SKRIPSI
OLEH
NUR LAILY AFIFAH
NIM 160721614478
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu
persyaratan Dalam menyelesaikan
program Sarjana Pendidikan Geografi
OLEH
NIM 160721614478
JURUSAN GEOGRAFI
JULI 2020
Skripsi oleh Nur Laily Afifah
Telah dipertahankan oleh dewan penguji
Pada tanggal 19 Juli 2020
Dewan Penguji
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Jurusan Geografi Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Afifah, Nur Laily. 2020. Comparison of Geographical Inquiry Based Learning and
Open Inquiry to The Ability of Critical Thinking Students Grade XI IPS
SMA Negeri 8 Malang. Thesis, Department of Geography, Faculty of
Social Science, State University of Malang. Advisor: (1) Dr. Budi
Handoyo, M.Si,
(2) Drs. I Komang Astina, M.S, Ph.D.
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Malang”. Segala
Upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Tujuan penulis menyusun
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
Malang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
selesainya penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
1. Dr. Budi Handoyo, M.Si, selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan
2. Drs. I Komang Astina, M.S, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah
dengan baik.
3. Drs. Hadi Soekamto, S.H, M.Pd, M.Si, selaku dosen penguji yang telah
4. Hj Anis Isrofin, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Malang yang telah
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Subairi dan Ibu Mariati atas doa dan dukungan
9. Serta pihak-pihak lain yang belum disebutkan yang turut membantu skripsi ini
Penulis berharap bahwa karya ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan di Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Hipotesis Penelitian......................................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................
E. Definisi Istilah.............................................................................................
A. Paparan Data
1. Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 1
2. Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 2
3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
B. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
2. Uji Hipotesis
C. Temuan Penelitian
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Bab ini disajikan dalam lima sub bab. Kelima subbab tersebut yaitu (1)
manfaat penelitian dan (5) definisi istilah. Berikut jabaran kelima subbab tersebut.
kurikulum 2013. Perbedaan pada kedua kurikulum tersebut yaitu pada KTSP guru
2013. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah inkuiri. Hosnan (2014:341)
berpikir keterkaitan antara materi dengan fakta yang ada di lapangan. Siswa akan
1
Model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang kontekstual
berbasis penyelidikan. Model ini pertama kali diterapkan Suchman pada tahun
1962 yang digunakan guru sebagai model pembelajaran untuk mencari tahu
model pembelajaran inkuiri adalah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
siswa dengan seimbang, menuntut siswa lebih aktif dan memotivasi belajar siswa
serta melatih siswa untuk mandiri. Selain itu, inkuiri juga memiliki kelemahan
matang dan tidak mudah dikembangkan dengan baik pada kelas besar. Kelebihan
dan kelemahan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam model
pembelajaran inkuiri.
lebih mandiri, guru hanya mengawasi jalannya diskusi dan memberikan motivasi
pada siswa. Model pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk berpikir lebih
(2000)
1
dalam Miller, mengemukakan bahwa Geographical Inquiry merupakan
mereka temukan. Open Inquiry mendorong siswa untuk aktif, sehingga rasa ingin
yang sama-sama membuat siswa lebih aktif dalam mencari tau di dalam proses
belajarnya.
untuk membangun kerangka pemikiran dari masalah yang mereka temukan serta
Menganalisis data dan membuat kesimpulan. Pada Open Inquiry siswa memiliki
1
Perbandingan model pembelajaran Geographical Inquiry dan Open
yaitu (1) kedua model pembelajaran ini sesuai dengan teori konstruktivisme, (2)
kedua model tersebut sesuai dengan kurikulum 2013, (3) kedua model
berpartisipasi aktif.
dalam kurikulum 2013 adalah model Problem Based Learning, Project Based
siswa lebih aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri. Sejalan dengan yang
1
menggunakan pendekatan saintifik yang menekankan pada keterampilan proses
kegiatan pemebelajaran yang menekankan pada proses berikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan jawaban atas suatu masalah yang
seperti fakta, konsep dan prosedur. Kedua model ini juga dianggap mampu
mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator
siswa.
berpikir kritis dalam proses pembelajaran dalam pendidikan abad 21 saat ini.
Berpikir kritis sebagai unsur fundamental pada pembelajaran abad 21. Redecher et
1
analysing and synthesizing information, and can be taught, practised and
1
mastered“. Berpikir kritis juga berkaitan dengan komunikasi, literasi informasi
dinamis, studi menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang rendah kompetensi
dalam bernavigasi dan menentukan sumber yang relevan dari semua sumber atau
Educational, Scientific and Cultural Organization: 2015). Oleh karena itu berpikir
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu unsur yang harus ada pada
setiap proses berpikir siswa. Brookfield (2012) menyampaikan bahwa ada empat
proses dasar dari berpikir kritis yaitu mengidentifikasi asumsi yang membentuk
pikiran kita dan menentukan tindakan kita, mengecek tingkat keakuratan dan
kevalidan asumsi tersebut, melihat ide-ide kita dan keputusan dari berbagai sudut
pandang yang berbeda serta mengambil tindakan yang sesuai. Ketika seseorang
hidupnya akan dalam resiko sebab dalam setiap tindakan dilakukan tanpa pikir
Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri
2
sebagai rujukan oleh penulis. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kerja Ilmiah Siswa SMA Negeri 1
Blitar”. Peneliti tersebut berusaha untuk mencari tau perkembangan prestasi siswa
denan menggunakan model pembelajaran Open Inquiry ditinjau dari kerja ilmiah
siswa.
dengan Open Inquiry pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 8 Malang. Melalui
kedua model pembelajaran tersebut, model pembelajaran mana yang lebih baik
2
B. Rumusan Masalah
Malang?
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan model
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Open Inquiry.
2
E. Definisi Operasional
1. Geographical Inquiry
2. Open Inquiry
lebih aktif dan melatih siswa agar mencari masalah dan mencari tahu solusi untuk
kesimpulan.
3. Berpikir Kritis
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini disajikan dalam lima sub bab. Kelima subbab tersebut yaitu (1)
model pembelajaran Open Inquiry, (4) perbandingan model pembelajaran dan (5)
(1996: 45) menyatakan bahwa berpikir merupakan sebuah aktivitas mental untuk
setiap individu. Berpikir kritis. Paul (dalam Lakovos, 2011) menyatakan “Critical
thinking is thinking about your thinking while you’re thinking in order to make
your thinking better”. Sehingga dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir secara sistematis, logis serta reflektif untuk sebuah
9
usia saat pendidikan formal, sebab siswa semakin banyak bertemu dengan orang
students must reflect upon their own thinking processes and often the thinking of
others as well (Dwyer: 2017). Pemahaman dan ilmu juga dibutuhkan untuk
masalah.
Berpikir kritis dimulai dari Robert H. Ennis seorang ahli filosofi Amerika
sebagai proses untuk menentukan keputusan yang masuk akal berdasarkan pada
Sehingga dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan tindakan yang dapat
yang diakibatkannya”. Menurut Paul, Fisher dan Nosich (dalam Fisher 2009:3)
“berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa
standar-standar
9
intelektual padanya”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka disimpulkan
bahwa berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam memahami dua asumsi,
yaitu asumsi yang ada di lapangan dengan asumsi mereka sendiri yang didasari
dengan pemikiran yang jelas. Berpikir kritis membawa siswa menimbang, menilai
dan mevalidasi bukti dari asumsi yang ada, dengan begitu mereka lebih
setiap individu, khususnya siswa. Siswa pada awalnya sebenarnya tidak mengerti
bagaimana untuk berpikir kritis dan mereka tidak lahir dengan kemampuan
kritis tersebut dengan baik untuk dijadikan sebagai kebiasaan dalam setiap
Kemampuan berpikir kritis ini perlu diasah terutama pada masa sekolah,
kondisi kritis adalah menempatkan siswa pada kondisi kritis, yaitu menentukan
sasaran setinggi- tingginya secara jelas dengan diberi waktu cukup untuk
mencapainya.” Siswa dapat didorong untuk mencari tau atau menggali wawasan
lebih dalam lagi, memacu kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan
9
Berpikir kritis memiliki beberapa ciri-ciri. Zeidler, et al (1992)
menyatakan ciri-ciri orang yang berpikir kritis: (1) pemikir kritis memiliki pola
pikir tertentu untuk mendekati gagasannya dan memiliki keinginan kuat untuk
mencari tau dan memecahkan masalah, (2) pemikir kritis adalah seseorang yang
skeptis, tidak mudah menerima pernyataan atau ide sebelum ada bukti yang
teknik dan hasil pengambilan keputusan yang relevan dengan permasalahan yang
dianalisis oleh siswa. Sehingga siswa tidak semata-mata hanya mengelolah suatu
kajian, namun juga mengaitkan dengan logika berpikir kritis mereka dan juga
Indikator berpikir kritis adalah sebuah tolak ukur seorang individu dalam
berpikir. Menurut Ennis (1985: 46) menyatakan indikator berpikir kritis menjadi
suatu sumber dan mengamati serta menilai hasil observasi; (3) Pengambilan
(5) Menyusun strategi dan taktik (strategy and tactics) yang meliputi menentukan
9
Pendapat lain terkait dengan indikator kemampuan berpikir kritis juga
disampaikan oleh Glaser (dalam Fisher, 2009:7) yaitu: (1) mengenal masalah, (2)
asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, (5) memahami dan menggunakan
bahasa yang tepat, jelas, dan khas, (6) menganalisis data, (7) menilai fakta dan
seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; (12) membuat penilaian yang
9
6 Merumuskan dan melaksanakan Menentukan alternatif solusi dari
masalah untuk dapat direncanakan dan
dilaksanakan
Sumber: Arnyana (2004:23)
adalah wujud berpikir kritis siswa. Siswa memberikan respon atas sebuah
evidence, good reasons, depth, breadth, and fairness” (Scriven & Paul, 2007).
Oleh karena itu, sekedar memiliki ilmu atau informasi yang lebih tidaklah
cukup, namun juga harus mampu menyelesaikan masalah dengan keputusan yang
efektif melalui cara yang kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan kapabilitas
yang penting untuk dimiliki sebab berpikir kritis memungkinkan siswa “untuk
berhadapan secara baik dengan sosial, ilmiah dan masalah praktis” (Shakirova,
2007: 42). Bahkan dinyatakan oleh Tempelaar (2006: 291) bahwa berpikir kritis
Siswa dengan
9
kemampuan metakognitif berpikir kritis yang baik memiliki hasil belajar yang
yang dinilai sesuai dan memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir siswa
Faktor tersebut meliputi: (1) keturunan (genetik), (2) lingkungan, dam (3)
“Pembawaan merupakan istilah lain dari heriditas yang dapat diartikan sebagai
9
Kemudian faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan berpikir
orang lain, keadaan dan peristiwa di sekitar yang langsung aupun tidak langsung
dan secara sengaja maupun tidak sengaja” (Arsyad, 2014). Kemampuan berpikir
kritis dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Keluarga dapat melatih anak untuk
anak melakukan diskusi untuk tujuan tertentu dapat melatih kemampuan berpikir
kritis.
that is learned by the children as they grow up” D. Akinson (dalam Indah dan
kritis bukan kemampuan yang instan yang dapat langsung ditransfer kepada
siswa. Namun
9
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dpelajari selama anak
lima langkah yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang mana
proses pembelajaran ini. Siswa yang menyusun seluruh rangkaian proses inkuiri
mengeksplor dan melakukan tindakan sesuai fakta yang didapat melalui proses
identifikasi untuk memilih dan mengatur informasi geografis yang relevan untuk
penyelidikan.
9
Melalui model pembelajaran Geographical Inquiry siswa dituntut untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan fakta yang ditemukan di lapangan. Siswa
telah disusun.
what is the place like?; b) why is this place as it is?; c) How is this place
connected to other places?; d) how is this place changing?; e) How would it feel
peran guru geografi membangun rasa ingin tahu siswa menggunakan pendekatan
9
Pada model pembelajaran Geographical Inquiry terdapat beberapa tahapan
dalam proses pembelajaran. Menurut ESRI (2003) terdapat empat langkah dalam
Pada tahap pertama siswa menentukan permasalahan apa yang akan diselidiki.
Siswa menyusun pertanyaan inkuiri untuk mencari tahu atas permasalahan yang
observation into a question, you can focus the eploration (ESRI, 2003). Pada
tahap ini siswa memunculkan rasa ingin tahu dan mengajukan pertanyaan.
menjawab pertanyaan yang telah disusun, sumber diperoleh baik dari buku
maupun mencari di internet. ESRI (2003) menyampaikan bahwa “you can find the
downloadable from the Internet”. Informasi yang siswa bisa dapatkan dari internet
3. Explore (penyelidikan)
Pada tahap ini siswa diarahkan untuk menemukan kaitan antar data-data yang
ditemukan. Langkah ini membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru untuk
siswa kan membuat mereka bingung. Sehingga peran guru dalam hal ini
9
4. Analyze (menganalisis)
atau data yang telah didapatkan yang selanjutnya dianalisis keterakaitannya antara
materi dengan fakta yang ada di lapangan. Handoyo (2015) menyatakan bahwa
kriteria baku, fenomena yang sama pada tempat yang berbeda, mengaitkan dengan
Tahap akhir yaitu mengambil tindakan atau keputusan atas permasalahan yang
telah ditemukan dan diselidiki. Good citizens will share their geographic
knowledge with a broader community, and help others act according to it (ESRI,
2003). Pada tahap ini siswa diterjunkan langsung terhadap peran nyata atas
permasalahan yang telah diselidiki. Tindakan atau aksi yang akan dilakuan
observasi.
9
Seperti yang disampaikan oleh Calting dan Willy (dalam Australian Geography
number of benefits. Such inquiries have relevance and are of interest to students to
the extent that they feel that they are valued as participants in the process of their
own learning. Their inquiries are related to their own thoughts and feelings and they
are challenged to 'think', and consequently to apply, adapt and develop their
inquiries.”.
menarik bagi siswa, sehingga siswa akan merasa berharga sebagai partisipan
pertanyaan lainnya.
Inquiry yaitu:
9
5. Relevan bagi pendidikan geografi di Indonesia, karena Geographical Inquiry
dalam periode ini Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang mana pada
siswa untuk belajar mencari pengetahuan untuk mengembangkan potensi yang ada
dalam diri siswa. Siswa akan mengeksplor yang temuan barunya dengan
Open Inquiry adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa diberikan
semua proses dalam proses inkuiri, dimulai dari perumusan masalah, mencari tau
Schwab pada tahun 1960. Ia membagi model pembelajaran Open Inquiry menjadi
4 jenis inkuiri yang disempurnakan oleh Marshall Herron, Heather Banchi dan
9
Randy Bell, yakni confirmation Inquiry, structered inquiry, guided inquiry dan
menyatakan ciri-ciri pembelajaran Open Inquiry yaitu: (a) siswa bertanya atas
penyelidikan diluar jam sekolah, (c) pengumpulan data melalui metode yang
hasil merupakan proses yang penting, sebab akan mengikutsertakan siswa lain,
sumber dan dukungan dari keompok yang penting untuk keberlanjutan pendidikan
siswa.
permasalahan yang telah dipilih. “The teacher merely provides the context for
solving problems that students then identify and solve” (Zion and Sadeh, 2007).
Pada metode pembelajaran Open Inquiry, siswa lebih mandiri dalam mencari,
students can express their curiosity in open inquiry” (Zion and Sadeh, 2007).
rasa ingin tahu siswa terhadap konsep yang dipelajari” (Marheni, 2014). Pada
baik individu maupun kelompok dan rasa ingin tahu siswa lebih meningkat.
9
Peran guru dalam proses pembelajaran ini terbatas. “pada model inkuiri ini
model pembelajaran ini akan terbentuk pembelajaran yang aktif, yang mana siswa
Dalam model pembelajaran Open Inquiry, peran guru sangat minim. Guru
mendorong siswa untuk terlibat dan mandiri dalam mengatur pekerjaan mulai dari
dinyatakan Putri, dkk (2014) “Siswa dalam model Open Inquiry ini diberikan
data, serta membuat kesimpulan”. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk
Proses pembelajaran ini akan menuntut siswa untuk menjadi lebih aktif
dan mandiri. Seperti yang dinyatakan oleh Roth dan Bowen (1993:169) bahwa
“siswa dalam inkuiri terbuka dapat merasa bahwa mereka mengendalikan kegiatan
mereka; mereka berinteraksi dengan orang lain dan dengan pengaturan untuk
keberagaman ide ketika melakukan analisis data, sehingga siswa akan melatih
pula kemampuannya
9
dalam multipresentasi permasalahan yang ditemukannya dari berbagai sudut
pandang.
Pada tahap pertama, siswa menyusun atau merumuskan masalah yang akan
diselidiki oleh mereka. Kemampuan yang nantinya diharapkan muncul dari tahap
awal ini adalah: (a) menyadari masalah yang ada pada lingkungan sekitar, (b)
mampu melakukan identifikasi masalah, (c) melihat urgensi suatu masalah, dan
Siswa dalam tahap ini menyusun jawaban atau hipotesis atas permasalahan
yang akan diselidiki. Kemampuan yang diharapkan tumbuh dalam tahap ini
adalah:
(a) menentukan variabel dan mengelompokkan data yang dapat diperoleh, (b)
hipotesis.
yang telah dibuat. Melalui kegiatan penyelidikan yang diharapkan adalah: (a)
4. Menarik kesimpulan
9
Setelah kegiatan penyelidikan selesai, siswa diminta untuk menarik
kesimpulan atas analisis hasil temuan data. Pada kegiatan penarikan kesimpulan
ini harapan untuk siswa adalah: (a) mencari pola serta makna relasi suatu
peristiwa, dan (b) merumuskan atau menarik kesimpulan berdasar data yang telah
diperoleh.
Selain itu menurut Martuti (2013) sintak model pembelajaran Open Inquiry
sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
Pada langkah ini disiswa menentukan masalah yang akan diselidiki. Masalah
persoalan yang ditentukan harus jelas sehingga dapat dimengerti dan diselildiki
oleh siswa. Apabila persoalan tersebut ditentukan oleh guru, maka persoalan yang
diberikan harus real sehingga dapat dikerjakan dan sesuai dengan kemampuan
siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa menjadi tidak semangat,
2. Menyusun Hipotesis
hipotesis atas masalah. Hipotesis yang dibuat siswa perlu dikaji jelas atau tidak.
Apabila belum jelas sebaiknya guru membantu dan mengarahkan siswa. Siswa
masalah.
3. Mengumpulkan Data
Selanjutnya siswa akan mencari dan melakukan pengumpulan data. Data yang
atau
9
salah. Guru perlu membantu siswa dalam mengumpulkan sumber data, dalam hal
4. Menganalisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah unutk menguji hipotesis yang telah
5. Menyimpulkan
lebih dari satu cara”. Selanjutnya menurut Amri (2010) kelebihan Open Inquiry
adalah siswa lebih belajar dengan mandiri, siswa akan berkerja seolah-olah
memungkinkan siswa menemukan suatu cara yang baru yang belum ditemukan
kritis.
pembelajaran Open Inquiry yaitu (a) waktu untuk menentukan sesuatu bagi siswa
akan relatif lebih lama, (b) terdapat kemungkinan yang diselidiki siswa diluar
9
setiap
9
kelompok membuat guru membutuhkan waktu lebih untuk memeriksa hasil kerja,
(d) siswa dimungkinkan kurang memahami topik yang mereka selidiki sehingga
Model pembelajaran Open Inquiry menuntut siswa untuk lebih aktif dalam
dalam diri siswa. Siswa melakukan penyelidikan pada lapangan untuk temuan
Inquiry
Inkuiri berasal dari bahasa inggris yaitu “inquiry” yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban dari pertanyaan ilmiah yang
konsep dan prinsip ke dalam tatanan penting menurut siswa. Tujuan pembelajaran
berpikir reflektif”.
9
Model pembelajaran inkuri merupakan suatu metode yang menekankan keaktifan
bertanya serta meneliti suatu kajian. Menurut Kindsvatter, dkk (dalam Suparno,
berpikir dan keterampilan berpikir kritis (Sumarmi, 2012:19) Melalui metode ini
Siswa akan dilibatkan dalam proses penemuan dalam pengumpulan data dan
tes atau pengujian hipotesis yang telah dibuat. Inkuiri merupakan salah satu model
beragam dan ide untuk lebih memahami suatu permasalahan (Sumarmi, 2012:17).
Siswa akan tertantang dalam mencari keterkaitan antara konsep dalam pelajaran
untuk dapat mencari dan menemukan materi. Seluruh kegiatan menuntut siswa
untuk aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran ini adalah
sebagai fasilitator dan mediator. Kemampuan berpikir kritis siswa akan dilibatkan
9
Model pembelajaran inkuiri pada dasarnya terbagi menjadi empat jenis.
mengikuti kebutuhan yang ada. Sehingga dewasa ini banyak berkembang proses
Inquiry. Pada penelitian ini akan dikaji terkait dengan perbandingan model
perbandingan. Secara garis besar kedua model pembelajaran ini hampir sama,
baik dari kemandirian siswa mapun perlakuan dari guru. Perbedaan kedua model
pembelajaran ini terletak pada sintak proses kegiatannya. Berikut tabel perbedaan
9
kedua sintak pembelajaran. Geographical Inquiry memiliki tahap Act (aksi) yaitu
siswa akan memiliki peran tersendiri dengan melakukan tindakan atau aksi nyata.
Selain itu Geographical Inquiry memiliki dasar pertanyaan place (tempat) yang
menjadi pedoman siswa dalam melakukan penyelidikan terkait sebuah kejadian
yang dihubungkan dengan wilayah.
9
penduduk. Begitu pula dengan mobilitas penduduk atau pergerakan penduduk dari
satu daerah ke daerah lain.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Dampak yang ditimbulkan seperti bonus demografi dan permasalahan
kependudukan lainnya. Bonus demografi merujuk pada fenomena penambahan
jumlah penduduk usia produktif yang membawa keuntungan. Bermakna
keuntungan ekonomis sebab terjadi penurunan angka beban ketergantungan.
Selain bonus demografi, terdapat dampak negatif pula, yakni seperti pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan distribusi tidak merata.
Permasalahan yang ditimbulkan dinamika kependudukan adalah
banyaknya jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi,
persebaran penduduk yang tidak merata, dan mobilitas penduduk. Subhardy
(2000) menyatakan tingginya pertumbuhan penduduk menyebabkan pemerintah
kesulitan menyediakan fasilitas penyediaan pangan, perumahan, sandang, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan serta lapangan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk
dengan laju yang cepat disebabkan tingkat kelahiran tinggi, sedangkan tingkat
kematian menurun. Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif
tinggi. Laju pertumbuhan yang tinggi ini mengakibatkan banyak masalah pada
lingkungan.
Perlunya analisis lebih lanjut dalam permasalahan kependudukan ini
menjadikan model inkuiri ini relevan dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian disajikan dalam lima subbab. Kelima subbab tersebut adalah
(1) rancangan penelitian, (2) subjek penelitian, (3) instrumen penelitian, (4) teknik
pengumpulan data dan (5) teknik analisis data. Berikut jabaran metode penelitian
tersebut.
A. Rancangan Penelitian
posttest only design, dengan dua kelas eksperimen. Kelas ditentukan dengan
kademik yang setara dengan jumlah siswa yang relatif sama. Kelas pertama
eksperimen tersebut akan mendapat perlakuan jam mata pelajaran dalam jumlah
dua tes yaitu tes objektif dan tes subjektif yang dilakukan setelah pemberian
9
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
E1 X1 O
E2 X2 O
Sumber : Arikunto (2002)
Keterangan:
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 8
Malang. subjek penelitian menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2. Kedua kelas yang dipilih harus setara. Pemilihan subjek
9
Kesetaraan kelas dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Berikut tabel
Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata nilai dari ketiga kelas dipilih yang
hampir sama, yaitu kelas XI IPS 1 sebesar 84,63 dan XI IPS 2 sebesar 84,67.
Teknik penentuan kelas eksperimen dilakukan dengan cara undian, dimana kelas
tersebut diajar oleh guru yang sama sehingga memudahkan peneliti untuk
C. Instrumen Penelitian
kritis siswa. Tes yang diberikan berupa 6 soal uraian meliputi indikator
untuk mengambil data dengan tes berdasarkan indikator berpikir kritis dalam
dan Open Inquiry. Soal yang diberikan merupakan kompetensi dasar 3.5 yaitu
pembangunan. Soal diuji terlebih dahulu sebelum diberikan kepada siswa yaitu
telaah soal, uji coba soal dan analisis dengan menggunakan analisis validitas soal
serta realibilitas.
9
1. Validitas Butir Soal
Sehingga akan ditemukan butir soal yang memenuhi kriteria atau diterima dan
butir soal yang tidak memenuhi kriteria atau gagal. Tingkat validitas butir soal
dimaksud. Tingkat kesesuaian yang tinggi antara tujuan dan isi materi
Validasi butir soal ini menggunakan korelasi produk momen (Pearson product
oment correlation) dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows. Apabila nilai
probabilitas (sig. 2-tailed) ≤ 0,05 maka dapat dikatakan tidak valid, namun apabila
nilai probabilitas (sig 2-tailed) > 0,05 maka butir soal terbut valid. Berikut adalah
2. Realibilitas
Realibilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya,
dalam hal ini mengukur variabel yang diteliti. Tes dikatakan reliabel atau
Analisis ini dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows.
instrumen.
9
Tabel 3.4 Kriteria Realibilitas Butir Soal
SMA Negeri 8 Malang. Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
kemampuan berpikir kritis siswa. Sumber data berupa data diperoleh dari hasil
posttest yakni tes kemampuan berpikir kritis siswa. Selanjutnya selisih dari
Data yang terkumpul berupa data kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari
hasil post-test yang diberikan kepada siswa diakhir eksperimen. hasil post-test
1. Pengolahan Data
dahulu. Pengolahan data yang dilakukan yaitu pemberian skor, editing, tabulasi,
penyajian data dan analisis data. Skor kemampuan berpikir kritis diperoleh dari
jawaban pada setiap item soal yang dikerjakan siswa. Kemampuan berpikir kritis
Jumlah nilai
Nilai siswa = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑠𝑚𝑢𝑚 x100
9
Rentangan nilai terkait dengan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
dalam penelitian ini berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
2. Uji Prasyarat
dilanjutkan atau tidak. Pada penelitian ini akan menganalisis kemampuan berpikir
kritis siswa, data yang diperoleh berupa nilai kemampuan berpipkir kritis siswa
yang diambil melalui tes dan kemudian dianalisis menggunakan bantuan software
SPSS 16.0 for Windows. Sebelum penelitian dilaksanakan perlu dilakukan uji
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan ntuk mengetahui apakah data sampel pada penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Apabila sebagian besar data mendekati rata-rata
maka data dapat dikatakan normal. Uji normalitas ini dianalisis dengan bantuan
SPSS 16.0 for windows dengan signifikansi 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
9
b. Uji Homogenitas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau homogen. Uji
homogen yang digunakan adalah uji levene’s test for equality of variences dengan
3. Uji Hipotesis
Data yang diperoleh adalah data kuantitaif yaitu nilai tes yang diberikan
perbedaan nilai kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Uji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji-t (t-test) menggunakan software SPSS 16.0 for
H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
H1: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan
1.
Nilai sig.(2-tailed) < ɑ (0,05) H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan
9
2.
Nilai sig.(2-tailed) ≥ ɑ (0,05) H0 diterima, artinya tidak terdapat
yang lebih unggul. Pengujian dapat diukur melalui rata-rata dari kemampuan
Open Inquiry pada materi geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 8
Malang.
dengan Open Inquiry pada materi geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 8
Malang.
H0: Ditolak apabila rata-rata posttest model pembelajaran Geographical Inquiry >
9
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang data yang telah dihimpun. Hasil disajikan
dalam tiga sub bab. Ketiga subbab tersebut yaitu (1) kemampuan paparan data, (2)
analisis data dan (3) temuan data. Berikut adalah jabaran dari hasil penelitian
tersebut.
A. Paparan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data
tersebut dihimpun dari hasil posttest kemampuan berpikir kritis peserta didik
setelah diberi perlakuan. Penelitian ini menggunakan dua kelas, yakni kelas
menghitung nilai rata-rata kedua kelas. Data nilai tersebut diperoleh penliti dari
perlakuan model pembelajaran OI. Setelah itu peserta didik diberikan materi
soal essay yang telah tervalidasi dan sudah layak digunakan. Uji validasi pada soal
essay ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0 For Windows
dengan rumus korelasi Product Moment. Hasil uji validasi dapat dilihat pada
lampiran.
9
Hasil realibilitas Alpha menunjukkan bahwa butir soal dalam tes memiliki
realibilitas tinggi dengan skor Alpha 0,638 dengan kategori tinggi. Hasil uji
relibilitas dapat dilhat pad alampiran. Hasil posttest kedua kelas kemudian
dianalisis dengan uji normalitas, homogenitas dan uji t. Data nilai posttest kedua
penelitian ini dihimpun dari tes akhir (posttest) kelas eksperimen 1, yaitu kelas XI
Berikut tabel 4.1 distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis pada kelas
eksperimen 1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Kelas
Eksperimen 1
Klasifikasi Nilai Frekuensi Persentase (%) Kualifikasi
A 85-100 11 31 Sangat baik
B 70-84 17 47 Baik
C 55-69 8 22 Cukup Baik
D 50-54 0 0 Kurang Baik
E <50 0 0 Sangat Kurang Baik
Jumlah 100
kualifikasi baik yaitu 47% dengan rentang nilai 70-85. Sebanyak 31% peserta
didik berada pada kualifikasi kemampuan berpikir kritis dengan rentang nilai
sangat baik dengan rentang nilai 85-100. Kemudian 22% peserta didik pada
kualifikasi cukup baik dengan rentang nilai 55-69. Tidak ada peserta didik (0%)
yang berada pada rentang nilai 50-54 yang berkualifikasi kurang baik dan <50
9
Kemampuan berpikir ktitis siswa yang diberi perlakuan model
kemampuan berpikir kritis peserta didik lebih terasah dengan proses eksplor data
untuk mengetahui keterkaitan antar data yang telah dihimpun. Kemudian peserta
didik juga merancang aksi nyata yang dilakukan terkait dengan permasalahan
yang ditemukan.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Kelas
Eksperimen 2
Klasifikasi Nilai Frekuensi Persentase (%) Kualifikasi
A 85-100 1 3 Sangat baik
B 70-84 17 50 Baik
C 55-69 16 47 Cukup Baik
D 50-54 0 0 Kurang Baik
E <50 0 0 Sangat Kurang Baik
Jumlah 100
Tabel hasil distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis kelas
kualifikasi baik yaitu 50% dengan rentang nilai 70-84. Peserta didik dengan
kualifikasi nilai sangat baik yaitu 1% dengan rentang nilai 85-100. Sebanyak 47%
peserta didik berada kualifikasi cukup baik dengan rentang 55-69. Kemudian tidak
ada peserta didik yang berada pada kualifikasi kurang baik dan sangat kurang
baik.
OI berada pada kualifikasi cukup. Hal tersebut dikarenakan siswa dalam proses
9
pembelajaran siswa hanya mencari data dan menyimpulkan. Peserta didik tidak
terlalu berpikir lebih mendalam terkait hubungan antar data dan juga pada proses
memiliki perbedaan nilai. Data dihimpun berdasarkan hasil nilai posttest yang
diberikan kepada kedua kelas dengan perlakuan berbeda, yaitu kelas XI IPS 1 dan
kelas XI IPS 2 dengan model pembelajaran Open Inquiry. Hasil posttest dapat
menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 1 lebih tinggi yaitu
9
B. Analisis Data
diperoleh dioleh menggunakan statistik. Data yang digunakan adalah data nilai
posttest yang diberikan setelah perlakuan. Sebelum data tersebut dianalisis, data
tersebut harus memenuhi syarat yaitu data harus normal dan homogen. Data
tersebut perlu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Setelah uji normalitas dan homgenitas dilakuakn, maka dapat dilakukan uji
hipoteis (t-test). Analisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0
For Windows.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
berpikir kritis siswa dari kedua kelas sudah terdistribusi normal atau tidak.
SPSS versi 16.0 For Windows dengan taraf kepercayaan 95% dan tingkat
signifikansi/ nilai ɑ= 0,05. Hasil pengolahan data dapat dilhat pada tabel berikut.
probabilitas 0,184 dan nilai probabilitas pada kelas eksperimen 2 yakni 0,142.
Nilai kedua kelas lebih besar dari nilai Sig (2-tailed) yaitu 0,05. Nilai tersebut
9
menunjukkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kedua kelas
b. Uji Homogenitas
kritis peserta didik pada kedua kelas eksperimen homogen atau tidak. Uji
homogenitas menggunakan uji levene’s test for equality of variences dengan taraf
kepercayaan 95% menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 For Windows.
2,706 1 68 ,105
diketahui bahwa nilai probabilitas 0,105 > 0,05, maka tes kemampuan berpikir
kritis pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 memiliki keragaman yang
2. Uji Hipotesis
bahwa data kemampuan berpikir kritis bersifat normal dan homogen. Oleh karena
itu analisis yang dilakukan untuk uji hipotesis menggunakan uji statistik
H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
9
H1: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan
(Independent sample t-test) menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 For
Windows dengan taraf kepercayaan 95% dan taraf signifikansi ɑ = 0,05. Kriteria
Hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of
Means 95%
Confidence
Std.
Mean Erro Interval of the
r
Sig. (2- Differe Differe Difference
F Sig. t df tailed) nc nce Lower Upper
e
Nilai Equal 2,706 ,105 4,426 68 ,000 9,404 2,125 5,164 13,644
variances
assumed
Equal 4,455 66,028 ,000 9,404 2,111 5,189 13,618
variances
not
assumed
9
hipotesis tersebut
9
nilai probabilitas sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H1 diterima.
SMA Negeri 8 Malang. Analisis terkait uji-t (independent sample t-test) dapat
kritis siswa. Pengujian dapat diketahui melalui rata-rata nilai akhir siswa atau
Open Inquiry pada materi geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 8
Malang.
dengan Open Inquiry pada materi geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 8
Malang.
signifikasi:
H0: Ditolak apabila rata-rata posttest model pembelajaran Geographical Inquiry >
9
Tabel 4.7 Hasil Group Statistics Rata-Rata Nilai
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Posttest 1 36 77,64 9,819 1,636
Posttest 2 34 68,24 7,774 1,333
sejumlah 77,64 dan kelas eksperimen 2 sejumlah 68,24. Hasil pengujian hipotesis
Inquiry > nilai posttest model pembelajaran Open Inquiry, yaitu 77,64 > 68,24.
Open Inquiry.
C. Temuan Penelitian
dilakukan. Analisis menggunakan uji instrumen, uji prasyarat dan uji hipotesis
menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 For Windows. Berdasarkan hasil
penelitian, yaitu:
Malang.
9
BAB V
PEMBAHASAN
disajikan dalam dua sub bab. Kedua subbab tersebut yaitu 1) pembahasan temuan
telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Temuan pertama dalam penelitian ini
dengan model pembelajaran Geographical Inquiry (GI) dengan siswa yang belajar
dengan model pembelajaran Open Inquiry (OI) pada kelas XI IPS. Perbedaan
pembelajaran GI dan OI. Indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini
evaluasi berdasar fakta dan 6) menentukan alternatif atau solusi dari permasalahan
9
Tahap pertama, perlakuan kedua model mendukung indikator berpikir
gambaran. Hal tersebut terlihat ketika proses diskusi siswa berlangsung. Kedua
model membuat siswa untuk berdiskusi terkait permasalahan yang telah dipilih
siswa. Kemudian pada model pembelajaran OI tidak jauh berbeda, setelah siswa
yang sudah mereka tentukan untuk diselidiki. Guru memberikan penjelasan awal
sebelum perlakuan kedua model pembelajaran terkait materi yang akan dipelajari
kemampuan berpikir kritis siswa akan terlatih dengan mencari tahu permasalahan
yang mereka selidiki. Siswa mencari tahu gambaran umum terkait permasalahan
saran dan memberi penjelasan dimulai dari hal umum ke khusus. Siswa
proses ini siswa mulai membangun argumen dan penjelasan terkait permasalahan.
diperoleh dari berita, jurnal, artikel maupun media lain. Proses ini terlihat pada
saat siswa mendalami dan membaca semua data yang diperoleh dengan diskusi
9
tidak hanya mencari data namun mulai menyusun data yang mereka temukan
pada proses ini siswa menyusun jawaban sementara atau membuat kesimpulan
sementara terkait rumusan masalah yang telah dibuat secara berkelompok dengan
kemampuan berpikir kritisnya dengan mengkritisi sebab akibat serta solusi terkait
eksplor data (Explore) yang mendorong siswa untuk tidak hanya mencari data dan
menyusunnya saja, namun juga mengeksplor antar data yang telah ditemukan.
Terlihat saat siswa mencari tau keterkaitan antar data tentang permasalahan
penjelasan dimulai dari hal umum ke khusus. Pada proses ini siswa akan mencari
data mereka. Siswa menjabarkan dan menjelaskan data yang ditemukan serta
membuat deskripsi dari awal hingga akhir atau dari hal umum ke hal khusus.
9
Tahap keempat pada kedua model menunjang indikator ke lima, yaitu
amalisis (Analyze) dan atau menguji hipotesis. Terlihat pada proses ini siswa
data dan fakta. Tahap ini mendorong siswa untuk melatih memilih dan memilah
data. Setelah dianalisis, selanjutnya data tersebut disusun menjadi runtut agar
terakhir yaitu menentukan alternatif solusi dari masalah untuk dapat direncanakan
GI, setelah siswa menganalisis data yang telah ditemukan, selanjutnya siswa
melakukan aksi nyata (Act). Proses ini mendorong siswa untuk terjun secara nyata
nyata. Terlihat pada proses ini siswa ikut serta dalam memberikan alternatif solusi
Pada proses ini setiap kelompok diharuskan melakukan aksi nyata. Contoh aksi
nyata yang dilakukan adalah, melakukan penyuluhan dimulai dari orang sekitar,
baik itu kepada teman maupun guru seperti ajakan untuk tidak memberi uang
kepada pengemis yang sebenarnya masih bisa bekerja dan produktif. Kemudian
selain penyuluhan, siswa juga membuat poster yang berbunyi ajakan atas
sosial seperti pada fitur whatssup story dengan mencantumkan slogan atau ajakan
9
terkait dengan penyelesaian atau peran dalam permasalahan yang mereka selidiki
yakni tidak memberikan uang kepada pengemis. Melalui aksi nyata ini siswa akan
di depan kelas. Melalui proses ini siswa akan menyampaikan hasilnya kepada
seluruh siswa memperoleh informasi. Pada tahap ini kedua model menunjukkan
kemampuan berpikir kritis siswa baik dari prosesnya hingga penentuan hasil
akhirnya.
kemampuan berpikir kritis siswa. Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis tidak
menemukan pengetahuan baru lebih banyak. Pada model pembelajaran ini siswa
dalam. Guru pada model pembelajaran ini hanya mengawasi. Ketika siswa terlibat
menentukan solusi untuk mewujudkan solusi tersebut dalam bentuk aksi nyata.
9
Model pembelajaran GI membantu siswa memperoleh pengetahuan lebih
penyelidikan dan juga dalam bekerjasama. Siswa dalam model pembelajaran ini
tidak hanya melihat dari apa yang mereka temukan dalam buku maupun media
sosial, namun juga mereka terjun langsung untuk mengamati apa yang terjadi
secara nyata. Melalui proses ini siswa akan menyusun kerangka pemikiran dan
melalui pengalaman akan membuat siswa lebih lama dalam mengingatnya serta
proses belajarnya. Melalui proses mencari siswa akan berusaha mencari tahu dan
9
Model pembelajaran OI memberikan jangkauan yang luas sebeb siswa
berpikir kritisnya.
dapat menemukan temuan-temuan secara nyata tidak hanya melalui buku maupun
yang telah dipaparkan, terdapat beberapa tahapan yang berbeda. Hal ini membuat
perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan model
9
dibandingkan model pembelajaran Open Inquiry (OI). berikut penjelasan yang
siswa fokus pada penyelidikan yang dilakukan untuk menemukan solusi atas
Dalam pencarian data dan informasi, siswa tidak hanya membaca dan
eksplorasi ini akan membuat siswa dapat berpikir dan meningkatkan kemampuan
berpikirnya mengenai keterkaitan antara materi yang mereka dapatkan dan cari
critical thinking about issues affecting the world and people’s lives, now and in
mereka temukan di sekitarnya. Sehingga siswa belajar secara nyata dan akan
diingat dalam waktu lama sebab menjadi pengalaman mereka dalam penghadapi
masalah. Siswa secara langsung terjun kepada fakta lapangan sehingga proses
belajar lebih bermakna dan membawa siswa lebih banyak memiliki pengalaman
secara nyata
9
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belajar untuk merancang sebuah aksi sebagai
memberikan tanggapan dan pendapat mereka satu sama lain dalam proses
Lingkungan kelas yang aktif mempengaruhi pola belajar siswa dan melatih
lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran GI, hal ini disebabkan
karena siswa yang belajar dengan model pembelajaran OI dalam kegiatan atau
proses pembelajarannya siswa kurang mendalami semua data dan informasi yang
mereka temukan. Sehingga mereka tidak menemukan data tambahan hasil dari
eksplor data atau mencari keterkaitan antar data yang mereka temukan. Selain
juga siswa tidak dituntut untuk menentukan solusi nyata yang sesuai dengan
lapangan. Siswa membuat solusi yang tepat atas permasalahan tersebut namun
kemampuan berpikir kritis siswa tidak terasah lebih mendapat melalui eksplor
data dan perancangan aksi nyata seperti pada model pembelajaran GI.
9
BAB VI
PENUTUP
diberikan atas hasil penelitian. Penutup disajikan dalam dua sub bab. Kedua
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dan hasil data penelitian
berpikir kritis siswa kedua kelas yaitu dengan perlakuan model pebelajaran
antar data, serta menyusun solusi nyata dalam bentuk aksi yang mereka
lakukan dengan tindakan nyata. Melalui kegiatan ini siswa lebih mendalami
kemampuan berpikir kritisnya kurang lebih baik karena siswa kurang jauh
keterkaitan anar data, namun hanya mengumpulkan saja data pendukung tanpa
mengaitkan semua
9
temuannya untuk menentukan solusi yang lebih tepat dan sesuai dengan
keadaan lapangan.
diberi perlakuan model pembelajaran Open Inquiry. Terlihat dari rata-rata tes
kemampuan berikir kritis dengan hasil rata-rata kelas dengan perlakuan model
68,24.
B. Saran
1. Bagi Guru
pelajaran yang akan diingat siswa dalam jangka panjang, seperti model
mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dengan baik atas permasalahan secara
nyata, karena dalam penerapan model embelajaran ini siswa akan mendalami
rasa ingin tahu yang lebih jauh untuk memecahkan masalah dan secara langsung
ikut berperan dalam memberikan solusi atas permasalahan yang diselidiki. Selain
itu, guru juga disarankan menerapkan model pembelajaran Open Inquiry, karena
9
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
menggunakan materi yang berbeda, serta dapat menambahkan variabel lain, selain
kemampuan berpikir kritis, seperti berpikir analitis, berpikir tingkat tinggi atau
juga dapat ditambah variabel moderta seperti ditinjau dari gaya belajar, motivasi
9
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. 1996. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Afivah, Rizka N. 2016. Pengaruh Geographical Inquiry Terhadap Kemampuan
Berpikir Analitis Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS
di SMAN 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Universitas
Negeri Malang.
Amri, Sofyan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas,
Metode, Landasan Teoritis, Praktis dan Penerapannya, Jakarta, Prestasi
Pustaka.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Saintifik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arnyana. I. B. P. 2004. Pengembangan Model Belajar Berdasarkan Masalah
dipadu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah
pada Pembelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Arsyad, Luqman. 2014 Pengaruh Faktor Genetik dan Intelegensi terhadap
Keberhasilan Belajar Anak. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2),
200-279. (Online).
(http://iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/248)
Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology: The Teaching-Learning
Process. Chicago: The Moody Bible Institute
Brookfield, Stephen. 2012. Teaching for critical thinking : tools and techiniques
to help students question their assumptions. San Fransisco: HB Printing
Calting dan Willy. 2009. Geographical Inquiry-overview. (Online).
(https://www.geogspace.edu.au/support-units/geographical-inquiry/gi-
introduction.html), diakses pada 3 November 2019
9
Callison, Daniel. 2015. The Evolution Of Inquiry: Controled, Guided, Modeled,
And Free. California: An Imprint Of ABC-CLIO
Dewi, P 2011. Budaya Berpikir Kritis Melalui Metode Pembelajaran. (Online).
(https://pancadewismg.wordpress.com/2011/09/18/budaya-berpikir-kritis-
melalui-metode-pembelajaran/), diakses pada 25 Oktober 2019.
Dwyer, C. 2017. What Is Critical Thinking? Definitions and Conceptualizations.
In Critical Thinking: Conceptual Perspectives and Practical Guidelines.
Cambridge: Cambridge University Press.
Dwyer, C. P., & Walsh, A. 2019. An exploratory quantitative case study of
critical thinking development through adult distance learning. Educational
Technology Research and Development. doi:10.1007/s11423-019-09659-
2
ESRI. 2003. Geographical Inquiry: Thinking Geographically.(Online).
(https://www.esri.com/Industries/k-
12/education/~/media/Files/Pdfs/industries/k-12/pdfs/geoginquiry.pdf),
diakses pada 28 Oktober 2019
Ennis, Robert H. 1985. A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skills.
The Assosiation for Supervision and Curriculum Development.
Fathurrohman, M. 2017. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: A-Ruzz
Media
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terjemahan
Benyamin/Hadinata. Jakarta: Erlangga
Goldson, Erica. 2010. Valedictorian Speaks Out Against Schooling in Graduation
Speech. (Online). (http://archive.lewrockwell. com/pr/valedictorian-
against-schooling.html.), diakses pada 14 Oktober 2019
Handoyo, Budi. 2015. Pengaruh Investigasi Kelompok (Group Invetigation)
Secara Terbimbing Model Sharan dan Kecerdasan Intlektual Terhadap
Keterampilan Kognitif Geografi Siswa SMA. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang. Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
9
Hendrian. 2010. Model Pmebelajaran Inkuiri. (Online).
(https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/),
diakses 5 November 2019.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Indah, Nur Rohmani dan Agung W. Kusuma. 20106. Factors Affecting The
Development Of Critical Thinking of Indonesian Learners of English
Language. Journal Of Humanities and Social Science, Vol 21 (6).
(Online). (http://repository.uin-malang.ac.id/536/3/L02106088694.pdf)
Kazempour, Esmaeil. 2013. The Effect Of Inquiry-Based Teaching On Critical
Thinking Of Students. Journal Of Social Issues & Humanities, Volume 1,
Issuw 3, August 2013 ISSN 2345-2633
Krantz, G. Steven. 2015. How to Teach Mathematics. American Mathematical
Soc
Kuswana, wowo sunaryo. 2011. Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Lakovos, Tsiplakides. 2011. Critical and Creative Thinking in the English
Language Classroom. International Journal of Humanities and Social
Science, 1(8), 82¯86.
Lipman, M. 2003. Education for Critical Thinking. In Thinking in Education.
Cambridge: Cambridge University Press.
Mahmud, Dimyati. 2017. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: ANDI
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Marheni, Ni Putu., Muderawan, I Wayan. & I Nyoman Tika. 2014. Studi
Komparasi Mdel Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Model
Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan
Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Sains SMP. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. (Online), 4:10.
(http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1286), diakses pada 27 Oktober
2019
9
Martuti, Ratnaningtyas. 2012. Pengaruh Pembelajaran Open Inquiry Terhadap
Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Kerja Ilmiah Siswa SMA Negeri 1
Blitar. Tesis tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang.
Maulidiyahwarti, Galuh. Sumarmi. Ach Amirudin. 2016. Pengaruh Model
Problem Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas XI IIS SMA. Jurnal Pendidikan 1(2) 94-100. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6101
Miller, Nik. 2000. Planning for Geographical Inquiry. (Online).
(http://www.geogweb.com/iaps/nlm/pdf), dikses pada 1 November
2019
Putri, Mahardika dan Nuriman. 2014. Model Pembelajaran Free Inquiry (Inkuiri
Bebas) Dalam Pembelajaran Multirepresentasi Fisika Di Man 2 Jember.
(Online). (http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63938), diakses
pada 3 November 2019.
Purwanto, Edy. 2005. Evaluasi Proses dan Hasil Dalam Pembelajaran (Aplikasi
dalam Bidang Studi Geografi). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Rianita, Nindya. 2017. Perbandingan Model Pembelajaran Inkuir Terbimbing dan
Inkuiri Bebas terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN
1 Kepanjen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang.
Roth & Bowen. 1993. An investigation of problem solving in the context of a
Grade 8 open-inquiry science program. Journal for the Learning Sciences,
3, 165¯204. DOI: 10.1207/s15327809jls0302_2
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Santifik Untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi dalam belajar mengajar. Jakarta: Raja
Grasindo
Scott, Cynthia L. 2015. The Futures Of Learning 2:What Kind Of Learning For
The 21st Century. United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organixation.
Scriven, M., dan Paul, R. 2007. Defining critical thinking. The Critical Thinking
Community: Foundation for Critical Thinking. (Online).
(http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm),
diakses pada 25 Oktober 2019
9
Shadish, W. 2006. Critical Thinking in Quasi-Experimentation. In R. Sternberg,
H. Roediger III, & D. Halpern (Eds.), Critical Thinking in Psychology.
Cambridge: Cambridge University Press
Shakirova, D. M. (2007). Technology for the shaping of college students’ and
upper-grade students’ critical thinking. Russian Education & Society, 49
(9), 42¯52.
Shedletzky, S. & Zion, M. 2005. The Essence of open-inquiry teaching. Science
International Education. 16 (1), 23¯38.
Snyder, L.G., & Snyder, M.J. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills.
The Delta Pi Epsilon Journal, L(2), 90¯99.
Storm, Michael dan Foley. 2008. Geographical Inquiry-overview. (Online).
(https://www.geogspace.edu.au/support-units/geographical-inquiry/gi-
introduction.html), diakses 2 November 2019
Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media
Publishing.
Suparno, Paul. (2013). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &
Menyenangkan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Tempelaar, Dirk T. 2006. The Role of Metacognition in Business Education.
Industry and Higher Education, 20(5), 291¯297. DOI:
10.5367/000000006778702292
Wolff-Michael Roth & G. Michael Bowen. 1994. An Investigation of Problem
Framing and Solving in a Grade 8 Open-Inquiry Science Program. Journal
of the Learning Sciences. 3(2), 165¯204. DOI:
10.1207/s15327809jls0302_2
Zeidler, D. L., Lederman, N. G., & Taylor, S. C. 1992. Fallacies and student
discourse: Conceptualizing the role of critical thinking in science
education. Science Education, 76(4), 437¯450. DOI:
10.1002/sce.3730760407
Zion dan Sadeh. 2014. Curiosity And Open Inquiry Learning. Journal Of
Biological Education. 41 (4), 162¯169. DOI:
10.1080/00219266.2007.9656092
9
LAMPIRAN
9
Lampiran 1. Daftar Nilai UH Kelas Eksperimen 1
Rekap Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Kelas XI IPS 1
9
Lampiran 2. Hasil Nilai UH kelas Eksperimen 2
9
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pemberlajaran Kelas Eksperimen 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAPHICAL INQUIRY
Nama Satuan Pendidikan : SMAN 8
Malang Mata Pelajaran/Kelas/smt :
Geografi/XI/II
Materi Pokok : Permasalahan Akibat Dinamika Kependudukan
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan x 2 Jam pelajaran @ 45 Menit
Kompetensi Dasar : 3.5.Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan 4.5.Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta, tabel, grafik
dan/atau gambar
Alokasi Penilaian
Kegiatan Uraian Kegiatan
Waktu
Guru mengkoordinasikan pembelajaran 10 Teknik
Pendahuluan Guru mengaitkan materi pembelajaran tentang materi yang sebelumnya telah dipelajari yaitu, bonus menit Penilaian
demografi, dinamika kependudukan, dan keterkaitannya dengan permasalahan kependudukan - Tes
Siswa merumuskan pertanyaan (Ask) mengamati lokasi dan permasalahan dengan mengidentifikasi lokasi 70 Kemampuan
absolut dan relatif ditunjang data sekunder menit Berpikir
Siswa mencari dan mengumpulkan informasi atau data (Acquire) atas permasalahan yang ditemukan Kritis
Siswa melakukan penyelidikan (Explore) data yang telah dikumpulkam berdasarkan permasalahan
Kegiatan Inti Siswa menganalisis (Analyze) data dengan tema keruangan yang sesuai serta menyimpulkannya
Siswa merumuskan dan mengkomunikasikan hasil kegiatan observasi dalam bentuk aksi atau tindakan
nyata (Act) dapat berupa vlog atau aksi nyata dengan bukti dokumentasi
Siswa merefleksi rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dari langkah pertama hingga
akhir
Guru memberikan penguatan atas pemahaman yang diperoleh oleh peserta didik 10
Siswa membuat kesimpulan menit
Penutup
Guru menyampaikan rencana pertemuan akan datang
9
NIP NIM 160721614478 NIP
9
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pemberlajaran Kelas Eksperimen 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN OPEN INQUIRY
Nama Satuan Pendidikan : SMAN 8
Malang Mata Pelajaran/Kelas/smt :
Geografi/XI/II
Materi Pokok : Permasalahan Akibat Dinamika Kependudukan
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan x 2 Jam pelajaran @ 45 Menit
Kompetensi Dasar : 3.5.Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan 4.5.Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta, tabel, grafik
dan/atau gambar
Alokasi Penilaian
Kegiatan Uraian Kegiatan
Waktu
Guru mengkoordinasikan pembelajaran 10 menit Teknik
Pendahuluan Guru mengaitkan materi pembelajaran tentang materi yang sebelumnya telah dipelajari yaitu, Penilaian
bonus demografi, dinamika kependudukan, dan keterkaitannya dengan permasalahan - Tes
kependudukan Kemampuan
Siswa merumuskan masalah dengan mengamati lokasi dengan mengidentifikasi lokasi absolut dan relatif 70 menit Berpikir
ditunjang data sekunder Kritis
Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan masalah yang akan diteliti
Siswa mengumpulkan data dan iformasi terkait permasalahan yang diteliti
Kegiatan Inti
Siswa menguji hipotesis dan menganalisis data berdasar data dan informasi yang dikumpulkan
Siswa merumuskan kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil kegiatan
Siswa merefleksi rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dari langkah pertama hingga
akhir
Guru memberikan penguatan atas pemahaman yang diperoleh oleh peserta didik 10 menit
Penutup Siswa membuat kesimpulan
Guru menyampaikan rencana pertemuan akan datang
Malang, Januari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti Kepala Sekolah
9
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Kelas Kesperimen 1
Lembar Kegiatan Siswa Geographical Inquiry
Permasalahan Akibat Dinaminka Kependudukan
A. PENDAHULUAN
9
D. LEMBAR HASIL DISKUSI KELOMPOK
Kelompok :
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
1. Identifikasi Masalah
2. Rumusan Masalah
9
3. Perolehan Data
9
4. Analisis Data
9
5. Kesimpulan
6. Rancangan Aksi
9
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa kelas eksperimen 2
Lembar Kegiatan Siswa Open Inquiry
Permasalahan Akibat Dinaminka Kependudukan
A. PENDAHULUAN
Dinamika penduduk adalah perubahan komposisi penduduk yang
diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor alami, yakni kematian dan kelahiran, dan
faktor non alami yaitu migrasi. Dinamika penduduk menjadi faktor penting dalam
penentuan kebijakan pemerintah. Setiap negara pada hakikatnya berdiri untuk satu
tujuan yang sama, yaitu memajukan kesejahteraan penduduk. Penduduk yang
sejahtera tercermin dalam kehidupan sosial dan ekonominya yang berkualitas.
Perubahan komposisi penduduk atau dinamika penduduk sangat berperan bagi
keberhasilan pembangunan.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Buku, artikel dan atau jurnal
2. Lembar hasil diskusi kelompok
C. RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Open Inquiry sebagai berikut,
1. Secara berkelompok lakukan identifikasi masalah berdasar pada artikel yang
telah dibagikan kepada masing-masing kelompok.
2. Tuliskan hasil pada lembar hasil diskusi kelompok
3. Buatlah rumusan masalah
4. Susun hipotesis atau jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah dibuat.
5. Selanjutnya cari dan kumpulkan data yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut
6. Kemudian analisis jawaban atas permasalahan yang dirumuskan
7. Tuliskan kesimpulan beserta solusi dari masalah tersebut
9
D. LEMBAR HASIL DISKUSI KELOMPOK
Kelompok :
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
1. Identifikasi Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Hipotesis
9
4. Perolehan Data
9
4. Analisis Data
9
5. Kesimpulan
9
Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
KISI-KISI SOAL TES UJI COBA MATERI DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI
INDONESIA UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 8 Malang
Kurikulum Acuan 2013
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI/Genap
Waktu : 1 x 45 Menit
Kompetensi Dasar : Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan
Kompetensi Indikator Indikator Spesifikasi Ranah Nomor
Dasar Pencapaian Berpikir Item Kognitif Soal
Kompetensi Kritis
3.5 Mampu Mampu Disajikan C4 1
Menganalisis menganalisis merumuskan studi kasus
dinamika permasalahan masalah high permasalahan
kependudukan high growth growth pertumbuhan
di Indonesia population. population penduduk di
untuk disuatu Jakarta.
perencanaan daerah Siswa dapat
pembangunan menuliskan
hasil
amatannya
berupa
rumusan
masalah.
Mampu Mampu Disajikan C6 2
menghubungkan memberikan studi kasus
permasalahan argumentasi pertumbuhan
high growth studi kasus penduduk di
population. high growth Kota Bekasi.
population Siswa
suatu daerah, diminta
diminta
memilih
kebijakan
yang tepat
dan
memberikan
alsan.
Mampu menilai Mampu Diberikan C6 3
high growth memberikan studi kasus
population. penjelasan population
penilaiam growth di
9
terkait high Kota Medan.
growth Siswa
population di memberikan
suatu argumen
wilayah.. terkait
penilaian
pertumbuhan
penduduk di
Kota Medan.
Mampu Mamou Disajikan C5 4
menyimpulkan membuat studi kasus
tentang kesimpulan high growth
permasalhan terkait high population di
high growth growth Kota Malang.
population. population. Siswa
memberikan
kesimpulan
terkait
pendapat
kritis
mengenai
permasalahan
high growth
population di
Kota Malang.
Mampu berpikir Mampu Disajikan C5 5
kritis tentang melakukan peta
high growth evaluasi high pertumbuhan
population growth penduduk di
population di Indonesia.
Indonesia Siswa
mengkritisi
high growth
population di
Indonesia.
Mampu Mampu Disajikan C6 6
merencanakan merencanakan studi kasus
solusi high solusi high high growth
growth growth population di
population population Pulau Jawa.
disuatu Siswa dapat
daerah. membuat
perencanaan
untuk daerah
tersebut.
9
Lampiran 8. Rambu-Rambu Jawaban Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
RAMBU JAWABAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 8 Malang
Kurikulum Acuan 2013
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI/Genap
Kompetensi Dasar : Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan pembangunan
9
perpindahan penduduk di Kota Surabaya. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistika, banyaknya penduduk yang masuk ke Surabaya pada tahun 2011
tercatat 41.441 jiwa. Kemudian di tahun berikutnya, terjadi peningkatan yang
cukup signifikan. Pada tahun 2012, banyaknya penduduk yang masuk ke
Surabaya mencapai 111.594 jiwa.
Tingginya kepadatan penduduk menyebabkan permintaan akan lahan
permukiman juga semakin tinggi. Namun, ketersediaan lahan di Kota Surabaya
semakin terbatas. Akhirnya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman yang menyebabkan harga lahan semakin tinggi tiap tahunnya di
Kota Surabaya. Masyarakat dengan penghasilan rendah tidak mampu untuk
membeli lahan tersebut, dampaknya mereka akan membangun permukiman di
sektor pengembangan non permukiman, seperti di bantaran sungai, bantaran rel
kereta api, pesisir pantai, dan lain -- lain.
Seiring berjalannya waktu, permukiman ini berkembang menjadi
permukiman kumuh karena kurang terjaganya kebersihan lingkungan akibat
penghasilan mereka yang rendah, serta fasilitas kesehatan dan pendidikan yang
sangat minim karena tidak terjangkau oleh pemerintah. Akibatnya, kesehatan
serta tingkat pendidikan penduduk di permukiman tersebut rendah dan
berdampak pada produktifitas penduduknya menurun pula. Jika tingkat
produktifitasnya menurun, maka dependency ratio (angka beban tanggungan)
akan semakin tinggi. Dan apabila hal itu terus terjadi, Surabaya akan menjadi
kota yang miskin akibat sebagian besar penduduknya adalah non produktif.
Kota Surabaya, terdapat permukiman kumuh di bantaran Sungai
Kalimas, Kelurahan Keputran. Sebagian besar penduduk disana adalah
pendatang yang ingin mencari pekerjaan di Surabaya, namun tidak memiliki
penghasilan serta
tempat tinggal. Contoh lainnya adalah permukiman kumuh di Kelurahan Bulak
9
Banteng. Kelurahan ini memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di
Kecamatan Kenjeran, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, banyak
permukiman kumuh di kelurahan ini. Untuk mengatasi permasalahan tingginya
kepadatan penduduk, pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai
upaya. Upaya-upaya tersebut, antara lain :
1. Sosialisasi dan Operasi Yustisi
Pada bulan Februari 2013 lalu, dilaksanakan operasi yustisi
Kartu Indentitas Penduduk Musiman (Kipem) yang dilaksanakan oleh
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil). Tujuan
diadakannya operasi ini adalah untuk mengontrol penduduk yang
bermigrasi di Surabaya, dengan tujuan musiman ataupun menetap.
Selain itu, operasi ini bertujuan untuk menertibkan penduduk yang tidak
memiliki Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem). Operasi ini
diutamakan di 5 kecamatan di Surabaya, yaitu Kecamatan Mulyorejo,
Sukolilo, Rungkut, Tandes, dan Gubeng. Alasan terpilihnya 5
kecamatan tersebut karena banyaknya jumlah penduduk musiman yang
mayoritas berprofesi sebagai buruh dan mahasiswa.
2. Pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah
Pada tahun 2015 lalu, Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah
(DPBT) Kota Surabaya mengusulkan pembangunan rusunawa di 6
kawasan. Kawasan -- kawasan tersebut, antara lain Dukuh Menanggal,
Tambaksari, Jambangan, Penjaringan Sari, Siwalankerto, dan Keputih.
Rumah susun memang dibangun dengan tujuan membantu masyarakat
yang berpenghasilan rendah untuk mendapatkan hunian yang layak.
Selain itu, pembangunan hunian vertikal akan mempermudah pemerintah
9
untuk mengatasi banyaknya permukiman kumuh di bantaran sungai
maupun di bantaran rel kereta api.
5 bila
menyebutkan
1 kata kunci.
Melakukan Jelaskan fenomena high growth population di Kota Surabaya berdasarkan 1. Laju 15 bila C6 3
Deduksi wacana tersebut! pertumbuhan menyebutkan
penduduk 1 kata kunci.
2. Regulasi
3. Pengaruh atau 10 bila
dampaknya. menyebutkan
2 kata kunci
5 bila
menyebutkan
1 kata kunci.
9
Melakukan Apa yang dapat anda simpulkan dari data tersebut dan berikan pendapat 1. Laju 20 bila C5 4
Induksi kritismu terkait permasalahan high growth population di Kota Surabaya! pertumbuhan menyebutkan
penduduk 4 kata kunci.
2. Mobilitas
penduduk 15 bila
3. Keterkaitan menyebutkan
antara 3 kata kunci.
keduanya
4. Pengaruh atau 10 bila
dampaknya. menyebutkan
2 kata kunci.
5 bila
menyebutkan
1 kata kunci.
Melakukan a. Bagaimana seharusnya masyarakat dalam menyikapi high growth 1. Laju 20 bila C6 5
Evaluasi population Surabaya? pertumbuhan menyebutkan
b. Upaya apa ang harus dilakukan pemerintah dan kriteria apa saja yang penduduk 4 kata kunci.
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau upaya 2. Penyebab dan
pemerintah? dampak 15 bila
3. Upaya menyebutkan
pemerintah: 3 kata kunci.
efektifitas,
efisiensi, 10 bila
pemerataan menyebutkan
dan ketepatan. 2 kata kunci.
9
5 bila tidak
menyebutkan
kata kunci.
Memutuskan 1. Buatlah perencanaan alternatif apa saja untuk memecahkan 1. Regulasi 20 bila C6 6
permasalahan tersebut! 2. Masyarakat menyebutkan
2. Alternatif mana yang anda anggap paling tepat? Beri alasan! 3. Alternatif 4 kata kunci.
4. Alasan
tergantung 15 bila
jawaban siswa menyebutkan
3 kata kunci.
10 bila
menyebutkan
2 kata kunci.
5 bila tidak
menyebutkan
kata kunci.
9
Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Dampak Tingginya Kepadatan Penduduk di Surabaya
9
produktifitas penduduknya menurun pula. Jika tingkat produktifitasnya menurun,
maka dependency ratio (angka beban tanggungan) akan semakin tinggi. Dan
apabila hal itu terus terjadi, Surabaya akan menjadi kota yang miskin akibat
sebagian besar penduduknya adalah non produktif.
Kota Surabaya, terdapat permukiman kumuh di bantaran Sungai Kalimas,
Kelurahan Keputran. Sebagian besar penduduk disana adalah pendatang yang
ingin mencari pekerjaan di Surabaya, namun tidak memiliki penghasilan serta
tempat tinggal. Contoh lainnya adalah permukiman kumuh di Kelurahan Bulak
Banteng. Kelurahan ini memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di
Kecamatan Kenjeran, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, banyak
permukiman kumuh di kelurahan ini. Untuk mengatasi permasalahan tingginya
kepadatan penduduk, pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai upaya.
Upaya- upaya tersebut, antara lain :
9
mempermudah pemerintah untuk mengatasi banyaknya permukiman kumuh di
bantaran sungai maupun di bantaran rel kereta api.
9
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas Instrumen
Correlations
x1 x2 x3 x4 x5 x6 totalskor
x1 Pearson 1 ,092 -,063 -,036 ,153 ,145 ,368*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,628 ,740 ,850 ,420 ,445 ,045
N 30 30 30 30 30 30 30
x2 Pearson ,092 1 ,061 ,061 -,120 -,057 ,372*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,628 ,748 ,749 ,529 ,766 ,043
N 30 30 30 30 30 30 30
x3 Pearson -,063 ,061 1 ,024 ,035 -,078 ,378*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,740 ,748 ,900 ,854 ,683 ,039
N 30 30 30 30 30 30 30
x4 Pearson -,036 ,061 ,024 1 ,245 ,288 ,618**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,850 ,749 ,900 ,192 ,123 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
x5 Pearson ,153 -,120 ,035 ,245 1 -,029 ,478**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,420 ,529 ,854 ,192 ,879 ,008
N 30 30 30 30 30 30 30
x6 Pearson ,145 -,057 -,078 ,288 -,029 1 ,495**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,445 ,766 ,683 ,123 ,879 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30
totalskor Pearson ,368 *
,372 *
,378 *
,618 **
,478 **
,495 **
1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,045 ,043 ,039 ,000 ,008 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
9
Lampiran 11. Hasil Uji Realibilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,638 7
9
Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest Posttest 1 ,123 36 ,184 ,915 36 ,009
Posttest 2 ,132 34 ,142 ,949 34 ,112
a. Lilliefors Significance Correction
9
Lampiran 13. Hasil Uji Homogenitas
9
Lampiran 14. Hasil Posttest Kelas Eksperimen 1 (Geographical Inquiry)
9
Lampiran 15. Lembar Kegiatan Siswa Eksperimen 1 (Geographical Inquiry)
9
9
9
9
9
Lampiran 16. Hasil Kegiatan Kelas Eksperimen 1 (Geographical Inquiry)
9
9
Lampiran 17. Hasil Posttest Kelas Eksperimen 2 (Open Inquiry)
9
Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Eksperimen 2 (Open Inquiry)
9
9
9
9
9
Lampiran 19. Hasil Kegiatan Kelas Eksperimen 2 (Open Inquiry)
9
9
9
Lampiran 20. Dokumentasi Kegiatan
Kelas Eksperimen 1
(Geographical Inquiry)
9
Kelas Eksperimen 2
(Open Inquiry)