PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klinik Abcde terletak di …. Memiliki wilayah kerja 11 desa yaitu …
Secara umum Klinik merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya klinik mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi klinik sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI No
75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa klinik juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga
kesehatan.
Klinik sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem
upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Klinik Abcde meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Klinik Abcde, sehingga pada akhirnya
pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).
1
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli
yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, KIA jika pasien dengan kondisi
membutuhkan rujukan, maka dilakukan rujukan rawat inap atau Tindakan di UGD
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan
diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai
dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci
akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.
D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan klinik.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnostis, pengobatan.
4. Pasien rawat jalan
Pasien klinik yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kondisinya dapat pulang ke rumah.
5. Pasien rawat inap adalah pasien Klinik yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di Klinik.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.
7. Konsultasi
2
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis
Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Klinik Abcde:
Dokter umum
Perawat gigi
Pengobatan gigi
4
spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA,
penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab pelayanan KB
(Keluarga Berencana) dan Penanggung jawab PONED. Jika ada undangan
pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan dengan
ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan klinik keliling dilakukan
penjadwalan sesuai anggota tim. Untuk melakukan kegiatan luar gedung,
misalnya kunjungan ibu hamil risiko tinggi, maka bidan akan
menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang ada di klinik.
Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh
kepala Klinik dan koordinator Rawat Inap. Dalam pembuatan jadwal
perawat yang bertugas pada rawat jalan dibuat oleh Kepala Klinik
sedangkan penjadwalan nrawat Inap dibuat oleh koordinator rawat inap.
Ada tiga jenis pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di
BP, UGD dan Ruang Rawat Inap. Jumlah perawat ada 14 (empat belas)
orang. Perawat dibagi menjadi 2 bagian tempat kerja yakni 4 ( empat)
orang di rawat jalan dan 10 (sepuluh) orang di rawat inap bergabung
dengan UGD. Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas lain
yang diberikan kepala klinik, misalnya penanggung jawab TB, penanggung
jawab PHN dll. Sehingga jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya
perawat yang bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut.
Untuk kegiatan klinik keliling, jadwal perawat sesuai dengan angggota tim.
Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi.
Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 (satu)
dengan mempunyai tugas integrasi sebagai bendahara JKN.
Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah
analis ada 2 (dua) ada yang mempunyai tugas integrasi.
Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada 1
(satu) yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang
mengelola apotik. Jika petugas Apoteker ada undangan pertemuan maka
pelayanan farmasi dilayani oleh petugas yang diberi wewenang di apotik..
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pintu masuk
GEDUNG RAWAT JALAN
PONED A B C D
E F
KAN LAB G
TIN
I H
J
GA
RA K L M N O
SI
P Q
S
A
GEDUNG RAWAT INAP R
T H K J C A2 A1 M
1
T F G R E D I T B B B
6
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien di bagi menjadi 4 gedung dipisahkan berdasarkan
tujuan pasien datang. Gedung 1 (satu) terletak paling depan pada bagian Klinik untuk
pasien rawat jalan, Gedung 2 (dua) berlokasi di belakang gedung rawat jalan untuk
pasien rawat inap dan pasien yang memerlukan tindakan segera di UGD. Gedung 3
(tiga) berlokasi disamping sebelah kiri gedung pertama untuk pasien yang ingin
melakukan pemeriksaan laboratorium serta gedung 4 (empat) terletak disamping
laboratorium untuk pasien yang memerlukan tindakan proses persalinan yang disebut
PONED. Pembagian keempat gedung ini bermaksud untuk memudahkan pasien
untuk mengakses pelayanan kesehatan. Poli umum merupakan ruangan dengan ruang
pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di depan
pintu masuk poli umum terdapat 1 (satu) meja untuk melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital pada pasien sedangkan 2 (dua) meja di dalam poli umum digunakan untuk
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat.
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas. Selain
itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem informasi
klinik yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi klinik.
Ruang KIA bersebelahan dengan ruang KB, sisi depan ruang KIA adalah
ruang laktasi. Ketiganya saling terkait, sehingga memudahkan pemberian pelayanan
KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin
serta pemberian imunisasi pada balita. Ruangan KIA , dilengkapi dengan meja
administrasi, 2 (dua) bed pemeriksaan, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi klinik yang diletakkan di atas meja dekat pintu masuk
ruang KIA. Ruang KB terdapat 1 (satu) tempat tidur tindakan dan 1 (satu) tempat
tidur ginekologi, sterilisator, wastafel dan lemari. Untuk penimbangan dan tinggi
badan serta tensi darah dilakukan di meja depan KIA dilakukan setiap hari Rabu.
Ruang pelayanan Gigi dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi dan 1 (satu)
perawat gigi. Ruangan ini dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu
dental unit, almari alat, sterilisator, wastafel dan 2 (dua) meja administrasi.
Dilengkapi dengan komputer sebagai pendukung sistem informasi Klinik
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan
privasi kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan nyaman.
Selain itu petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun
menyusun laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang
kinerjanya. Ruang ini terdiri dari dua meja kerja untuk konsultasi, timbangan,
7
wastafel, seperangkat alat bantu peraga seperti food model yang diletakkan di dalam
lemari dan dilengkapi dengan ruang bermain anak.
Ruang laboratorium terdiri dari 5 ruanganterdiri dari : 1 ruangan untuk
menerima pasien dan ruang tunggu, 1 ruangan untuk pengambilan sampel IMS, 1
ruangan untuk pemeriksaan laboratorium, 1 ruangan untuk konseling VCT, dan 1
ruangan untuk pemeriksaan BTA dilengkapi dengan kamar mandi. Fasilitas yang lain
terdapat 3 (tiga) meja kerja yang digunakan untuk penerimaan pasien, meja komputer
dan komputer sebagai pendukung sistem informasi Klinik, dan untuk konseling
VCT, 2 (dua) almari untuk penyimpanan alat dan bahan laboratorium dan satu lemari
lagi untuk dokumentasi dan obat VCT, wastafel, lemari es dan beberapa peralatan
pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan
ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak bersebelahan dengan
tempat penyimpanan obat, dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan
seperangkat komputer untuk pendukung sistem informasi Klinik. Ruang
penyimpanan obat dilengkapi dengan AC dan rak-rak penyimpanan obat.
Ruang PONED terdiri dari 7 ruangan terdiri dari : ruang tunggu, ruang
tindakan, ruang bidan , ruang nifas, ruang bayi, gudang, ruang cuci alat. Fasilitas pada
PONED terdiri dari : 1 tempat tidur ginekologi, 1 tempat tidur tindakan, 2 tempat
tidur nifas, 4 tempat tidur bayi, 1 lemari es, 3 kamar mandi di ruang tindakan, bidan
dan di ruang nifas, dilengkapi dengan peralatan kebidanan yang lain.
Ruang UGD terdapat 1 ruangan. Terdapat 3 bed tindakan, kursi roda, brankar,
sketsel, lemari obat dan alat, troly, timbangan bayi dan dewasa. Dilengkapi peralatan
yang lain.
Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang keperawatan, ruang perawat dan
ruang pasien yang terdiri dari 26 bed. 4 ( empat) bed untuk pasien anak dan 21 bed
untuk pasien dewasa serta 1 bed untuk pasien isolasi. Di rawat inap juga dilengkapi
dengan peralatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum Tensimeter
stetoskop
termometer
senter
timbangan
pengukur tinggi badan
pita pengukur
8
cabut gigi permanen
tang cabut gigi decidui
plastis instrumen
sonde
exavator
pincet
kaca mulut
scalpel
elevator
tensimeter
stetoscope
dll
Ruang KIA tensimeter
stetoskop
stetoskop laennec
termometer
doppler
KB set
USG
Midline
Spuit
Pita pengukur lila
Hammer
Pengukur panggul
Timbangan bayi
Timbangan dewasa
Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium Centrifuge darah
Centrifuge urine
Box fiksasi
Lampu spiritus
Objek glass
Deck galass
Tabung
Mikroskop
Spuit
Ruang farmasi Timbangan obat
Blender
Laminator
Kalkulator
Plastik obat
Mesin puyer
9
Kertas puyer
Label obat
Sendok obat
Pendaftaran alat tulis
buku register
rak status
komputer
nomor antrian
Lemari
PONED Partus set
Stetoscope
Doppler
Tensi meter
Timbangan Dewasa
Timbangan bayi
Vacum ekstraksi set
Curetase set
Leanec
Midline
Slim secher
Oksigen
Infram warmer
Incubator
Hb Set
Stirilisator
Nebulizer
Resusitasi set bayi
Rawat Inap dan UGD Tabung O2 dan humidifier
Nebulizer set
Suction
Lampu tindakan
Sterilisator
Sketsel
Heacting set
Spuit
Aligator
Nierbeken
Kom
Tromol kassa
Timbangan bayi
Timbangan dewasa
Stetoscope
Tensimeter
Termometer
10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
3. Tatalaksana
Petugas melakukan pemanggilan pasien.
Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja
dokter.
Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya
di rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan
baik internal atau eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila
tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.
B. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
Dokter gigi
Perawat gigi
2. Perangkat kerja
Tensi meter
Stetoskop
Dental unit
3. Tatalaksana
Petugas memanggil pasien.
Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.
Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
11
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila
tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.
C. KIA dan KB
1. Petugas Penanggung jawab
Bidan
2. Perangkat Kerja
Tensi meter
Stetoskop
Doppler
Spuit
USG
3. Tatalaksana
Petugas memanggil pasien.
Pasien masuk ke poli KIA.
Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi
immunisasi.
Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan
vitamin atau obat lainnya.
Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat
penurun panas.
Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB
untuk mendapatkan tindakan.
12
Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi
immunisasi.
D. Laboratorium
13
Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap
untuk di follow up.
E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
Apoteker
2. Perangkat Kerja
Alat tulis
Blender obat
Kertas pembungkus obat
Plastik pembungkus obat
Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan
dan menunggu obat disiapkan.
Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya
kepada pasien.
Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi
yang perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan
penggunaan obat.
14
Dll
3. Tatalaksana
Pasien masuk UGD
Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
Bila pasien inidak indikasi mondok langsung diberi tindakan
pemasangan infus
Jika pasien tidak indikasi mondok diberi tindakan sesuai dengan
keluhanya.
Pasien yang indikasi mondok langsung dimasukkan ke dalam
ruang rawat inap.
Pasien yang tidak indikasi mondok di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.
Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol,
apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan
di rumah.
15
BAB V
LOGISTIK
16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
17
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
8. Petugas Klinik memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal lahir
pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Klinik mencocokkan
dengan gelang identitas pasien.
10. Petugas Klinik dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya
bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang
tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Klinik melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
12. Petugas Klinik menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang
akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan
tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia
atau kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama
lengkap pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang
identitas pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang
rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung specimen).
14. Petugas Klinik yang memasang gelang identitas pasien harus menuliskan
tanggal dan jam masuk Klinik pada gelang identitas,Untuk identifikasi
pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Klinik dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga
(Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien yang
meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Klinik dan nomor
rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Klinik memberikan gelang
identitas bayi lahir dengan memberikan nama lengkap ibu (Contoh: By Ny.
Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam pada
gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan
rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Klinik memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor urut
kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk
mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
18
Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Klinik menganamnesa identitas pasien pada saat proses identifikasi
pasien,
b) Petugas Klinik membuat label pada gelang identitas pasien memuat 4
(empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/
umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk
laki-laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.
Tn. Abdul Ghofur 313.10.88
13 Februari 1986 (28) L
19
Cara pengguntingan lihat gambar
20
6. Petugas rawat inap/ PONED membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dokter yang memberikan pesan,
8. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda
yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ PONED memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan
lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal
keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
Prosedur
a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
21
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat
yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi,
penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double
check.
b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah,
kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal
kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa
jika kurang dari 24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi
( jangan pada saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double
cek) jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
22
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian:
3 x sehari tiap 8 jam.
2 x sehari tiap 12 jam. Sehari sekali tiap 24 jam. Selang sehari
tiap 48 jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
Slow-Release tidak boleh digerus
Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf
setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,
32. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
23
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,
24
12. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan
tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.
25
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
26
8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko
jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
28
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok
29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
30
BAB IX
PENUTUP
31