Anda di halaman 1dari 30

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS

AGREGAT LANSIA

“Posyandu Lansia Srikandi RW 01 Tunggul Wulung Kota Malang”

OLEH:
KELOMPOK 1

Diah Mega Pramesti Gupita Ayu Mustikasari


Candra Widiawati Faizal Febri Umami
Tatik Utami Nugraha Indrawati Ismail
Kamariah Nur Dewi Masyithoh
Riyan Perdana Putra Evy Afrita
Farida Nirmala Emy Harianti Akbar
Yhummei Veronia Frasia

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan
perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah
bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan
yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat
bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta
mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.
Dalam praktek keperawatan komunitas difokuskan kepada masalah keperawatan yang
timbul pada masyarakat yang dimungkinkan oleh karena masalah kesehatan secara umum.
Dengan keterbatasan waktu, sumber daya manusia dan jam praktek maka masalah dibatasi
dalam lingkup masalah keperawatan. Dalam praktek keperawatan komunitas kali ini
kelompok memfokuskan masalah di bidang kesehatan. Selain itu, selama proses belajar
praktek keperawatan komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan risiko dan
sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan
dan mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas
dan pengorganisasian komunitas. Dengan harapan, masyarakat akan mandiri dalam upaya
meningkatkan status kesehatannya.
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan di bidang kesehatan
yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah keperawatan komunitas lanjut
usia. Keperawatan komunitas lanjut usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua
bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang terjadi
dalam proses menua.
Pada observasi awal, diketahui bahwa posyandu di Tunggul Wulung RW 01 kurang
efektif berjalan karena hanya sedikit lansia yang datang tiap bulannya dan diketahui
kurangnya kunjungan disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengontrol kesehatan, kurang efektifnya desiminasi jadwal posyandu dan
keadaan jalan yang cukup padat dan ramai. Dari permasalah ini, kelompok bersama dengan
pihak komunitas lansia Tunggul Wulung ( Srikandi ) RW 01 mencari pemecahan bersama
untuk meningkatkan keefektifan posyandu lansia. Serta membantu meningkatkan kesehatan
lansia dari masalah-masalah kesehatan yang dialami.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemampuan lansia
untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi Posyandu Lansia
Srikandi RW 01 Tunggul Wulung Kota Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktek keperawatan komunitas, diharapkan mahasiswa
keperawatan mampu:
a. Bekomunikasi dan BHSP dengan Komunitas Lansia RW 01 Tunggul Wulung Malang.
b. Mengidentifikasi masalah yang ada dengan mengumpulkan, mengolah dan menganalisa
pengkajian dari Lansia RW 01 Tunggul Wulung Malang.
c. Memotivasi komunitas lansia untuk mengenali dan mengatasi masalah kesehatan.
d. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat guna mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
e. Melaksanakan kegiatan bersama komunitas lansia dalam mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
f. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah keperawatan
yang telah ditemukan.

1.3 METODE
Kegiatan praktek komunitas ini menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dengan
community of partner.
1.3.1 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dari praktek komunitas ini adalah Lansia RW 01 Tunggul Wulung Malang.
Dari data yang diperoleh, terdapat 559 lansia.

b. Sampel
Penentuan jumlah sampel lansia di Posyandu Srikandi RW 01 Tunggul Wulung
Malang yang digunakan yaitu penentuan minimum sampel berdasarkan rumus berikut
(Notoatmodjo, 2010):
N
n = N(d)2 +1

n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : nilai presisi (peran kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir/diinginkan, yaitu sebesar 10% atau 0,1).
𝑁
𝑛=
𝑁(𝑑)2 + 1
559
𝑛=
559(0,1)2 + 1
559
𝑛=
559(0,01) + 1
559
𝑛=
5,59 + 1
559
𝑛=
6,59
𝑛 = 84,82 ≈ 85 𝐿𝑎𝑛𝑠𝑖𝑎

Sampel yang digunakan dalam praktikum komunitas dengan rumus diatas didapatkan
sebanyak 85 lansia di RT 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dengan
menggunakan random sampling dan dilakukan secara door to door.
1.3.2 Tempat
Kegiatan praktikum komunitas ini dilaksanakan di lingkungan komunitas Lansia RW
01 Tunggul Wulung Malang.
1.3.3 Waktu
Persiapan kegiatan ini dilakukan sejak 28 Juli – 2 Agustus April 2015 dan pelaksanaan
kegiatan dilakukan 4 Agustus 2015.
1.3.4 Bahan dan alat yang digunakan
Bahan Pengkajian :
- Lembar angket kuisioner
- Lembar wawancara
- Lembar observasi
- Lembar demografi

Prosedur pengumpulan data


Data didapatkan melalui pengkajian :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket
4. Demografi
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada. Tingkat kemampuan fungsional.
Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit
yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri,
dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga
dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).

b) Teori – teori Proses Menua


Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap
spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung
oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata.
2) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul –
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3) Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari
produk sisa”.
5) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7) Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom )
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11) Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
12) Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.
c. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa
menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi
lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan
warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan
suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat
celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau
dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

2.2 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
 Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk
mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia
mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua
dan okupasi.
 Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa
penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami
perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri
sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
 Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the
night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan
lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka
pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman,
lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah
kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih
khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya,
mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara
egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

2.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
a. Permasalah Umum
1) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi
lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ).
Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu
1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada
kehidupan dan penghidupan lansia.
2) Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan
organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya
penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat
badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah
patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan
tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat
atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan
prostat dan inkotenensia.

2.4 Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat
gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada
lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa
nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi
tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai
pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi
berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota
keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.
 Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGKAJIAN CORE/ INTI


A. Riwayat Komunitas
Posyandu Lansia RW 01 Tunggul Wulung terletak di Kelurahan Tunggul Wulung,
Kota Malang. RW 01 Tunggul Wulung terdiri dari 16 RT, dan saat ini posyandu lansia
berada dilingkungan RT 06. Menurut hasil wawancana dengan kader posyandu lansia RW
01, diketahui bahwa didapatkan hanya beberapa lansia yang mengikuti aktif di posyandu
lansia. Dari 559 total lansia, terdiri dari pralansia dengan usia antara 45-59 tahun sejumlah
403 orang, lansia dengan usia antara 60-69 tahun sebanyak 93 orang, dan lansia usia lanjut
dengan usia > 70 tahun sebanyak 63 orang. Hanya sekitar 25-35 lansia yang mengikuti
posyandu lansia yang di laksanakan pada minggu pertama pada awal bulan.
Kurangnya kesadaran akan posyandu lansia membuat lansia kurang menyadari
pentingnya posyandu lansia. Untuk penyakit yang sering terjadi pada lansia di RW 01
Tunggul Wulung yaitu linu-linu, ada beberapa data yang didapatkan dari kader kesehatan dan
wawancara langsung dengan lansia Tunggul Wulung nyeri otot juga menyerang lansia.
Beberapa lansia juga mengalami nyeri otot sehingga susah untuk tidur. Sedangkan hasil
wawancara dengan ketua karang taruna RW 01 Tunggul Wulung, mengatakan beberapa
bulan ini wabah chikungunya merebak di Tunggul Wulung dan dari hasil kuesioner yang di
bagikan pada lansia ada beberapa lansia yang juga terkena chikungunya.

B. Demografi
Distribusi lansia di RW 01 Tunggul Wulung tahun 2015 berdasarkan usia:
Tabel 3.1 Jumlah Lansia di RW 01 Tunggul Wulung berdasarkan usia bulan Juli 2015
45-59 tahun 60-69 tahun > 70 tahun
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
205 198 33 60 28 35
403 93 63
∑ Lansia laki-laki = 266
∑ Lansia perempuan = 293
∑ Keseluruhan lansia RW 01 Tunggul Wulung = 559
C. Tipe Rumah Tangga
Menurut hasil pengumpulan data melalui angket pada sampel lansia didapatkan :

Tipe Keluarga
50
40
30
20
10
0
Nuclear Family Extended Family Single Adult Single Parent keluarga Usila

Gambar 3.1 Tipe Keluarga Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 25 lansia tinggal dikeluarga inti bersama
suami/istri dan anaknya dan 44 lansia tinggal di keluarga besar dengan suami/istri dan anak
cucunya, 6 lansia hidup sendiri, 3 lansia yang hanya tinggal dengan anaknya, serta 7 lansia
yang hanya tinggal berdua dengan suami/istrinya saja.

D. Status Pernikahan
Menurut hasil pemngumpulan data, didapatkan bahwa

Status Pernikahan
60

40

20

0
Menikah Janda Duda

Gambar 3.2 Status Pernikahan Lansia Di RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 57 lansia dengan status menikah, 21 lansia
janda, 7 lansia dengan status duda.
E. Statistik Vital
Menurut hasil wawancara dengan Ny. M kader posyandu lansia RW 01 Tunggul Wulung,
penyakit yang paling sering terjadi dilingkungan komunitas lansia RW 01 Tunggul Wulung
adalah penyakit linu-linu dan hipertensi. Menurut hasil survey didapatkan data penyakit yang
sering dikeluhkan, tentang riwayat penyakit dan hasil pengukuran kesehatan yang abnormal,
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.
Keluhan dan riwayat penyakit lansia
14
12
10
8
6
4
2
0

Gambar 3.3 Keluhan dan Riwayat Penyakit Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan keluhan terbanyak adalah linu-linu yaitu
sebanyak 12 lansia, 10 lansia dengan riwayat hipertensi, 10 orang lansia mengeluh pusing-
pusing, dan 10 lansia pernah terkena chikungunya akhir-akhir ini.

F. Nilai Kepercayaan
Nilai dan norma yang ada di komunitas ini masih mengenal nilai kesopanan, gotong
royong dan kerukunan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan. Seperti: kerja
bakti, jarang adanya pertengkaran antar warga. Untuk masalah kesehatan khususnya
mengenai posyandu, beberapa lansia belum mengetahui fungsi dari kunjungan posyandu
yaitu selain sebagai layanan pengobatan juga digunakan sebagai layanan untuk mengontrol
kesehatan dan konsultasi. Dari survey dapat dilihat motivasi lansia untuk pergi keposyandu
seperti tabel dibawah ini.
Motivasi lansia Ke Posyandu
70
60
50
40
30
20
10
0
berobat kontol tidak ikut

Gambar 3.4 Motivasi lansia ke posyandu Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015

Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 15 lansia datang ke posyandu dikarenakan
berobat karena merasa sakit, 10 lansia dikarenakan ingin mengontrol kesehatannya dan 60
orang lainnya tidak mengikuti posyandu.

2.2 PENGKAJIAN SUBSISTEM


A. Lingkungan Fisik
Menurut hasil data demografi terdapat 559 lansia yang berada di lingkungan RW 01
Tunggul Wulung dan terdapat 7 kader lansia. Dari wawancara dengan salah satu kader,
penggunaan KMS lansia RW 01 Tunggul Wulung sudah tidak aktif di jalankan, sehingga
para lansia yang datang ke posyandu tidak menggunakan KMS lansia. Dari hasil observasi
pada saat posyandu KMS lansia hanya d tuliskan dalam buku kecil berwarna biru yang isinya
pengukuran BB, TB, lingkar perut, lingkar lengan, dan hasil pengukuran tekanan darah.
Menurut hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2015, Posyandu
berada di jl. Simpangan Akordion yang terletak di RT 06. Tempat tersebut biasa digunakan
untuk posyandu balita dan lansia. Kondisi posyandu cukup memadai, bersih dan agak sempit.
Perangkat posyandu juga cukup lengkap dari meja, kursi, timbangan BB, pengukur TB,
timbangan balita. Posyandu diadakan di luar ruangan sehingga penerangan dan udara cukup
baik. Menurut hasil wawancara diketahui, posyandu lansia selalu diadakan setiap minggu
pertama di awal bulan pada hari senin. Menurut wawancara juga diketahui bahwa kader
jarang mengikuti pelatihan, pernah ada pelatihan namun hanya sekali dan hanya 1 kader yang
mengikuti. Seperti pada pemeriksaan tekanan darah, walaupun kader telah dibekali alat
pengukur tekanan darah, namun kader yang bisa menggunakan alat hanya 1 orang.

Tabel 3.2 Komunitas Posyandu lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


∑ Seluruh Pengurus RW Kader Lansia
Komunitas
Posyandu lansia 7 7 545
559

Beberapa lansia mengatakan, bila sakit biasanya pergi ke posyandu atau pergi ke
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Puskesmas yang lebih sering didatangi adalah
puskesmas dinoyo ketimbang ke puskesmas pembantu dikarenakan jarak yang tidak begitu
jauh juga dari rumah ke puskesmas. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa penyebab lansia
sedikit mengikuti kegiatan posyandu dikarenakan jadwal posyandu yang tidak diketahui. Dan
dibawah ini dapat dilihat tabel kehadiran lansia dalam 3 bulan tarakhir.
Tabel 3.3 Absensi kunjungan lansia
RT Total
Bulan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
Mei 2 0 2 2 2 5 2 2 7 0 0 0 0 0 0 0 24
Juni 1 0 2 4 2 3 2 2 7 4 0 0 0 0 0 0 26
Juli 1 0 1 5 4 7 2 3 7 1 0 0 0 0 0 0 31
Total 4 0 5 11 8 15 6 7 21 5 0 0 0 0 0 0 81
Rata-rata 27

Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan bahwa : kunjungan lansia tiap bulannya
didominasi oleh RT 6 dan 9. Sedangkan RT XI, XII, XIII, XIV, XV, dan XIV tidak pernah
mengikuti posyandu lansia karena daerah perumahan sehingga mengikuti posyandu yang
disana.
Kunjungan Posyandu Lansia
70
60
50
40
30
20
10
0
Rutin Jarang Tidak pernah

Gambar 3.5 Kunjungan posyandu Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 17 lansia rutin mengikuti posyandu lansia, 8
lansia jarang mengikuti posyandu lansia dan 60 mengatakan tidak pernah mengikuti
posyandu lansia.

Penyebab Tidak hadir atau Jarang


40
30
20
10
0
Tidak tahu Malas Kerja Merasa masih sehat

Gambar 3.6 Penyebab tidak atau Jarang hadir posyandu Lansia RW 01 Tunggul
Wulung, Malang 2015
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 68 lansia yang tidak pernah hadir atau jarang
hadir di posyandu lansia. 31 lansia mengatakan karena tidak mengetahui jadwal, 22 lansia
mengatakan malas, 8 lansia mengatakan bekarja, dan 7 lansia mengatakan masih sehat
sehingga tidak perlu ke posyandu.

B. Layanan Kesehatan dan Sosial


Layanan Kesehatan
Dari data observasi, dan wawancara, di lingkungan sekitar RW 01 Tunggul Wulung layanan
kesehatan selain posyandu lansia juga terdapat posyandu balita.
Layanan Sosial
Dari data wawancara, diketahui bahwa lingkungan tidak terdapat layanan sosial.

C. Ekonomi
Karateristik Finansial Keluarga

Jenis Pekerjaan
40
30
20
10
0
Tani Bangunan Wiraswasta Swasta Bangunan Tidak kerja

Gambar 3.7 Jenis Pekerjaan Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 29 lansia sudah tidak bekerja dan 56
lansia masih bekerja. Diataranya ada yang berkerja sebagai petani, bangunan dan berjualan.

Pendapatan Lansia
50
40
30
20
10
0
< 500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000

Gambar 3.8 Pendapatan Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprastasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 27 lansia mendapat penghasilan Rp.
<500.000/bln, 41 keluarga mendapat penghasilan >500.000-1.000.000/bln dan 17 keluarga
lansia yang mendapat pendapatan > 1.000.000/bln.

D. Tarnsportasi dan Keselamatan


Dari hasil observasi dan wawancara dengan salah satu kader posyandu lansia, lingkungan
di RW 01 Tunggul Wulung masuk dalam katagori lalu lintas yang cukup padat dan ramai.
Letak RT ke RT lainnya berdekatan, sehingga dengan berjalan kaki sudah bisa sampai ke
posyandu, hanya RT 11-16 yang cukup jauh dari tempat posyandu sehingga mereka tidak
pernah mengikuti kegiatan posyandu di RT 6. Dari survey angket didapatkan data mengenai
transportasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
.

Alat Transportasi yang digunakan


50
40
30
20
10
0
kendaraan pribadi kendaraan umum jalan kaki

Gambar 3.9 Transportasi yang digunakan lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang


2015
Interprestasi :
Berdasarkan hasil angket dari 85 sampel diketahui 33 lansia menggunakan kendaraan pribadi,
9 lansia menggunakan angkot, dan 43 lansia jalan kaki untuk sampai ke tempat pelayanan
kesehatan.

E. Komunikasi
Berdasarkan data angket dari 85 sampel, semua lansia menggunakan bahasa jawa untuk
berkomunikasi sehari-hari. Untuk alat komunikasi jarak jauh yang digunakan semua lansia
sudah menggunakan telepon dan tidak ada yang menggunakan surat. Sebagian besar lansia
mendapatkan informasi melalui televise dan Koran. Untuk informasi jadwal posyandu sendiri
biasanya disebarkan melalui kader-kader posyandu dari mulut ke mulut.
Menurut hasil wawancara, cara lansia mendapatkan informasi dari pihak puskesmas
untuk jadwal posyandu malaui kader lansia. Awal jadwal posyandu oleh puskesmas akan
diberitahukan ke pada kader. Selanjutnya kader melakukkan penyebaran informasi pada
setiap perwakilan RT. Selanjutnya para kader dari tiap RT diminta untuk menyebarkan
informasi. Metode penyebaran informasi ada bermacam-macam. Dengan memberitahuakan
melaui datang kerumah lansia langsung untuk memberi tahu, memberi tahu beberapa lansia
dan meminta tolong menyampaikan pada lansia lain.
F. Pendidikan
Dari data wawancara diketahui, tidak ada kader lansia yang menempuh pendidikan
kesehatan. Sedangkan status pendidikan lansia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari data
observasi, layanan pendidikan yang terdapat di posyandu tidak ada, leflet atau majalah
didinding tentang kesehatan juga belum ada.

Status Pendidikan Lansia


60
50
40
30
20
10
0
Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan
Tinggi

Gambar 3.15 Status Pendidikan lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015


Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: Lansia yang berpendikan SD yaitu
sebanyak 57 lansia, menempuh pendidikan SMP sebanyak 3 lansia dan SMA sebanyak 72
lansia. Sebanyak 2 orang lansia pendidikan perguruan tinggi dan 21 orang lansia yang tidak
menempuh pendidikan.

G. Rekreasi
Dari hasil data wawancara, para kader pernah melakukan kegiatan rekreasi. Namun
jarang dilakukan atau tidak rutin karena keterbatasan dana. Dan sebagian besar lansia juga
tidak pernah melakukan kegiatan rekreasi.
Dari hasil data angket 36 lansia memanfaatkan waktu luang dengan beristirahat, 29 lansia
mengerjakan pekerjaan rumah, 8 lansia nonton tv bersama keluarga, 4 orang berkebun, 1
orang main ke rumah tetangga, dan 14 lansia memanfaatkan waktu luang dengan rekreasi
seperti mengunjungi wisata relegi dan taman.

H. Politik dan Pemerintahan


Menurut data wawancara dengan key informant, lingkungan tidak memiliki peraturan
atau kebijakan khusus mengenai masalah polotik atau pemerintahan. Berdasarkan hasil data
angket dari 85 sampel juga diketahui bahwa tidak ada iuran wajib yang harus dikumpulkan di
posyandu lansia. Dan hasil wawancara dengan ketua karang taruna hanya ada pemungutan
5.000/bulan untuk uang sampah dan kematian.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa Data Komunitas

Tabel. 4.1 Analisa Data Komunitas

NO. DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Kurangnya Belum efektifnya


 Lansia mengatakan tidak pengetahuan lansia perilaku lansia
mengikuti posyandu lansia dan dan motivasi terhadap
belum mempunyai KMS lansia keluarga terhadap pentingnya
 Hasil wawancara dengan kader pentingnya menjaga dan
lansia mengatakan bahwa mengikuti posyandu memelihara
penyebaran informasi tentang lansia kesehatan secara
posyandu hanya disebarkan lewat optimal
mulut ke mulut, karena posyandu
sudah terjadwal pada minggu
pertama di awal bulan.
 Saat wawancara, lansia
mengatakan bahwa mereka tidak
ikut posyandu karena tidak tahu
jadwal posyandu tersebut

DO :
 Dari 559 lansia di RW 01, rata-
rata lansia yang ikut posyandu
sebanyak 27 lansia.
 Terdapat 10 lansia dengan
riwayat hipertensi.
 Terdapat 12 lansia dengan linu-
linu (rheumatoid atritis)
 Terdapat 10 lansia dengan
keluhan pusing-pusing

Diagnosa :
Belum meratanya informasi kesehatan tentang posyandu lansia berhubungan dengan
kurang partisipasi dan antusias dari lansia untuk mengikuti posyandu

2 DS : Ketidaktahuan lansia Tingginya


 Kader lansia mengatakan terhadap penyakit prevalensi lansia
kebanyakan lansia memiliki darah hipertensi dan yang terkena
tinggi dan linu-linu. rheumatoid hipertensi dan
 Saat wawancara, lansia rheumatoid
mengatakan sering linu-linu dan
pusing

DO :
 Dari hasil kuesioner 10 lansia
memiliki riwayat hipertensi dan
12 lansia memiliki riwayat
rheumatoid
 Dari hasil pengukuran tekanan
darah 85 lansia didapatkan 10
lansia dengan darah tinggi yaitu
antara 140-180/70-120
 Terdapat lansia yang
mengkonsumsi obat Captopril,
barlosit, asam mefenamat,
omedronat dengan tekanan darah
170/120

Diagnosa :
Tingginya prevalensi lansia yang terkena hipertensi berhubungan dengan kurangnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi
3. DS : Keterampilan dan Belum
 Kader lansia mengatakan bahwa kompetensi serta maksimalnya
hanya 1 orang dari 7 orang kader motivasi SDM penanganan dan
lansia saja yang bisa (Kader Posyandu pengelolaan
menggunakan tensimeter Lansia) masih belum Posyandu Lansia
 Ketua kader lansia mengatakan maksimal RW 01 Tunggul
bahwa di posyandu lansia sudah Wulung
tidak menggunakan KMS lansia,
karena kurang efektif dalam
penggunaannya.
 Hasil wawancara dengan kader
lansia mengatakan bahwa
penyebaran informasi tentang
posyandu hanya disebarkan lewat
mulut ke mulut, karena posyandu
sudah terjadwal pada minggu
pertama di awal bulan.
 Saat wawancara, lansia
mengatakan bahwa mereka tidak
ikut posyandu karena tidak tahu
jadwal posyandu tersebut.

DO :
 Dari hasil data observasi di
posyandu, lansia tidak
menggunakan KMS lansia, hanya
menggunakan buku regester
berwarna biru yang berisi hasil
pengukuran berat badan, tinggi
badan, tekanan darah, dan lingkar
pinggang.

Diagnosa :
Belum maksimalnya penanganan dan pengelolaan Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan
Tunggul Wulung berhubungan dengan Keterampilan dan kompetensi SDM (Kader
Posyandu Lansia) masih belum maksimal

DIAGNOSA

1. Belum meratanya informasi kesehatan tentang posyandu lansia berhubungan dengan


kurang partisipasi dan antusias dari lansia untuk mengikuti posyandu

2. Tingginya prevalensi penyakit hipertensi berhubungan dengan kurangnya kesadaran


dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi.

3. Belum maksimalnya penanganan dan pengelolaan Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan


Tunggul Wulung berhubungan dengan Keterampilan dan kompetensi SDM (Kader
Posyandu Lansia) masih belum maksimal.
PLAN OF ACTION ( POA ) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No. Masalah Rencana Tanggal Tempat Alat dan Bahan Materi PJ


Kegiatan Pelaksana
an
1. Belum maksimalnya Memberikan - SAP Penyuluhan tentang Kamariah, Diah
informasi kesehatan penyuluhan - Leaflet posyandu lansia Mega, Indrawati
yang didapat lansia tentang - Kamera Ismail
warga RW01 pentingnya - Kabel Roll
Tunggul Wulung posyandu - Wireless
lansia - Meja kursi
- Daftar Hadir
- Modul
2. Tingginya prevalensi Memberikan - Kamera Kamariah, Diah
lansia yang terkena penyuluhan - Meja kursi Mega, Indrawati
hipertensi tentang diit - Daftar Hadir Ismails
pada - Alat
penderita pemeriksaan
hipertensi kesehatan
meliputi:
Tensimeter,
timbangan,
mikrotoar.
- KMS lansia dan
KMS PTM
3. Belum maksimalnya - Kamera 1. Penyuluhan tentang Kamariah, Diah
penanganan dan - Meja kursi konsep posyandu lansia Mega, Indra
pengelolaan - Daftar Hadir 2. Penyuluhan tentang cara Wati Ismail
Posyandu Lansia RW - Alat pengisian KMS lansia
01 Tunggul Wulung pemeriksaan dan KMS PTM
kesehatan
meliputi:
Tensimeter,
timbangan,
mikrotoar.
- KMS lansia dan
KMS PTM

Anda mungkin juga menyukai