Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002 dalam
Kurniarum, 2016).
Periode intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah suatu
proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan
peningkatan aktivitas otot rahim (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir
darah (bloody show) dari vagina (Manurung, 2011 dalam Karjatin, 2016)
2. Etiologi
a. Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu
oleh karena itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
b. Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah,
sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan produksi progesteron
mengalami penurunan.
c. Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen,
meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan
peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
d. Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak usia
kehamilan 15 minggu dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
e. Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken
house dapat menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
3. Faktor yang mempengaruhi
a. Power (kontraksi/HIS ibu)
Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek (relaksasi)
selama kala I persalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu Anda kaji
pada ibu bersalin kala I adalah:
1) Frekuensi: dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama 1
menit (misalnya, terjadi setiap 3–4 kali).
2) Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi,
tercatat dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi
berlangsung 45–50 detik).
b. Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan
digambarkan sebagai:
1) Ringan: dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.
2) Sedang: dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.
3) Kuat: dinding rahim tidak dapat identifikasi selama kontraksi.
c. Passageway (Jalan lahir)
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher
rahim/serviks, vagina, dan introitus (liang vagina).
d. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)
Passenger/janin dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan
faktor utama dalam proses melahirkan. Hubungan antara janin dan
jalan lahir termasuk tengkorak janin, sikap janin, sumbu janin,
presentasi janin, posisi janin dan ukuran janin
e. Psikologis ibu
Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi/ pelebaran serviks akan
terhambat sehingga persalinan menjadi lama serta meningkatkan
persepsi nyeri. Jika ibu mengalami kecemasan maka akan
meningkatkan hormone yang berhubungan dengan stress seperti beta–
endorphin, hormone adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin.
Hormon–hormon tersebut mempengaruhi otot polos uterus. Jika
hormon tersebut meningkat maka menurunkan kontraktilitas
(kontraksi) uterus.
f. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan
fisiologis untuk bersalin.
4. Tanda Gejala
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
3) Mempunyai pengaruh pada pembukaan cervix.
4) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya
cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
5. Fase Persalinan Normal
a. Kala I
Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur & meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix
membuka lengkap (10 cm). Kala I sendiri dibagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi hingga serviks membuka < 4 cm.
Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi meningkat (3x dalam 10 menit,
selama 40 detik).
b) Dimulai sejak pembukaan 4-10 dengan kecepatan 1 cm/ jam
pada primipara dan >1-2 cm/ jam pada multipara.
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
b. Kala II
Kala II dimulai ketika servik membuka 10 cm sampai lahirnya bayi.
Kala II juga dapat diketahui ketika kepala bayi terlihat melalui introtus
vagina.
Karakteristik:
1) Terjadi selama 50 menit pada primigravida dan 20 menit pada
multigravida.
2) Adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vagina
3) Kontraksi terjadi semakin sering setiap 2 menit selama 60 menit.
4) Peningkatan pengeluaran bloody show.
5) Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.
c. Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lepasnya plasenta dari
dinding rahim. Umumnya terjadi selama 5- 20 menit setelah bayi lahir.
Tanda lepasnya plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.
2) Tali pusat memanjang.
3) Adanya semburan darah yang cepat dan singkat.
d. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam
setelah plasenta lahir.
B. Pathophisiogical Pathway (WOC)
a. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan
prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka
terjadi pemendekan segmen atas rahim dan penipisan segmen bawah
rahim. Penipisan segmen bawah rahim menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi
menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian
akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas
secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi
bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif
dan produksi laktasi dimulai.
b. WOC
Oksitosin dan
Regangan otot Penurunan Tekanan kepala
protaglandin
uterus progesteron bayi
meningkat

Kontraksi uterus HIS +

Pemendekan Segmen atas uterus


Nyeri persalinan

Penipisan segmen bawah uterus

Ansietas
Pembukaan serviks

Ekspulsi
Risiko
perdarahan Robekan jalan lahir

Keluarnya cairan vaskuler Bayi lahir

Risiko defisien
IMD
volume cairan

Kesiapan meningkatkan
mennjadi orang tua

C. Penatalaksanaan Kasus
1. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Kala I
1) Bantu ibu jika tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan
2) Jika ibu merasa kesakitan, lakukan perubahan posisi dan sarankan
untuk berjalan- jalan.
3) Menjaga hak dan privasi klien.
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.
5) Gunakan kipas angin, berkan pakaian tipis jika ibu merasa panas.
6) Berikan cukup minum.
7) Ajurkan ibu berkemih sesering mungkin
b. Kala II
1) Beri dukungan mental kepada ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Bila perlu beri massase untuk menambah kenyamanan pada ibu
4) Menjaga kandung kemih tetap kosong
5) Posisikan ibu
c. Kala III
1) Beri oksitosin sebanyak 10 iu
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting susu ibu atau susukan
bayi guna merangsang oksitosisn secara alamiah atau berikan
ergometrin 0,2 mg IM.
3) Lakukan penegangan tali pusat
4) Setelah plasenta dan slaput ketuban lahir, lakukan massase fundus
uterus.
5) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin
10 iu IM.
6) Periksa dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi.
d. Kala IV
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan 20-30 menit
selama jam kedua. Jika tidak ada kontraksi, massase uterus sampai
keras.
2) Periksa tekanan darah, nadi, kantong kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit selama jam kedua.
3) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi.
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan ibu pakaian yang bersih dan
rapi
D. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Kala I
1) Keluhan Utama
Keluarnya lendir disertai darah (bloody show), keluarnya air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada darerah pinggang menjalar ke
perut, nyeri makin sering dan teratur.
2) Riwayat Obsentri
HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji riwayat
kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan
lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah
melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.
b. Kala II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan
kala II dimulai sejak pukul berapa, evaluasi terhadap tanda–tanda
persalinan kala II (dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan
serviks, status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan
presentasi ke rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi
frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
4) Respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan,
keinginan mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas
nyeri).
5) Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan
diulang pada menit kelima
c. Kala III
1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
2) Kaji waktu pengeluaran plasenta,
3) Kondisi selaput amnion,
4) Kotiledon lengkap atau tidak.
5) Kaji HIS,
6) Kaji perilaku terhadap nyeri,
7) Skala nyeri,
8) Tingkat kelelahan,
9) Keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
d. Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada
satu jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam
kedua ibu dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring
adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah
perdarahan per vagina, intake cairan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital meliputi tekanan darah,
nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
b. Tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak kapan
dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat,
waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan
jumlahnya.
c. Tinggi fundus uteri, Leopold I, II, II, dan IV
d. Kontraksi uterus ibu. Lakukan VT untuk mengetahui derajat dilatasi
(pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput ketuban masih
utuh atau tidak, posisi bagian terendah janin.
e. Auskultasi DJJ.
3. Tes Diagnostik
a. Urin protein: mengetahui adanya preeklamsi
b. Gula darah: mengetahui apakah ibu mengalami diabetes gestasional
c. Darah lengkap terutama Hb
d. USG: mengetahui gambaran janin

E. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I
a. Nyeri persalinan ybd dilatasi serviks dd ekspresi wajah nyeri
b. Ansietas ybd krisis situasional dd gelisah, wajah tegang
c. Risiko defisien volume cairan ybd asupan cairan kurang
2. Kala II
a. Nyeri persalinan ybd dd ekspresi wajah nyeri
3. Kala III
a. Risiko perdarahan ybd komplikasi pascapartum
4. Kala IV
a. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
F. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Kala I
a. Nyeri persalinan ybd dilatasi serviks dd ekspresi wajah nyeri
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen nyeri 1. Penatalaksanaan yang baik
persalinan menjamin keberhasilan
a. Beri posisi yang nyaman a. Posisi yang nyaman
pada klien mengakibatkan perasaan
rileks
b. Ajarkan teknik napas b. Teknik napas dalam adalah
panjang salah satu cara untuk
mengatasi nyeri
c. Beri massase bila perlu c. Massage dapat meningkatkan
perasaan rileks dan
melancarkan peredarah darah
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan skala nyeri dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring dan
evaluasi
a. Skala nyeri a. Skala nyeri dapat
mengindikasikan adanya
peningkata n intensitas nyeri
b. Tekanan darah b. Peningkatan intensitas nyeri
diikuti oleh peningkatan
tekanan darah
c. Nadi c. Intensitas nyeri dapat diikuti
oleh peningkatan jumlah nadi
d. Dilatasi serviks d. Dilatasi serviks sebagai tanda
adanya kemajuan proses
persalinan
e. Ekspresi wajah e. Ekspresi wajah adalah
gambaran subyektif klien
tentang nyeri yang dirasakan
f. Kontraksi uterin f. Kontraksi uterus merupakan
indikator adanya nyeri
persalinan
3. Beri edukasi tentang nyeri 3. Pengetahuan yang adekuat
persalinan merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi tentang proses a. Pengetahuan tentang proses
persalinan persalinan dapat
meningkatakan pengetahuan
klien tentang penyebab nyeri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. Oksitosi bila perlu a. oksitosisn bekerja dengan
meningkatkan dilatasi
serviksi
b. Ansietas ybd krisis situasional dd gelisah, wajah tegang
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen ansietas 1. Penatalaksanaan yang baik
menjamin keberhasilan
a. Bina hubungan saling a. Bina hubungan saling
percaya percaya merupakan modal
utama dalam mmenjalin
sebuah komunikasi
b. Dengarkan keluhan klien b. Mendengarkan adalah salah
satu bentuk empati
c. Beri dukungan kepada klien c. Dukungan yang adekuat
dapat meningkatkan rasa
percaya diri
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan ansietas dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Ekspresi wajah a. Ekspresi wajah merupakan
salah satu menifestasi
ansietas
b. Perasaan gelisah b. Gelisah adalah suatu respon
yang didapatkan dari sebuah
stressor
c. Perasaan gugup c. Gugup merupakan respon
dari adanya ansietas
3. Beri edukasi tentang perawatan 3. Pengetahuan yang adekuat
nyeri persalinan merupakan modal bagi perilaku
sehat yang lebih permanen
a. Jelaskan kondisi yang a. Salah satu penyebab ansietas
dialami klien dengan hati- adalah karena kurangnya
hati pemahaman
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. Psikiater a. Psikiater merupan profesi
yang dapat mengetahui
kondisi psikologis yang
dialami oleh klien
c. Risiko defisien volume cairan ybd asupan cairan kurang
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen risiko 1. Penatalaksanaan yang baik
devisien volume cairan menjamin keberhasilan
a. Beri klien minum a. Pemberian minum
merupakan salah satu cara
meningkatkan intake cairan
dalam tubuh
b. Pantau jumlah cairan yang b. Mengetahui jumlah cairan
hilang yang keluar dari tubuh
c. Rehidrasi cairan bila perlu c. Rehidrasi merupakan cara
untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan status hidrasi dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Turgor a. Turgor buruk sebagai
indikasi adanya dehidrasi
berat
b. Nadi b. Nadi merupakan salah satu
tolok ukur adanya dehidrasi
c. TD c. Penurunan TD sebagai
manifestasi adanya syok
d. CRT d. CRT merupakan cara untuk
mengetahui keadaan perfusi
di are perifer
3. Beri edukasi tentang risiko 3. Pengetahuan yang adekuat
defisien volume cairan merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi pentingnya asupan a. Asupan cairan selama
cairan selama masa impartu impartu dapat mencegah
terjadimya dehidrasi dan
sebagai asupan energi
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. NaCl 0,9% a. NaCl adalah salah satu
cairan kristaloid yang dapat
menggantikan cairan serta
elektrolit dalam tubuh
2. Kala II
a. Nyeri persalinan ybd dd ekspresi wajah nyeri
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen nyeri 1. Penatalaksanaan yang baik
persalinan menjamin keberhasilan
a. Beri posisi yang nyaman a. Posisi yang nyaman
pada klien mengakibatkan perasaan
rileks
b. Ajarkan teknik napas b. Teknik napas dalam adalah
panjang salah satu cara untuk
mengatasi nyeri
c. Ajarkan ibu cara mengejan c. Mengejan yang benar dapat
yang benar mempercepat proses
kelahiran
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan skala nyeri dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring dan
evaluasi
a. Skala nyeri a. Skala nyeri dapat
mengindikasikan adanya
peningkata n intensitas nyeri
b. Tekanan darah b. Peningkatan intensitas nyeri
diikuti oleh peningkatan
tekanan darah
c. Nadi c. Intensitas nyeri dapat diikuti
oleh peningkatan jumlah nadi
d. Dilatasi serviks d. Dilatasi serviks sebagai tanda
adanya kemajuan proses
persalinan
e. Ekspresi wajah e. Ekspresi wajah adalah
gambaran subyektif klien
tentang nyeri yang dirasakan
f. Kontraksi uterin f. Kontraksi uterus merupakan
indikator adanya nyeri
persalinan
3. Beri edukasi tentang nyeri 3. Pengetahuan yang adekuat
persalinan merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi tentang proses a. Pengetahuan tentang proses
persalinan persalinan dapat
meningkatakan pengetahuan
klien tentang penyebab nyeri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. Oksitosin bila perlu a. Oksitosisn bekerja dengan
meningkatkan dilatasi
serviksi
3. Kala III
a. Risiko perdarahan ybd komplikasi pascapartum
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen risiko 1. Penatalaksanaan yang baik
risiko perdarahan menjamin keberhasilan
a. Beri klien minum a. Pemberian minum
merupakan salah satu cara
meningkatkan intake cairan
dalam tubuh
b. Pantau jumlah darah yang b. Mengetahui jumlah cairan
hilang yang keluar dari tubuh
c. Beri makanan tinggi zat besi c. Makanan mengandung zat
besi dapat meningkatkan
kemampuan tubuh dalam
memproduksi sel darah
merah
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan status hidrasi dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Kontraksi uterus a. Kontraksi uterus yang baik
menadakan proses
vasokonstriksi pembuluh
darah yang cepat
b. Nadi b. Nadi merupakan salah satu
tolok ukur adanya dehidrasi
c. TD c. Penurunan TD sebagai
manifestasi adanya syok
d. CRT d. CRT merupakan cara untuk
mengetahui keadaan perfusi
di are perifer
3. Beri edukasi tentang perdarahan 3. Pengetahuan yang adekuat
pasca persalinan merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi bahaya perdarahan a. Asupan cairan selama
pasca persalinan perdarahan pasca persalinan
merupakan salah satu
komplikasi yang berbahaya.
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalitas
a. Transfusi PRC a. PRC merupakan cara untuk
mengganti darah yang keluar
dari tubuh pasca persalinan
4. Kala IV
a. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
Rencana Tindakan Rasional
1. Lakukan manajemen risiko 1. Penatalaksanaan yang baik
risiko perdarahan menjamin keberhasilan
a. Motivasi ibu untuk a. Menyusui merupakan salah
menyusui bayi satu upaya untuk
meningkatkan hubungan
batin ibu dan bayi
b. Beri pujian jika ibu sudah b. Dengan pemberian pujian
menyusui bayi ibu dapat meningkatkan
kemampuannya untuk
menyusui anak sejak dini
c. Sarankan untuk rawat c. Rawat gabung dapat
gabung mempererat ikatan ibu dan
bayi
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan status orang tua dapat
terhadap: diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Interaksi ibu dengan bayi a. Interaksi ibu dengan bayi
dapat dilakukan setelah
persalinan yaitu saat IMD
b. Kemampuan ibu menyusui b. Dengan menyusui bayi, ibu
bayi dapat meningkatkan
ikatannya dengan bayi
3. Beri edukasi tentang kesiapan 3. Pengetahuan yang adekuat
meningkatkan peran orang tua merupakan modal bagi perilkau
sehat yang lebih permanen
a. Edukasi cara menyusui yang a. Menyusui yang benar sangat
benar bermanfaat dalam
melakukan interaksi antara
ibu dan bayi
KONSEP PREEKLAMSI

A. Pengertian
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema, atau kedua-duanya yang terjadi setelah kehamilan minggu ke- 20
sampai minggu ke-6 setelah persalinan. Hipertensi sendiri di definisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
(mitayani, 2009).
Ada 2 jenis preeklampsia berdasarkan gejala klinisnya, yaitu:
1. Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa
nifas dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥
90 mmHg, proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥
1+.
2. Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg. Atau lebih disertai
proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+
pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak waktu 4 jam atau
lebih dan gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, pandangan kabur serta edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih (Nugroho, 2012 : 174).
B. Etiologi
1. Invasi Trofoblastik yang Abnormal
Implantasi plasenta dengan invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh
darah uterus, Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi
lapisan desidua dan miometrium dalam dua tahap, yaitu : intersisial dan
endovaskuler. Pertama, sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri
spiralis ibu dengan mengganti endotelium dan merusak jaringan elastis
pada tunika media dan jaringan otot polos dinding arteri serta
menggantinya dengan material jaringan fibrinoid. Proses ini selesai pada
akhir trimester I dan proses terjadi sampai deciduomyometrial junction.
Terdapat fase istirahat hingga kehamilan mencapai 14-16 minggu, tahap
kedua terjadi invasi sel trofoblas ke dalam lumen arteri spiralis hingga
kedalaman miometrium. Kemudian proses berulang seperti tahap pertama,
yaitu penggantian sel endotel, rusaknya jaringan elastis dan jaringan otot
polos, dan penggantian material fibrinoid pada dinding arteri. Akhir dari
proses ini adalah dinding pembuluh darah menjadi tipis, otot dinding arteri
lemas berbentuk seperti kantung yang berdilatasi secara pasif untuk
menyesuaikan kebutuhan aliran darah ke janin.
2. Faktor Imunologi
Toleransi imunologi yang maladaptif diantara jaringan maternal, paternal
(plasental), dan fetal. Gangguan toleransi sistem imun ibu terhadap antigen
janin dan antigen plasenta yang berasal dari paternal merupakan teori lain
yang menjelaskan penyebab preeklampsia. Perubahan histologis pada
permukaan maternal-plasental diduga merupakan reaksi penolakan akut.
3. Aktivasi Sel Endotel
Maladaptif maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi
pada kehamilan normal. Perubahan inflamasi diduga merupakan kelanjutan
perubahan tahap I yang disebabkan oleh invaginasi plasenta yang
abnormal. Serangkaian keadaan terjadi sebagai terhadap faktor plasenta
yang dilepaskan akibat perubahan iskemik atau penyebab lain. Cedera
endotel diduga dipicu oleh faktor metabolik dan anti angiogenik serta
mediator inflamasi. Disebutkan bahwa disfungsi endotel disebabkan karena
terjadinya stres oksidatif pada preeklampsia. Hal ini ditandai oleh Reactive
Oxygen Species (ROS) dan radikal bebas yang menyebabkan terbentuknya
peroksida lemak. Peroksida lemak akan membentuk radikal toksik yang
akan merusak sel endotel, mengubah produksi nitrit oksida, dan
mengganggu keseimbangan prostaglandin. Akibat lain stres oksidatif
adalah meningkatkan produksi sel busa yang kaya lemak yang terdapat
pada aterosis, aktivasi koagulasi mikrovaskular, yang ditandai
trombositopenia, dan peningkatan permeabilitas kapiler yang
bermanifestasi klinis edema dan proteinuria hiperaktivasi dalam sirkulasi
maternal.
4. Faktor Nutrisi
Tekanan darah pada populasi yang banyak mengkonsumsi buah dan
sayuran dengan antioksidan tinggi memperlihatkan hasil yang rendah,
sedangkan pada perempuan yang mengkonsumsi asam askorbat kurang dari
85 mg per hari insiden preeklampsia meningkat dua kali lipat.
5. Faktor Genetik
Faktor genetik, termasuk gen predisposisi warisan serta pengaruh
epigenetik. Preeklampsia adalah penyakit multifaktorial dan poligenik.
C. Faktor Risiko
1. Usia wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih.
2. Nulipara melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat
1. Jarak antar kehamilan kehamilan sebelumnya 10 tahun atau
2. Riwayat preeklampsia sebelumnya
3. Kehamilan multipel
4. Donor oosit, donor sperma dan donor embrio
5. Obesitas
6. Hipertensi kronik
D. Tanda gejala
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih
yang terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Bila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklampsia
dapat di curigai.terutamadisebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat
ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak
mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif
dua, atau tidak sama sekali.
E. Patofisiologi
Pada kondisi normal, terjadi remodeling anteriol spiralis uterin pada saat
diinvasi oleh trofoblast endovaskuler. Sel-sel tersebut menggantikan endotel
pembeluh darah dan garis otot sehingga diameter pembuluh darah membesar.
Vena diinvasi secara superfisial. Pada kasus preeclampsia, terjadi invasi
trofoblast yang tidak lengkap. Invasi terjadi secara dangkal terbatas pada
pembuluh darah desidua tetapi tidak mencapai pembuluh darah myometrium.
Pada kehamilan normal tanpa preeklampsia, invasi trofoblast terjadi secara
lengkap mencapai myometrium.
Pada Preeklampsia, arteroil pada myometrium hanya memiliki diameter
berukuran setengah lebih kecil dari plasenta yang normal. Selain itu pada awal
preeklampsia terjadi kerusakan endotel, insudasi dari plasma ke dinding
pembuluh darah, proliferasi sel miointimal dan nekrosi medial. Lipid dapat
terkumpul pada sel miointimal dan di dalam kantong makrofag. Akibat dari
gangguan pembuluh darah tersebut, terjadi peningkatan tekanan darah serta
kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke plasenta. Kondisi tertentu membuat
plasenta mengeluarkan faktor-faktor tertentu yang dapat memicu inflamasi
secara sistemik.
Adapun kondisi yang terjadi pada preeclampsia antara lain vasospasme,
aktivasi sel endoteliel, peningkatan respon presor dan juga aktivasi endoteliel
dan protein angiogenik serta antiangiogenik. Proses inflamasi yang terjadi
secara sistemik memicu terjadinya vasospasme. Kontriksi pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi sehingga tekanan darah meningkat.
Kerusakan pada sel endotel pembuluh darah juga menyebabkan kebocoran
interstitial sehingga platelet fibrinogen terdeposit pada subendotel. Pada
kondisi tersebut, ibu dengan preeklampsia akan mengalami gangguan
distribusi darah, iskemia pada jaringan di sekelilingnya sehingga
mengakibatkan kematian sel, perdarahan dan gangguan organ lainnya.7
Sel endotel pada ibu dengan preeklampsia tidak memiliki kemampuan yang
baik dalam melepaskan suatu senyawa pemicu vaso dilatasi, yaitu nitrit
oksida. Selain itu endotel tersebut juga menghasilkan senyawa pencetus
koagulasi serta mengalami peningkatan sensitifitas terhadap vasopressor. Pada
preeklampsia, produksi prosasiklin endothelial (PGI2) berkurang disertai
peningkatan produksi tromboksan oleh platelet. Dengan begitu, rasio
perbandingan dari prostasiklin : tromboksan berkurang. Hasil akhir dari semua
kejadian tersebut adalah pembuluh darah menyempit, tekanan darah
meningkat, cairan keluar dari ruang pembuluh darah. Jadi meskipun pasien
mengalami edema atau bengkak oleh cairan, sebenarnya dia mengalami
kondisi kekurangan cairan di pembuluh darahnya.
Senyawa lain yang meningkat pada preeklampsia adalah endotelin. Endotelin
merupakan suatu asam amino yang bersifat vasokonstriktor poten yang
memang dihasilkan oleh endotel manusia. Peningkatan poten ini terjadi karena
proses aktivasi endotel secara sistemik, bukan dihasilkan dari plasenta yang
bermasalah. Pemberian magnesium sulfat pada ibu dengan preeklampsia
diteliti mampu menurunkan kadar endotelin – 1 tersebut.9
Pada penyempurnaan plasenta, terdapat pengaturan tertentu pada protein
angiogenik dan antiangiogenik. Proses pembentukan darah plasenta itu sendiri
mulai ada sejak hari ke-21 sejak konsepsi. Adanya ketidakseimbangan
angiogenik pada preeklampsia terjadi karena produksi faktor antiangiogenik
yang berlebihan. Hal ini memperburuk kondisi hipoksia pada permukaan
uteroplasenta.
F. Penatalaksanaan
1. Tekanan darah: terapi iv mungkin diperlukan
2. Keseimbangan cairan : keseimbangan cairan perlu diperhatikan dan
dipantau secara ketat dengan menggunakan pemantauan tekanan vena
sentral secara invasive
3. Profilaksis eklampsia : pemberian magnesium sulfat
4. Pemeriksaan biokimia setiap 6 jam
5. Persiapan kelahiran prematur jika diperlukan
G. Dignosis Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
H. Intervensi
1. Anjurkan pasien bed rest
2. Beri posisi yang nyaman
3. Batasi pergerakan kepala, leher dan punggung
4. Batasi asupan garam pada makanan klien
5. Monitoring dan evaluasi: TD, nadi, CRT, oedema perifer, protein urin
6. Beri edukasi penyebab terjadinya pnyakit
7. Kolaborasi: MgSO4, antikonvulsi

DAFTAR PUSTAKA

Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

NANDA. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai