Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Kelompok


Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Klompok 5

Eni Ernawati N420174019


Faridha Alfiatur R N420174025
Rika Setiawati N420174059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA By. Ny. I DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
ANYELIR RSUD R.A. KARTINI JEPARA’’
Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari
makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagai mana tertera dalam
tujuan pembuatan makalah ini.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi
tersempurnanya makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang BBLR yang sangat
diperlukan bagi mahasiswa untuk mendapatkan wawasan dalam melanjutkan proses
pembelajaran yang lebih efektif.

Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,arahan,


koreksi dan saran, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Meutia S.kep. Ns


2. Rekan - rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua.

kudus, 12 Desember 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ 1

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar Isi ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4

1.2 Tujuan makalah …………....................…......……………………….. 5

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 6

2.1 Konsep Dasar teori `................................................................................... 6

2.2 Asuhan keperawatan .................................................................................... 15

BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................... 20

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 36

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 36

3.2 Saran .................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu negara. Angka
kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya
penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang berkualitas kepada masyarakat yang belum terlaksana. Saat ini angka kematian
perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang
mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain penyakit dan semua hal yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
berhubungan langsung pada bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat
beresiko tinggi pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat
sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan.

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatus.
Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant
mortality rate, yaitu angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan kesehatan suatu negara.
Bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi sebanyak 60 hingga 80% dari seluruh kematian
neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal
sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat lahir rendah memiliki kemungkinan
morbiditas dan mortalitas yang lebih besar. Prevalensi bayi dengan berat lahir rendah
diperkirakan sebanyak 15.5% dari seluruh kelahiran di dunia dengan 95.5% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang. Kurang lebih 20 juta bayi dengan berat lahir rendah lahir
per tahunnya. (WHO, 2010).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
diantaranya adalah faktor ibu, faktor kehamilan itu sendiri, faktor janin. Dalam memberikan
perawatan pada bayi berat badan lahir rendah harus memperhatikan masalah diantaranya
suhu tubuh, pernapasan, alat pencernaan makanan belum berfungsi sempurna, hepar yang
belum matang, ginjal masih belum matang, perdarahan dalam otak. Pada bayi berat badan
lahir rendah pusat pengatur panas badan masih belum sempurna sehingga bayi beresiko
untuk terjadi hipotermi. Untuk sistem pernafasannya bayi berat badan lahir rendah beresiko
terjadi gagal nafas karena pusat pengatur pernafasannya belum sempurna. Ini hanyalah salah
satu contoh dari begitu banyaknya masalah yang bisa ditimbulkan oleh BBLR.

Mengingat begitu banyaknya masalah pada bayi berat badan lahir rendah dan tingginya
angka kematian neontal akibat bayi lahir dengan berat badan lahir rendah maka kami dalam
seminar kelompok stase Keperawatan Anak di Ruang Anyelir RSUD R.A. Kartini Jepara,
tertarik untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada Bayi BBLR.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat
badan ≤ 2500 gram, sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr
termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah.

Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan:

1. Prematuritas murni < 37 minggu dan BB sesuai dengan masa kehamilan/


gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).
2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat
bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term
dan post term yang terbagi dalam :
* Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).

* Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK).

* Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK).

2. Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
 Umur ibu dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
 Perdarahan ante partum
 Bahan teratogenik (alkohol, radiasi, obat)
 Keadaan penyakit insufisiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru,
hipertensi)
 Malnutrisi
 Hidromnion
 Jarak kahamilan terlalu dekat
2. Faktor Plasenta
 Kehamilan ganda
 Malformasi
 Tumor
 Placenta previa
3. Faktor Janin
 Kelainan kromosom
 Malformasi infeksi kongenital
 Kehamilan ganda (gemeli)
 Ketuban pecah dini
3. Problematik BBLR
Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis
maupun fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :

1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih
luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif,produksi
panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum
cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR. Hal ini disebabkan kekurangan surfactant (rasio lesitin /
sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah yang tulang iga yang
mudah melengkung (pliable thorak). Penyakit gangguan pernafasan yang
sering pada bayi BBLR adalah penyakit membran hialin dan aspirasi
pneumoni.
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat
dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan
mengabsorbsi lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan
bebberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus
yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke
esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K.
5. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi
urine yang sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi
kelebihan airtubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi
edema dan asidosis metabolik.
6. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor
christmas.
7. Gangguan imunologi, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
infeksi masih belum baik.
8. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita
perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR
sering menderita apnea, asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan.
Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan Ultra
Sono Grafi dan CT Scan.
9. Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan
konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-
kapiler baru kedaerah yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis,
distorsi dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari
retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur
tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan
oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.
4. Pathways

Faktor ibu (Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan Faktor plasenta (penyakit Faktor janin (kelainan kromosom,
diatas 35 th, Perdarahan antepartum, Bahan vaskuler, gemeli, tumor) infeksi kongenital, gemeli)
teratogonik, penyakit kronis)

BBLR

Lemak sub Pusat pengaturan Paru immatur, Gastrointestinal Immunitas immatur Sistem hematologi
kutan << suhu di surfaktan <<, otot immatur immatur
hipotalamus pernapasan lemah
immatur

Penguapan Absorbsi <<, motilitas Pembentukan antibodi Faktor


bertambah, usus << & fagositosis <<, reaksi pembekuan
metabolisme Pengembangan terhadap infeksi << darah <<,
menurun paru tdk pembuluh
maksimal darah rapuh
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan Resiko Infeksi
Tubuh
Penurunan Pola Napas Tdk Resiko
energi Efektif Perdarahan

Resiko Tinggi Tidak


Efektifnya
Terumoregulasi :
Hipotermi
Sumber : (Alimul Aziz,2009; Staf Pengajar FKUI,2012; Nanda,2015)
5. Manifestasi Klinis bayi BBLR
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah:

1. BB < 250 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33
cm, umur kehamilan < 37 minggu.
2. Tanda-tanda neonatus :
a. Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi,
pelipis, telinga dan lengan, lemak tubuh jaringan sub-kutan sedikit.
b. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
c. Bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan
labia minora lebih menonjol.
d. Ekstremitas : Paha dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam fleksi/lurus dan kepala menghadap ke satu sisi.
e. Reflek tonik leher lemah, reflek moro positif, dan daya isap lemah
3. Tanda-tanda fisiologis :
a. Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak
tidur dan malas.
b. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis.
c. Reflek tonik leher lemah, reflek moro positif, dan daya isap lemah
d. Pernafasan 40-50 kali/menit, sering tak teratur, apneu
e. Nadi 100-140 kali/menit
4. Gejala-gejala BBLR
a. Kulit mudah rusak, keriput dan tipis karena lemak di bawah kulit
sangat kurang
b. Pergerakannya lemah dan kurang
c. Mudah anemia sel darah merah berkurang
d. Pembuluh darah terlihat karena kulit tipis
6. Pemeriksaan Dignostik
1. Jumlah Leukosit: 18.000/mm3 , netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal atau perinatal)
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan)
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke tiga
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) biasanya dalam batasan normal pada
awalnya
7. Pemeriksaan analisa gas darah
7. Penatalaksanaan Medis
1. Tatalaksana sebelum lahir
Memperhatikan gizi dan keseimbangan cairan / elektrolit agar fungsi
plasenta baik

2. Tatalaksana waktu lahir


Menghindari trauma kepala misal dengan episiotomi.

3. Tatalaksana setelah lahir


a. Resusitasi untuk bayi dengan asfiksia
b. Suhu tubuh dijaga dan dipertahankan setinggi suhu rektal bayi dengan
berat badan kurang dari 200 gram dirawat di incubator
c. Pemberian makanan
Bila bayi dapat makan per oral, berikan ASI/PASI dini (2-4 jam
setelah lahir) dengan volume disesuaikan dengan keperluan dan bila
reflek menelan dan menghisap belum ada berikan lewat NGT

 Hari I : 50-65 ml/kgbb/hari, dalam 10-12 kali pemberian


 Selanjutnya dinaikkan secara bertahap, sesuai dengan keadaan
bayi, misal 5ml/kali pemberian
Bila bayi tidak dapat minum peroral diberikan melalui infus

 Hari I : D 10%
 Hari II dan III D 10 ¼ S
Bila setelah hari ketiga belum, dapat diberikan nutrisi parenteral
dengan menggunakan Aminofusin 2-5 ml/kgbb/hr

d. Menghindari Infeksi
1) Cara kerja aseptik
2) Antibiotik profilaksis dengan indikasi BBLR, bayi resiko tinggi
infeksi (KPD, ketuban keruh, banyak tindakan)
 Ampisillin : 50-100 mg/kgbb/hari, dalam 2 kali pemberian
selama 3-5 hari, secara IV atau IM
 Gentamisin : 5 mg/kgbb/hari, dalam 2 kali pemberian, selama
3-5 hari secara IV atau IM.
4. Tatalaksana Penyulit
a. Sindrom Distress Pernafasan
b. Kelainan SSP (perdarahan intra kranial, kejang)
 Pencegahan : Vit K 1 mg secara IM sekali pemberian
 Kejang dengan penatalaksanaan kejang
 Apneu : lakukan resusitasi dan berikan aminopilin 1-2
mg/kgbb/kali tiap 4-6 jam
 Bayi berat lahir kurang dari 1000 gram dapat langsung dipasang
ventilator makanik
5. Untuk kemungkinan anemi yang terjadi pada BBLR setelah hari ke 14
diberikan :
 Asam folat 2-3 mg/kgbb/hr
 Fe Fumarat 5-10 mg/kgbb/hr
 Vitamin B 12 10 mg/hr
Diberikan sehari sekali selama sebulan

8. Penatalaksanaan Perawatan Bayi Baru Lahir


Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian
oksigen, pemberian makanan dan pencegahan infeksi. Pada bayi BBLR makin
pendek masa kehamilan makin sulit dan banyak persoalan yang dihadapi serta
makin tinggi angka kematian.

1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

2. Pengaturan suhu lingkungan


 Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu di atur dan bayi dalam
keadaan telanjang.
 Suhu perawatan harus diatas 25oC, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 30oC - 35oC untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram
 Suhu inkubator diturunkan 1oC, setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27 oC.
 Adapun keuntungan bayi dirawat dalam keadaan telanjang adalah
memungkinkkan adanya pernafasan yang tidak terhalang, anak
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi lebih mudah dan
menghindarkan manipulasi secara berlebihan saat mengenakan
pakaian.
3. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30 - 35 % dengan menggunakan head box 6 lier/menit,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

4. Pemberian nutrisi
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
 Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

4 150

5 160

6 175

7 200

14 225

21 175

28 150

5. Pencegahan infeksi
Bayi BBLR mempunyai sistem imunologi yang kurang oleh karena itu
fungsi perawatan yang terlibat harus mempunyai tujuan dasar
perlindungan bayi terhadap infeksi. Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun (jas), lepaskan
semua aksesoris dan tidak seorangpun masuk di kamar bayi dalam keadaan
infeksi.

9. Prognosis BBLR
Pada saat ini hampir hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95%,
tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram mempunyai angka kematian tinggi,
kematian diduga karena displasia bronkopulmonal, enterokolitis nekrotikans,
atau infeksi sekunder. BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan, selama 2
tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup
bulan dengan berat sesuai dengan masa gestasi. Pada BBLSR, makin immatur
dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan
berkurang dan gangguan neurologik.

10. Memulangkan Bayi


Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri baik dengan botol
maupun puting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar 10-30
gram/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa. Biasanya bayi
dipulangkan dengan berat badan lebih dari 1700 gram dan semua masalah
teratasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pola Fungsional Kesehatan
 Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten(PDA).

 Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

 Neuroensori
- Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
- Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura
mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka
lebar.
- Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi).
- Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik
pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke
32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi
minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang
dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
- Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24
dan 37.
-
 Pernafasan
- Skor apgar mungkin rendah.
- Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik
intermiten atau periodik(40-60x/mt).
- Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.
- Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya
sindrom distress pernafasan (RDS).
 Keamanan
- Suhu berfluktuasi dengan mudah.
- Menangis mungkin lemah.
- Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
- Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat.
- Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
- Ekstremitas mungkin tampak edema.
- Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian
telapak.
- Kuku mungkin pendek.
 Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Pemeriksaan fisik biologis


 Ibu
- Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu
dan sekarang.
- Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
- Riwayat penyakit ibu.
- Psikososial dan spiritual ibu.
- Riwayat perkawinan.
 Bayi
- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD
< 30 cm.
- Inspeksi
1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5. Garis telapak kaki sedikit.
6. Retraksi sternum dengan iga
7. Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
- Palpasi
1. Hati mudah dipalpasi.
2. Tulang teraba lunak.
3. Limpa mudah teraba ujungnya.
4. Ginjal dapat dipalpasi.
5. Daya isap lemah.
6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
- Perkusi
- Auskultasi
1. Nadi lemah.
2. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
2. Diagnosa & Rencana Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan,
paru imatur.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola
napas efektif.

Kriteria hasil :

o Akral hangat
o Tidak ada sianosis
o Tangisan aktif dan kuat
o RR : 30-40x/mt
o Tidak ada retraksi otot pernafasan
Intervensi :

a. Monitor pernapasan:frekuensi, kedalaman, irama.


b. Monitor adanya retraksi otot pernapasan.
c. Beri rangsangan taktil sedini mungkin.
d. Posisikan kepala bayi lebih tinggi / ekstensi
e. Evaluasi kondisi akral, gerakan dan tangisan bayi
f. Kolaborasi: berikan terapi O2 sesuai indikasi
2. Resiko tinggi tidak efektifnya terumoregulasi : hipotermi berhubungan
dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur, evaporasi yang
berlebihan akibat berkurangnya jaringan lemak bawah kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi hipotermi.

Kriteria hasil :
o Tubuh hangat dan kemerahan
o Suhu 36,5 -37,5 ˚ C
Intervensi :

a. Monitor suhu tubuh setiap 15 menit.


b. Pertahankan bayi dalam inkubator dengan suhu 37 ˚ C
c. Pertahankan popok dan selimut tetap kering
d. Hindari untuk sering membuka tutup inkubator.
e. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
3. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya daya
cerna dan absorbsi makanan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan nutrisi klien tercukupi.

Kriteria hasil:

o BB klien bertambah 30 gr/hari


o Diet yang diberikan habis tanpa residu
o Tangisan kuat dan gerak aktif
o Refleks menelan dan isap adekuat.
o Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab.
o Mata tidak cekung.
o BAB dab BAK lancar
Intervensi :

a. Observasi intake dan output /24 jam.


b. Berikan nutrisi ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan
personde.
c. Evaluasi reflek menghisap dan menelan
d. Timbang BB setiap hari Pemberian infus glukosa.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi infeksi

Kriteria hasil :
o Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)
o Suhu tubuh normal
Intervensi

a. Monitor tanda-tanda infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)


b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat masuk ruang bayi
dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Pastikan alat yang kontak dengan bayi bersih/steril
e. Berikan antibiotika sesuai program
f. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA BAYI
Nama bayi : By.ny I

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal masuk : 16-11-2017

Alamat : Kerso 4/1 Kedung Jepara

Nama orang tua : Ny I

Pendidikan ayah/ibu : SMP/SMK

Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswwasta / IRT

Usia ayah/ibu : 34 tahun / 26 tahun

Tanggal pengkajian ; 20 november 2017

Diagnosa medis : BBLR

B. RIWAYAT BAYI
Apgar score : 6-7-9

Usia gestasi : 33 minggu

Berat badan : 1600 gram panjang badan : 46 CM

Komplikasi persalinan: (x) tidak ada (-) ada

a. Aspirasi mekonium ( -)
b. Denyut jantung janin abnormal ( -)
c. Masalah lain: -
d. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat (- )
e. Ketuban pecah dini ( √) berapa jam:3 jam
C. RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abnormal

20 0 1 0

1. Jenis Persalinan:
a. Pervaginam (√)
b. Sectio caesarea (-) alasan: -
c. Komplikasi kehamilan: tidak ada (√) ada (-)
d. Ruptur plasenta/plasenta previa (-)
e. Preeklampsia (-)
f. Suspect sepsis (-)
g. Persalinan prematur/postmatus (√)
h. Masalah lain: -
2. Perawatan Antenatal (√)

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

A. PENGKAJIAN
1. Reflek
Moro (-) menghisap (√) kuat/lemah
Menggenggam (x) kuat/lemah
2. Tonus/aktivitas
a. Aktif (-) tenang (√) letargi (-) kejang (-)
b. Menangis keras (-) melengking (-) lemah (√)
sulit menangis (-)
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior: lunak (√) tegas (-) datar (-)
menonjol (-) cekung (-)
b. Sutura sagitalis: tepat (√) menjauh (-) terpisah (-)
tumpang tindih (-)
c. Gambaran wajah: simetris (√) asimetris (-)
d. Molding (-) caput succedanium (-) cephalhematom (-)
4. Mata
Bersih (√) sekresi (-)
Jarak interkantus: 2 cm sklera: ikterik
5. THT
a. Telinga : normal (√) abnormal (-)
b. Hidung : simetris (√) asimetris (-)
Sekresi (-) napas cuping hidung (-)
6. Wajah
a. Bibir sumbing (-)
b. Sumbing palatum (-)
7. Abdomen
a. Lunak (√) tegas (-) datar (-) kembung (-)
b. Lingkar perut : 28 cm
c. Liver: teraba(-) kurang dari 2cm(-) lebih dari
2cm(-) tidak teraba (√)
8. Toraks
a. Simetris (√)
b. Retraksi derajad 0 (-) derajad 1 (-) derajad 2 (x)
c. Klavikula normal (√) abnormal (-)
9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama (+) tidak sama (-) RR : 40x/M
b. Suara napas bersih (-) ronch (-) sekresi (-)
wheezing (-) vesikuler (-)
c. Respirasi spontan (√) tidak spontan (-)
Alat bantu pernapasan : (-) oxihoo (√) nasal kanul incubator
konsentrasi: 3 liter
10. Jantung
a. Bunyi normal synus rhythm (NSR) (√)
b. Mur mur (-) lokasi:-
c. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
d. Denyut nadi : 128x/menit
Nadi perifer Kuat Lemah Tidak ada

Brakhial
X
kanan
Brakhial kiri X

Femoral
X
kanan
Femoral kiri X

11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas (-) ROM terbatas (√) tidak terkaji (-)
b. Ekstremitas atas : normal (√) abnormal (-)
Sebutkan: jari tangan lengkap
c. Ekstremitas bawah : normal (√) abnormal (-)
Sebutkan : jari kaki lengkap
d. Panggul : normal (√) abnormal (-)
Sebutkan:-
12. Umbilikus
Normal (√) abnormal (-) drainase (-) inflamasi (-)
drainase (-)
13. Genital
Perempuan normal (-) laki-laki normal (√) abnormal (-)
Sebutkan :-
14. Anus
Paten (√) imperforata (-)
15. Spina
Normal (√) abnormal (-)
Sebutkan: -
16. Kulit
a. Warna pink (√)pucat (-) jaundice(-)
sianosis pada : kuku(-) sikumoral (-) periorbital (-) seluruh
tubuh (-)
b. Kemerahan (rash) : (-)
c. Tanda lahir : (-)
Sebutkan:-
d. Turgor kulit : elastis (√) tidak elastis (-) edema
(-)
e. Lanugo : (√)
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian (-) pengaturan suhu (-)
inkubator (-) suhu ruang (-) incubator (√)
b. Suhu kulit : 36, 70 C
B. RIWAYAT SOSIAL
a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
......... : tinggal serumah
: pasien
b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu pasien
mengatakan ini merupakan kelahiran anak kedua dengan
kondisi BBLR. Kondisi bayi sudah mulai membaik. Ibu sering
menemani diruangan untuk menyusui atau memberikan ASI .
c. Budaya : jawa
d. Suku : jawa
e. Agama : islam
f. Bahasa utama : jawa
g. Perencanaan makanan bayi: ASI 15 cc/ 2 jam/ hari
menggunakan sonde dan latihan netek.
h. Masalah sosial yang penting : banyak keluarga yang banyak
berkunjung
i. Hubungan orang tua dan bayi : baik

IBU TINGKAH LAKU AYAH

Menyentuh -
X

X Memeluk -

X -
Berbicara

X √
Berkunjung

X Memanggil nama -

X Kontak nama -

j. Orang terdekat yang dapat dihubungi : ayah


k. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (√) tidak (-)
Berespon: khawatir dengan keadaan anaknya
l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya (√)tidak (-)
Berespon: tiap 2 jam sekali selalu berkunjung dan memberikan
stok asi
C. RIWAYAT ANAK LAIN
Jenis kelamin
Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
anak

Perempuan Pervaginam BCG, HB1

D. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM


Prosedur
Tanggal
Diagnostik/laboratoriu Hasil Nilai normal
pemeriksaan
m

Haemoglobin 17.11. 2017 19,9 gr% 14-18

Leucoccyt 14.900 mm3 4000-10000

Trombocyt 142.000 mm3 150000-400000

Hematokrit 53,4 % 40-8-

GDS 46 mg% 80-150

Bilirubin >5 hari 6,62 mg%

E. Terapi ( 22/11/2017 )
Infs D5 % 6 tpm
Injeksi :
Vit K
Cefotaxim 50 mg/12 jam
Ampicilin 80 mg/12 jam
Diet :
12x15cc : asi menggunakan sonde + latihan netek
F. ANALISA DATA

No Hari/tanggal Tanda dan gejala Problem Etiologi

1 Jumat , Ds : - Ketidak Lemahnya daya


17 november seimbangan cerna : absorbsi
Do :
2017 nutrisi kurang makanan,
A. : bb : 1,6 KG, PB : 46, LK : dari kebutuhan lemahnya daya
25, LP : 27 tubuh hisap.
B. : Haemoglobin : 19,9 gr%
C. :
 reflek menghisap lemas
 terpasang OGT
 kulit mudah rusak, kriput dan
tipis karena lemak dibawah
kulit sangat kurang
D. : diet : 12 x 15 cc, sonde, tidak
ada residu.
2. Jumat , Resiko infeksi imaturitas fungsi
17 november Ds : - imunologik
2017 Do : pasien tampak lemas dan
suara nangisnya lemah bb 1.6 kg.
Pasien menggunakan bantuan
inkubator, kulit tipis, pasien
tampak kurus.
Leukosist : 14.900 mm3
3 Jumat , Pola nafas tidak Kelemahan otot
17 november Ds : - efektif pernafasan
2017 Do : terpasang O2 inkubator

4 Jumat, Hipotermi Mekanisme


17 november Ds : - pengaturan suhu
2017 Do : bayi dalam inkubator tubuh imatur,
S 36,20C evaporasi
berlebihan akibat
berkurangnya
jaringan lemak
dalam kulit

E. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN INTERVENSI)


1. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Lemahnya daya cerna : absorbsi makanan, lemahnya daya hisap.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas fungsi imunologik
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Kelemahan otot pernafasan
4. Hipotermi berhubungan dengan Mekanisme pengaturan suhu tubuh
imatur, evaporasi berlebihan akibat berkurangnya jaringan lemak dalam
kulit
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1 ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. kaji reflek mengisap


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 2. observasi muntah
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi dengan KH 3. Berikan minum sesuai
berhubungan dengan : program lewat sonde
Lemahnya daya 12x15 cc
 reflek mengisap sudah
cerna : absorbsi 4. Timbang bb tiap hari
membaik
makanan, lemahnya 5. Ajarkan ibu untuk menetek
 NGT aff
daya hisap. bayi
 Bb meningkat 100 mg/3har
 Tidak ada residui

2 Resiko infeksi setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam tidak infeksi(tumor,dolor,rubo
imaturitas fungsi terjadi infeksi r,calor,fungsiolaesa)
imunologik 2. Lakukan cuci tangan
Kriteria hasil :
sebelum dan sesudah
 Tidak ada tanda-tanda kontak dengan bayi
infeksi 3. Anjurkan kepada ibu bayi
(tumor,dolor,rubor,calor,fun untuk cuci tangan seblum
gsiolaesa) dan sesudah cuci tangan
 Tonus otot baik 4. Kolaborasi dengan ti
 Suara nangis kuat medis dalam
memberikan antibiotika
sesuai program
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. monitor pernafasan,
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 jam frekuensi, kedalaman, dan
dengan Kelemahan diharapkan pola nafas efektif irama
otot pernafasan dengan KH :
2. monitor adanya retraksi otot
 Akral hangat pernafasan
 Tidak ada sianosis
3. posisi kepala bayi lebih
 Tangisan aktif dan kuat
tinggi / ekstensi
 RR 30-40x/menit
 Tidak ada retraksi otot 4. kolaborasi tim medis

pernafasan pemberian terapi O2sesuai


indikasi
4 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan hipotermi tidaak terjadi 1. monitor suhu tubuh setiap
dengan KH : 15 menit
Hipotermi
berhubungan dengan  Suhu tubuh dalam batas 2. pertahankan bayi dalam
Mekanisme normal inkubator
pengaturan suhu  Akral hangat dan tampak
3. ajarkan ibu menggunakan
tubuh imatur, kemerahan
metode KMC
evaporasi berlebihan
akibat berkurangnya 4. pertahankan popok dan
jaringan lemak dalam selimut tetap kering
kulit
G. Implementasi

N Hari/tgal Dx Implementasi Respon Ttd


o

1 Selasa 21 I 1. mengkaji reflek Ds : -


november mengisap dan obserfasi
muntah Do :bayi tampak sedang
2017 dipriksa reflek menghisap
dan tidak ada muntah
2. memberikan minum Ds : -
sesuai program lewat
08.30
sonde 12x7,5 cc Do :bayi tampak sedang
diberikan air susu lewat ogt
7,5 cc/3 jam, tidak muntah

09.00 3. menimbang bb tiap hari Ds :-

Do :bayi tampak sedang


ditimbang 1 hari/x. 1,4 kg

09.30 4. mengajarkan ibu untuk Ds : ibu bayi mengatakan


menetek bayi mau diajarkan cara menetek

Do : ibu bayi tampak mau


diajarkan dan sedang
mendengarkan apa yang
diajarkan perawat.

2 Selasa 21 II 1. MeMonitor tanda- Ds : -


november tanda infeksi
Do : pasien tampak lemas.,
2017 kurus , bb 1,4 kg, kulit tipis.
Leukosit 14.900mm3
09.30
2. Melakukan cuci Ds : -
tangan sebelum dan
sesudah kontak Do : perawat selalu cuci
dengan bayi tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
10.00 3. Mengajurkan kepada Ds : ibu pasien mengatakan
ibu bayi untuk cuci mau dianjurkan untuk cuci
tangan sebelum dan tangan
sesudah kontak
dengan pasien Do : perawat tampak mau
dianjurkan untuk cuci tangan

12.00 4. Mengkolaborasikan Ds : -
dengan tim medis
Do : pasien tampak sedang
dalam memberikan
diberkian injeksi antibiotik
antibiotika sesuai
program

3 Selasa 21 III 1. Monitor pernafasan Ds: -


november dan adanya retraksi
otot pernafasan Do : RR 20x/menit, tidak ada
2017 retraksi otot pernafasan

2. Memposisikan bayi Ds : -
10.00
lebih tinggi
Do : bayi diposisikan kepala
lebih tinggi

10.15 3. Memberikan O2 Ds : -
inkubator
Do : bayi berada dalam
incubator
10.30

4 Selasa, 21 IV 1. Monitor suhu setiap 15 Ds : -


november menit sekali
Do : S 36,2oC, kulit bewarna
2017 pink

11.00
2. Mempertahankan bayi Ds : -
dalam inkubator
Do :bayi berada dalam
11.15 inkubator dengan
11.30 3. Mengajarkan ibu Ds : ibu mengatakan
dengan metode KMC bersedia

Do :perawat mengajarkan
ibu metode KMC
4. Mempertahankan Ds : -
12.00 popok dan selimut
tetap kering Do : mengganti popok bayi
setiap habis BAK dan BAB

5 Rabu 22 I 1. mengkaji reflek Ds : -


november mengisap dan obserfasi
muntah Do :bayi tampak sedang
2017 dipriksa reflek menghisap
dan tidak ada muntah
19.00
2. memberikan minum Ds : -
sesuai program lewat
sonde 12x7,5 cc Do :bayi tampak sedang
diberikan air susu lewat ogt

10 cc/2 jam, tidak muntah

3. menimbang bb tiap hari Ds :-


20.00
Do :bayi tampak sedang
ditimbang 1 hari/x. 1,5 kg

6 Rabu 22 II 1. Memonitor tanda-tanda Ds : -


november infeksi
Do : pasien tampak lemas.,
20117 kurus , bb 1,4 kg, kulit tipis.
Leukosit 14.900mm3
09.00

2. Melakukan cuci tangan Ds : -


sebelum dan sesudah Do : perawat selalu cuci
kontak dengan bayi tangan sebelum dan sesudah
09.10 kontak dengan pasien
4.Mengkolaborasikan Ds : -
dengan tim medis dalam
09.20 memberikan antibiotika Do : pasien tampak sedang
sesuai program diberkian injeksi antibiotik

7 Rabu 22 III 1. Monitor pernafasan dan Ds: -


november adanya retraksi otot
pernafasan Do : RR 20x/menit, tidak ada
2017 retraksi otot pernafasan

10.00

2.Memposisikan bayi lebih Ds : -


tinggi Do : bayi diposisikan kepala
lebih tinggi

3.Memberikan O2 Ds : -
inkubator Do : bayi berada dalam
inkubator

8 Rabu 22 IV 1. Monitor suhu setiap Ds : -


november 15 menit sekali
Do : S 36,2oC, kulit bewarna
2017 pink
2. Mempertahankan Ds : -
10.00
bayi dalam inkubator
Do :bayi berada dalam
inkubator dengan
pengaturan suhu

Ds : -

Do : mengganti popok bayi


3. Mempertahankan setiap habis BAK dan BAB
popok dan selimut
tetap kering
9 Kamis 23 I 1. mengkaji reflek Ds : -
november mengisap dan obserfasi
muntah Do :bayi tampak sedang
2017 dipriksa reflek menghisap
dan tidak ada muntah
08.30
Ds : -
2. memberikan minum
sesuai program Do :bayi tampak sedang
diberikan ASI adlip
09.00
Ds :-
3. menimbang bb tiap hari
Do :bayi tampak sedang
ditimbang 1 hari/x. 1,6 kg

10 Kamis 23 II 1. Memonitor tanda- Ds : -


november tanda infeksi
Do : pasien tampak lemas.,
2017 kurus , bb 1,6 kg, kulit tipis.
Leukosit 14.900mm3 S: 36,7
09.30
2.Melakukan cuci tangan Ds : -
sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi Do : perawat selalu cuci
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
10.00

11 Kamis 23 III 1. Monitor pernafasan Ds: -


november dan adanya retraksi otot
pernafasan Do : RR 20x/menit, tidak ada
2017 retraksi otot pernafasan
10.00 Ds : -

2.Memberikan O2 Do : bayi berada dalam


inkubator inkubator
10.15

10.30

12 Kamis 23 IV 1.Monitor suhu setiap 15 Ds : -


november menit sekali
Do : S 36,2oC, kulit bewarna
2017 pink
2.Mempertahankan bayi Ds : -
11.00
dalam inkubator
Do :bayi berada dalam
inkubator dengan
pengaturan suhu
11.15
3.Mempertahankan Ds : -
popok dan selimut tetap
kering Do : mengganti popok bayi
11.30 setiap habis BAK dan BAB
H. Evaluasi

No Hari/tanggal Dx Evaluasi Ttd

1 Selasa, 21 I S :-
november
O : reflek menghisap lemas
2017
terpasang OGT
20.00
bb : 1,4 KG
A :masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3

2 Selasa 21 II S:-
november
O : Pasien tampak lemas, nangis pasien
2017
lemah, Suhu 37,3 pasien tampak kurus, kulit
20.00 tipis. Pasien didalam inkubator

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2 dan 4

3 Selasa 21 III S:-


november
O : terpasang O2 inkubator
2017
A : masalah teratasi
20.00
P : lanjutkan intervensi 123

4 Selasa 21 IV S :-
november
O : suhu tubuh bayi 36,7, tampak hangat,
2017
bewarna pink
20.00
A :masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3
5 rabu 22 I S :-
november
O : reflek menghisap lemas
2017
terpasang OGT
20.00
bb : 1,5 KG
A :masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3

6 rabu 22 II S:-
november
O : Pasien tampak lemas, nangis pasien
2017
lemah, Suhu 37,3 pasien tampak kurus, kulit
20.00 tipis. Pasien didalam inkubator

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2 dan 4

7 rabu 22 III S:-


november
O : terpasang O2 inkubator
2017
A : masalah teratasi
20.00
P : lanjutkan intervensi 123

8 rabu 22 IV S :-
november
O : suhu tubuh bayi 37,3, tampak hangat,
2017
bewarna pink
20.00
A :masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3

9 Kamis, 23 S :-
november
O : reflek menghisap sudah membaik, bayi
2017
sudah mulai menetek ibunya
bb : 1,6 KG
A :masalah teratasi
P : pertahankan intervensi 2,3

10 Kamis, 23 S:-
november
O : Pasien tampak aktif, nangis pasien kuat,
2017
Suhu 37,2 . Pasien didalam inkubator

A : masalah teratasi

P : pertahankan intervensi 1,2

11 Kamis, 23 S:-
november
O : terpasang O2 inkubator
2017
A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi 1 2

12 Kamis, 23 S :-
november
O : suhu tubuh bayi 37,2, tampak hangat,
2017
bewarna pink

A :masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1,2,3
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga
membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2014. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta :
EGC

Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC, 2009.

Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Hacker, Moore (2009), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta: TOSCA

Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media Aesculapius.


2008

Manuaba, I.B.G. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.PenerbitYayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Rostam Mochtar. 2009. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI

Wildan, M. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai