Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik

pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia

pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh

dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan

peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan

juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap

bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa

dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau

setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber

informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan

menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes

dan ujian yang tinggi.

Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang

meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana

mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga

pendidik/guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup,

dan terampil dalam melaksanakan tugasnya.

1
2

Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik

dalam hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang

menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam

kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah

pelajaran berlangsung (Combs, 1984:11-13). Untuk memainkan peranan dan

melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan

professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-

siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan

diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk

membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan

keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar

mempunyai tugas yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar

menuangkan bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the

stimulation of learner (Wetherington, 1986:131-136), dan mengajar tidak

hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang

terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari

pelajaran yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan

bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif.

Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan

bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar

mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor

yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana

tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik
3

dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran

khusus. Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik

yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang

(di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya

ditinjau kembali.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam

rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.

Dalam perisiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang

akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik

evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar

tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode

mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih,

menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan

menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.

Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek

tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama

bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan,

sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji

lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal

maupun non formal, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak

sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon

manusia seutuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar,

guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada


4

pembelajaran dengan pemberian balikan dalam penyampaian materi dan

mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda.

Khususnya dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat

memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses

pembelajaran dengan pemberian balikan, guru akan memulai membuka

pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru

memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

“Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika dengan

Menerapkan Metode Pemberian Balikan Pada Siswa Kelas VI SDN 200413

Tinjoman Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan pemberian balikan berpengaruh terhadap

hasil belajar matematika siswa Kelas VI SDN 200413 Tinjoman

Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan terhadap

motivasi belajar siswa Kelas VI SDN 200413 Tinjoman Padangsidimpuan

Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar

matematika, khususnya di SDN 200413 Tinjoman Padangsidimpuan dalam

penelitian ini dengan menerapkan metode pembelajaran dengan pemberian


5

balikan. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini diharapkan prestasi

serta motivasi belajar matematika dapat meningkat.

D. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat terfokus, maka diperlukan

pembatasan masalah yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI SDN 200413

Tinjoman Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun

ajaran 2015/2016.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan sistem persamaan dua

variabel.

E. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan

terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas VI SDN 200413 Tinjoman

Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan

terhadap motivasi belajar matematika siswa Kelas VI SDN 200413

Tinjoman Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pembelajaran dengan pemberian balikan dalam pembelajaran matematika.


6

2. Guru-guru Matematika perlu memanfaatkan teknik pembelajaran dengan

pemberian balikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam

hal kualitas proses maupun kualitas hasil.

3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses

pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa

memerlukan perhatian guru.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pemberian Balikan

Pemberian balikan adalah informasi atau pemberitahuan guru kepada

siswa baik secara lisan atau tertulis terhadap salah benarnya jawaban siswa

dari hasil dalam mengerjakan tes atau latihan setelah selesai mengikuti

program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan tujuan agar

siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon mencari

pembetulan.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebagkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

situasi tertentu.

3. Motivasi Belajar

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu

yang berfungsinnya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang

memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan


7

melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar

dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar individu

yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya

adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain

sebagainya.

4. Prestasi Belajar

Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu

proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan

kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemberian Balikan

1. Pengertian

Dengan mengutip beberapa pandangan, Rustiyah (1991:23)

mengemukakan tentang pengertian pemberian balikan sebagai berikut:

a. Menurut Cardelle dan Corno, pemberian balikan adalah pemberian

informasi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes

atau latihan (Rustiyah, 1991:23).

b. Menurut Daw dan Gage, pemberian balikan adalah pemberian

informasi kepada peserta didik sampai sejauh mana ia telah mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Rustiyah, 1991:23).

c. Menurut Kulik dan Kulik, pemberian balikan adalah pemberian

informasi kepada siswa seberapa jauh ia talah memahami isi

pembelajaran sesuai dengan tes dan latihan yang diberikan guru

kepadanya (Rustiyah, 1991:23).

d. Measn, dkk, memberi defisini pemberian balikan adalah suatu

komunikasi antara guru dan siswa dalam hal memudahkan siswa

memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran (Rustiyah,

1991:23).

e. Sedangkan menurut Rochim dan Thomson, pemberian balikan adalah

pemberian informasi kepada siswa tentang pemahamannya dalam

mengerjakan tes atau latihan setelah menyelesaikan suatu topik atau

8
9

satu sub pokok bahasan yang diberikan guru setelah selang waktu

tertentu (Rustiyah, 1991:23).

f. Anderson dan Faust memberi pengertian, pemberian balikan adalah

salah satu cara untuk memudahkan siswa belajar, yaitu memberi

informsi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes

atau latihan (Rustiyah, 1991:23).

g. Menurut Hill, pemberian balikan adalah merupakan interaksi antara

guru dan siswa yang digunakan sebagai korekasi terhadap jawaban

siswa dalam mengerjakan tes atau latihan agar siswa tahu apakah

jawabannya dalam mengerjakan tes atau latihan menjawab soal-soal

itu benar atau salah (Rustiyah, 1991:23).

h. Benne, dkk, (1975) menyatakan bahwa dengan pemberian balikan

siswa akan mengetahui kesalahan/kekurangan dan penilain serta

komentar yang diberikan oleh guru tentang tampilannya dalam

mengerjakan tes atau latihan dengan maksud agar memudahkan siswa

dalam memperbaikinya (Rustiyah, 1991:23).

i. Skodmore, dkk. mendefinisikan pemberian balikan adalah informasi

yang diberikan kepada siswa setalah ia memberikan respon atas tes

atau latihan yang diberikan guru setelah melakukan proses

pembelajaran sesuai denga program yang dirancang oleh guru

(Rustiyah, 1991:23).

Berdasarkan makna pengertian pemberian balikan dalam

pembelajaran, secara teoritis seperti yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan sebagai berikut:


10

Pemberian balikan adalah informasi atau pemberitahuan guru

kepada siswa baik secara lisan atau tertulis terhadap salah benarnya

jawaban siswa dari hasil dalam mengerjakan tes atau latihan setelah selesai

mengikuti program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan

tujuan agar siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon

mencari pembetulan.

2. Langkah Pemberian Balikan

Menurut Rustiyah (1991:24) ada dua cara pemberian balikan,

sebagia berikut:

a. Pemberian Balikan Secara Simbol

Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi

guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar

jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan

memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan

memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah tanpa

memberikan keterangan apapun.

Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan siswa

benar atau salah.

b. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik

Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian

informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada

lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan,

yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar,
11

dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah dan

sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan

petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar siswa dapat

memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah

diperbuatnya.

Catatan yang diberikan oleh guru (pada umumnya untuk

jawaban yang salah) dapat diberikan dengan jelas atau petunjuk lain

yang dapat membantu siswa memperbaiki pekerjaannya yang salah.

Pembelajaran dengan cara memberikan balikan baik secara

simbol maupun secara ekspositorik dari guru kepada siswa agar

memudahkan siswa untuk memperbaiki kesalahan yang telah

diperbuatnya dan diprediksi dapat berpengaruh positif terhadap

peningkatan perolehan hasil belajar.

c. Kebijaksanaan Pemberian Balikan

Pemberian balikan dalam bentuk informasi atau pemberitahuan

dari guru kepada siswa tentang kekurangan-kekurangannya atau

tentang kesalahan-kesalahannya terhadap hasil kerjanya dalam

menjawab tes atau latihan setelah selesai mengikuti eksperimen dalam

pembelajaran, yang pengaruhnya dapat menimbulkan reaksi minimal

tiga kemungkinan pada diri siswa.

Kemungkinan yang timbul dalam pemberian balikan dapat

menjadikan siswa apatis, patah semangat, atau patah hati, dan menjadi

pendorong semangat belajar. Hal demikian tergantung kebijaksaan

atau kepandaian akal budi sang guru dalam memberikan balikan. Cara
12

pemberi balikan dapat bersifat positif dan dapat negative. (Jarolimek

dan Foster, 1978; Rustiyah, 1991:27).

Pemberian balikan yang bersifat positif dikandung maksud

informasi atau pemberitahuan terhadap kesalahan-kesalahan atau

kekurangan-kekurangan yang diperbuat oleh siswa, baik yang lisan

maupun yang tertulis pada lembar jawaban siswa hsil pengerjaan tes

atau latihan seharusnya balikan yang bersifat membangun, harus

merupakan balikan yang bersifat konstruktif yaitu informasi atau

pemberitahuan yang disampaikan guru kepada siswa harus mampu

memberikan dorongan atau motivasi berhasil yang dapat

membangkitkan semangat dan kerja keras dalam diri siswa untuk lebih

giat berusaha belajar memperbaiki kekurangan-kekurangannya dan

kesalahan-kesalahannya yang telah diperbuatnya. Karenanya informasi

atau pemberitahuan itu harus dilaksanakan dengan seksama, bersifat

pujian, jelas, cermat, dan spesifik, mudah dipahami siswa, sehingga

siswa tergerak jiwanya untuk berusaha memperbaikinya. Adapun

sebaliknya pemberian balikan yang bersifat negative adalah balikan

yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak yaitu

informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa terhadap kesalahan-

kesalahan yang telah diperbuatnya yang disampaikan dengan nada

kecaman, cemoohan, penghinaan, lebih-lebih diikuti dengan rasa

emosional guru dengan marah-marah. Tindakan yang demikian dapat

menimbulkan:
13

1) Rasa apatis pada diri siswa, siswa menjadi masa bodoh terhadap

pelajaran yang diberikan oleh guru.

2) Rasa patah hati, patah semangat pada diri siswa, sehingga siwa

menjadi tidak mau belajar lagi terhadap pelajaran yang telah

diberikan oleh guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang selalu

menggunakan akal budinya untuk memberikan balikan yang

bersifat konstruktif, dan selalu menghindari pemberian balikan

yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak

terhadap hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan tes atau latihan.

Pemberian balikan harus mampu mendorong siswa untuk lebih

bersemangat lagi dalam meningkatkan belajarnya.

B. Konsep Motivasi

Pengajaran tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni

pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru

bagi murid (Hamalik, 2002:157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah

bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan,

kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Tidak

pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas

motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.

Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi

tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam

bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor

siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya

pengajaran berdasarkan “pusat minat” anak makan, pakaian,


14

permainan/bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr.

John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran proyeknya”, yang berdasarkan

pada masalah yang menarik minat siswa, sistem perekolahan lainnya.

Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia

didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil

apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat dipaksa

untuk mengikuti semua perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk

menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring

ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula juga halnya

dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan

tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar belajar dalam arti

sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas yang paling berat yakni bagaimana

caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk

belajar secara kontinyu.

C. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang

menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2001:28).


15

Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan

materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

D. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2001:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu.


16

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1997:105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

b. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.

c. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

d. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

e. Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik

adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang

lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh

oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman,

2001:29).
17

Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

a. Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan

diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi prestasi orang lain.

b. Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan

demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu

perbuatan.

d. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,

guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk

meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan

guru.
18

e. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar.

f. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau

belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada

ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan

ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia

mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan

motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai

yang tinggi, dan lain sebagainya.

E. Motivasi Siswa dalam Belajar

Seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang

datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus yang datang dari dalam dirinya,

atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi

merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan

determinan-determinan lingkungan (Bandura, 1977:11-12). Belajar

merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman,

motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang

dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan yang lebih baik


19

dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak

santun menjadi santun.

F. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat

seseorang. Rasulullah SAW, menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa

manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib

membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan

mengembangan dirinya, demikian juga sebah sya’ir Islam dalam baitnya

berbunyi; “belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu”. Neisser (1976)

menyebutkan bahwa anak-anak membutuhkan pengetahuan awal, dan

memiliki keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu anak-anak

memiliki banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu anak-anak

membutuhkan banyak belajar dan memungkinkan memberi pengetahuan

kepadanya(Yamin, 2003:97).

Para ahli ilmu jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan

perilaku yang baik sudah dimulai membiasakan tidur lebih cepat, belajar

renang, lari, olah raga, membiasakan agar jangan meludah di tempat umum,

jangan membelakangi di mana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka

bersumpah, baik benar ataupun salah, menghormati kedua orang tua,

menghormati orang yang lebih tua, menyayangi adik-adik yang umur

dibawanya. Kebiasaan sehat seperti ini lebih tepat ditanam pada usia masih

kecil, pepatah mengatakan “masa kecil terbiasa dan dewasa terbawa-bawa”.

Bagaimana bentuk seorang anak, begitulah hantinya setelah dewasa. Ada


20

suatu kewajiban bagi seorang guru sewaktu memberi pelajaran untuk merubah

perilaku dengan mengaitkan materi budi pekerti, moral, akhlak, agar siswa

terbiasa dengan yang baik dan benar, pada intinya pembelajaran merubah

perilaku siswa kepada yang baik dan benar.

Al Gazali dalam bukunya “Ihyaa ‘Ulumuddin”, Jilid III halaman 63

menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan kepada adat

kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah dewasa,

demikian juga antara lain:Melatih anak-anak adalah suatu hal yang terpenting

dan perlu sekali. Anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu sekali.

Anak-anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya, hatinya masih suci ibarat

permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang

baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan

berbahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan sifat-sifat buruk,

tidak dipedulikan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa.

Pemeliharaan ayah dan ibu terhadap anaknya ialah dengan jalan mendidik,

mengasuh dan mengajarnya dengan akhlak atau moral yang tinggi dan

menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat. Di saming itu Al Gazali

mengatakan meskipun pada anak-anak menampakkan tanda-tanda kecerdasan,

perlu penjagaan, pengawasan yang baik, manakala ayah, ibunya lalai dalam

memelihara bakat itu, kecerdasan yang merupakan potensi, bakat tadi akan

sirna (Yamin:2003:98).

Ahli ilmu jiwa anak mengatakan jangalah terlalu sering memaki,

mencela anak-anak setiap kali yang mengakibatkan ia menganggap enteng

tiap-tiap celaan dan tarus melakukan kejahatan-kejahatan, dan hilanglah


21

pengaruh nasehat dalam hatinya. Ayah, ibu harus memelihara janji-janji

dengan anak, manakala janji dilanggar akan membuatkan anak-anak tidak

memiliki kepercayaan terhadap ayah dan ibu.

Proses belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur 6 s.d . 7 tahun.

Masa ini menurut Ph. A. Kohnstamm adalah masa estetika/masa keindahan,

anak memandang dan mengamati dunia sekelilingnya dengan suatu keindahan

(Yamin, 2003:99). Ia asyik dan tenggelam dalam bermain, mendengar cerita

yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba mengenal benda-benda yang ada

di sekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda yang warna mencolok, aneh

menurutnya, dan berusaha untuk mengenalinya.

Pada usia dini anak-anak banyak bertanya tetang apa yang ia lihat dan

belajar mengenali sesuatu melalui lingkungannya, seperti anak ingin tahu

tentang kelapa, ia bertanya kepada ibu, “ini apa, bu?”, tentu sang ibu

menjawa; “ini kelapa”, kemudian anak bertanya lagi, “itu apa?”, ibu

menjawab “kelapa”, yang tadi kelapa hijau, dan ini kelapa kuning”,

pertanyaan anak anak berlanjut terus, aya, ibu, dan orangtua memiliki peran

besar dalam membimbing, mengarahkan belajar anak pada usia ini (ayah, ibu,

dan keluarga merupakan pendidik utama). Jika pertanyaan anak tidak dijawab,

pengalamannya tidak bertambah. Peran aktif ayah, ibu, dan orang tua

diharapkan sewaktu mengajak anak bermain-main, ayah, ibu, kakak, kakek,

dan nenek lebih banyak mengenalkan sesuatu kepada anak, walaupun anak

tidak bertanya, kita yang melempar pertanyaan kepadanya, seperti; “itu apa?’,

“itu ayam”, penjelasan tentang sesuatu sebaiknya diulang, seperti; ayam, dan

sebagainya.
22

Gagne (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana

organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga

Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan,

pendengaran, membaca, dan meniru (Yamin, 2003:99).

Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar

adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui

pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Manusia adalah makhluk

yang berbudaya, berfikiran moderen, cekatan, pandai, dan bijaksana

diperdapat melalui proses membaca, melihat, mendengar, dan meniru.

Seseorang umpamanya belajar dengan mengagumi suatu objek, figure melalui

bacaan, pengamatan, dan pendengaran yang kemudian disenangi dan

dikaguminya seperti tertarik pada keindahan, kerapian, kedamaian objek,

demikian pula seorang figure atau tokoh yang dikenal melalui pengamatan,

bacaan, drama, sineron dan figure tadi memiliki pengaruh terhadap

masyarakat lain karena dia berkata benar, logis dan nyata, maka pengamat

yang tertari itu berupaya untuk meniru dan mengikutinya.

G. Prestasi Belajar

Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu

proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan

kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.

1. Faktor yang mempengaruhi prestasi

Menurut Ahmadi dan Supriyanto (1990:130), prestasi belajar

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor internal dan faktor

eksternal. Dan untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:


23

Yang tergolong faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam diri individu yang terdiri dari:

2. Faktor jasmaniah

Yaitu faktor yang sifatnya bawaan atau yang diperoleh, misalnya

penglihatan, pendengaran struktur tubuh.

3. Faktor Psikologis terdiri atas:

a. Faktor intelektif yang meliputi kecerdasan, kecapakan yang dimiliki

b. Faktor non-intelektif yang meliputi unsur kepribadian, kebiasaan,

emosi minat, motivasi.

c. Yang tergolong faktor eksternal adalah

Faktor sosial yang terdiri atas:

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

4) Lingkungan kelompok

d. Faktor budaya seperti adat istiadat, dan kesenian

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung

ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dan

sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa prestasi belajar adalah suatu

hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar yang berwujud angka

atau simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi

pelajaran tertentu.

Di dalam proses belajar itupun ditentukan oleh beberapa faktor,

antara lain: (1) faktor stimulus belajar, (1) faktor metode belajar, (3)
24

faktor individual. (Ahmadi dan Supriyanto 1990:131). Berikut ini

diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor tersebut:

1) Faktor Stimulus Belajar

Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar disini yaitu

segala hal diluar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan

belajar stimulus dalam hal ini mencakup material, penguasaan serta

suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari

oleh siswa.

2) Faktor-faktor Metode Belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat

mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh siswa. Dengan

perkataan lain, metode yang diakai oleh guru menimbulkan

perbedaan bagi proses belajar.

3) Faktor-faktor individual

Faktor indivual ini sangat besar pengaruhnya terhadap

belajar seseorang. Adapun faktor individual ini menyangkut hal

sebagai berikut:

Motivasi, motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan,

motif dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar,

motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi

menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta memilih

tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.

Dengan telah diketahuinya bermacam-macam prestasi

belajar, dan faktor-faktor belajar yang mempengaruhi siswa maka


25

dapat disimpulkan bahwa siswa masing-masing memunyai cara

belajar dan sifat yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang

mereka masing-masing dan tentunya akan mengakibatkan prestasi

belajar yang diperoleh mereka berbeda.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka hipotesis tindakan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan,”Dengan menerapkan metode

pemberian balikan, prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar akan

meningkat, begitu juga motivasi belajar mereka di Kelas VI SD N 200413

Tinjoman Padangsidimpuan".
26

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian

tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1)

tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku

peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan

penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas, sedangkan

aktivitas pengamatan dilakukan oleh guru lain. Tujuan utama penelitian tindakan

kelas ini ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam

kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,

26
27

tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini

peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang

hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya

langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah

adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok

sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif

yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam

prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa

prinsip sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.


28

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan

pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (1988:14), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:


29

Refleksi Rencana
awal/rancangan

Tindakan/
Observasi

Refleksi Rencana yang


direvisi
Tindakan/
Observasi

Refleksi
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/perencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran

dengan pemberian balikan.


30

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamatan membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada

siklus berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus/putaran.Observasi dibagi

dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai

perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok

bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat

dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang

telah dilaksanakan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di Kelas VI SD N 200413 Tinjoman Padangsidimpuan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Oktober semester ganjil 2015/2016.


31

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI SDN 200413 Tinjoman

Padangsidimpuan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa pada

pokok bahasan sistem persamaan dua variabel.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan,

(2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

1. TahapPersiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah

mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian. Dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan

berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan

ini meliputi:(1) kajian pustaka, (2) pengurusan administrasi perijinan, (3)

penyusunan rancangan penelitian, (4) orientasi lapangan, dan (5)

penyusunan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan

meliputi:(1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang

dilakukan persiklus, (2) diskusi dengan pengamat untuk memecahkan

kekurangan dan kelemahan selama proses belajar mengajar persiklus, (3)

menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis

data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan langkah

perbaikan untuk siklus berikutnya.


32

3. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi:(1)

menyusun draf laporan penelitian, (2) mendiskusikan draf laporan

penelitian, (3) merevisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah

laporan penelitian, dan (5) menggandakan laporan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

2. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.

3. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika pada pokok bahasan sistem persamaan dua variabel. Tes

formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal

yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes

yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini

digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan
33

untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai

berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga

dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat

kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

N  XY    X   Y 
rxy 
N  X 2
  X 
2
N  Y 2
 Y 
2
 (Arikunto, 2001:72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

2r1 / 21 / 2
r11  (Arikunto, 2001:93)
(1  r1 / 21 / 2 )

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih

besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut

reliabel.
34

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan

taraf kesukaran adalah:

B
P (Arikunto, 2001:208)
Js

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai

berikut:

 Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

 Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

 Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

B A BB
D   PA  PB (Arikunto, 2001:211)
JA JB

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar


35

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA
PA   Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
JA

BB
PB   Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda

butir soal sebagai berikut:

 Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

 Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

 Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

 Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

4. Uji Coba Instumen Penelitian

Untuk menguji keakuratan dalam menjaring data, maka instrumen

penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen

penelitian dilakukan di luar sasaran penelitian. Secara umum ujicoba

dimaksudkan untuk memperoleh (1) validitas, (2) relabilitas, (3) derajad

kesukaran, dan (4) daya beda instrumen. Hasil dari validitas soal-soal

dirangkum dalam tabel di bawah ini.

a. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan

tes sehingga dapat digunakan sebagai Instrumen dalam penelitian ini.


36

Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal

valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

No Kriteria No. Soal


1 Soal Valid 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46
2 Soal Tidak Valid 1, 2, 3, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40

b. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji

reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas

r11 sebesar 0, 732. Harga ini lebih besar dari harga r product moment.

Untuk jumlah siswa (N = 36) dengan r (95%) = 0,329. Dengan

demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat

reliabilitas.

c. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat

kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji

terdapat:

 21 soal mudah

 15 soal sedang

 10 soal sukar

d. Daya Pembeda
37

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang

berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 22 soal,

berkriteria baik 8 soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan

demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


38

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan :X = Nilai rata-rata

ΣX = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelolaan metode pemberian balikan.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pemberian

balikan digunakan rumus sebagai berikut:

P1  P2
X 
2

Dimana: P1 = pengamat 1
39

P2 = pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa

digunakan rumus sebagai berikut.

X
% x100% dengan
X
jumlah.hasil . pengama tan P1  P2
X  
jumlah. pengamat 2

Dimana: % = Persentase pengamatan

X = Rata-rata

 X = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2
40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan

pengelolaan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan, dan

data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan metode

pemberian balikan dalam meningkatkan prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

setelah diterapkan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan metode pemberian

balikan, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 07 September 2015 di Kelas VI SD N

200413 Tinjoman Padangsidimpuan dengan jumlah siswa 24 siswa.

40
41

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 3 3 3
siswa 3 3
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 3 3 3
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 2 2 2
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 2 2 2
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 2 2 2
2. Guru Antusias 3 3 3
Jumlah 31 31 31

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
42

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan

kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan

pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek

yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu

kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian

untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa

seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 6,67
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 8,33
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 10,00
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 10,00
5 Menjelaskan materi yang sulit 11,67
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 20,27
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 11,78
8 Memberikan umpan balik 17,00
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8,33
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 18,33
2 Membaca buku siswa 13,88
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 19,98
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14,00
5 Menyajikan hasil pembelajaran 6,04
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 6,25
7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,96
8 Merangkum pembelajaran 6,88
9 Mengerjakan tes evaluasi 8,96

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 20,27%. Aktivitas lain yang

persentasenya cukup besar adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu

masing-masing sebesar 75,00% dan 11,78%. Sedangkan aktivitas


43

siswa yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota

kelompok dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru yaitu

19,98% dan 18,33%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar

adalah, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca

buku yaitu masing-masing 14,00 dan 13,88%.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar

pembelajaran dengan metode pemberian balikan sudah dilaksanakan

dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk

memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih

dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Jumlah siswa yang tuntas 13
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 11
3 Nilai rata-rata tes formatif 63,5
4 Persentase ketuntasan belajar 54,2

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran dengan metode pemberian balikan diperoleh nilai rata-

rata prestasi belajar siswa adalah 63,5 dan ketuntasan belajar mencapai

54,2% atau ada 13 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

hanya sebesar 54,2% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa


44

masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan

digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan metode

pemberian balikan.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan

pada siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi

siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.


45

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan pembelajaran dengan metode pemberian

balikan dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 14 September 2015 di Kelas VI SD N

200413 Tinjoman Padangsidimpuan dengan jumlah siswa 24 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut:


46

Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 3 3 3
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 4 4 4
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 3 3 3
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 42 42 42
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan

mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya

dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian

penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada

beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk

penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek

tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.


47

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan

pembelajaran dengan metode pemberian balikan diharapkan siswa

dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan

mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami

tentang apa yang telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:

Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 6,67
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 6,67
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6,67
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 13,33
5 Menjelaskan materi yang sulit 15,00
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep 23,50
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8,33
8 Memberikan umpan balik 19,10
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 5,00
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 18,22
2 Membaca buku siswa 12,08
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 22,25
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 13,75
5 Menyajikanhasil pembelajaran 4,58
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,42
7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,88
8 Merangkum pembelajaran 7,77
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 12,10

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 23,50%. Jika dibandingkan

dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru

yang mengalami penurunan adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab (19,10%), menjelaskan materi yang sulit

(15,00). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan

(8,33%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (7,77%).


48

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

siklus II adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu

(22,25%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami

peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (18,22%). Diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru (13,75%), menulis yang relevan

dengan KBM (7,88%) dan merangkum pembelajaran (6,67%).

Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca

buku (12,08%), menyajikan hasil pembelajaran (4,58%),

menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,42%), dan mengerjakan

tes evaluasi (12,10%).

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Jumlah siswa yang tuntas 17
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 7
3 Nilai rata-rata tes formatif 70
4 Persentase ketuntasan belajar 71

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 71 dan ada 17 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan

tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk


49

belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran

dengan metode pemberian balikan.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


50

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan pembelajaran dengan metode pemberian

balikan dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 21 September 2015 di Kelas VI SD N

200413 Tinjoman Padangsidimpuan dengan jumlah siswa 24 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan refisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang


51

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 4 4 4
siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 4 4 4
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 4 4 4
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 4 4 4
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 4 4
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 46 46 46
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan

mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi

siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep, dan pengelolaan waktu.


52

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan

pembelajaran dengan metode pemberian balikan diharapkan dapat

berhasil semaksimal mungkin.

Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 6,65
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 6,70
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 12,00
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 13,33
5 Menjelaskan materi yang sulit 10,00
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 24,20
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 12,00
8 Memberikan umpan balik 11,67
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 12,00
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 19,95
2 Membaca buku siswa 14,16
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 20,80
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 17,18
5 Menyajikanhasil pembelajaran 6,04
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 6,04
7 Menulis yang relevan dengan KBM 6,67
8 Merangkum pembelajaran 7,08
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 7,71

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 24,20%, sedangkan aktivitas

menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (12,00%)

dan (11,67%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah

mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya (12,00%), menyampaikan

materi/strategi /langkah-langkah (13,33%), meminta siswa menyajikan

dan mendiskusikan hasil kegiatan (12,00%), dan membimbing siswa

merangkum pelajaran (12,00%). Adapun aktivitas yang tidak


53

mengalami perubaahn adalah menyampaikan tujuan (6,65%) dan

memotivasi siswa (6,70%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

siklus III adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu

(20,80%) dan mendengarkan/menperhatikan penjelasan guru

(19,95%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca

buku siswa (14,16%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

(17,18%). Sedangkah aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.

Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Jumlah siswa yang tuntas 21
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 3
3 Nilai rata-rata tes formatif 76,9
4 Persentase ketuntasan belajar 87,5

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 76,9 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa

dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,5% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus

III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan

membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini


54

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah

diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan

metode pemberian balikan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa

serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah

berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,

tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan

tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya


55

penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dapat

meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan metode pemberian balikan memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru

(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing

54,2%, 71%, dan 87,5%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan metode pemberian balikan dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran fisika pokok bahasan pengukuran (waktu, sudut, luas,

volume dan satuannya) pembelajaran dengan metode pemberian balikan

yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar


56

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode pemberian

balikan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di

antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit,

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.


57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai

dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu

siklus I (54,2%), siklus II (71%), siklus III (87,5%).

2. Penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat pembelajaran dengan metode pemberian balikan

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode pemberian balikan

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan

57
58

pembelajaran dengan metode pemberian balikan dalam proses belajar

mengajr sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai macam metode pembelajaran walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya

dilakuakn di SDN 200413 Tinjoman Padangsidimpuan tahun pelajaran

2015/2016.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.


59

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi dan Supriyanto. 1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi


Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and
Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitian
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha
Nasional.
Sukidin, Basrowi dan Suranto. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya:Insan Cendekia.
Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
60

Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATANPENGELOLAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH

Nama Sekolah : ………………. Nama Guru :


Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal :
Sub Konsep : ………………. Pukul :

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
kegiatan.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
Keterangan
1. Kurang baik
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik

Lampiran 2
61

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah : Tanggal :


Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian
isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat
semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian
1 menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode
waktu tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang
tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara
serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan 1. Mendengarkan/memperh
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah. atikan penjelasan guru.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya. 2. Membaca buku.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi 3. Bekerja dengan sesama
5. Menjelaskan materi yang sulit anggota kelompok
6. Memebimbing menemukan konsep. 4. Diskusi antar
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan siswa/antara siswa dengan guru.
hasil kegiatan. 5. Menyajikan hasil
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab. pembelajaran
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. 6. Mengajukan/menanggap
i pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan
dengan KBM.
8. Merangkum
pembelajaran.
9. Mengerjakan tes
evaluasi.

Nama Guru:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:


62

Lampiran 3

Nilai Tes Formatif Pada Siklus I


Keterangan
No Nama Skor
T TT
1 Anita Putri Pardosi 65 √
2 Alwi Hasan 70 √
3 Alisya Rahmadhani 50 √
4 Alfhi Fahzun 50 √
5 Aulia Desmita Putri Srg 70 √
6 Alius Zai 75 √
7 Dicky Telambanua 50 √
8 Dewi Susiani Srg 60 √
9 Fahrul Azhari 70 √
10 Fiftin Gilbert Srg 40 √
11 Fadila Ulfa 80 √
12 Jahriani Siregar 70 √
13 Keyla Marwah 50 √
14 Lee Vick Veronica 80 √
15 Mahmud Sakban Harahap 60 √
16 Maida Zai 70 √
17 Moses Rezky 70 √
18 Nadya Mahfudza 60 √
19 Nur Janna 60 √
20 Nayla Hafizah 75 √
21 Raihan 70 √
22 Suhery Pratama Hrp 60 √
23 Selvi Oktaviani 50 √
24 Ricky Aditya 70 √
Jumlah 1525 13 11

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 11
Jumlah siswa yang belum tuntas :9
Skor maksimal ideal : 2400
Skor tercapai : 1525
Rata-rata skor tercapai : 63,5
Persentase ketuntasan : 54,2%
Klasikal : Belum tuntas
63

Lampiran 4
Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan
No Nama Skor
T TT
1 Anita Putri Pardosi 70 √
2 Alwi Hasan 80 √
3 Alisya Rahmadhani 60 √
4 Alfhi Fahzun 60 √
5 Aulia Desmita Putri Srg 75 √
6 Alius Zai 75 √
7 Dicky Telambanua 60 √
8 Dewi Susiani Srg 65 √
9 Fahrul Azhari 75 √
10 Fiftin Gilbert Srg 50 √
11 Fadila Ulfa 85 √
12 Jahriani Siregar 75 √
13 Keyla Marwah 60 √
14 Lee Vick Veronica 85 √
15 Mahmud Sakban Harahap 70 √
16 Maida Zai 75 √
17 Moses Rezky 75 √
18 Nadya Mahfudza 65 √ √
19 Nur Janna 60 √
20 Nayla Hafizah 80 √
21 Raihan 75 √
22 Suhery Pratama Hrp 70 √
23 Selvi Oktaviani 60 √
24 Ricky Aditya 75 √
Jumlah 1680 17 7

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas :7
Skor maksimal ideal : 2400
Skor tercapai : 1680
Rata-rata skor tercapai : 70
Persentase ketuntasan : 71%
Klasikal : Belum tuntas
64

Lampiran 5
Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

Keterangan
No Nama Skor
T TT
1 Anita Putri Pardosi 80 √
2 Alwi Hasan 90 √
3 Alisya Rahmadhani 70 √
4 Alfhi Fahzun 70 √
5 Aulia Desmita Putri Srg 80 √
6 Alius Zai 85 √
7 Dicky Telambanua 70 √
8 Dewi Susiani Srg 75 √
9 Fahrul Azhari 85 √
10 Fiftin Gilbert Srg 60 √
11 Fadila Ulfa 90 √
12 Jahriani Siregar 80 √
13 Keyla Marwah 70 √
14 Lee Vick Veronica 95 √
15 Mahmud Sakban Harahap 80 √
16 Maida Zai 80 √
17 Moses Rezky 75 √
18 Nadya Mahfudza 70 √
19 Nur Janna 60 √
20 Nayla Hafizah 85 √
21 Raihan 80 √
22 Suhery Pratama Hrp 75 √
23 Selvi Oktaviani 60 √
24 Ricky Aditya 80 √
Jumlah 1845 21 3

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas :3
Skor maksimal ideal : 2400
Skor tercapai : 1845
Rata-rata skor tercapai : 76,9
Persentase ketuntasan : 87,5%
Klasikal : Tuntas

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Hadir Seminar
    Daftar Hadir Seminar
    Dokumen2 halaman
    Daftar Hadir Seminar
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen165 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • IPS Think Pair Share
    IPS Think Pair Share
    Dokumen62 halaman
    IPS Think Pair Share
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Dokumen9 halaman
    Materi Pembelajaran Kelas Rangkap
    Kamal Kamal
    Belum ada peringkat
  • PTK Olahraga3
    PTK Olahraga3
    Dokumen68 halaman
    PTK Olahraga3
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen64 halaman
    Bab I1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen31 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen51 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Dokumen43 halaman
    Bhs Ind Role Playing Kls VI SD
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • PTK IPA HJ - Syamsiah
    PTK IPA HJ - Syamsiah
    Dokumen104 halaman
    PTK IPA HJ - Syamsiah
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen81 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • IPS Alat Peraga Kls V
    IPS Alat Peraga Kls V
    Dokumen50 halaman
    IPS Alat Peraga Kls V
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK1
    ABSTRAK1
    Dokumen4 halaman
    ABSTRAK1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bude Sri Baru
    Bude Sri Baru
    Dokumen34 halaman
    Bude Sri Baru
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen7 halaman
    ABSTRAK
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • PTK Penjas Kelas IV
    PTK Penjas Kelas IV
    Dokumen56 halaman
    PTK Penjas Kelas IV
    Indah Lestari
    100% (2)
  • DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR HADIR SEMINAR .,docx
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen52 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen5 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen47 halaman
    Bab I1
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen61 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • IPA Demonstrasi Kls VI
    IPA Demonstrasi Kls VI
    Dokumen48 halaman
    IPA Demonstrasi Kls VI
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen4 halaman
    Abs Trak
    Indah Lestari
    Belum ada peringkat