AGREGAT LANSIA
OLEH:
KELOMPOK 1
1.3 METODE
Kegiatan praktek komunitas ini menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dengan
community of partner.
1.3.1 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dari praktek komunitas ini adalah Lansia RW 01 Tunggul Wulung Malang.
Dari data yang diperoleh, terdapat 559 lansia.
b. Sampel
Penentuan jumlah sampel lansia di Posyandu Srikandi RW 01 Tunggul Wulung
Malang yang digunakan yaitu penentuan minimum sampel berdasarkan rumus berikut
(Notoatmodjo, 2010):
N
n = N(d)2 +1
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : nilai presisi (peran kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir/diinginkan, yaitu sebesar 10% atau 0,1).
𝑁
𝑛=
𝑁(𝑑)2 + 1
559
𝑛=
559(0,1)2 + 1
559
𝑛=
559(0,01) + 1
559
𝑛=
5,59 + 1
559
𝑛=
6,59
𝑛 = 84,82 ≈ 85 𝐿𝑎𝑛𝑠𝑖𝑎
Sampel yang digunakan dalam praktikum komunitas dengan rumus diatas didapatkan
sebanyak 85 lansia di RT 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dengan
menggunakan random sampling dan dilakukan secara door to door.
1.3.2 Tempat
Kegiatan praktikum komunitas ini dilaksanakan di lingkungan komunitas Lansia RW
01 Tunggul Wulung Malang.
1.3.3 Waktu
Persiapan kegiatan ini dilakukan sejak 28 Juli – 2 Agustus April 2015 dan pelaksanaan
kegiatan dilakukan 4 Agustus 2015.
1.3.4 Bahan dan alat yang digunakan
Bahan Pengkajian :
- Lembar angket kuisioner
- Lembar wawancara
- Lembar observasi
- Lembar demografi
2.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada. Tingkat kemampuan fungsional.
Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit
yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri,
dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga
dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).
B. Demografi
Distribusi lansia di RW 01 Tunggul Wulung tahun 2015 berdasarkan usia:
Tabel 3.1 Jumlah Lansia di RW 01 Tunggul Wulung berdasarkan usia bulan Juli 2015
45-59 tahun 60-69 tahun > 70 tahun
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
205 198 33 60 28 35
403 93 63
∑ Lansia laki-laki = 266
∑ Lansia perempuan = 293
∑ Keseluruhan lansia RW 01 Tunggul Wulung = 559
C. Tipe Rumah Tangga
Menurut hasil pengumpulan data melalui angket pada sampel lansia didapatkan :
Tipe Keluarga
50
40
30
20
10
0
Nuclear Family Extended Family Single Adult Single Parent keluarga Usila
D. Status Pernikahan
Menurut hasil pemngumpulan data, didapatkan bahwa
Status Pernikahan
60
40
20
0
Menikah Janda Duda
Gambar 3.3 Keluhan dan Riwayat Penyakit Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan keluhan terbanyak adalah linu-linu yaitu
sebanyak 12 lansia, 10 lansia dengan riwayat hipertensi, 10 orang lansia mengeluh pusing-
pusing, dan 10 lansia pernah terkena chikungunya akhir-akhir ini.
F. Nilai Kepercayaan
Nilai dan norma yang ada di komunitas ini masih mengenal nilai kesopanan, gotong
royong dan kerukunan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan. Seperti: kerja
bakti, jarang adanya pertengkaran antar warga. Untuk masalah kesehatan khususnya
mengenai posyandu, beberapa lansia belum mengetahui fungsi dari kunjungan posyandu
yaitu selain sebagai layanan pengobatan juga digunakan sebagai layanan untuk mengontrol
kesehatan dan konsultasi. Dari survey dapat dilihat motivasi lansia untuk pergi keposyandu
seperti tabel dibawah ini.
Motivasi lansia Ke Posyandu
70
60
50
40
30
20
10
0
berobat kontol tidak ikut
Gambar 3.4 Motivasi lansia ke posyandu Lansia RW 01 Tunggul Wulung, Malang 2015
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 15 lansia datang ke posyandu dikarenakan
berobat karena merasa sakit, 10 lansia dikarenakan ingin mengontrol kesehatannya dan 60
orang lainnya tidak mengikuti posyandu.
Beberapa lansia mengatakan, bila sakit biasanya pergi ke posyandu atau pergi ke
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Puskesmas yang lebih sering didatangi adalah
puskesmas dinoyo ketimbang ke puskesmas pembantu dikarenakan jarak yang tidak begitu
jauh juga dari rumah ke puskesmas. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa penyebab lansia
sedikit mengikuti kegiatan posyandu dikarenakan jadwal posyandu yang tidak diketahui. Dan
dibawah ini dapat dilihat tabel kehadiran lansia dalam 3 bulan tarakhir.
Tabel 3.3 Absensi kunjungan lansia
RT Total
Bulan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
Mei 2 0 2 2 2 5 2 2 7 0 0 0 0 0 0 0 24
Juni 1 0 2 4 2 3 2 2 7 4 0 0 0 0 0 0 26
Juli 1 0 1 5 4 7 2 3 7 1 0 0 0 0 0 0 31
Total 4 0 5 11 8 15 6 7 21 5 0 0 0 0 0 0 81
Rata-rata 27
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan bahwa : kunjungan lansia tiap bulannya
didominasi oleh RT 6 dan 9. Sedangkan RT XI, XII, XIII, XIV, XV, dan XIV tidak pernah
mengikuti posyandu lansia karena daerah perumahan sehingga mengikuti posyandu yang
disana.
Kunjungan Posyandu Lansia
70
60
50
40
30
20
10
0
Rutin Jarang Tidak pernah
Gambar 3.6 Penyebab tidak atau Jarang hadir posyandu Lansia RW 01 Tunggul
Wulung, Malang 2015
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 85 sampel didapatkan: 68 lansia yang tidak pernah hadir atau jarang
hadir di posyandu lansia. 31 lansia mengatakan karena tidak mengetahui jadwal, 22 lansia
mengatakan malas, 8 lansia mengatakan bekarja, dan 7 lansia mengatakan masih sehat
sehingga tidak perlu ke posyandu.
C. Ekonomi
Karateristik Finansial Keluarga
Jenis Pekerjaan
40
30
20
10
0
Tani Bangunan Wiraswasta Swasta Bangunan Tidak kerja
Pendapatan Lansia
50
40
30
20
10
0
< 500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000
E. Komunikasi
Berdasarkan data angket dari 85 sampel, semua lansia menggunakan bahasa jawa untuk
berkomunikasi sehari-hari. Untuk alat komunikasi jarak jauh yang digunakan semua lansia
sudah menggunakan telepon dan tidak ada yang menggunakan surat. Sebagian besar lansia
mendapatkan informasi melalui televise dan Koran. Untuk informasi jadwal posyandu sendiri
biasanya disebarkan melalui kader-kader posyandu dari mulut ke mulut.
Menurut hasil wawancara, cara lansia mendapatkan informasi dari pihak puskesmas
untuk jadwal posyandu malaui kader lansia. Awal jadwal posyandu oleh puskesmas akan
diberitahukan ke pada kader. Selanjutnya kader melakukkan penyebaran informasi pada
setiap perwakilan RT. Selanjutnya para kader dari tiap RT diminta untuk menyebarkan
informasi. Metode penyebaran informasi ada bermacam-macam. Dengan memberitahuakan
melaui datang kerumah lansia langsung untuk memberi tahu, memberi tahu beberapa lansia
dan meminta tolong menyampaikan pada lansia lain.
F. Pendidikan
Dari data wawancara diketahui, tidak ada kader lansia yang menempuh pendidikan
kesehatan. Sedangkan status pendidikan lansia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari data
observasi, layanan pendidikan yang terdapat di posyandu tidak ada, leflet atau majalah
didinding tentang kesehatan juga belum ada.
G. Rekreasi
Dari hasil data wawancara, para kader pernah melakukan kegiatan rekreasi. Namun
jarang dilakukan atau tidak rutin karena keterbatasan dana. Dan sebagian besar lansia juga
tidak pernah melakukan kegiatan rekreasi.
Dari hasil data angket 36 lansia memanfaatkan waktu luang dengan beristirahat, 29 lansia
mengerjakan pekerjaan rumah, 8 lansia nonton tv bersama keluarga, 4 orang berkebun, 1
orang main ke rumah tetangga, dan 14 lansia memanfaatkan waktu luang dengan rekreasi
seperti mengunjungi wisata relegi dan taman.
DO :
Dari 559 lansia di RW 01, rata-
rata lansia yang ikut posyandu
sebanyak 27 lansia.
Terdapat 10 lansia dengan
riwayat hipertensi.
Terdapat 12 lansia dengan linu-
linu (rheumatoid atritis)
Terdapat 10 lansia dengan
keluhan pusing-pusing
Diagnosa :
Belum meratanya informasi kesehatan tentang posyandu lansia berhubungan dengan
kurang partisipasi dan antusias dari lansia untuk mengikuti posyandu
DO :
Dari hasil kuesioner 10 lansia
memiliki riwayat hipertensi dan
12 lansia memiliki riwayat
rheumatoid
Dari hasil pengukuran tekanan
darah 85 lansia didapatkan 10
lansia dengan darah tinggi yaitu
antara 140-180/70-120
Terdapat lansia yang
mengkonsumsi obat Captopril,
barlosit, asam mefenamat,
omedronat dengan tekanan darah
170/120
Diagnosa :
Tingginya prevalensi lansia yang terkena hipertensi berhubungan dengan kurangnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi
3. DS : Keterampilan dan Belum
Kader lansia mengatakan bahwa kompetensi serta maksimalnya
hanya 1 orang dari 7 orang kader motivasi SDM penanganan dan
lansia saja yang bisa (Kader Posyandu pengelolaan
menggunakan tensimeter Lansia) masih belum Posyandu Lansia
Ketua kader lansia mengatakan maksimal RW 01 Tunggul
bahwa di posyandu lansia sudah Wulung
tidak menggunakan KMS lansia,
karena kurang efektif dalam
penggunaannya.
Hasil wawancara dengan kader
lansia mengatakan bahwa
penyebaran informasi tentang
posyandu hanya disebarkan lewat
mulut ke mulut, karena posyandu
sudah terjadwal pada minggu
pertama di awal bulan.
Saat wawancara, lansia
mengatakan bahwa mereka tidak
ikut posyandu karena tidak tahu
jadwal posyandu tersebut.
DO :
Dari hasil data observasi di
posyandu, lansia tidak
menggunakan KMS lansia, hanya
menggunakan buku regester
berwarna biru yang berisi hasil
pengukuran berat badan, tinggi
badan, tekanan darah, dan lingkar
pinggang.
Diagnosa :
Belum maksimalnya penanganan dan pengelolaan Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan
Tunggul Wulung berhubungan dengan Keterampilan dan kompetensi SDM (Kader
Posyandu Lansia) masih belum maksimal
DIAGNOSA