Anda di halaman 1dari 165

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBASIS

OUTDOOR STUDY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
KELAS XI MAN 1 KOTA MALANG

SKRIPSI

OLEH
UMAR IMAM NURROHMAN
NIM 150721604923

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
MEI 2019
THE EFFECT OF THE OUTDOOR STUDY BASED DISCOVERY
LEARNING MODEL ON CRITICAL THINKING ABILITY VIEWED
FROM LEARNING INTEREST OF CLASS XI STUDENTS OF
MAN 1 KOTA MALANG

THESIS

BY
UMAR IMAM NURROHMAN
NIM 150721604923

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FACULTY OF SOCIAL SCIENCE
DEPARTMENT OF GEOGRAPHY
MAY 2019
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBASIS
OUTDOOR STUDY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
KELAS XI MAN 1 KOTA MALANG

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program
Sarjana Pendidikan Geografi

OLEH
UMAR IMAM NURROHMAN
NIM 150721604923

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
MEI 2019
THE EFFECT OF THE OUTDOOR STUDY BASED DISCOVERY
LEARNING MODEL ON CRITICAL THINKING ABILITY VIEWED
FROM LEARNING INTEREST OF CLASS XI STUDENTS OF
MAN 1 KOTA MALANG

THESIS
Presented to
State University of Malang
In partial fulfillment of the requirement
For the degree of Sarjana in Geography Education

BY
UMAR IMAM NURROHMAN
NIM 150721604923

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FACULTY OF SOCIAL SCIENCE
DEPARTMENT OF GEOGRAPHY
MAY 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Umar Imam Nurrohman ini telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan.

Malang, 23 Mei 2019


Pembimbing l,

Drs. Hadi Soekamto, S.H, M.Pd, M.Si


NIP . 195912191986011001

Malang, 23 Mei 2019


Pembimbing II,

Drs. Hendri Purwito, M.Si


NIP. 195404251984031001
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi oleh Umar Imam Nurrohman ini telah dipertahankan didepan dewan
penguji.

Malang, 21 Mei 2019


Pembimbing l,

Drs. Hadi Soekamto, S.H, M.Pd, M.Si

Malang, 21 Mei 2019


Pembimbing II,

Drs. Hendri Purwito, M.Si


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umar Imam Nurrohman
NIM : 150721604923
Jurusan/Program Studi: Geografi/ S1 Pendidikan Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi/falsifikasi/fabrikasi baik sebagian atau
seluruhnya.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini berhasil
plagiasi/falsifikasi/fabrikasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 23 Mei 2019


Yang membuat pernyataan,

Umar Imam Nurrohman


RINGKASAN

Nurrohman, Umar Imam. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery


berbasis Outdoor Study terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ditinjau
dari Minat Belajar Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs.
Hadi Sukamto, S.H, M.Pd, M.Si. (II) Drs. Hendri Purwito, M.Pd
Kata Kunci : Model Pembelajaran Discovery, Kemampuan Berpikir Kritis,
Minat Belajar Siswa
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) pengaruh model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis, dan (2) ) pengaruh model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau dari minat belajar siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi
experiment) dengan desain randomized post test only control group. Penelitian ini
dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberikan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study dan kelas kontrol yang tidak
diberikan perlakuan model. Subyek yang yang diteliti adalah siswa kelas XI IPS
MAN 1 KOTA MALANG. Pemilihan subyek penelitian karena kedua kelas
memiliki rata-rata nilai yang hampir sama. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah soal soal esai yang mengukur kemampuan berpikir kritis, dan
angket untuk mengukur minat belajar siswa. Uji coba instrumen menggunakan uji
validitas dan reliabilitas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji-t dan
Uji-F dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Hasil penelitian diperoleh bahwa (1) model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa,
dan (2) model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau dari minat belajar siswa. Dari hasil
temuan pertama, analisis yang dilakukan terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa diketahui bahwa nilai probabilitas adalah 0,002. Hasil tersebut
menunjukkan nilai probabilitas < 0,05 dengan kata lain hipotesis nol (H0) ditolak
dan (H1) diterima. Hasil analisis yang dilakukan pada temuan kedua diketahui
bahwa nilai probabilitas adalah 0,005. Hasil tersebut menunjukkan nilai
probabilitas < 0,05 dengan kata lain hipotesis nol (H0) ditolak dan (H1) diterima.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: (1) bagi guru disarankan
untuk menerapkan dikelas, (2) bagi sekolah disarankan untuk memberikan
kemudahan bagi guru maupun siswa untuk melakukan model pembelajaran model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study. (3) bagi peneliti lanjut disarankan
untuk memberikan variasi dan dikombinasi dengan media.

i
SUMMARY

Nurrohman, Umar Imam. 2019. Effect of Discovery Learning Model based on


Outdoor Study on Critical Thinking Ability in terms of Student Learning
Interest. Thesis, Geography Education Study Program, Faculty of Social
Sciences, Malang State University. Advisor: (I) Drs. Hadi Sukamto, S.H,
M.Pd, M.Sc. (II) Drs. Hendri Purwito, M.Pd

The purpose of this study is to find out: (1) the influence of an outdoor
study-based discovery learning model on critical thinking skills, and (2)) the
influence of an outdoor study-based discovery learning model on critical thinking
skills in terms of student learning interests.
This research method used was a quasi experiment with a randomized
post test only control group design. This research was conducted in two classes,
namely the experimental class which was given an discovery study model based
on outdoor study and a control class that was not given a model treatment. The
subjects studied were students of class XI IPS MAN 1 KOTA MALANG.
Selection of research subjects because the two classes have almost the same
average scores. The instruments used in this study are essay questions that
measure critical thinking skills, and questionnaires to measure student learning
interest. Instrument testing uses validity and reliability tests. The data obtained
were analyzed using t-Test and F-Test with the help of SPSS 16.0 for Windows.
The results of the study show that (1) the discovery study model based on
outdoor study influences students' critical thinking abilities, and (2) the discovery
study model based on outdoor study influences critical thinking skills in terms of
student learning interests. From the first findings, the analysis carried out on
students' critical thinking abilities is known that the probability value is 0,002.
These results indicate a probability value < 0.05 in other words the null hypothesis
(H0) is rejected and (H1) is accepted. The results of the analysis carried out on the
second finding are known that the probability value is 0,005. The results show a
probability value of < 0.05 in other words the null hypothesis (H0) is rejected and
(H1) is accepted.
Suggestions proposed in this study are: (1) for teachers it is
recommended to apply in class, (2) for schools it is recommended to provide
convenience for teachers and students to conduct learning models discovery
learning models based on outdoor study. (3) further researchers are advised to
provide variations and be combined with the media.

ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Model Pembelajaran Discovery berbasis Outdoor Study terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XI MAN
1 KOTA MALANG”. Skripsi ini tetap memiliki kekurangan dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk dan nasehat dari permulaan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Hadi Soekamto, S.H, M.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini.
2. Drs. Hendri Purwito, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dan saran demi terselesaikannya skripsi
ini dengan baik.
3. Drs. Yusuf Suharto, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran.
4. Prof. Dr. Sumarmi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang beserta jajaran yang telah menyediakan fasilitas, sarana, dan
prasarana yang mendukung terselesaikannya skripsi ini.
5. Dr. Didik Taryana, M.Si selaku Ketua Jurusan Geografi dan dosen
penasihat akademik yang memberikan dukungan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
6. Seluruh dosen geografi yang telah memberikan banyak bantuan selama
penulis mengikuti studi di Jurusan Geografi.
7. Drs. Mohammad Husnan, M.Pd selaku Kepala Sekolah MAN 1 KOTA
MALANG yang telah memberikan izin penelitian.
8. Slamet Priyanto, S.Pd selaku guru geografi yang bersedia memberikan
bantuan, arahan, dan masukan selama penelitian.

iii
9. Siswa kelas XI IPS 1 dan 2 serta segenap keluarga besar MAN 1 KOTA
MALANG atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.
10. Keluarga tercinta, Bapak Mariyono, Ibu Mei Ursasi, Hanifatul Hikmah,
Hasanatul Fitria atas dukungan baik secara moral maupun material.
11. Partner berjuang Rahajeng Nastiti yang telah memberikan dukungan, doa,
semangat, saran, motivasi, dan mendampingi selama ini.
12. Keluarga Offering L 2015 yang telah memberikan doa, semangat, dan
dukungan selama penulis menempuh pendidikan di jurusan geografi.
13. Alamsyah Wahyudi selaku sahabat yang selalu ada jika saya
membutuhkan bantuan.
14. Keluarga BEM FIS 2016 dan BEM FIS 2018 yang telah menjadi rekan
berproses berorganisasi selama 2 periode.
15. Keluarga Persatuan Sepakbola Ilmu Sosial yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar, berlatih, dan bermain sebagai tim yang
mewakili Fakultas Ilmu Sosial.
16. Seluruh jajaran rektorat Pak Iwan, Kak Gina, Kak Febri beserta dosen dan
staff di Universitas Pendidikan Ganesha yang telah menerima saya dan
rekan-rekan sebagai Mahasiswa pertukaran selama 1 semester.
17. Riyad, Faisal, Aje, Osi, Helmi, Ari Purwanto, Ari Aristianti, Yunan Heri,
Kadek Ari Kumala, Putu Suarjana, Sumana, Mahendra, Yoli, Sukarsa,
Gata, dan seluruh teman-teman Pendidikan Geografi Universitas
Pendidikan Ganesha, Bali.
18. Muhammad Zakky Mubarok, Muhammad Fardiansyah, Riyana Alparuqi,
Motik Dwi Kartika, dan seluruh teman-teman Asrama Jatayu Singaraja,
Bali
19. Serta pihak-pihak lain yang belum disebutkan yang turut membantu agar
skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Akhirnya penulis berharap bahwa karya ini dapat memberikan manfaat
bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Malang, 23 Mei 2019
Penulis

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN .......................................................................................................... i
SUMMARY ............................................................................................................ ii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan .......................................................................................................... 8
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
F. Definisi Operasional................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 11
A. Kemampuan Berpikir Kritis ....................................................................... 11
1. Pengertian kemampuan berpikir kritis.................................................... 11
2. Indikator kemampuan berpikir kritis ...................................................... 13
3. Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis ........................ 15
4. Pengukuran kemampuan berpikir kritis.................................................. 17
B. Minat Belajar Siswa ................................................................................... 18
1. Pengertian minat belajar siswa ............................................................... 18
2. Indikator minat belajar siswa ................................................................. 19
3. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa .................................... 22
4. Pengukuran minat belajar siswa ............................................................. 23
C. Model Pembelajaran Discovery berbasis Outdoor Study ........................... 24
1. Pengertian model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ........ 24
2. Ciri model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ................... 26
3. Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study......... 27
4. Kelemahan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ....... 28
5. Tahapan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ........... 29

v
D. Keragaman Budaya Indonesia sebagai Materi Pembelajaran Geografi ..... 30
1. Pelestarian produk kebudayaan Indonesia.............................................. 30
2. Pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi
kreatif dan pariwisata. .................................................................................... 31
E. Kaitan antara Model Pembelajaran Discovery berbasis Outdoor Study
dengan Kemampuan Berpikir Kritis.................................................................. 33
F. Kaitan antara Kemampuan Berpikir Kritis dengan Minat Belajar Siswa .. 36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 39
A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 39
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 41
C. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 41
1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
2. Instrumen Penelitian ............................................................................... 41
3. Uji Coba Instrumen ................................................................................ 42
a. Uji Validitas ........................................................................................ 43
b. Uji Reliabilitas .................................................................................... 43
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
1. Pengolahan Data ..................................................................................... 44
2. Uji Prasyarat ........................................................................................... 46
a. Uji Normalitas..................................................................................... 46
b. Uji Homogenitas ................................................................................. 46
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 49
A. Paparan Data .............................................................................................. 49
1. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis ............................................. 49
a. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol.................. 49
b. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen .............. 50
2. Paparan Data Minat Belajar Siswa ......................................................... 51
a. Paparan Data Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol .............................. 51
b. Paparan Data Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ....................... 52
B. Analisis Data .............................................................................................. 53
1. Uji Prasyarat ........................................................................................... 53

vi
a. Uji Normalitas..................................................................................... 53
b. Uji Homogenitas ................................................................................. 54
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 54
a. Hipotesis pertama ............................................................................... 55
b. Hipotesis kedua ................................................................................... 57
C. Temuan Penelitian ...................................................................................... 59
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 60
A. Pembahasan Hasil Temuan Pertama .......................................................... 60
B. Pembahasan Hasil Temuan Kedua ............................................................. 68
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 71
A. Kesimpulan ................................................................................................ 71
B. Saran ........................................................................................................... 71
1. Guru ........................................................................................................ 71
2. Sekolah ................................................................................................... 72
3. Peneliti Selanjutnya ................................................................................ 72
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 76

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2. 1 Indikator kemampuan berpikir kritis ...............................................................13
2. 2 Tahapan model pembelajaran discovery .........................................................29
3. 1 Rancangan Penelitian ......................................................................................39
3. 2 Kriteria Validitas Item Soal ............................................................................43
3. 3 Kriteria Reliabilitas Soal .................................................................................44
3. 4 Kualifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa...............................................44
3. 5 Kualifikasi Minat Belajar ................................................................................45
3. 6 Tata Letak Data Rancangan Faktorial 2x3 ......................................................45
4. 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol ........49
4. 2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen..50
4. 3 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ...............................51
4. 4 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ........................52
4. 5 Hasil Uji Normalitas .......................................................................................53
4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas .........................................................................54
4. 7 Hasil perhitungan uji-t.....................................................................................56
4. 8 Hasil Perhitungan Uji F (F-Test).....................................................................58
4. 9 Matrik Perhitungan Rata-rata Model Pembelajaran Discovery Berbasis
Outdoor Study Ditinjau dari Minat Belajar Siswa ..........................................58

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2. 1 Kaitan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dengan
kemampuan berpikir kritis siswa ....................................................................36
2. 2 Kaitan kemampuan berpikir kritis dengan minat belajar siswa ......................38
3. 1 Bagan Alur Penelitian .....................................................................................40
4. 1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol ..............................50
4. 2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ........................51
4. 3 Grafik Persentase Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ...................................52
4. 4 Grafik Persentase Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen.............................52

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nama dan Nilai UH Kelas XI IPS 2 ................................................................. 76
2. Nama dan Nilai UH Kelas XI IPS 1 ................................................................. 77
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................................... 78
3. 1. Materi Pembelajaran ..................................................................................... 85
3. 2. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ..................................................... 89
3. 3. Panduan Model Pembelajaran Discovery ..................................................... 90
3. 4. Pedoman Rencana Penyelidikan ................................................................... 91
3. 5. Format Rencana Penyelidikan....................................................................... 92
3. 6. Lembar Kerja Kelas Eksperimen .................................................................. 93
3. 7. Artikel 1 Eksperimen .................................................................................... 95
3. 8. Artikel 2 Eksperimen .................................................................................... 96
3. 9. Denah Tempat Duduk Kelompok Kelas Eksperimen ................................... 97
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .......................................... 98
5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................... 103
6. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis ..................................... 114
7. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 117
8. Kisi-kisi Minat belajar Siswa .......................................................................... 122
9. Lembar Angket Minat Belajar Siswa .............................................................. 123
10. Pedoman Penilaian Angket Minat Belajar Siswa.......................................... 125
11. Hasil Tes Validasi ......................................................................................... 126
12. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ................................................................. 132
13. Tabulasi Posttest Kelas Eksperimen ............................................................. 133
14. Tabulasi Posttest Kelas Kontrol .................................................................... 135
15. Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ......................................... 137
16. Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ................................................ 138
17. Contoh Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ................................. 139
18. Lembar Angket Minat Belajar Siswa ............................................................ 142
19. Surat Ijin Penelitian ....................................................................................... 144
20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................................. 145
21. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 146
22. Riwayat Hidup .............................................................................................. 148

x
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai 6 hal. Hal-hal tersebut terdiri dari (1)
latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan, (4) hipotesis penelitian, (5)
manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional. Keenam hal tersebut dijelaskan
pada uraian selanjutnya.

A. Latar Belakang
Model discovery berbasis outdoor study merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Pada model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study siswa diminta untuk
mengorganisasi bahan pembelajaran yang akan mereka pelajari sendiri sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Dengan mengorganisasi bahan
pembelajaran yang akan dipelajari, siswa dapat menemukan hal baru yang dapat
dijadikan sebagai modal dalam belajar. Menurut Nurrohmi, model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study dapat menjadikan siswa lebih menguasai materi
yang sedang dipelajarinya (Nurrohmi, 2017). Model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
merancang kerangka pengetahuan dan membangun pemahaman baru berdasarkan
apa yang telah dialami. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
berpikir. Menurut Hosnan, pada pembelajaran discovery berbasis outdoor study
siswa didorong untuk belajar dengan mandiri dan terlibat aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dengan
mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi (Hosnan, 2016). Pernyataan
tersebut memiliki indikasi bahwa pembelajaran discovery berbasis outdoor study
mendorong siswa untuk tidak hanya menjadi objek dari pembelajaran. Dengan
demikian model pembelajaran discovery berbasis outdoor study merupakan salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study melatih siswa
menjadi lebih mandiri dalam belajar. Pada model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dan kritis dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru dalam hal ini memiliki peran sebagai mediator dan

1
2

fasilitator. Menurut Ilahi model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri (Ilahi, 2012). Pada
dasarnya discovery tidak jauh berbeda dengan pembelajaran inquiry, namun pada
model pembelajaran discovery masalah yang dihadapkan kepada siswa berupa
masalah yang direkayasa oleh guru. Pembelajaran yang aktif akan dapat
merangsang kemampuan kognitif dan berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi
dan kritis. Peningkatan kemampuan kognitif dapat membuat siswa menjadi mudah
dalam memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini membuat siswa
lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat mendorong siswa
menjadi lebih mandiri dalam belajar.
Model Pembelajaran discovery berbasis outdoor study dipilih untuk
dieksperimenkan karena beberapa alasan. Alasan tersebut meliputi: (1) Model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study dikembangkan berdasarkan
paradigma konstruktivisme (2) menggunakan pendekatan Saintifik, (3) sesuai
dengan Kurikulum 2013. Alasan tersebut diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Alasan Pertama, model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
dikembangkan berdasarkan paradigma konstruktivisme. Model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study merupakan model pembelajaran yang
menekankan siswa untuk dapat membangun pola berpikir berdasarkan proses
pembelajaran yang mereka alami atau melalui aktivitas mereka sendiri. Pada
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study siswa dapat menemukan
cara untuk memahami suatu materi yang disampaikan sesuai dengan kemampuan,
pengalaman, dan pola berpikir dari setiap individu. Model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study sejalan dengan paradigma pendidikan Konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil bentukan. Sumarsih
mengungkapkan bahwa ”Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui aktivitas seseorang”
(Sumarsih, 2009). Oleh karena itu, siswa membangun konsep dan pemikiran
mereka sendiri sehingga hasil pengetahuan atau pembelajaran dapat lebih
3

bermakna. Dengan demikian, model pembelajaran discovery berbasis outdoor


study dibentuk berdasarkan aliran konstruktivisme.
Alasan Kedua, model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
menggunakan pendekatan saintifik. Pada langkah-langkah model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study terdapat beberapa langkah yang sejalan dengan
pendekatan saintifik yaitu pada langkah pengumpulan data dan pengolahan data.
Pada tahap tersebut terdapat pendekatan mengasosiasi dalam saintifik. Model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study menekankan pada perkembangan
kreativitas, peningkatan kemampuan dalam mengumpulkan informasi, dan
kemampuan berpikir kritis. Ilahi menyampaikan bahwa dalam model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study siswa dituntun untuk
mengembangkan kreativitas, mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar,
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan kritis, meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran, belajar memecahkan masalah, dan mendapatkan
inovasi dalam proses pembelajaran (Ilahi, 2012). Model Pembelajaran discovery
berbasis outdoor study menggunakan pendekatan saintifik karena dapat menuntut
siswa untuk selalu menemukan hal baru dalam proses pembelajaran. Dalam
mengaplikasikan model pembelajaran discovery guru memiliki peran sebagai
pembimbing dan pengarah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif dan mandiri. Dengan adanya keaktifan dalam belajar siswa
diharapkan dapat memiliki kecakapan pengetahuan, dan pengalaman baru dari hal
yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan model
discovery berbasis outdoor study menggunakan pendekatan saintifik.
Alasan Ketiga, Pembelajaran discovery berbasis outdoor study sesuai
dengan Kurikulum 2013. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
merupakan salah satu model pembelajaran yang dijadikan standar dalam
penerapan Kurikulum 2013. Hal ini diatur juga dalam Permendikbud No.103
Tahun 2014 yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang distandarkan
dalam kurikulum 2013 meliputi: 1) Inquiry based learning, 2) discovery based
learning, 3) project based learning, dan 4) Problem based learning. Selain itu
pembelajaran discovery berbasis outdoor study membuka kesempatan bagi siswa
untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menemukan
4

konsep berpikir secara mandiri. Hal ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Suryosubroto menyampaikan bahwa model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, dan reflektif (Suryosubroto, 2002).
Pernyataan tersebut mempunyai indikasi bahwa model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study sesuai dengan standar penerapan kurikulum 2013. Dengan
demikian, model pembelajaran discovery berbasis outdoor study sesuai dengan
implementasi Kurikulum 2013 yang menitikberatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran.
Setelah menjelaskan alasan dipilihnya model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study untuk dieksperimenkan pada penelitian ini, maka
selanjutnya perlu menguraikan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study. Model pembelaajaran discovery berbasis
outdoor study memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut
membuat model ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Kelebihan
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study disampaikan Hosnan (2016)
diantaranya, (1) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. (2) Siswa
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (3) Tumbuhnya rasa
menyelidiki dalam diri siswa. (4) meningkatkan minat belajar siswa. (5)
Mendorong keterlibatan keaktifan siswa. Pembahasan kelebihan model
pembelajaran diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Hal ini karena dalam model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study siswa terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Melalui kegiatan pembelajaran
model discovery berbasis outdoor study siswa diminta untuk berperan secara aktif.
Proses pembelajarannya berfokus pada kegiatan siswa sehingga membuat siswa
memiliki perhatian yang lebih pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat
meningkatkan bakat dan kecakapan dari setiap siswa. Dengan demikian, model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat mengembangkan bakat dan
5

kecakapan melalui kegiatan dan keterlibatan secara langsung yang dilaksanakan


selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study memungkinkan
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Pada model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study yang mengutamakan keaktifan
siswa, siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber belajar yang sesuai dengan
materi pembelajaran. Siswa dapat memperoleh bahan yang akan digunakan
sebagai bekal dalam belajar dari sumber belajar manapun. Dengan demikian,
siswa dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar secara bebas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat
menumbuhkan rasa menyelidiki dalam diri siswa. Dengan diberikannya
kebebasan dalam mencari bahan dari berbagai sumber belajar, siswa menjadi
termotivasi untuk mencari bahan belajar sebanyak mungkin. Adanya motivasi
dalam mencari bahan yang akan digunakan dalam belajar dapat membuat siswa
menjadi bersemangat dalam belajar. Siswa akan selalu merasa ingin menambah
pengetahuan yang akan digunakan sebagai bahan belajar. Oleh sebab itu, model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat menumbuhkan rasa
menyelidiki dalam diri siswa.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat meningkatkan
minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran discovery berbasis outdoor study
memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam mencari sumber belajar. Sumber
belajar dapat diperoleh dari mana saja yang sesuai dengan topik pembelajaran.
Dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada siswa dalam mencari sumber
belajar, siswa memiliki rasa percaya diri dalam belajar. Adanya rasa percaya diri
dalam belajar dapat membuat siswa cenderung lebih bersemangat dan memiliki
rasa kepuasan batin tersendiri. Siswa tidak akan mudah bosan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study dapat meningkatkan minat belajar pada siswa.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat mendorong
keterlibatan keaktifan siswa. Dalam proses pembelajaran model discovery
berbasis outdoor study siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses
6

pembelajaran. Proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar jika tidak ada peran
aktif dari siswa. Dengan adanya pemusatan kegiatan siswa yang dilakukan
selama proses pembelajaran, siswa terbiasa memiliki peran dan tanggungjawab
terhadap diri sendiri yang besar. Dengan demikian, model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study dapat mendorong keterlibatan keakifan dan tanggungjawab
dari dalam diri siswa.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study menurut Hosnan (2016)
diantaranya, (1) Kebiasaan beberapa guru yang masih menggunakan pola
pembelajaran lama. (2) Kemampuan berpikir rasional beberapa siswa yang masih
terbatas. (3) Menyita banyak waktu. Pembahasan kelemahan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study memiliki kelemahan pada metode guru atau tenaga
pengajar dalam menyampaikan materi. Meskipun telah merancang kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study, guru masih terbiasa menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang
dilakukan oleh sebagian guru berpusat pada kegiatan guru dalam menyampaikan
materi. Dalam hal ini siswa memiliki peran yang pasif karena hanya menerima
materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Hal tersebut menjadikan
keaktifan siswa inilah yang seharusnya menjadi fokus pada model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study tidak terlaksana dengan baik.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study membutuhkan kemampuan berpikir yang rasional.
Kemampuan berpikir yang rasional sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study. Model pembelajaran yang
mengutamakan pada aktivitas siswa tentunya harus didukung dengan kemampuan
siswa dalam berpikir rasional. Hal ini yang merupakan salah satu kelemahan
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study karena tidak semua siswa
dalam satu kelas memiliki kemampuan berpikir rasional yang sama.
7

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran discovery


berbasis outdoor study membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
materi dan informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam
belajar. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk senantiasa memberi motivasi
dan semangat kepada siswa nya dengan baik. Perubahan kebiasaan dalam belajar
tersebut juga terjadi pada siswa. Siswa dituntut untuk selalu aktif pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study. Siswa yang aktif dan tertarik dengan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study akan selalu merasa kurang dalam belajar sehingga
termotivasi dan selalu ingin menambah wawasan dalam belajar. Hal tersebut
membuat waktu yang digunakan dalam melaksanakan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study menjadi relatif lama.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study, penelitian ini membutuhkan informasi dari
penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang meneliti tentang model
pembelajaran discovery dilakukan oleh beberapa peneliti. Peneliti tersebut
diantaranya Serra Oktafoura Suminar, Moch Hafi Wardana, dan Teguh Dwi
Imanda. Serra Oktafoura Suminar meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
discovery learning dan problem based learning terhadap prestasi belajar peserta
didik. Moch Hafi Wardana meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
discovery terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran
geografi. Teguh Dwi Imanda meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
discovery terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan penelitian
ini dengan ketiga penelitian terdahulu terletak pada variabel bebas yang
menggunakan model pembelajaran discovery. Penelitian dari Serra Oktafoura
Suminar memiliki persamaan pada variabel bebas dengan penelitian ini. Penelitian
dari Moch Hafi Wardana juga memiliki persamaan pada variabel bebas dengan
penelitian ini. Penelitian dari Teguh Dwi Imanda memiliki persamaan pada
8

variabel bebas dan variabel terikat dengan penelitian ini. Perbedaan antara
penelitian ini dengan ketiga penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini
terdapat penggunaan variabel moderator. Dengan demikian terdapat persamaan
dan perbedaan antara penelitian ini dengan ketiga penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.
Setelah mengetahui persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya, maka dapat diketahui kedudukan penelitian ini diantara
penelitian terdahulu. Penelitian ini merupakan penelitian modifikasi dari
penelitian terdahulu. Penelitian ini termasuk penelitian modifikasi karena terdapat
penambahan pada variabel moderator berupa minat belajar siswa. Dengan
demikian, penelitian ini termasuk dalam penelitian modifikasi dari penelitian
terdahulu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukaan penelitian ”Pengaruh model
pembelajaran Discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis ditinjau dari minat belajar siswa kelas XI MAN 1 KOTA MALANG”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG?
2. Apakah model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat
belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
geografi di MAN 1 KOTA MALANG.
9

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis outdoor


study terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat belajar
siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi di
MAN 1 KOTA MALANG.
2. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat belajar siswa
pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan tambahan pengetahuan
dan masukan yang berguna bagi guru dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau
rujukan pada penelitian lain dengan menggunakan model, materi, atau
tempat yang berbeda.
3. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini diberikan kepada pihak sekolah sebagai
bahan referensi sekolah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan
dalam rangka perbaikan model pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran geografi.
10

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka dibuat definisi operasional
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kemampuan Berpikir Kritis adalah nilai tes yang menggambarkan
kemampuan siswa dalam : (1) merumuskan masalah, (2) memberikan
argumen, (3) menyimpulkan, (4) melakukan evaluasi, dan (5) memutuskan
dan melaksanakan.
2. Minat Belajar adalah tingkat minat belajar siswa yang didapat dari skor
angket berdasarkan indikator minat belajar meliputi (1) perasaan senang,
(2) perhatian siswa, (3) ketertarikan untuk belajar, dan (4) motivasi belajar
3. Model Pembelajaran discovery adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan konsep belajar secara
mandiri dengan langkah : (1) Stimulation (Rangsangan), (2) Problem
Statement (Identifikasi Masalah), (3) Data Collection (Pengumpulan
Data), (4) Data Processing (Pengolahan Data), (5) Verification
(Verifikasi), dan (6) Generalization (generalisasi dan kesimpulan).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari enam sub bab. Keenam sub bab tersebut meliputi
kemampuan berpikir kritis, minat belajar siswa, model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study, keragaman budaya sebagai materi pembelajaran geografi,
kaitan antara model pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap
kemampuan berpikir kritis, dan kaitan antara kemampuan berpikir kritis dan minat
belajar geografi. Keenam sub bab tersebut diuraikan sebagai berikut.

A. Kemampuan Berpikir Kritis


Sub bab ini mengkaji tentang pengertian berpikir kritis, indikator
kemampuan berpikir kritis, faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis,
dan pengukuran berpikir kritis. Sub bab tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian kemampuan berpikir kritis


Secara umum berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan
pengetahuan. Berpikir sangat berkaitan dengan aktivitas manusia, karena berpikir
merupakan ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Berpikir kritis dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisis ide atau gagasan
kearah yang lebih spesifik. Menurut Ennis (dalam Susanto, 2013) menyampaikan
bahwa berpikir kritis adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan
masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Pendapat tersebut
mengindikasikan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Dengan demikian, berpikir kritis merupakan proses
yang dilakukan manusia dan dapat menghasilkan pengetahuan.
Proses pembelajaran dikelas akan menyenangkan apabila dalam kegiatan
pembelajaran tersebut siswa dapat mencari dan menemukan pengetahuan yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir mereka. Kegiatan pembelajaran yang
mencakup tentang mencari dan menemukan dapat melatih cara berpikir siswa
terutama kemampuan berpikir kritis yang mereka miliki. Menurut Indarti,
kemampuan berpikir kritis dapat dimulai dari permasalahan kecil yang ada di
sekitar siswa (Indarti 2013). Siswa perlu memiliki keterampilan berpikir kritis

11
12

dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat melakukan evaluasi
menurut apa yang diyakininya. Hal ini sejalan dengan Fachrurazi (2011)
yangmenyatakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan
pendapat mereka sendiri. Menurut Hayati, berpikir kritis dibutuhkan sebagai dasar
untuk membuat keputusan (Hayati, 2016). Pendapat tersebut mengindikasikan
bahwa dengan berpikir kritis siswa dapat menemukan pengetahuan dan
melakukan evaluasi berdasarkan keyakinan mereka sendiri. Dengan demikian,
melalui berpikir kritis siswa dapat mencari dan menemukan pengetahuan yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir mereka.
Kemampuan berpikir kritis dapat membuat siswa memiliki kemampuan
berpikir yang terarah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir secara kritis
dapat mengedalikan cara berpikir yang disiplin dan sesuai dengan fakta. Menurut
Tapilouw, berpikir kritis merupakan cara berpikir disiplin dan dikendalikan oleh
kesadaran (Tapilouw, 1997). Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa cara
berpikir ini mengikuti alur logis dan sesuai dengan fakta atau teori yang diketahui
oleh siswa. Sehingga tipe berpikir kritis mencerminkan pemikiran yang terarah.
Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis dapat membuat siswa memiliki
kemampuan berpikir yang terarah.
Kemampuan berpikir kritis dapat meningkatkan keterampilan siswa.
Melalui cara berpikir kritis siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitif yang
dimilikinya. Berpikir kritis dapat membuat siswa memiliki ide atau gagasan yang
baru untuk memecahkan suatu masalah sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Halpen menyampaikan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan (Halpen, 1996).
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa dengan berpikir kritis siswa dapat
memberdayakan keterampilan dan kemampuan kognitif yang dimilikinya. Dengan
demikian, kemampuuan berpikir kritis dapat meningkatkan keterampilan siswa.
Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa dalam melakukan suatu
pemikiran yang sesuai nalar, logis, sistematis, dan tepat. Menurut Dewey (dalam
Fisher, 2008) menyampaikan bahwa berpikir kritis adalah pertimbangan yang
aktif, terus menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk
13

pengetahuan yang diterima berdasarkan sudut pandang alasan-alasan yang


mendukung dari kesimpulan lanjutan yang enjadi kecenderungannya. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pentingnya kemampuan berpikir kritis
untuk siswa agar mereka selalu aktif dan teliti terhadap suatu informasi
pengetahuan yang mereka terima. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis
dapat membantu siswa dalam melakukan suatu pemikiran yang sesuai nalar, logis,
sistematis, dan tepat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bepikir
kritis adalah kegiatan menganalisis ide yang dilakukan manusia dan dikendalikan
oleh kesadaran. Kemampuan berpikir kritis membantu siswa memiliki
kemampuan membuat keputusan yang berdasarkan penilaian suatu masalah secara
kritis. Berpikir kritis dapat membantu siswa mendapatkan keyakinan tentang
jawaban dari permasalahan secara tepat dan sempurna. Berpikir kritis dapat
meningkatkan kemampuan kogitif dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

2. Indikator kemampuan berpikir kritis


Kemampuan berpikir kritis memiliki beberapa indikator untuk dijadikan
sebagai pentunjuk bahwa seseorang telah melakukan proses berpikir kritis.
Menurut Ennis (2005), terdapat lima indikator dalam kemampuan berpikir kritis.
Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 2. 1 Indikator kemampuan berpikir kritis
No. Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
1. Merumuskan masalah  Memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang
memberi arah untuk memperoleh jawaban.
2. Memberi argumen  Argumen dengan alasan yang sesuai.
 Menunjukkan permasalahan dan perbedaan.
 Argumen utuh.
3. Menyimpulkan  Mendeduksi secara logis.
 Kondisi logis.
 Melakukan interpretasi terhadap pertanyaan.
 Melakukan investigasi atau pengumpulan data.
 Membuat generalisasi dari data, membuat tabel atau
grafik.
 Membuat kesimpulan terkait hipotesis.
4. Melakukan evaluasi  Evaluasi diberikan berdasarkan fakta.
 Berdasarkan prinsip atau pedoman.
 Memberikan alternatif.
5. Memutuskan dan  Memilih kemungkinan solusi.
melaksanakan  Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan
dilaksanakan.
Sumber : Ennis (2005)
14

Berdasarkan indikator yang disampaikan oleh Ennis menunjukkan bahwa


setiap indikator memiliki tujuan yang dapat menunjukkan bahwa seseorang telah
melakukan proses berpikir kritis. Kemampuan merumuskan masalah bertujuan
agar siswa dapat merancang pertanyaan yang nantinya dapat mengarahkan siswa
untuk menemukan jawaban. Pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan
yang sudah diatur agar mengarah pada jawaban yang diinginkan. Kemampuan
memberi argumen memiliki beberapa indikator yang harus dipenuhi. Indikator
tersebut diantaranya argumen dengan alasan yang sesuai, menunjukkan
permasalahan dan perbedaan, dan argumen utuh. Dengan indikator tersebut
diharapkan siswa dapat menyampaikan argumen yang baik dan benar dengan cara
menyampaikan argumen yang utuh dan jelas disertai alasan yang kuat sehingga
argumen yang disampaikan tidak diragukan. Kemampuan menyimpulkan terdiri
dari kemampuan deduksi dan induksi. Kemampuan deduksi dan induksi
merupakan kemampuan yang berkaitan. Kedua kemampuan tersebut berfungsi
untuk mengolah informasi yang didapat. Setelah mendapat informasi yang cukup
kemudian siswa dapat menarik kesimpulan dari hal khusus menjadi hal yang
umum. Kemampuan ini sangat penting bagi siswa karena membuat siswa
memikirkan dan menalar segala informasi yang diterimanya. Kemampuan ini
berfungsi sebagai filter informasi agar siswa tidak mudah percaya dengan
informasi yang diterimanya. Dengan kemampuan ini siswa dapat memilah
informasi yang diterima untuk dijadikan kesimpulan. Selanjutnya adalah
kemampuan mengevaluasi. Kemampuan ini merupakan bentuk refleksi terhadap
fakta yang ada dan upaya dari siswa untuk merancang rencana alternatif
berdasarkan kemungkinan yang akan terjadi. Kemampuan terakhir adalah
memutuskan dan melaksanakan. Dalam kemampuan ini segala pertimbangan telah
dibentuk sehingga siswa dapat menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat dikatakan
mempunyai kemampuan berpikir kritis apabila telah berpikir sesuai dengan
beberapa indikator tersebut. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis siswa
dapat memiliki kemampuan untuk menganalisis informasi yang didapat sebelum
menyampaikan kepada orang lain, mampu membedakan opini dan fakta, berpikir
secara relevan, menemukan solusi atau jawaban dari suatu masalah serta
15

menyelesaikannya. Kemampuan tersebut didasarkan atas sikap yang matang dari


siswa ketika menyikapi suatu permasalahan disekitar mereka. Pada intinya
kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa akan membantu siswa agar lebih
teliti dalam menghadapi suatu informasi atau peristiwa.
3. Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
Terdapat beberapa hal yang dapat mendorong seseorang untuk memiliki
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sesorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi: (1) keturunan, (2) lingkungan, dan (3)
pengalaman. Faktor tersebut diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yang pertama
adalah faktor keturunan. Kemampuan berpikir seseorang dapat diturunkan dari
kedua orang tuanya. Hal tersebut disebabkan adanya faktor genetik dari kedua
orang tua ataupun keluarganya. Menurut Ristiasari, perkembangan kemampuan
berpikir kritis yang dimiliki siswa dipengaruhi oleh latar belakang siswa itu
sendiri (2012). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
keturunan dapat mempengaruhi kemampuan yang dimiliki seseorang. Misalnya,
anak yang lahir dari orang tua yang berlatar belakang memiliki kemampuan lebih
dalam bidang olahraga, maka anak tersebut kemungkinan ketika besar juga
memiliki kemampuan berolahraga yang sama seperti kedua orang tuanya. Jika
seseorang terlahir dari orang tua yang gemar bermain musik, maka kemungkinan
besar anak tersebut juga mewarisi kemampuan bermain musik dari orang tuanya.
Kemampuan seorang anak yang berasal dari orang tua biasanya dapat dilihat
selama proses perkembangan anak tersebut dari bayi hingga dewasa. Kemampuan
berpikir kritis yang berasal dari bawaan sejak lahir, maka kemampuan berpikir
kritis yang dimiliki anak tersebut akan terlihat selama proses perkembangannya.
Selain faktor keturunan, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Lingkungan terdiri atas lingkungan keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Lingkungan terkecil yang dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat
pertama bagi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dapat
melatih kemampuan yang ada pada dirinya dalam lingkungan keluarga, termasuk
kemampuan berpikir kritis. Anni menyampaikan bahwa dalam belajar faktor yang
16

sangat mempengaruhi adalah tempat belajar, suasana lingkungan, dan budaya


belajar (dalam Setyorini, 2011). Lingkungan keluarga dapat membiasakan
seseorang untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dengan dihadapkan dengan
permasalahan yang membutuhkan penyelesaian menggunakan kemampuan
berpikir kritis. Lingkungan sekolah juga dilatih untuk berpikir kritis dengaan cara
diberikan soal-soal yang membutuhkan kemampuan menganalisis dan
memecahkan suatu masalah. Apabila siswa sering dihadapkan dengan hal tersebut
maka kemampuan berpikir kritis siswa akan meningkat. Lingkungan masyarakat
juga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yang dimiliki seseorang.
Jika seseorang terbiasa bergaul dengan lingkungan yang memiliki masyarakat
yang aktif dan positif, maka ia dapat menumbuhkan kemampuan berpikir
kritisnya secara optimal.
Pengalaman yang dimiliki seseorang juga dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis seseorang. Setiap orang pasti memiliki pengalaman
yang didapat pada masa lampau. Pengalaman tersebut dapat berupa permasalahan
yang pernah dialami seseorang. Permasalahan tersebut menuntut seseorang untuk
dapat menemukan solusi dan jalan keluar yang terbaik. Dalam menentukan solusi
tersebut seseorang dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis yang
dimilikinya. melalui kemampuan berpikir kritis seseorang dapat mengambil
alternatif utuk membuat keputusan. Menurut Richard W. Paul berpikir kritis
merupakan proses berpikir dimana seseorang secara aktif dan terampil
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi
berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman
(dalam Liberna, 2012).
Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa faktor-faktor kemampuan
berpikir kritis terdiri dari faktor keturunan, lingkungan, dan pengalaman. Faktor-
faktor tersebut memiliki peran dalam kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
siswa. Faktor-faktor tersebut harus dimiliki oleh siswa agar dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis.
17

4. Pengukuran kemampuan berpikir kritis


Pengukuran kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes. Mengukur kemampuan berpikir kritis
menggunakan tes melalui soal kemampuan berpikir kritis berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kritis yang telah ditentukan. Tes tersebut berupa tes esai
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Jika mengukur kemampuan berpikir
kritis menggunakan non tes, dapat menggunakan observasi pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Alat ukur yang digunakan dalam menentukan kemampuan berpikir kritis
ada berbagai macam. Menurut Arikunto (2010) untuk mengukur kemampuan
dasar dapat menggunakan tes mengukur kemampuan intelegensi, minat, bakat
khusus, dan lain sebagainya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengukuran kemampuan berpikir kritis dapat menggunakan indikator dari
kemampuan berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan
diantaranya (1) merumuskan masalah, (2) memberi argumen, (3) menyimpulkan,
(4) melakukan evaluasi dan (5) memutuskan dan melaksanakan. Kemampuan
berpikir kritis siswa nantinya dapat dilihat dari seberapa jauh kemampuan siswa
dalam menjawab soal berdasarkan indikator tersebut. Pengukuran kemampuan
berpikir kritis juga dapat menggunakan pengukuran non tes yang akan dijelaskan
pada paragraf selanjutnya.
Pengukuran kemampuan berpikir kritis dengan pengukuran non tes dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada siswa pada saat kegiatan
diskusi. Pengamatan dilakukan dengan mengamati bagaimana keaktifan siswa
dalam merespon, menjawab pertanyaan, memberi masukan, dan mengemukakan
pendapat. Peneliti mengamati segala perilaku siswa selama proses pembelajaran
berpedoman pada indikator kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini
peneliti tidak menggunakan pengukuran non tes.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam kegiatan sehari-hari. Berpikir kritis
dapat melatih siswa untuk peka terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan
sekitar. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat menemukan solusi
dari permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Dengan kemampuan berpikir kritis
18

siswa akan memiliki sifat pandangan terbuka, rasa ingin tahu yang tinggi,
memiliki berbagai sumber informasi, dan memiliki motivasi yang tinggi. Pada
penelitian ini kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan tes
kemampuan berpikir kritis berdasarkan indikator (1) merumuskan masalah, (2)
memberi argumen, (3) menyimpulkan, (4) melakukan evaluasi dan (5)
memutuskan dan melaksanakan.

B. Minat Belajar Siswa


Sub bab ini mengkaji tentang pengertian minat belajar siswa, indikator
minat belajar siswa, faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, dan
pengukuran minat belajar siswa. Sub bab tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian minat belajar siswa


Minat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam diri
seseorang. Minat berhubungan dengan rasa ingin tahu yang dimiliki seseorang.
Minat adalah usaha dan kemauan untuk mempelajari dan mencari sesuatu.
Dengan adanya minat seseorang akan memiliki kemauan untuk melakukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat. Menurut Slameto minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan (dalam Nurhasanah, 2016). Menurut Crow
and Crow minat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung
atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan (dalam Suharyat, 2009).
Kedua pendapat tersebut memiliki indikasi bahwa minat merupakan suatu rasa
yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.
Minat belajar merupakan salah satu faktor yang membuat siswa memiliki
motivasi dalam belajar. Minat belajar dapat tumbuh dengan diawali rasa senang
terhadap suatu kegiatan pembelajaran. Dengan adanya rasa senang pada kegiatan
pembelajaran siswa dengan antusias dan tidak akan merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran. Menurut Suharwati, minat belajar siswa merupakan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar (Suharwati, 2016). Minat
belajar yang dimiliki siswa perlu dikembangkan agar siswa merasa senang dan
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal ini sejalan dengan
pendapat Shaleh yang menyampaikan bahwa minat adalah suatu kecenderungan
untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap aktivitas yang menjadi objek
19

dengan disertai perasaan senang (Shaleh, 2004). Siswa yang memiliki minat
belajar yang tinggi pasti akan dapat memusatkan perhatian pada proses
pembelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki minat belajar yang rendah tidak
akan memiliki rasa ketertarikan pada apapun yang ada pada proses pembelajaran.
Dengan demikian, minat belajar merupakan rasa senang yang dimiliki siswa pada
suatu proses pembelajaran, minat belajar dapat dikembangkan sehingga siswa
dapat tertarik dan dapat menguasai suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat belajar
didefinisikan sebagai kemauan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran karena
perasaan antusias, tertarik, dan senang yang muncul dari dalam diri sendiri.
Semakin tinggi minat belajar yang dimiliki siswa maka semakin mudah siswa
dalam memahami materi. Sedangkan semakin rendah minat belajar siswa maka
semakin susah siswa memahami materi yang disampaikan.

2. Indikator minat belajar siswa


Indikator minat belajar digunakan sebaagai patokan atau tolok ukur yang
menunjukkan tingkat minat belajar yang dimiliki siswa. Indikator minat
dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Suharyat dan Slameto. Indikator
minat belajar menurut Suharyat terdiri dari: (1) perasaan senang, (2) partisipasi,
(3) perhatian, (4) keaktifan, dan (5) mentaati peraturan yang terkait dengan subjek
(Suharyat, 2009). Sedangkan menurut Slameto, indikator minat belajar terdapat
empat komponen. Keempat komponen indikator tersebut meliputi: (1)
ketertarikan untuk belajar, (2) perhatian dalam belajar, (3) motivasi belajar, dan
(4) pengetahuan (dalam Nurhasanah, 2016). Indikator minat belajar tersebut
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator
minat belajar yang digunakan pada penelitian ini meliputi: (1) perasaan senang,
(2) perhatian siswa, (3) keterlibatan untuk belajar, dan (4) motivasi belajar.
Penjelasan mengenai indikator minat belajar diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Perasaan senang pada siswa timbul ketika siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan lancar. Rasa senang yang dimiliki siswa muncul dari dalam
diri siswa sendiri. Gagne menyampaikan bahwa minat timbul secara spontan dari
dalam diri siswa tanpa ada pengaruh dari pihak luar (dalam Susanto, 2013).
20

Pendapat lain menurut Susanto minat secara psikologis banyak dipengaruhi oleh
perasaan senang yang terbentuk pada setiap fase perkembangan anak (Susanto,
2013). Siswa yang memiliki rasa senang pada suatu proses pembelajaran akan
selalu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias, senang hati, dan tidak
terpaksa. Siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar tidak
akan merasa jenuh atau bosan.
Perhatian siswa dalam belajar dapat muncul karena siswa memiliki
ketertarikan pada materi yang dipelajarinya. Menurut Nurhasanah perhatian
merupakan konsentrasi ataau aktifitas jiwa seseorang terhadap pengamatan
mengenai suatu hal (Nurhasanah, 2016). Munculnya perhatian siswa disebabkan
isi materi yang menarik dan realistis. Materi yang realistis dan berkaitan langsung
dengan keadaan sekitar membuat siswa mudah dalam belajar. Siswa yang mudah
dalam belajar dapat memfokuskan perhatian pada materi sehingga siswa tersebut
tidak akan merasa bosan dan jenuh. Susanto menyampaikan bahwa seseorang
cenderung menyukai sesuatu yang diyakininya dapat dilakukan dengan berhasil
(Susanto, 2013). Pendapat tersebut memiliki indikasi bahwa siswa yang memiliki
perhatian pada pelajaran akan merasa yakin dan percaya diri dalam menguasai
materi. Siswa yang memiliki perhatian ketika melaksanakan aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran akan memiliki prestasi yang lebih tinggi. Jika materi yang
disampaikan selama proses pembelajaran tidak mendapat perhatian dari siswa,
maka akan muncul kebosanan sehingga siswa tidak tertarik dalam belajar. Dengan
demikian, siswa yang memiliki perhatian terhadap materi akan berusaha untuk
memperoleh hasil yang baik dengan memperhatikan materi yang disampaikan,
lebih berkonsentrasi, dan mengikuti proses pembelajaran dengan seksama.
Perhatian dapat diukur dari keseriusan yang dimiliki siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Keterlibatan siswa muncul apabila siswa merasa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan mudah. Keterlibatan siswa bergantung dengan bagaimana
guru merancang proses pembelajaran sedemikian rupa agar dapat menarik minat
belajar siswa. Guru yang dapat merancang proses pembelajaran dengan baik akan
dapat membuat siswa menjadi tertarik pada materi yang diajarkan. Hal itu
membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup karena siswa menjadi lebih
21

aktif dan tertarik untuk belajar. Keterlibatan siswa juga dipengaruhi oleh siswa itu
sendiri. Siswa dapat menentukan sikap tertarik pada suatu bahasan materi jika
siswa memang berminat untuk mempelajarinya. Menurut Bloom minat adalah apa
yang disebut sebagai subject-related affect, yang didalamnya termasuk minat dan
sikap terhadap materi pelajaran (Bloom, 1979). Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Susanto yang menyebutkan bahwa kecenderungan siswa dalam memilih
atau menekuni suatu pelajaran dibanding dengan pelajaran lainnya pada dasarnya
dipengaruhi minat siswa yang bersangkutan (Susanto, 2013). Hal ini memiliki
indikasi bahwa ketertarikan siswa pada materi yang dipilihnya menunjukkan
adanya minat belajar terhadap pelajaran tersebut.
Motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Motivasi
merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang maupun dari
pengaruh lingkungan luar yang dilakukan secara sadar. Susanto menyampaikan
bahwa perkembangan minat belajar siswa bergantung pada lingkungan bermain,
teman sebaya, dan pola asuh orangtua (Susanto, 2013). Motivasi belajar muncul
dari adanya kebutuhan seseorang yang ingin mempelajari suatu hal. Menurut
Susanto motivasi belajar membuat seseorang dapat berkonsentrasi terhadap suatu
hal yang akan dipelajari (Susanto, 2013). Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Hurlock yang menyampaikan bahwa minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas
memilih (dalam Suharyat, 2009). Siswa yang memiliki motivasi belajar cenderung
bersemangat dalam belajar dan memperhatikan setiap apa yang disampaikan guru
selama proses pembelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar
yang rendah akan cenderung tidak tertarik, bermalas-malasan, dan menjadi mudah
bosan selama mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka indikator minat belajar siswa yang
digunakan pada penelitian ini meliputi: (1) perasaan senang, (2) perhatian siswa,
(3) ketertarikan untuk belajar, dan (4) motivasi belajar. Keempat indikator
tersebut menjadi tolok ukur untuk mengetahui seberapa besar minat belajar yang
dimiliki siswa. Indikator tersebut dijadikan acuan pada penelitian ini.
22

3. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa


Minat belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto
faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
disekolah antara lain: (1) metode yang digunakan guru dalam mengajar, (2)
kurikulum, (3) hubungan guru dengan siswa, (4) hubungan siswa dengan siswa
(dalam Sukmowati dkk, 2017). Penjelasan mengenai keempat faktor tersebut
diuraikan pada paragraf selanjutnya.
Metode yang digunakan guru dalam mengajar mempengaruhi minat
belajar siswa. Siswa akan tertarik pada materi dalam proses pembelajaran jika
guru menyampaikan materi dengan lancar dan mudah dimengerti. Salah satu cara
untuk mempermudah penyampaian materi kepada siswa adalah menggunakan
metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan kelas. Metode pembelajaran
yang sesuai dengan keadaan kelas membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar
karena merasa mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Sebaliknya,
jika metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan keadaan kelas
maka siswa merasa sulit untuk menerima materi yang disampaikan guru. Hal
tersebut membuat siswa menjadi tidak memiliki minat belajar dan cenderung
cepat bosan. Dengan demikian, metode yang digunakan guru dalam belajar
merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa.
Kurikulum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar
siswa. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman selama proses pembelajaran dan
dapat menetapkan materi apa saja yang harus diterima oleh siswa selama proses
pembelajaran. Kurikulum dapat mempengaruhi minat belajar siswa karena tidak
semua siswa memiliki minat yang sama terhadap materi dalam kurikulum yang
dirancang. Siswa akan antusias dan memiliki minat belajar yang tinggi apabila
mempelajari materi yang disukainya. Sedangkan siswa yang tidak terlalu tertarik
pada materi yang diajarkan akan menjadi malas belajar karena tidak memiliki
minat untuk mempelajarinya.
Hubungan guru dengan siswa merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
minat belajar siswa. Guru dituntut untuk menjadi figur yang ramah dan dapat
dengan mudah berinteraksi dengan siswa. Guru dapat berperan menjadi sumber
belajar sekaligus menjadi teman dalam belajar. Hal ini membuat siswa menjadi
23

lebih dekat dengan guru dan memiliki hubungan yang baik. Hubungan yang baik
antara guru dan siswa akan menambah minat belajar siswa. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya guru yang memiliki hubungan baik dengan siswa,
siswa memiliki keleluasaan dan rasa nyaman dalam belajar. Jika hubungan yang
dibangun antara guru dengan siswa tidak baik, maka siswa akan merasa tidak
nyaman ketika belajar bersama guru tersebut sehingga siswa menjadi tidak
memiliki minat belajar pada mata pelajaran guru terebut.
Hubungan siswa dengan siswa merupakan faktor yang mempengaruhi
minat belajar siswa. Interaksi terbesar yang tercipta dalam suatu kelas adalah
interaksi antara siswa dengan siswa. Dalam suatu kelas, apabila siswa didalamnya
memiliki interaksi baik maka situasi kelas akan kondusif. Interaksi baik yang
tercipta antar siswa dapat membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar. Siswa
juga dapat saling memberi motivasi belajar antar sesama. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar. Sedangkan apabila dalam suatu kelas
terdapat interaksi antar siswa yang kurang baik, maka siswa akan merasa tidak
nyaman belajar didalam kelas sehingga dapat mengurangi minat belajar siswa.

4. Pengukuran minat belajar siswa


Pengukuran terhadap minat belajar siswa perlu dilakukan untuk mengethui
seberapa besar minat siswa dalam belajar. Setiap siswa memiliki minat yang
berbeda-beda. Perbedaan minat belajar yang dimiliki siswa diklasifikasikan
berupa pengelompokan siswa dengan minat belajar yang rendah, sedang, dan
tinggi. Pengukuran minat belajar siswa dapat diukur menggunakan metode
observasi, wawancara, dan angket. Observasi dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran dikelas sedang berlangsung, wawancara dilakukan kepada siswa
yang menjadi objek penelitian berdasarkan format yang telah disediakan peneliti.
Sedangkan angket berisi pertanyaan yang dapat mengukur tingkat minat belajar
siswa dan dibagikan kepada siswa yang menjadi responden untuk diisi sesuai
dengan kenyataan.
Model angket yang digunakan menggunakan skala Likert. Skala Likert
menyajikan pertanyaan disertai dengan pilihan yang terdiri atas dua jenis meliputi
angket dengan pilihan frekuensi atau persetujuan dan angket dengan pilihan ganda
(Retnawati, 2015). Angket dengan pilihan frekuensi meliputi: selalu, sering,
24

jarang dan tidak pernah. Angket dengan pilihan ganda meliputi: sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Pedoman dalam pembuatan angket ini didasarkan pada indikator minat
belajar siswa seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Indikator minat belajar
siswa meliputi (1) perasaan senang, (2) perhatian siswa, (3) ketertarikan untuk
belajar, dan (4) motivasi belajar. Angket tersebut diberikan kepada siswa sebagai
responden. Kelebihan menggunakan angket yaitu dapat memperoleh hasil dari
responden yang banyak sekaligus dan tidak memakan waktu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran
minat belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner
dengan mengunakan skala Likert. Skala yang digunakan pada penelitian ini
berupa skala pilihan ganda yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju. Pilihan jawaban pada skala ini memiliki skor yang berjenjang.

C. Model Pembelajaran Discovery berbasis Outdoor Study


Sub bab ini mengkaji tentang pengertian model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study, ciri model pembelajaran discovery berbasis outdoor study,
kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study, kelemahan, dan
tahapan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study. Sub bab tersebut
diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru perlu menyiapkan berbagai
hal agar proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
mendapatkan perhatian dari siswa. Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah
model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perancanaan yang
dirancang oleh guru dan digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut Arends (2008), model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan, tahapan, lingkungan dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pendapat tersebut mempunyai indikasi bahwa setiap kegiatan pembelajaran
memerlukan berbagai hal yang perlu dipersiapkan. Dengan demikian, model
pembelajaran adalah suatu rencana pengelolaan kelas yang akan dilaksanakan
25

guru demi kelancaran dalam proses pembelajaran dan hasil yang optimal. Salah
satu dari model pembelajaran yang digunakan pada saat ini adalah model
pembelajaran discovery.
Model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada kegiatan siswa. Pada model pembelajaran discovery siswa diminta
untuk aktif dalam mengorganisasi materi yang diterima. Menurut Hosnan (2016),
model pembelajaran discovery menekankan pentingnya pemahaman struktur atau
ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Dalam model ini, siswa akan melakukan proses
pembelajaran secara mandiri sehingga siswa diharapkan dapat menemukan
konsep dan memahami materi melalui pengalaman langsung selama proses
pembelajaran.
Model pembelajaran discovery merupakan model yang menuntut siswa
untuk selalu aktif selama kegiatan pembelajaran. Menurut Wilcox, dalam
pembelajaran discovery, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep dan prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan sehingga mereka
menemukan prinsip untuk diri mereka sendiri (dalam Hosnan, 2016). Pendapat
lain menurut Bell, model pembelajaran discovery adalah belajar yang terjadi
sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur, dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi
baru (dalam Hosnan, 2016). Kedua pendapat tersebut mempunyai indikasi bahwa
pada model pembelajaran discovery siswa diminta untuk belajar secara aktif
sedangkan guru berperan sebagai pemberi motivasi belajar pada siswa.
Model pembelajaran discovery memiliki kemiripan prinsip dengan inquiry
dan problem solving. Perbedaan model inquiry dan problem solving dengan model
pembelajaran discovery adalah pada discovery masalah yang dihadapkan kepada
siswa adalah masalah yang telah direkayasa oleh guru. Pada model pembelajaran
inquiry masalah yang diberikan adalah masalah yang nyata. Sedangkan pada
model pembelajaran problem solving lebih berfokus pada kemampuan
menyelesaikan masalah yang dimiliki siswa. Salah satu variasi dari model
pembelajaran discovery adalah menggunakan basis outdoor study.
26

Outdoor study merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan


diluar ruangan kelas dan dapat meningkatkan kecakapan siswa. Pembelajaran
outdoor study memanfaatkan kemampuan panca indera selama proses
pembelajaran. Menurut Nisa, outdoor study adalah suatu kegiatan pembelajaran
diluar kelas yang menekankan pada pengalaman dari panca indera (Nisa, 2015).
Pendapat lain menurut Sumarmi, outdoor study merupakan kegiatan pembelajaran
yang mengutamakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sosial maupun
alam disekitarnya (Sumarmi,2012). Kedua pendapat tersebut mempunyai indikasi
bahwa pembelajaran outdoor study merupakan suatu pembelajaran yang
dilakukan diluar kelas dan dapat meningkatkan kecakapan siswa.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study adalah model untuk mengembangkan cara belajar siswa dengan
menyelidiki bahan-bahan yang digunakan untuk belajar dan menemukan hasil
belajar secara mandiri. Dalam model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study siswa menentukan strategi, pelaksanaan, dan hasil belajar sendiri. Hasil
belajar yang ditemukan tersebut akan dapat bertahan lama dalam ingatan siswa
karena didapat berdasarkan pengalaman nyata.

2. Ciri model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study memiliki ciri yang
membedakan antara model ini dengan model lainnya. Ciri yang dimilki oleh
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study menunjukkan karakteristik
khusus yang dimiliki model pembelajaran discovery berbasis outdoor study.
Menurut M Hosnan ciri utama model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study adalah: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, (2) berpusat pada siswa, (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada (Hosnan, 2016). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study memiliki ciri khas yang dapat membedakan
dengan model pembelajaran yang lain.
27

3. Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


Model Pembelajaran discovery berbasis outdoor study memiliki beberapa
kelebihan. Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
disampaikan oleh beberapa ahli. Menurut Hosnan siswa dapat memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar dan mendorong keterlibatan dan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran (Hosnan, 2016). Pada model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study Siswa dapat menemukan sumber belajar dari manapun.
Sumber belajar bisa didapatkan pada internet, wawancara seara langsung, dan
sumber belajar lainnya. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
merupakan model yang berfokus pada kegiatan siswa selama proses
pembelajaran. Pada model ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam menggali
informasi yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study menurut
ahli selanjutnya adalah dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir
siswa. Setyorini dan Tricahyo (2012) menyebutkan bahwa kelebihan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study adalah dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study yang menuntut keaktifan siswa dapat membuat siswa menjadi
mandiri dalam belajar. Siswa dapat menggali informasi apapun yang relevan
tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Dengan banyaknya informasi yang
didapat, siswa dapat memilah informasi yang sesuai dengan materi. Hal ini dapat
meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir siswa.
Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study lainnya
adalah model pembelajaran discovery berbasis outdoor study merupakan model
pembelajaran yang realistis. Menurut Ilahi, pembelajaran discovery berbasis
outdoor study lebih realistis karena bersangkutan dengan keadaan sebenarnya
(Ilahi, 2012). Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study merupakan
model menyangkut dengan keadaan lingkungan sekitar siswa. Model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study memberikan pengalaman belajar
berdasarkan dinamika yang terjadi di lapangan. Model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study menuntut siswa untuk mendapatkan data secara real yang
didapatkan di lapangan, sehingga tidak berdasarkan perkiraan atau berandai-andai.
28

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan


model pembelajaran discovery berbasis outdoor study yaitu siswa dapat
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar atas
inisiatif sendiri. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu, model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study dapat memberikan pengalaman belajar yang
realistis. Dengan demikian, model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
memiliki banyak kelebihan yang dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa.

4. Kelemahan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


Selain memiliki banyak kelebihan, model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study dikemukakan oleh Hosnan, Ilahi,
dan Setyorini. Beberapa kelemahan model pembelajaran discovery menurut
Hosnan diantaranya: (1) kebiasaan guru yang masih menggunakan pola
pembelajaran lama, (2) kemampuan berpikir rasional siswa yang terbatas, (3)
menyita banyak waktu (Hosnan, 2016). Kelemahan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study lainnya dikemukakan oleh Ilahi diantaranya: (1)
membutuhkan waktu yang relatif lama, (2) kurang maksimal jika diaplikasikan
pada siswa berusia muda karena masih memiliki kemampuan berpikir rasional
yang terbatas, (3) timbul rasa terpaksa bagi siswa yang tidak terbiasa bekerja
secara mandiri (Ilahi, 2012). Kelemahan model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study menurut Setyorini meliputi: (1) waktu pembelajaran discovery
berbasis outdoor study yang relatif lama, (2) tidak semua siswa dapat mengikuti
model pembelajaran ini (Setyorini, 2012)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study bergantung pada keadaan
kelas, kesiapan guru, dan kesiapan siswa. Jika guru atau siswa tidak siap maka
hasil yang diperoleh tidak maksimal. Selain itu model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
29

5. Tahapan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study memiliki tahapan
atau langkah yang harus digunakan dan dilaksanakan secara berurutan sebagai
acuan guru dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study. Model pembelajaran discovery memiliki enam tahapan pembelajaran.
Menurut Kemendikbud (2013), ada beberapa tahapan pelaksanaan yang akan
dijabarkan pada tabel berikut.
Tabel 2. 2 Tahapan model pembelajaran discovery
No. Tahap Pelaksanaan model Penjelasan
pembelajaran discovery
1. Stimulation (Rangsangan) Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik
dalam mengeksplorasi bahan.
2. Problem Statement (Identifikasi Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
Masalah) mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran.
3. Data Collection (Pengumpulan Data) Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktika benar tidaknya hipotesis, siswa
diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan.
4. Data Processing (Pengolahan Data) Tahap pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya.
5. Verification (Verifikasi) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
pengolahan data.
6. Generalization (generalisasi dan Tahap generalisasi adalah tahap menarik
kesimpilan) kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi
Sumber : Kemendikbud (2013)
Berdasarkan penjabaran pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery memiliki tahap pelaksanaan yang berisi enam tahap yaitu
Stimulation (Rangsangan), Problem Statement (Identifikasi Masalah), Data
Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), dan
Verification (Verifikasi). Setiap tahapan memiliki fungsi masing-masing dan
saling terkait. Oleh sebab itu tahapan dari model pembelajaran discovery harus
30

dilaksanakan secara keseluruhan dan berurutan agar mendapat hasil yang


maksimal.

D. Keragaman Budaya Indonesia sebagai Materi Pembelajaran Geografi


Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Keragaman Budaya
Indonesia. Materi yang dikaji yaitu pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata. Materi
tersebut dibahas pada paragraf selanjutnya.
Budaya merupakan hasil pemikiran dari sebuah masyarakat
diimplementasikan sebagai suatu kebiasaan, berlangsung lama, dan susah untuk
diubah. Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal sehat) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Nugraha, budaya adalah suatu
hasil kreativitas dari masyarakat di masa lalu berupa sistem sosial, adat istiadat,
dan produk karya seni yang diwariskan secara turun temurun (Nugraha, 2017)
kata budaya dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai pikiran, akal
budi, atau adat istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari
kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Menurut
Wijiningsih, budaya merupakan nilai-nilai masyarakat yang terbentuk secara
alami dan diperoleh melalui suatu proses dari waktu ke waktu (Wijiningsih,
2017). Keragaaman budaya yang ada di Indonesia merupakan sebuah potensi
yang dapat dikembangkan untuk mendukung bidang ekonomi kreatif maupun
bidang pariwisata.

1. Pelestarian produk kebudayaan Indonesia


Pelestarian adalah suatu proses atau cara yang dilakukan untuk menjaga
keberlangsungan terhadap sesuatu untuk dapat dinikmati. Menurut Karmadi,
pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama
(Karmadi, 2007). Pelestarian produk kebudayaan adalah suatu proses atau cara
untuk menjaga keberlangsungan suatu budaya sehingga bermanfaat bagi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang.
Kebudayaan merupakan simbol dari suatu daerah atau bahkan suatu
negara. Dengan budaya kita bisa memberikan suatu identitas tentang suatu daerah
31

atau negara. Kita perlu menyadari bahwa di negara kita terdapat beberapa budaya
yang mengalami kemunduran atau mulai tergeser dengan budaya lain. Penyebab
terjadinya kemunduran atau degradasi budaya tradisional yaitu :
 Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi mendorong kecenderungan
para remaja untuk mengakses budaya-budaya asing.
 Masyarakat kita cenderung meniru budaya luar walaupun tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
 Kurangnya pembinaan terhadap budaya asli Indonesia.
 Kurangnya rasa nasionalisme yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Terkait dengan penyebab terjadinya kemunduran budaya bangsa seperti
yang disebutkan diatas, perlu adanya upaya untuk melestarikannya. Upaya-upaya
untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia dapat dilakukan upaya berikut
 Pengalaman budaya.
 Pengetahuan budaya.
 Pengenalan budaya sendiri.
 Peran pemerintah.
 Meningkatkan sumber daya manusia.
 Membina dan meningkatkan kegotongroyongan bangsa.
 Pentas nasional dan internasional.
 Mendokumentasikan benda-benda budaya.

2. Pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi


kreatif dan pariwisata.
Produk budaya merupakan karya intelektual, artistik, dan praktik individu
atau kelompok yang memiliki makna tertentu yang didasari oleh keyakinan, sikap,
gagasan, dan nilai budaya dalam tradisi lokal tertentu. Produk budaya dapat
berupa kreasi berwujud (tangible) atau tak berwujud (intangible). Produk budaya
yang berwujud antara lain lukisan, patung, karya seni, tembikar. Produk budaya
tak berwujud antara lain cerita, dongeng, legenda, tarian, musik, ritual sakral,
sistem pendidikan, atau undang-undang.
Produk budaya yang beraneka ragam dapat dimanfaatkan dalam bidang
ekonomi kreatif. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia ekonomi
kreatif merupakan upaya pembangunan ekonomi secaara berkelanjutan melalui
32

kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki


cadangan sumber daya yang terbarukan. Dalam ekonomi kreatif, ada pemanfaatan
sumber daya yang tidak hanya terbarukan, tetapi juga tak terbatas yakni ide, bakat,
dan kreativitas.
Kegiatan ekonomi kreatif merupaakan kegiatan yang berfokus pada
peningkatan taraf ekonomi berbasis pada sumber daya manusia. menurut Herawati
dkk, ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru
yang mengandalkan kreatifitas sumber daya manusia sebagai faktor produksi
utama (Herawati, 2014). Kegiatan ekonomi kreatif digerakkan oleh industri
kreatif. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas,
keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan
daya cipta individu tersebut. Terdapat empat belas sub-sektor industri kreatif
diantaranya periklanan, penerbitan dan percetakan, TV dan radio, film, video dan
fotografi, musik, seni pertunjukan, arsitektur, desain, fashion, kerajinan, pasar
barang seni, permainan interaktif, layanan komputer, serta penelitian dan
pengembangan.
Keragaman budaya adalah bahan baku dari industri kreatif. Keragaman
budaya Indonesia menandakan tingginya kreativitas masyarakat Indonesia.
Contoh pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang eknomi adalah
pemanfaatan kain batik atau ulos dalam industri kreatif yang menghasilkan
pakaian, tas, dan sepatu.
Produk kebudayaan Indonesia dapat dimanfaatkan dalam bidang
pariwisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediaka oleh masyarakat, pemerintah, atau
pengusaha. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orangdengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Terdapat beberapa cara untuk
memanfaatkan potensi budaya untuk tujuan pariwisata di Indonesia yaitu :
33

 Lembaga yang bertanggungjawab terhadap kebudayaan dan wisata sesuai


dengan fungsinya harus berani dan tegas menentukan konsep visi dan misi
pariwisata budaya di Indonesia
 Sesuai dengan semangat otonomi daerah yang menyerahkan tugas
pengembangan kebudayaan dan pariwisata kepada Dinas Pariwisata di
masing-masing daerah, maka Dinas Pariwisata harus benar-benar menangkap
pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagaai peluang untuk memajukan
masyarakat di daerahnya.
 Peran serta masyarakat dalam pembangunan sentra budaya pada masing-
masing daerah harus diprioritaskan
 Mempromosikan budaya-budaya daerah melalui internet, media sosial, dan
pusat informasi kepariwisataan.
 Melakukan pembinaan terhadap budaya-budaya daerah yang muncul di
masyarakat.
Penggunaan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study pada
bab keragaman budaya Indonesia dilakukan sesuai dengan langkah model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study yang telah diuraikan sebelumnya.
Alasan pemilihan materi keragaman budaya Indonesia, khususnya materi
pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia karena pelestarian
budaya mudah ditemui pada lingkungan sekitar. Keberagaman budaya di setiap
daerah bermacam-macam sehingga siswa dapat dengan leluasa melakukan
eksplorasi untuk menggali kemampuan belajar yang dimilikinya. Selain itu, siswa
juga diharapkan dapat menemukan permasalahan yang terkait dengan pelestarian
dan pemanfaatan budaya disekitar, kemudian siswa dapat memberikan solusi yang
tepat terhadap permasalahan tersebut. Model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study sesuai digunakan pada materi tersebut.

E. Kaitan antara Model Pembelajaran Discovery berbasis Outdoor Study


dengan Kemampuan Berpikir Kritis
Keterkaitan antara model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
dengan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa kelebihan dari
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dan faktor yang
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Kelebihan dari model
34

pembelajaran discovery berbasis outdoor study diantaranya dapat memanfaatkan


berbagai jenis sumber belajar, mendorong keterlibatan dan keaktifan siswa,
meningkatkan kemampuan berpikir, dan realistis. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis berasal dari genetik, lingkungan, dan
pengalaman. Berikut uraian mengenai keterkaitan dari dua variabel tersebut.
Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study yaitu
siswa dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Selama proses
pembelajaran discovery berbasis outdoor study berlangsung siswa dapat
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar untuk menunjang kelancaran siswa
dalam mencari informasi yang terkait dengan materi yang diajarkan. Siswa
memiliki kebebasan untuk mendapatkan referensi yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. Kemampuan untuk memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
merupakan kemampuan dari dalam diri siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang berbeda. Kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik yang dimiliki setiap siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang baik akan mudah dalam
belajar.
Kelebihan lain dari model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
adalah dapat mendorong keterlibatan dan keaktifan siswa dalam belajar. Model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study merupakan model pembelajaran
yang mengutamakan keaktifan siswa. Siswa dituntut untuk berperan aktif selama
proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru berperan sebagai pendorong
dan pemberi motivasi agar siswa dapat belajar secara mandiri. Keterlibatan siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan pengalaman. Siswa
akan tertarik dan berlaku aktif apabila didukung oleh keadaan lingkungan belajar
yang positif. Lingkungan belajar siswa yang baik dapat memberikan rasa nyaman
dalam belajar sehingga siswa dapat mengeluarkan segala kemampuannya untuk
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. Keterlibatan dan keaktifan siswa
dalam belajar juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman. Faktor pengalaman
merupakan sesuatu peristiwa yang pernah dialami siswa sebelumnya. Pengalaman
tersebut dapat berupa pengalaman positif dan negatif. Pengalaman positif berarti
pengalaman yang dapat memberikan dampak yang baik bagi siswa. Sedangkan
35

pengalaman negatif dapat memberikan dampak yang kurang baik pada siswa.
Pada proses pembelajaran ketika siswa telah mengalami pengalaman yang positif,
maka siswa akan berlaku aktif karena telah mendapat pengalaman yang baik bagi
dirinya begitupun sebaliknya.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Meningkatnya kemampuan
berpikir kritis siswa berkaitan pada rasa ingin tau siswa yang tinggi. Semakin
tinggi rasa ingin tau yang dimiliki siswa, semakin tinggi pula kemampuan berpikir
kritis yang dimiliki siswa. Selain rasa ingin tau yang dimiliki siswa, kemampuan
berpikir kritis siswa juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman siswa. Jika siswa
memiliki pengalaman serupa dan dapat menggunakan kemampuan berpikir
kritisnya dengan baik, maka siswa tersebut dapat melakukan kegiatan berpikir
kritis dengan baik selama proses pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study yang
lainnya adalah bersifat realistis dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study bersifat realistis
karena menggunakan peristiwa nyata yang benar-benar terjadi. Sifat realistis yang
digunakan dalam model pembelajaran ini dapat membuat siswa menemukan
informasi dari berbagai sumber dengan mudah. Sifat realistis ini juga dipengaruhi
oleh faktor pengalaman. Pengalaman yang dimiliki siswa merupakan peristiwa
nyata yang pernah dialami sebelumnya. Pengalaman ini dapat dijadikan acuan
dalam berpikir dan mengambil keputusan selama proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keterkaitan
antara model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dengan kemampuan
berpikir kritis terletak pada kelebihan model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study dan faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.
36

Model Pembelajaran Kemampuan Berpikir


discovery berbasis Kritis
outdoor study

Kelebihan Model Pembelajaran Faktor Kemampuan Berpikir


discovery Kritis
berbasis outdoor study

Memanfatkan berbagai jenis Genetik


sumber belajar

Mendorong keterlibatan dan


keaktifan siswa Lingkungan

Menigkatkan kemampuan
berpikir
Pengalaman
Realistis

Gambar 2. 1 Kaitan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study


dengan kemampuan berpikir kritis siswa
F. Kaitan antara Kemampuan Berpikir Kritis dengan Minat Belajar Siswa
Keterkaitan antara kemampuan berpikir kritis dengan minat belajar siswa
dapat dilihat dari faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dan faktor
yang mempengaruhi minat belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi kemampuan
berpikir kritis siswa diantaranya genetik, lingkungan, dan pengalaman. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa diantaranya metode yang
digunakan guru dalam mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, dan
hubungan siswa dengan siswa. Berikut uraian mengenai keterkaitan dari dua
variabel tersebut.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis adalah faktor
genetik. Setiap siswa dilahirkan dari orangtua yang berbeda-beda. Hal tersebut
membuat terdapat perbedaan kemampuan yang dimiliki setiap siswa termasuk
kemampuan berpikir kritis. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dapat
menciptakan interaksi antar siswa didalam kelas. Interaksi yang tercipta muncul
37

karena adanya persepsi dan kemampuan dari setiap diri siswa yang saling
mengisi. Interaksi yang tercipta dapat mempengaruhi hubungan antar siswa
dengan siswa.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
adalah lingkungan. Lingkungan tempat siswa belajar merupakan faktor
pendukung kemmpuan berpikir kritis siswa. Siswa dapat memiliki kemampuan
berpikir kritis apabila memiliki lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan kemampuan berpikir kritisnya. Lingkungan belajar siswa juga
berupa dengan hubungan siswa dengan guru dan hubungan siswa dengan siswa.
Apabila hubungan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa terjalin
dengan baik, maka siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam
belajar karena mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis lainnya
adalah pengalaman. Pengalaman yang dimiliki setiap siswa didalam kelas
berbeda-beda. Untuk memberikan pengalaman belajar yang sama dalam suatu
kelas maka perlu adanya suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
kelas. Metode pembelajaran yang sesuai dan menarik dapat memberikan
pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Siswa menjadi tidak cepat
bosan dan dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik. Guru
yang dapat menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa
akan mudah dalam menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
38

Kemampuan Berpikir Kemampuan Berpikir


Kritis Kritis

Faktor Faktor
Kemampuan Berpikir Kritis Minat Belajar Siswa

Metode yang digunakan guru


Genetik dalam belajar

Kurikulum

Lingkungan

Hubungan guru dengan siswa

Pengalaman
Hubungan siswa dengan siswa

Gambar 2. 2 Kaitan kemampuan berpikir kritis dengan minat belajar siswa


BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam


penelitian. Metode penelitian tersebut dibagi menjadi empat sub bab yakni,
rancangan penelitian, subjek penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik
analisis data. Keempat sub bab tersebut akan diurikan sebagai berikut.

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (Quasi
Eksperimen). Pada penelitian ini menggunakan desain yaitu randomized posttest
only control group design. Posstest digunakan untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa setelah mendapatkan perlakuan di kelas. Desain penelitian
ini membagi dua kelas yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan kelompok tersebut berdasarkan
kelompok normal dengan kemampuan setara atau rata-rata siswa yang hampir
sama.
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian

E X O
K - O
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen (Kelas XI IPS 2)
K : Kelompok Kontrol, Kelas (XI IPS 1)
X : Perlakuan menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
O : Tes kemampuan berpikir kritis

Berdasarkan tabel rancangan penelitian diatas, kelas eksperimen diberi


perlakuan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dan kelas kontrol
tidak diberi perlakuan khusus atau model pembelajaran disajikan dengan model
yang biasa digunakan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model

39
40

pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa.
Berikut ini merupakan diagram alur penelitian untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran discovey terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau dari minat
belajar siswa kelas XI IPS MAN 1 Kota Malang.

Observasi Lapangan

Penentuan Kelas

Eksperimen dan kontrol

Uji Coba Instrumen

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran Pembelajaran
Konvensional
Discovery berbasis
outdoor study

Angket Tes Kemampuan Tes Kemampuan Angket


Berpikir Kritis Berpikir Kritis

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian


41

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 dan siswa kelas
XI IPS 2 di MAN 1 Kota Malang tahun pelajaran 2018/2019. Pada kelas yang
menjadi subjek penelitian memiliki nilai rata-rata yang hampir sama, yaitu 83,97
untuk kelas XI IPS 1 dan 83,23 untuk kelas XI IPS 2. Dalam penelitian ini kelas
XI IPS 1 dijadikan kelas kontrol dengan jumlah siswa 38 yang terdiri dari 24
siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Kelas XI IPS 2 dijadikan sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 39 yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 16
siswa perempuan. Pada penelitian ini pengambilan subjek dilakukan dengan cara
diundi, dimana kelas XI IPS 1 mendapat perlakukan kelas kontrol, sedangkan
kelas XI IPS 2 mendapat perlakuan kelas eksperimen.
Daftar nama siswa dan nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Lampiran 1 dan 2

C. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dibagi menjadi beberapa bahasan. Sub
bahasan tersebut terdiri atas: (1) teknik pengumpulan data, (2) instrumen
penelitian, dan (3) uji coba instrumen. Uraian penjelasan mengenai sub bahasan
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kemampuan berpikir kritis dan data
tentang minat belajar siswa. Teknik pengumpulan data kemampuan berpikir kritis
diperoleh dengan cara diberikan tes. Tes ini dilakukan untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Tes
yang dilakukan sebanyak satu kali, diberikan setelah perlakuan kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Data minat belajar diperoleh dari angket yang dibagikan pada
kelas eksperimen dan kontrol.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen berdasarkan
variabel yang diukur yaitu soal esai dan angket. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel terikat kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini yakni
berupa soal essay. Soal tersebut dibuat sesuai dengan indikator kemampuan
berpikir kritis. Pengembangan tes dibuat berdasarkan indikator kemampuaan
42

berpikir kritis. Soal tes yang diberikan pada penelitian ini berupa uraian sebanyak
5 butir soal. Pemberian tes dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol sesudah
adanya perlakuan, di kelas eksperimen berupa model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional.
Instrumen penelitian berikutnya yaitu mengukur variabel moderator minat
belajar. Angket merupakan alat pengumpulan data yang memuat sejumlah
pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk dijawabnya. Pada penelitian
ini menggunakan angket tertutup. Angket tertutup memiliki jawaban yang sudah
disediakan dan tidak dapat ditambahkan keterangan lain oleh responden.
Pemilihan berupa angket tertutup tersebut digunakan untuk mempermudah
peneliti untuk melakukan analisis data. Pada angket penelitian ini menggunakan
skala Likert. Skala likert yang digunakan pada penelitian tersebut terdapat empat
alternatif jawaban yaitu pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju. Indikator minat belajar yang digunakan dalam penelitian ini ada
empat (1) perasaan senang, (2) perhatian siswa, (3) ketertarikan untuk belajar, dan
(4) motivasi belajar. Berdasarkan indikator tersebut dikembangkan beberapa
deskriptor minat belajar. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan oleh peneliti terdahulu yaitu Riski Nur Anisah. Angket tersebut
telah diuji validitasnya oleh peneliti terdahulu.

3. Uji Coba Instrumen


Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data,
maka perlu dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan
agar instrumen yang dibuat dalam penelitian ini dapat mengukur variabel yang
akan diteliti. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada siswa-siswi kelas XII IPS 2
dengan jumlah 23 siswa. Pengujian instrumen penilaian kemampuan berpikir
kritis dan angket minat belajar siswa dilakukan sebelum mengujikan soal dan
angket kepada kelas eksperimen dan kontrol.
Uji instrumen tersebut menggunakan validitas dan reabilitas. Penjelasan
mengenai kedua hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
43

a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menentukan ketepatan atau kevalidan suatu
instrumen. Pada penelitian ini uji validitas yang dipakai adalah uji validitas butir
soal. Validitas butir soal dapat dikatakan tercapai, apabila butir-butir soal yang
terdapat pada tes dapat mengukur variabel terikat kemampuan berpikir kritis
siswa. Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan cara
mengkorelasikan antara skor item soal dengan skor total item. Perhitungan
validitas untuk butir soal menggunakan korelasi Product Moment Pearson
(Bivariate Pearson) dengan berbantuan SPSS 16.00 for Windows. Koefisien
korelasi antara item dengan skor totalnya harus signifikan pada tingkat 5% atau
0,005. Kriteria penentuan validitas yaitu jika r hitung ≥ r tabel (Uji 2 sisi dengan
sig.0,05), maka instrumen atau item soal tidak berkorelasi signifikan terhadap
skor total sehingga dapat dikatakan tidak valid. Untuk mengetahui hasil valid atau
tidaknya dapat ditentukan melalui kriteria validitas item soal berikut ini.

Tabel 3. 2 Kriteria Validitas Item Soal


Koefisien Korelasi Klasifikasi
0,800-1,000 Sangat Valid
0,6000-0,799 Valid
0,400-0,599 Cukup Valid
0,200-0,400 Kurang Valid
0,000-0,199 Tidak Valid
Sumber: Purwanto, 2005

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai pengumpul data. Reliabilitas pada penelitian ini
berkaitan dengan konsistensi tes dalam mengukur kemampuan berpikir kritis. Tes
dapat dikatakan reliabel, jika dalam mengukur kemampuan berpikir kritis secara
berulang-ulang dan memiliki hasil yang relatif sama, sehingga tes tersebut
memiliki taraf kepercayaan. Reliabilitas tes akan dihitung dengan menggunakan
Cronbach’s Alpha dengan bantuan progam SPSS 16.0 for Windows berpedoman
pada tabel r product moment taraf signifikan 5%.
44

Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas Soal


Nilai Reliabilitas Kriteria
0,00-0,20 Sangat Rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Cukup
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat tinggi
Sumber : Sugiyono (2015)

D. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan upaya dalam mengolah data menjadi informasi
sehingga data tersebut bisa mudah dipahami. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis ANAVA (Analysis Of Varians). Hal ini
dikarenakan pada penelitian ini menggunakan data lebih dari dua variabel. Data
yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari
tes kemampuan berpikir kritis. Analisis data yang perlu dilakukan pada penelitian
ini yaitu:
1. Pengolahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dalam menganalisis
datanya menggunakan metode statistik. Pengolahan data dengan metode statistik
menggunakan statistik deskriptif dan inferensial parametrik. Statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau grafik dari nilai
rata-rata, sehingga mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai sifat
subjek data. Statistik inferensial parametrik untuk pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji ANAVA (Analysis Of Varians). Data yang diolah adalah hasil
postest kemampuan berpikir kritis siswa.
Data hasil tes kemampuan berpikir kritis disajikan ke dalam tabel
distribusi frekuensi. Pembagian kualifikasi hasil kemampuan berpikir kritis siswa
didasarkan pada tabel berikut.
Tabel 3. 4 Kualifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Klasifikasi Nilai Kualifikasi

A 86-100 Sangat Baik


B 71-85 Baik
C 56-70 Cukup
D 41-55 Kurang
E ≤40 Sangat Kurang
45

Selain data kemampuan berpikir kritis, pada penelitian ini memiliki data
lagi yang harus diolah yakni data dari variabel moderator yaitu minat belajar. Data
minat belajar pada penelitian ini dibedakan ke dalam tiga kategori minat, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Data hasil minat belajar siswa disajikan ke dalam tabel
distribusi frekuensi. Pembagian kualifikasi minat belajar disajikan sebagai berikut

Tabel 3. 5 Kualifikasi Minat Belajar


Interval Skor Klasifikasi Nilai Kualifikasi

x > X + 0,5s A 60-80 Tinggi


X + 0,5s ≤ x ≤ x – 0,5s B 40-59 Sedang
x ˂ X – 0,5s C 20-39 Rendah

Keterangan :
x = Skor
X = Rata-rata Skor
s = standar deviasi/simpangan baku

Untuk menunjukan perbedaan rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen


dan kontrol berdasarkan minat belajar, maka digunakan rancangan faktorial 2x3.
Adapun rancangan faktorial 2x3 dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Tata Letak Data Rancangan Faktorial 2x3
Kelas
E K
Minat
A Et Kt
B Es Ks
C Er Kr

Keterangan :
E = Kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study (kelas eksperimen).
K= Kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional atau tidak diberikan
perlakuan (kelaskontrol).
T = Minat tinggi
s = Minat sedang
r = Minat rendah
Et= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat tinggi pada kelas eksperimen
Es= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat sedang pada kelas eksperimen
Er= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat rendah pada kelas eksperimen
Kt= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat tinggi pada kelas kontrol
Ks= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat sedang pada kelas kontrol
Kr= Nilai rata-rata siswa yang memiliki minat rendah pada kelas kontrol
46

2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat data dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji
prasyarat digunakan untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian
hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat tersebut meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas untuk uji beda.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas memiliki tujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu data. Suatu data dikatakan normal jika sebagian besar mendekati rata-rata.
Uji normalitas dihitung menggunakan Kolmogorov Smirnov Test bantuan software
SPSS 16,0 for Windows. Berdasarkan pedoman mengenai pengambilan keputusan
normalitas sebagai berikut,
 H0 = apabila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka data
terdistribusi normal.
 H1= apabila nilai signifikan atau probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak
terdistribusi dengan normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah data yang
ditribusikan dari kedua kelas yang telah diambil memiliki keragaman yang sama
atau berbeda. Jika kedua kelompok distribusi data mempunyai varians yang sama
maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji homogenitas yang digunakan
yaitu uji Levene’s test for equality of variences dengan taraf kepercayaan 5%
menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows. Adapun ketentuannya sebagai
berikut,
 H0 = apabila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka data berasal
dari populasi yang mempunyai varian yang sama atau homogen
 H1 = apabila nilai signifikan atau probabilitas ≤ 0,05 maka data berasal
dari populasi yang mempunyai varian tidak sama atau tidak homogen.

3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan tahapan untuk menentukan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis didasarkan pada hasil
penghitungan uji F-test menggunakan SPSS 16.0 for windows. Adapun ketentuan
pengambilan keputusan hipotesis pertama dan kedua sebagai berikut:
47

Hipotesis pertama:
Uji hipotesis pertama menggunakan t-test. Uji-t adalah uji yang mengukur
perbedaan dua atau beberapa mean antar kelompok. Hipotesis pertama pada
penelitian ini sebagai berikut.
H1 = Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
geografi di MAN 1 KOTA MALANG.
H0 = Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study tidak
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran geografi MAN 1 KOTA MALANG.
Uji-t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Uji
statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel terikat secara
individual dalam menerangkan variasi variabel bebas. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.

a Jika nilai sig. (2-tailed) ≤ α (0,05) dan nilai rata – rata kelas eksperimen
lebih tinggi kelas kontrol, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara model Inkuiri Terbimbing pada
mata pelajaran geografi terhadap kemampuan berpikir analitis siswa.

b. Jika nilai sig. (2-tailed) > α (0,05) dan nilai rata – rata kelas eksperimen
lebih tinggi kelas kontrol, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara model Inkuiri Terbimbing pada
mata pelajaran geografi terhadap kemampuan berpikir analitis siswa.

Hipotesis kedua:

Uji hipotesis kedua menggunakan F-test. F-test digunakan untuk


mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel moderator secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel terikat. Hipotesis kedua pada penelitian ini sebagai
berikut.
48

H1= Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh


terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat belajar
siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG.
H0= Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study tidak
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari
minat belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA
MALANG.

Adapun taraf signifikasi yang digunakan pada ujian analisis varians (uji F-
test) 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai sig. (2-tailed) ≤ α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen > kelas
kontrol, maka H0 ditolak berarti terdapat pengaruh model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau
dari minat belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA
MALANG.
2. Nilai sig. (2-tailed) > α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen < kelas
kontrol, maka H0 diterima berarti tidak terdapat pengaruh model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis ditinjau dari minat belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN
1 KOTA MALANG.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil dalam penelitian. Hasil penelitian
tersebut dibagi menjadi tiga pokok bahasan meliputi: 1) paparan data, 2) analisis
data, dan 3) temuan penelitian. Ketiga pokok bahasan tersebut diuraikan sebagai
berikut.

A. Paparan Data
Paparan data pada penelitian ini diuraikan dalam dua sub bahasan, yakni
1) paparan data kemampuan berpikir kritis dan 2) paparan data minat belajar
siswa. Kedua sub bahasan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis


Paparan data kemampuan berpikir kritis diuraikan dalam dua sub bahasan,
yaitu 1) paparan data kemampuan berpikir kritis kelas kontrol, dan 2) paparan
data kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen. Kedua sub bahasan tersebut
diuraikan sebagai berikut.

a. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol


Data ini merupakan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas
kontrol setelah diberikan perlakuan. Data hasil dari kemampuan berpikir kritis
siswa kelas kontrol dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas


Kontrol
Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase
A 86-100 Sangat Baik 6 15,8
B 71-85 Baik 16 42,1
C 56-70 Cukup 16 42,1
D 41-55 Kurang 0 0
E <40 Sangat Kurang 0 0
Total 38 100

49
50

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa lebih dari separuh (57,9%) siswa dapat
dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis baik sampai sangat baik,
kurang dari separuh (42,1%) siswa dikategorikan cukup, dan tidak satupun (0%)
siswa dikategorikan kurang maupun sangat kurang. Persentase mengenai
kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dijelaskan pada diagram berikut.
50%
42,1% 42,1%
40%

30%

20% 15,8% persentase


10%
0% 0%
0%
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat
Kurang Baik

Gambar 4. 1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol

b. Paparan Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen


Data ini merupakan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen setelah diberikan perlakuan. Data hasil dari kemampuan berpikir kritis
siswa kelas eksperimen dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas


Eksperimen
Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase
A 86-100 Sangat Baik 15 38,4
B 71-85 Baik 13 33,3
C 56-70 Cukup 11 28,3
D 41-55 Kurang 0 0
E <40 Sangat Kurang 0 0
Total 39 100

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa lebih dari separuh (71,7%) siswa dapat
dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis baik sampai sangat baik,
kurang dari separuh (28,3%) siswa dikategorikan cukup, dan tidak satupun (0%)
siswa dikategorikan kurang maupun sangat kurang. Persentase mengenai
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dijelaskan pada diagram
berikut.
51

50%
38,4%
40%
33,3%
28,3%
30%

20% persentase

10%
0% 0%
0%
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat
Kurang Baik

Gambar 4. 2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen


2. Paparan Data Minat Belajar Siswa
Paparan data minat belajar siswa diuraikan dalam 2 sub bahasan, yakni 1)
paparan data minat belajar siswa kelas kontrol, 2) paparan data minat belajar
siswa kelas eksperimen. Kedua sub bahasan tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Paparan Data Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol


Data ini merupakan hasil skor minat belajar siswa di kelas kontrol setelah
di klasifikasi menggunakan perhitungan yang meliputi : minat tinggi, minat
sedang, dan minat rendah. Data minat belajar siswa kelas kontrol dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol
Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase
A 60-80 Tinggi 9 23,7
B 40-59 Sedang 15 39,5
C 20-39 Rendah 14 36,8
Total 38 100

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa sebagian kecil siswa (23,7%) dikategorikan


memiliki minat belajar tinggi, dan lebih dari separuh (76,3%) siswa dikategorikan
memiliki minat belajar sedang dan rendah. Persentase mengenai minat belajar
siswa kelas kontrol dijelaskan pada diagram berikut.
52

50,0%
39,5%
40,0% 36,8%

30,0%
23,7%
persentase
20,0%

10,0%

0,0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4. 3 Grafik Persentase Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol


b. Paparan Data Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Data ini merupakan hasil skor minat belajar siswa di kelas eksperimen
setelah di klasifikasi menggunakan perhitungan yang meliputi: minat tinggi, minat
sedang, dan minat rendah. Data minat belajar siswa kelas eksperimen dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase
A 60-80 Tinggi 13 33,3
B 40-59 Sedang 15 38,5
C 20-39 Rendah 11 28,2
Total 39 100

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa kurang dari separuh (33,3%) siswa


dikategorikan memiliki minat belajar tinggi, dan lebih dari separuh (66,7%) siswa
dikategorikan memiliki minat belajar sedang dan rendah. Persentase mengenai
minat belajar siswa kelas eksperimen dijelaskan pada diagram berikut.
50,0%
38,5%
40,0%
33,3%
28,2%
30,0%
persentase
20,0%

10,0%

0,0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4. 4 Grafik Persentase Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen


53

B. Analisis Data
Sebelum data di analisis, perlu dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji beda statistik parametrik yang
meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis. Kedua analisis tersebut dijabarkan sebagai
berikut.

1. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Adapun penjabaran uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut.

a. Uji Normalitas
Uji prasyarat pertama adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi
normal atau tidak terdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan
statistik Kolmogorov Smirnov dengan pedoman sebagai berikut.
 Nilai probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi normal
 Nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kelas_eksperimen kelas_kontrol

N 39 38

Normal Parametersa Mean 81.8462 73.5000

Std. Deviation 12.35556 10.18677

Most Extreme Differences Absolute .157 .126

Positive .157 .126

Negative -.139 -.110

Kolmogorov-Smirnov Z .978 .775

Asymp. Sig. (2-tailed) .295 .586

a. Test distribution is Normal.


54

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa taraf signifikansi (asymp.Sig) kelas


eksperimen adalah 0,295 sedangkan kelas kontrol adalah 0,586. Nilai yang
didapat dari kedua kelas tersebut lebih dari 0,005. Jadi dapat diartikan bahwa data
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas dilakukan dan diperoleh hasil data kemampuan berpikir
kritis terdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan dalam penelitian
ini bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas ini berbantuan SPSS
16,0 for windows dengan uji levene’s test for equality of variences dengan taraf
kepercayaan 5% dengan pedoman pengujian sebagai berikut.
 Nilai probabilitas > 0,005 maka data bersifat homogen
 Nilai probabilitas ≤ 0,005 maka data tidak bersifat homogen
Berikut disajikan hasil uji homogenitas yang telah dilakukan berbantuan
dengan SPSS 16,0 for windows pada tabel 4.6

Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Nilai_posttest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.730 1 75 .192

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas adalah 0,192 atau lebih
dari 0,005. Jadi dapat diartikan bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen.

2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat, tahap selanjutnya melakukan uji hipotesis.
Uji hipotesis merupakan tahapan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima
aatau ditolak. Pengujian hipotesis didasarkan pada hasil perhitungan uji beda
statistik parametrik meliputi uji-t dan uji-F berbantuan SPSS 16,0 for windows.
Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis sebagai berikut.
55

a. Hipotesis pertama
Uji hipotesis pertama didasarkan pada hasil perhitungan t-test. t-test adalah
uji yang mengukur perbedaan dua atau beberapa mean antar kelompok. Hipotesis
pertama dalam penelitian ini berbunyi sebagai berikut.

H1 = Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap


kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1
KOTA MALANG.

H0 = Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study tidak berpengaruh


terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi di
MAN 1 KOTA MALANG.

Uji-t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Uji-t


menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel terikat secara indvidual
terhadap variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut.

1. Jika nilai sig. (2-tailed) ≤ α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol, maka H0 ditolak berarti terdapat pengaruh model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa.

2. Nilai sig. (2-tailed) > α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
rendah dari kelas kontrol, maka H0 diterima berarti tidak terdapat pengaruh
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
56

Berikut hasil perhitungan menggunakan uji-t (t-test) dengan signifikansi α


(0,05) pada tabel 4.7
Tabel 4. 7 Hasil perhitungan uji-t
Group Statistics

model N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest eksperimen 39 81.85 12.356 1.978

kontrol 38 73.50 10.187 1.653

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence

Mean Error Interval of the

Sig. (2- Differe Differe Difference

F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper

posttest Equal
variances 1.730 .192 3.230 75 .002 8.346 2.584 3.198 13.494
assumed

Equal
variances not 3.238 73.017 .002 8.346 2.578 3.209 13.484
assumed

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi atau


probabilitasnya adalah 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 dan nilai rata-rata kelas
eksperimen (81,85) lebih besar dari rata-rata kelas kontrol (73,50). Hal itu berarti
H0 ditolak, dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
57

b. Hipotesis kedua
Uji Hipotesis kedua didasarkan pada hasil perhitungan F-Test. F-Test
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel moderator
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (α = 5%). Hipotesis kedua pada
penelitian ini berbunyi sebagai berikut.

H1= Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap


kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat belajar siswa pada mata
pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG.
H0= Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study tidak berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari minat belajar siswa
di MAN 1 KOTA MALANG.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut

1. Jika nilai sig. (2-tailed) ≤ α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen > kelas
kontrol, maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis ditinjau dari minat belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN
1 KOTA MALANG.

2. Nilai sig. (2-tailed) > α (0,05) dan nilai rata-rata kelas eksperimen < kelas
kontrol, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap kemampuan berpikir
kritis ditinjau dari minat belajar siswa pada mata pelajaran geografi di MAN
1 KOTA MALANG.
58

Berikut hasil dari perhitungan dengan menggunakan uji analisis varian (F-
test) dengan signifikansi α (0,05) pada tabel 4.8

Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Uji F (F-Test)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:posttest

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8754.783a 5 1750.957 55.836 .000

Intercept 448437.513 1 448437.513 1.430E4 .000

Model 771.054 1 771.054 24.588 .000

minat_belajar 6970.056 2 3485.028 111.133 .000

model * minat_belajar 365.042 2 182.521 5.820 .005

Error 2226.489 71 31.359

Total 476179.000 77

Corrected Total 10981.273 76

a. R Squared = .797 (Adjusted R Squared = .783)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi atau probabilitas dari uji
interaksi antar variabel yaitu model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study ditinjau dari minat belajar siswa diperoleh hasil 0,005 atau kurang dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Berikut uraian hasil penghitungan rata-rata model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study dengan minat belajar siswa pada Tabel 4.9

Tabel 4. 9 Matrik Perhitungan Rata-rata Model Pembelajaran Discovery


Berbasis Outdoor Study Ditinjau dari Minat Belajar Siswa
Minat Discovery Non Discovery
berbasis Outdoor Study berbasis Outdoor Study
(eksperimen) (kontrol)
Tinggi 93,8 81,9
Sedang 84,1 77,5
Rendah 64,5 63,9

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang menggunakan


model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar
siswa lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa. Selain itu, uji
59

interaksi antar variabel yaitu model pembelajaran discovery berbasis outdoor


study ditinjau dari minat belajar siswa mendapatkan hasil 0,005 atau kurang dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari
minat belajar siswa.
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis penelitian, dapat dipaparkan
tentang temuan-temuan dalam penelitian ini. Temuan yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu:
1. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas yang menggunakan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study mendapatkan nilai rata-rata
lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study. Dengan kata lain model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa kelas XI MAN 1 KOTA MALANG.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas yang menggunakan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar
siswa mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelas yang tidak
menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau
dari minat belajar siswa. Dengan kata lain, model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MAN 1 KOTA MALANG.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan tentang pembahasan dari hasil penelitian. Hasil
temuan penelitian tersebut meliputi: 1) pembahasan hasil temuan pertama dan 2)
pembahasan hasil temuan kedua. Kedua pembahasan hasil penelitian tersebut
diuraikan sebagai berikut.

A. Pembahasan Hasil Temuan Pertama


Hasil dari temuan pertama pada penelitian ini yaitu kemampuan berpikir
kritis kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelas yang tidak
menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study. Dengan kata
lain model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MAN 1 KOTA MALANG. Pengaruh
tersebut disebabkan oleh pemberian perlakuan yang berbeda pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Keberhasilan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
terhadap kemampuan berpikir kritis tidak terlepas dari kelebihan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study. Dengan kata lain, model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study memiliki pengaruh positif
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kelebihan model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study yaitu siswa dapat memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar, mendorong keterlibatan dan keaktifan siswa, meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, dan siswa dapat memiliki pengalaman berpikir secara
realistis. Pada penjabaran berikut akan dijelaskan kelebihan dari model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study yang dapat memengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ketika siswa dapat memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study merupakan model yang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk dapat

60
61

memanfaatkan berbagai macam sumber belajar. Menurut Hosnan, siswa dapat


memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar dan mendorong keterlibatan dan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran (Hosnan, 2016). Dengan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study siswa dapat menggunakan
berbagai jenis sumber belajar yang diyakini dapat menambah pengetahuan dan
dapat mempermudah siswa dalam belajar. Siswa dapat belajar secara aktif dan
terlibat langsung selama proses pembelajaran. Siswa dapat merancang pola
pemikiran mereka untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi dari
permasalahan yang mereka miliki. Dengan demikian, siswa dapat
mengembangkan kemandirian belajar yang dimilikinya selama proses
pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir siswa. Dalam pelaksanaan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study guru memberikan kebebasan pada
siswa untuk menemukan referensi yang sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Siswa dapat menggali informasi berbentuk apapun yang relevan dengan materi
pembelajaran yang diterima. Menurut Setyorini salah satu kelebihan model
pembelajaran discovery adalah dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan
berpikir kritis siswa (Setyorini, 2012). Pada proses pembelajaran tersebut siswa
secara aktif terlibat dalam pembelajaran melalui kegiatan menemukan apa yang
dapat menunjang pengetahuannya. Pengetahuan siswa didapat dari pemcarian
yang dilakukannya secara mandiri. Dengan demikian, model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan
berpikir siswa.
Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study dapat melatih siswa
untuk berpikir realistis. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
merupakan model yang menyangkut dengan keadaan lingkungan sekitar siswa.
Pada penerapannya, model ini melibatkan siswa untuk belajar secara langsung
pada keadaan di lapangan. Siswa dilibatkan secara aktif untuk beraktivitas dan
berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga siswa dapat
beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Dengan adanya kegiatan secara
langsung di lapangan diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan berpikir yang
62

realistis sesuai dengan apa yang ada pada lingkungan sekitar siswa. Menurut Ilahi,
pembelajaran discovery berbasis outdoor study lebih realistis karena bersangkutan
dengan keadaan sebenarnya (Ilahi, 2012). Model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study memberikan pengalaman belajara berdasarkan dinamika yang
terjadi di lapangan. Dengan demikian model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study dapat melatih siswa untuk berpikir realistis.
Pengaruh model pembelajaran discovery berbasis outdoor study terhadap
kemampuan berpikir kritis juga dibuktikan dalam proses pemberian perlakuan
pada saat pembelajaran. Pemberian model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Adapun tahapan-
tahapan tersebut antara lain: (1) pemberian rangsangan, (2) identifikasi masalah,
(3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) verifikasi, dan (6) generalisasi dan
kesimpulan. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan secara berurutan sesuai
dengan urutan tahapan-tahapan tersebut.
Tahapan pertama yaitu pemberian rangsangan. Menurut Widiadnyana,
pemberian rangsangan berfungsi untuk merangsang siswa dan mendorong untuk
bereksplorasi (Widiadnyana, 2014). Pada tahapan ini siswa disajikan sebuah video
tentang pelestarian budaya di suatu daerah. Tujuan dari ditayangkannya video
tersebut untuk menarik perhatian dan memberikan gambaran pada siswa tentang
materi yang akan dipelajari. Setelah penayangan video, beberapa siswa ditunjuk
untuk menyampaikan permasalahan apa yang terdapat pada video yang telah
disaksikan. Kemudian, peneliti memberikan tambahan beberapa gambaran dan
penjelasan tentang pelestarian budaya daerah.
Pada tahap kedua siswa dibentuk menjadi 6 kelompok secara heterogen
dengan anggota tiap kelompok 6-7 siswa. Setiap kelompok disajikan
permasalahan yang ada pada lingkungan sekitar mereka. Permasalahan yang
disajikan berasal dari lingkungan sekitar sehingga dapat mempermudah siswa
untuk berpikir dan merancang pola pikir. Pembelajaran berdasarkan lingkungan
sekitar siswa dapat membuat siswa belajar dengan baik dan lebih kreatif
(Haeruman, 2017). Permasalahan yang disajikan pada artikel setiap kelompok
terkait dengan pelestarian budaya dan pemanfaatan budaya di Kota Malang. Pada
tahapan ini, siswa secara berkelompok melakukan identifikasi masalah dan
63

membuat rumusan masalah sesuai dengan topik. Setiap kelompok mendapatkan


topik sebagai berikut: a) kelompok 1,2, dan 3 mendapatkan topik pelestarian
budaya dan b) kelompok 1,2, dan 3 mendapatkan topik pemanfaatan budaya. Pada
tahap ini kemampuan berpikir kritis siswa muncul ditandai dengan indikator
merumuskan masalah dan memberikan argumen.
Tahap ketiga yaitu mengumpulkan data. Setiap kelompok membuat
perencanaan pengumpulan data di lapangan untuk mendapatkan informasi dan
jawaban dari rumusan masalah yang sudah dibuat dan selanjutnya dilakukan
proses pengumpulan data. Pada tahap perencanaan pengumpulan data, setiap
kelompok merancang data apa saja yang akan dibutuhkan, sumber data, instrumen
yang digunakan untuk mendapatkan data, penetapan lokasi dan waktu, dan
pembagian tugas setiap anggota kelompok. Pada kegiatan pengumpulan data di
lapangan siswa melakukan wawancara kepada msayarakat sekitar tempat
pengumpulan data. Setiap kelompok melakukan wawancara dengan menggunakan
panduan instrumen pengumpulan data yang telah disusun oleh setiap kelompok.
Melalui kegiatan wawancara siswa dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar dan dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
Melalui kegiatan tersebut, siswa dapat memiliki pengalaman dalam melakukan
investigasi di lapangan sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis nya.
Tahap keempat yaitu mengolah data. Pada tahap ini data yang diperoleh
dari proses pengumpulan data pada tahap sebelumnya diolah dan dianalisis. Siswa
mengelompokkan data. Setelah itu, siswa menganalisis data berdasarkan
pengolahan data yang telah dilakukan. Tahap analisis data dilakukan dengan
berdiskusi kelompok. Diskusi kelompok dapat membuat siswa menentukan
pendapat atau menyampaikan gagasan yang dianggap paling tepat sebagai hasil
dari analisis data yang diperoleh dengan melakukan berbagai pertimbangan
diantaranya mengevaluasi data yang diperoleh, menentukan tingkat kepercayaan
suatu sumber informasi, dan menilai kualitas berbagai pendapat yang telah
disampaikan dengan mempertimbangkan kelebihan secara logis dari argumen
berdasarkan rumusan masalah.
64

Tahap kelima yaitu verifikasi. Pada tahap ini, siswa melakukan verifikasi
berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis. Kegiatan tersebut dilakukan
untuk membuktikan rumusan masalah. Kemampuan berpikir kritis siswa muncul
pada tahap ini dibuktikan dengan munculnya indikator kemampuan berpikir kritis
siswa sebagai berikut: 1) melakukan menyimpulkan, 2) memberikan argumen,
3)melakukan evaluasi, dan 4) memutuskan melaksanakan. Kegiatan verifikasi
data ini dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap kelompok
diharuskan menyampaikan dengan penjelasan dan disertai bukti pendukung yang
mengarah pada pemecahan masalah berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan.
Tahap keenam yaitu menarik kesimpulan. Pada tahap ini kesimpulan yang
dibuat harus memperhatikan hasil penyelidikan data dan analisis data yang telah
dilakukan oleh setiap kelompok sesuai dengan hasil jawaban dari rumusan
masalah. Kesimpulan didapat berdasarkan kesepakatan seluruh anggota
kelompok.
Berdasarkan tahapan-tahapan model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa tahapan yang dapat
memengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Beberapa tahapan tersebut
terletak pada tahap merumuskan masalah, mengumpulkan data, mengolah datam
dan verifikasi. Pada beberapa tahapan tersebut kemampuan berpikir kritis siswa
muncul. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya indikator kemampuan
berpikir kritis siswa sebagai berikut: 1) merumuskan masalah, 2) memberikan
argumen, 3) menyimpulkan, 4) melakukan evaluasi, 5) memutuskan dan
melaksanakan.
Peran materi dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study sangat diperhatikan. Pemilihan
materi yang sesuai dapat memengaruhi variabel terikat yang diukur yaitu
kemampuan berpikir kritis. materi yang digunakan pada penelitian ini adalah KD
3.5 yaitu menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional dalam
konteks interaksi global. Pada materi ini terdapat beberapa topik mengenai
pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya Indonesia, persebaran
65

keragaman budaya Indonesia, kebudayaan nasional, dan pelestarian dan


pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia.
Pelaksanaan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
berhasil diterapkan melalui materi pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan model pembelajaran discovery berbasis
outdoor study merupakan model yang melibatkan siswa secara aktif untuk
menemukan informasi yang terkait dengan materi. Model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study membuat siswa menjadi mandiri dalam belajar sebab siswa
dituntut untuk dapat merumuskan masalah, menyusun perencanaan pengumpulan
data, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menjawab rumusan masalah.
Dengan demikian, model pembelajaran discovery berbasis outdoor study yang
diterapkan pada sub materi ini membuat siswa lebih mudah menemukan
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui oleh siswa.
Siswa dapat memperoleh pengetahuan baru dengan mempelajari materi
tentang permasalahan mengenai pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan
Indonesia. Pengetahuan baru tersebut diperoleh siswa dengan menemukan
keterkaitan antara permasalahan yang terdapat pada artikel di setiap kelompok
dengan materi sub bab pelestarian dan pemanfaatan produk budaya Indonesia
yang sedang dipelajari. Artikel tersebut diberikan kepada kelas XI IPS 2 sebagai
kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study. Dengan demikian, pengetahuan baru didapatkan oleh
siswa melalui penerapan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study.
Sub bab materi pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia
dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa
dapat terlatih dikarenakan terdapat unsur dari indikator kemampuan berpikir kritis
pada pembahasan dalam materi ini. Siswa di setiap kelompok dapat merumuskan
masalah, memberikan argumen, menyimpulkan, melakukan evaluasi, dan
memutuskan melaksanakan. Dengan demikian melalui materi pelestarian dan
pemanfaatann produk kebudayaan Indonesia siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.
66

Indikator merumuskan masalah terpenuhi jika siswa mampu membuat


rumusan masalah setelah mengidentifikasi masalah yang terdapat pada artikel.
Setelah mengetahui permasalahan apa yang ada dalam artikel, siswa mencari tahu
penyebab dari permasalahan tesebut. Kemudian siswa dapat membuat rumusan
masalah dalam bentuk sebuah kalimat tanya. Siswa dapat membuat sebuah
rumusan masalah dengan baik sehingga indikator merumuskan masalah terpenuhi.
Hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa atas nama Ahmad Aqila Sirojuddin
dengan perolehan skor nomor 1 sebesar 20 poin yang dapat dilihat pada lampiran
13 halaman 133.
Indikator memberikan argumen dapat terpenuhi ketika siswa dapat
menyampaikan pendapat yang dimilikinya. Pendapat tersebut dapat berupa
gagasan atau komentar terhadap suatu permasalahan. Siswa dapat memberikan
argumen nya terhadap apa yang dia pilih dan apa yang benar menurut siswa.
Siswa dapat memilih adalah satu kebijakan yang paling tepat disertai paparan
alasan mengapa siswa memilih kebijakan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
jawaban siswi atas nama Anisa Choirina dengan perolehan skor nomor 2 sebesar
20 poin yang dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 133.
Indikator menyimpulkan dapat terpenuhi ketika siswa telah memahami isi
dari artikel yang diterima. Setelah memahami isi dari artikel tersebut siswa dapat
menarik kesimpulan berdasarkan data yang ada dalam artikel. Siswa diharuskan
memahami secara keseluruhan isi dari artikel kemudian siswa dapat
menyimpulkan kesimpulan. Hal tersebut dibuktikan dengan jawaban siswa atas
nama Dede Athallah Fadhil dengan perolehan skor nomor 3 sebesar 20 poin yang
dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 133.
Indikator melakukan evaluasi dapat terpenuhi ketika siswa dapat
memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu kebijakan berdasarkan
parameter tertentu. Siswa dilatih untuk memberikan suat penilaian terhadap
keberhasilan suatu kebijakan menggunakan parameter yang telah ditetapkan.
Siswa juga didorong untuk memberikan alasan dari penilaian yang dilakukan
siswa terhadap kebijakan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan jawaban siswa
atas nama Fairuz Caesar J.S yang memperoleh skor nomor 4 sebesar 20 poin yang
dapat dilihatpada lampiran 13 halaman 133.
67

Indikator memutuskan dan melaksanakan dapat terpenuhi apabila siswa


dapat memberikan solusi dari permasalahan yang didapat. Solusi tersebut
merupakan sebuah keputusan yang diambil untuk dapat memecahkan
permasalahan. Solusi tersebut kemudian dilaksanakan sehingga masalah dapat
terpecahkan. Sebelum menentukan solusi dari suatu permasalahan, siswa harus
mengetahui inti permasalahan dari artikel. Siswa dapat menentukan salah satu
solusi yang paling tepat dari beberapa solusi yang terdapat pada uraian artikel. Hal
tersebut dibuktikan dengan jawaban siswa atas nama Iqbal Arya Syaifudana yang
memperoleh skor nomor 5 sebesar 20 poin yang dapat dilihat pada lampiran 13
halaman 133.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa materi
permasalahan yang berkaitan dengan pelestarian dan pemanfaatan produk budaya
Indonesia memiliki kontribusi dalam melatih kemampuan berpikir kritis yang
dimiliki siswa.
Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya. Terdapat
beberapa penelitian yang menggunakan model pembelajaran discovery sebagai
bahan kajian. Peneliti tersebut diantaranya I Wayan Widiadnyana, dkk, Leny
Dhianti Haeruman, dkk, dan Muhammad Ishak, dkk. Penelitian yang dilakukan I
Wayan Widiadnyana meneliti tentang pengaruh model pembelajaran discovery
terhadap pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa. Penelitian tersebut
memberikan hasil yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery
berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa. Penelitian yang
dilakukan Leny Dhianti Haeruman meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
discovery terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari
kemampuan awal siswa. Penelitian tersebut memberikan hasil yang
menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan
oleh Muhammad Ishak yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
discovery dan cooperative learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
68

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti


sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
variabel terikat dan variabel moderator. Penelitian ini menggunakan kemampuan
berpikir kritis sebagai variabel terikat dan kemampuan minat belajar sebagai
variabel moderator. Pada penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Widiadnyana
menggunakan pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa sebagai variabel terikat
dan tidak menggunakan variabel moderator. Penelitian yang dilakukan oleh Leny
Dhianti Haeruman menggunakan peningkatan kemampuan berpikir kritis
terbimbing sebagai variabel terikat dan kemampuan awal siswa sebagai variabel
moderator. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ishak menggunakan
kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel terikat dan tidak menggunakan
variabel moderator.
B. Pembahasan Hasil Temuan Kedua
Temuan kedua dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis
kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
ditinjau dari minat belajar siswa mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi daripada
kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor
study ditinjau dari minat belajar siswa. Dengan kata lain, model pembelajaran
discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MAN 1 KOTA MALANG.
Berikut penjabaran tentang temuan tersebut.
Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
model pembelajaran dengan minat belajar yang dimiliki siswa. Model
pembelajaran dan minat belajar siswa juga dapat memengaruhi kemampuan
berpikir kritis yang dimiliki siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
perhitungan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis ditinjau dari minat belajar
siswa, diketahui nilai kemampuan berpikir kritis siswa kelas yang menggunakan
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study lebih tinggi dibandingkan
nilai kemampuan berpikir kritis siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor lain selain model pembelajaran
69

discovery berbasis outdoor study yang dapat memengaruhi kemampuan berpikir


kritis siswa, faktor tersebut adalah minat belajar siswa.
Berdasarkan temuan pada penelitian ini juga diketahui siswa dengan minat
belajar yang tinggi mendapat nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis yang tinggi
dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar sedang atau rendah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa minat belajar memiliki peran penting dalam suatu
proses pembelajaran. Suharwati menyampaikan bahwa minat belajar merupakan
salah satu faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar
(Suharwati, 2006). Siswa yang memiliki minat belajar tinggi pada suatu proses
pembelajaran, maka akan selalu merasa antusias dalam mengikuti setiap tahapan
dalam belajar. Berbeda dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah, maka
siswa tersebut kurang memiliki rasa tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, minat belajar siswa memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan belajar siswa.
Minat belajar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal
ini disebabkan minat belajar merupakan dorongan dari dalam diri siswa untuk
dapat mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang memiliki minat dalam belajar
akan lebih memiliki rasa tertarik dan fokus dalam belajar daripada siswa yang
tidak memiliki minat belajar. Hal tersebut senada dengan pendapat Slameto, minat
merupakan suatu rasa lebih suka dan sebuah rasa ketertarikan pada suatu hal yang
dianggap menarik (dalam Nurhasanah, 2006). Siswa akan memiliki minat dalam
belajar apabila terdapat suatu hal yang dapat menarik perhatiannya. Minat belajar
siswa juga akan meningkat apabila siswa tersebut menemukan kenyamanan dalam
belajar. Dengan demikian, minat belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
Temuan ini didukung oleh penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa
penelitian yang menggunakan model pembelajaran discovery sebagai bahan
kajian. Peneliti tersebut diantaranya I Made Putrayasa, dkk, I Made Ari Artana,
dkk, dan I Wayan Wijaya, dkk. Penelitian yang dilakukan oleh I Made Putrayasa
yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran discovery dan minat belajar
siswa terhadap hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa model pembelajaran discovery dan minat belajar siswa berpengaruh
70

terhadap hasil belajar siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Made Ari
Artana yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar ditinjau dari minat belajar siswa. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dengan minat belajar siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I
Wayan Wijaya yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap hasil belajar ditinjau dari minat belajar siswa. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan minat belajar siswa.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study sebagai variabel bebas dan
kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat. Pada penelitian yang
dilakukan oleh I Made Putrayasa menggunakan minat sebagai variabel bebas dan
tidak menggunakan variabel moderator. Penelitian yang dilakukan oleh I Made
Ari Artana menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel
bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Penelitian yang dilakukan I
Wayan Wijaya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai
variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat.
BAB VI
PENUTUP

Bab penutup pada penelitian ini dibagi menjadi dua bahasan meliputi: 1)
simpulan, dan 2) saran. Berikut uraian dari kedua pokok bahasan tersebut.

A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah diperoleh,
maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran discovery berbasis outdoor study berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi di MAN 1
KOTA MALANG. Dengan kata lain, kemampuan berpikir kritis kelas yang
menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study
mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelas yang tidak
menggunakan model pembelajaran discovery berbasis outdoor study.
2. Model pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat
belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada
mata pelajaran geografi di MAN 1 KOTA MALANG. Dengan kata lain,
kemampuan berpikir kritis kelas yang menggunakan model discovery
berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar siswa mendapatkan nilai
rata-rata lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study ditinjau dari minat belajar
siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat
diajukan sebagai berikut.
1. Guru
Bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran discovery
berbasis outdoor study terutama pada mata pelaajaran geografi. Model
pembelajaran discovery berbasis outdoor study pada penelitian ini membuktikan
bahwa kelas dengan menggunakan model tersebut memiliki pengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis. untuk menerapkan model discovery berbasis outdoor

71
72

study guru terlebih dahulu merencanakan pembelajaran dengan membuat rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada RPP yang dirancang oleh guru perlu
ditambahkan sintak-sintak dari model pembelajaran discovery pada kegiatan inti
yang meliputi: pemberian rangsangan, merumuskan masalah, mengumpulkan
data, mengolah data, memverifikasi, dan menarik kesimpulan. Guru perlu
memperhatikan alokasi waktu yang digunakan pada setiap tahapan selama proses
pembelajaran, sehingga setiap sintak dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
yang direncanakan. Pada saat melaksanakan proses pembelajaran, guru perlu
memberikan bimbingan dan arahan pada siswa. Guru juga harus memperhatikan
keaktifan setiap siswa, sehingga siswa benar-benar berpartisipasi aktif dalam
setiap tahapan pembelajaran.
2. Sekolah
Bagi sekolah, disarankan untuk menghimbau guru-guru untuk menerapkan
model pembelajaran discovery berbasis outdoor study, terutama pada mata
pelajaran geografi. Selain itu, diharapkan sekolah dapat menyediakan fasilitas
yang dapat menunjang proses kegiatan pembelajaran. Misalnya, artikel terbaru,
buku-buku terkait yang disediakan pada perpustakaan sekolah. Selain itu, pihak
sekolah dapat memberikan kesempatan pada eksperimen model-model lain yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik.
3. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lanjut yang ingin melakukan penelitian serupa disarankan
untuk mengkombinasikan model dengan media tertentu seperti media audio,
visual, dan audio-visual. Selain itu, peneliti lanjut dapat mengganti variabel
moderator yang digunakan. Variabel moderator minat belajar siswa dapat diganti
dengan gaya belajar, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach, Belajar Untuk Mengajar, Yogyakarta


: Pustaka Pelajar

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bloom, B.S. 1979 Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of


education Goals. USA : Longman Inc

Ennis, R.H. 2005. Critical Thinking Test, (online),


(http://repository.upi.edu/1751/9/S_SEJ_0802620_Bibliography.pdf,
diakses pada 22 Januari 2019.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar, (online) (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachurazi.pdf),
diakses tanggal 24 Februari 2019.

Fisher. A. 2008. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hayati, Utaya, Astina. 2016. Efektivitas Student Worksheet Berbasis Project


Based Learning Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada Mata Pelajaran Geografi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume: 1 Nomor: 3 Bulan Maret Tahun 2016 Halaman:
468—474 . Dari http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6174.

Hosnan, M. 2016. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran


Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Ilahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaraan Discovery Strategy dan Mental


Vocational Skill. Jogjakarta : Diva Press.

Indarti, Soekamto, Soelistijo.2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran


Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMA.(online) http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel1B83E93A7220073F2EE29160D6EE7
B0F2.pdf , diakses pada 17 Maret 2019.

Kemendikud. 2013. Standar Proses Unuk Jenjang Pendidikan Dasar dan


Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik
Indonesia.

73
74

Liberna, Hawa. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel. Jurnal Formatif 2(3): 190-197. Dari
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/101/96.

Nurhasanah, S & Sobandi, A. 2016. Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil


Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 135-142.
Dari http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/3264.

Nurrohmi, Utaya, Utomo. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery


Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan:Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2 (10), 1308-1314. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp.

Retnawati, H. 2015 Perbandingan Akurasi Penggunaan Skala Likert dan Pilihan


Ganda untuk Mengukur Self-Regulated Learning. Jurnal Kependidikan 45
(2), 156-167. Dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/7493.

Ristiasari. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving Dengan Mind Mapping


Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes.J.Biol.Educ. 1 (3)
(2012). Dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb.

Setyorini. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 7 (2011) 52-56. Dari http://journal.unnes.ac.id.

Setyorini dan Trijahyo, D.S. 2012 Peningkatan Pemahaman dan Aktivitas


Perkuliahan Melalui Metode Discovery Learning Pada Mahasiswa
Program Studi BK FKIP UKS. Jurnal Widya Sari. 15(2). 126-156.

Shaleh, Abd. Rahman. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif


Islam.Jakarta: PT. Prenada Media.

Suharwati, Sumarmi, Ruja. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Resource Based


Learning Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2
Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 74—79. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/5803/2368.

Sukmowati, Winarno, Suryono. 2017. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Media


Pembelajaran Prezi Dan Powerpoint Terhadap Minat Belajar Siswa (Studi
Siswa Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran
2016/2017). Educitizen, Vol. 2 No. 2 November 2017.

Sumarsih. (2009). Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik dalam


Pembelajaran Mata Kuliah Dasar-Dasar Bisnis. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia. Vol, VIII.No.1.
75

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta : Prenadamedia Group.

Wijiningsih, Wahjoedi, Sumarmi. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Tematik


Berbasis Budaya Lokal. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume: 2 Nomor: 8 Bulan Agustus Tahun 2017
Halaman: 1030—1036. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/9760
76

Lampiran 1. Nama dan Nilai UH Kelas XI IPS 2


Nama dan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPS 2
MAN 1 KOTA MALANG
No. Nama Nilai
1. AHMAD AQILA MAULANA SIROJUDDIN 85
2. AHMAD HALIM TAWWABUR RAUF 85
3. ALMA WASIEM 82
4. ANISA CHOIRINA 85
5. ANNISA NUR MAULIDYA 82
6. ARYA WAHYU ALAM SYAH 82
7. BALQIS SALSABILA 85
8. DEDE ATHALLAH FADHIL 80
9. FADHILA AFIFAH RAHMAWATI 85
10. FAIRUZ CAESAR JIBRILIAN SHOMAD 85
11. HANIFAH ZAHROTUL MUFARIDA 80
12. ILHAM HADI FIRMANSYAH 82
13. IQBAL ARYA SYAIFUDANA 76
14. IZZATUN NISA’ CHABIBA S 85
15. KIRANA JENNY ALQORNI 80
16. KRISNA ADITYA EKA PRAKOSO 80
17. LUTHFIYAH QURROTUL AINI 85
18. M. ILHAM RAMADHANI AP.M 84
19. MEVLANA EL RUMI ABIMANYU 91
20. MOCH ZAMZAM ALFANSA ROHMAD 91
21. MOHAMMAD FARID ATS TSAQIF 76
22. MUCHAMAD RISKANA BARKAH 85
23. MUHAMAD BINTANG IQBAL MAULUDDIN 88
24. MUHAMMAD ILHAM PRASETYO 79
25. MUHAMMAD RAZMIR HAKIM 91
26. MUHAMMAD SHIDQI HAKIM 79
27. NAILA TAQI 82
28. NAILUL FARREL FEBRIANTO DZAKY 85
29. NISRINA SALMA KAMILA NASUTION 85
30. NIZAM BAKHRON NURHAJI 91
31. RADENY 80
32. RADERY 75
33. RAMA SALMAN ULAYYA 75
34. RESITA SANTOSO 95
35. SHAFA LULA KAMILA 75
36. SHINTA NI’MATUL FADILAH 85
37. YAHYA ILMAN 80
38. YAYANG IZZATI 91
39. ZAHIRA SALSABILA 79
Rata-rata 83.23
77

Lampiran 2. Nama dan Nilai UH Kelas XI IPS 1


Nama dan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPS 1
MAN 1 KOTA MALANG

No. Nama Nilai


1. ADILA AMALIA PUTRI 80
2. AFIFUDIN FIRMANSYAH 85
3. AHMAD DAIROBI EL ROSYID 85
4. ALYA SAFIRA NUGRAHA 87
5. AMIRALL GHAPRANK TALIWANGI A.S 85
6. ANISA VIRDAWATI AMARA 87
7. AYU NUR FITRIYAH 87
8. CHOIRUNNISA DWI R 82
9. DAFFA AHMAD DANURDARA 82
10. DIDYA ILYAS MUSTHAFA 82
11. GABRIELLA LIGAR KARINA 85
12. HUKAMA ARTHA GARVY 87
13. ILKAAFFAA AZKA DHIYAUDDIN 85
14. IMROATI KHONITA 87
15. JIHAN NIDA QOIDAH AMALIYAH 82
16. KEVIN YULIAN NABIH 82
17. LAILA RAHMAWATI 82
18. M. CHILMI W 85
19. MABRUK SALMAN NIHAR 82
20. MAHIRA FADHILA 82
21. MIRZA FANY ABDILLAH 82
22. MOCHAMAD WILDAN FAIZ 85
23. MOHAMMAD WILDAN AZIZY 82
24. MUHAMAD ADITYA RAMADHAN 82
25. MUHAMMAD AZHAR NUR HIDAYAHTULLAH 82
26. MUHAMMAD MISBAKHUL ILMI 83
27. MUHAMMAD ZAKY 85
28. NAJMA FUAIDA 85
29. NAUFAL AQILA 82
30. QUTHBUDDIN AS SYAIROZI 85
31. RAFILAH PUTRI ADIBAH 85
32. RAHADI MUHAMMAD ZIDAN 82
33. RAJA AHMAD ROJIL IRFAN 82
34. RIDHO ALDYAS TRIAN AKBAR 82
35. RIZKY SUSAN AULIFIA AL-FAIRUZ 85
36. SHAILAWA RAMB MADANI 87
37. SHINTA PUTRI RACHMASARI 87
38. ZAYYAN NURUDDIN 87
Rata-rata 83,97
78

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)

Sekolah : MAN 1 KOTA MALANG

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : XI IPS

Materi : Keragaman Budaya Indonesia

Sub Bab Materi : Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan


Indonesia

Alokasi : 2 kali pertemuan (@90 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun,
responsive, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam interaksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dapat menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, procedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengelola, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
79

B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional
dalam konteks interaksi global
4.5 Menyajikan analisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas
nasional pada konteks interaksi global dalam bentuk gambar dan peta.
C. Indikator
1. Memahami pengertian kebudayaan.
2. Menganalisis pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya
Indonesia.
3. Memahami persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Memahami pembentukan kebudayaan nasional.
5. Memahami pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia
dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian kebudayaan.
2. Siswa mampu menganalisis pengaruh faktor geografis terhadap
keragaman budaya Indonesia.
3. Siswa mampu memahami persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Siswa mampu memahami pembentukan kebudayaan nasional.
5. Siswa mampu memahami pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.
E. Materi
1. Pengertian kebudayaan.
2. Pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya Indonesia.
3. Persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Pembentukan kebudayaan nasional.
5. Pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam
bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.
F. Metode, Pendekatan, Model Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Saintifik
2. Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab dan penugasan
3. Model Pembelajaran : Discovery
80

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 x 45 menit)
Tahapan Kegiatan Waktu
Pendahuluan  Membuka pembelajaran dengan ucapan 3 menit
salam, doa dan presensi
 Siswa dijelaskan tujuan pembelajaran dan 3 menit
kompetensi dasar yang akan dicapai melalui
slide power point
 Siswa dijelaskan tahapan dalam kegiatan 3 menit
pembelajaran Discovery untuk 2 pertemuan
melalui slide power point

Inti Sintak 1 : Pemberian Rangsangan

 Siswa diberikan tayangan video tentang 5 menit


pelestarian budaya suatu daerah. Siswa
diminta untuk memperhatikan dan mencatat
poin penting dari video tersebut.
 Perwakilan siswa diminta untuk
mengemukakan apa inti dari video yang 5 menit
telah ditayangkan.
 Siswa diberikan penguatan dari guru atas
jawaban yang telah dikemukakan siswa. 5 menit

Sintak 2 : identifikasi masalah


 Siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara 7 menit
heterogen yang sudah dibentuk oleh guru
sesuai dengan daftar kelompok yang
ditayangkan di slide power point.
 Siswa duduk mengelompok sesuai dengan 5 menit
denah yang ada di slide power point
 Setiap kelompok dibagikan Lembar 6 menit
Kegiatan Siswa yang memiliki topik yang
berbeda. Terdapat 3 kelompok dengan topik
yang sama.
- Kelompok 1, 2, dan 3: Pelestarian
Budaya
Tahapan Kegiatan Waktu
- Kelompok 4, 5 dan 6: Pemanfaatan
Budaya
 Siswa diminta membaca panduan
merumuskan masalah yang terdapat pada 4 menit
LKS.
5 menit
 Siswa diberi kesempatan berdiskusi dengan
anggota kelompoknya masing-masing untuk
81

merumuskan masalah
Sintak 3 : Mengumpulkan Data
 Siswa diminta membaca panduan 5 menit
mengumpulkan data yang meliputi :
1. Menentukan data apa yang akan
dikumpulkan.
2. Menentukan sumber data yang dapat
memberikan informasi.
3. Menentukan jenis instrumen yang akan
digunakan.
4. Menetapkan dimana lokasi dan waktu
pengumpulan data.
5. Menentukan tugas untuk setiap anggota
kelompok
 Setiap kelompok diminta menyusun
instrumen yang akan digunakan sesuai data 20 menit
yang dibutuhkan saat penyelidikan di
lapangan.

Penutup  Guru melakukan pengecekan dari hasil 5 menit


kerja siswa berupa kesiapan rencana
penyelidikan dengan meminta masing 5 menit
masing kelompok menyampaikan hasil
perencanaan nya. 3 menit
 Siswa diberikan arahan bahwa hasil
pengumpulan data harus sudah tersedia
pada pertemuan berikutnya.
 Guru menutup pembelajaran dengan
mengucap salam
Total Alokasi Waktu 90 menit

Pertemuan ke-2 (2x45 menit)

Tahapan Kegiatan Waktu


Pendahuluan  Membuka pembelajaran dengan ucapan 3 menit
salam, doa dan presensi
 Pengecekan kesiapan kelengkapan data apa 3 menit
saja yang telah dikumpulkan melalui
penyampaian dari perwakilan kelompok
 Guru menjelaskan langkah-langkah 3 menit
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pada pertemuan ini diantaranya pengolahan
data, verifikasi, dan menarik kesimpulan.
82

Inti Sintak 4 : Pengolahan Data


 Siswa diminta untuk duduk dengan 5 menit
kelompoknya masing masing.
 Siswa diminta untuk membaca panduan
pengolahan data yang terdapat dalam LKS 5 menit
 Siswa melakukan pengolahan data sesuai 12 menit
dengan panduan pada LKS bersama dengan
kelompoknya.

Sintak 5 : Memverifikasi

 Siswa melakukan pemeriksaan dan 10 menit


pembuktian hasil dari rumusan masalah
berdasarkan data yang telah diolah.
Pemeriksaan dan pembuktian bertujuan
untuk mengecek apakah hasil pengolahan
data sudah terbukti dengan benar.

Sintak 6: Generalisasi dan Kesimpulan


 Siswa diminta untuk membaca panduan 3 menit
untuk menarik kesimpulan
 Masing-masing kelompok menarik 10 menit
kesimpulan berdasarkan temuan yang
diperoleh dan ditulis pada lembar hasil
diskusi kelompok.
 Perwakilan masing-masing kelompok 10 menit
diminta untuk menyampaikan kesimpulan
yang telah dibuat.

Tahapan Kegiatan Waktu


Penutup  Siswa diberikan penguatan oleh guru 5 menit
mengenai kesimpulan dari masing-masing
kelompok.
 Siswa bersama guru melakukan refleksi 10 menit
pembelajaran dengan meminta siswa untuk
menuliskan jawaban di kertas yang telah
disediakan atas 3 pertanyaan
1. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan model discovery?
2. Pengetahuan baru apa yang anda
dapatkan setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan model discovery?
3. Bagaimana kritik dan saran anda agar
proses pembelajaran lebih baik? 8 menit
 Perwakilan satu siswa laki-laki dan satu
83

siswa perempuan diminta untuk


membacakan refleksi pembelajaran yang
sudah berlangsung. 3 menit
 Menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam.
Total Alokasi Waktu 90 menit

H. Alat, Media dan Sumber Belajar


1. Alat:
- LCD Proyektor
- Laptop
- Daftar kelompok
- Denah tempat duduk kelompok
- Pedoman model pembelajaran discovery
- Lembar Kerja Siswa
2. Media:
a. Powerpoint mengenai tujuan pembelajaran.
b. Powerpoint mengenai langkah-langkah model pembelajaran
discovery.
c. Video tentang pelestarian budaya.
3. Sumber belajar:
- Wardiyatmoko, K, 2013, Geografi untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta,
Penerbit Erlangga
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
- Tes subjektif
2. Instrumen Penilaian
- Soal essay
84

Malang, 7 Maret 2019

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Geografi Peneliti

Slamet Priyanto, S.Pd Umar Imam Nurrohman


Nip. 19660115 200701 1 035 NIM. 150721604923

Mengetahui,
Kepala MAN 1 Kota Malang

Drs. Mohammad Husnan, M.Pd


Nip: 19621101 199003 1 007
85

Lampiran 3. 1. Materi Pembelajaran


Materi Pembelajaran

Keragaman Budaya Indonesia


Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Keragaman Budaya
Indonesia. Materi yang dikaji yaitu pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata. Materi
tersebut dibahas pada paragraf selanjutnya.
Budaya merupakan hasil pemikiran dari sebuah masyarakat
diimplementasikan sebagai suatu kebiasaan, berlangsung lama, dan susah untuk
diubah. Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal sehat) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Nugraha, budaya adalah suatu
hasil kreativitas dari masyarakat di masa lalu berupa sistem sosial, adat istiadat,
dan produk karya seni yang diwariskan secara turun temurun (Nugraha, 2017)
kata budaya dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai pikiran, akal
budi, atau adat istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari
kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Keragaaman
budaya yang ada di Indonesia merupakan sebuah potensi yang dapat
dikembangkan untuk mendukung bidang ekonomi kreatifmaupun bidang
pariwisata.
1. Pelestarian produk kebudayaan Indonesia
Pelestarian adalah suatu proses atau cara yang dilakukan untuk menjaga
keberlangsungan terhadap sesuatu untuk dapat dinikmati. Menurut Karmadi,
pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama
(Karmadi, 2007). Pelestarian produk kebudayaan adalah suatu proses atau cara
untuk menjaga keberlangsungan suatu budaya sehingga bermanfaat bagi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang.
Kebudayaan merupakan simbol dari suatu daerah atau bahkan suatu
negara. Dengan budaya kita bisa memberikan suatu identitas tentang suatu daerah
atau negara. Kita perlu menyadari bahwa di negara kita terdapat beberapa budaya
yang mengalami kemunduran atau mulai tergeser dengan budaya lain. Penyebab
terjadinya kemunduran atau degradasi budaya tradisional yaitu :
86

 Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi mendorong kecenderungan


para remaja untuk mengakses budaya-budaya asing.
 Masyarakat kita cenderung meniru budaya luar walaupun tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
 Kurangnya pembinaan terhadap budaya asli Indonesia.
 Kurangnya rasa nasionalisme yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Terkait dengan penyebab terjadinya kemunduran budaya bangsa seperti
yang disebutkan diatas, perlu adanya upaya untuk melestarikannya. Upaya-upaya
untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia dapat dilakukan upaya berikut
 Pengalaman budaya.
 Pengetahuan budaya.
 Pengenalan budaya sendiri.
 Peran pemerintah.
 Meningkatkan sumber daya manusia.
 Membina dan meningkatkan kegotongroyongan bangsa.
 Pentas nasional dan internasional.
 Mendokumentasikan benda-benda budaya.
2. Pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi
kreatif dan pariwisata.
Produk budaya merupakan karya intelektual, artistik, dan praktik individu
atau kelompok yang memiliki makna tertentu yang didasari oleh keyakinan, sikap,
gagasan, dan nilai budaya dalam tradisi lokal tertentu. Produk budaya dapat
berupa kreasi berwujud (tangible) atau tak berwujud (intangible). Produk budaya
yang berwujud antara lain lukisan, patung, karya seni, tembikar. Produk budaya
tak berwujud antara lain cerita, dongeng, legenda, tarian, musik, ritual sakral,
sistem pendidikan, atau undang-undang.
Produk budaya yang beraneka ragam dapat dimanfaatkan dalam bidang
ekonomi kreatif. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia ekonomi
kreatif merupakan upaya pembangunan ekonomi secaara berkelanjutan melalui
kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki
cadangan sumber daya yang terbarukan. Dalam ekonomi kreatif, ada pemanfaatan
87

sumber daya yang tidak hanya terbarukan, tetapi juga tak terbatas yakni ide, bakat,
dan kreativitas.
Kegiatan ekonomi kreatif merupaakan kegiatan yang berfokus pada
peningkatan taraf ekonomi berbasis pada sumber daya manusia. menurut Herawati
dkk, ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru
yang mengandalkan kreatifitas sumber daya manusia sebagai faktor produksi
utama (Herawati, 2014). Kegiatan ekonomi kreatif digerakkan oleh industri
kreatif. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas,
keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan
daya cipta individu tersebut. Terdapat empat belas sub-sektor industri kreatif
diantaranya periklanan, penerbitan dan percetakan, TV dan radio, film, video dan
fotografi, musik, seni pertunjukan, arsitektur, desain, fashion, kerajinan, pasar
barang seni, permainan interaktif, layanan komputer, serta penelitian dan
pengembangan.
Keragaman budaya adalah bahan baku dari industri kreatif. Keragaman
budaya Indonesia menandakan tingginya kreativitas masyarakat Indonesia.
Contoh pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang eknomi adalah
pemanfaatan kain batik atau ulos dalam industri kreatif yang menghasilkan
pakaian, tas, dan sepatu.
Produk kebudayaan Indonesia dapat dimanfaatkan dalam bidang
pariwisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediaka oleh masyarakat, pemerintah, atau
pengusaha. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orangdengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Terdapat beberapa cara untuk
memanfaatkan potensi budaya untuk tujuan pariwisata di Indonesia yaitu :
 Lembaga yang bertanggungjawab terhadap kebudayaan dan wisata sesuai
dengan fungsinya harus berani dan tegas menentukan konsep visi dan misi
pariwisata budaya di Indonesia
88

 Sesuai dengan semangat otonomi daerah yang menyerahkan tugas


pengembangan kebudayaan dan pariwisata kepada Dinas Pariwisata di
masing-masing daerah, maka Dinas Pariwisata harus benar-benar menangkap
pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagaai peluang untuk memajukan
masyarakat di daerahnya.
 Peran serta masyarakat dalam pembangunan sentra budaya pada masing-
masing daerah harus diprioritaskan
 Mempromosikan budaya-budaya daerah melalui internet, media sosial, dan
pusat informasi kepariwisataan.
 Melakukan pembinaan terhadap budaya-budaya daerah yang muncul di
masyarakat.
89

Lampiran 3. 2. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen


Pembagian Kelompok kelas XI IPS 2

(kelas eksperimen)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

1. MEVLANA EL RUMI A 1. MOCH ZAMZAM A.R 1. M. RAZMIR HAKIM

2. AHMAD AQILA MS 2. ARYA WAHYU A.S 2. ILHAM HADI .F

3. AHMAD HALIM T R 3. FAIRUZ CAESAR J.S 3. KRISNA ADITYA E.P

4. DEDE ATHALLAH F 4. IQBAL ARYA S 4. M. FARID ATS TSAQIF

5. ALMA WASIEM 5. ANNISA NUR M 5. FADHILA AFIFAH R

6. ANISA CHOIRINA 6. BALQIS SALSABILA 6. IZZATUN NISA’ C.S

7. HANIFAH ZAHROTUL 7. KIRANA JENNY A 7. SHAFA LULA KAMILA

Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

1. NIZAM BAKHRON N 1. M. BINTANG IQBAL 1. NAILUL FARREL F.D

2. M. ILHAM R.AP.M 2. M. SHIDQI HAKIM 2. RAMA SALMAN U

3.M. RISKANA BARKAH 3. RADENY 3. YAHYA ILMAN

4. M. ILHAM PRASETYO 4. RADERY 4. YAYANG IZZATI

5. LUTHFIYAH Q.A 5. RESITA SANTOSO 5. NAILA TAQI

6. ZAHIRA SALSABILA 6. SHINTA NI’MATUL F 6. NISRINA SALMA K.N


90

Lampiran 3. 3. Panduan Model Pembelajaran Discovery


PANDUAN KEGIATAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

A. Tujuan
Siswa mampu memahami pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.
B. Alat dan bahan
1. Artikel tentang kebudayaan di Indonesia.
2. Pedoman rencana penyelidikan.
3. Format rencana penyelidikan.
4. Lembar kerja siswa
C. Rincian Kegiatan
Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa menggunakan model
pembelajaran discovery sebagai berikut :
1. Bacalah artikel tentang kebudayaan di Indonesiayang telah dibagikan
pada masing-masing kelompok.
2. Lakukan identifikasi masalah berdasarkan artikel tersebut.
3. Buatlah rumusan masalah berdasarkan artikel tersebut.
4. Buatlah hipotesis terhadap masalah yang sudah dirumuskan.
5. Lakukan penyelidikan (observasi) berdasarkan permasalahan pada
artikel kelompok. Hal yang dilakikan ketika penyelidikan yaitu
mengumpulkan berbagai data yang mendukung kebenaran hipotesis
yang sudah dibuat sebelumnya (lihat pedoman penyelidikan pada
lampiran).
6. Lakukan pengolahan data berdasarkan data yang sudah diperoleh dari
penyelidikan.
7. Tentukan apakah hipotesis yang sudah ditetapkan di awal benar
adanya. Hasil analisis tersebut harus dipadukan dengan temuan
jawaban dari hasil pengolahan data.
8. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang kalian peroleh
91

Lampiran 3. 4. Pedoman Rencana Penyelidikan


PEDOMAN RENCANA PENYELIDIKAN

1. Penyelidikan yang akan dilakukan berkaitan dengan topik yang terdapat


pada lembar observasi masing-masing kelompok. Penyelidikan ini
bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah dibuat
sebelumnya.
2. Buatlah rencana tentang langkah-langkah penyelidikan yang akan
dilakukan bersama kelompok.penyelidikan akan dilakukan dengan dua
tahap yaitu persiapan, dan pelaksanaan.
a. Tahap persiapan
 Menentukan jenis data yang dikumpulkan
 Menentukan sumber dari data yang akan dikumpulkan
 Menyusun rencana yang akan digunakan untuk pengumpulan
data
 Menyiapkan instrumen
 Menentukan tugas setiap anggota kelompok dalam
pengumpulan data di lapangan.
b. Tahap pelaksanaan
Melakukan pengumpulan data berdasarkan instrumen yang telah
ditentukan oleh kelompok.
92

Lampiran 3. 5. Format Rencana Penyelidikan


FORMAT RENCANA PENYELIDIKAN

1. Informasi atau jenis data apa saja yang akan kalian kumpulkan?

2. Sumber data apa saja yang dapat memberikan informasi/data?

3. Metode pengumpulan data apa yang akan kalian gunakan?

4. Instrumen apa saja yang kalian gunakan dalam penyelidikan?


93

Lampiran 3. 6. Lembar Kerja Kelas Eksperimen


LEMBAR KERJA
(kelas eksperimen)

Kelompok :

Anggota : 1. 5.

2. 6.

3. 7.

4.

Materi :

Hari / tanggal :

1. Identifikasi Masalah

2. Rumusan masalah

3. Hipotesis
94

4. Pengumpulan data

5. Analisis data

6. Kesimpulan
95

Lampiran 3. 7. Artikel 1 Eksperimen


Artikel 1

509 CAGAR BUDAYA DI KOTA MALANG TERANCAM PUNAH

MALANG KOTA – Berbagai masalah cagar budaya (CB) tersaji dalam acara
rancangan peraturan wali kota (perwali) cagar budaya, Kamis (2/8). Salah satunya
adalah tidak adanya aturan yang mengikat CB, sehingga mudah dialihfungsikan.
Seperti yang disampaikan Devan Firmansyah, anggota Komunitas Jelajah Jejak
Malang (KJJM) Kota Malang. Devan mencontohkan, adanya cagar budaya yang
justru dibangun tempat belanja. Hal ini terjadi karena tidak adanya aturan yang
mampu melindungi bukti sejarah tersebut. ”Lha tempat kedaton Raja Gajayana
malah jadi mal (Malang Olympic Garden). Terus sebagai generasi muda,
bagaimana cara kami menjelaskan ke anak cucu nanti?” ucapnya lantas disambut
tawa kecil hadirin. Perlu diketahui, area yang menjadi bangunan MOG tersebut
dahulunya adalah kedaton Raja Gajayana. Tapi, diduga kuat, tempat tersebut
beralih fungsi karena tidak adanya aturan tentang cagar budaya. Selain itu, tidak
adanya data detail tentang CB juga menjadi salah satu pemicu mudahnya oknum
tertentu untuk mengubahnya. Sehingga, aturan tersebut dinilai sangat mendesak.
”Tidak ada kata terlambat, lebih baik disegerakan aturan itu,” saran Budi Fathoni,
peserta rapat lain, Kasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Kota Malang Agung Buana mengakui jika hingga kemarin, pihaknya belum ada
data. Karena masih dalam proses pendataan. ”Akhir tahun ini kami targetkan
tuntas (pendataannya),” terang pria asal Bojonegoro ini. Dia menambahkan,
jumlah total CB di Kota Malang diperkirakan mencapai sekitar 509 tempat..
Seperti kompleks SMAN Tugu, gedung Bank Indonesia, Klenteng Eng An Kiong,
Hotel Pelangi, dan koleksi Museum Mpu Purwa. Praktis, tempat-tempat ini rawan
dibongkar pemiliknya jika tak segera ada aturan yang diterbitkan pemkot. ”Akhir
tahun ini, kami targetkan selesai (perda-nya),” ungkap pria yang tinggal di Kota
Malang sejak tahun 1992 ini. pihaknya juga bakal mengusahakan adanya reward
bagi cagar budaya tersebut. Namun, bentuknya masih akan digodok nantinya.
Seperti penghapusan pajak atau diskon bagi CB berupa bangunan. ”Idealnya
memang ada reward dan sanksinya,” tandasnya.(sumber: radarmalang.id)
96

Lampiran 3. 8. Artikel 2 Eksperimen


Artikel 2

PIC Tak Layak, Tim Cagar Budaya Harap Pemkot Malang Segera Renovasi

MALANGTODAY.NET – Sekertaris Tim Ahli Cagar Budaya kota Malang,


Agung H Buana mengatakan pihaknya sekarang mengajukan permohonan untuk
renovasi Pusat Informasi Center (PIC) yang ada di kota Malang. Menurut Agung,
saat ini PIC yang ada di kota Malang sangat jauh dari kata layak untuk dijadikan
pusat informasi. Baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.“Dengan
ketidakrepresntatifan PIC ini kami mengharapkan nantinya PIC di kota Malang
punya tempat yang represntatif,” ujarnya. Untuk itu, Agung berharap Pemerintah
kota (Pemkot) Malang mampu membantu pihaknya dalam merenovasi PIC. Ia
menjelaskan, renovasi ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi
wisatawan yang ingin lebih tau tentang Malang. “Memberikan kenyamanan
tempat bagi wisatawan yang ingin bertanya yang ingin mengeksplore kota Malang
lagi,” imbuhnya. Sementara itu, untuk tempat yang akan direnovasi ia
menargetkan agar PIC yang ada sekarang di Ramayana bisa bergeser ke tempat
eks Dunkin Donuts. “Kita berharap di eks ramayana kita dapat ruangan disitu.
Saya ngincarnya yang eks Dunkin Donuts itu,” harap Agung. Di Malang sendiri,
Agung menuturkan bahwa ada tiga PIC yang beroperasi. Yakni PIC yang berada
di depan Ramayana atau Jalan Merdeka Timur, di pojokan Jalan Syaiful Anwar,
dan satu lagi di daerah Bandar Udara Abdul Rachman Saleh. Untuk PIC yang
berada di Bandara Abdul Rachman Saleh, pengelolanya ialah pihak swasta.
Sementara kedua lainnya dikelola oleh Pemkot Malang. Agung menjelaskan ada
hal menarik saat pihaknya berkeinginan cagar budaya kota Malang untuk
merenovasi PIC. Seperti beberapa warga Malang yang secara sukarela sempat
menawarkan tempatnya untuk dijadikan PIC kota Malang. Ada masyarakat yang
tempatnya bisa digunakan dan bekerjasama dengan Pemkot untuk PIC,” jelasnya.
Tidak lupa, ia juga menyinggung bahwa saat ini Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata kota Malang juga akan membangun MCC atau Malang Creative
Center. Yang menurutnya akan bertempat di sekitaran PDAM kota Malang.
(sumber : malangtoday.net)
97

Lampiran 3. 9. Denah Tempat Duduk Kelompok Kelas Eksperimen


Denah Tempat Duduk Kelompok Kelas Eksperimen

(XI IPS 2)

Papan tulis

Kelompok Kelompok Kelompok


1 2 3

Kelompok Kelompok Kelompok


4 5 6
98

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)

Sekolah : MAN 1 KOTA MALANG

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : XI IPS

Materi : Keragaman Budaya Indonesia

Sub Bab Materi : Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan


Indonesia

Alokasi : 2 kali pertemuan (@90 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsive,
dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, procedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengelola, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
99

B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional
dalam konteks interaksi global
4.5 Menyajikan analisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas
nasional pada konteks interaksi global dalam bentuk gambar dan peta.
C. Indikator
1. Memahami pengertian kebudayaan.
2. Menganalisis pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya
Indonesia.
3. Memahami persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Memahami pembentukan kebudayaan nasional.
5. Memahami pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia
dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian kebudayaan.
2. Siswa mampu menganalisis pengaruh faktor geografis terhadap
keragaman budaya Indonesia.
3. Siswa mampu memahami persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Siswa mampu memahami pembentukan kebudayaan nasional.
5. Siswa mampu memahami pelestarian dan pemanfaatan produk
kebudayaan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif dan pariwisata.
E. Materi
1. Pengertian kebudayaan.
2. Pengaruh faktor geografis terhadap keragaman budaya Indonesia.
3. Persebaran keragaman budaya Indonesia.
4. Pembentukan kebudayaan nasional.
5. Pelestarian dan pemanfaatan produk kebudayaan Indonesia dalam bidang
ekonomi kreatif dan pariwisata.
F. Metode, Pendekatan, Model Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Saintifik
2. Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab dan penugasan
3. Model Pembelajaran : Konvensional
100

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 x 45 menit)
Tahapan Kegiatan Waktu
Pendahuluan  Membuka pembelajaran dengan ucapan 5 menit
salam, doa dan presensi
 Siswa dijelaskan tujuan pembelajaran dan 10 menit
kompetensi dasar yang akan dicapai melalui
slide power point

Inti  Siswa mendengarkan tentang materi 45 menit


pelestarian budaya suatu daerah yang
ditampilkan pada slide powerpoint.
 Siswa melakukan tanya jawab terkait 15 menit
materi yang telah disampaikan.

Penutup  Siswa diberikan tambahan pengetahuan 10 menit


tentang keragaman budaya Indonesia.
 Guru menutup pembelajaran dengan
mengucap salam 5 menit
Total Alokasi Waktu 90 menit

Pertemuan ke-2 (2x45 menit)

Tahapan Kegiatan Waktu


Pendahuluan  Membuka pembelajaran dengan ucapan 3 menit
salam, doa dan presensi 3 menit
 Siswa diminta untuk mereview materi yang
dipelajari sebelumnya
Inti  Siswa dibagi menjadi 6 kelompok heterogen 10 menit
yang ditetapkan guru melalui slide
powerpoint 5 menit
 Siswa memposisikan tempat duduk sesuai
dengan denah pembagian kelompok yang
ditampilkan
Tahapan Kegiatan Waktu
 siswa diberi tayangan tentang keragaman 10 menit
budaya Indonesia
 siswa diminta mengidentifikasi : 10 menit
a. jenis budaya tersebut
b. asal kebudayaan 10 menit
c. keberadaan budaya tersebut pada saat
ini
 perwakilan kelompok mempresentasikan
101

hasil diskusi didepan kelas


Penutup  Siswa bersama guru melakukan refleksi 7 menit
pembelajaran dengan meminta siswa untuk
menuliskan jawaban di kertas yang telah
disediakan atas 3 pertanyaan
4. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan model konvensional?
5. Pengetahuan baru apa yang anda
dapatkan setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan model
konvensional?
6. Bagaimana kritik dan saran anda agar
proses pembelajaran lebih baik?
 Perwakilan satu siswa laki-laki dan satu 10 menit
siswa perempuan diminta untuk
membacakan refleksi pembelajaran yang
sudah berlangsung. 1 menit
 Menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam.
Total Alokasi Waktu 90 menit
H. Alat, Media dan Sumber Belajar
1. Alat:
- LCD Proyektor
- Laptop
- Daftar kelompok
- Denah tempat duduk kelompok
2. Media:
a. Powerpoint mengenai tujuan pembelajaran..
b. Video tentang pelestarian budaya.
3. Sumber belajar:
- Wardiyatmoko, K, 2013, Geografi untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta,
Penerbit Erlangga
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
- Tes subjektif
2. Instrumen Penilaian
- Soal essay
102

Malang, 7 Maret 2019

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Geografi Peneliti

Slamet Priyanto, S.Pd Umar Imam Nurrohman


Nip. 19660115 200701 1 035 NIM. 150721604923

Mengetahui,
Kepala MAN 1 Kota Malang

Drs. Mohammad Husnan, M.Pd


Nip: 19621101 199003 1 007
103

Lampiran 5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis


KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Sekolah : MAN 1 Kota Malang
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/ Semester : XI / II (genap)
Tahun Pelajaran : 2018 / 2019
Materi Pokok : Keragaman Budaya Indonesia.
Bentuk Instrumen : Tes Essay

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
1. Merumuskan Siswa mampu Disajikan uraian tentang Kritik keras dialamatkan ke Pemkot Malang soal
masalah memformulasikan permasalahan pelestarian pelestarian cagar budaya. Sejarahwan Universitas
masalah dalam bentuk cagar budaya di Kota Negeri Malang Dwi Cahyono bahkan menyebut
pertanyaan. Malang, siswa diminta "Malang SOS Cagar Budaya" dalam laman
untuk merumuskan masalah. facebooknya. Dwi meluapkan kekecewaan dan
mempertanyakan komitmen Pemkot Malang. tulis Dwi
mengawali kritikannya berjudul Malang SOS Cagar
Budaya. Dwi juga menggambarkan sebuah bangunan
rumah di Jalan Sumbing yang berjarak sekitar 100 meter
arah timur Rumah Dinas Wali Kota Malang di Jalan
104

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
Kawi."Hanya sekitar 100 meter timur Rumah Dinas
Wali Kota Malang, di Koridor Jl. Kawi Kota Malang,
tengah belangsung proses pengkisan heritage berupa
bangunan Indis," begitu tulis Dwi. Suatu contoh
gamblang, seberapa sungguh kota yang masuk dalam
"Jaring Kota Pusaka Indonesia" ini ternyata
mentidakpedulikan kelestarian pusaka budayanya. Yang
demikian dekat dengan tempat tinggal (rumah dinas)
Penguasa Tertinggi Kota saja hancur, apalagi yang lebih
jauh jaraknya. Sementara, di pojok jalan, seberang utara
Gereja Ijen, dibangun gedung besar bertingkat yang
lebih dari empat tingkat sudah dicor empat lantai dan
akan naik lagi entah ke lantai berapa. Bila bangunan ini
difungsikan untuk usaha (hotel atau tempat usaha lain),
maka ini adalah sebuah "test chase" atas komitment kota
ini dalam mencegah kawawasan heritage Bergenbuurt,
utamanya Ijen Boulevard, dari nafsu peruntukan sebagai
areal usaha.(sumber:news.detik.com)

a) Permasalahan apa yang terdapat dalam uraian di


atas?
b) Apa faktor penyebab terjadinya masalah tersebut?
c) Bagaimana bunyi rumusan masalah dari
permasalahan tersebut?
105

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
2 Memberikan Siswa mampu Disajikan beberapa uraian Toko Oen di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang
argumen mengemukakan pendapat tentang rencana pemerintah menjadi satu-satunya bangunan berstatus cagar budaya
beserta alasannya dari dalam penetapan beberapa di Kota Malang. Ditetapkan sejak 1990. Kini, selangkah
suatu permasalahan. benda, bangunan dan lagi akan ada cagar budaya lainnya yang ditetapkan oleh
struktur lainnya di Kota pemerintah kota setempat.Total 20 benda, bangunan dan
Malang sebagai cagar struktur lainnya di kota ini yang diajukan untuk
budaya, siswa diminta untuk ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Wali Kota
memilih pendapat yang Malang. Penetapan dituangkan melalui surat keputusan
paling tepat beserta wali kota. Surat keputusan ditarget terbit pada Desember
alasannya. 2018 mendatang.“Selama ini hanya Toko Oen yang
sudah berstatus cagar budaya. Sekarang kami ajukan
bangunan yang akan ditetapkan sebagai cagar budaya,”
kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Malang, Ida Ayu Wahyuni.Bangunan, benda dan
struktur yang akan ditetapkan sebagai cagar budaya itu
antara lain Balai Kota Malang, kompleks SMA Tugu,
Stasiun Kota, Jembatan Splendid dan Kahuripan,
Gedung Bank Indonesia, Gereja Kayutangan, Gereja
Immanuel, Masjid Jami’, Gedung KPPN.Gedung PLN,
Gereja Ijen, kompleks Sekolah Corjesu, Klenteng Eng
An Kiong, Jembatan Brantas (Buk Gluduk), Rumah
Dinas Wali Kota Malang, Tandon Air Tlogomas,
brandweer (mobil PMK), Hotel Pelangi, koleksi
Museum Mpu Purwa dan Makam Ki Ageng Gribig.
106

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
Seluruh bangunan, benda dan struktur yang akan
ditetapkan sebagai cagar budaya itu hasil analisis Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bersama Tim Ahli Cagar
Budaya. Rencana penetapan itu disosialisasikan pada
Kamis, 5 Juli 2018 di ruang sidang Balai Kota Malang.
Seluruh pemilik bangunan, khususnya dari swasta turut
diundang. Penetapan sebagai cagar budaya itu bisa
melindungi dan melestarikan benda, bangunan maupun
struktur bangunan kuno. (sumber : terakota.id)

Berbelanja Sembari Melestarikan Cagar Budaya Kota


Malang. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia
(APPBI) bekerjasama dengan komunitas untuk
mengembangkan Malang sebagai tujuan wisata.
Sebanyak tujuh pusat perbelanjaan di Kota Malang
memberikan potongan harga atau diskon besar selama
April.Pekan depan, katanya, akan diluncurkan Kampung
Heritage Kayu Tangan. Kampung ini akan menjadi
tetenger andalan baru wisata di Kota Malang. “Jika di
Bandung ada Jalan Braga dan Yogyakarta dikenal
dengan Jalan Malioboro, Malang ada Kayu tangan,”
kata Agung.IMA bersama APPBI, Persatuan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI) bersama komunitas pecinta
cagar budaya dan media untuk membangun gerakan
melestarikan cagar budaya. Menyelamatkan bangunan,
107

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
pakaian tradisi, artefak, bahasan, kesenian dan kuliner
warisan budaya.“Ini gerakan moral. Melibatkan seluruh
masyarakat,” ujarnya. Ide berawal dari APPBI Malang
menyambut ulang tahun Kota Malang ke 104 melalui
Heritage Corner. Lantas, IMA Malang melihat gerakan
tersebut bisa dikemas dengan benar dan melibatkan
banyak komunitas. Menggairahkan kepedulian
masyarakat untuk melestarikan dan melindungi cagar
budaya. (sumber : terakota.id)

a) Upaya apa saja yang dilakukan pemerintah


dalam mengatasi permasalahan pada uraian di
atas?
b) Dari beberapa upaya tersebut manakah yang
paling efektif?
c) Apa alasan anda memilih kebijakan tersebut?
3 Menyimpulkan Siswa mampu menarik Disajikan uraian tentang Kota Malang masih menjadi primadona wisatawan, baik
kesimpulan berdasarkan jumlah dan jenis wisatawan lokal maupun mancanegara. Tercatat, kota yang disebut
data yang ada. Kota Malang tahun 2014 Makobu atau Malang Kota Bunga itu dikunjungi 15.034
sampai dengan 2018, siswa wisatawan mancanegara dan 4,8 juta wisatawan
diminta untuk menarik nusantara sepanjang 2018. "Terdapat peningkatan
kesimpulan berdasarkan dibandingkan tahun 2017. Tahun 2017, turis
data yang ada. mancanegara tercatat sebanyak 12.456 orang. Sementara
turis lokal ada 4,3 juta orang," kata Kasi Promosi Wisata
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota
108

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
Malang, Agung H Buana, Minggu (30/12/2018).
Adapun pada Tahun 2016, jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 9.535 orang dan wisatawan
nusantara sebanyak 3,9 juta orang. Pada Tahun 2015,
jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 8.754 orang
dan wisatawan nusantara sebanyak 3,3 juta orang.
Sementara pada Tahun 2014, jumlah wisatawan
mancanegara berjumlah 6.025 orang dan wisatawan
nusantara berjumlah 2,4 juta orang. "Kami akan terus
memberikan pelayanan terbaik untuk wisatawan mulai
dari akomodasi, destinasi yang akan dikunjungi dan
transportasi," katanya. Agung menambahkan, destinasi
wisata kuliner dan heritage masih menjadi andalan di
Kota Malang. Dua jenis wisata ini akan terus
dikembangkan untuk menarik wisatawan. (sumber :
travel.kompas.com)

a) Berdasarkan uraian diatas, berapa rata-rata


peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Kota Malang?
b) Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, apa
yang dapat anda simpulkan?
c) Mengapa anda menyimpulkan demikian?
109

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
4 Melakukan evaluasi Siswa mampu Disajikan beberapa uraian Pemerintah Kota Malang menetapkan 32 struktur
mengevaluasi serta tentang kebijakan bangunan dan bangunan heritage sebagai cagar budaya.
memberikan alasannya pemerintah dalam penetapan Cagar budaya tersebut tidak boleh diubah dan dibongkar
dari sebuah pernyataan situs cagar budaya, siswa sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2018
menggunakan diminta untuk mengevaluasi tentang Cagar Budaya Kota Malang."Tidak boleh sama
kriteria/parameter dan memberikan alasannya sekali. Ini Balai Kota juga kan sempat dicat warna-
tertentu dari kebijakan tersebut warni, tapi akhirnya kita kembalikan," tutur Wali Kota
berdasarkan kriteria Malang, Sutiaji, Senin (14/1/2019).Sutiaji mengatakan,
ketepatan. pemerintah berkomitmen menjaga bangunan heritage
yang dulunya sempat menjadi saksi sejarah Kota
Malang.Selama ini, beberapa bangunan heritage di
Malang mengalami nasib sial karena dibongkar dan
dialihfungsikan menjadi rumah toko (ruko)."Kalau kita
tidak perhatikan, pelan tapi pasti ini akan punah. Kita
sudah kehilangan banyak sekali bangunan heritage yang
kini dibongkar dan berubah fungsi," ujar Sutiaji.Sutiaji
menuturkan, Pemkot Malang juga menetapkan
sepanjang Jalan Ijen Boulevard sebagai kawasan cagar
budaya.Kawasan Ijen Boulevard dahulu menjadi tempat
peristirahatan para pejabat era kolonial. Deretan
bangunan bergaya art deco atau eropa klasik saat ini
masih bisa dijumpai."Bertahap dan masih akan terus
kita data lagi. Jangan sampai Ijen itu hilang," ucapnya.
32 struktur bangunan dan bangunan yang ditetapkan
sebagai cagar budaya itu, di antaranya gedung
110

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
pemerintahan, sekolah, kantor bank, gereja, klenteng,
brandweer dan rumah tinggal.Penetapan bangunan
heritage itu melalui Surat Keputusan (SK) tertanggal 12
Desember dan 31 Desember 2018.
(sumber: tribunnews.com)

Restoran Inggil, Rumah Makan Merangkap Museum.


Inggil Museum Resto telah ada sejak tahun 1996 dan
berlokasi di Jalan Gajah Mada No.4. Lokasinya
cukupstrategis dan begitu mudah untuk mencapainya
karena berada tak terlalu jauh dari Stasiun Kota Baru.
Jadi yang berangkat ke Malang dengan kereta bisa
langsung mampir mengisi tenaga di restoran ini. Kalau
yang naik pesawat juga gak masalah, karena dari
Bandara Abdurachman Saleh restoran ini bisa dicapai
hanya dalam waktu 30 menit. Mengunjungi restoran
yang satu bakal ngajak kamu berpetualang kembali ke
Malang tempo dulu. Bagaimana tidak, suasana
tradisional begitu melekat pada restoran ini. Kursi-kursi
khas dari zaman dahulu yang berwarna hijau menghiasi
restoran ini. Meja berwarna senada semakin melengkapi
suasana tempo dulu museum. Ada juga tempat lesehan
buat traveler yang ingin bersantai. Beragam benda kuno
juga menghiasi restoran ini, mulai dari foto, lukisan,
sampai beberapa lembar tulisan tangan yang
111

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
bersejarah.Koleksi yang ada di Inggil Museum Resto
merupakan koleksi pribadi sang pemilik yang kemudian
membuka Museum Malang Tempo Doeloe. Kamu bisa
melihat suasana kota Malang tempo dulu yang masih
begitu asri melalui foto-foto yang dipajang di sana.
Kemudian ada juga tempat pemutar piringan hitam,
telfon pada zaman dahulu, radio, mesin jahit, hingga
mesin ketik dimana kita bernostalgia kala melihat
benda-benda tersebut yang zaman dahulu bisa kita
saksikan digunakan oleh para orang tua kita. Ada juga
sejumlah topeng, jam kuno, dan uang kuno. Jadi sambil
nunggu pesanan kamu datang, travelers bisa
mengelilingi restoran dan melihat beragam koleksi
kunonya yang dijamin bikin pengetahuan kamu makin
bertambah. (sumber : wisatajatim.info)

a) Kebijakan apa saja yang dilakukan pemerintah


dalam mengatasi permasalahan pada uraian di atas?
b) Menurut Anda, kebijakan manakah yang paling
tepat?
c) Jika kebijakan tersebut dirasa tepat, apa yang
mendasari alasan anda?
112

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis
5 Memberikan Solusi Siswa mampu Disajikan uraian tentang Menyusuri Kota Malang, Jawa Timur, ibarat
memberikan solusi masalah alih fungsi bernostalgia kembali ke tempo dulu. Di berbagai sudut
beserta alasannya bangunan, siswa diminta kota apel ini bertebaran bangunan cagar budaya
berdasarkan masalah untuk memberikan solusi berarsitektur kolonial Belanda hingga situs purbakala
yang disajikan yang tepat beserta alasannya berupa candi. Deretan rumah bergaya arsitektur Belanda
untuk mengatasi itu bisa ditemui di kawasan Ijen Boulevard. Sayangnya
permasalahan tersebut. saat ini hanya tersisa sekitar 20 unit rumah di kawasan
yang dirancang oleh Ir Herman Thomas Karsten pada
1914 silam. Padahal dahulu ada 80 unit rumah yang
diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan para
pembesar kolonial Belanda. Nasib malang cagar budaya
itu tak hanya di kawasan Ijen Boulevard saja. Banyak
bangunan cagar budaya yang kini telah berubah bentuk
menjadi rumah toko, perkantoran, dan sebagainya
setelah direnovasi total. Bahkan ada pula yang musnah
setelah dihancurkan total untuk kemudian dibangun
ulang menjadi bangunan modern. Ketiadaan peraturan
daerah (perda) untuk melindungi dan melestarikan
bangunan cagar budaya, menyebabkan alihfungsi
gedung menjadi ancaman nyata. Padahal, tak sedikit
cagar budaya di Kota Malang masuk kategori klas A
karena usia bangunan dan nilai historisnya. Tentunya
jika pemerintah kota sampai abai, terkait keberadaan
bangunan bernilai sejarah tinggi itu terancam hilang
tergerus pesatnya pembangunan.(sumber : liputan6.com)
113

No Indikator
Kemampuan Deskriptor Indikator Soal Item Soal
Berpikir Kritis

a) Permasalahan apa yang terdapat pada uraian di


atas?
b) Menurut anda, solusi apa yang paling tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut?
c) Apa alasan anda memilih solusi tersebut?
114

Lampiran 6. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No. Pertanyaan Rambu Jawaban Skor


1. a. Permasalahan apa yang  Kritikan dari seorang sejarahwan yang Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
terdapat dalam uraian di mengkritik pemerintah Kota Malang soal Jika jawaban memuat 1 unsur (skor 3)
atas? pelestarian cagar budaya kota malang. Jika jawaban memuat 2 unsur (skor 5)
 Kerusakan Cagar budaya yang berada di Kota Total skor poin a : 5
Malang.
 Pengalihfingsian lahan sekitar cagar budaya.
b. Apa penyebab terjadinya  Kurangnya perhatian pemerintah Kota Malang Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
masalah tersebut? terhadap situs cagar budaya. Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
3)
Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
Total skor poin b : 5
c. Bagaimana bunyi  bagaimana solusi yang tepat untuk melindungi Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
rumusan masalah dari situs cagar budaya yang berada di Kota Malang? Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
permasalahan tersebut? 5)
Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 10)
Total skor poin c : 10
2. a. Upaya apa saja yang  Pengajuan 20 benda, bangunan, dan struktur Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
dilakukan pemerintah lainnya di Kota Malang untuk ditetapkan Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
dalam mengatasi sebagai cagar budaya. 3)
permasalahan pada uraian  Melestarikan cagar budaya melalui berbelanja Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
di atas? Total skor poin a : 5
b. Dari beberapa upaya  Pengajuan 20 benda, bangunan, dan struktur Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
tersebut manakah yang lainnya di Kota Malang untuk ditetapkan Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
paling efektif? sebagai cagar budaya 3)
Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
115

Total skor poin b : 5


c. Apa alasan anda memilih  Cocok dengan budaya malang Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
kebijakan tersebut?  Tegas dalam memberikan penetapan cagar Jika jawaban memuat 1 unsur (skor 5)
budaya Jika jawaban memuat 2 unsur (skor 10)
 Tidak mudah dirubah Total skor poin c : 10
3. a. Berdasarkan uraian diatas,  (15.034+12.456+9.535+8.754+6.025) : 5 = Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
berapa rata-rata 10.361 Jika jawaban memuat 1 unsur (skor 3)
peningkatan jumlah Jika jawaban memuat 2 unsur (skor 5)
wisatawan mancanegara Total skor poin a : 5
yang berkunjung ke Kota
Malang?
b. Berdasarkan hasil  Wisatawan yang berkunjung ke malang Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
penghitungan tersebut, apa meningkat dari tahun ke tahun. Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
yang dapat anda  Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke 3)
simpulkan? Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
Kota Malang memiliki rata-rata sebesar 10.361.
Total skor poin b : 5
c. Mengapa anda  Terdapat perbedaan jumlah wisatawan dari Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
menyimpulkan demikian? tahun ke tahun. Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
 Berdasarkan penghitungan data. 5)
Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 10)
Total skor poin c : 10
4. a. Kebijakan apa saja yang  Menetapkan 32 struktur bangunan dan bangunan Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
dilakukan pemerintah heritage sebagai cagar budaya melalui SK 12 Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
dalam mengatasi Desember dan 31 Desember 2018 . 3)
permasalahan pada uraian Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
di atas? Total skor poin a : 5
116

b. Menurut Anda, kebijakan  Kebijakan pemerintah menetapkan 32 struktur Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
manakah yang paling bangunan dan bangunan heritage sebagai cagar Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
tepat? budaya sudah tepat. 3)
Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
Total skor poin b : 5
c. Jika kebijakan tersebut  Dengan adanya kebijakan tersebut, bangunan- Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
dirasa tepat atau tidak, apa bangunan yang memiliki nilai budaya dan Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
yang mendasari alasan sejarah di Kota Malang dapat terjaga 5)
Anda? keberadaannya. Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 10)
Total skor poin c : 10
5. a. Permasalahan apa yang  Alih fungsi bangunan budaya di Kota Malang . Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
terdapat pada uraian Jika jawaban memuat 1 unsur (skor 3)
diatas? Jika jawaban memuat 2 unsur (skor 5)
Total skor poin a : 5
b. Menurut anda, Solusi apa  Membuat undang-undang perlindungan situs Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
yang paling tepat untuk cagar budaya Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
mengatasi permasalahan  Melakukan sosialisasi pentingnya menjaga situs 3)
tersebut? cagar budaya Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 5)
 Membuat event atau festival yang mengusung Total skor poin b : 5
tema pelestarian budaya Kota Malang
c. Apa alasan anda memilih  Dengan adanya solusi tersebut, pemerintah dan Jika jawaban salah, namun menjawab (skor 1)
solusi tersebut? masyarakat menjadi memiliki kesadaran untuk Jika jawaban tepat namun belum lengkap (skor
menjaga situs atau bangunan yang memiliki nilai 5)
budaya dan sejarah Jika jawaban tepat dan lengkap (skor 10)
Total skor poin c : 10
117

Lampiran 7. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis


SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Kelas/semester : XI IPS / Genap


Mata Pelajaran : Geografi
Materi : Keragaman Budaya Indonesia
Alokasi Waktu : 60 menit

Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar!


1. Kritik keras dialamatkan ke Pemkot Malang soal pelestarian cagar budaya.
Sejarahwan Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono bahkan menyebut
"Malang SOS Cagar Budaya" dalam laman facebooknya. Dwi meluapkan
kekecewaan dan mempertanyakan komitmen Pemkot Malang. tulis Dwi
mengawali kritikannya berjudul Malang SOS Cagar Budaya. Dwi juga
menggambarkan sebuah bangunan rumah di Jalan Sumbing yang berjarak
sekitar 100 meter arah timur Rumah Dinas Wali Kota Malang di Jalan
Kawi."Hanya sekitar 100 meter timur Rumah Dinas Wali Kota Malang, di
Koridor Jl. Kawi Kota Malang, tengah belangsung proses pengkisan
heritage berupa bangunan Indis," begitu tulis Dwi. Suatu contoh
gamblang, seberapa sungguh kota yang masuk dalam "Jaring Kota Pusaka
Indonesia" ini ternyata mentidakpedulikan kelestarian pusaka budayanya.
Yang demikian dekat dengan tempat tinggal (rumah dinas) Penguasa
Tertinggi Kota saja hancur, apalagi yang lebih jauh jaraknya. Sementara,
di pojok jalan, seberang utara Gereja Ijen, dibangun gedung besar
bertingkat yang lebih dari empat tingkat sudah dicor empat lantai dan akan
naik lagi entah ke lantai berapa. Bila bangunan ini difungsikan untuk
usaha (hotel atau tempat usaha lain), maka ini adalah sebuah "test chase"
atas komitment kota ini dalam mencegah kawawasan heritage
Bergenbuurt, utamanya Ijen Boulevard, dari nafsu peruntukan sebagai
areal usaha.(sumber:news.detik.com)

a) Permasalahan apa yang terdapat dalam uraian di atas?


b) Apa faktor penyebab terjadinya masalah tersebut?
c) Bagaimana bunyi rumusan masalah dari permasalahan tersebut?

2. Toko Oen di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang menjadi satu-satunya


bangunan berstatus cagar budaya di Kota Malang. Ditetapkan sejak 1990.
Kini, selangkah lagi akan ada cagar budaya lainnya yang ditetapkan oleh
pemerintah kota setempat.Total 20 benda, bangunan dan struktur lainnya
di kota ini yang diajukan untuk ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Wali
118

Kota Malang. Penetapan dituangkan melalui surat keputusan wali kota.


Surat keputusan ditarget terbit pada Desember 2018 mendatang.“Selama
ini hanya Toko Oen yang sudah berstatus cagar budaya. Sekarang kami
ajukan bangunan yang akan ditetapkan sebagai cagar budaya,” kata Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu
Wahyuni.Bangunan, benda dan struktur yang akan ditetapkan sebagai
cagar budaya itu antara lain Balai Kota Malang, kompleks SMA Tugu,
Stasiun Kota, Jembatan Splendid dan Kahuripan, Gedung Bank Indonesia,
Gereja Kayutangan, Gereja Immanuel, Masjid Jami’, Gedung
KPPN.Gedung PLN, Gereja Ijen, kompleks Sekolah Corjesu, Klenteng
Eng An Kiong, Jembatan Brantas (Buk Gluduk), Rumah Dinas Wali Kota
Malang, Tandon Air Tlogomas, brandweer (mobil PMK), Hotel Pelangi,
koleksi Museum Mpu Purwa dan Makam Ki Ageng Gribig. Seluruh
bangunan, benda dan struktur yang akan ditetapkan sebagai cagar budaya
itu hasil analisis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama Tim Ahli
Cagar Budaya. Rencana penetapan itu disosialisasikan pada Kamis, 5 Juli
2018 di ruang sidang Balai Kota Malang. Seluruh pemilik bangunan,
khususnya dari swasta turut diundang. Penetapan sebagai cagar budaya itu
bisa melindungi dan melestarikan benda, bangunan maupun struktur
bangunan kuno. (sumber : terakota.id)

Berbelanja Sembari Melestarikan Cagar Budaya Kota Malang. Asosiasi


Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) bekerjasama dengan
komunitas untuk mengembangkan Malang sebagai tujuan wisata.
Sebanyak tujuh pusat perbelanjaan di Kota Malang memberikan potongan
harga atau diskon besar selama April.Pekan depan, katanya, akan
diluncurkan Kampung Heritage Kayu Tangan. Kampung ini akan menjadi
tetenger andalan baru wisata di Kota Malang. “Jika di Bandung ada Jalan
Braga dan Yogyakarta dikenal dengan Jalan Malioboro, Malang ada Kayu
tangan,” kata Agung.IMA bersama APPBI, Persatuan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) bersama komunitas pecinta cagar budaya dan media
untuk membangun gerakan melestarikan cagar budaya. Menyelamatkan
bangunan, pakaian tradisi, artefak, bahasan, kesenian dan kuliner warisan
budaya.“Ini gerakan moral. Melibatkan seluruh masyarakat,” ujarnya. Ide
berawal dari APPBI Malang menyambut ulang tahun Kota Malang ke 104
melalui Heritage Corner. Lantas, IMA Malang melihat gerakan tersebut
bisa dikemas dengan benar dan melibatkan banyak komunitas.
Menggairahkan kepedulian masyarakat untuk melestarikan dan melindungi
cagar budaya. (sumber : terakota.id)

a. Upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan


pada uraian di atas?
b. Dari beberapa upaya tersebut manakah yang paling efektif?
119

c. Apa alasan anda memilih kebijakan tersebut?

3. Kota Malang masih menjadi primadona wisatawan, baik lokal maupun


mancanegara. Tercatat, kota yang disebut Makobu atau Malang Kota
Bunga itu dikunjungi 15.034 wisatawan mancanegara dan 4,8 juta
wisatawan nusantara sepanjang 2018. "Terdapat peningkatan
dibandingkan tahun 2017. Tahun 2017, turis mancanegara tercatat
sebanyak 12.456 orang. Sementara turis lokal ada 4,3 juta orang," kata
Kasi Promosi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota
Malang, Agung H Buana, Minggu (30/12/2018). Adapun pada Tahun
2016, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 9.535 orang dan
wisatawan nusantara sebanyak 3,9 juta orang. Pada Tahun 2015, jumlah
wisatawan mancanegara sebanyak 8.754 orang dan wisatawan nusantara
sebanyak 3,3 juta orang. Sementara pada Tahun 2014, jumlah wisatawan
mancanegara berjumlah 6.025 orang dan wisatawan nusantara berjumlah
2,4 juta orang. "Kami akan terus memberikan pelayanan terbaik untuk
wisatawan mulai dari akomodasi, destinasi yang akan dikunjungi dan
transportasi," katanya. Agung menambahkan, destinasi wisata kuliner dan
heritage masih menjadi andalan di Kota Malang. Dua jenis wisata ini akan
terus dikembangkan untuk menarik wisatawan. (sumber :
travel.kompas.com)

a. Berdasarkan uraian diatas, berapa rata-rata peningkatan jumlah wisatawan


mancanegara yang berkunjung ke Kota Malang?
b. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, apa yang dapat anda simpulkan?
c. Mengapa anda menyimpulkan demikian?

4. Pemerintah Kota Malang menetapkan 32 struktur bangunan dan bangunan


heritage sebagai cagar budaya. Cagar budaya tersebut tidak boleh diubah
dan dibongkar sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2018
tentang Cagar Budaya Kota Malang."Tidak boleh sama sekali. Ini Balai
Kota juga kan sempat dicat warna-warni, tapi akhirnya kita kembalikan,"
tutur Wali Kota Malang, Sutiaji, Senin (14/1/2019).Sutiaji mengatakan,
pemerintah berkomitmen menjaga bangunan heritage
yang dulunya sempat menjadi saksi sejarah Kota Malang.Selama ini,
beberapa bangunan heritage di Malang mengalami nasib sial karena
dibongkar dan dialihfungsikan menjadi rumah toko (ruko)."Kalau kita
tidak perhatikan, pelan tapi pasti ini akan punah. Kita sudah kehilangan
banyak sekali bangunan heritage yang kini dibongkar dan berubah fungsi,"
ujar Sutiaji.Sutiaji menuturkan, Pemkot Malang juga menetapkan
sepanjang Jalan Ijen Boulevard sebagai kawasan cagar budaya.Kawasan
120

Ijen Boulevard dahulu menjadi tempat peristirahatan para pejabat era


kolonial. Deretan bangunan bergaya art deco atau eropa klasik saat ini
masih bisa dijumpai."Bertahap dan masih akan terus kita data lagi. Jangan
sampai Ijen itu hilang," ucapnya. 32 struktur bangunan dan bangunan yang
ditetapkan sebagai cagar budaya itu, di antaranya gedung pemerintahan,
sekolah, kantor bank, gereja, klenteng, brandweer dan rumah
tinggal.Penetapan bangunan heritage itu melalui Surat Keputusan (SK)
tertanggal 12 Desember dan 31 Desember 2018. (sumber:
tribunnews.com)

Restoran Inggil, Rumah Makan Merangkap Museum. Inggil Museum


Resto telah ada sejak tahun 1996 dan berlokasi di Jalan Gajah Mada No.4.
Lokasinya cukup strategis dan begitu mudah untuk mencapainya karena
berada tak terlalu jauh dari Stasiun Kota Baru. Jadi yang berangkat ke
Malang dengan kereta bisa langsung mampir mengisi tenaga di restoran
ini. Kalau yang naik pesawat juga gak masalah, karena dari Bandara
Abdurachman Saleh restoran ini bisa dicapai hanya dalam waktu 30 menit.
Mengunjungi restoran yang satu bakal ngajak kamu berpetualang kembali
ke Malang tempo dulu. Bagaimana tidak, suasana tradisional begitu
melekat pada restoran ini. Kursi-kursi khas dari zaman dahulu yang
berwarna hijau menghiasi restoran ini. Meja berwarna senada semakin
melengkapi suasana tempo dulu museum. Ada juga tempat lesehan buat
traveler yang ingin bersantai. Beragam benda kuno juga menghiasi
restoran ini, mulai dari foto, lukisan, sampai beberapa lembar tulisan
tangan yang bersejarah.Koleksi yang ada di Inggil Museum Resto
merupakan koleksi pribadi sang pemilik yang kemudian membuka
Museum Malang Tempo Doeloe. Kamu bisa melihat suasana kota Malang
tempo dulu yang masih begitu asri melalui foto-foto yang dipajang di sana.
Kemudian ada juga tempat pemutar piringan hitam, telfon pada zaman
dahulu, radio, mesin jahit, hingga mesin ketik dimana kita bernostalgia
kala melihat benda-benda tersebut yang zaman dahulu bisa kita saksikan
digunakan oleh para orang tua kita. Ada juga sejumlah topeng, jam kuno,
dan uang kuno. Jadi sambil nunggu pesanan kamu datang, travelers bisa
mengelilingi restoran dan melihat beragam koleksi kunonya yang dijamin
bikin pengetahuan kamu makin bertambah. (sumber : wisatajatim.info)

a) Kebijakan apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi


permasalahan pada uraian di atas?
b) Menurut Anda, kebijakan manakah yang paling tepat?
c) Jika kebijakan tersebut dirasa tepat, apa yang mendasari alasan anda?
121

5. Menyusuri Kota Malang, Jawa Timur, ibarat bernostalgia kembali ke


tempo dulu. Di berbagai sudut kota apel ini bertebaran bangunan cagar
budaya berarsitektur kolonial Belanda hingga situs purbakala berupa
candi. Deretan rumah bergaya arsitektur Belanda itu bisa ditemui di
kawasan Ijen Boulevard. Sayangnya saat ini hanya tersisa sekitar 20 unit
rumah di kawasan yang dirancang oleh Ir Herman Thomas Karsten pada
1914 silam. Padahal dahulu ada 80 unit rumah yang diperuntukkan sebagai
tempat peristirahatan para pembesar kolonial Belanda. Nasib malang cagar
budaya itu tak hanya di kawasan Ijen Boulevard saja. Banyak bangunan
cagar budaya yang kini telah berubah bentuk menjadi rumah toko,
perkantoran, dan sebagainya setelah direnovasi total. Bahkan ada pula
yang musnah setelah dihancurkan total untuk kemudian dibangun ulang
menjadi bangunan modern. Ketiadaan peraturan daerah (perda) untuk
melindungi dan melestarikan bangunan cagar budaya, menyebabkan
alihfungsi gedung menjadi ancaman nyata. Padahal, tak sedikit cagar
budaya di Kota Malang masuk kategori klas A karena usia bangunan dan
nilai historisnya. Tentunya jika pemerintah kota sampai abai, terkait
keberadaan bangunan bernilai sejarah tinggi itu terancam hilang tergerus
pesatnya pembangunan.(sumber : liputan6.com)

a) Permasalahan apa yang terdapat pada uraian di atas?


b) Menurut anda, solusi apa yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
c) Apa yang mendasari alasan anda memilih solusi tersebut?
122

Lampiran 8. Kisi-kisi Minat belajar Siswa


Kisi-kisi Penelitian Minat belajar siswa kelas XI IPS MAN 1 Kota Malang

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor


Minat belajar Psikologis Perasaan Perasaan yang didasarkan
siswa senang pada perasaan psikis atau
kejiwaan.
Motivasi Keseluruhan daya penggerak
belajar baik dari dalam maupun dari
luar diri siswa yang
menimbulkan dan
mengarahkan pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
Intelegensi Keterlibatan Keterlibatan siswa dalam
siswa segala kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses
pembelajaran, dan kemauan
siswa untuk merespon serta
berkreasi dalam kegiatan
yang dilaksanakan selama
proses pembelajaran.
Sekolah Perhatian Pendayagunaan kesadaran
Siswa dan daya konsentrasi siswa
terhadap suatu objek.
123

Lampiran 9. Lembar Angket Minat Belajar Siswa


Lembar Angket Minat Belajar Siswa

A. Identitas Responden
Nama : ...............................................................................
Kelas : ...............................................................................
Sekolah : ...............................................................................
B. Petunjuk Umum
1. Tulislah identitas anda pada tempat yang telah disediakan
2. Bacalah setiap penyataan pada angket ini secara teliti
3. Isilah angket dengan jujur, tenang, dan tanpa pengaruh orang lain
C. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
2. Kriteria :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya merasa antusias ketika mengikuti proses
pembelajaran karena saya senang pada pelajaran
ini.
2. Saya selalu hadir ketika jadwal pelajaran ini.
3. Saya senang membaca dan mencari literatur
karena dapat menambah wawasan saya.
4. Saya merasa senang jika guru memberikan tugas
karena mata pelajaran geografi mudah
5. Saya sering mendapat nilai diatas standar
minimal nilai yang ditetapkan pada mata
pelajaran geografi.
6. Saya termotivasi untuk belajar geografi karena
materi pelajaran geografi menarik.
7. Saya tidak mendapat dorongan dari orangtua
untuk belajar.
8. Saya termotivasi untuk belajar agar dapat
memahami materi pelajaran geografi.
9. Saya rajin belajar geografi untuk meningkatkan
prestasi.
10. Saya termotivasi untuk belajar geografi karena
124

mata pelajaran geografi bermanfaat dalam


kehidupan sehari-hari.
11. Saya sering aktif berpartisipasi ketika diskusi,
misalnya bertanya, menjawab pertanyaan,
mengajukan pendapat, pada mata pelajaran
geografi.
12. Saya sering bertanya pada guru ketika
kurang/belum memahami materi pelajaran.
13. Saya selalu mendengarkan penjelasan guru
dengan baik.
14. Saya selalu mencatat poin penting dari
penjelasan guru.
15. Saya sering melakukan praktikum atau
percobaan.
16. Saya tertarik dengan metode mengajar guru pada
mata pelajaran geografi.
17. Perhatian belajar saya dalam pelajaran geografi
menjadi hilang apabila ada keributan di kelas.
18. Saya dapat memahami dengan baik materi yang
dijelaskan oleh guru pada mata pelajaran
geografi.
19. Saya selalu belajar pada malam hari sebelum
pelajaran esok harinya.
20. Saya tidak pernah menunda tugas yang
diberikan guru.
125

Lampiran 10. Pedoman Penilaian Angket Minat Belajar Siswa


Pedoman Penilaian Angket Minat Belajar Siswa

1. Pengolahan :
Penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan rentang 1-4, dengan 20
butir pernyataan. Rentang total skor adalah 20-80. Keterangan untuk skor
pernyataan angket sebagai berikut :
a. Skor 4 untuk SS (Sangat Setuju)
b. Skor 3 untuk S (Setuju)
c. Skor 2 untuk TS (Tidak Setuju)
d. Skor 1 untuk STS (Sangat Tidak Setuju)
2. Kategori Minat :
Kriteria menentukan kategori minat siswa menggunakan rumus berikut

Interval Skor Klasifikasi Nilai Kualifikasi


x > X + 0,5s A 60-80 Tinggi
X + 0,5s ≤ x ≤ x – 0,5s B 40-59 Sedang
x ˂ X – 0,5s C 20-39 Rendah
126

Lampiran 11. Hasil Tes Validasi


HASIL TES VALIDASI KELAS XII IPS 2

NO NAMA NILAI
1. ADAM YUDI Z 87
2. AHMAD HILAL A 64
3. ALI BARKAH 96
4. ANNISA TRI NURLITA 93
5. ATHIYYAH N 95
6. AZA MUTMAINATAM 100
7. CANTHIKA WIDHANA 94
8. CINDY AMALIA 96
9. FADHILAH 100
10. FISSILMI KAFFAH 98
11. GALANG 80
12. HANIN SALSABILA 100
13. INDI 100
14. MAGHFIRA 82
15. M ILHAM F 87
16. NIKEN DIANI 98
17. NURHIDAYATI 96
18. RAFIF RAYHAAN R 66
19. RIZKI AULIYA D 96
20. SHADAA VANTARI 96
21. SHAFIRA SV 100
22. TABINDA PUTRI CITRA 96
23. YENI KHIKMATUS S 100
127

Hasil Penghitungan Uji Validitas menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

Correlations

soal_1a soal_1b soal_1c soal_2a soal_2b soal_2c soal_3a soal_3b soal_3c soal_4a soal_4b soal_4c soal_5a soal_5b soal_5c jumlah_skor

soal_1a Pearson
1 .673** .339 .339 .265 .265 -.095 .385 .256 .069 .211 .265 -.163 .131 .265 .482*
Correlation

Sig. (2-
.000 .114 .114 .221 .221 .666 .070 .238 .755 .333 .221 .458 .551 .221 .020
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_1b Pearson
.673** 1 .503* .503* .092 .697** .265 .337 .381 .337 .592** .697** .314 .195 .092 .796**
Correlation

Sig. (2-
.000 .014 .014 .676 .000 .221 .116 .073 .116 .003 .000 .144 .372 .676 .000
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_1c Pearson
.339 .503* 1 .233 .503* .163 .339 .483* .439* .483* .735** .503* .109 .586** .503* .855**
Correlation

Sig. (2-
.114 .014 .284 .014 .458 .114 .020 .036 .020 .000 .014 .621 .003 .014 .000
tailed)

23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
128

soal_2a Pearson
.339 .503* .233 1 .163 .844** .339 .219 .204 -.046 .109 .163 .422* .305 -.178 .495*
Correlation

Sig. (2-
.114 .014 .284 .458 .000 .114 .316 .350 .835 .621 .458 .045 .157 .417 .016
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_2b Pearson
.265 .092 .503* .163 1 .092 -.142 .102 .172 .337 .314 .092 .036 .444* .395 .453*
Correlation

Sig. (2-
.221 .676 .014 .458 .676 .519 .643 .432 .116 .144 .676 .869 .034 .062 .030
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_2c Pearson
.265 .697** .163 .844** .092 1 .265 .102 .172 .102 .314 .395 .592** .195 -.211 .556**
Correlation

Sig. (2-
.221 .000 .458 .000 .676 .221 .643 .432 .643 .144 .062 .003 .372 .335 .006
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_3a Pearson
-.095 .265 .339 .339 -.142 .265 1 .385 .256 .385 .211 .265 .211 .131 -.142 .405
Correlation

Sig. (2-
.666 .221 .114 .114 .519 .221 .070 .238 .070 .333 .221 .333 .551 .519 .055
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
129

soal_3b Pearson
.385 .337 .483* .219 .102 .102 .385 1 .261 .270 .225 .102 .009 .244 .102 .466*
Correlation

Sig. (2-
.070 .116 .020 .316 .643 .643 .070 .230 .213 .301 .643 .966 .262 .643 .025
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_3c Pearson
.256 .381 .439* .204 .172 .172 .256 .261 1 -.063 .342 -.036 .342 -.052 -.245 .482*
Correlation

Sig. (2-
.238 .073 .036 .350 .432 .432 .238 .230 .774 .111 .869 .111 .813 .260 .020
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_4a Pearson
.069 .337 .483* -.046 .337 .102 .385 .270 -.063 1 .657** .572** .009 .244 .337 .528**
Correlation

Sig. (2-
.755 .116 .020 .835 .116 .643 .070 .213 .774 .001 .004 .966 .262 .116 .010
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_4b Pearson
.211 .592** .735** .109 .314 .314 .211 .225 .342 .657** 1 .592** .233 .339 .314 .765**
Correlation

Sig. (2-
.333 .003 .000 .621 .144 .144 .333 .301 .111 .001 .003 .284 .114 .144 .000
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
130

soal_4c Pearson
.265 .697** .503* .163 .092 .395 .265 .102 -.036 .572** .592** 1 .314 .444* .395 .693**
Correlation

Sig. (2-
.221 .000 .014 .458 .676 .062 .221 .643 .869 .004 .003 .144 .034 .062 .000
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_5a Pearson
-.163 .314 .109 .422* .036 .592** .211 .009 .342 .009 .233 .314 1 .110 -.242 .408
Correlation

Sig. (2-
.458 .144 .621 .045 .869 .003 .333 .966 .111 .966 .284 .144 .619 .266 .053
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_5b Pearson
.131 .195 .586** .305 .444* .195 .131 .244 -.052 .244 .339 .444* .110 1 .444* .548**
Correlation

Sig. (2-
.551 .372 .003 .157 .034 .372 .551 .262 .813 .262 .114 .034 .619 .034 .007
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

soal_5c Pearson
.265 .092 .503* -.178 .395 -.211 -.142 .102 -.245 .337 .314 .395 -.242 .444* 1 .362
Correlation

Sig. (2-
.221 .676 .014 .417 .062 .335 .519 .643 .260 .116 .144 .062 .266 .034 .090
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
131

jumlah_skor Pearson
.482* .796** .855** .495* .453* .556** .405 .466* .482* .528** .765** .693** .408 .548** .362 1
Correlation

Sig. (2-
.020 .000 .000 .016 .030 .006 .055 .025 .020 .010 .000 .000 .053 .007 .090
tailed)

N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

**. Correlation is significant at the 0.01 level


(2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level


(2-tailed).
132

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas


Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 23 95.8

Excludeda 1 4.2

Total 24 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.779 15
133

Lampiran 13. Tabulasi Posttest Kelas Eksperimen


No. NAMA 1A 1B 1C 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C NILAI
1. AHMAD AQILA MAULANA SIROJUDDIN 5 5 10 3 5 5 5 5 10 5 3 5 5 3 10 84
2. AHMAD HALIM TAWWABUR RAUF 5 5 10 5 5 10 3 5 10 5 5 10 5 5 10 98
3. ALMA WASIEM 5 5 10 5 3 10 5 5 10 5 5 10 5 5 10 98
4. ANISA CHOIRINA 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 5 10 95
5. ANNISA NUR MAULIDYA 3 3 5 3 3 5 5 5 5 3 3 10 3 3 5 64
6. ARYA WAHYU ALAM SYAH 5 5 10 5 3 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 83
7. BALQIS SALSABILA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 5 10 85
8. DEDE ATHALLAH FADHIL 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 90
9. FADHILA AFIFAH RAHMAWATI 5 5 10 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 5 10 90
10. FAIRUZ CAESAR JIBRILIAN SHOMAD 5 5 10 5 3 10 5 5 10 5 5 10 5 5 10 98
11. HANIFAH ZAHROTUL MUFARIDA 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 5 95
12. ILHAM HADI FIRMANSYAH 5 5 10 3 5 5 3 5 1 3 3 5 3 3 5 64
13. IQBAL ARYA SYAIFUDANA 3 3 5 3 5 3 3 5 1 5 3 5 5 5 10 64
14. IZZATUN NISA’ CHABIBA S 5 5 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 80
15. KIRANA JENNY ALQORNI 3 5 5 3 3 10 3 3 5 3 3 5 5 5 5 66
16. KRISNA ADITYA EKA PRAKOSO 5 3 5 3 3 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 63
17. LUTHFIYAH QURROTUL AINI 3 5 5 3 3 5 3 3 10 3 3 10 5 3 5 69
18 M. ILHAM RAMADHANI AP.M 5 5 10 3 5 10 3 5 5 5 5 5 5 5 5 81
19. MEVLANA EL RUMI ABIMANYU 3 5 10 5 5 10 1 5 10 5 5 10 3 3 10 90
20. MOCH ZAMZAM ALFANSA ROHMAD 5 5 1 1 5 5 3 3 10 3 3 5 5 5 5 64
21. MOHAMMAD FARID ATS TSAQIF 5 3 10 5 5 1 3 5 10 5 5 10 5 5 5 82
22. MUCHAMAD RISKANA BARKAH 5 5 10 5 5 10 5 3 10 5 5 10 5 5 10 98
23. MUHAMAD BINTANG IQBAL MAULUDDIN 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 5 95
24. MUHAMMAD ILHAM PRASETYO 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 5 10 95
134

25. MUHAMMAD RAZMIR HAKIM 5 5 10 3 3 5 1 3 1 3 3 10 3 3 5 63


26. MUHAMMAD SHIDQI HAKIM 3 3 10 3 3 10 1 3 5 3 3 5 3 5 5 65
27. NAILA TAQI 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 5 5 5 5 10 85
28. NAILUL FARREL FEBRIANTO DZAKY 5 3 10 3 5 5 3 3 5 3 5 1 3 5 5 64
29. NISRINA SALMA KAMILA NASUTION 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 5 10 3 5 10 93
30. NIZAM BAKHRON NURHAJI 5 5 5 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 5 10 90
31. RADENY 5 5 10 5 3 10 3 5 5 3 3 5 5 5 10 82
32. RADERY 5 5 5 1 3 5 3 5 10 3 3 5 3 3 5 64
33. RAMA SALMAN ULAYYA 5 5 10 5 3 5 5 3 5 5 5 10 5 5 5 81
34. RESITA SANTOSO 5 5 10 5 5 10 3 5 10 5 5 10 5 5 5 93
35. SHAFA LULA KAMILA 5 5 10 5 3 10 3 3 5 3 5 10 3 3 5 78
36. SHINTA NI’MATUL FADILAH 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 5 10 95
37. YAHYA ILMAN 5 5 10 3 5 10 3 5 5 5 5 5 5 5 5 81
38. YAYANG IZZATI 5 5 10 5 5 10 5 1 1 5 5 10 5 3 10 85
39. ZAHIRA SALSABILA 5 5 10 5 5 5 5 5 10 3 3 5 3 3 10 82
135

Lampiran 14. Tabulasi Posttest Kelas Kontrol

NO. NAMA 1A 1B 1C 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C NILAI


1. ADILA AMALIA PUTRI 3 5 5 5 3 10 5 3 5 5 5 5 3 3 10 75
2. AFIFUDIN FIRMANSYAH 5 3 10 1 3 5 3 3 1 5 5 5 5 5 5 64
3. AHMAD DAIROBI EL ROSYID 5 5 10 5 5 10 1 5 10 5 5 10 5 5 10 96
4. ALYA SAFIRA NUGRAHA 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 71
5. AMIRALL GHAPRANK TALIWANGI A.S 1 1 10 5 5 5 5 3 10 1 5 5 5 5 5 71
6. ANISA VIRDAWATI AMARA 5 5 10 5 5 1 5 5 10 5 5 5 5 5 5 81
7. AYU NUR FITRIYAH 5 1 1 5 3 5 3 1 10 5 5 5 5 5 5 64
8. CHOIRUNNISA DWI R 5 5 5 5 5 5 3 1 5 5 3 10 5 5 5 72
9. DAFFA AHMAD DANURDARA 5 3 5 5 3 5 5 5 10 5 3 10 5 5 10 84
10. DIDYA ILYAS MUSTHAFA 3 3 5 3 3 5 3 1 5 5 5 5 5 5 5 61
11. GABRIELLA LIGAR KARINA 5 5 10 5 5 10 5 3 5 5 5 10 5 5 10 93
12. HUKAMA ARTHA GARVY 3 5 5 5 5 5 1 5 10 1 5 5 5 3 5 68
13. ILKAAFFAA AZKA DHIYAUDDIN 3 3 10 3 5 5 1 5 5 5 5 1 5 3 5 64
14. IMROATI KHONITA 5 5 5 5 5 10 5 3 5 5 5 5 5 5 5 78
15. JIHAN NIDA QOIDAH AMALIYAH 5 5 10 5 5 1 5 5 5 5 5 10 5 5 10 86
16. KEVIN YULIAN NABIH 5 5 1 5 5 5 3 5 10 5 5 5 5 5 10 79
17. LAILA RAHMAWATI 3 5 5 3 3 5 1 3 5 1 5 10 5 3 5 62
18. M. CHILMI W 5 5 10 5 3 5 5 3 5 1 3 5 5 5 10 75
19. MABRUK SALMAN NIHAR 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 3 10 5 5 10 93
20. MAHIRA FADHILA 5 5 5 5 5 1 3 5 1 5 5 5 5 5 10 70
21. MIRZA FANY ABDILLAH 5 5 10 5 3 5 5 5 10 5 3 1 3 5 5 75
22. MOCHAMAD WILDAN FAIZ 5 5 10 5 5 5 1 5 10 5 5 10 5 5 10 91
23. MOHAMMAD WILDAN AZIZY 5 3 10 3 5 10 1 3 5 5 5 5 5 5 5 75
24. MUHAMAD ADITYA RAMADHAN 5 5 5 5 5 5 3 5 10 5 5 5 1 1 1 66
25. MUHAMMAD AZHAR NUR HIDAYAHTULLAH 5 3 5 5 5 1 5 3 10 5 5 1 5 1 5 64
136

26. MUHAMMAD MISBAKHUL ILMI 3 3 10 5 3 5 1 5 5 5 5 10 5 5 5 75


27. MUHAMMAD ZAKY 5 5 1 5 5 10 1 5 10 5 5 10 3 3 10 83
28. NAJMA FUAIDA 5 3 3 5 5 1 5 5 5 5 5 10 5 5 5 72
29. NAUFAL AQILA 5 5 10 3 3 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 72
30. QUTHBUDDIN AS SYAIROZI 5 5 5 5 3 5 1 3 5 3 5 5 3 3 5 61
31. RAFILAH PUTRI ADIBAH 5 5 1 5 5 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 63
32. RAHADI MUHAMMAD ZIDAN 5 5 10 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 78
33. RAJA AHMAD ROJIL IRFAN 5 3 1 3 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 10 64
34. RIDHO ALDYAS TRIAN AKBAR 5 3 10 5 3 5 5 5 5 1 5 1 3 5 1 62
35. RIZKY SUSAN AULIFIA AL-FAIRUZ 5 5 10 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 5 5 90
36. SHAILAWA RAMB MADANI 5 5 1 3 5 5 5 1 5 5 5 5 3 3 5 61
37. SHINTA PUTRI RACHMASARI 3 3 5 5 3 5 5 3 5 5 5 1 3 5 10 66
38. ZAYYAN NURUDDIN 3 3 5 1 3 5 5 5 10 5 3 5 5 5 5 68
137

Lampiran 15. Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen


Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen

NO NAMA Total
1 AHMAD AQILA MAULANA SIROJUDDIN 51
2 AHMAD HALIM TAWWABUR RAUF 65
3 ALMA WASIEM 60
4 ANISA CHOIRINA 61
5 ANNISA NUR MAULIDYA 39
6 ARYA WAHYU ALAM SYAH 57
7 BALQIS SALSABILA 57
8 DEDE ATHALLAH FADHIL 62
9 FADHILA AFIFAH RAHMAWATI 65
10 FAIRUZ CAESAR JIBRILIAN SHOMAD 61
11 HANIFAH ZAHROTUL MUFARIDA 64
12 ILHAM HADI FIRMANSYAH 39
13 IQBAL ARYA SYAIFUDANA 39
14 IZZATUN NISA’ CHABIBA S 56
15 KIRANA JENNY ALQORNI 37
16 KRISNA ADITYA EKA PRAKOSO 38
17 LUTHFIYAH QURROTUL AINI 39
18 M. ILHAM RAMADHANI AP.M 51
19 MEVLANA EL RUMI ABIMANYU 67
20 MOCH ZAMZAM ALFANSA ROHMAD 35
21 MOHAMMAD FARID ATS TSAQIF 56
22 MUCHAMAD RISKANA BARKAH 66
23 MUHAMAD BINTANG IQBAL MAULUDDIN 71
24 MUHAMMAD ILHAM PRASETYO 55
25 MUHAMMAD RAZMIR HAKIM 38
26 MUHAMMAD SHIDQI HAKIM 34
27 NAILA TAQI 55
28 NAILUL FARREL FEBRIANTO DZAKY 39
29 NISRINA SALMA KAMILA NASUTION 55
30 NIZAM BAKHRON NURHAJI 58
31 RADENY 58
32 RADERY 38
33 RAMA SALMAN ULAYYA 50
34 RESITA SANTOSO 62
35 SHAFA LULA KAMILA 57
36 SHINTA NI’MATUL FADILAH 64
37 YAHYA ILMAN 54
38 YAYANG IZZATI 62
39 ZAHIRA SALSABILA 47
138

Lampiran 16. Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol


Tabulasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol

NO NAMA Total
1 ADILA AMALIA PUTRI 46
2 AFIFUDIN FIRMANSYAH 36
3 AHMAD DAIROBI EL ROSYID 64
4 ALYA SAFIRA NUGRAHA 49
5 AMIRALL GHAPRANK TALIWANGI A.S 48
6 ANISA VIRDAWATI AMARA 58
7 AYU NUR FITRIYAH 39
8 CHOIRUNNISA DWI R 63
9 DAFFA AHMAD DANURDARA 47
10 DIDYA ILYAS MUSTHAFA 39
11 GABRIELLA LIGAR KARINA 57
12 HUKAMA ARTHA GARVY 38
13 ILKAAFFAA AZKA DHIYAUDDIN 55
14 IMROATI KHONITA 58
15 JIHAN NIDA QOIDAH AMALIYAH 63
16 KEVIN YULIAN NABIH 54
17 LAILA RAHMAWATI 35
18 M. CHILMI W 61
19 MABRUK SALMAN NIHAR 64
20 MAHIRA FADHILA 55
21 MIRZA FANY ABDILLAH 60
22 MOCHAMAD WILDAN FAIZ 53
23 MOHAMMAD WILDAN AZIZY 54
24 MUHAMAD ADITYA RAMADHAN 37
25 MUHAMMAD AZHAR NUR HIDAYAHTULLAH 39
26 MUHAMMAD MISBAKHUL ILMI 57
27 MUHAMMAD ZAKY 57
28 NAJMA FUAIDA 49
29 NAUFAL AQILA 60
30 QUTHBUDDIN AS SYAIROZI 38
31 RAFILAH PUTRI ADIBAH 38
32 RAHADI MUHAMMAD ZIDAN 61
33 RAJA AHMAD ROJIL IRFAN 39
34 RIDHO ALDYAS TRIAN AKBAR 37
35 RIZKY SUSAN AULIFIA AL-FAIRUZ 61
36 SHAILAWA RAMB MADANI 37
37 SHINTA PUTRI RACHMASARI 36
38 ZAYYAN NURUDDIN 38
139

Lampiran 17. Contoh Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Perolehan Nilai Posttest Tertinggi Kelas Eksperimen
140

Perolehan Nilai Posttest Terendah Kelas Eksperimen


141

Perolehan Nilai Posttest Kelas Kontrol


142

Lampiran 18. Lembar Angket Minat Belajar Siswa


Lembar Angket Minat Belajar Siswa
143
144

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian


145

Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


146

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian


Kelas Eksperimen
147

Kelas Kontrol
148

Lampiran 22. Riwayat Hidup


RIWAYAT HIDUP

Umar Imam Nurrohman lahir di Kota Malang pada tanggal 1 Oktober


1997. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mariyono dan Ibu Mei
Ursasi.

Pendidikan dasar ditempuh di SDN Purwodadi 2 tamat tahun 2009.


Pendidikan Menengah Pertama ditempuh di MTsN Malang 1 tamat tahun 2012.
Pendidikan Menengah Atas ditempuh di MAN 1 Kota Malang tamat tahun 2015.
Pendidikan Sarjana Pendidikan Geografi di Universitas Negeri Malang dan tamat
tahun 2019.

Selama menjadi mahasiswa, pernah menjadi anggota BEM FIS UM pada


periode 2016 dan periode 2018 sebagai ketua divisi olahraga. Pada tahun 2018
penulis mendapatkan kesempatan menjadi wakil dari Universitas Negeri Malang
untuk menempuh perkuliahan di Universitas Pendidikan Ganesha sebagai peserta
pertukaran mahasiswa tanah air nusantara.

Anda mungkin juga menyukai