Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didikuntuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. (Depdiknas,
2004)
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya
dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan
berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu,
keterampilanberbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang kritis karenamerekamemilikikemampuanuntukmengekspresikangagasan,
pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan,
keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi
dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia
sedangberbicara.(Depdiknas, 2004)
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa
Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak
berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih
menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan

1
2

adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih


banyak
berkutatdenganpengajarantatabahasa,dibandingkanmengajarkankemampuan
berbahasa Indonesia secara nyata. (Depdiknas, 2004)
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik,
siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang
nyatadengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
(Suyono, 1990)
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan
berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan
konteksberbahasayangsesungguhnyasehinggaketerampilanberbicaramampu
melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan
afektif. Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian
pendidikan. Dalam hal ini penulis akan mengadakan penelitian dengan topik yang
berjudul ”Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia SD Negeri 200219 Sitamiang
Padangsidimpuan, Tahun Pelajaran 2016/2017”.
1.2. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih mengarah dan tidak menimbulkan kekeliruan
atau meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang akan
dibahas. Adapun batasan masalah sebagai berikut :
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam penelitian ini sifatnya
adalah terbatas, yaitu di dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaranbahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan keterampilan
3

berbicara siswa kelas VI di SD Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan,


Tahun Pelajaran 2016/2017”.
1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan
pragmatik untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa SD Negeri
200219 Sitamiang Padangsidimpuan, yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas
VI.
2. Inti dari penelitian ini adalah membahas tentang keterampilan berbicara
siswa kelas VI di SD Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan, dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan
masalah penelitian ini, yaitu:bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas VI di
SD Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan, setelah menggunakan
pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia?

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan keterampilan
berbicara siswa kelas VI di SD Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan,
setelah menggunakan pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia.

1.5. Hipotesis
Jika pendekatan pragmatik diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, maka dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di SD
Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan.
4

1.6. Kegunaan Penelitian


Kegunaan penelitian yang diharapkan adalah :
1. Para guru dapat mengetahui langkah-langkahpendekatan pragmatik sebagai
upaya dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
menggunakan bahasa Indonesia.
2. Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mencapai
hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran di VI di SD Negeri
200219 Sitamiang Padangsidimpuan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran bahasa Indonesia SD/MI secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan
dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yangada
dalam dirinya. (Depdiknas, 2004)
Pembelajaranbahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuanpeserta didik untuk berkomunikasidalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. “Standar kompetensi mata
pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dansastra Indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.” (Depdiknas, 2004)
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia semacam
itu diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa
sendiri;
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar;

5
6

3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional. (Depdiknas, 2004)
Adapun tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannyadengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budipekerti,sertameningkatkanpengetahuandan kemampuan
berbahasa;
6. MenghargaidanmembanggakansastraIndonesiasebagaikhazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia. (Depdiknas, 2004)
Secara garis besar tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar
anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak
mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik
menggunakan bahasa Indonesia.
7

Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-


anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia sebagai
berikut:
1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan;
2. Membuat surat lamaran pekerjaan;
3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi;
4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca;
5. Membuat karangan-karanganbebas untuk majalah, koran, surat-surat
pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya.
Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-
anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu.
Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakupi
komponen- komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan
berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib
dikembangkan di SD. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan
yangsetaradenganaspekketerampilanmendengarkan,membaca,dan menulis.
Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan
berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI kelas VI Semester I
berdasarkan Standar Isi dalam lampiran peraturan mendiknas nomor 18/2006
standar kompetensi keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa
IndonesiaSD/MI Kelas VI semester I adalah mampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalaui menceritakan hasil
pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik
sesuatu, berpidato, berdiskusi, dan memerankan drama anak. Dengan kompetensi
dasarmenyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari narasumber. (IKAPI,
2007)

2.2.Hakikat Berbicara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berbicara adalah
berkata; bercakap; berbahasa; atau melahirkan pendapat (dengan perkataan,
tulisan, dsb), atau berunding.(Kridalaksana, 1996)
8

Sementara itu menurut Tarigan dengan menitikberatkan pada


kemampuanpembicara menyatakan, “Berbicara merupakan kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi terhadap kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan
sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengaratau
penyimak. (Tarigan, 1988)
Lebih lanjut Tarigan menyatakan, “berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran”.
(Tarigan, 1988)
Selanjutnya Mulgrave dalam Tarigan (1988) menyatakan, “Berbicara
merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-
otot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga
dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis,
neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat
digunakansebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.”
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara pada
hakikatnya adalah merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam
bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa
dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
pikiran,gagasan,dan perasaan.“Pendengarmenerimainformasimelalui rangkaian
nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung secara tatap
muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuanmimik dan
pantomimik pembicara.” (Tarigan, 1988)
Merujuk pada pendapat tersebut penulis berpendapat, bahwa keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkanbunyi- bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.
Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di MI/SD
saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan
9

pengajaranbahasaIndonesiayangsecaraeksplisitdinyatakandalamkurikulum.
Menurut Brown dan Yule yang kemudian dikutip oleh Nunan menyatakan,
“keterampilan berbicara tidak dapat diperoleh secara begitu saja melainkan harus
dipelajari dan dilatih”. (Nunan David, 1989)

2.3.Pengertian Pragmatik
DidalamkamusbesarbahasaIndonesiaterdapatkatapragmatik, pragmatis, dan
pragmatisme. Kata pragmatik di dalam kamus itu diberi makna sebagai berikut:
1. Syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam
komunikasi,
2. Susunan pemerintahan, dan
3. Berfaedah untuk umum, memberikan hasil yang berguna untuk menambah
pengerahuan dan berdasarkan kenyataan. (Depdikbud, 1988)
Menurut Charles Morris, istilah pragmatik yang kita gunakan dalam
kaitannya dengan pengajaran bahasa berasal dari pembagian bahasa terdiri
dari tiga macam, yaitu:
1. Syntactics atau sintaksis, adalah kajian tentang hubungan antara unsur-
unsur bahasa,
2. Semantics atau semantic, yakni kajian tentang hubungan unsur-unsur
bahasa dengan maknanya, dan
3. Pragmatics atau pragmatik, yakni kajian hubungan unsur-unsur bahasa
dengan pemakai bahasa. (Nababan, 1987)
Menurut Suyono (1990) yang berdasarkan pendapat dari Levinson
menyatakan, “pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa
untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-
kalimatitu”.
Dalam kehidupan sehari-sehari sering kita menggunakan istilah yang
fragmentaris, “Engkau hendak pergi kemana?”, “Ke pasar”. Kalimat yang
fragmentaris ini biasanya hanya dipakai dalam konteks percakapan oleh
karenabaikpembicaramaupunpendengartelahmengetahuiapayang dimaksud. Oleh
karena kita memakai dasar konteks (bagaimana kalimat ini digunakan), maka kita
berhubungan dengan bidang kajian pragmatik.
10

Kegiatan berbahasa secara aktual adanya sangat kompleks. Pada saat kita
menggunakan bahasa itu banyak faktor yang harus diperhatikan agar wujud
bahasa yang dihasilkan bisa diterima oleh orang lain dan dapat menyampaikan
pesansecaraefisiendanefektif.Kegiatanberbahasadalamperistiwa komunikatif
menurut pandangan pragmatik wajib menerapkan secara komprehensif prinsip
pemakaian bahasa sebagai berikut:
1. Penggunaan bahasa memperhatikan aneka aspek situasi ujaran;
2. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip sopan-santun;
3. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama;
4. Penggunaan bahasa memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
(Levinson, 1987)
Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau
ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor
tindak komunikatif itu antara lain adalah: siapa berbicara dengan siapa, untuk
tujuan apa, dalam peristiwa apa, jalur yang mana (lisan atau tulisan), dan
dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, atau upacara).
Suyono (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan
memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan
mempertimbangkankonteksnya,yaknipenggunaannyapadaperistiwakomunikasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakikatnya
mengarah kepada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor dalam tindak
komunikatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan bahasa secara
tepat.

2.4.Ruang Lingkup Kajian Pragmatik


Levinson (1983) menyebutkan bahwa pragmatik sebagai bidang tersendiri
dalam ilmu bahasa berobjek kajian: deiksis, implikatur, praanggapan, pertuturan,
dan struktur wacana.
11

Pokok kajian pragmatik tersebut akan diulas di bawah ini :


1. Deiksis
Deiksis sebagai objek kajian pragmatik dimaksudkan sebagai bentuk-
bentuk bahasa yang tidak memiliki acuan yang tetap. Makna bentuk- bentuk
bahasa yang dikaji pragmatik ditentukan oleh konteksnya. (Suyono, 1983)

2. Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting
dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu teori
yang sifatnya inferensial, suatu teori tentang bagaimana orang menggunakan
bahasa, keterkaitan makna suatu tuturan yang tidak terungkapkan secara literal
pada tuturan itu. Brown menjelaskan, “Implicature means what a speaker can
imply, suggest, or mean, as distinct from what the speaker literally says”.
Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan,disarankan,atau
dimaksudkanolehpenutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya.
(Brown, 1984)

3. Praanggapan
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan
dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna yang
tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah
yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang dututurkan dapat dinilai tidak
relevan atau salah bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan
juga karena praanggapannya yang salah. Stalnaker (1987) menyatakan,
“presuppositionsare what is taken byspeaker to be the common ground of the
participants in a conversation”
Praanggapan adalah apa yang digunakan oleh pembicara sebagai
dasar utama bagi lawan bicara dalam percakapan.

4. Tindak Ujaran
Menurut Austin (1987) mengucapkansesuatu adalah melakukan
sesuatu. Austin secara khusus mengemukakan bahwa tuturan-tuturan kita tidak
12

semata-mata hendak mengkomunikasikan suatu informasi, melainkan meminta


suatu tindakan atau perbuatan.
Bilamana seseorang mengatakan, misalnya: “Saya minta maaf”;
“Sayaberjanji”; atau “Saya akan datang”, tuturan-tuturan ini memberikan suatu
realitas sosial dan psikologis. Artinya, permintaan maaf dilakukan pada saat
orang itu minta maaf dan bukannya sebelumnya. Janji atau kedatangannya kelak
harus dipenuhi, dan bukannya sekarang ini.
Dalam menganalisis tindak ujaran atau tuturan, kita mengkaji efek-
efek tuturan terhadap tingkah laku pembicara dan lawan bicaranya. Austin
membedakan adanya tiga jenis efek tindak tuturan, yaitu: tindak lokusi,tindak
ilokusi, dan tindak perlokusi. (Soemarmo, 1987)
Kenyataan bahwa suatu tindakanatau perbuatan komunikasi itu terjadi
disebut sebagai tindak lokusi. Tindak lokusi mengacu pada makna literal, makna
dasar, atau makna referensial yang terkandung dalam tuturan. Tindakan yang
dilakukan sebagai akibat dari suatu tuturan disebut tindak ilokusi. Dalam hal
ini, tindak ilokusi berarti “to say is to do”. Tindak perlokusi mengacu pada
efek atau pengaruh suatu tuturan terhadap pendengar atau lawan bicara.

5. Struktur Wacana
Struktur wacana atau struktur percakapan menurut Soemarmo (1987)
mencakup “soal ganti giliran, penggunaan kalimat yang tidak lengkap, kata
penyela, dan sebagainya.”Dengan melakukan analisis terhadap
strukturpercakapan, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentangmakna ujaran-ujaran dalam percakapan melalui maksim-maksim
(Levinson, 1983)

2.5.Pragmatik sebagai Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia


Ihwal pendekatan pragmatik dalam periodisasi sejarah pengajaran bahasa
memang tidak disebutkan secara jelas dan tegas. Akan tetapi, Bambang
Kaswanti Purwo (1984) menyamakan“pendekatan pragmatik dengan
pendekatankomunikatif. Bambang Kaswanti Purwo menyatakan, “Pengajaran
bahasa dengan pendekatan komunikatif lazim pula disebut sebagai pengajaran
bahasa dengan pendekatan pragmatik”.
13

Pendekatan komunikatif yang muncul pada pertengahan tahun 1970-


andan awal tahun 1980-an dilatarbelakangi oleh teori linguistik “kompetensi
komunikatif”. Sebagai suatu pendekatan, kompetensi komunikatif dalam
pengajaran bahasa harus memiliki landasan atau asumsi-asumsiteoretis, aspek-
aspek tujuan, silabus, ciri-ciri kegiatan belajar dan mengajar, perananguru,
peranan siswa, materi pelajaran, dan prosedur pengajaran. (Nuril Huda, 1987)

1. Tujuan Pengajaran
Menurut Richards dan Rodgers sebagaimana dikutip oleh Nuril Huda
(1987) mengemukakan adanya lima tingkatan tujuan dalam pendekatan
komunikatif. Kelima tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkat integratif dan isi. Tingkat ini mempersoalkan hakikat bahasa sebagai
sarana eskpresi.
b. Tingkat kebahasaan dan tingkat instrumental. Tingkat ini berkaitan
dengan bahasa sebagai sistem semiotik dan objek belajar.
c. Tingkat afektif hubungan antarpersonaldan perilaku. Tingkat ini berkaitan
dengan bahasa sebagai sarana mengekspresikan nilai dan pertimbangan
mengenai diri seseorang lainnya.
d. Tingkat kebutuhan-kebutuhan belajar individual yang berkaitan dengan
belajar remedial berdasarkan analisis kesalahan.
e. Tingkat tujuan ekstrakebahasaan pendidikan umum yang berkenaan
dengan belajar bahasa di dalam kurikulum sekolah. (Tarigan, 1989)

2. Silabus
Silabus nasional yang mengkhususkan kategori-kategori semantik-
gramatikal dan kategori-kategori fungsi komunikatif yang mengekspresikan
kebutuhan siswa, merupakan salah satu model silabus yang diusulkandalam
pendekatankomunikatif.Silabusnasionalini kemudian oleh Council of Europe
diperluas dan dikembangkanlagi dengan memasukkan ke dalam silabus
tersebut: deskripsi tujuan pengajaranbahasa, situasi di mana secara khusus
bahasa itu dapatdigunakan, topik, fungsi, makna, dan kosa kata dan tata bahasa.
(Richard dkk, 1989)
14

3.Kegiatan Belajar dan Mengajar


Jenis praktik dan kegiatan yang sesuai dengan pendekatan komunikatif
tidaklah terbatas. Setiap praktik atau pelatihan harus dapat memungkinkan siswa
mencapai tujuan komunikatif yang tercantum dalam kurikulum,
mengikutsertakansiswa dalamkomunikasi,menawarkanpenggunaan setiap proses
komunikatif sebagai tukar informasi, pengenalan makna, dan interaksi.
Mengenai interaksi guru dengan murid serta interaksi murid dengan murid.
Larsen-Freeman (1986) mengatakan bahwa guru adalah inisiator kegiatan-
kegiatan di kelas, tetapi ia tidak selalu harus berinteraksi dengan siswa- siswa.
Kadang-kadang ia hanya berfungsi sebagai pembantu komunikator (co-
communicator) saja. Ia lebih banyak harus menciptakan situasi-situasi yang
mempercepat terjadinya komunikasi antar siswa-siswa. Siswa-siswa harus banyak
saling berinteraksidalam kelompokkecil atau secaraberpasangan.

4.Peranan Siswa
Peranan siswa dalam pendekatan komunikatif dilukiskan oleh Breen dan
Candlin sebagai negosiator antara diri pribadi, proses belajar, dan objek
belajar. Artinya, apa yang dikontribusikannya harus sama dengan apa yang
diperolehnya dan ia belajar dalam ketergantungannya pada siswa-siswa
lainnya.
Dalam kaitan dalam peranan siswa, Richards dan Rodgers (1986)
mengatakan,“The role of the learner as negotiator – between the self, the learning
process, and the object of learning - … The implication for the learner is that he
should contribute as much as he gains, and thereby learn in an interdependent
way”

5.Peranan Guru
Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (1986) ada dua peranan utama
guru dalam pengajaran berpendekatan komunikatif, yaitu:
a. Guru sebagai pemberi kemudahan proses komunikasi antara semua yang
terlibat di kelas, dan antara mereka yang terlibat dengan berbagai kegiatan
dan teks.
15

b. Guru sebagai seorang yang terlibat secara mandiri dalam kelompok


belajar mengajar.

6.Peranan Materi Pelajaran


Bahan pelajaran dalam pendekatan komunikatif berperan sebagai cara
untuk mempengaruhi kualitas interaksi kelas dan penggunaan bahasa secara
komunikatif. Untuk mencapai tujuan ini, Richards dan Rodgers (1986) serta
Tarigan mengatakan bahwa ada tiga cara pengembangan bahan pengajaran
dalam pendekatan komunikatif, yaitu:
a. Bahan pengajaran yang berdasarkan teks,
b. bahan pengajaran yang berdasarkan tugas, dan c. bahan pengajaran yang asli
atau nyata.

7. Prosedur Pengajaran
Dalam pendekatan komunikatif terdapat banyak variasi prosedur atau
langkah-langkah pengajarannya. Salah satunya dikemukakan oleh Finocchiaro dan
Brumfit sebagaimana dikutip oleh Tarigan (1989) langkah- langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi- fungsi
ungkapan dalam dialog itu serta situasi tempat dialog itu terjadi.
b. Latihan mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam dialog itu.Latihan
dapat diberikan secara perorangan, kelompok, atau klasikal.
c. Tanya jawab yang didasarkan pada topik dan situasi dialog.
d. Dilanjutkan dengan pertanyaan serupa yang berkaitan dengan pengalaman
pribadi siswa tetapi masih di sekitar tema dialog.
e. Membahas ungkapan komunikatif dalam dialog atau ungkapan serupa yang
mungkin muncul atau memiliki kesamaan makna, atau mendiskusikan
struktur kalimat.
f. Siswamenemukangeneralisasikaidah-kaidahyangmendasari ungkapan atau
struktur fungsi tersebut yang dapat mencakup:
1) Bentuk-bentuk lisan dan tertulisnya;
2) Posisi dalam ucapan;
16

3) Formalitas dalam ucapan;


4) Fungsi dan makna gramatikalnya;
5) Pengenalan lisan akan kegiatan-kegiatan interpretative;
6) Kegiatanproduksi lisan: dari kegiatanterpimpinke kegiatan komunikasi
bebas;
7) Menyalin dialog-dialog, dialog-dialog mini, atau modul;
8) Membericontohbagaimanasiswaharusmengerjakantugas pekerjaan rumah;
9) Melaksanakan tes atau evaluasi belajar di kelas (hanya lisan). (Tarigan,
1989)
17

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI di SD Negeri 200219
Sitamiang Padangsidimpuan. Sekolah ini dipilih karena penulis bertempat tinggal
di wilayah sekolah ini. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober –
November 2016.

3.2.Alat Pengumpul Data


Untuk mengumpulkan data digunakan alat sebagai berikut : Hasil evaluasi
pembelajaran (tes lisan dan tes tulis), berupa catatan lapangan yang berkaitan dengan
aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung yang
diperoleh dari dokumentasi, observasi, dan interview.

3.3.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan
tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap
makna, yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan
motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam bukunya
Wahidmurni (2008) bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yaitu:
menggunakan latar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mementingkanproses
daripada hasil, induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan
penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Lebih
tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif
yang berorientasi pada pemecahan masalah, karena sesuai dengan aplikasi
tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam
upayameningkatkan mutu pembelajaran. (Suharsimi Arikunto, 1993)

17
18

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian


tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelas atau
bersama-sama orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan
merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam suatu
siklus.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus tindakan di dalam kelas, yaitu
pra tindakan,siklus I, dan siklus II. Hasil refleksi pada pra tindakan
digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus I. Sedangkan
hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan tindak lanjut pada siklus II. Pada
masing-masing siklus penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap observasi,
dan tahap refleksi.

3.3.1. Populasi dan sampel


a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI di SD Negeri 200219
Sitamiang Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2016/2017yang berjumlah 1 kelas
sebanyak 21 orang.
b. Sampel
Jika dilihat jumlah populasi hanya satu kelas maka penulis mengambil
seluruh populasi untuk dijadikan sampel, maka sampel penelitian adalah sebanyak
21 orang siswa.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


Teknik pengumpulan data menurut Wolcoott sebagaimana yang
dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2008) dalam metode penelitian tindakan
disebut sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu melalui pengalaman,
pengungkapan, dan pengujian.
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini,
makapenulis menggunakan beberapa metode antara lain:
19

1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. (Margono, 2000)
Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam
kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai
alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
Dalampelaksanaannyadigunakanalat bantu sepertichecklist,skala penilaian atau
alat mekanik seperti kamera foto, dan lainnya. (Mardalis, 2006)
Penelitimengamatisecaralangsungperistiwadilapangansebagaipengamat
yang berperan serta secara lengkap untuk memperoleh suatu keyakinan tentang
keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi apa
saja yang dibutuhkan. Jadi peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Adapun
jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi aktivitas belajar siswa di
kelas. Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti
memperoleh gambaran suasana kelas dan dapat melihat secara langsung tingkah
laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok.

2. Pengukuran Test Hasil Belajar


Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai
yang diperoleh oleh siswa. Test tersebut juga sebagai salah satu rangkaian
kegiatan dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pragmatik.
Test yang dimaksud meliputi test lisan dan tes tulis, test tersebut akan
dijadikan sebagai acuan tambahan untuk mengelompokkan siswa dalam
kelompok-kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas. Skor tes ini juga
dijadikan penentuan peningkatan keterampilan berbicara siswa. mengetahui
tingkat prestasi dan keaktifan siswa terhadap materi pelajaran bahasa Indonesia
dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
20

3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Dedy Mulyana,
2011)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancaraterstruktur,
yaitu jenis wawancara yang pewawancaranyamenetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, karena peneliti mencari jawaban
terhadap hipotesis kerja. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan
rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel yang
representatif ditanyai dengan pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali.
Semua aspek dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab
pertanyaan yangdiajukan.(Lexy J. Maleong, 2005)
Format wawancara atau protokol wawancara yang digunakan
berbentuk terbuka, pertanyaan-pertanyaansebelumnya disusun peneliti dan
didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian.

4. Metode Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi,
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yangberupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
dan sebagainya.
Pembuktian (Examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti
dokumenter, berupa dokumen arsip, jurnal, peta, catatan lapangan.Peneliti
menggunakan metode ini untuk mengetahui sejarah berdirinya VI di SD Negeri
200219 Sitamiang Padangsidimpuan., absensi kelas untuk mengetahui data
siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan
pragmatik, serta catatan lapangan dari hasil pengamatan.

3.5. Parameter Pengamatan


Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif kualitatif untuk memastikan bahwa dengan menggunakan
21

pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Data


yang bersifat kualitatif terdiri dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, analisis
data kualitatif yang dikutip oleh Moleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnyamenjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data
kuantitatifcukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual.
Sajian tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan
dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, atau perubahan kearah
yang lebih baik, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase. Data yang dianalis adalah nilai rata-rata siswa dalam kualifikasi
tuntas dalam berbahasa, baik secara individual maupun secara klasikal. Aspek
yang dinilai adalah kelancaran dan keruntutan berbicara siswakelas VI.
Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya
peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang
tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada pra tindakan, dan
persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa yang
tuntas pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan skor ≥ 65.
Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :
n
P x100
N
Keterangan :
P = persentase siswa yang tuntas belajar
n = banyak siswa yang tuntas belajar
N = banyak siswa keseluruhan
Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus
memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 70% siswa harus
tuntas belajar.
22

Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar


observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing
indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal
yang dikalikan 100% yaitu :
Prosentase Nilai Rata - Rata (NR) = Jumlah skor / jumlah maksimal x 100%
Persentase terendah adalah 0%, dan prosentase tertinggi adalah 100%.
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria penilaian yaitu: sangat baik,baik, cukup,
kurang, sangat kurang.
Panjang intervalnya = 100 / 5 = 20
Sehingga kriteria penilaian ditentukan sebagai berikut:
- 81% - 100% = sangat baik
- 61% - 80% = baik
- 41% - 60% = cukup
- 21 - 40% = kurang
- 0% - 20% = sangat kurang
Subyek penelitian dinyatakan tuntas belajar dengan baik jika
berdasarkan lembar observasi, siswa mendapatkan skor dari pengamat minimal
berkriteria baik.
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di VI di SD Negeri 200219 Sitamiang
Padangsidimpuan.kelas VI semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Dalam bab
ini akan dipaparkan data hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan
berbicara dengan pendekatan pragmatik di kelas VI , dengan materi pokok
menyampaikan pesan yang diperoleh dari narasumber. Hasil penelitian ini
disajikan berdasar pada siklus yang dimulai dari kegiatan pra tindakan , tindakan
siklus I (satu), dan dilanjutkan siklus II (dua).
1. Pra tindakan
Sebelumkegiatanini, peneliti melakukan persiapan seperti menganalisis
kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan
disampaikan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran yang
berupa contoh teks wawancara.
Tabel 1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Mampu mengungkapkan pikiran, Menyampaikan pesan
pendapat, gagasan, dan perasaan /informasi yang diperoleh
secara lisan melalaui menceritakan hasil dari narasumber
pengamatan, menyampaikan pesan atau
informasi, membahas isi buku,
mengkritik sesuatu, berpidato,
berdiskusi, dan memerankan drama
anak

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


a. Kegiatan Awal
Guru menyampaikan salam, guru presensi, guru menjelaskan materi pokok
yang akan dipelajari.

23
24

b. Kegiatan Inti
Siswa dibagi dalam tujuh kelompok, namun pembagian kelompok ini
belum berdasar pada kemampuan akademik yang dimiliki oleh siswa. Kelompok
dibentuk berdasar pada posisi tempat duduk yang berdekatan. Guru membagikan
teks wawancara, dan siswa diminta untuk memperhatikan contoh teks
wawancara. Kemudian siswa ditugaskan untuk menentukan narasumber dan
menyusun daftar pertanyaan dengan topik wawancara keamanan. Ada sebagian
siswa mengeluh karena tidak bisa menentukan narasumber serta menyusun daftar
pertanyaan, tetapi sebagian siswa ada yang dengan tenang mencoba menyusun
daftar pertanyaan sesuai yang dengan apa yang ditugaskan.meskipun
kalimatnya tidak terstruktur dengan baik, misalnya pertanyaan “Mulaikapan
bapak bekerja di sini?”, yang mana seharusnya adalah“KapanBapak mulai bekerja
di sini?”.

c. Kegiatan akhir
Setelah menyusun pertanyaan dan berakhirnya jam pelajaran, siswa
mengumpulkan tugas yang telah diberikan untuk dinilai oleh guru. Dalam
menilai keterampilan berbicara siswa, guru sering memberikan pertanyaan kepada
siswa, tetapi kebanyakan siswa hanya diam. Hanya ada siswa yang bernama
Putri. Yang sering menjawab pertanyaan guru. Ada juga siswa yang menjawab,
namun bahasa yang digunakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Setelah pembelajaran, guru sekaligus peneliti bersama kolaborator wali
kelas mengadakan refleksi untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang
terjadi selama pembelajaran. Dan ditemukan kendala yang terjadi adalah siswa
hanya diam bila guru memberikan pertanyaan. Hal tersebut diakibatkan karena
siswa tidak lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dan juga siswa kurang menguasai kosa kata bahasa Indonesia. Dari
kekurangan - kekurangan yang ada tersebut juga dapat ditarik kesimpulan, bahwa
jika siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia, tuturan atau ujarannya tidak
sesuai dengan konteks dan situasi pembicaraan.
25

Tabel 2Distribusi Nilai pada Pra Tindakan

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


nilai*
(skala nilai 1 – (f) (%)
100)
90 – 100 - - Sangat baik
61 – 80 9 42,86% Baik
41 – 60 5 23,81% Cukup
21 – 40 7 33,33% Kurang
1–20 - - Sangat kurang
Jumlah 21 100%

Berdasarkan table 2diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh


siswa sebelum dilakukan tindakan adalah bahwa dari 21 siswa yang mencapai
nilai kurang dari atau di bawah standar minimal (kurang) sebanyak 7 siswa. Dan
siswa yang memiliki nilai standar (cukup) sebanyak 5 siswa. Hal ini berarti
kemampuan yang dimiliki siswa secara umum mencapai nilai standar minimum
ke bawah dengan pencapaian nilai ketuntasan belajar siswa di kelas VI adalah
58,05% (lihat lampiran 3).

2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus pelaksana tindakan
berkolaborasi dengan wali kelas untuk merencanakan hal-hal yang perlu
dipersiapkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain yaitu rencana perbaikan
pembelajaran, lembar evaluasi, dan lembar observasi.
26

1) Rencana Perbaikan Pembelajaran


Rencana pembelajaran disusun dalam bentuk rencana perbaikan
pembelajaran (RPP). Materi pokoknnyaadalah berwanwancara dengan
narasumber dan pelaporannya dengan alokasi waktu 3 X 35 menit. Materinya
diambil dari dua buku paket bahasa Indonesia, yaitu Inilah Bahasa Indonesia
untuk kelas 6 SD/MI dan Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk kelas 6 terbitan Tiga
Serangkai. Materi tersebut diambil atas dasar kesulitan yang dialami oleh siswa
dalam hal kemampuan mengungkapkan pendapat atau berwawancara dengan
narasumber sebagai keterampilan berbicara. Tujuan yang ingin dicapai antara
lain:
a) Siswa dapat menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara.
b) Siswa dapat menulis daftar pertanyaan untuk berwawancara dengan
narasumber secara tepat dan sistematis.
c) Siswa dapat menggunakan kalimat tanya dengan benar.
d) Siswa dapat menggunakan pilihan kata dengan tepat dan santun berbahasa
dalam wawancara.
e) Siswa dapat melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar
pertanyaan.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka kegiatan
pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap seperti yang lazim dilakukan oleh guru
atau peneliti lain, yaitu kegiatan awal, kegiataninti, dan kegiatan akhir. Metode
yang digunakan antara lain ceramah/penjelasan, tanyajawab, diskusi, pemberian
tugasd engan menggunakan penekatan pragmatik.

2) Lembar evaluasi
Sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada siklus I terhadap peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan berdasar pada tujuan / indikator
pembelajaran.

3) Lembar observasi
Sebagaialatukur keberhasilansiswadalamprosesbelajar mengajar yang
didasarkan pada keaktifan siswa dengan mengacu pada instrument penilaian
27

dengan kriteria-kriteria yang dimaksud diantaranyaadalah dalam hal


kelancaranberbicara,ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, intonasi suara, dan
kontak mata.

b) Pelaksanaan tindakan (action)


Adapun gambaran dari pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah
sebagai berikut:

1) Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam, guru melakukan presensi terhadap
siswadikelas, guru mengajukan pertanyaana presepsi yaitu“Pernahkah kalian
bercakap-cakap atau bertanya jawab dengan siswa yang memiliki pekerjaan
khusus?”. Dengan serempak siswa menjawab “ Pernah, Pak!”, namun ada juga
siswa yang menjawab “Tidak pernah, Pak’. “Nah, kalau sudah pernah apa yang
kamu dapat dari pertanyaan itu?”. Siswa yang bernama Putri mengangkat
tangannya, dan menjawab, ”Kita dapat keterangan atau penjelasan dari orang
yang kita tanyakan”. Guru memberikan penguatan dengan memberikan ungkapan
pujian “Bagus Nak”. “Apakah ada jawaban yang lain?”, namun semua siswa
hanya diam, tidak ada yang berani menjawab. Guru menjelaskan jawaban dari
pertanyaan yang disampaikan oleh siswa yang bernama Putri, kemudian guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dalam pertemuan hari ini, yaitu kemampuan berwawancara
dengan narasumber.

2) Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Masing-masing kelompok
anggotanyaterdiri dari siswa-siswayang memilikikemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Kemudian guru menjelaskan tentang bagaimana cara menggunakan
bahasa yang sopan dan santun apabila berbicara dengan siswa lain. Kalau
berbicara dengan siswa lain harus mengetahui siapa orangnya, umurnya berapa,
lebih tua atau lebih muda, tujuan pembicaraanya apa, dimana, dan dalam
peristiwa yang bagaimana. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada
28

siswauntuk bertanya, dan ternyata ada dua siswa yang mengajukan pertanyaan,
yaitu siswa yang bernama Siti, dan Rahma. Selanjutnya guru memberikan
pertanyaan tentang materi yang baru saja dijelaskan. Alhamdulillah, akhirnya
ada juga respon jawaban dari siswa. Dan memang itulah yang diharapkan.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah melakukan wawancara,
yaitu cara menyusun pertanyaan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, serta sopan dan santun dalam melakukan wawancara. Guru menjelaskan
juga bagaimana berbicara sesui dengan konteks (siapa, di mana, tujuan
pembicaraan), serta memberikan penjelasan tentang penggunaan bahasa dalam
situasi yang formal dan non formal. Guru membagikan contoh teks wawancara.
Siswa ditugaskan untuk memperhatikan dan mencermati contoh teks yang ada di
kelompoknya masing-masing.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa
berdiskusi dalam kelompok untuk membuat persiapan melakukan wawancara
dengan menentukan siapa narasumbernya, waktu dan tempat, serta menyusun
daftar pertanyaan.

3) Kegiatan akhir
Selain melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas secara lisan,
siswa juga diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan secara tertulis (post
test) pada akhir pelajaran. Setelah post test dilakukan, guru dan siswa bersama-
sama melakukan refleksi dari materi yang telah dipelajari untuk mengetahui
kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan dalam upaya memberikan motivasi
bekerja keras menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri pelajaran dan kemudian siswa
membalasnya.

c.Observasi
Pada tahap ini wali kelas sekaligus kolaborator mengamati serta
menilai aktifitas siswa selama proses belajar mengajar yang berdasar pada
lembar penilaian yang telah dipersiapkan, yaitu lembar penilaian terhadap aktifitas
dan interaksi siswa selama proses belajar mengajar.
29

Adapun penilaian proses belajar mengajar melalui observasi terhadap


kegiatan belajar mengajar siklus I dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan
materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dapat
dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 3Distribusi Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


nilai*
(skala nilai 1 – 100) (f) (%)
90 – 100 2 9,52% Sangat baik
61 – 80 10 47,62% Baik
41 – 60 7 33,33% Cukup
21 – 40 2 9,52% Kurang
1 –20 - - Sangat kurang
Jumlah 21 100%

* Sumber penilaian di SD Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan


Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian terhadap
proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa pada tindakan perbaikan
pembelajaran bahasa Indonesia dan pelaporannya dengan menggunakan
pendekatan pragmatik pada siklus I menunjukkkan bahwa dari 21 siswa, ada 2
siswa yang memperoleh kategori sangat baik berkisar 90-100, terdapat 10 siswa
yang tergolong berkemampuan baik, dengan nilai yang diperoleh berkisar antara
61-80, dan terdapat 7 siswa yang tergolong berkemampuan cukup berkisar 41-60
dan kategori kurang sebanyak 2 siswa berkisar antara 21-40 Secara umum nilai
rata-rata kelas kemampuan proses aktifitas pembelajaran berwawancara dengan
narasumber dan pelaporannya adalah 67. Maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan proses aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara
dengan narasumber menunjukkan kualifikasi cukup.
Selain lembar observasi proses kegiatan belajar siswa, digunakan juga
lembar pengamatan interaksi belajar mengajar dan aktifitas siswa di dalam
30

kelas. Dan hasil yang diperoleh melalui pengamatan tersebut dapat dilihat pada
lampiran serta perlu peningkatan pada tindakan pembelajaran berikutnya.
a. Hasil wawancara
Selama berlangsungnya proses pembelajaran berwawancara dengan
narasumber, guru mengadakan wawancara / tanya jawab dengan siswa tentang
persiapan atau langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan
wawancara.

b. Hasil catatan lapangan


Selama berlangsung kegiatan belajar mengajar pada tindakan kelas siklus I
dilakukan penilaian melalui wawancara mengenai kemampuan siswa dalam
menyusun daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara. Adapun kesulitan yang
dialami oleh siswa adalah menyusun pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
narasumber. Siswa tidak berani mengungkapkan pendapat atau pertanyaan kepada
guru, hanya ada beberapa siswa yang selalu bertanya tetapi tidak menggunakan
bahasa Indonesia yang baku melainkan menggunakan bahasa ibu atau bahasa
daerah.

c. Hasil tes
Hasil tes adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
setelahmengikutiprosespembelajaran.Evaluasiuntukmengetahuikeberhasilanpemb
elajaranmelaluiteslisandan tertulis sebagai alat untuk mendapatkan data tersebut
dan hasilnya dapat dilihat lampiran 4 untuk tes tertulis, dan lampiran 5 untuk
tes lisan. Berikut ini daftar tabel distribusi hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus
I.
31

Tabel4Distribisi Hasil Evaluasi Tertulis pada Siklus I

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


nilai*
(skala nilai 0 – (f) (%)
100)
81 – 100 3 14,29% Sangat baik
61 – 80 11 52,38% Baik
41 – 60 7 33,33% Cukup
21 – 40 - - Kurang
1–20 - - Sangat kurang
Jumlah 21 100%

Sesuai tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa
pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklus I sudah
mengalami peningkatan. Dikatakan meningkat sebab dengan melihat
perbandingan hasil rata-rata tes pra tindakan (lihat lampiran 3) adalah 58,05
dengan daya serap sebesar 58,05% dengan hasil rata-rata tes pada siklus I
menjadi 69,62% (lihat lampiran 4). Jelaslah bahwa ada peningkatan hasil
siswa sebesar 11,57% pada materi pokok berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya dengan pendekatan pragmatik.
Tabel 5Distribusi Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siklus I

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


(%) Nilai
(skala nilai 1 – (f)
12)
12 – 15 2 9,52% Sangat baik
10 – 12 6 28,57% Baik Cukup
7– 9 8 38,10% Kurang
4– 6 5 23,81% Sangat kurang
1–3 - -
Jumlah 21 100%
32

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat terbaca bahwa dari 21 siswa yang


memiliki kemampuan berbicara di atas standar sebanyak 8 (38,10%) siswa.
Sedangkan yang memiliki kemampuan di bawah standar sebanyak 13
(61,90%). Ini berarti masih banyak siswa yamg memiliki kemampuan kurang
dalam keterampilan berbicara.

d.Refleksi
Setelah melalui tahap-tahap di atas maka tahap ini adalah guru sekaligus
peneliti bersama dengan wali kelas sebagai mitra kolaborasi merefleksi kegiatan
yang telah berlangsung yang berfokus pada penilaian hasil belajar siswa, dan
penilaian proses kegiatan belajar siswa.

1) Penilaian hasil belajar siswa


Peningkatan hasil belajar siswadengan materi pokok berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya yang ditentukan untuk meningkatkan hasil
belajar keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik dapat dibandingkan
pada hasil tes pra tindakan dan hasil tes.
Berdasarkan perbandingan dapat diketahui nilai rata-rata siswa pada
tes pra tindakandengantes tertulis adalah 58,05 dengan presentase daya serap
sebesar 58,05%, dan setelah dilakukan tindakan dengan
menggunakanpendekatanpragmatik maka hasil belajar siswa mengalami
perubahan peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata tes tertulis adalah
69,62 dengan daya serap sebesar 69,62%. Selain tes tertulis diadakan juga tes
secara lisan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara
dengan nilai rata-rata kelas pada tindakan siklus I adalah 50 dengan daya serap
50%. Hal ini berarti sangat jelas bahwa nilai rata-rata kelas belum mencapai
standar ketuntasan belajar minimum (60%), sehingga perlu adanya tindak lanjut
pada siklus II.
2) Penilaian Proses Pembelajaran
Yang menjadi perhatian terhadap penilaian proses pembelajaran
berwawancara dengan narasumber untuk meningkatakan keterampilan
berbicara adalah proses aktifitas siswa dalam pembelajaran.
33

Proses aktifitas siswa dalam pembelajaran mencapai nilai rata- rata 50%.
Berdasarkan ketuntasan belajar 60% maka disimpulkan proses aktifitas belajar
siswa masih kurang.
Dari hasil refleksi di atas, maka perlu adanya tindak lanjut yang dilakukan
untuk meningkatkan proses pembelajaran yaitu aktifitas siswa selama berlangsung
pembelajaran. Adapun hal-hal yang perludisempurnakan oleh guru yaitu
pemberian motivasi atau penguatan serta bimbingan khusus dan perhatian lebih
kepada siswa-siswa yang terlambat dalam belajar. Selain itu direncanakan
juga narasumber yang akan diwawancarai oleh siswa sebagai media
pembelajaran. Bersamaan dengan adanya perubahan atau perbaikan dari
berbagai cara dalam pembelajaran berwawancara dengan narasumber maka
diharapkan pada siklus II terjadi peningkatan pada proses pembelajaran dan
hasil belajar yang lebih baik. Kekurangan yang dialami selama proses
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada siklus
I dapat diperbaiki pada siklus II.

3. Siklus II
a. Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan tindakan pada siklus II berdasarkan pada refleksi siklus I.
Dalam perencanaan tindakan siklus II ini peneliti dan kolaborator menghubungi
narasumber sebagai media pembelajaran siklus II

b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II adalah berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Sedangkan materi yang dibahas dalam pembelajaran siklus II masih tetap
sama seperti pada siklus I, yaitu tentang profesi atau pekerjaan. Narasumber
yang akan diwawancarai pada pembelajaran siklus II ini tidaklah sama (berbeda
orangnya) dengan narasumber yang diwawancarai pada pembelajaran siklusI.
Adapun tindakan pembelajaran siklus II terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
34

1) Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru
dengan bersemangat. Guru mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi tentang
materi pelajaran yang akan dilakukan.

2) Kegiatan Inti
Guru memintasiswa bergabungdalam kelompokbelajarnya masing-
masing. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok belajarnya dan
menyiapkan dan memilih naramber yang akan diwawancarai. Guru memberikan
penjelasan mengenai langkah- langkah dan cara-cara melakukan wawancara. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa
berdiskusi dalam kelompoknya untuk membuat daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada narasumber yang akan diwawancarai. Siswa melakukan
wawancara dengan narasumbernya masing-masing.
Selamaaktifitasbelajarsiswa,kolaborator,dan walikelas sekaligus pengamat
melakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang
telah dipersiapkan. Sedangkan peneliti yang sekaligus guru mengamati siswa dan
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru
memberikanmotivasikepadakelompok–kelompokyangsudahmenyusun daftar
pertanyaan agar termotivasi untuk menyempurnakan dan menambah daftar
pertanyaan.
Pada saat berlangsung kegiatan siswa melaporkan hasil wawancaranya,
guru bersama kolaborator menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan. Sementara itu siswa memperhatikan dan
mendengarkan laporan hasil wawancara teman kelompok lain, siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapinya. Ada tiga siswa memberikan tanggapan yang
berupa pertanyaan. Berikut uraian pertanyaan ketiga siswa tersebut:
a) Akbar kepada temannya yang narasumbernya adalah petani“pernahkah petani
yang kamu wawancarai mengalami kerugian?”
b) Hanypah bertanya kepada temannya yang mewancarai pedagang“di mana
tempat pedagang yang kamu wawancarai?”
35

c) Juliani bertanya kepada temannya yang mewancarai kepala desa “Berapa


jumlah penduduk desa Jeru?”
Setiap pertanyaan yang disampaikan dijawab oleh siswa yang ditanya,
walaupun bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pertanyaan ataupun
jawaban tidak semua pilihan katanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Siswa menyampaikan hasil wawancaranya untuk dinilai oleh guru.
Selain itu guru juga memberikan tes tertulis kepada siswa untuk menilai
kemampuan siswa dalam mencapai indikator pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru mengadakan post test untuk menilai
sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya
guru mengadakan refleksi untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dipelajari, mengetahui kesan–kesan siswa, dan saran-saran perbaikan untuk
mengukuhkan upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan guru. Selanjutnya
guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup yang kemudian
dijawab oleh semua siswa di dalam kelas.

c. Observasi
Sama halnya dengan tindakan pada siklus I, pada siklus II ini juga
diadakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pelaksanaan tindakan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang proses kegiatan
belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa dan kemampuan guru dalam
merumuskan dan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnyahasil yang
diperolehkemudian dianalisis oleh peneliti bersama kolaborator untuk
melakukan refleksi dan melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
keberhasilan tindakan pada siklus II ini.
Yang menjadi fokus penilaian proses aktivitas siswa tindakan siklus II ini
adalah akatifitas siswa selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian proses
belajar mengajar melalui observasi terhadap kegiatan belajar mengajar siklus I
dalam pembelajaran bahasa Indonesia denganmateri pokok berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya dapat dijelaskan pada tabel 6.
36

Tabel 6Distribusi Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


(%) Nilai
(skala nilai 1 – (f)
100)
81 – 100 4 19,05% Sangat baik
61 – 80 14 66,67% Baik
41 – 60 3 14,28% Cukup
21 – 40 - - Kurang
1 –20 Sangat kurang
Jumlah 21 100%

Berdasarkan pada tabel6 di atas, menunjukkkan bahwa dari 21 siswa yang


hadir sudah ada peningkatan proses belajar sehingga siswa yang memiliki
kualifikasi sangat baik ada 4 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 81-100.
Dan sisanya yang memilii kualifikasi nilai baik ada14 siswa dengan nilai yang
diperoleh siswa berkisar 61-80. sedangkan siswa yang memiliki kualifikasi
cukup ada 3 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 41-60. Secara umum nilai
rata-rata kelas kemampuan proses aktivitaspembelajaran berwawancara dengan
narasumber dan pelaporannya adalah 72% dan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan proses aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dan
pelaporannya menunjukkan rata-rata kualifikasi baik.
Untuk mengetahui banyaknya siswa yang berhasil selama mengikuti
proses belajar pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya pada siklus II adalah dengan evaluasi secara lisan dan tertulis, yang
dapat dilihat pada tabel 4. untuk tes tertulis, dan tabel 7 untuk tes lisan.
37

Tabel7Distribusi Hasil Evaluasi Tertulis Siklus II

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


(skala nilai 0 – (f) (%) Nilai
100)
81 – 100 6 28,57% Sangat baik
61 – 80 13 61,90% Baik Cukup
41 – 60 2 9,53% Kurang
31 – 40 - - Sangat kurang
0–20
Jumlah 21 100%

Sesuai tabel7 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa
pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklusII sudah
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Dikatakan
meningkat karena pada tindakan belajar siklus I dari 21 siswa yang
mencapai nilai di atas standar, meningkat menjadi 19 (90,47%) siswa. Sedangkan
yang mencapai nilai standar minimal berkurang menjadi 2 (9,53%) siswa. Ini
berarti siswa yang mencapai nilai di bawah standar minimum berkurang 5 siswa,
dengan daya serap rata-rata kelas dari 69,62% pada siklus I meningkat
menjadi 81,48% pada siklus II. Pada siklus II ada peningkatan lagi dari 7 siswa
yang mencapai nilai di bawah standa rminimum berkurang menjadi 2 siswa dan
siswa yang mencapai nilai standar berkurang 5 siswa. Sedangkan siswa yang
mencapai nilai di atas nilai standar minimum bertambah atau mengalami
peningkatan menjadi 19 siswa dengan daya serap rata-rata kelas dari 69,62%
pada siklus I menjadi 81,48% pada siklus II, maka jelaslah bahwa ada
peningkatan hasil evaluasi siswa pada siklus II sebesar 11,86% pada materi pokok
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan menggunakan
pendekatan pragmatik. Adapun distribusi keberhasilan siswa berdasarkan hasil
penilaian tes lisan dalam keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel 8.
38

Tabel 8Distribusi Hasil Penilaian Tes Lisan Siklus II

Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi


(%) Nilai
(skala nilai 1 – (f)
15)
12 – 15 8 38,10% Sangat baik
10 – 12 10 47,61% Baik
7– 9 3 14,29% Cukup
4– 6 - - Kurang
1–3 - - Sangat kurang
Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat terbaca bahwa dari 21 siswa yang


hadir yang memiliki kemampuan berbicara di atas nilai standar minimum sudah
mengalami peningkatan sebanyak 18 siswa (85,71%).Sedangkan kemampuan
berbicara di bawah standar sebanyak 3 siswa (14,29%). Hal ini berarti sudah
banyak siswa yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik. Pada perolehan
rata-rata di siklus I adalah 50% sedangkan pada siklus II rata-rata kelasnya 75%.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara sebesar 25%.

d. Refleksi
Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini tindakan refleksi akan difokuskan
pada penilaian hasil belajar siswa dan penilaian proses kegiatan belajar siswa.
1) Penilaian hasil belajar siswa
Penilaian dilakukan untuk refleksi pada pembelajaran berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan pendekatan pragmatik siklus II ini akan disajikan perbandingan
hasil belajar pada pra tindakan, siklus I dan siklus II.
Hasil tes lisan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus II mengalami peningkatan dari
siklus I, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 50%.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 75% . Adapun
perolehan secara individu pada siklus II, dari 21 siswa yang hadir terdapat 19
siswa yang sudah mencapai nilai diatas standar minimum.
39

Sedangkan siswa yang memiliki nilai di bawah standar sebanyak 2 siswa.


Setelah diadakan pendekatan dan bimbingan khusus dengan siswa-siswa tersebut
dan ternyata di antara 2 siswa ini memang terlambat dalam belajar, dalam
menerima informasi, dan pengetahuan-pengetahuan baru yang diberikan oleh
guru.

2) Penilaian Proses Kegiatan Siswa


Penilaian proses kegiatan belajar siswa pada siklus I menunjukkan
dari 21 siswa terdapat 3 siswa siswa yang tergolong berkemampuan sangat baik,
terdapat 11 siswa siswa yang tergolong berkemampuan baik dengan nilai yang
diperoleh siswa 61– 80, dan terdapat 7 siswa yang kemampuannya tergolong
cukup. Secara umum nilai rata- rata kelas kemampuan proses aktivitas
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya adalah 50%,
dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya menunjukkan
rata-rata kualifikasi cukup.
Dan pada siklus II menunjukkan dari 21 siswa yang hadir sudah ada
peningkatan proses belajar sehingga siswa yang memiliki kualifikasi nilai sangat
baik ada 6 siswa, dengan nilai yang diperoleh berkisar 81 – 100. Dan yang
memiliki kualifikasi baik dari 13 siswa dengan nilai yang dipeoleh siswa berkisar
61 – 80. Sedangkan siswa yang memiliki kualifikasi cukup ada 2 siswa
dengan nilai yangdiperoleh berkisar 41 – 60. Secara umum nilai rata-rata kelas
kemampuan proses aktifitas pembelajaran berbicara (lihat lampiran) adalah 75%
dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktivitasbelajar siswa pada
pembelajaran berwawancara dengan narasumber menunjukkan rata-rata
kualifikasi baik.

4.2.Pembahasan
1. Pendekatan Pragmatik dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Berdasarkan hasil temuan dari analisis tindakan dalam pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya sebagai sarana untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada siklus I merupakan analisis
40

dari evaluasi proses maupun hasil. Dan pada evaluasi hasil ada dua bentuk tes
yang dilakukan yaitu berbicara secara lisan dan tertulis. Adapun data hasil temuan
melalui pelaksanaan pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan, pikiran, yang berhubungan dengan pertanyaan – pertanyaan yang sesuai
dengan konteks dan situasi yang akan disampaikan kepada narasumber, kurang
adanya keberanian, dan kurangnya penguasaankosakata bahasa Indonesia yang
baku yang dimiliki oleh siswa.
Guru memberikan motivasi dengan memberikan kesempatan yang
banyak kepada siswa untuk melatih berbicara dalam kelompok untuk
mengungkapkan pendapat, saran, dan masukan yang berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaanyang disusun sesuai konteks dan situasi. Yangdimaksud
dengan sesuaisituasi dan konteks adalah siapa orang yang diajak berbicara,
di mana, kapan, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa. Guru
selalumembimbingdan mendampingisiswayang mengalami kesulitan dan
berkemampuan akademik rendah. Selain itu guru juga selalu bertanya kepada
siswa untuk memancing siswa agar berani berbicara. Sebenarnya siswa telah
banyak menguasai kosakata namun kosakata yang dimiliki dalam bahasa ibu.
Sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk
meningkatkanpenguasaan kosakata siswa adalah siswa diberikan kesempatan
mengungkapkan pendapat dan gagasan yang berhubungan dengan pembelajaran
dengan menggunakan bahasa ibu, yang kemudian diartikan bersama antara guru
dan siswa apa maksudnya dalam bahasa Indonesia. Dengan cara ini maka siswa
termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, saran, dan masukan.
Latar belakang kemampuan siswa berbeda-beda sehingga
mengakibatkankemampuan untuk memperoleh sejumlah pengetahuan juga
berbeda. Kemampuan siswa ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Hasil
penilaian menunjukkan keterampilan berbicara siswa masih banyak menggunakan
bahasa ibu / bahasadaerah, mengakibatkan siswa kurang lancar berbicara
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kurang dapat
menggunakan pilihan kata yang tepat. Kurangnya berbicara siswa
mengungkapkan pendapat / bertanya.
41

Sedangkan temuan dalam pelaksanaan pembelajaran berwawancara


dengan narasumber untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siklusII,
siswa sudah mulai lancar dalam mengungkapkanpendapat, lancar berbicara
dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, serta sudah mulai berani bertanya
kepada guru apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti dalam pembelajaran
maupun lainnya. Namun cenderung ke hal-hal yang berkaitan dengan konteks
formal atau situasi pembelajaran berlangsung. Kegiatanmelatih siswa sesuai
konteks dan situasi formal membawa dampak penting bagi siswa dalam
meningkatkan keterampilan / kemampuan dalam berbicara.

2. Peta Peningkatan kemampuan berbicara siswa


Untuklebihjelasdiketahuitentangkeberhasilantindakandalam penelitian
perlu suatu evaluasi baik proses pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar siswa
pada tindakan siklus I dan II. Data evaluasi hasil belajar siswa yaitu hasil tes
tertulis dan tes lisan tentang pembelajaran berwawancara dengan narasumber
dan pelaporannya yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dan evaluasi
proses berupa lembar pengamatan yang telah disiapkan pada tindakan siklus I dan
II.
Pelaksanaan proses tindakan pembelajaran dapat dilihat dari proses
aktifitas belajar siswa yang dapat disajikan pada tabel 9.
Tabel 9Keberhasilan Tindakan dari Aspek Pelaksanaan Proses pada
Tindakan Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II Peningkatan
Aspek Pelaksanaan (%) (%) (%)
Tindakan

Proses kegiatan belajar 51% 72% 21%


siswa

Berdasarkan pada proses kegiatan belajar siswa juga mengalami


peningkatan sebesar 21% yaitu dari 51% menjadi 72%. Hal ini berarti
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya untuk
42

meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan


pragmatik pada siklus I dapat dikatakan baik, sedangkan pada siklus II
mengalami perubahan menjadi sangat baik. Perbandingan hasil belajar siswa
secara lisan maupun tertulis pada pra tindakan, siklus I dan siklus II dilihat pada
tabel 10.
Tabel10Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Tertulis Siswa pada
Pra Tindakan, Tindakan Siklus I dan II

No Pelaksanaan Jumlah nilai Rata-rata Peningkatan


tindakan (%)
1 Pra Tindakan 1219 58,05 58,05%

2 Siklus I 1462 69,62 69,62% 11,57%


3 Siklus II 1711 81,48 81,48% 11,86%

Berdasarkan data tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan nilai


rata-rata hasil belajar siswa sesudah diadakan tindakan mengalami
peningkatan sebesar 11,57% yaitu dari 58,05% menjadi 69,62%. Dan peningkatan
sebesar 11,86% yaitu dari tindakan siklus I sebesar 69,62% menjadi 81,48%.
Keberhasilan dapat dikatakan karena dari perbandingan pada pra tindakan
(tingkat kualifikasi cukup) dengan siklus II (tingkat kualifikasi baik).
Dari data tersebut, maka nilai hasil belajar siswa pada pra tindakan dapat
dikatakan masih berada di bawah nilai standar minimum yaitu di bawah 60.
Peningkatan nilai di atas standar minimum yang ditetapkan, yaitu setelah
dilakukan tindakan pembelajaran berwawancara dengan narasumber untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengaan pendekatan pragmatik pada
siklus I dan II.
43

Tabel 11Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Lisan Siswa pada


Siklus I dan Siklus II

No Pelaksanaan Jumlah Rata-rata Peningkatan


Tindakan nilai (%)

1 Siklus I 1230 50 50 % -

2 Siklus II 1730 75 75% 25%

Pada tabel 11 dapat terbaca bahwa perbandingan peningkatan nilai siklus I


dan siklus II, yaitu 50% menjadi 75%. Ini berarti adanya peningkatan hasil belajar
berbicara siswa sebesar 25%.
44

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada keterampilan berbicara,
siswa akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik dititikberatkan
pada keaktifan siswa terutama keterampilan berbicara dengan memberikan
kesempatan dan latihan sebanyak mungkin untuk berbicara dan
mengungkapkan pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia.

5.2.Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada akhir penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Siswa
Hendaknya siswa mengembangkan potensi yang dimiliki melalui
pengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dengan cara membiasakan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.Guru
Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan dan demi
pengembangan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan di kelas pada
khususnya.
3.Sekolah
Sekolah hendaknya menjadi fasilitator yang selalu memperhatikan
keperluanyang mendukungterjadinyainteraksipendidikan,baik di sekolah maupun
di kelas. Sekolah juga harus dapat menciptakan suasana lingkungan belajar yang
kondusif dengan warga sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya.

44
45

DAFTAR PUSTAKA

Agus Gerrad Senduk. 2005. Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam


Pengajaran Bahasa Indonesia(studi deskriptif kualitatif tentang
Implementasi Inovasi Pragmatik). http// www.yahoo.com

Arikunto,Suharsimi.1998. ProsedurPenelitianSuatu PendekatanPraktis.Jakarta:


Rineka Cipta

Bambang Kaswanti Purwo. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa:


MenyibakKurikulum 1984. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat SatuanPendidikanJenjangPendidikanDasardan Menengah.
Jakarta: BSNP

Brown,Gillian,danGeorgeYule.1985.DiscourseAnalysis.Cambridge: Cambridge
University Press

Brown, Douglas H. 1984), Principles of Language Teaching and Learning.


NewJersey: Prentice-Hall

Depdiknas.2004.Kurikulum2004:StandarKompetensiSekolah Dasar.Jakarta:
Dirjen Kelembagaan Agama Islam

Chaedar Alwasilah, Furqanul Azies. 2000. Pengajaran Bahasa


Komunikatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Djogo Tarigan. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa

Crystal, David, 1989. The Cambridge of Encyclopedia of Language. Cambridge:


Cambridge University Press

Dwi Saksono. 2001. Pragmatik. Malang: Jurusan Seni & Desain


46

Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar


Unsur.Bandung: PT Eresco

IKAPI. 2007. Aku cinta Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan


SastraIndonesia. Solo: PT Tiga Serangkai

Johnson.1983. CommunicativeSyllabus Design and Methodology.Oxford:


Pergamon Press Ltd,

Kanisius. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta

Kridalaksana. 1996. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah

Kunjawa Rahardi. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa


Indosesia.Jakarta: Erlangga

Larsen-Freemandan Diane. 1986. Techniquesand Principlesin


LanguageTeaching. Oxford: Oxford University Press

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press

Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: LongmanLouise

Marmo Sumarmo. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta: Makala


pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya ,1 dan
2September 1987

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


RemajaRosdakarya

Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Dep P & K

Nunan,David.1989.DesigningTasksfor the
CommunicativeClassroom.Cambridge: Cambridge University Press

Nuril Huda. Metode Audiolingual vs. Metode Komunikatif : Suatu


Perbandingan.Jakarta: Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga
Bahasa Atma Jaya,1 dan 2 September 1987
47

Stalnaker, James C. 1987. Communicative Competence, Language


Proficiency and Beyond. Oxford: Oxford University Press

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa.Bandung: Angkasa

Tarigan,Henry Guntur.(1986).PengajaranPragmatik.Bandung:PenerbitAngkasa.
48

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I

Nama Sekolah :SD Negeri 200219 Sitamiang P.Sidimpuan


Mata Pelajaran : BahasaIndonesia
Kelas / Semester : VI / I
Waktu :3X35 menit (1 X pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Mengungkapkanpikiran,pendapat,perasaan,faktasecaralisandenga
n menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan,
wawancara.

B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani,
pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa

C. Indikator
1.Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2.Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan
narasumber dan urutan yang tepat
3.Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4.Menggunakanpilihankatayang tepatdan santunberbahasadalam
wawancara
5.Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
49

D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya

E. Skenario Pembelajaran
Pengorganisasian
KEGIATAN
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan 3 menit Klasikal
mengucapkansalam,doa,danmemeriksakehadirans
iswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media
dan sumber belajar.
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara 5 menit Klasikal
menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab,
misalnya:
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?

2) Orang yang melakukan wawancara


disebut…...
c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan 2 menit Klasikal
dicapai, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan,
dan manfaat memiliki kemampuan berwawancara
dengan narasumber.

2. Kegiatan Inti Waktu Siswa


a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai 10 menit Klasikal
langkah-langkah melakukan wawancara.

1) Cara menyusun pertanyaan

2) Cara menggunakan bahasa yang baik


dan benar dalam berwawancara
b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing- 2 menit Kelompok
50

masing terdiri dari 7 siswa.


c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok
wawancara dan contoh teks melakukan
wawancara.
d. Siswa diminta untuk mencermati contoh- 2 menit Kelompok
contoh teks yang telah ada.
e. Guru memberikankesempatankepadasiswa 5 menit Perseora-
untuk bertanya.
ngan
f. Siswa ditugaskan untuk melakukan 10 menit Kelompok
wawancara. Sebelum wawancara siswa membuat
persiapan dengan menentukan narasumbernya,
menetapkan waktu, serta menyusun daftar
pertanyaan berdasarkan topik yang ditentukan
oleh guru.
g. Siswa melakukan wawancara dengan 20 menit Kelompok
narasumber.
h. Setelah wawancara dengan narasumber, 15 menit Kelompok
masing- masing kelompok malaporkan hasil
wawancara di depan kelas
i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk 10 menit Perseora-
tertulis.
ngan
3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa
a. Guru meminta kelompok siswa 3 menit Klasikal
mengumpulkan hasil lembar kerja untuk dinilai
dan dipajang.
b.Refleksiuntukmengungkapapayang telah 5 menit Klasikal
dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran
perbaikan untuk mengukuhkan upaya atau kerja
keras yang sudah dilakukan siswa.
c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral 3 menit Klasikal
51

dan salam.

F. Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
3.Demonstrasi
4.Diskusi
5.Pemberian Tugas
6.Wawancara

G. Media
1.Teks wawancara
2.Perekam suara

H. Sumber Belajar
1.KTSP 2006
2.Karsidi,2008,InilahBahasaIndonesiakuuntukKelasVISD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3.Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa
Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4.Narasumber

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
52

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II

Nama Sekolah : SD Negeri 200219 Sitamiang P.Sidimpuan


Mata Pelajaran : BahasaIndonesia
Kelas / Semester : VI / I
Waktu :3X35 menit (1 X pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Mengungkapkanpikiran,pendapat,perasaan,faktasecaralisandenga
n menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan,
wawancara.

B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani,
pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan
pilihanan kata dan santun berbahasa.

C. Indikator
1.Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2.Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan
narasumber dan urutan yang tepat
3.Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4.Menggunakanpilihankatayang tepatdan santunberbahasadalam
wawancara
5.Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
53

D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya

E. Skenario Pembelajaran

Pengorganisasian
KEGIATAN

Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan 3 menit Klasikal
mengucapkan salam, doa, dan memeriksa
kehadiran siswa untuk siap belajar, serta
menyiapkan media dan sumber belajar.
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara 5 menit Klasikal
menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab,
misalnya
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?

2) Orang yang melakukan


wawancara disebut…...
c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan 2 menit Klasikal
dicapai, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan,
dan manfaat memiliki kemampuan berwawancara
dengan narasumber.

2. Kegiatan Inti Waktu Siswa


a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai 10 menit Klasikal
langakah-langkah melakukan wawancara
1) Cara menyusun pertanyaan
2) Cara menggunakan bahasa yang baik dan
benar dalam berwawancara
b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing- 2 menit Kelompok
masing terdiri dari 7 siswa.
c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok
54

wawancara dan contoh teks melakukan


wawancara
d. Siswa diminta untuk mencermati contoh- 2 menit Kelompok
contoh teks yang telah ada
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 5 menit Perseora-
untuk bertanya
ngan
f. Siswa ditugaskan untuk melakukan 10 menit Kelompok
wawancara. Sebelum wawancara siswa membuat
persiapan dengan menentukan narasumbernya,
menetapkan waktu, serta menyusun daftar
pertanyaan berdasarkan topik yang ditentukan oleh
guru.
g. Siswa melakukan wawancara dengan 20 menit Kelompok
narasumber.
h. Setelah wawancara dengan narasumber, 15 menit Kelompok
masing- masing kelompok malaporkan hasil
wawancara di depan kelas
i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis 10 menit Perseorangan
3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa
a. Guru meminta kelompok siswa 3 menit Klasikal
mengumpulkan hasil lembar kerja untuk dinilai
dan dipajang.
b.Refleksiuntukmengungkapapayangtelah 5 menit Klasikal
dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan
untuk mengukuhkan upaya atau kerja keras yang
sudah dilakukan siswa.
c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral 3 menit Klasikal
dan salam
55

F. Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
3.Demonstrasi
4.Diskusi
5.Pemberian tugas
6.Wawancara
7.PAKEM
8.Pendekatan pragmatik

G. Media
1.Teks wawancara
2.Perekam suara

H. Sumber Belajar
1.KTSP 2006
2.Karsidi,2008,InilahBahasaIndonesiakuuntukKelasVISD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3.Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa
Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4.Narasumber

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
56

Lampiran 3
Nilai Tes Pra Tindakan
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 70 70%
2 Akbar Safaruddin 60 60%
3 Ayu Yah Zidah 40 40%
4 Bunga Asiah Rambe 40 40%
5 Cindi Afrilia Lubis 80 80%
6 Fitrah Aminah Harahap 65 65%
7 Hanypah Rahmadani 40 40%
8 Juliani Ritonga 60 60%
9 Lisa Andriani Siregar 78 78%
10 Mizwardi Lubis 70 70%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 38 38%
12 Muhammad Rizki 34 34%
13 Naila Azzahra 40 40%
14 Nopika Yulianti 65 65%
15 Raditya Reza Anugrah 60 60%
16 Rafli Zul Azhari 60 60%
17 Rahma Susanti 72 72%
18 Rifal Fauzi Harahap 77 77%
19 Safrida Yanti 60 60%
20 Siti Fatimah 40 40%
21 Siti Halimah Siregar 70 70%
JUMLAH 1219
RATA-RATA 58,05
PRESENTASE 58,05%

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
57

Lampiran 4
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa Pada Siklus I
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 80 80%
2 Akbar Safaruddin 70 70%
3 Ayu Yah Zidah 50 50%
4 Bunga Asiah Rambe 50 50%
5 Cindi Afrilia Lubis 80 80%
6 Fitrah Aminah Harahap 75 75%
7 Hanypah Rahmadani 60 60%
8 Juliani Ritonga 70 70%
9 Lisa Andriani Siregar 85 85%
10 Mizwardi Lubis 80 80%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 58 58%
12 Muhammad Rizki 54 54%
13 Naila Azzahra 50 50%
14 Nopika Yulianti 75 75%
15 Raditya Reza Anugrah 80 80%
16 Rafli Zul Azhari 75 75%
17 Rahma Susanti 85 85%
18 Rifal Fauzi Harahap 85 85%
19 Safrida Yanti 70 70%
20 Siti Fatimah 50 50%
21 Siti Halimah Siregar 80 80%
JUMLAH 1462
RATA-RATA 69,62
PRESENTASE 69,62%

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
58

Lampiran 5
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus II
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 90 90%
2 Akbar Safaruddin 85 85%
3 Ayu Yah Zidah 75 75%
4 Bunga Asiah Rambe 80 80%
5 Cindi Afrilia Lubis 85 85%
6 Fitrah Aminah Harahap 85 85%
7 Hanypah Rahmadani 70 70%
8 Juliani Ritonga 75 75%
9 Lisa Andriani Siregar 85 85%
10 Mizwardi Lubis 90 90%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 70 70%
12 Muhammad Rizki 62 62%
13 Naila Azzahra 60 60%
14 Nopika Yulianti 90 90%
15 Raditya Reza Anugrah 90 90%
16 Rafli Zul Azhari 84 84%
17 Rahma Susanti 90 90%
18 Rifal Fauzi Harahap 95 95%
19 Safrida Yanti 85 85%
20 Siti Fatimah 80 80%
21 Siti Halimah Siregar 85 85%
JUMLAH 1711
RATA-RATA 81,48
PRESENTASE 81,48%

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
59

Lampiran 6
Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan Siklus Pra
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

N NAMA SISWA/I Siklus PRESE Siklus PRESE


O I NTASE II NTASE
1 Agus Perdiansyah 10 66,6% 13 86,6%
2 Akbar Safaruddin 6 40% 13 86,6%
3 Ayu Yah Zidah 6 40% 13 86,6%
4 Bunga Asiah Rambe 5 33,3% 9 60%
5 Cindi Afrilia Lubis 10 66,6% 10 66,6%
6 Fitrah Aminah Harahap 5 33,3% 10 66,6%
7 Hanypah Rahmadani 5 33,3% 11 73,7%
8 Juliani Ritonga 10 66,6% 14 93,3%
9 Lisa Andriani Siregar 10 66,6% 13 86,6%
10 Mizwardi Lubis 7 46,6% 10 66,6%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 5 33,3% 10 66,6%
12 Muhammad Rizki 5 33,3% 12 89%
13 Naila Azzahra 7 46,6% 9 60%
14 Nopika Yulianti 7 46,6% 10 66,6%
15 Raditya Reza Anugrah 10 66,6% 14 93,3%
16 Rafli Zul Azhari 9 60% 12 80%
17 Rahma Susanti 6 40% 13 86,6%
18 Rifal Fauzi Harahap 6 40% 12 80%
19 Safrida Yanti 9 60% 11 73,7%
20 Siti Fatimah 7 46,6% 11 73,7%
21 Siti Halimah Siregar 5 33,3% 9 60%

Keterangan= Jumlahsiswa keseluruhan 21 siswa

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
60

Lampiran 7
Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa
pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

NO NAMA SISWA/I Pratindakan Siklus I Siklus II


1 Agus Perdiansyah 70 80 90
2 Akbar Safaruddin 60 70 85
3 Ayu Yah Zidah 40 50 75
4 Bunga Asiah Rambe 40 50 80
5 Cindi Afrilia Lubis 80 80 85
6 Fitrah Aminah Harahap 65 75 85
7 Hanypah Rahmadani 40 60 70
8 Juliani Ritonga 60 70 75
9 Lisa Andriani Siregar 78 85 85
10 Mizwardi Lubis 70 80 90
11 Mhd. Al’Alif Irawan 38 58 70
12 Muhammad Rizki 34 54 60
13 Naila Azzahra 40 50 60
14 Nopika Yulianti 65 75 90
15 Raditya Reza Anugrah 60 80 90
16 Rafli Zul Azhari 60 75 84
17 Rahma Susanti 72 85 90
18 Rifal Fauzi Harahap 77 85 95
19 Safrida Yanti 60 70 85
20 Siti Fatimah 40 50 80
21 Siti Halimah Siregar 70 80 85
JUMLAH 1219 1462 1711
RATA-RATA 58,05 69,62 81,48
PRESENTASE 58,05% 69,62% 81,48%

Observer, Peneliti,

MASRIANI, S.Pd MASTUR, SE


NIP: 19860124 201101 2 010 NIP: 19610817 198304 2 001
61

Anda mungkin juga menyukai

  • IPS Think Pair Share
    IPS Think Pair Share
    Dokumen62 halaman
    IPS Think Pair Share
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Dokumen9 halaman
    Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Kamal Kamal
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Seminar
    Daftar Hadir Seminar
    Dokumen2 halaman
    Daftar Hadir Seminar
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Matematika Metode Balikan Kls VI
    Matematika Metode Balikan Kls VI
    Dokumen64 halaman
    Matematika Metode Balikan Kls VI
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen165 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • PTK Olahraga3
    PTK Olahraga3
    Dokumen68 halaman
    PTK Olahraga3
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen31 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen52 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Dokumen43 halaman
    Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen64 halaman
    Bab I1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen51 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen81 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK1
    ABSTRAK1
    Dokumen4 halaman
    ABSTRAK1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen7 halaman
    ABSTRAK
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • PTK Penjas Kelas IV
    PTK Penjas Kelas IV
    Dokumen56 halaman
    PTK Penjas Kelas IV
    Indah Lestari
    100% (2)
  • IPS Alat Peraga Kls V
    IPS Alat Peraga Kls V
    Dokumen50 halaman
    IPS Alat Peraga Kls V
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • PTK IPA HJ - Syamsiah
    PTK IPA HJ - Syamsiah
    Dokumen104 halaman
    PTK IPA HJ - Syamsiah
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen4 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bude Sri Baru
    Bude Sri Baru
    Dokumen34 halaman
    Bude Sri Baru
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • IPA Demonstrasi Kls VI
    IPA Demonstrasi Kls VI
    Dokumen48 halaman
    IPA Demonstrasi Kls VI
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen47 halaman
    Bab I1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat