Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber
daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia
terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa
salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga. Tidak
dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal
ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-
sama dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun
keluarga-keluarga di negara kita tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang
dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan
ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini
sangat berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya
yang telah derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap orang
untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan
tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan
karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi keluarga
yang sejahtera setiap individu didalamnya akan mendapat kesempatan seluas-luasnya
untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga
sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur’an, yang
dipahami dari ayat-ayat Surat Ar Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga
adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang.
Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang, sehingga setiap
anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang dan damai, bahagia
dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di
akhirat. Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum dengan
kosnep keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu dalam
makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan Agama.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan Dari latar belakang diatas dapat menyimpulkan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan KB (Keluarga berencana)?
2. Apa saja tujuan dari penggunaan KB (Keluarga berencana)?
3. Bagaimana tata cara penggunaan KB (Keluarga berencana)?
4. Bagaimana hukum islam tentang penggunaan KB (Keluarga berencana)?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan Dari rumusan diatas dapat menyimpulkan beberapa tujuan
penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang pengetian KB (Keluarga berencana).
2. Untuk mengetahui tentang tujuan dari penggunaan KB (Keluarga berencana).
3. Untuk mengetahui tentang tata cara pengguanaan KB (Keluarga berencana).
4. Untuk mengetahui tentang bagaimana hukum islam tentang penggunaan KB
(Keluarga berencana).
1.4 Manfaat penulisan
Berdasarkan Dari tujuan penulisan diatas dapat menyimpulkan beberapa manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi mahasiswa dalam pegembangakan pengetahuan dan dapat di jadikan sebagai
referensi atau sumber informasi untuk melakukan pembelajaran dan bahan bacaan
bagi mahasiswa pada umumnya.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang konsep
KB (keluarga berencana).
3. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan konsep KB (keluarga
berencana).
4. Bagi penderita bronkhomalasia untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang konsep KB (keluarga berencana).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian KB (keluarga berencana)

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:


keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga.

Keluarga berencana menurut Undang-Undang No 10 tahun 1992 (tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang
sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.

2.2 Tujuan KB (keluarga berencana)

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga


berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang
sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.

2. Tujuan Keluarga Berencana


Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan :
1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan
mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya
kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-
1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret
ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
untuk tercapainya keluarga bahagia.
4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi.
2.3 Tata cara KB (keluarga berencana)

Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atas dan
pemasangan seperti kipas mekar dengan 6 kapsul

A. Teknik pemasangan susuk KB adalah sebagai berikut :


1) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti kipas terbuka.
2) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan lidokain 2%
3) Dibuat insisi kecil, sehingga trocar dapat masuk
4) Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya
5) Kapsul dimasukkan ke dalam trocar, dan didorong dengan alat pendorong sampai
terasa tertahan.
6) Untuk menempatkan kapsul, trocar ditarik keluar
7) Untuk meyakinkan bahwa kapsul telah ditempatnya, alat pendorong dimasukkan
sampai terasa tidak ada tahanan.
8) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplast (band aid).

B. Mekanisme kerja susuk KB


Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr Levonorgestrel yang akan
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai
progesterone yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi
ovulasi, mengentalkan lender serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan
menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.
A. Keuntungan metode susuk KB :
1. Dipasang selama lima tahun
2. Kontrol medis ringan
3. Dapat dilayani di daerah pedesaan
4. Penyulit medis tidak terlalu tinggi
5. Biaya ringan
C. Kerugian metode susuk KB :
1. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan
perdarahan yang tidak teratur.
2. Berat badan bertambah
3. Menimbulkan akne, ketegangan payudara
4. Liang senggama terasa kering.

2.4 Hukum islam tentang KB (keluarga berencana)

Ada dua hal yang pertama kali harus dapat di ketahui perbedaannya dengan
jelas: yakni menunda kehamilan dan membatasi kehamilan. Menunda kehamilan
berarti mencegah kehamilan sementara, untuk memberikan jarak pada kelahiran yang
sebelumnya. Sedangkan membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran, berarti
mencegah kehamilan untuk selamalamanya setelah mendapatkan jumlah anak yang
diinginkan.
Pada permasalahan yang kedua, yakni membatasi kehamilan atau membatasi
kelahiran, dengan jalan mensterilkan rahim, dan pengangkatan rahim, dengan tanpa
sebuah alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat, maka hal tersebut telah jelas
keharamannya. Kecuali pada keadaan dimana seorang wanita terkena kanker ganas
atau yang semacamnya pada rahimnya, dan ditakutkan akan membahayakan
keselamatannya, maka Insya Allah hal ini tidak mengapa.
Sedangkan pada permasalahan yang pertama, yakni mencegah kehamilan untuk
menunda dan memberi jarak pada kelahiran yang sebelumnya, berikut ulasannya:
Jarak kelahiran dan kehamilan kembali yang terlalu dekat memang kurang baik
dampaknya bagi anak, ibu, dan janin.Mengapa?
1. Anak akan kekurangan suplai ASI. Ketika seorang ibu hamil kembali dan ada anak
yang masih berada dalam masa penyusuannya, maka produksi ASI yang
dihasilkannya akan berkurang. Menurut dokter, sekurang - kurang 6 bulan jika
Anda ingin hamil kembali setelah Anda melahirkan. Dan jangan lupakan, bahwa
anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan ASI terbaik dan pendidikan terbaik di
usia dininya.
2. Kondisi ibu belum pulih benar. Setelah hamil selama lebih dari 9 bulan, kemudian
melahirkan, maka seorang ibu membutuhkan waktu untuk membuat tubuhnya
kembali fit. Apalagi jika masih ada bayi yang membutuhkan perhatian ekstra
seorang ibu. Inilah perjuangan seorang ibu, namun harus pastikan juga anda tetap
menjaga kesehatan anda dan keluarga anda.
3. Janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan lebih tinggi untuk lahir
prematur, bayi meninggal, dan bayi cacat lahir. Karena itu, tunggulah sampai
setahun dua tahun untuk kembali hamil. Untuk menjaga jarak kehamilan, ada
wanita yang secara alami tidak hamil kembali selama berbulan-bulan pasca
melahirkan. Keadaan alami ini bisa karena faktor menyusui, KB kalender, atau
‘azl. ‘Azl adalah mengeluarkan sperma laki-laki di luar vagina wanita dengan
tujuan untuk mencegah kehamilan. Dari Jabir RA berkata: Kami melakukan ‘azl
pada masa nabi SAW dimana al-Qur’an masih terus diturunkan, dan hal tersebut
diketahui oleh nabi saw tetapi beliau tidak melarangnya. (HR. Al-Bukhari (no.
5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitab an-Nikaah).
Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya, mengatakan
bahwa termasuk ‘azl adalah alat atau segala macam sarana yang digunakan oleh
wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Baik itu berupa pil atau yang
lainnya. Hukumnya boleh, dengan catatan, pencegahan ini hanya berlaku sementara
(tidak selamanya), dan tidak karena takut miskin atau takut rizkinya menjadi sempit.
Jika penggunaan kontrasepsi ini dengan alasan karena takut miskin, takut tidak
dapat membiayai kehidupan anak-anak, dsb, maka ini hukumnya haram secara mutlak.
Karena telah termasuk di dalamnya berprasangka buruk kepada Allah.
Terjemahannya: “ Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki kepada mereka dan juga
kepadamu…” (QS. Al-Israa’ : 31). Beberapa alasan yang diperbolehkan untuk
melakukan penundaan kehamilan adalah:
1. Seorang wanita tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang
lain, sehingga berbahaya jika hamil.
2. Jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan istri keberatan jika hamil lagi,
dengan niatan untuk memberikan pendidikan usia dini bagi anak, sampai siap
untuk hamil kembali.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier
atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang
dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh hukumnya. 24
Hadist nabi yang artinya berbunyi :“ Menikahlah kalian dengan wanita yang
penyayang lagi subur, karena (pada hari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya
jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain.” (HR. Abu Dawud no. 2050).
Sebelum munculnya alat kontrasepsi di masa Rasulullah saw telah terjadisuatu
tindakan menghindari kehamilan dengan cara alami yang dilakukan para sahabat dan
biasa disebut ‘azl sebagaimana disebutkan dalam hadis, Rasulullah saw bersabda: Dari
Jabir berkata: ”Kami melakukan ‘azl di masa Nabi saw sedang Al-Qur’an turun. (HR
Bukhari dan Muslim). Dari Jabir berkata: ”Kami melakukan ’azl di masa Rasulullah
saw, dan Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya” (HR muslim).
Sesuai dengan hadis ini maka tindakan menghindari kehamilan hukumnya boleh
sesuai dengan analogi hukum ‘azl. Tindakan seperti itu misalnya menggunakan sistem
kalender sehingga tidak terjadi pembuahan saat berhubungan suami-istri,
menggunakan kondom dan lain-lain. Menggunakan alat-alat kontrasepsi lain jika
menurut medis tidak membahayakan, baik fisik maupun kejiwaan maka dibolehkan.
Adapun menggunakan alat-alat kontrasepsi atau sarana lain yang
mengakibatkan alat-alat reproduksi tidak berfungsi dan mengakibatkan tidak dapat
menghasilkan keturunan, baik pada pria maupun wanita, dengan persetujuan ataupun
tidak, dengan motivasi agama atau lainnya, maka hukumnya haram, dan para ulama
sepakat mengharamkannya. Contoh yang diharamkan adalah fasektomi (pemutusan
saluran sperma) dan tubektomi (pemutusan saluran telur). Allah SWT berfirman:
Terjemahan: Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar
akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk
saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga
binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya".
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Pada tiap-tiap manusia ada
persediaan untuk baik dan ada persediaan untuk jahat, syaitan akan mempergunakan
persediaan untuk jahat untuk mencelakakan manusia. Menurut kepercayaan Arab
jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung
berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti ini tidak
boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja. Meubah
ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri
binatang. ada yang mengartikannya dengan meubah agama Allah.(QS an-Nisaa 118-
119).
Merubah ciptaan Allah yang dilarang di antaranya merubah sesuatu dari anggota
badannya atau mematikan fungsinya dari fitrah dan penciptaan yang asli. Syari’ah
Islam tidak melarang seseorang untuk melakukan KB jika dilakukan berdasarkan
motivasi-motivasi pribadi dengan syarat-syarat yang sesuai syar’i, seperti: daf’ul
haraj (menolak kesempitan), ad-dharar yuzaal (bahaya harus di hilangkan).
Sebagaimana ciri khas ajaran Islam dala al- Qur’an surah al-Hajj: Terjemahannya:
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”.
(Q.S. al-Hajj: 78).
Anjuran Rasulullah saw untuk memperbanyak keturunan tidak berarti agar
keluarga muslim mendapatkan anak setiap tahun. Karena kalau kita konsekwen
terhadap pengajaran Islam maka minimal seorang muslim mendapatkan anak setiap
tiga tahun, karena setiap bayi yang melahirkan ada hak untuk menyusui dua tahun.
Dan begitu juga seorang ibu punya hak untuk istirahat. Jika dipahami secara baik,
maka Islam mengajarkan perencanaan yang matang dalam mengelola keluarga dan
mengaturnya dengan baik. Dalam konteks inilah KB dibolehkan. Sedangkan upaya
pembatasan keturunan secara masal dalam skala sebuah umat, maka hal tersebut
diharamkan, diharamkan untuk mempromosikannya, apalagi memaksanya dan
diharamkan menerimanya.
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan


berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi
beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya
dipikirkan bersama.
A. Menurut al-qur’an dan hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoheh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:
‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya


mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:

1. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.


2. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini
sesuai dengan hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬

“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.


3. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak
terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

B. Menurut pandangan ulama’


1. Ulama’ yang memperbolehkan.
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-
Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk
menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak.
Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan
pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh
dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat:
12, 13, 14.
2. Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang
diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman
Allah:
‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan)
kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

C. Cara KB yang diperbolehkan dan yang dilarang oleh islam


1. Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet
vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللا ص‬

“Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak
melarangnya”.
2. Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu
dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara
yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak
diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn
keturunan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan :

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan maka kesimpulan dari uraian


tulisan di atas:
1. Dalam pandangan Islam, ada dua hal yang yang berkaitan dengan kontrasepsi
yakni menunda kehamilan dan membatasi kehamilan. Menunda kehamilan berarti
mencegah kehamilan sementara, untuk memberikan jarak pada kelahiran yang
sebelumnya. Sedangkan membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran, berarti
mencegah kehamilan untuk selama-lamanya setelah mendapatkan jumlah anak
yang diinginkan.
2. Sebelum munculnya alat kontrasepsi di masa Rasulullah saw telah terjadi suatu
tindakan menghindari kehamilan dengan cara alami yang dilakukan para sahabat
dan biasa disebut ‘azl. Oleh karena itu, tindakan menghindari kehamilan hukumnya
boleh sesuai dengan analogi hukum ‘azl.
3.2 Saran :

Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam maka
penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan dan
bimbingan kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena dengan
menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari Allah SWT tetapi
dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBP-Sarwono, 2002.


Ebrahim, Fadl Mohsin Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan. Bandung: Mizan.
1997
Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2004.
Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta: EGC, 1998.
Mumtazah, Afwan. Menimbang Penghentian Kehamilan Tidak Diinginkan.Jakarta:
Rahima Jakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai