Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS PADA LANSIA

Nama Kelompok :
1. Rani Putri Rawanda (1150013062)
2. Retno Desiswono (1150013063)
3. Siska Wahyuningsih (1150013064)
4. Siti Maria (1150013065)
5. Susi Krisnawati (1150013066)
6. Syafa’atul Uzmah (1150013067)
7. Wanda Sera N.H (1150013068)
8. Yaumil Eka Oktaviani (1150013069)
9. Zulhelmi Suwarno (1150013070)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan
meningkatnya umur dan TD meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada
lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi fakfor utama stroke, payah
jantung dan penyakit jantung dan ceroba vaskuler. Secara nyata kematian
karena CUD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan
hipertensi. Saat ini penelitian longitudinal telah membuktikan hal ini pada
pengobatan hipertensi diastolic.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah penulis ingin memperoleh
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan adalah makalah ini adalah dihahapkan penulis
mampu :
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipertensi pada lansia
c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Untuk mengetahui jalannya penyakit atau patofisiologi hipertensi
e. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
h. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada lansia

BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Medis Hipertensi
A. Definisi
Definisi
a. Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah serta makin tinggi tekanan darah
, makin besar resikonya . (Sylvia A. Price)
B. Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / esensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa
faktor penunjang antara lain :
a. Herediter
b. Lingkungan
c. Hiperaktivitas
d. Susunan syaraf simpatis
e. Sistem rennin ongiotensin
f. Defek dalam mensekresi Na
g. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok
serta polistemia, stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal
dias teronisme primer dan sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penggunaan
konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan
endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka
bakar.
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg /
tekanan diastolic sama / lebih besar dari 140 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg,
dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. eleastisitas dinding aorta menurun
2. katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. kehilangan elastisitas pembuluh darah ,hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. meningkatknya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Klasifikasi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Hipertensi I
grade 1 (ringan) 140-159 90-99
grade 2 (sedang) 160-179 100-109
grade 3 (berat) 180-209 110-119
grade 4 (sangat berat) > 210 > 120

D. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan
aliran darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis
yang kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam).
Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan
peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami
pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan
pengecilan pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler
(aliran darah) karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun,
sehingga suplai darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh
darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi
jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah
ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini menyebabkan
rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus
ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II
yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter
stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh,
(Price & Wilson, 1995)
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan
O2 berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan
terjadi resiko injuri. (Ganong, 2003)

Pathway
E. Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d. Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Polidipsi
e. Gagal ginjal
f. Proteinuria
4. Kardiovaskuler
a. Mycocardiac infark
5. Respiratorius
a. Sesak nafas
6. Psikologis
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan
b. Pandangan akbur
c. Kebutaan
d. Retinopati

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis keluarga,
ras (negro), takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi
tanpa obat ini meliputi :

a. Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :
1. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk
penderita hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda , berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik
5x/minggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan
pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain , juga untu7k gangguan psikologis seperti kecemasan dan
keteganggan.
2. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat memepertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
b. Terapi dengan obat
tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat deuritika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi
faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau
adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub,
defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
9. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).

H. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika
tekanan diastolic  130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang
terjadi secara mendadak dan tinggi.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
pengelihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan
miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak
sementara (transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada hipertensi
maligna.
B. Asuhan Keperawatan Komunitas
Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : desa Demakan
Barat : desa Wirun
Selatan: RT 1 RW 2
Timur : desa Demakan
2. Demografi
a. Jumlah KK: 47 KK
b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa
c. Jumlah Lansia : 100 orang
d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari
karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga
f. Kepadatan penduduk: padat
g. Tingkat pendidikan penduduk:
1) Perguruan tinggi: 10 orang
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
6) Lansia tidak bersekolah : 30
7) Lansia tamat SD: 50
8) Lansia tamat SMP : 10
9) Lansia tamat SMA : 5
10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5

h. Pekerjaan:
1) PNS : 10% jumlah penduduk
2) Buruh : 10% jumlah penduduk
3) Pedagang : 70% jumlah penduduk
4) IRT : 10% jumlah penduduk
h. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
i. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga
j. Agama: 100% Islam
Pengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi
banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam
warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya
kurang memadahi seperti kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak
antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
a. Perguruan tinggi: 10 orang
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama
4. Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik
klinik swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang
menyediakan banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang
diadakan oleh lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan
sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak
menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan
hampir tidak ada yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam
setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti
internet, ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa
menggunakan alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan informasi untuk
menyampaikan kabar berita dari desa maupun dari yang disediakan tempat di
dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik dan
diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada yang menganggur
di rumah. Rata-rata pekerjaan warga setempat adalah pedagang, baik di rumah
maupun masyarakat. Rata-rata gajih:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata
bersama-sama ke suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga
sering mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan dapat mengurangi
stresor dan beban pikiran.
Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi
Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 lansia
yang bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 3 penyakit dengan distribusi
terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %
Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :
1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang
2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

2. Analisa Data
NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Resiko tinggi Kurangnya
1. Dari hasil wawancara peningkatan pengetahuan
dengan ketua RW 1 angka kejadian
mengatakan bahwa rata- hipertensi pada
rata lansia yang lansia
menderita hipertensi
sekitar 50 %
DO :
1. Berdasarkan data dari
puskesmas mojolaban
pada bulan Maret sampai
bulan Mei di kelurahan
bekonang dukuh
mojosari RW 1 45%
Lansia menderita
hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara
dini penyakit hipertensi
kurang baik.
3. 40% warga yang menderita
hipertensi tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi

3. Diagnosis Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Resiko gangguan fungsi kardiovaskuler
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ferifer
4. Intervensi
Data Diagnosa Tujuan Noc Nic
Masalah Domain 1 : Tujuan : Prevensi Primer Prevensi Primer;
Kesehatan Promosi
Resiko Kesehatan Berkurangnya Domain IV Pengetahuan Domain 3; Perilaku
peningkatan perilaku kesehatan dan perilaku.
hipertensi Kelas 2; berisiko Kelas S; Pengetahuan Kelas S; Edukasi klien
pada lansia Manajemen meningkatnya kesehatan  5510: Pendidikan
kesehatan (210)
Hasil Kesehatan hipertensi dan
 5520: Memfasilitasi
angket :  Defisiensi meningkatnya Level 3: Intervensi pembelajaran (244).
kesehatan  5604: Pengajaran
efektifitas  1844: Pengetahuan;
komunitas kelompok (372)
manajemen sakit akut.
1. 85% (00215). pemeliharaan  5618: Pengajaran
 1803: Pengetahuan;
kemampuan  Perilaku kesehatan prosedur/tindakan
proses penyakit.
kesehatan (371).
lansia dalam pada agregat  1805: Pengetahuan;
cenderung
perilaku sehat.
mengenali berisiko resiko
(00188).  1823: Pengetahuan; Domain 4; Keamanan
secara dini  Ketidakefektifa meningkatnya promosi kesehatan.
Kelas U; Manajemen
pemeliharaan  1854: Pengetahuan;
penyakit hipertensi krisis
kesehatan diet sehat
hipertensi
(00099).  1855: Pengetahuan;  6240: P3K (194)
kurang baik. gaya hidup sehat.
 6366:Triase; telepon
2. 40% warga (399)
yang
menderita Domain 7; Komunitas
hipertensi Kelas C; Promosi
tidak pernah kesehatan
mendapatkan komunitas
penyuluhan
tentang Level 3: Intervensi
hipertensi  7320: Manajemen
3. kasus (113).
 8500: Pengembangan
Berdasarkan kesehatan masyarakat
data dari (129).
 8700:Pengembangan
puskesmas program (313).
mojolaban  8750: Pemasaran
sosial di masyarakat
pada bulan
(351).
Maret
sampai bulan
Mei di
kelurahan
bekonang
dukuh
mojosari RW
1 45%
Lansia
menderita
hipertensi.

Prevensi sekunder Prevensi sekunder;


Domain IV; Domain 3: Perilaku
Pengetahuan
kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi perilaku
Level 3; Intervensi
Kelas Q; Perilaku sehat  4350:Manajemen
perilaku (92)
Level 3: Intervensi
 4360:Modifikasi
 1600:Kepatuhan perilaku (95)
perilaku
 1621:Kepatuhan
Kelas V; Manajemen
perilaku; diet sehat.
 1602:Perilaku resiko
promosi kesehatan . Level 3; Intervensi
 1603:Pencarian
perilaku sehat .  6486:Manajemen
 1606:Partisipasi lingkungan;
dalam pengambilan keamanan (179).
keputusan perawatan
kesehatan . Domain 6; Sistem
 1608:Kontrol gejala .
kesehatan
Kelas R; Health Beliefs Kelas Y; Mediasi
 1704:Health beliefs; terhadap sistem
perceived Threat kesehatan
 1705:Orientasi
kesehatan  7320:Manajemen
kasus (113)
 7400:Panduan sistem
Kelas FF; Manajemen
kesehatan
kesehatan (212).
 3100:Manajemen
individu; sakit Kelas A; Manajemen
akut .
Kelas T; Kontrol resiko sistem kesehatan
dan keamanan  7620:Pengontrolan
berkala (132).
 1908:Deteksi faktor
 7726:Preceptor;
resiko.
peserta didik (306).
 7890:Transportasi;
Domain V; Kesehatan antar fasilitasi
kesehatan.
yang dirasakan
 7880:Manajemen
. teknologi (387).
Kelas U; Kesehatan dan
Kualitas Hidup Domain 6: Sistem

 2008:Status Kesehatan
kenyamanan.
 2006:Status
Kelas D; Manajemen
kesehatan individu .
 2000:Kualitas hidup resiko komunitas.
 2005:Status  6520:Skrining
kesehatan peserta kesehatan (213)
didik .

Kelas V; Status gejala


 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan
gejala .

Kelas EE; Kepuasan


terhadap perawatan
 3014:Kepuasan
klien.
 3015:Kepuasan
manajemen kasus .
 3012:Kepuasan
terhadap pengajaran
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan klien
; kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga

Kelas Z; Kualitas hidup


keluarga
 2606:Status
kesehatan keluarga

Kelas X; Family well


being.
 2600: Koping
keluarga
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status
kesehatan keluarga .
 2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .

Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;


Domain VI; Kesehatan Domain 5; Keluarga
keluarga
Kelas X; Perawatan
Kelas Z; Kualitas hidup siklus kehidupan.
keluarga  7140: Dukungan
keluarga (193).
 2605:Partisipasi tim
 7120:Mobilisasi
kesehatan dalam
keluarga (190).
keluarga .

Domain 6: Sistem
Kesehatan

Kelas B; Manajemen
informasi
 7910: Konsultasi
(131).
 7920:Dokumentasi
(151).
 7980:Pencatatan
insidensi kasus
 8080: Test diagnostik
.
 8100:Rujukan (320).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa
oleh Monica Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Terjemahan oleh I Made Kassise
(ed.I). EGC : Jakarta.
Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa
oleh Brahm U Panit (et.al), EGC : Jakarta.
Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC :
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh :
Peter Anugrah, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung
Waluyo, (et,all), EGC : Jakarta.
Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai