Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK SAINS KEPERAWATAN

“STUDI KASUS IMPLIKASI PHILOSOPHY, GRAND, DAN MIDDLE


RANGE THEORY KEPERAWATAN BERBASIS JURNAL”

Oleh :
1. Yustina Emi Setyobudi (196070300111009)
2. Ahyar Rosidi (196070300111015)
3. Dinar Yuni Awalia A. C (196070300111038)
4. Yanli E. Tuwohingide (196070300111054)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mandiri “Studi Kasus
Implikasi Philosophy, Grand, dan Middle Range Theory Keperawatan Berbasis
Jurnal” untuk mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Peminatan Komunitas. Tugas ini disusun berdasarkan kebutuhan
mahasiswa terhadap referensi penunjang mata kuliah Sains Keperawatan.
Dengan diselesaikanya tugas kelompok ini, penulis mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. dr. Wisnu Barlianto., M.Si,Med., Sp.A(K). dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2. Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes. sebagai Ketua Jurusan Keperawatan yang telah
membimbing penulis menuntut ilmu dan senantiasa memberikan dukungan di
Jurusan Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
3. Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti., S,Kp., M.Kes sebagai Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan yang telah mendukung dalam penyelesaian Tugas Mandiri
4. Dr. Asti Melani Astari, S,Kp., M.Kep.. Sp. Mat sebagai dosen Mata Kuliah
Sains Keperawatan.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, demi penyempurnaan
makalah berikutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Malang, 1 November 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stroke

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena


ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak
adanya kecenderungan peningkatan insidennya. Stroke adalah suatu penyakit
defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak
yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian.
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresif dan
cepat, serta berupa defisit neurologis lokal dan atau global yang berlangsung
24 jam atau lebih. Selain itu juga bisa langsung menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah non traumatik (Masjoer, 2000).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung
24 jam atau lebih. Selain itu dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
oleh peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer 2000 dalam Ariani
2012). Stroke merupakan kehilangan fungsi otak secara mendadak akibat
gangguan suplai darah ke otak. Tanda dan gejala serangan stroke bergantung
pada keparahan dan lokasi gangguan aliran darah (Stillwell, 2003).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun
ke tahun. Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker. Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab
kecatatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan stroke sebagai masalah
kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya
gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap
program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan
permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal
tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru, tingginya
angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke ulang di
Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
2.1.1 Klasifikasi Stroke
1. Stroke Iskemik.
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Pada
stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan
cabang dari lengkung aorta jantung.
Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
1) Stroke trombotik adalah proses terbentuknya trombus yang membuat
penggumpalan.
2) Stroke embolik adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3) Hipoperfusion Sistemik adalah berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

2. Stroke Hemoragik
Perdarahan dalam jaringan otak yang disebabkan oleh ruptur
pembuluh darah otak secara mendadak. Menurut Muttaqin 2008 stroke
hemoragik dibagi menjadi dua yaitu:
1) Perdarahan Intraserebral merupakan pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak,
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
2) Perdarahan Subaraknoid yaitu perdarahan yang berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak.

2.2 Teori Keperawatan


2.2.1 Phylosophy Theory : Florence Nightingale
Florence Nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Firenze
Italia dan meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris
pada usianya yang ke-90 tahun. Florence Nightingale dibesarkan dalam
keluarga yang berada, namanya diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa
kecilnya ia tinggal di Lea Hurst sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya yang bernama William Nightingale yang merupakan seorang tuan
tanah terkaya di Derbishire dan ibunya adalah keturunan ningrat dan
terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
yang bernama Parthenope. Pada masa remajanya Florence Nightingale lebih
banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Ia
jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, hingga akhirnya pada usianya
yang cukup muda ia hanya menghabiskan waktu untuk merawat orang-orang
yang sakit, Florence Nightingale menghidupkan konsep penjagaan
kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Kemudian, Florence
Nightingale dikenal dengan nama ‟Bidadari Berlampu” (The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada perang Krimea. Florence Nightingale adalah perawat yang pertama kali
ada di dunia dan beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah
dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan
penting dalam perkembangan ilmu keperawatan. Teori Florence Nightingale
lebih mengemukakan tentang lingkungan.
A. Model Konsep Florence Nightingale
Florence memposisikan lingkungan adalah sebagai fokus asuhan
keperawatan,dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain. Model
konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma
perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan
lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu
diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam
konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan, psiklologis dan lingkungan sosial.
1. Lingkungan Fisik (Physical Environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2. Lingkungan Psikologi (Psychology Environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan
yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien
menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan
yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor
untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila
dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien.
Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati
yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu,
membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau
cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.
3. Lingkungan Sosial (Social Environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama
hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik
dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam hubungan
dengan kasus- kasus secara spesifik lebih sekadar data- data yang
ditunjukan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komoniti
dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh
tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit
tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap
lingkungan secara khusus.

B. Komponen Pokok Lingkungan Sehat menurut Florence Nightingale


Terdapat lima (5) komponen pokok lingkungan sehat menurut Florence
Nightingale, antara lain :
1) Peredaran hawa baik.
Maksudnya adalah suatu keadaan dimana suhu berada dalam
keadaan normal.
2) Cahaya yang memadai
Cahaya yang cukup dalam pemenuhan kesehatan pasien.
3) Kehangatan yang cukup
Kehangatan yang diperlukan untuk proses pemulihan.
4) Pengendalian kebisingan
Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak terganggu oleh
kebisingan (keributan).
5) Pengendalian effluvia (bau yang berbahaya)
Menjauhkan pasien dari bau yang menyebabkan gangguan dalam
kesehatan.

C. Komponen Lingkungan dalam Teori Florence Nightingale


Terdapat 12 macam Komponen Lingkungan dalam Teori Florence
Nightingale
1) Kesehatan rumah
Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga seseorang
merasa nyaman.
2) Ventilasi dan pemanasan
Ventilasi merupakan perhatian utama dari teori Nightingale. Ventilasi
merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen
lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai
pemulihan penyakit.
3) Cahaya
Pengaruh nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan
manfaat dari pencahayaan konsep ini sangat penting dalam teori
Florence, dia mengidentifikasi secara langsung bahwa sinar matahari
merupakan kebutuhan pasien. Menurutnya pencahayaan mempunyai
sinar matahari, perawat diinstruksikan untuk mengkondisikan agar
pasien terpapar dengan sinar matahari.
4) Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau
ruangan. Hal tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu
pasien.
5) Variasi/keanekaragaman
Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi sesorang,
misalnya makanan.
6) Tempat tidur
Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang dan juga pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan
gangguan pada kesehatan.
7) Kebersihan kamar dan halaman
Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan.
Oleh karena itu, pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan
halaman.
8) Kebersihan pribadi
Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang karena
merupakan bagian dari kebersihan secara fisik.
9) Pengambilan nutrisi dan makanan
Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal menjaga keseimbangan
tubuh. Adanya nutrisi dan pola makan yang baik sangat berpengaruh
bagi kesehatan.
10) Obrolan, harapan dan nasehat
Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut kesehatan mental
seseorang dalam menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat perlu
dilakukan antara perawat, pasien dan keluarga. Mental yang yang
terganggu akan mempengaruhi kesehatan pasien.
11) Pengamatan orang sakit
Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat, dimana
seorang perawat harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.
12) Pertimbangan sosial
Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil suatu keputusan
tetapi dari berbagai sisi.

D. Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Proses Keperawatan


1) Pengkajian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada
kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
2) Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan
dengan lingkungan keseluruhan.
3) Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan
misalnya;
a. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
b. Ventilasi Merupakan indikasi yang berhubungan dengan
komponen lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan
dapat juga sebagai sumber pemulihan penyakit.
c. Pembuangan sampah
d. Pencemaran lingkungan
e. Komunikasi sosial, dll
4) Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan
dengan lingkungan antara lain :
a. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan
b. Penyesuaian terhadap lingkungan.
c. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
5) Implementasi (Pelaksanaan) upaya dasar merubah/mempengaruhi
lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan
yang baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan individu.
6) Evaluasi Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan
terhadap kesehatan individu.

E. Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan


Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat
pasien yang di terapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi
menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien.
a) Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-
menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap
perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih
udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
b) Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit
pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air
tetap terjaga kebersihannya.
c) Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran
sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien
d) Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat
memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.

e) Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah
cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat membermanfaat
yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa
klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak
terdapat kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
Selain kelima komponen lingkungan diatas, seorang perawat juga harus
memperhatikan kehangatan, ketenangan, dan makanan klien.

2.2.2 Grand Theory : Dhorotea Orem : Self Care


Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang
konsultan pada bagian pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan dan
Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam suatu proyek pelatihan
peningkatan praktek perawat (vokasional). Pekerjaan ini menstimulasi
Orem untuk membuat suatu pertanyaan : “Kondisi apa dan kapan
seseorang membutuhkan pelayanann keperawatan?” Orem kemudian
menekankan ide bahwa seorang perawat itu adalah “Diri sendiri”. Ide
inilah yang kemudian dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self
Care”. Pada tahun 1959 konsep keperawatn Orem ini pertama sekali
dipublikasikan. Tahun 1965 Orem bekerjasama dengan beberapa anggota
fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk suatu Comite
Model Keperawatan (Nursing Model Committee). Tahun 1968 bagian
dari Nursing Model Committee termasuk Orem melanjutkan pekerjaan
mereka melalui Nursing Development Conference Group
(NDCG). Kelompok ini kemudian dibentuk untuk menghasilkan suatu
kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan menetapkan disiplin
keperawatan. Orem Kemudian mengembangkan konsep keperawatanya
“self care” dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of
Practice. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu, sedangkan edisi
kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit (keluarga,
kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan
General Theory Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem
memberikan penekanan yang lebih besar terhadap anak-anak, kelompok
dan masyarakat. Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3
teori yang berkaitan yaitu : 1). Self Care, 2). Self care system dan
3) nursing system. Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep
sentral yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care systemtic, self
care system, nursing agency, dan nursing system, serta satu konsep perifer
yaitu basic conditioning factor (system kondisi dasar). Postulat self
care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari prilaku yang telah
dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya.
Selfcare menurut Orem adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang di
prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. (Orem 1980)
pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan selfcare dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan
kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.

A. Konsep Keperawatan Orem

Konsep Keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam


memenuhi kebutuhan perawatan dari klien untuk menerapkan kemandirian
dan kesehatan yang optimal, Orem mengembangkan teori yang saling
berhubungan yaitu teori “Self Care Deficit”, Teori “Self Care”, dan teori
“Nursing System”, ketiga teori tersebut berfokus pada manusia
menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya dengan
merawat diri mereka sendiri.

1. Teori Self care Deficite


Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara
umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat
perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus.
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keperawatan dirinya dan memeliki
berbagai keterbatasan-keterbatan dalam mencapai dalam mencapai taraf
kesehatannya, perawatn yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan, yaitu ketergantungan total atau parsial. Deficit perawatan
diri menjelaskan hubungan antar kemampuan seseorang dalam
bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri,
sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan
memngalami penurunan deficit perawat mandiri.
2. Teori Self Care
Teori Self Care adalah tindakan yang matang dan mementingkan orang
lain yang mempunyai potensi untuk berkembang, serta mengembangkan
kemampuan yang dimiliki agar dapat menggunakan secara tepat, nyata dan
Valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam
perubahan lingkungan, Self Care digunakan untuk mengontrol atau external
dan internal yang mempengaruhi aktifitas seseorang untuk menjalankan
fungsinya dan berperanan untuk mencapai kesejahteraannya. Teori self care
meliputi :

1) Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta


dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Self Care Demand tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan
alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites kebutuhan self care merupakan suatu tindakan
yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang
bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia
serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites
terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites
(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar),
Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan
yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
3. Teori Nursing System
Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesign, dan
menyediakan perawatan yang mengatur individu dan mencapai pemenuhan
kebutuhan perawatan diri. Nursing system didesain oleh perawat
didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien
melakukan self care. Jika ada self care ,self care agency dan kebutuhan self
care therapeutic maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency adalah
suatu system atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang
telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui
dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik
mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care agency. Kebutuhan
self care therapeutic (Therapeutic self acre demand) adalah merupakan
totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid
yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.

B. Konsep Teori Self Care


Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care
requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite :
a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan
istirahat, solitude dan interaksi, pencegahan kerusakan hidup,
kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi
yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti;
pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut.
Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat
terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu
untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Self Care
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care (basic conditioning
factor) berdasarkan Orem tahun 2001 yaitu :
1) Usia
Usia merupakan salah satu penting pada self care. Bertambahnya usia
sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan maupun kerusakan
fungsi sensoris. Pemenuhan kebtuhan self care akan bertambah efektif
seiring dengan bertambahnya usia dan kemampuan (Orem, 2001).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan perawatan diri.
Pada laki-laki lebih banyak melakukan penyimpangan kesehatan seperti
kurangnya menejemen berat badan dan kebiasaan merokok dibandingkan
pada perempuan.
3) Status Perkembangan
Status perkembangan menurut Orem meliputi tingkat fisik seseorang,
fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat psikososial (Orem,2001).
Tahap perkembangan mempengaruhi kebutuhan dan kemampuan self care
individu. Kognitif dan perilaku seseorang akan berubah sepanjang
hindupnya sehingga perawat harus mempertimbangkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan klien dalam memberikan pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2010).
4) Status kesehatan
Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status kesehatan saat ini,
status kesehatan dahulu (riwayat kesahatan dahulu) serta persepsi tengtang
kesehatan masing masing individu. Status kesehatan meliputi diagnosis
medis, gambaran kondisi pasien, komplikasi, perawatan yang dilakukan
dan gambaran individu yang mempengaruhi kebutuhan self care (self care
requisite). Tinjauan dari self care menurut Orem, status kesehatan pasien
yang mempengaruhi kebutuhan self care dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu : 16ystem bantuan penuh (wholly compensatory system),
system bantuan sebagian (partially compensatory system) dan system
dukungan pendidikan (supportif-education system).

5) Sosiokultural Sistem
Sosiokultural Sistem yang saling terkait dengan lingkungan seseorang,
keyakinan spiritual, hubungan dan fungsi unit keluarga.
6) Sistem pelayanan kesehatan
Sumber daya dari pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan tersedia
untuk individu dalam melakukan system pelayanan kesehatan dan
pengobatan.
7) Sistem keluarga
Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain yang signifikan
serta peraturan seseorang di dalam keluarga. Selain itu, system
keluarga juga meliputi tipe keluarga, budaya yang mempengaruhi
keluarga, sumber-sumber yang dimiliki individu atau keluarga serta
perawatan diri dalam keluarga.
8) Pola hidup
Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal seseorang yang
biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
9) Lingkungan
Tempat seseorang biasanya melakukan perawatan diri di lingkungan
rumah.
10) Ketersediaan sumber
Ketersediaan sumber ini termasuk ekonomi, personal, kemampuan dan
waktu. Ketersediaan sumber-sumber yang mendukung perawatan diri
atau proses penyembuhan pasien.

2.2.3 Middle Range Theory : Katharine Kolcaba

Katharine Kolcaba terlahir sebagai Arnold Katharine pada 28


Desember 1944, di Cleveland, Ohio. Beliau adalah pendiri program
perawat lokal paroki dan sebagai anggota Asosiasi Perawat Amerika.
Saat ini, sebagai associate professor di University of Akron College of
Nursing. Dengan riwayat pendidikan Diploma keperawatan dari St.
Luke's Hospital School of Nursing pada tahun 1965, lulus M.S.N dari
R.N di the Frances Payne Bolton School of Nursing, Case Western
Reserve University pada tahun 1987, meraih gelar PhD in nursing dan
menerima sertifikat sebagai authority clinical nursing specialist pada
tahun 1997, Spesialis dalam bidang Gerontology, Perawatan Paliatif
dan Intervensi Jangka Panjang, Studi Comfort, Pengembangan
Instrumen, Teori Keperawatan, Penelitian Keperawatan. Sebagai
kepala unit dementia, berdasar pengalaman, beliau melakukan
pengembangan teori keperawatan untuk mengembangkan Teori
kenyamanan dan praktik : sebuah visi untuk perawatan dan riset
kesehatan holistik.
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis
pemikiran logis antara lain :
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu
kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan
sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-
sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga
mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika
perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan
diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.
2. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana
kesimpulan spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih
umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik. Langkah
mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan
dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu
teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk
mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu
melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk
menyatukan kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal
yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang
abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan
kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai
ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat
dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan
di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus
hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan database
besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran
untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau protokol
masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk
riset hasil akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena
praktek dasar teori memungkinkan perawat untuk mendisain
intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.

A. Konsep Mayor dan Definisi


Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama
beserta definisinya, antara lain :
1. Health Care Needs
Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu
kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan
kesehatan yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support
system tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual,
sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring,
laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan
dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan
serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat
dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami
oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan
keringanan (relief), ketenangan (ease), dan (transcedence) yang dapat
terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik,
psikospiritual, sosial dan lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki
pemenuhan kebutuhan yang spesifik
b. Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan
c. Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas
masalahnya.
Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal
berikut :
a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang
meliputi harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga
hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.
c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari
luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
hubungan sosial
3. Comfort Measures
Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan
yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik
dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial,
psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.
Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan
sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :
a. Standart comfort intervention yaitu Teknis pengukuran kenyamanan,
merupakan intervensi yang dibuat untuk
mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri yang ada,
seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia darah, juga termasuk
pengobatan nyeri. Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu
mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan,
serta mencegah komplikasi.
b. Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk
menurunkan kecemasan, memberikan
informasi, harapan, mendengarkan dan membantu
perencanaan pemulihan (recovery) dan integrasi secara realistis atau
dalam menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan
budayanya. Agar Coaching ini efektif, perlu dijadwalkan untuk
kesiapan pasien dalam menerima pengajaran baru.
c. Comfort food for the soul, meliputi intervensi yang menjadikan
penguatan dalam sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk
kenyamanan psikologis meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang
meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi
musik, mengenang, dan lain lain. Saat ini perawat umumnya tidak
memiliki waktu untuk memberikan comfort food untuk
jiwa (kenyamanan jiwa/psikologis), akan tetapi tipe intervensi
comfort tersebut difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi
terhadap perawatan kenyamanan.
4. Enhanced Comfort
Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan,
mengacu pada teori comfort ini.
5. Intervening variables
Didefinisikan sebagai variabel-variabel yang tidak dapat dimodifikasi oleh
perawat. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status
emosional, support system, prognosis, financial atau ekonomi, dan
keseluruhan elemen dalam pengalaman si resipien.
6. Health Seeking Behavior (HSBs)
Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang
berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien
saat konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal
(aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi
imun,dll.)
7. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari
organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional.
Pada sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan
kesehatan umum, agensi home care, dll.
Dalam perspektif pandangan Kolcaba Holistic comfort didefinisikan
sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan
melalui kebutuhan akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat
terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik,
psikosipiritual, sosial dan lingkungan (Ruddy, 2007).
Asumsi-asumsi lain yang dikembangkan oleh Kolcaba bahwa
Kenyamanan adalah suatu konsep yang mempunyai suatu hubungan yang kuat
dengan ilmu perawatan. Perawat Menyediakan kenyamanan ke pasien dan
keluarga-keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran
kenyamanan. Tindakan penghiburan yang dilakukan oleh perawat akan
memperkuat pasien dan keluarga-keluarga mereka yang dapat dirasakan seperti
mereka berada di dalam rumah mereka sendiri. Kondisi keluarga dan pasien
diperkuat dengan tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat
dengan melibatkan perilaku (Tomey, Alligood, 2006).
Peningkatan Kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang
merupakan bagian penting dari teori comfort. apalagi, ketika intervensi
kenyamanan dikirimkan secara konsisten dan terus-menerus, maka mereka secara
teoritis dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah kenyamanan yang
ditingkatkan setiap saat, dan dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan
yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBS).
B. Asumsi Mayor terkait Paradigma Keperawatan
Kolcaba menjabarkan definisinya sebagai berikut :
1) Keperawatan : adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan,
perancangan kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan,
dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah
dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara
subjektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau
secara objektif, misalnya observasi terhadap penyembuhan luka,
perubahan nilai laboratorium, atau perubahan perilaku. Penilaian juga
dapat dilakukan melalui rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar
pertanyaan (kuesioner), yang mana keduanya telah dikembangkan oleh
Kolcaba.
2) Pasien : Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau
masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan.
3) Lingkungan : adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat
dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan
kenyamanan.
4) Kesehatan : adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien
atau kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat.
Dari asumsi tersebut, Kolcaba mengasumsikan hal-hal dibawah ini:
a. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang
kompleks.
b. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang
mengacu pada disiplin keperawatan
c. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan
mereka.
d. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus
melibatkan health-seeking behaviors (HSBs) pilihan mereka.
e. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan
pelayanan kesehatan mereka.
f. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi
pada penerima perawatan.

C. Penerimaan oleh Keperawatan


1) Praktek
Teori ini masih baru. Masih terus dikenalkan dan dipelajari oleh
para siswa yang memilih teori ini untuk kerangka studi mereka, seperti di
dalam keperawatan kebidanan, katheterisasi jantung, perawatan kritis,
pekerja rumah sakit, ketidaksuburan / kemandulan, terapi radiasi,
keperawatan bedah tulang, keperawatan perioperatif, keperawatan lanjut
usia, dan infeksi saluran kemih. Area studi yang tak diterbitkan, tetapi
dibahas oleh Kolcaba melalui website nya, meliputi unit luka bakar, klinik
keperawatan, perawatan rumah, nyeri kronis, terapi pijatan, pediatrik,
oncology, dan perioperative. Untuk praktek klinik colkaba menanyakan
skala kenyamanan pada pasien dengan skor 0 – 10 yang mana 10 adalah
nilai tertinggi dari kenyamanan. Skala kenyamanan ini bisa diterapkan
untuk pengkajian nyeri atau untuk tujuan pendokumentasian, harus
diterapkan dan komunikatif.
Comfort teori telah dimasukkan oleh perawat anestesi kedalam
praktek klinik mereka untuk pedoman manajemen kenyamanan pasien.
Spesifik manajemen :
1. Pengkajian kebutuhan kenyamanan pasien selama pembedahan, nyeri
akut, kesakitan
2. Menciptakan kenyamanan dengan meminta persetujuan pasien sebelum
dilakukan pembedahan, intervensi yang spesifik
3. Memfasilitasi yang nyaman, temperature tubuhdan factor factor yang
dihubungkan dengan kenyamanan selama pembedahan.
4. Melanjutkan dengan manajemen kenyamanan dan pengukuran periode
setelah operasi.
2) Pendidikan
Sesuai petunjuk dalam pengajaran kenyamanan pada program
sarjana keperawatan, teori kenyamanan telah diterapkan pada keperawatan
terhadap pasien yang mendapatkan terapi radiasi yang dilaporkan oleh Cox
pada tahun 1998. Teori ini sangat mudah untuk dipahami dan diterapkan
pada mahasiswa perawat yang menyajikan suatu metode efektif untuk
menilai kebutuhan kenyamanan holistik pada orang tua yang
membutuhkan perawatan akut. Teori ini tidak terbatas pada gerontologikal
atau pendidikan praktik lanjutan. Teori ini cocok digunakan mahasiswa
yang praktek klinik dan aplikasikanya dapat di vasilitasi dengan
menggunakan web colcaba tentang care plan kenyamanan. Teori ini juga
memberikan jalan untuk mahasiswa dalam memperoleh kemudahan
mereka (by Knowing) dan untuk memelihara ease dengan kurikulum
mereka (melalui kepercayaan anggota fakultas mereka), dan untuk
mencapai trancendentce dari stressor mereka dengan menggunakan teknik
self comforting.
3) Riset
The Encyclopedia of Nursing Research menyebutkan pentingnya
mengukur kenyamanan sebagai tujuan keperawatan. Perawat dapat
memberikan bukti untuk mempengaruhi keputusan institusi, masyarakat,
dan tingkatan legislatif yang hanya sampai pada studi kenyamanan yang
menunjukkan efektivitas keperawatan yang holistik/menyeluruh. Baru-
baru ini, pengukuran kenyamanan di rumah sakit besar dan perawatan
rumah datanya telah ditetapkan untuk menambah literatur untuk tujuan
riset. Penggunaan struktur taxonomi dari kenyamanan sebagai panduan
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kuesioner kenyamanan
secara umum untuk mengukur kenyamanan secara holistic dalam sampel
rumah sakit dan partisipan komunitas. Untuk dapat melakukan hal ini
item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang pada tiap
sel dalam kotak yang tersedia. 24 hal positif dan 24 hal negatif sudah
lengkap dengan suatu format skala Likert yang berkisar dari sangat setuju
sampai sangat tidak setuju. Skor yang tinggi menandakan tingginya
kenyamanan. Pada studi akhir instrumentasi dengan 206 orang pada suatu
waktu peserta dari semua jenis unit di dua rumah sakit dan 50 orang dari
masyarakat, dengan menggunakan kuesioner kenyamanan umum
menunjukkan hasil suatu Cronbach alfa 0,88. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk desain penelitian dengan mendiskripsikan kenyamanan
dari strategi hasil perspektif holistic diruang emergensi, orthopedic, area
post operasi, port partum, perawatan kritis dan invertilitas.

D. Konteks di mana terjadinya kenyamanan :


1. Fisik : menyangkut sensasi dari tubuh
2. Psikospritual : menyangkut kesadaran diri internal, termasuk harga diri,
identitas, seksualitas dan kehidupan yang utama; yang menyangkut suatu
hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi
3. Lingkungan : menyangkut latar belakang eksternal, kondisi dan
pengaruhnya kepada manusia (temperatur suhu, bau, pencahayaan, warna,
suara, dll)
4. Sosial kultural : menyangkut hubungan interpersonal, keluarga dan
sosial/masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, serta tradisi
keluarga, kegiatan religius)

DAFTAR PUSTAKA

Alligood,M.R. (2013). Nursing Theorists and Their Work: Elsevier Health


Sciences.
Hoeck, Bente & Charlotte Delmar. (2018). Theoretical development in the context
of nursing-The hidden epistemology of nursing theory. Nursing
Philosophy. 2018;19:e12196.
McEwen, Melanie & Evelyn M Wills. (2014). Theoritical Basis for Nursing 4th
Edition. Philadelphia : Wolter Kluwer Health
Peterson, Sandra J &Timothy S. Bredow. (2013). Middle Range Theories
Application to Nursing Research 3th Edition. Philadelphia : Wolter Kluwer
Health

Smith, Marlaine C &Marilyn E Parker. (2015). Nursing Theory and Nursing


Practice 5th edition. USA : F.A Davis Company

Anda mungkin juga menyukai