Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL SKRIPSI

PENGUATAN INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
INTERAKSI DESA KOTA

Disusun oleh :
Aditya Halomoan Daulay
1402619038

Proposal ini ditulis dan disusun guna memenuhi sebagian persyaratan


dalam pengajuan Seminar Proposal Skripsi guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd).

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:


PENGUATAN INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI INTERAKSI DESA KOTA

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing 1 Tanda tangan Tanggal

Dr. Samadi, M.Si. ………….. 9/1/2023


NIP : 197207102003121002

Dosen Pembimbing 2 Tanda tangan Tanggal

Dr. Ode Sofyan H., M.Si, M.Pd. ……………… 21/12/2022


NIP : 19771126200811004

Mengetahui
Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi FIS UNJ

Dr. Ode Sofyan H., M.Si, M.Pd.


NIP : 19771126200811004

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “PENGUATAN INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI INTERAKSI
DESA KOTA”. Proposal ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial. Peneliti menyadari bahwa selesainya proposal
ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Selama proses
penyusunan proposal ini, peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak oleh sebab itu
peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sarkadi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Jakarta;
2. Bapak Dr. Ode Sofyan Hardi, M.Pd., M.Si., selaku Koordinator Program
Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Jakarta, dan juga sebagai dosen
pembimbing skripsi;
3. Bapak Prof. Dr. Ahman Sya, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik penulis;
4. Bapak Dr. Samadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I penelitian penulis dan
Bapak Dr. Ode Sofyan Hardi, M.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II
penelitian penulis yang selalu memberikan arahan serta bimbingan selama proses
pengerjaan skripsi;
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Jakarta
yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasannya selama
masa studi penulis dalam menempuh gelar sarjana;
6. Ibu Hj. Rifqiati, M.Pd., selaku kepala sekolah MAN 9 Jakarta;
7. Bapak H. Salahudin El Fitri, S.Si., Ibu Hj. Natalia Rumanti H, M.Pd., Ibu Hj.
Tinia Layli SA, M.Si., selaku Wakil Bidang Kurikulum, Wakil Bidang
Kesiswaan, dan Wakil Bidang Sarana Prasarana dan Humas MAN 9 Jakarta;
8. Bapak Dwi Wahyudi, S.Pd., selaku Guru Pamong Geografi penulis, serta Guru
dan Staff Karyawan MAN 9 Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang sudah turut andil dalam proses penyusunan proposal skripsi ini;

ii
9. Bapak Pardamean Daulay dan Ibu Aprina Robia Siregar selaku Ayahanda
dan Ibunda penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa
untuk kelancaran penulis guna menyelesaikan proposal skripsi;
10. Patimah Hanum Tanjung selaku pasangan penulis yang telah menemani
dan membantu penulis selama proses penyusunan proposal skripsi;
11. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi khususnya
angkatan 2019 yang sudah saya anggap seperti teman seperjuangan yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu;
Segala sesuatu dalam proposal skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan penulis. Semoga proposal ini
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya baik dari
kalangan umum maupun akademisi. Adapun saran dan kritik yang bersifat
membangun selalu diharapkan. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Jakarta, Desember 2022

Aditya Halomoan Daulay

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Defenisi Geografi menurut Ginsburg (1988) dalam Alfandi (2001:80) perlu


memperhatikan adanya unsur-unsur penduduk, pola, tempat, dan proses. Definsi lainnya:
Geography...a science concerned with rational development, and testing, of theories that
explain and predict the spatial distribution and location of various characteristics on the
surface of the earth (yeates, dalam Hagget, 1979:601). Artinya Geografi merupakan suatu
ilmu yang mempelajari tentang spasial serta proses yang ada didalamnya sehingga ilmu
geografi sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu juga, geografi masuk ke
dalam pembelajaran di sekolah formal khususnya di Indonesia.
Pendidikan tingkat Madrasah Aliyah, Geografi masuk ke dalam mata pelajaran
yang wajib diikuti oleh seluruh siswa dari kelas X-XII, baik IPS bahkan IPA dengan mata
pelajaran lintas minat. Hal ini dikarenakan geografi merupakan ilmu penting dalam
kehidupan. Diantaranya dengan geografi menambah rasa cinta terhadap wilayah,
menambah wawasan mengenai batas-batas wilayah, sumber daya alam, demografi,
pembangunan dan perencaaan wilayah, hubungan antara wilayah, dan lain-lain. Seperti
contoh, Geografi yang erat kaitannya dengan keruangan, yang dalam hal ini tentu
mempelajari yang disebut dengan Interaksi keruangan antara desa dan kota. Dalam
interaksi keruangan antara desa dan kota adalah mengkaji bagaimana hubungan timbal
balik antara desa dengan kota dari sisi positif maupun negatif untuk mendukung
perkembangan wilayah.
Saat ini kurikulum yang banyak digunakan oleh sekolah di Indonesia adalah
Kurikulum 2013. Pembelajaran geografi dalam Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang dituntut untuk menghasilkan insan indonesia yang : Produktif, Kreatif, Inovatif,
Afektif, melalui penguatan Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang terintegrasi.
Kurikulum 2013 dapat terimplementasikan dengan baik dalam pembelajaran geografi di
tingkat dan pada level lainnya jika guru memiliki kompetensi yang tinggi. Guru juga
diharapkan memiliki kemampuan membuat program pembelajaran yang berbasis kondisi
setempat. Selain itu menguasai strategi pembelajaran dan memiliki kemampuan menilai,
proses dan hasil pembelajaran secara otentik dan juga kreatif, selain itu juga siswa dituntut
harus aktif dalam setiap proses pembelajaran.
Setelah dilakukannya sebuah proses pembelajaran, untuk mengukur hasil belajar
siswa, maka dilakukanlah sebuah proses penilaian dengan menggunakan instrumen
penilaian. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, banyak para ahli berpendapat bahwa

1
proses penilaian itu harus memiliki instrumen penilaian yang tepat, baik dari jenisnya
maupun isinya. Adapun jenis-jenis instrumen dalam penilaian pembelajaran yang biasa
digunakan di sekolah diantaranya adalah Pilihan Ganda, Essay, Isian, Uraian dan lain-lain.
Kemudian isi instrumen yang digunakan pada saat pengambilan nilai disesuaikan dengan
apa yang telah dipelajari pada materi yang sedang dinilai. Menurut Covacevich (2014)
semakin baik kualitas suatu instrumen, maka semakin bermanfaat, semakin tepat nilai yang
diperoleh dan semakin besar kepercayaan diri dalam memberikan nilai. Kemudian
pendapat ini didukung oleh Khaeruddin (2015) yang menyatakan bahwa item-item yang
berkualitas rendah tidak saja menurunkan fungsi tes, tetapi juga akan memberikan hasil
pengukuran yang menyesatkan. Sementara Menurut Yusuf (2015) menyatakan bahwa
instrumen yang baik memenuhi persyaratan, yaitu valid, reliabel, objektif, praktis dan
mudah dilaksanakan. Kemudian Covacevich (2014) juga menyatakan bahwa dua aspek
utama yang sangat mempengaruhi kualitas suatu instrumen adalah validitas dan
reliabilitasnya. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka jenis
instrumen dan juga isi instrumen yang dipakai pada saat melakukan pengambilan nilai
haruslah memenuhi persyaratan atau kuat agar suatu instrumen memiliki kualitas yang
baik.
Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka perlu adanya
penguatan instrumen penilaian. Instrumen penilaian yang tepat akan mendorong dan
memudahkan siswa untuk mengikuti proses penilaian dengan baik dan hasil yang diperoleh
adalah hasil yang tepat dan sesungguhnya. Instrumen penilaian yang tepat juga dapat
mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti proses penilaian secara
terus menerus sehingga dapat mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran serta kualitas sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Jika merujuk pada latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan


masalah yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian, yakni sebagai berikut:

1. Instrumen penilaian/alat tes yang ada di sekolah belum memenuhi


prinsip sahih, objektif, dan akuntabel, atau hanya merujuk pada
instrumen penilaian yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Akibatnya banyak penilaian terhadap siswa memperoleh hasil yang
kurang atau tidak tepat yang akhirnya kurang efektif dalam
pengambilan nilai.
3. Oleh karena itu, kita memerlukan penguatan instrumen penilaian agar
hasil pembelajaran peserta didik dapat terlaksana dengan baik serta

2
menampilkan hasil yang tepat atau mendapatkan hasil yang
maksimal.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini difokuskan pada penguatan instrumen
penilaian untuk peningkatan hasil belajar pada materi interaksi keruangan desa kota
siswa kelas XII IPS MAN 9 Jakarta.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana Penguatan Instrumen Penilaian untuk Peningkatan Hasil Belajar
Pada Materi Interaksi Keruangan Desa Kota Siswa Kelas XII IPS MAN 9 JAKARTA.”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui instrumen penilaian yang kuat atau tepat pada materi interaksi desa kota
kelas XII IPS MAN 9 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru
Guru akan memperoleh manfaat dari penelitian ini yakni dapat
mengetahui bagaimana cara mengetahui pemahaman siswa pada materi
interaksi desa kota.
2. Siswa
Memberikan kemudahan bagi siswa dalam meningkatkan hasil
belajar geografi pada materi interaksi desa kota sehingga siswa dapat
memenuhi kriteria ketuntasan minimal(KKM).
3. Peneliti
Menambah pemahaman dan pengalaman langsung peneliti tentang
penguatan instrumen penilaian pada materi interaksi desa kota serta bekal
tambahan sebagai calon guru geografi sehingga siap melaksanakan tugas
di lapangan dengan menerapkan model tersebut.
4. Sekolah
Manfaat bagi sekolah adalah sebagai suatu masukan atau saran
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta bisa meningkatkan
kualitas pembelajaran geografi pada bab interaksi desa kota.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Instrumen Penliaian

1. Pengertian Instrumen Penilaian

Berdasarkan Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “instrumen


merupakan indera bantu yg dipilih & dipakai sang peneliti pada kegiatannya
mengumpulkan data supaya aktivitas tadi sebagai sistematis & dipermudah
olehnya.” Alat atau instrumen penilaian pada Suharsimi (2012: 40-51) indera
merupakan sesuatu yg bisa dipakai buat mempermudah seorang pada
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif & efisien”. Anas
Sudjiono (2011: 4) menjelaskan “menilai merupakan aktivitas pengambilan
keputusan terhadap sesuatu menggunakan mendasarkan diri atau berpegangan
dalam berukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pintar atau bodoh, &
sebagainya.”

Sedangkan menurut permendikbud No.104 Tahun 2014 mengenai


evaluasi output belajar bagi pendidik dalam pendidikan dasar & pendidikan
menengah, dijelaskan bahwa evaluasi output belajar merupakan proses
pengumpulan berita mengenai ketercapaian pembelajaran yg sudah
dilaksanakan sang murid guna berbagi pengetahuan, keterampilan, &
kompetensi perilaku yg pada pelaksanaannya dilakukan secara sistematis selama
& sehabis proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para pakar pada atas, bisa disimpulkan bahwa


instrumen merupakan indera yg dipakai buat megumpulkan variabel yg sedang
diuji atau pada teliti. Sedangkan evaluasi merupakan sebuah proses yg
sistematis yg mencakup pengumpulan berita berupa nomor juga pelukisan,
analisis, & interpretasi yg bermanfaat pada merogoh keputusan. Untuk itu,
menurut pengertian instrumen & evaluasi tadi, bisa disimpulkan bahwa,
instrumen evaluasi merupakan indera yg dipakai buat mengumpukan variabel yg
sedang pada uji atau pada teliti berupa berita baik pada bentuk nomor juga
pelukisan lalu dianalisis dan pada interpretasi buat memperoleh sebuah
konklusi atau keputusan.

4
2. Bentuk Instrumen Penilaian

Dalam melakukan evaluasi, instrumen yang digunakan secara garis besar


memiliki dua macam bentuk, yaitu berbentuk instrumen tes maupun
instrumen nontes (Suharsimi Arikunto. 2010, hal. 193).

1. Instrumen Tes

a) Pengertian Tes
Berdasarkan (Payne. 2003, hal.7) mendefinisikan tes adalah “a
systematic method of gethering data for the purpose of making intra or
interindividual comparisons”. Tes didefinisikan sebagai metode
sistematis pengumpulan data dengan tujuan membuat perbandingan intra
atau antarindividu. Hal senada juga disampaikan oleh Rusli Lutan (2000:
21) tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh
informasi tentang seseorang atau objek. Senada dengan hal tersebut
Suharsimi Arikunto (2006: 150) juga mendefinisikan tes sebagai
“serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh seorang individu atau kelompok tertentu.” Kemudian
Anas Sudjiono (2011: 67) juga mendefinisikan tes sebagai, Cara atau
prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah
(yang harus dikerjakan) oleh testee.
Azwar (2008: 3) memperjelas tes yang digunakan dengan
memiliki prosedur yang sistematik, yakni: (1) item-item dalam tes
disusun menurut cara dan aturan tertentu, (2) prosedur dan pemberian
angka terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara
terperinci, dan (3) setiap orang yang mengambil tes tersebut harus
mendapat item-item yang sama dalam kondisi yang sebanding.
Pengertian-pengertian tersebut berimplikasi bahwa bahwa terdapat
unsur-unsur pokok yang dapat digunakan dalam mendefinisikan sebuah
tes yaitu:
(1) Tes adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data atau
informasi.

5
(2) Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan atau bakat.
(3) Tes merupakan metode sistematik dalam rangka pengukuran dan
penilaian yang harus dikerjakan oleh testee.
Dari beberapa pemaparan para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa tes adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukur
atau untuk memperoleh informasi pada seseorang yang melakukan tes
(testee) agar dapat ditemukan sebuah kesimpulan untuk mengambil
sebuah keputusan.
b) Jenis-Jenis Tes
Suharsimi Arikunto (2010: 193), membedakan tes berdasarkan
tujuannya menjadi beberapa macan, yaitu:
(1) Tes kepribadian atau personality test, yaitu digunakan untuk untuk
mengungkap kepribadian seseorang.
(2) Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
atau mengetahui bakat seseorang.
(3) Tes intelegensi atau intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual
seseorang dengan cara memberikan tugas kepada orang yang akan
diukur intelegensinya.
(4) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah skala
sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap
seseorang.
(5) Tes minat atau measures of interest, adalah alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
(6) Tes prestasi atau achievment test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

Ditinjau dari segi cara dan bentuk responsnya, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan (Anas Sudjiono, 2011: 75), sebagai berikut:

(7) Verbal test, yakni suatu tas yang menghendaki respon (jawaban) yang
tertuang dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun
tertulis.
(8) Non-verbal test, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan

6
atau tingkah laku, jadi respon dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.

c) Langkah-Langkah Penyusunan Tes


Safrit & Wood (1989: 289) memberikan beberapa acuan atau
pedoman sebelum melakukan pembutan suatu tes yang digunakan
dalam menilai suatu keterampilan, yaitu:
The development of sport skill tests generally involves four
phases; (1) select the attributes to measured, (2) establish that will
assess the appropriate atributes, (3) determine the reliability and
establish an appropriate measurement schedule, and (4) estimate the
validity of each measure. Pengembangan tes keterampilan umumnya
melibatkan empat tahap: (1) pemilihan atribut untuk diukur, (2)
menetapkan atribut yang sesuai yang akaan dinilai (3) menentukan
reliabilitas dan menetapkan jadwal pengukuran yang tepat, dan (4)
memperkirakan validitas setiap ukuran, (Safrit & Wood, 1989: 289).
2. Instrumen Non Tes
a. Pengertian Instrumen Non Tes
Anas Sudjiono (2011: 76) menyatakan bahwa “teknik nontes pada
umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar siswa dari segi ranah sikap (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain)”. Hamzah
dan Satria (2012: 19-29) juga menerangkan bahwa instrumen nontes
pada umumnya digunakan dalam beberapa teknik penilaian, yaitu: (a)
penilaian unjuk kerja, (b) penilaian produk, (c) penilaian proyek, (d)
potofolio, dan (e) skala sikap.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa instrumen nontes digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan aspek
psikomotor dan afektif terutama yang berhubungan dengan apa yang
dikerjakan oleh seseorang atau instrumen ini digunakan untuk
mengukur sesuatu yang terlihat yang dapat diamati dengan
menggunakan indera atau dengan pengamatan.
b. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes

7
Instrumen non tes merupakan bagian dari keseluruhan instrument
penilaian hasil belajar, instrumen yang umum digunakan adalah rubric
penilaian berbentuk pedoman observasi, berupa daftar cek, maupun
skala rentang.
(1) Daftar Cek (Check List)
Daftar cek (check list) merupakan suatu bentuk instrumen dengan
menggunakan dua kriteria sebagai acuan penilaian (ya/tidak). Siswa
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai, dan jika tidak teramati maka siswa tidak
mendapatkan nilai (Hamzah dan Satria (2012: 20). Kelemahan cara ini
adalah penilaian hanya mempunyai dua pilihan, yaitu benar-salah,
dapat diamati atau tidak teramati. Dengan demikian tidak terdapat nilai
tengah atau antara.
(2) Skala Rentang (Rating Scale)
Penilaian dengan skala rentang memungkinkan penilai
memberikan nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu,
karena pemberian nilai secara kontinu, dimana pilihan kategori nilai
lebih dari dua (Hamzah dan Satria (2012: 21). Skala rentang tersebut
misalnya sangat kompeten, kompeten, agak kompeten, tidak kompeten.
d) Langkah Penyusunan Instrumen Nontes
Kunandar (2014: 226) menjelaskan langkah-langkah penyusunan
instrumen penilaian nontes dalam penilaian unjuk kerja (performance
assessment) adalah sebagai berikut :
(1) Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja
beserta indikator-indikatornya.
(2) Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang
akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
(3) Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
(4) Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur (tidak terlalu banyak
sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa
tersebut melakukan tugas
(5) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang
diukur, atau karakteristik produk yang dihasilkan (harus dapat diamati).

8
(6) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang akan diamati.
(7) Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteriakriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan

Hal yang penting pada penilaian unjuk kerja adalah


menentukancara mengamati dan menskor kemampuan siswa. Penilaian
unjuk kerja dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: (1) metode
holistic, dengan menggunakan satu skor (single rating) terhadap
keseluruhan hasil unjuk kerja, (2) metode analytic, dengan memberikan
skor pada berbagai aspek. yang berbeda berhubungan dengan unjuk
kerja yang akan dinilai, dengan chek list atau rating scale.

B. Penguatan Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang baik adalah instrumen penilaian yang benar-


benar disusun secara sistematis dan telah memiliki kriteria-kriteria bukti
bahwa instrumen tersebut benar-benar handal sehingga dapat digunakan
dalam mengukur pengetahuan siswa setelah proses pembelajan. Untuk
itu sebelum instrumen penilaian di berikan kepada siswa maka kita perlu
melakukan sebuah penguatan instrumen penilaian melalui beberapa
parameter atau indikator sebagai berikut :
1. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui
apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran
adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu
soal. (Arikunto, 1999: 207).
Adapaun cara untuk menentukan tingkat kesukaran suatu butir
tes
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
persamaan :

B
P=
JX

Keterangan :
P : indeks kesukaran,
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan

9
Jx : jumlah seluruh siswa peserta tes.
Kemudian kita mengklasifikasikan Indeks kesukaran seperti tabel
berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran


P-P Klasifikasi
0,00 – 0,29 Soal sukar
0,30 – 0,69 Soal sedang
0,70 – 1,00 Soal mudah
(Arikunto; 1999:
210)
2. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk


membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah (Arikunto, 1999 : 211).

Adapun Cara Menentukan Daya Pembeda Butir Tes adalah


yakni sebagai berikut :

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

B A BB
DP= −
J A JB

(Arikunto, 1999: 213)

Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda,

B A : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan


benar,

BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan


benar,

J A : banyaknya peserta tes kelompok atas, dan

J B : banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Adapun kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Indeks daya pembeda

10
DP Kualifikasi
0,00 – 0,19 0,20 jelek
– 0,39 0,40 – cukup baik baik
0,69 0,70 – 1,00 sekali tidak baik,
Negatif harus dibuang

(Arikunto, 1999: 213)

3. Pengecoh Soal
Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan
istilah menganalisis pola penyebaran jawaban butir soal pada soal
bentuk pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban butir soal atau yang
tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dari pola penyebaran
jawaban butir soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi
dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi
dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut tes.
Adapun cara untuk melakukan analisis pengecoh adalah dengan
menggunakan pertimbangan terhadap analisis pengecoh sebagai
berikut :
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali, karena kurang baik
Sebuah pengecoh dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit
dipilih oleh 5% pengikut tes.
4. Bahasa Soal
Saat menyusun pertanyaan, guru harus memahami bahasa
komunikasi dan keterampilan komunikasi. Hal ini akan memudahkan
siswa untuk memahami inti permasalahan. Menurut Ahmad Murad
(2015:25) Keterampilan komunikasi adalah kemampuan menggunakan
kaidah tata bahasa suatu bahasa untuk membentuk kalimat yang benar
dan mengetahui kapan, di mana, dan kepada siapa kalimat itu
diucapkan. Guru yang memiliki kompetensi komunikasi dapat
menyampaikan dan menafsirkan pesan atau menegosiasikan makna
dalam hubungan manusia dalam konteks tertentu. Agar penggunaan
bahasa mencapai tingkat komunikatif, pengguna tidak hanya harus

11
mampu menghasilkan kalimat gramatikal, tetapi juga kemampuan untuk
menggunakan kalimat tersebut sesuai dengan konteks komunikasi.
Seperti yang dikatakan Hymes dalam Sumarwati (2013):27) ukuran
tingkat komunikasi penggunaan bahasa dikaitkan dengan parameter
kompetensi bahasa internal dan parameter kemampuan bahasa. Oleh
karena itu, parameter Hymes memiliki jangkauan yang luas, karena
komunikasi tidak hanya membutuhkan tata bahasa, tetapi juga aspek
lain yang mendukung kelancaran komunikasi, yang disebut kompetensi
komunikasi. Penggunaan kosakata yang berlaku secara lokal harus
dihindari dalam pertanyaan tertulis. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kebingungan siswa dalam menentukan tujuan soal.

C. Fungsi Instrumen penilaian

Tergantung pada kegiatannya, ada beberapa alat evaluasi, yaitu alat evaluasi
formatif, alat evaluasi sumatif, diagnostik, evaluasi selektif dan evaluasi mediasi
(Mimin Haryati. 2013, p.18).

1) Alat penilaian formatif

Penilaian formatif merupakan penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah memahami tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan setelah
mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Ujian formatif biasanya
dilaksanakan di tengah-tengah kurikulum atau di akhir mata pelajaran ujian harian.

2) Alat penilaian sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang mencakup lebih dari satu mata pelajaran pada
akhir suatu satuan waktu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dari
satu mata pelajaran ke mata pelajaran lainnya. Evaluasi sumatif dilakukan setelah
penyerahan kelompok mata pelajaran atau materi.

3) Perangkat penilaian diagnostik

Penilaian untuk mengajar, mengajar (mengajar), menemukan kasus dan banyak lagi.
Tentu saja soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat diketahui
kesulitan belajar siswa.

4) Alat penilaian selektif

12
Ujian kompetitif adalah ujian untuk seleksi, seperti tes seleksi untuk masuk ke
lembaga pendidikan tertentu.

5) Alat evaluasi investasi

Asesmen penempatan adalah asesmen yang tujuannya untuk mengetahui persyaratan


kualifikasi yang diperlukan program studi dan pengelolaan pembelajaran seperti yang
diprogramkan sebelum pembelajaran program yang bersangkutan selesai. Sementara
itu (Mimin Haryati. 2013, hlm. 19) tugas evaluasi meliputi: 1) menjelaskan sejauh
mana perkembangan siswa telah terverifikasi kompetensinya. 2) Menilai hasil belajar
siswa agar siswa dapat memahami dirinya sendiri untuk mengambil keputusan tentang
langkah selanjutnya, mis. B. pilihan program atau jurusan bahkan jenjang sekolah
selanjutnya. 3) Menemukan kesulitan belajar dan peluang pengembangan potensi
siswa dan mendiagnosa apa yang guru lakukan sebagai alat untuk menentukan apakah
siswa yang bersangkutan memerlukan perlakuan atau pengayaan.

D. Instrumen Penilaian Pembelajaran Geografi

Geografi merupakan suatu ilmu yang dipelajari di pendidikan formal di negara


Indonesia. Pada tingkat SMA/MA geografi masuk kedalam satu mata pelajaran yang
wajib diikuti oleh siswa IPS maupun IPA sebagai mata pelajaran lintas minat. Bintarto
(1977) mengemukanan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan,
menerangkan sifat sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta
mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur unsur bumi dalam ruang dan waktu. Oleh karena itulah ilmu geografi masuk
kedalam mata pelajaran di sekolah karena merupakan suatu ilmu yang sangat penting.

Penilaian dan hasil belajar merupakan komponen yang sama pentingnya


dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Peranan penilaian sangat
diperlukan dalam sistem pendidikan yaitu untuk mengetahui kemajuan peserta didik
selama proses pembelajaran dan menetapkan ketercapaian standar kompetensi oleh
peserta didik. Besarnya peranan penilaian membuat pelaksanaannya harus
direncanakan secara sistematis.

Menurut Depdiknas (dalam Warsita, 2008:85) “Dalam UU No.20 Tahun 2003


tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Artinya

13
Pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dalam sebuah
tindakan atau proses transfer ilmu pengetahuan dari sumber belajar di suatu ruang
lingkup pembelajaran.

Untuk mengetahui bagaimana pencapaian siswa dalam proses pembelajaran


geografi maka perlu dilakukannya sebuah penilaian yang menggunakan instrumen
instrumen tes. Penilaian menurut Anthony J. Nitko (dalam Sarkadi, 2019), yaitu
sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam
rangka membuat keputusan tertentu mengenai para siswa, kurikulum, program,
kebijakan pendidikan, metode serta instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan ,
lembaga, organisasi atau intstitusi resmi yang melaksanakan aktivitas tertentu.
Sementara itu, instrumen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seperangkat
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menghimpun informasi.

Untuk itu dapat kita ambil kesimpulan bahwa instrumen penilaian


pembelajaran geografi adalah seperangkat alat atau bahan yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau menghimpun informasi mengenai bagaimana capaian hasil
belajar siswa dalam mempelajari citra, sifat sifat bumi, gejala-gejala alam, dan
penduduk, serta corak yang khas mengenai kehidupan dan fungsi dari unsur unsur
bumi dalam ruang dan waktu melalui sebuah proses yakni penilaian.

E. Pengertian Hasil Belajar

1. Defenisi Belajar

Belajar adalah proses menemukan sesuatu untuk dipelajari. Proses


dimana seseorang yang sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi
sadar. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar hasil dari interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru
kepada siswa, sedangkan respon adalah respon atau respon siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru. Amati dan ukur apa yang diberikan
guru (stimulus) dan apa yang diterima siswa (umpan balik). (Hamalik.
2014, p. 36) Belajar adalah proses, kegiatan, bukan hasil atau tujuan.
Belajar tidak hanya belajar dengan hati, tetapi lebih menyeluruh yaitu
mengalami. Hasil belajar bukanlah penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan tingkah laku. Demikian juga (Sudjana. 2009, hlm. 3) hasil
belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan perilaku. Perilaku belajar

14
dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemudian (Slameto. 2015, p. 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses di mana seseorang berusaha mencapai suatu perubahan tingkah laku
baru sebagai hasil dari pengalaman interaksinya sendiri dengan
lingkungannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui apa yang sedang
dipelajari sehingga yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Belajar juga
merupakan sesuatu yang diciptakan sepenuhnya oleh manusia untuk
memahami sesuatu yang baru yang berguna dalam kehidupannya. Karena
kita harus belajar sejak kecil, dengan melihat, mengamati dan mencoba apa
yang kita coba pelajari.

2. Defenisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bentuk tingkah laku dari proses belajar itu
sendiri yang seringkali mengarah pada perubahan, kebiasaan, keterampilan,
sikap, pengamatan, dan kemampuan. Seseorang dapat dikatakan berhasil
dalam belajar jika hasil belajar yang dicapainya baik atau ada perubahan
yang mengarah pada kategori baik. Dalam arti lain, hasil belajar adalah pola
perilaku, nilai, keyakinan, sikap, penilaian, dan keterampilan. Berdasarkan
uraian di atas, kita dapat memahami standar keluaran sebagai suatu nilai
yang diperoleh dari hasil pengamatan setelah dilakukan proses
pembelajaran atau perubahan ke arah yang lebih baik, yang dinyatakan
dengan result.check.Untuk lebih memahami sifat standar keluaran, berikut
adalah beberapa pandangan ahli tentang standar keluaran. Sujana dari
Iskandar menyatakan bahwa “standar hasil adalah hasil dari suatu proses
pembelajaran yang menggunakan alat ukur, yaitu berupa tes terencana, baik
tertulis maupun terkontrol, tanya jawab dan cek tindakan (Sardiman A, M.
2007, p.19) Menurut kepada Arsyad (2005, hal. 1) pengertian hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang yang mungkin disebabkan oleh
perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikap. Perubahan
terencana yang diarahkan siswa, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap. Menurut Aqib (2010, hlm. 51), hasil belajar terwujud dalam
perubahan perilaku, baik kognitif, psikomotorik maupun afektif. Karena
menurut Driscoll dalam (Smaldino 2011, p.11) belajar didefinisikan sebagai

15
rangkaian perubahan kemampuan yang dihasilkan dari pengalaman
pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil


belajar adalah pencapaian proses belajar yang dicapai oleh seseorang yang
membawa perubahan dan pembentukan tingkah laku atau pengetahuan pada
diri orang tersebut.

Hasil belajar dilihat dari dua sisi, sisi siswa dan sisi guru, hasil belajar
adalah perkembangan dalam diri seseorang yang mengarahkan proses
belajar ke arah yang lebih baik dari sebelum belajar. Berdasarkan definisi
standar hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil adalah perubahan
tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar, meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diketahui melalui penilaian
tertentu yang menunjukkan derajat pengaruh standar keluaran. kriteria
evaluasi telah terpenuhi. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes
dengan alat penilaian.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil Belajar

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik


seseorang. Secara keseluruhan, hasil belajar dapat dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu:1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal 3. Faktor Akses Belajar
Faktor Internal yang mempengaruhi hasil belajar awal adalah aspek
psikofisiologis. Menurut Slameto, faktor yang ada pada diri siswa (faktor
internal) meliputi faktor fisik dan psikologis. Sedangkan faktor di luar siswa
meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk mencapai
tujuan belajar. Faktor internal meliputi faktor fisiologis (fisik) dan faktor
psikologis (psikologis). Faktor internal meliputi: bakat; Menurut Semiawan
et al dalam buku yang ditulis oleh Yudrik Jahja, bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, potensi yang belum dikembangkan atau dipraktikkan
(Anggraini et al., 2020). b) Minat, menurut Slameto minat belajar adalah
minat dan perasaan tertarik terhadap sesuatu atau suatu kegiatan tanpa ada
yang menyuruh (Ratnasari, 2017) motivasi, motivasi adalah rangkaian
upaya menyiapkan kondisi tertentu, agar seseorang mau dan mau lakukan
sesuatu. Ada yang lain. Motivasi merupakan hal yang penting dan harus

16
dimiliki oleh setiap siswa agar siswa tertarik untuk belajar (Hartata, 2.019).
d) Cara belajar, cara belajar adalah tingkah laku individu siswa yang lebih
spesifik berkaitan dengan usaha yang dilakukan atau biasa dilakukan siswa
untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah bakat,
minat, motivasi dan metode pembelajaran, faktor mana yang menjadi
penghambat?hasil belajar yang kurang baik, begitu juga sebaliknya jika
tidak ada hambatan seperti minat belajar. mempelajari apa yang dipelajari,
kemampuan mempelajarinya, motivasi mempelajarinya dan cara belajar
yang baik.. belajar, maka akan menimbulkan hasil belajar yang maksimal
sesuai dengan apa yang diharapkan.Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri. Faktor eksternal tersebut meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan rumah, dan lingkungan masyarakat. a) Faktor lingkungan
sekolah adalah faktor yang berhubungan dengan efektivitas kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas, seperti metode pembelajaran,
fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran, kondisi lingkungan sekolah
dan faktor lainnya. Faktor lingkungan sekolah adalah faktor-faktor yang
berkaitan dengan lingkungan sekolah, cara guru mengajar, fasilitas yang
diberikan sekolah kepada siswa, suasana belajar, kemudian latihan proses
pembelajaran, termasuk penilaian sekolah dan masalah lingkungan
sekolah. b) faktor keluarga adalah faktor yang dipengaruhi oleh keadaan
keluarga, yaitu cara orang tua membesarkan anaknya, keadaan ekonomi
anak, cara orang tua memenuhi kebutuhan gizinya seperti anak, dll. c)
Faktor masyarakat adalah faktor yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar tempat siswa menemukan dirinya. Jika lingkungannya baik, maka
akan berdampak baik pula terhadap hasil belajar siswa. Di depan.

4. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Merujuk kepada faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar, maka


kita perlu mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Nana
Sudjana, penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria, yaitu :

1. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.

Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan


sebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar

17
mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam
bentuk dan aspek-aspek :

a. Tujuan-tujuan pengajaran.
b. Bahan pengajaran yang diberikan.
c. Jenis kegiatan yang dilaksanakan.
d. Cara melaksanakan jenis kegiatan.
e. Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan.
f. Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

2. Keterlaksanaannya oleh guru


Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah
dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang
berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana
seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :

a. Mengkondisikan kegiatan belajar siswa.


b. Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar.
c. Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.
d. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.
e. Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.
f. Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan
belajar mengajar berikutnya.
3. Keterlaksanaannya oleh siswa

Dilihat sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan


program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan
yang berarti, hal ini mencakup:

a. Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.


b. Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.
c. Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
d. Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru.
e. Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.
4. Motivasi belajar siswa

18
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi
belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar . dalam hal :

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.


b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.
c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.
d. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
5. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar

Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana


keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa
dapat dilihat dalam hal :

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada teman atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi.
d. Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.
h. Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
6. Interaksi guru dan siswa

Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan hubungan timbal balik


dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat:

a. Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa
dengan siswa.
b. Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik
secara individual mupun secara kelompok.
c. Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar.

19
d. Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai
fasilitator belajar.
e. Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa
menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya.
f. Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan
dari hasil belajar yang diperoleh siswa.
7. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar

Keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang


professional dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode
mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain :

a. Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa.


b. Terampil berkomunikasi dengan siswa.
c. Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas.
d. Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar.
e. Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.
8. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa

Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil


belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:

a. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah


menyelesaikan pengalaman belajarnya.
b. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa.
c. Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75
dari jumlah intrusional yang harus dicapai.
d. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar
dalam mempelajari bahan berikutnya.
Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain :

a. Dikembangkan dengan mengacu pada 3 aspek: pengetahuan,


keterampilam dan sikap.
b. Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi
dasar.
c. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif).
Tujuan dan fungsi formatif: keputusan aspek apa yang masih harus

20
diperbaiki dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi dari
indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif: keputusan apakah
siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh
tujuan pembelajaran.
d. Mengacu kepada prinsip diferensiasi.
e. Tidak bersifat diskriminat.
f.

F. Materi Interaksi Desa Kota

1. Pengertian Desa

Menurut R. Bintarto (Dalam Fairus Adira, 2020), desa adalah kesatuan


atau entitas geografis, sosial, komersial, politik dan budaya yang terkubur
dalam suatu ruang yang dalam hubungan dan pengaruhnya saling terkait
dengan dimensi lain. Sedangkan menurut UU Desa No. 6 Tahun 2014, desa
adalah kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan atas prakarsa masyarakat, hak asal usul
dan/atau hak tradisional. diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Layaknya permukiman lainnya, desa
juga memiliki keistimewaan yang menjadi ciri khasnya.Berikut beberapa
karakteristik desa yang cukup berbeda dengan perkotaan. Berikut adalah
beberapa: 1. Masyarakat di desa dikatakan sangat dekat dengan alam. Oleh
karena itu, semua pekerjaan yang dilakukan pada umumnya bersifat
homogen dan bergantung pada iklim dan cuaca. Oleh karena itu, wajar jika
mayoritas penduduk desa bekerja di bidang pertanian, peternakan, atau
perikanan.2. Kekerabatan penduduk desa lebih kuat dibandingkan dengan
kekerabatan penduduk daerah lain. Maka jangan heran, jika komunikasi
antar manusia juga lebih personal sehingga saling mengenal.3. Selain itu,
desa ini juga memiliki solidaritas masyarakat yang tinggi. Ini terjadi karena
penduduk desa biasa memiliki ekonomi, budaya, dan tujuan hidup yang
sama. 4. Kepadatan penduduk desa rendah, sehingga rasio luas penduduk
rendah. Pin dapat melihat bukti dengan mengamati jarak rumah satu sama
lain. Atau bisa Anda ketahui dari banyak rumah di pedesaan yang masih
memiliki halaman yang luas.5. Mobilitas di desa cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan daerah lain. Ini karena penduduk desa biasa jarang

21
bepergian.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa desa merupakan
wilayah administratif yang berciri umum tradisional, memiliki kekayaan
budaya dan juga memiliki asal muasal yang jelas untuk membentuk
masyarakat.

2. Pengertian Kota

Berdasarkan (Branch. 1996,) Kota didefinisikan sebagai tempat tinggal


beberapa ribu orang atau lebih, sedangkan perkotaan didefinisikan sebagai
daerah pemukiman dengan struktur dan jalan, seperti pemukiman yang
terkonsentrasi di suatu daerah tertentu. Kepadatan. Adapun (Prof. Bintarto.
1983, hal. 36) Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
bercirikan kepadatan penduduk yang tinggi dan dihiasi oleh kelas sosial
ekonomi dan ciri fisik yang heterogen. Kota juga dapat didefinisikan
sebagai lanskap budaya yang diciptakan oleh faktor alam dan non alam,
dengan beberapa gejala berupa konsentrasi penduduk yang cukup besar,
dengan gaya hidup material dan heterogen dari kawasan belakang. Kota
dicirikan oleh adanya kelas sosial ekonomi, seperti perbedaan pendapatan,
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Ada jarak sosial dan kurangnya
toleransi sosial di antara warga. Ada berbagai penilaian masalah karena
perbedaan minat, keadaan dan kondisi kehidupan. Penduduk kota sering
menganggap cuaca sangat serius. Cara berpikir dan bertindak penduduk
kota cenderung lebih rasional dan berprinsip ekonomi. Penduduk kota lebih
mudah beradaptasi dengan perubahan sosial karena mereka terbuka
terhadap pengaruh luar. Secara umum, masyarakat kota lebih individualistis
(dibandingkan masyarakat desa), sedangkan solidaritas dan gotong royong
tidak lagi kuat. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kota merupakan
wilayah administratif dengan kehidupan sosial yang heterogen dan juga
merupakan wilayah perilaku yang maju.

3. Interaksi Desa Kota

Interaksi antara kawasan pedesaan dan perkotaan merupakan istilah


yang lahir dari bahasa Inggris “Spatial Interaction” yang berarti hubungan
timbal balik antar kawasan dengan tujuan untuk mempercepat proses
pembangunan yang terencana, baik langsung maupun tidak langsung
selanjutnya. Sementara menurut ahli geografi Indonesia, Prof. Atau, interaksi

22
adalah paparan atau hubungan antara dua atau lebih area yang dapat
menyebabkan gejala atau masalah baru. Masalah baru ini juga ditemukan
dalam pola interaksi antara desa dan kota. Artinya ada hubungan desa-kota
yang terjadi semata-mata karena manusia terus berkembang dan juga
makhluk sosial.

1. Contoh Interaksi Desa dan Kota


Contoh interaksi antara desa dan kota adalah sebagai berikut:
Saat ini, desa dan kota merupakan bagian dari sistem kehidupan yang
saling berhubungan. Pertimbangkan contoh dalam kasus ini:Ada desa dengan
infrastruktur yang buruk, aktivitas terbatas, mempengaruhi produktivitas
masyarakat. Sementara itu, masyarakat desa sering mendengar bahwa kota
besar memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk menjadi kaya. Kota ini
juga dianggap sebagai negeri impian yang menawarkan peluang dan peluang
untuk kehidupan yang lebih baik. Persepsi ini kemudian berkembang di
masyarakat, dimana kota pada akhirnya dipersepsikan memiliki daya tarik
ekonomi yang kuat sehingga menimbulkan gejala urbanisasi atau perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Contoh bagus lainnya adalah gejala ruralisasi.
Fenomena perpindahan penduduk dari kota ke desa akhir-akhir ini semakin
meningkat. Penyebab utamanya adalah rasa jenuh masyarakat perkotaan
dengan kondisi perkotaan yang semakin tidak layak huni.Polusi udara,
kemacetan lalu lintas, polusi lingkungan dan tingkat kejahatan yang tinggi
adalah beberapa penyebab yang menyebabkan pedesaanisasi. Harga tanah
perkotaan yang tinggi turut mendorong keinginan masyarakat kota untuk
kembali ke desanya.
2. Dampak Interaksi Penduduk Desa dan Kota

Dari fenomena di atas, sudah bisa ditebak bahwa interaksi yang terjadi
antara desa dan kota akan memberikan dampak positif dan negatif yang
berbedasebagai berikut :

Dampak Positif Interaksi Desa Kota

a) Proses urbanisasi terjadi, menyebabkan kota menerima lebih banyak


tenaga kerja dari desa.
b) Mampu mensuplai bahan baku pakan ternak yang cukup seperti beras,
sayuran dan buah-buahan untuk ternak dari desa ke kota.

23
c) Meningkatnya pendapatan daerah karena banyaknya penduduk yang
pindah ke kota.
d) Inisiasi pedesaanisasi penduduk perkotaan yang menyediakan lapangan
kerja di desa.
e) Tingkat pendidikan kesehatan masyarakat pedesaan mulai membaik
sebagai akibat dari pedesaanisasi.
f) Adanya peningkatan perekonomian desa dari transaksi perdagangan
dengan penduduk perkotaan.
g) Perkembangan desa semakin tinggi karena ada penduduk yang tinggal di
kota.
h) Penerapan teknologi dan informasi yang dikembangkan di desa
kerajinan.

Dampak Negatif Interaksi Desa Kota

Selain dampak positif, ada beberapa dampak negatif, antara lain:

1. Banyaknya permukiman kumuh di pinggiran kota akibat


tingginya tingkat urbanisasi.
2. Lahan menyusut dan kemacetan tak terelakkan.
3. Polusi udara semakin meningkat.
4. Kemungkinan melakukan kejahatan lebih tinggi.
5. Kurangnya tenaga produksi di desa kerajinan akibat proses
urbanisasi.
6. Modernisasi yang terlalu liberal menghancurkan tatanan
kehidupan tradisional masyarakat desa.
7. Mengurangi luas lahan produksi dan mengubahnya menjadi
lahan pemukiman di perkotaan.

G. Madrasah Aliyah Negeri 9 Jakarta Timur

Dilihat dari sudut pandang bahasa, pendidikan berasal dari kata “paedagogie”
yang merupakan bahasa Yunani. Paedagogie tersususun dari kata “paes” yang
memiliki arti anak dan “agogos” yang memiliki arti membimbing. Maka
paedagogie memiliki definisi bimbingan yang disalurkan kepada anak. Jika
ditinjau dari bahasa Romawi, pendidikan memiliki asal kata “educate” yang
memiliki arti mengeluarkan suatu hal yang ada dari dalam diri seseorang.
Sedangkan jika ditinjau dari bahasa Inggris pendidikan diberi istilah dengan kata

24
“to educate” yang memiliki arti memperbaiki moral dan mengembangkan
kemampuan intelektual.

Salah satu pendidikan formal pada usia remaja yang akan diterima oleh
seseorang adalah tingkat Madrasah Aliyah Negeri(MAN). Menurut Abudin Nata,
Madrasah berasal dari akar kata darrasa, yaitu belajar, sedangkan madrasah
berarti tempat belajar atau sekolah formal. Adapun pengertian madrasah menurut
orang awam adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah yang
mengajarkan agama Islam saja, perpaduan antara ilmu agama Islam dan ilmu
umum, maupun ilmu berbasis ajaran Islam. Sedangkan Aliyah adalah pendidikan
formal menengah ke atas. Artinya Madrasah Aliyah adalah suatu lembaga
pendidikan formal pada tingkat menengah ke atas dibawah langsung oleh
kementerian Agama RI.

Salah satu penyelenggara pendidikan formal menengah ke atas adalah MAN 9


Jakarta. Sekolah ini beralamat pada Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur. Sekolah ini
adalah sekolah negeri, yang mana dikelola langsung oleh kantor wilayah
kementerian Agama DKI Jakarta. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh sekolah
ini adalah kelas untuk belajar mengajar, listrik air, dan fasilitas pendukung
lainnya. Sekolah ini melakukan pembelajaran selama 5 hari dengan interval jam
masuk pagi dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler setelah pulang sekolah.

1 Data Sekolah

Madrasah Aliyah Negeri 9 Jakarta atau MAN 9 Jakarta atau Al-Madrasatis


Tsanawiyatil Al-Islamiyah Al-Hukumiyah Attasi'ah adalah Madrasah Aliyah
Negeri yang terletak di Jl. H. Dogol No.54, Pondok Bambu. MA Negeri 9 Jakarta
merupakan salah satu Madrasah Unggulan di Jakarta Timur.

 Alamat: Jl. H. Dogol No.54, RT.16/RW.7, Pd. Bambu, Kec. Duren


Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13430
 Telepon: (021) 86611788
 Provinsi: DKI Jakarta
 Akreditasi: A
 Didirikan: 1994
 Jumlah kelas: 18 Kelas
 Jumlah siswa: 570 siswa (35-36 siswa/rombongan belajar)

25
 Jurusan atau peminatan: IPA, IPS, Agama
 Kepala Sekolah: Rifqiati M.Pd
 Kurikulum : Kurikulum 2013 revisi untuk kelas 12 dan 11 dan
kurikulum merdeka untuk kelas 10

2. Struktur pelaksana Sekolah

Struktur pelaksana sekolah biasa juga dikenal dengan nama struktur


organisasi sekolah. Dalam kegiatan menyelenggarakan pendidikan, maka perlu
adanya struktur pelaksana sekolah. Struktur pelaksana sekolah biasanya meliput
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah, staf dan lainnya. Begitu
juga dengan penyelenggaraan MAN 9 Jakarta, sekolah ini juga memiliki struktur
pelaksana sekolah. Berikut ini adalah struktur pelaksana MAN 9 Jakarta.

KEMENTRIAN AGAMA
STRUKTUR ORGANISASI MAN 9 JAKARTA TIMUR

Gambar 1 : Struktur organisasi MAN 9 Jakarta Timur

3. Guru dan Siswa

Untuk hasil penelitian yang lebih optimal, perlu memahami kondisi pembelajaran di
kelas guru dan siswa. Menurut hukum angka. Peraturan No. 14 Tahun 2005 tentang

26
guru dan dosen memiliki konsep bahwa guru adalah pendidik profesional yang tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menguji dan
mengevaluasi peserta didik mulai dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan
menengah pertama dan pendidikan menengah formal. Menurut pengertian guru di
atas, seorang pendidik atau guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
mengajar, mendidik dan melatih peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas
baik secara intelektual maupun moral. Sederhananya, guru adalah aktor terpenting
dalam kelangsungan pendidikan. Tanpa guru, sulit membayangkan bagaimana
pendidikan bisa berjalan. Kalaupun dihipotesiskan bahwa keberadaan manusia sebagai
guru akan berpotensi menghambat perkembangan anak didik, namun keberadaan
manusia sebagai guru tetap tidak ada, dapat disangkal sama sekali dari proses
pendidikan (Dja’ far Siddik. 2006, hal. .39).Di tingkat kelembagaan, guru memegang
peranan penting, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan program. Guru
merencanakan, melaksanakan, dan merancang program untuk kelas mereka. Dengan
demikian, guru juga berperan dalam evaluasi dan perbaikan program (E. Mulyasa.
2010, p. 3). Sementara pelajar/mahasiswa/mahasiswa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, konsep pelajar berarti anak-anak (yang belajar/belajar, bersekolah).
Sedangkan menurut Sinolungan (Riska, 2013. p. 24), peserta didik dalam arti luas
adalah semua yang terlibat dalam proses pendidikan sepanjang hayat, dan dalam arti
sempit, semua peserta didik yang bersekolah. . Jika didasarkan pada pemahaman
siswa atau peserta didik terhadap ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, maka masyarakat berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia di jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, mahasiswalah yang dapat
memilih jalan untuk menuntut ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.

H. Penelitian Relevan

Beberapa aspek penting seperti prosedur penelitian dan analisa data pada
penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai parameternya. Penelitian
ini Namun pembaruan yang dilakukan ada pada objek dan variabel penelitiannya.
Penelitian relevan yang diambil dan digunakan adalah penelitian yang
menggunakan metode kuantitatif sesuai kebutuhan. Berikut ini adalah tabel
beberapa penelitian terdahulu atau penelitian relevan yang dikutip.

1. Penelitian dari Rizki Mulyati (2019) yang berjudul Pengembangan tes


hasil belajar matematika siswa sesuai pendekatan saintifik. Penelitian ini

27
mendapatkan hasil yaitu hasil penilaian ahli (Pakar Judgment)
menunjukan bahwa muatan tes yang dikembangkan memiliki validitas isi
(Conten validity) yang baik. Hasil ujicoba lapangan menunjukan bahwa
butir-butir tes yang dikembangkan memiliki daya pembeda dan tingkat
kesukaran yang ideal. Tingkat reliabilitas tes juga dalam kategori tinggi.
Hasil penerapan tes pada SMPN 3 Palimanan sebagian besar siswa (50%)
memiliki hasil belajar matematika yang baik. sisanya (20,9%) berkategori
sangat baik, (16,6%) berkategori kurang baik dan (12,5%) berkategori
cukup baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yohana Kurniawati pada tahun 2016
dengan judul pengembangan tes hasil belajar matematika materi
pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Hasil dari
penelitian ini Pengembangan tes hasil belajar matematika siswa sesuai
pendekatan saintifik.
3. Indri (2018) berjudul Pengembangan perangkat pembelajaran matematika
berbasis pendidikan karakter kreatif di sekolah dasar. Penelitian
menggunakan model pengembangan 4D dari Thiagarajan, Semmel &
Semmel menjadi tiga prosedur pengembangan yaitu : 1) Define, 2)
Design, dan 3) Develop. Penelitian ini hanya sampai pengembangan
perangkat pembelajaran. Kemudian perangkat pembelajaran di uji
validitasnya. Hasil validasi ahli dan praktisi menunjukkan bahwa RPP
yaitu 87,62 berada pada kategori baik dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
yaitu 81,90 berada pada kategori baik.
4. Pengembangan Evaluasi Afektif Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di
Prodi D-II PGSD Guru Kelas Universitas Negeri Yogyakarta oleh Mami
Hajaro. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model evaluasi
afektif dan mendapatkan satu perangkat evaluasinya untuk Mata kuliah
Pendidikan Agama Islam bagi mahasiswa D-II PGSD yang memiliki
standar kualitas perangkat non tes. Ini merupakan penelitian Action
Reseach dengan populasi penelitian mahasiswa PGSD D-II UNY. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitia ini tidak sama seperti metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu metode R & D, padahal
penelitian memiliki judul hampir sama yaitu pengembangan.

I. Kerangka Berfikir

28
Dalam program revisi 2013, pendidik atau guru dituntut untuk bertanggung
jawab. Selain mengembangkan alat penilaian, guru diharapkan mampu melakukan
penilaian secara terstruktur. Namun dalam pelaksanaannya, guru menemui berbagai
kendala, seperti kurangnya keahlian dalam membuat materi pembelajaran,
keterbatasan waktu guru, dan kendala dalam desain dan penggunaan bahan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru telah mencoba menghadirkan alat penilaian
yang lebih berbobot di akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa setelah
melakukan proses pembelajaran selama satu bab, namun kenyataannya masih belum
optimal. karena siswa masih takut dengan tahapan penilaian yang berdampak pada
nilai atau hasil belajar siswa. Untuk itu, kita harus menemukan alat penilaian yang
sesuai pada setiap bab yang dipelajari, bisa berupa blanko atau pilihan ganda. Dalam
hal ini, peneliti sedang mempertimbangkan dua alat penilaian yang paling tepat untuk
IPS bab Geografi 12 Interaksi Desa-Kota untuk penggunaan masa depan oleh guru
atau orang lain di kelas.Awal konsolidasi materi melakukan observasi dan wawancara
dengan guru geografi kelas 12 IPS 1 MAN 9 Jakarta Timur. Setelah melakukan
kegiatan observasi dan wawancara dilanjutkan dengan membagi kelas menjadi dua
bagian yaitu kelas kontrol dan kelas yang akan mendapatkan alat penilaian yang
berbeda. Tahap selanjutnya adalah penyusunan dokumen atau penyusunan soal untuk
menilai hasil belajar geografi dalam bentuk pilihan ganda dan isian. Pada tahap ini,
pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan ranah kognitif taksonomi modifikasi
Bloom, yaitu C2 (memahami), C3 (menerapkan). Jumlah soal untuk menilai hasil
belajar adalah 30 soal pilihan ganda. Sedangkan setelah isian disusun, dilanjutkan
dengan validasi untuk mendapatkan validitas isian dan reliabilitas dilakukan
pengujian berdasarkan indikator yang ditentukan. Berdasarkan keterkaitan antara
masalah dan teori serta upaya perbaikannya dapat digambarkan dalam gambar
kerangka berpikir seperti gambar berikut ini.

29
Proses Pembelajaran Geografi pada Materi Interaksi
Desa Kota kelas XII IPS di MAN 9 Jakarta

PENILAIAN
Dengan menggunakan parameter ;
 Tingkat Kesulitan
 Daya Beda
 Pengecoh
 Bahasa

Menggunakan Menggunakan
intrumen penilaian instrumen penilaian
yang telah melaului biasa
proses penguatan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Hasil Belajar

Kesimpulan

Penguatan Instrumen Penilaian untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada


Bab Interaksi Desa Kota siswa kelas XII IPS Di MAN 9 Jakarta

Gambar 2 : Kerangka Berfikir

30
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui instrumen penilaian yang
tepat bagi kelas XII IPS di MAN 9 Jakarta pada bab Interaksi Desa Kota agar
mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan sesungguhnya.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester satu dan dua sampai skripsi ini selesai
dilaksanakan. Dimana dimulai dari bulan Agustus sampai dengan skripsi ini selesai
dilaksanakan. Penelitian ini akan dilaksanakan di MAN 9 Jakarta beralamatkan di Jl.
H. Dogol No.54, RT.16/RW.7, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kode pos 13430.
C. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen yang bersifat kuantitatif. Hal ini dikarenakan, metode ini sangat
efektif digunakan untuk penelitian yang sedang dijalani dan memiliki hasil yang valid.
Menurut (Suharsimi, 2007. hal. 207) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan ada
subjek.. Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena
dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel pengganggu di
luar yang dieksperimenkan.”
Menurut Sugiono (2012 : 107), “penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Eksperimen dalam penelitian
ini menggunakan True Experiment. Menurut Sugiyono (2012:112), “True
Eksperimental adalah eksperimen yang benar, karena dalam desain ini, peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Adapun menurut (Sugiyono, 2018. Hal. 13) metode kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa
angka-angka yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan,
berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi

31
Menurut Sugiyono (2016 : 135) populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Hadari Nawawi (2007:75), populasi adalah :
“Keseluruhan obyek penelitian, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau
peristiwa sebagai sumber data yag dimiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian”.
Kelas XII MAN 9 Jakarta memiliki enam kelas yang terdiri dari tiga kelas
jurusan MIPA, dua kelas jurusan IPS, dan satu kelas jurusan agama. Mata
pelajaran geografi terdapat pada jurusan MIPA sebagai mata pelajaran lintas
minat dan di IPS mata pelajaran wajib. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh kelas XII IPS yang berada di MAN 9 Jakarta.

2. Sampel

Dikarenakan begitu banyaknya jumlah populasi yang akan diteliti maka


penulis akan menggunakan sampel dalam penelitian. Pengambilan sampel
diperbolehkan dalam penelitian, kerana dalam pendapat Sugiyono (2015:73)
bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka penelitian
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Pendapat senada juga
di ungkapkan oleh Arikunto (2006) yang menyatakan sampel ialah wakil
populasi yang hendak diteliti oleh peneliti. Selain itu, Arikunto juga
mengutarakan keuntungan dari kegiatan tersebut yakni mengurangi kerepotan
peneliti saat prosesnya serta dapat mengurangi terjadinya kelewatan.
Dalam penelitian ini penarikan sampel menggunakan metode Probability
Sampling. Menurut Sugiyono (2017:122), Probability Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi,
simple random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, sampling area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang
digunakan oleh penulis adalah teknik Probability Sampling dengan
menggunakan metode simple random sampling. Adapun definisi simple
random sampling yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017:126) adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

32
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang berada di kelas
XII IPS 1 dengan jumlah peserta didik yaitu 36 siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tes berupa soal pilihan
ganda dan juga butir-butir pada bab interaksi desa dan kota dalam domain geografis untuk
menentukan alat yang sesuai dengan catatan masing-masing berjumlah 30 soal. Dalam
penelitian ini berbentuk pilihan ganda dan tes lengkap, sehingga setiap butir soal harus
diperhatikan. Kajian terhadap butir-butir tersebut dilakukan selama perancangan instrumen
tes pilihan ganda yang dilakukan oleh peneliti termasuk analisis dalam kasus ini.
Metode penyusunan alat penelitian dengan kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi
Kemudian kita akan membuat kisi-kisi materi pembelajaran geografi pada materi
interaksi antara desa dan kota di kelas XII berdasarkan program 2013 yang telah direvisi.
Kemudian variabel tersebut dikembangkan menjadi indeks dan selanjutnya dikembangkan
menjadi 30 pernyataan untuk sampel yaitu kelas eksperimen.
2. Menuliskan unsur pernyataan
Pertanyaan untuk alat penilaian lainnya didasarkan pada kisi yang telah ditentukan
sebelumnya. pertanyaan mengacu pada indeks mengacu pada grid. Pertanyaan pada
evaluator dijawab dengan memilih salah satu dari lima jenis jawaban yang diyakini
responden benar.
3. Validitas kuesioner
Item-item yang tercantum dalam angket dibuat berdasarkan literatur, sehingga validasi
angket penelitian ini dilakukan oleh seorang ahli yaitu dosen pembimbing.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data ini yang sesuai dengan judul skripsi penelitian yakni "
Penguatan Instrumen Penilaian Pada Bab Interaksi Desa Kota Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas XII IPS di MAN 9 Jakarta ". Menurut Sugiyono (2011) bahwa teknik
pengumpulan data dengan instrumen penelitian kuesoner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dapat diketahui bahwa
penelitian ini adalah penguatan tes objektif berbentuk pilihan ganda tersebut telah
melaui sebuah proses penguatan menggunakan parameter-parameter yang telah
ditentukan dan juga instrumen penilaian yang biasa. Kemudian tes pilihan ganda ini
disusun sebanyak 30 pertanyaan. Kemudian langsung dilakukan sebuah evaluasi

33
kepada sampel penelitian, yang pada akhirnya kita melihat bagaimana hasil kedua
instrumen tersebut yang kemudian dijadikan sebagai kesimpulan bahwa instrumen
mana yang paling tepat untuk digunakan dalam pengambilan nilai pada bab interaksi
desa kota pada kelas 12 IPS MAN 9 Jakarta.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2018:482) “Analisis yaitu proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi”. Sedangkan menurut Moleong (2017:280-281) analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Data yang telah terkumpul haruslah akurat. Walaupun terkadang sumber
informasi yang berbeda akan memberikan informasi yang berbeda pula. Dalam
menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga fisik
dan pikiran sendiri. Selain menganalisis data, peneliti juga perlu mendalami
kepustakaan guna mengonfirmasikan teori.
Teknik analisis data adalah suatu pengolahan dan penginterpretasian data
dengan tujuan untuk meletakkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga
memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
1. Uji Normalitas

Pengecekan normalitas data ini harus dilakukan sebelum data diolah terhadap model
penelitian. Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data pada variabel-
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan dapat digunakan dalam
penelitian adalah data yang berdistribusi normal.

Sedangkan pengujian normalitas data, penelitian ini menggunakan uji normalitas data
beserta uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan berfungsi sebagai
pedoman jika nilai Sig. < 0 > 0,05, data berdistribusi normal.Adapun apa yang diperoleh
dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis data
kuantitatif yaitu perbandingan. Bandingkan berasal dari kata bandingkan (Eng) yang berarti
membandingkan atau membandingkan. Teknik analisis komparatif adalah salah satu teknik
analisis kuantitatif yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya perbedaan
antara variabel atau sampel penelitian. Jika ada perbedaan, apakah signifikan atau hanya
kebetulan (kebetulan). Dalam penelitian komparasional yang melakukan pembandingan antar
mean satu atau dua sampel, yaitu apakah memang secara signifikan mean satu atau dua

34
sampel yang diperbandingkan atau dicari perbedaannya itu memang berbeda, ataukah
perbedaan itu terjadi karena kebetulan saja (by change) dapat menggunakan Uji-T atau T-Test
dan Chi Kuadrat (Chi Square).

Uji-T atau T-Test adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol/nihil (Ho) yang menyatakan bahwa di antara dua buah
mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.

2. Uji Homogenitas

Dengan membandingkan dua varian atau lebih, uji homogenitas menentukan


apakah sebaran data dua varian atau lebih berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Uji F digunakan sebagai uji homogenitas dalam penelitian ini. Homogenitas
varian kedua kelompok sampel diperiksa dalam penelitian ini dengan menggunakan uji
F yang dipilih karena hal tersebut. Hasil tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
digunakan sebagai data untuk menyusun tes F dalam penelitian ini. Tingkat signifikansi
yang dipilih adalah = 0,05.

Sumber: Sugiyono (2013)


Gambar 6. Rumus Uji F
Kriteria pengujian:
a. Jika nilai Sig. Based on mean > dari 0,05, maka varians data bersifat
homogen
b. Jika nilai Sig. Based on mean < dari 0,05, maka varians data bersifat tidak
homogeny
3. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validitas yang berarti tingkat ketelitian dan kecermatan
alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Selanjutnya validitas
merupakan ukuran apakah variabel yang diukur benar-benar merupakan variabel yang
ingin diuji oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).Sedangkan
menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), nilai mengacu pada suatu variabel yang
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas penelusuran menunjukkan seberapa
akurat mesin pengukur penelusuran dengan konten aktual yang sedang diukur. Uji
validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan seberapa baik alat ukur

35
digunakan dalam mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) dengan jelas
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur legitimasi atau validitas
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner tersebut dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut.Dalam pengecekan validitas kuesioner terbagi menjadi 2 yaitu validitas
faktorial dan validitas item. Validitas faktor diukur ketika item diurutkan
menggunakan lebih dari satu elemen (ada kesamaan antara satu elemen dengan elemen
lainnya). Ukur validitas faktor ini dengan membandingkan skor faktor (jumlah item
suatu faktor) dengan skor faktor total (jumlah total faktor). Validitas item dinyatakan
dengan korelasi atau dukungan jumlah item (skor total), perhitungannya dilakukan
dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total item. Jika kita menggunakan
lebih dari satu faktor, ini sama saja dengan memeriksa validitas butir dengan
mengkorelasikan pendapat butir dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan dengan
mengkorelasikan pendapat butir dengan skor total faktor (jumlah dari beberapa
faktor).
Dari hasil perhitungan korelasi diperoleh koefisien korelasi yang dapat digunakan
untuk mengukur validitas suatu faktor dan untuk menentukan apakah suatu elemen
dapat digunakan. Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu item, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, yaitu suatu
item dianggap valid jika menunjukkan korelasi yang signifikan terkait secara
signifikan dengan skor total.Cek validitas ini dengan menggunakan program SPSS.
Teknik uji yang biasa digunakan peneliti untuk menguji validitas menggunakan
Korelasi Dua Variabel Pearson (Pearson Moment Product). Analisis ini dilakukan
dengan membandingkan skor setiap item dengan skor total. Skor total adalah jumlah
dari semua entri. Item pertanyaan berkorelasi signifikan dengan skor total yang
menunjukkan bahwa item tersebut dapat memberikan dukungan untuk
mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi
dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid).
Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan :

36
4. Uji Reliabelitas
Realibilitas berasal dari dapat diandalkan. Definisi reliabilitas adalah
keteguhan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006) mengemukakan
bahwa reliabilitas mengacu pada pemahaman bahwa alat yang digunakan dalam
penelitian untuk mengumpulkan informasi yang digunakan dapat dianggap sebagai
alat pengumpulan data yang dapat diandalkan dan berpotensi mengungkapkan
informasi faktual di tempat kejadian. Ghozali (2009) mengemukakan bahwa
reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner sebagai indeks suatu variabel
atau suatu konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika
tanggapan terhadap pernyataannya konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Keandalan suatu tes mengacu pada stabilitas, konsistensi, prediktabilitas, dan
akurasinya. Pengukuran yang sangat andal adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang andal.Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2008),
reliabilitas merupakan indikator keandalan suatu alat ukur. Jika alat pengukur
digunakan dua kali - untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh
relatif konsisten, alat tersebut dapat diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas
merepresentasikan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004:28) Reliabilitas menunjukkan tingkat kepercayaan
hasil yang diukur oleh instrumen. Hasil pengukuran harus reliabel dalam arti harus
memiliki tingkat konsistensi dan stabilitas.Keandalan atau reliabilitas adalah
konsistensi dari suatu rangkaian pengukuran atau rangkaian alat ukur. Ini bisa berupa
pengukuran alat ukur yang sama (pengujian berulang-ulang) memberikan hasil yang
sama, atau untuk pengukuran yang lebih subyektif, jika dua penilai memberikan skor
yang sama (keandalan di antara penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Ini
berarti bahwa ukuran yang andal akan mengukur secara konsisten, tetapi belum tentu
apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana

37
pengukuran eksperimental tetap konsisten setelah dilakukan berulang kali pada subjek
dan dalam kondisi yang sama. Penelusuran dianggap andal jika memberikan hasil
yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak akan dapat diandalkan jika
pengukuran berulang memberikan hasil yang berbeda.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan
nilai r11 mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap
sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Rumus Alpha
Cronbach sevagai berikut :

Keterangan :

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya
sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka
reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50
maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item
tidak reliabel.

5. Deskriptif Persentase
Pada penelitian ini, peneliti memaparkan hasil pengukuran data penelitian dengan
menggunakan data kuantitatif yang dihitung melalui teknik deskriptif persentase.
Teknik analisis data deskriptif persentase bertujuan untuk mengetahui status variabel,
yaitu mendiskripsikan hasil belajar siswa terhadap materi interaksi desa kota yang
disajikan melalui persentase. Menurut Ridwan (2004: 71-95) langkah-langkahnya
sebagai berikut:

38
1) Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variabel.

2) Merekap nilai.

3) Menghitung nilai rata-rata.

4) Menghitung persentase dengan rumus.

f
P= × 100 %
N

Sudijono (2008: 43)

Keterangan:

P = Angka Persentase

f = Jumlah frekuensi dari setiap jawaban yang telah menjadi pilihan responden

N = Jumlah frekuensi atau banyaknya individu

Untuk menentukan jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing


indikator dalam variabel, dan perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan
kedalam kalimat.

Cara menentukan tingkat kriteria capaian hasil belajar siswa pada sampel adalah
sebagai berikut:

Skor maksimal : 30 × 4=120

Skor Minimal : 30 ×1=30

30
Persentase : ×100 %=25 %
120

120
×100 %=100 %
120

Rentang : 100 %−25 %=75 %

75 %
Panjang Interval : =18 , 75 %
4

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang


diperoleh dalam % dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel
kriteria.

39
No. Persentase Kriteria

1. 81,25%−100% Sangat Baik

2. 62,50%−81,24% Baik

3. 43,75−62,40% Kurang Baik

4. 25%−43,74% Tidak Baik

Kemudian data yang sudah terkumpul dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik batang dan histogram. Kemudian dengan melihat data yang telah disajikan
tersebut maka kita akan dapat menarik kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfandi, Widoyo. (2001). Epistimologi Geografi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi Pedidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Azwar, S. 2008. Sikap manusia: Teori dan pengukurannya (ed.4). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Cruickshank, D.R. (1990). Research that informs teachers and teacher educators.
Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation.

40
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Vol.100-125.
Haggett, P., (1979).Geography: a modern synthesis. London: Harper & Row Publisher

https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-2013/ , diakses pada tanggal 24 September


2022 pukul 12.54

https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/356#:~:text=Instrumen
%20merupakan%20suatu%20alat%20yang,mengumpulkan%20data%20mengenai
%20suatu%20variabel diakses pada tanggal 26 September 2022 pukul 13.14

Kurniasari, Dita. (2021) https://www.dqlab.id/pahami-proses-dan-macam-metode-analisis-


data-kuantitatif, diakses pada 24 September 2022 pukul 12.33

Dosen, Pak. (2022 ) https://dosengeografi.com/interaksi-desa-kota/, diakses pada 24


september 2022 pukul 12.45

Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset. Soetrisno, L.(2009).

Moleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, (2007) Metode penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.

Ridwan (2024) Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula :
Alfabeta

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensido Offset.

Sugiharto dan sitinjak. (2006). Lisrel. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiono (2012), Memahami penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA.

41
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV, Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2007. Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi 1. Jakarta; Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud). 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 3, cet.
4. Jakarta: Balai Pustaka,.

Walizer, Michael. 1987. Metode dan Analisis Penelitian. Jakarta: Erlangga

Woolfolk.A, & Nicolich.(1984), Educational Psychology for Teachers Englewood

Cliffs.New Jerscy;Prentice-Hall.

42

Anda mungkin juga menyukai