BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didikuntuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. (Depdiknas,
2004)
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya
dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan
berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu,
keterampilanberbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang kritis karenamerekamemilikikemampuanuntukmengekspresikangagasan,
pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan,
keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi
dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia
sedangberbicara.(Depdiknas, 2004)
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa
Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak
berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih
menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan
1
2
1.5. Hipotesis
Jika pendekatan pragmatik diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, maka dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di SD
Negeri 200219 Sitamiang Padangsidimpuan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional. (Depdiknas, 2004)
Adapun tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannyadengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budipekerti,sertameningkatkanpengetahuandan kemampuan
berbahasa;
6. MenghargaidanmembanggakansastraIndonesiasebagaikhazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia. (Depdiknas, 2004)
Secara garis besar tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar
anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak
mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik
menggunakan bahasa Indonesia.
7
2.2.Hakikat Berbicara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berbicara adalah
berkata; bercakap; berbahasa; atau melahirkan pendapat (dengan perkataan,
tulisan, dsb), atau berunding.(Kridalaksana, 1996)
8
pengajaranbahasaIndonesiayangsecaraeksplisitdinyatakandalamkurikulum.
Menurut Brown dan Yule yang kemudian dikutip oleh Nunan menyatakan,
“keterampilan berbicara tidak dapat diperoleh secara begitu saja melainkan harus
dipelajari dan dilatih”. (Nunan David, 1989)
2.3.Pengertian Pragmatik
DidalamkamusbesarbahasaIndonesiaterdapatkatapragmatik, pragmatis, dan
pragmatisme. Kata pragmatik di dalam kamus itu diberi makna sebagai berikut:
1. Syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam
komunikasi,
2. Susunan pemerintahan, dan
3. Berfaedah untuk umum, memberikan hasil yang berguna untuk menambah
pengerahuan dan berdasarkan kenyataan. (Depdikbud, 1988)
Menurut Charles Morris, istilah pragmatik yang kita gunakan dalam
kaitannya dengan pengajaran bahasa berasal dari pembagian bahasa terdiri
dari tiga macam, yaitu:
1. Syntactics atau sintaksis, adalah kajian tentang hubungan antara unsur-
unsur bahasa,
2. Semantics atau semantic, yakni kajian tentang hubungan unsur-unsur
bahasa dengan maknanya, dan
3. Pragmatics atau pragmatik, yakni kajian hubungan unsur-unsur bahasa
dengan pemakai bahasa. (Nababan, 1987)
Menurut Suyono (1990) yang berdasarkan pendapat dari Levinson
menyatakan, “pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa
untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-
kalimatitu”.
Dalam kehidupan sehari-sehari sering kita menggunakan istilah yang
fragmentaris, “Engkau hendak pergi kemana?”, “Ke pasar”. Kalimat yang
fragmentaris ini biasanya hanya dipakai dalam konteks percakapan oleh
karenabaikpembicaramaupunpendengartelahmengetahuiapayang dimaksud. Oleh
karena kita memakai dasar konteks (bagaimana kalimat ini digunakan), maka kita
berhubungan dengan bidang kajian pragmatik.
10
Kegiatan berbahasa secara aktual adanya sangat kompleks. Pada saat kita
menggunakan bahasa itu banyak faktor yang harus diperhatikan agar wujud
bahasa yang dihasilkan bisa diterima oleh orang lain dan dapat menyampaikan
pesansecaraefisiendanefektif.Kegiatanberbahasadalamperistiwa komunikatif
menurut pandangan pragmatik wajib menerapkan secara komprehensif prinsip
pemakaian bahasa sebagai berikut:
1. Penggunaan bahasa memperhatikan aneka aspek situasi ujaran;
2. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip sopan-santun;
3. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama;
4. Penggunaan bahasa memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
(Levinson, 1987)
Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau
ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor
tindak komunikatif itu antara lain adalah: siapa berbicara dengan siapa, untuk
tujuan apa, dalam peristiwa apa, jalur yang mana (lisan atau tulisan), dan
dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, atau upacara).
Suyono (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan
memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan
mempertimbangkankonteksnya,yaknipenggunaannyapadaperistiwakomunikasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakikatnya
mengarah kepada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor dalam tindak
komunikatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan bahasa secara
tepat.
2. Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting
dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu teori
yang sifatnya inferensial, suatu teori tentang bagaimana orang menggunakan
bahasa, keterkaitan makna suatu tuturan yang tidak terungkapkan secara literal
pada tuturan itu. Brown menjelaskan, “Implicature means what a speaker can
imply, suggest, or mean, as distinct from what the speaker literally says”.
Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan,disarankan,atau
dimaksudkanolehpenutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya.
(Brown, 1984)
3. Praanggapan
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan
dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna yang
tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah
yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang dututurkan dapat dinilai tidak
relevan atau salah bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan
juga karena praanggapannya yang salah. Stalnaker (1987) menyatakan,
“presuppositionsare what is taken byspeaker to be the common ground of the
participants in a conversation”
Praanggapan adalah apa yang digunakan oleh pembicara sebagai
dasar utama bagi lawan bicara dalam percakapan.
4. Tindak Ujaran
Menurut Austin (1987) mengucapkansesuatu adalah melakukan
sesuatu. Austin secara khusus mengemukakan bahwa tuturan-tuturan kita tidak
12
5. Struktur Wacana
Struktur wacana atau struktur percakapan menurut Soemarmo (1987)
mencakup “soal ganti giliran, penggunaan kalimat yang tidak lengkap, kata
penyela, dan sebagainya.”Dengan melakukan analisis terhadap
strukturpercakapan, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentangmakna ujaran-ujaran dalam percakapan melalui maksim-maksim
(Levinson, 1983)
1. Tujuan Pengajaran
Menurut Richards dan Rodgers sebagaimana dikutip oleh Nuril Huda
(1987) mengemukakan adanya lima tingkatan tujuan dalam pendekatan
komunikatif. Kelima tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkat integratif dan isi. Tingkat ini mempersoalkan hakikat bahasa sebagai
sarana eskpresi.
b. Tingkat kebahasaan dan tingkat instrumental. Tingkat ini berkaitan
dengan bahasa sebagai sistem semiotik dan objek belajar.
c. Tingkat afektif hubungan antarpersonaldan perilaku. Tingkat ini berkaitan
dengan bahasa sebagai sarana mengekspresikan nilai dan pertimbangan
mengenai diri seseorang lainnya.
d. Tingkat kebutuhan-kebutuhan belajar individual yang berkaitan dengan
belajar remedial berdasarkan analisis kesalahan.
e. Tingkat tujuan ekstrakebahasaan pendidikan umum yang berkenaan
dengan belajar bahasa di dalam kurikulum sekolah. (Tarigan, 1989)
2. Silabus
Silabus nasional yang mengkhususkan kategori-kategori semantik-
gramatikal dan kategori-kategori fungsi komunikatif yang mengekspresikan
kebutuhan siswa, merupakan salah satu model silabus yang diusulkandalam
pendekatankomunikatif.Silabusnasionalini kemudian oleh Council of Europe
diperluas dan dikembangkanlagi dengan memasukkan ke dalam silabus
tersebut: deskripsi tujuan pengajaranbahasa, situasi di mana secara khusus
bahasa itu dapatdigunakan, topik, fungsi, makna, dan kosa kata dan tata bahasa.
(Richard dkk, 1989)
14
4.Peranan Siswa
Peranan siswa dalam pendekatan komunikatif dilukiskan oleh Breen dan
Candlin sebagai negosiator antara diri pribadi, proses belajar, dan objek
belajar. Artinya, apa yang dikontribusikannya harus sama dengan apa yang
diperolehnya dan ia belajar dalam ketergantungannya pada siswa-siswa
lainnya.
Dalam kaitan dalam peranan siswa, Richards dan Rodgers (1986)
mengatakan,“The role of the learner as negotiator – between the self, the learning
process, and the object of learning - … The implication for the learner is that he
should contribute as much as he gains, and thereby learn in an interdependent
way”
5.Peranan Guru
Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (1986) ada dua peranan utama
guru dalam pengajaran berpendekatan komunikatif, yaitu:
a. Guru sebagai pemberi kemudahan proses komunikasi antara semua yang
terlibat di kelas, dan antara mereka yang terlibat dengan berbagai kegiatan
dan teks.
15
7. Prosedur Pengajaran
Dalam pendekatan komunikatif terdapat banyak variasi prosedur atau
langkah-langkah pengajarannya. Salah satunya dikemukakan oleh Finocchiaro dan
Brumfit sebagaimana dikutip oleh Tarigan (1989) langkah- langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi- fungsi
ungkapan dalam dialog itu serta situasi tempat dialog itu terjadi.
b. Latihan mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam dialog itu.Latihan
dapat diberikan secara perorangan, kelompok, atau klasikal.
c. Tanya jawab yang didasarkan pada topik dan situasi dialog.
d. Dilanjutkan dengan pertanyaan serupa yang berkaitan dengan pengalaman
pribadi siswa tetapi masih di sekitar tema dialog.
e. Membahas ungkapan komunikatif dalam dialog atau ungkapan serupa yang
mungkin muncul atau memiliki kesamaan makna, atau mendiskusikan
struktur kalimat.
f. Siswamenemukangeneralisasikaidah-kaidahyangmendasari ungkapan atau
struktur fungsi tersebut yang dapat mencakup:
1) Bentuk-bentuk lisan dan tertulisnya;
2) Posisi dalam ucapan;
16
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.3.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan
tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap
makna, yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan
motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam bukunya
Wahidmurni (2008) bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yaitu:
menggunakan latar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mementingkanproses
daripada hasil, induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan
penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Lebih
tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif
yang berorientasi pada pemecahan masalah, karena sesuai dengan aplikasi
tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam
upayameningkatkan mutu pembelajaran. (Suharsimi Arikunto, 1993)
17
18
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. (Margono, 2000)
Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam
kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai
alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
Dalampelaksanaannyadigunakanalat bantu sepertichecklist,skala penilaian atau
alat mekanik seperti kamera foto, dan lainnya. (Mardalis, 2006)
Penelitimengamatisecaralangsungperistiwadilapangansebagaipengamat
yang berperan serta secara lengkap untuk memperoleh suatu keyakinan tentang
keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi apa
saja yang dibutuhkan. Jadi peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Adapun
jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi aktivitas belajar siswa di
kelas. Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti
memperoleh gambaran suasana kelas dan dapat melihat secara langsung tingkah
laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Dedy Mulyana,
2011)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancaraterstruktur,
yaitu jenis wawancara yang pewawancaranyamenetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, karena peneliti mencari jawaban
terhadap hipotesis kerja. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan
rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel yang
representatif ditanyai dengan pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali.
Semua aspek dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab
pertanyaan yangdiajukan.(Lexy J. Maleong, 2005)
Format wawancara atau protokol wawancara yang digunakan
berbentuk terbuka, pertanyaan-pertanyaansebelumnya disusun peneliti dan
didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian.
4. Metode Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi,
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yangberupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
dan sebagainya.
Pembuktian (Examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti
dokumenter, berupa dokumen arsip, jurnal, peta, catatan lapangan.Peneliti
menggunakan metode ini untuk mengetahui sejarah berdirinya VI di SD Negeri
200219 Sitamiang Padangsidimpuan., absensi kelas untuk mengetahui data
siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan
pragmatik, serta catatan lapangan dari hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di VI di SD Negeri 200219 Sitamiang
Padangsidimpuan.kelas VI semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Dalam bab
ini akan dipaparkan data hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan
berbicara dengan pendekatan pragmatik di kelas VI , dengan materi pokok
menyampaikan pesan yang diperoleh dari narasumber. Hasil penelitian ini
disajikan berdasar pada siklus yang dimulai dari kegiatan pra tindakan , tindakan
siklus I (satu), dan dilanjutkan siklus II (dua).
1. Pra tindakan
Sebelumkegiatanini, peneliti melakukan persiapan seperti menganalisis
kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan
disampaikan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran yang
berupa contoh teks wawancara.
Tabel 1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
23
24
b. Kegiatan Inti
Siswa dibagi dalam tujuh kelompok, namun pembagian kelompok ini
belum berdasar pada kemampuan akademik yang dimiliki oleh siswa. Kelompok
dibentuk berdasar pada posisi tempat duduk yang berdekatan. Guru membagikan
teks wawancara, dan siswa diminta untuk memperhatikan contoh teks
wawancara. Kemudian siswa ditugaskan untuk menentukan narasumber dan
menyusun daftar pertanyaan dengan topik wawancara keamanan. Ada sebagian
siswa mengeluh karena tidak bisa menentukan narasumber serta menyusun daftar
pertanyaan, tetapi sebagian siswa ada yang dengan tenang mencoba menyusun
daftar pertanyaan sesuai yang dengan apa yang ditugaskan.meskipun
kalimatnya tidak terstruktur dengan baik, misalnya pertanyaan “Mulaikapan
bapak bekerja di sini?”, yang mana seharusnya adalah“KapanBapak mulai bekerja
di sini?”.
c. Kegiatan akhir
Setelah menyusun pertanyaan dan berakhirnya jam pelajaran, siswa
mengumpulkan tugas yang telah diberikan untuk dinilai oleh guru. Dalam
menilai keterampilan berbicara siswa, guru sering memberikan pertanyaan kepada
siswa, tetapi kebanyakan siswa hanya diam. Hanya ada siswa yang bernama
Putri. Yang sering menjawab pertanyaan guru. Ada juga siswa yang menjawab,
namun bahasa yang digunakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Setelah pembelajaran, guru sekaligus peneliti bersama kolaborator wali
kelas mengadakan refleksi untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang
terjadi selama pembelajaran. Dan ditemukan kendala yang terjadi adalah siswa
hanya diam bila guru memberikan pertanyaan. Hal tersebut diakibatkan karena
siswa tidak lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dan juga siswa kurang menguasai kosa kata bahasa Indonesia. Dari
kekurangan - kekurangan yang ada tersebut juga dapat ditarik kesimpulan, bahwa
jika siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia, tuturan atau ujarannya tidak
sesuai dengan konteks dan situasi pembicaraan.
25
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus pelaksana tindakan
berkolaborasi dengan wali kelas untuk merencanakan hal-hal yang perlu
dipersiapkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain yaitu rencana perbaikan
pembelajaran, lembar evaluasi, dan lembar observasi.
26
2) Lembar evaluasi
Sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada siklus I terhadap peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan berdasar pada tujuan / indikator
pembelajaran.
3) Lembar observasi
Sebagaialatukur keberhasilansiswadalamprosesbelajar mengajar yang
didasarkan pada keaktifan siswa dengan mengacu pada instrument penilaian
27
1) Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam, guru melakukan presensi terhadap
siswadikelas, guru mengajukan pertanyaana presepsi yaitu“Pernahkah kalian
bercakap-cakap atau bertanya jawab dengan siswa yang memiliki pekerjaan
khusus?”. Dengan serempak siswa menjawab “ Pernah, Pak!”, namun ada juga
siswa yang menjawab “Tidak pernah, Pak’. “Nah, kalau sudah pernah apa yang
kamu dapat dari pertanyaan itu?”. Siswa yang bernama Putri mengangkat
tangannya, dan menjawab, ”Kita dapat keterangan atau penjelasan dari orang
yang kita tanyakan”. Guru memberikan penguatan dengan memberikan ungkapan
pujian “Bagus Nak”. “Apakah ada jawaban yang lain?”, namun semua siswa
hanya diam, tidak ada yang berani menjawab. Guru menjelaskan jawaban dari
pertanyaan yang disampaikan oleh siswa yang bernama Putri, kemudian guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dalam pertemuan hari ini, yaitu kemampuan berwawancara
dengan narasumber.
2) Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Masing-masing kelompok
anggotanyaterdiri dari siswa-siswayang memilikikemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Kemudian guru menjelaskan tentang bagaimana cara menggunakan
bahasa yang sopan dan santun apabila berbicara dengan siswa lain. Kalau
berbicara dengan siswa lain harus mengetahui siapa orangnya, umurnya berapa,
lebih tua atau lebih muda, tujuan pembicaraanya apa, dimana, dan dalam
peristiwa yang bagaimana. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada
28
siswauntuk bertanya, dan ternyata ada dua siswa yang mengajukan pertanyaan,
yaitu siswa yang bernama Siti, dan Rahma. Selanjutnya guru memberikan
pertanyaan tentang materi yang baru saja dijelaskan. Alhamdulillah, akhirnya
ada juga respon jawaban dari siswa. Dan memang itulah yang diharapkan.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah melakukan wawancara,
yaitu cara menyusun pertanyaan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, serta sopan dan santun dalam melakukan wawancara. Guru menjelaskan
juga bagaimana berbicara sesui dengan konteks (siapa, di mana, tujuan
pembicaraan), serta memberikan penjelasan tentang penggunaan bahasa dalam
situasi yang formal dan non formal. Guru membagikan contoh teks wawancara.
Siswa ditugaskan untuk memperhatikan dan mencermati contoh teks yang ada di
kelompoknya masing-masing.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa
berdiskusi dalam kelompok untuk membuat persiapan melakukan wawancara
dengan menentukan siapa narasumbernya, waktu dan tempat, serta menyusun
daftar pertanyaan.
3) Kegiatan akhir
Selain melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas secara lisan,
siswa juga diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan secara tertulis (post
test) pada akhir pelajaran. Setelah post test dilakukan, guru dan siswa bersama-
sama melakukan refleksi dari materi yang telah dipelajari untuk mengetahui
kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan dalam upaya memberikan motivasi
bekerja keras menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri pelajaran dan kemudian siswa
membalasnya.
c.Observasi
Pada tahap ini wali kelas sekaligus kolaborator mengamati serta
menilai aktifitas siswa selama proses belajar mengajar yang berdasar pada
lembar penilaian yang telah dipersiapkan, yaitu lembar penilaian terhadap aktifitas
dan interaksi siswa selama proses belajar mengajar.
29
kelas. Dan hasil yang diperoleh melalui pengamatan tersebut dapat dilihat pada
lampiran serta perlu peningkatan pada tindakan pembelajaran berikutnya.
a. Hasil wawancara
Selama berlangsungnya proses pembelajaran berwawancara dengan
narasumber, guru mengadakan wawancara / tanya jawab dengan siswa tentang
persiapan atau langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan
wawancara.
c. Hasil tes
Hasil tes adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
setelahmengikutiprosespembelajaran.Evaluasiuntukmengetahuikeberhasilanpemb
elajaranmelaluiteslisandan tertulis sebagai alat untuk mendapatkan data tersebut
dan hasilnya dapat dilihat lampiran 4 untuk tes tertulis, dan lampiran 5 untuk
tes lisan. Berikut ini daftar tabel distribusi hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus
I.
31
Sesuai tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa
pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklus I sudah
mengalami peningkatan. Dikatakan meningkat sebab dengan melihat
perbandingan hasil rata-rata tes pra tindakan (lihat lampiran 3) adalah 58,05
dengan daya serap sebesar 58,05% dengan hasil rata-rata tes pada siklus I
menjadi 69,62% (lihat lampiran 4). Jelaslah bahwa ada peningkatan hasil
siswa sebesar 11,57% pada materi pokok berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya dengan pendekatan pragmatik.
Tabel 5Distribusi Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siklus I
d.Refleksi
Setelah melalui tahap-tahap di atas maka tahap ini adalah guru sekaligus
peneliti bersama dengan wali kelas sebagai mitra kolaborasi merefleksi kegiatan
yang telah berlangsung yang berfokus pada penilaian hasil belajar siswa, dan
penilaian proses kegiatan belajar siswa.
Proses aktifitas siswa dalam pembelajaran mencapai nilai rata- rata 50%.
Berdasarkan ketuntasan belajar 60% maka disimpulkan proses aktifitas belajar
siswa masih kurang.
Dari hasil refleksi di atas, maka perlu adanya tindak lanjut yang dilakukan
untuk meningkatkan proses pembelajaran yaitu aktifitas siswa selama berlangsung
pembelajaran. Adapun hal-hal yang perludisempurnakan oleh guru yaitu
pemberian motivasi atau penguatan serta bimbingan khusus dan perhatian lebih
kepada siswa-siswa yang terlambat dalam belajar. Selain itu direncanakan
juga narasumber yang akan diwawancarai oleh siswa sebagai media
pembelajaran. Bersamaan dengan adanya perubahan atau perbaikan dari
berbagai cara dalam pembelajaran berwawancara dengan narasumber maka
diharapkan pada siklus II terjadi peningkatan pada proses pembelajaran dan
hasil belajar yang lebih baik. Kekurangan yang dialami selama proses
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada siklus
I dapat diperbaiki pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan tindakan pada siklus II berdasarkan pada refleksi siklus I.
Dalam perencanaan tindakan siklus II ini peneliti dan kolaborator menghubungi
narasumber sebagai media pembelajaran siklus II
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II adalah berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Sedangkan materi yang dibahas dalam pembelajaran siklus II masih tetap
sama seperti pada siklus I, yaitu tentang profesi atau pekerjaan. Narasumber
yang akan diwawancarai pada pembelajaran siklus II ini tidaklah sama (berbeda
orangnya) dengan narasumber yang diwawancarai pada pembelajaran siklusI.
Adapun tindakan pembelajaran siklus II terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
34
1) Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru
dengan bersemangat. Guru mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi tentang
materi pelajaran yang akan dilakukan.
2) Kegiatan Inti
Guru memintasiswa bergabungdalam kelompokbelajarnya masing-
masing. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok belajarnya dan
menyiapkan dan memilih naramber yang akan diwawancarai. Guru memberikan
penjelasan mengenai langkah- langkah dan cara-cara melakukan wawancara. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa
berdiskusi dalam kelompoknya untuk membuat daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada narasumber yang akan diwawancarai. Siswa melakukan
wawancara dengan narasumbernya masing-masing.
Selamaaktifitasbelajarsiswa,kolaborator,dan walikelas sekaligus pengamat
melakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang
telah dipersiapkan. Sedangkan peneliti yang sekaligus guru mengamati siswa dan
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru
memberikanmotivasikepadakelompok–kelompokyangsudahmenyusun daftar
pertanyaan agar termotivasi untuk menyempurnakan dan menambah daftar
pertanyaan.
Pada saat berlangsung kegiatan siswa melaporkan hasil wawancaranya,
guru bersama kolaborator menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan. Sementara itu siswa memperhatikan dan
mendengarkan laporan hasil wawancara teman kelompok lain, siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapinya. Ada tiga siswa memberikan tanggapan yang
berupa pertanyaan. Berikut uraian pertanyaan ketiga siswa tersebut:
a) Akbar kepada temannya yang narasumbernya adalah petani“pernahkah petani
yang kamu wawancarai mengalami kerugian?”
b) Hanypah bertanya kepada temannya yang mewancarai pedagang“di mana
tempat pedagang yang kamu wawancarai?”
35
3) Kegiatan Akhir
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru mengadakan post test untuk menilai
sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya
guru mengadakan refleksi untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dipelajari, mengetahui kesan–kesan siswa, dan saran-saran perbaikan untuk
mengukuhkan upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan guru. Selanjutnya
guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup yang kemudian
dijawab oleh semua siswa di dalam kelas.
c. Observasi
Sama halnya dengan tindakan pada siklus I, pada siklus II ini juga
diadakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pelaksanaan tindakan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang proses kegiatan
belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa dan kemampuan guru dalam
merumuskan dan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnyahasil yang
diperolehkemudian dianalisis oleh peneliti bersama kolaborator untuk
melakukan refleksi dan melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
keberhasilan tindakan pada siklus II ini.
Yang menjadi fokus penilaian proses aktivitas siswa tindakan siklus II ini
adalah akatifitas siswa selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian proses
belajar mengajar melalui observasi terhadap kegiatan belajar mengajar siklus I
dalam pembelajaran bahasa Indonesia denganmateri pokok berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya dapat dijelaskan pada tabel 6.
36
Sesuai tabel7 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa
pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklusII sudah
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Dikatakan
meningkat karena pada tindakan belajar siklus I dari 21 siswa yang
mencapai nilai di atas standar, meningkat menjadi 19 (90,47%) siswa. Sedangkan
yang mencapai nilai standar minimal berkurang menjadi 2 (9,53%) siswa. Ini
berarti siswa yang mencapai nilai di bawah standar minimum berkurang 5 siswa,
dengan daya serap rata-rata kelas dari 69,62% pada siklus I meningkat
menjadi 81,48% pada siklus II. Pada siklus II ada peningkatan lagi dari 7 siswa
yang mencapai nilai di bawah standa rminimum berkurang menjadi 2 siswa dan
siswa yang mencapai nilai standar berkurang 5 siswa. Sedangkan siswa yang
mencapai nilai di atas nilai standar minimum bertambah atau mengalami
peningkatan menjadi 19 siswa dengan daya serap rata-rata kelas dari 69,62%
pada siklus I menjadi 81,48% pada siklus II, maka jelaslah bahwa ada
peningkatan hasil evaluasi siswa pada siklus II sebesar 11,86% pada materi pokok
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan menggunakan
pendekatan pragmatik. Adapun distribusi keberhasilan siswa berdasarkan hasil
penilaian tes lisan dalam keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel 8.
38
d. Refleksi
Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini tindakan refleksi akan difokuskan
pada penilaian hasil belajar siswa dan penilaian proses kegiatan belajar siswa.
1) Penilaian hasil belajar siswa
Penilaian dilakukan untuk refleksi pada pembelajaran berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan pendekatan pragmatik siklus II ini akan disajikan perbandingan
hasil belajar pada pra tindakan, siklus I dan siklus II.
Hasil tes lisan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus II mengalami peningkatan dari
siklus I, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 50%.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 75% . Adapun
perolehan secara individu pada siklus II, dari 21 siswa yang hadir terdapat 19
siswa yang sudah mencapai nilai diatas standar minimum.
39
4.2.Pembahasan
1. Pendekatan Pragmatik dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Berdasarkan hasil temuan dari analisis tindakan dalam pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya sebagai sarana untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada siklus I merupakan analisis
40
dari evaluasi proses maupun hasil. Dan pada evaluasi hasil ada dua bentuk tes
yang dilakukan yaitu berbicara secara lisan dan tertulis. Adapun data hasil temuan
melalui pelaksanaan pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan, pikiran, yang berhubungan dengan pertanyaan – pertanyaan yang sesuai
dengan konteks dan situasi yang akan disampaikan kepada narasumber, kurang
adanya keberanian, dan kurangnya penguasaankosakata bahasa Indonesia yang
baku yang dimiliki oleh siswa.
Guru memberikan motivasi dengan memberikan kesempatan yang
banyak kepada siswa untuk melatih berbicara dalam kelompok untuk
mengungkapkan pendapat, saran, dan masukan yang berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaanyang disusun sesuai konteks dan situasi. Yangdimaksud
dengan sesuaisituasi dan konteks adalah siapa orang yang diajak berbicara,
di mana, kapan, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa. Guru
selalumembimbingdan mendampingisiswayang mengalami kesulitan dan
berkemampuan akademik rendah. Selain itu guru juga selalu bertanya kepada
siswa untuk memancing siswa agar berani berbicara. Sebenarnya siswa telah
banyak menguasai kosakata namun kosakata yang dimiliki dalam bahasa ibu.
Sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk
meningkatkanpenguasaan kosakata siswa adalah siswa diberikan kesempatan
mengungkapkan pendapat dan gagasan yang berhubungan dengan pembelajaran
dengan menggunakan bahasa ibu, yang kemudian diartikan bersama antara guru
dan siswa apa maksudnya dalam bahasa Indonesia. Dengan cara ini maka siswa
termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, saran, dan masukan.
Latar belakang kemampuan siswa berbeda-beda sehingga
mengakibatkankemampuan untuk memperoleh sejumlah pengetahuan juga
berbeda. Kemampuan siswa ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Hasil
penilaian menunjukkan keterampilan berbicara siswa masih banyak menggunakan
bahasa ibu / bahasadaerah, mengakibatkan siswa kurang lancar berbicara
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kurang dapat
menggunakan pilihan kata yang tepat. Kurangnya berbicara siswa
mengungkapkan pendapat / bertanya.
41
1 Siklus I 1230 50 50 % -
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada keterampilan berbicara,
siswa akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik dititikberatkan
pada keaktifan siswa terutama keterampilan berbicara dengan memberikan
kesempatan dan latihan sebanyak mungkin untuk berbicara dan
mengungkapkan pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia.
5.2.Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada akhir penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Siswa
Hendaknya siswa mengembangkan potensi yang dimiliki melalui
pengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dengan cara membiasakan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.Guru
Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan dan demi
pengembangan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan di kelas pada
khususnya.
3.Sekolah
Sekolah hendaknya menjadi fasilitator yang selalu memperhatikan
keperluanyang mendukungterjadinyainteraksipendidikan,baik di sekolah maupun
di kelas. Sekolah juga harus dapat menciptakan suasana lingkungan belajar yang
kondusif dengan warga sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Brown,Gillian,danGeorgeYule.1985.DiscourseAnalysis.Cambridge: Cambridge
University Press
Depdiknas.2004.Kurikulum2004:StandarKompetensiSekolah Dasar.Jakarta:
Dirjen Kelembagaan Agama Islam
Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Dep P & K
Nunan,David.1989.DesigningTasksfor the
CommunicativeClassroom.Cambridge: Cambridge University Press
Tarigan,Henry Guntur.(1986).PengajaranPragmatik.Bandung:PenerbitAngkasa.
48
Lampiran 1
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkanpikiran,pendapat,perasaan,faktasecaralisandenga
n menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan,
wawancara.
B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani,
pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa
C. Indikator
1.Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2.Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan
narasumber dan urutan yang tepat
3.Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4.Menggunakanpilihankatayang tepatdan santunberbahasadalam
wawancara
5.Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
49
D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
E. Skenario Pembelajaran
Pengorganisasian
KEGIATAN
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan 3 menit Klasikal
mengucapkansalam,doa,danmemeriksakehadirans
iswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media
dan sumber belajar.
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara 5 menit Klasikal
menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab,
misalnya:
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?
dan salam.
F. Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
3.Demonstrasi
4.Diskusi
5.Pemberian Tugas
6.Wawancara
G. Media
1.Teks wawancara
2.Perekam suara
H. Sumber Belajar
1.KTSP 2006
2.Karsidi,2008,InilahBahasaIndonesiakuuntukKelasVISD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3.Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa
Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4.Narasumber
Observer, Peneliti,
Lampiran 2
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkanpikiran,pendapat,perasaan,faktasecaralisandenga
n menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan,
wawancara.
B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani,
pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan
pilihanan kata dan santun berbahasa.
C. Indikator
1.Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2.Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan
narasumber dan urutan yang tepat
3.Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4.Menggunakanpilihankatayang tepatdan santunberbahasadalam
wawancara
5.Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
53
D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
E. Skenario Pembelajaran
Pengorganisasian
KEGIATAN
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan 3 menit Klasikal
mengucapkan salam, doa, dan memeriksa
kehadiran siswa untuk siap belajar, serta
menyiapkan media dan sumber belajar.
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara 5 menit Klasikal
menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab,
misalnya
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?
F. Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
3.Demonstrasi
4.Diskusi
5.Pemberian tugas
6.Wawancara
7.PAKEM
8.Pendekatan pragmatik
G. Media
1.Teks wawancara
2.Perekam suara
H. Sumber Belajar
1.KTSP 2006
2.Karsidi,2008,InilahBahasaIndonesiakuuntukKelasVISD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3.Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa
Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4.Narasumber
Observer, Peneliti,
Lampiran 3
Nilai Tes Pra Tindakan
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 70 70%
2 Akbar Safaruddin 60 60%
3 Ayu Yah Zidah 40 40%
4 Bunga Asiah Rambe 40 40%
5 Cindi Afrilia Lubis 80 80%
6 Fitrah Aminah Harahap 65 65%
7 Hanypah Rahmadani 40 40%
8 Juliani Ritonga 60 60%
9 Lisa Andriani Siregar 78 78%
10 Mizwardi Lubis 70 70%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 38 38%
12 Muhammad Rizki 34 34%
13 Naila Azzahra 40 40%
14 Nopika Yulianti 65 65%
15 Raditya Reza Anugrah 60 60%
16 Rafli Zul Azhari 60 60%
17 Rahma Susanti 72 72%
18 Rifal Fauzi Harahap 77 77%
19 Safrida Yanti 60 60%
20 Siti Fatimah 40 40%
21 Siti Halimah Siregar 70 70%
JUMLAH 1219
RATA-RATA 58,05
PRESENTASE 58,05%
Observer, Peneliti,
Lampiran 4
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa Pada Siklus I
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 80 80%
2 Akbar Safaruddin 70 70%
3 Ayu Yah Zidah 50 50%
4 Bunga Asiah Rambe 50 50%
5 Cindi Afrilia Lubis 80 80%
6 Fitrah Aminah Harahap 75 75%
7 Hanypah Rahmadani 60 60%
8 Juliani Ritonga 70 70%
9 Lisa Andriani Siregar 85 85%
10 Mizwardi Lubis 80 80%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 58 58%
12 Muhammad Rizki 54 54%
13 Naila Azzahra 50 50%
14 Nopika Yulianti 75 75%
15 Raditya Reza Anugrah 80 80%
16 Rafli Zul Azhari 75 75%
17 Rahma Susanti 85 85%
18 Rifal Fauzi Harahap 85 85%
19 Safrida Yanti 70 70%
20 Siti Fatimah 50 50%
21 Siti Halimah Siregar 80 80%
JUMLAH 1462
RATA-RATA 69,62
PRESENTASE 69,62%
Observer, Peneliti,
Lampiran 5
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus II
NO NAMA SISWA/I NILAI PRESENTASE
1 Agus Perdiansyah 90 90%
2 Akbar Safaruddin 85 85%
3 Ayu Yah Zidah 75 75%
4 Bunga Asiah Rambe 80 80%
5 Cindi Afrilia Lubis 85 85%
6 Fitrah Aminah Harahap 85 85%
7 Hanypah Rahmadani 70 70%
8 Juliani Ritonga 75 75%
9 Lisa Andriani Siregar 85 85%
10 Mizwardi Lubis 90 90%
11 Mhd. Al’Alif Irawan 70 70%
12 Muhammad Rizki 62 62%
13 Naila Azzahra 60 60%
14 Nopika Yulianti 90 90%
15 Raditya Reza Anugrah 90 90%
16 Rafli Zul Azhari 84 84%
17 Rahma Susanti 90 90%
18 Rifal Fauzi Harahap 95 95%
19 Safrida Yanti 85 85%
20 Siti Fatimah 80 80%
21 Siti Halimah Siregar 85 85%
JUMLAH 1711
RATA-RATA 81,48
PRESENTASE 81,48%
Observer, Peneliti,
Lampiran 6
Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan Siklus Pra
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Observer, Peneliti,
Lampiran 7
Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa
pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Observer, Peneliti,