tulis Baca
Kembali,
4) Petugas rawat inap yang menerima instruksi per telepon/ lisan/ hasil test
laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan yang
disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5) Petugas rawat inap yang menerima instruksi secara verbal / lisan bertanggung
jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada lembar catatan terintegrasi di status
rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindari kesalahan penafsiran.
6) Petugas rawat inap membacakan kembali /BaK (read back) kepada pengirim
pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran pesan yang dituliskan,
termasuk nama pasien, tanggal lahir dan diagnosis.setelah dituliskan, pesan/
hasil test laboratorium yang kritis ,
7) Petugas rawat inap menulis nama dokter yang memberikan pesan,
8) Petugas rawat inap menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda yang
menerima pesan,
9) Petugas rawat inap memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10) Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11) Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan penulis,
serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan instruksi,
12) Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah dalam
penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan
keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal keperawatan,),

20
13) Koordinator rawat inap melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14) Koordinator rawat inap merencanakan tindak lanjut jika pelaksanaan tidak sesuai
dengan tujuan.
3. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety
Prosedur :
a. Benar Pasien:
1) Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien,
2) Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3) Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4) Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5) Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan
membuat daftar obat- obat tersebut,
6) Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7) Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten  double
check.
b. Benar Obat
1) Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat,
baskom obat), dan larutan lain.
2) Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
3) Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
4) Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan

21
5) Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi ( jangan
pada saat syringe masih kosong)
6) Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya
untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
7) Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya,
8) Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan oleh
petugas lama dan petugas baru secara bersama,
9) Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
10) Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu
kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
1) Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan
tinggi,
2) Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.
3) Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
1) Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
- sebelum makan, setelah makan, saat makan.
- Perhatikan waktu pemberian:
- 3 x sehari  tiap 8 jam.
- 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari 
tiap 48 jam
2) Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter,
3) Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1) Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan
jenis obat :

22
- Slow-Release tidak boleh digerus
- Enteric coated tidak boleh digerus.
- Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
2) Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan jadwal
pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1) Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
2) Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3) Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/ dosis/
jadwal/ cara pemberian obat
4) Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
5) Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden
+ Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
6) Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite
Farmasi dan Terapi,
7) Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
- Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
- Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
- Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
1) Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2) Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3) Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.

23
4) Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

4. Pengkajian resep obat


Prosedur :
a. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1) Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2) Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3) Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui
jumlah obat yang dibutuhkan,
4) Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratan resep jaminan,
5) Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,
b. Pengkajian dari aspek klinik
1) Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
2) Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
3) Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan rekam
medic,
4) Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
5) Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
6) Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/
instruksi pengobatan,
c. Penanganan Resep yang Bermasalah
1) Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,

24
2) Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,
3) Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker/asisten
apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter dengan memberi catatan
nama dokter dan waktu (tanggal dan jam) dilakukannya konfirmasi,
4) Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
5) Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.
4. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik
Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.
5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Klinik
Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien. Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a) Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b) Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.

Semua petugas di klinik termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5


MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sesudah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan asepsis
4. Sesudah terkena cairan tubuh pasien

25
5. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,

26
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan enam
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.

i. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri

27
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat


maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di Klinik semakin tinggi,
karena Sumber Daya Manusia (SDM) Klinik, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan
masyarakat sekitar Klinik ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Klinik yang tidak memenuhi
standar.
Klinik sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Klinik mempunyai kewajiban
untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan
kerja disamping keselamatan kerja. Klinik harus menjamin kesehatan dan keselamatan
baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di Klinik.
Program keselamatan kerja di Klinik merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan Klinik, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan
bagi SDM Klinik, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekita.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Klinik, aman
dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
sehingga proses pelayanan Klinik berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus

29
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Klinik.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan
klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan. Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu
adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar
semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang
direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula
bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen.
Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh Klinik
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

31
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan pelayanan layanan klinis merupakan


salah satu upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten Sidoarjo adalah Klinik
BDS Tebel. Sedangkan Klinik bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Sidoarjo
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Klinik adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Klinik, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

32

Anda mungkin juga menyukai