Anda di halaman 1dari 15

Analisis Resiko Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Garut Jawa Barat Serta Upaya

yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat Untuk Mengurangi Resiko Bencana

Aditya Halomoan Daulay (1402619038), Ahmat Rizky (1402619074), Muhsin Hakiim


(1402619030), Zainul Arif (1402619075)

e-mail : officialahd2019@gmail.com

Abstrak :

Berdasarkan data peristiwa bencana alam gempa bumi untuk 12 tahun terakhir, Jawa Barat
merupakan daerah yang paling sering terjadi bencana tanah longsor. Peta Pergerakan Tanah yang
dikeluarkan oleh Direkorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
mengindikasikan bahwa Garut dikategorikan sebagai zona rawan dari pergerakan dataran tinggi,
diantaranya: Kecamatan Banjarwangi, Singajaya dan Peundeuy. penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis resiko bencana tanah longsor yang melanda Kabupaten Garut
Jawa Barat serta cara mengurangi resiko bencana tersebut. Tahapan penelitian ini dimulai dengan
membuat peta bencana bahaya longsor di Kabupaten Garut dengan metode skorsing berdasarkan
ketentuan BNPB tahun 2012. Kemudian peneliti membuat peta kerentanan bencana dengan
metode skorsing BNPB 2012 dan memasukan rumus resiko yaitu bahaya x kerentanan. Setelah
selsai maka akan diperoleh empat jenis resiko yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

BAB I Pendahuluan
sekitar 45% luas lahan di Indonesia
1. Latar Belakang :
adalah lahan pegunungan berlereng yang
Data Badan Nasional
peka terhadap longsor dan erosi yang disertai
Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun
curah hujan yang tinggi.
2015 menunjukan dari seluruh kejadian
Menurut data BNPB Provinsi Jawa
bencana alam di Indonesia tahun 2009-2014
Barat tahun 2011 terdapat 11 kabupaten di
tercatat 70 % adalah bencana banjir, longsor
Jawa Barat yang masuk ke dalam kategori
dan puting beliung. Berdasarkan data Pusat
daerah rawan longsor tinggi, yakni
Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 2014
Kabupaten Garut, Cianjur, Bandung, Bogor,
Majalengka, Tasikmalaya, Cirebon, Ciamis,
Kuningan, Purwakarta, Sukabumi, Kota telah menimbulkan dampak fisik, sosial,
Cimahi dan Sumedang. Dari data tersebut ekonomi dan psikologis yang mengganggu
Kabupaten Garut merupakan salah satu tatanan kehidupan masyarakat. Tanah
kabupaten pada urutan pertama yang longsor merupakan salah satu bencana alam
memiliki daerah rawan longsor tinggi. yang umumnya terjadi di wilayah
pegunungan (mountainous area), terutama di
Wilayah selatan Jawa Barat
musim hujan, yang dapat mengakibatkan
terutama Kabupaten Garut yang berada di
kerugian harta benda maupun korban jiwa
Hulu DAS Cimanuk dikelilingi oleh
(Baco, Kahirun dan Hasani, 2017).
gunung-gunung berapi yang masih aktif,
umumnya kondisi topografi lahan Melihat dampak dari bencana longsor
bergelombang, berbukit, dan bergunung. terhadap keselamatan jiwa dan kerusakan
Tanah hasil pelapukan tebal didukung bangunan fisik tersebut sudah selayaknya
dengan curah hujan yang tinggi secara perencanaan tata ruang daerah memasukkan
akumulatif menyebabkan wilayah ini faktor risiko sebagai salah satu parameter
berpotensi terjadinya bencana gerakan pembangunan. Substansi tata ruang dalam
tanah (Longsor). Menurut Balai Pengelola konteks penanggulangan bencana sudah
Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Cimanuk- diamanatkan dalam UU Nomor 24 Tahun
citanduy, sebagian besar wilayah yang 2007 tentang penanggulangan bencana
sering mengalami longsor terletak pada sub dengan tujuan utamanya adalah untuk
DAS Cimanuk Hulu dan sebagian besar mengurangi risiko bencana dengan cara
berada di wilayah administratif Kabupaten menyerap hasil kajian risiko bencana ke
Garut. Secara administratif, potensi longsor dalam rencana tata ruang. Maka dari itu
yang terjadi di Sub DAS Cimanuk Hulu, peneliti akan menganalisis daerah resiko
meliputi 21 Kecamatan dan tersebar pada bencana longsor di Kabupaten Garut dan
121 desa/lokasi dengan luas total mencapai upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan
5.361 ha, sedangkan konsentrasi longsor masyarakat agar dapat mengurangi resiko
terbesar terjadi di Kabupaten Garut (61%) bencana tersebut.
dan Kabupaten Sumedang.

Bencana alam yang melanda


wilayah Kabupaten Garut akhir-akhir ini
2. Perumusan Masalah : longsor sebagai salah satu bencana geologis
yang paling bisa diperkirakan. Menurut
Berdasarkan latar belakang tersebut,
Yulaelawati dan Syihab (2008) dalam buku
maka munculah beberapa pertanyaan
Mencerdasi Bencana, ada beberapa
mengenai penelitian sebagai berikut :
parameter umum untuk memantau
1) Daerah mana saja di Kabupaten Garut
kemungkinan terjadinya perpindahan tanah
yang memiliki resiko bencana yang
dalam jumlah besar dalam bentuk longsor,
tinggi ?
yaitu :
2) Bagaimanakah upaya pemerintah dan
1) Keretakan pada lantai dan tembok
masyarakat untuk mengurangi resiko
bangunan atau pada tanah;
bencana longsor di Kabupaten Garut ?
2) Amblasnya sebagian lantai konstruksi
3. Tujuan Penelitian : bangunan ataupun amblasnya tanah pada
Berdasarkan rumusan masalah yang lereng;
telah dibuat, maka tujuan dilakukannya 3) Terjadinya penggembungan pada tebing
penelitian ini adalah sebagai berikut : lereng atau dinding konstruksi;
1) Mengetahui daerah mana saja di 4) Miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang
Kabupaten Garut yang memiliki resiko pada lereng;
bencana longsor tinggi atau sangat 5) Munculnya rembesan air pada lereng
tinggi. secara tiba-tiba;
2) Megetahui upaya apa saja yang dapat 6) Mata air pada lereng menjadi keruh
dilakukan pemerintah dan masyarakat secara tiba-tiba;
untuk mengurangi resiko bencana 7) Muka air sungai naik beberapa
longsor di Kabupaten Garut, Jawa Barat. sentimeter dan air sungai menjadi keruh

BAB II Tinjauan Pustaka secara tiba-tiba; dan


8) Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam
1. Pengertian Longsor :
jumlah besar.
Longsor merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah atau batuan, ataupun Secara umum kejadian Longsor

percampuran keduanya, menuruni atau disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

keluar lereng akibat terganggunya kestabilan pendorong atau faktor pemicu. Faktor
tanah atau batuan penyusun lereng (BNPB, pendorong adalah faktor-faktor yang
2012). Para ilmuwan mengkategorikan tanah mempengaruhi kondisi material itu sendiri.
Sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang manusia, dan peristiwa fisik yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. mungkin memiliki pengaruh buruk pada
kerentanan dan elemen eksposur
2. Risiko Bencana
(Cardona, 2012).
Menurut Carter dalam Syarif
2) Kerentanan (Vulnerability) adalah
(2013:11) secara umum risiko bencana
tingkat dimana sebuah masyarakat,
merupakan kombinasi dari bahaya (hazard)
struktur, layanan atau daerah geografis
dan kerentanan (vulnerability). Namun selain
yang berpotensi terganggu oleh dampak
faktor tersebut, eksposur (exposur) dan
bahaya tertentu. Kerentanan
kemampuan (capacity) individu maupun
(vulnerability) adalah rangkaian kondisi
kelompok juga menjadi penentu dalam
yang menentukan apakah bahaya (baik
penilaian risiko. Risiko bencana
bahaya alam maupun bahaya buatan)
menunjukkan kemungkinan adanya
yang terjadi akan dapat menimbulkan
pengaruh buruk dimasa yang akan datang
bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian
yang disebabkan oleh proses interaksi sosial
kondisi, umumnya dapat berupa kondisi
dan lingkungannya, sebagai kombinasi dari
fisik, sosial dan sikap yang
bahaya fisik dan elemen kerentanan
mempengaruhi kemampuan masyarakat
(Cardona, 2012). Risiko bencana adalah
dalam melakukan pencegahan, mitigasi,
kemungkinan dari satu bencana yang terjadi
persiapan dan tindak-tanggap terhadap
sehingga menyebabkan tingkat kerugian
dampak bahaya. Jenis-jenis kerentanan :
khusus. Risiko perlu dikaji sehingga dapat
a. Kerentanan Fisik : Bangunan,
menetapkan besarnya kerugian yang sudah
Infrastruktur, Konstruksi yang
diestimasi dan dapat diantisipasi di suatu
lemah.
wilayah. Bencana dapat disebabkan oleh
b. Kerentanan Sosial : Kemiskinan,
kejadian alam (natural disaster) maupun ulah
Lingkungan, Konflik, tingkat
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor
pertumbuhan yang tinggi, anak-
yang meyebabkan bencana antara lain:
anak dan wanita, serta lansia.
1) Bahaya (Hazard) alam adalah suatu
c. Kerentanan Mental : ketidaktahuan,
peristiwa fisik yang berdampak pada
tidak menyadari, kurangnya
masyarakat dan lingkungan mereka.
percaya diri, dan lainnya.
Bahaya mengacu pada kemungkinan
terjadinya peristiwa alami maupun ulah
3) Eksposur (Eksposure) adalah fungsi dari 1. Menghindari Bencana Longsor
lokasi geografis dari penilainan risiko.
a. Membangun pemukiman yang jauh
4) Kapasitas adalah kekuatan dan
dari area yang rawan longsor (seperti
sumberdaya yang tersedia dalam suatu
di dekat tebing yang curam dan
masyarakat atau organisasi yang dapat
terjal).
mengurangi risiko atau dampak dari
b. Berkonsultasi pada orang paham
bencana.
sebelum membangun pemukiman.
3. Dampak Longsor dan Upaya yang c. Melakukan deteksi dini pada area-
Penanggulangan Longsor Oleh area yang di curigai Rawan Longsor.
Masyarakat
2. Tindakan yang harus dilakukan ketika
Dokumen rencana penanggulangan
tertimpa Longsor
bencana daerah tahun 2015 - 2019 Kabupaten
Garut menunjukan bahwa di daerah yang a. Pindahlah ke daerah yang tanahnya

terjal, kecepatan luncuran tanah longsor stabil ketika longsor terjadi

dapat mencapai 75 km/jam sehingga sulit b. Bila tidak mampu melarikan diri,

bagi seseorang untuk menyelamatkan diri. lingkarkan tubuh seperti bola untuk

Itulah sebabnya ketika tanah longsor terjadi melindungi kepala tertimpa atap.

banyak rumah dan penduduk, binatang dan 3. Tindakan yang harus dilakukan setelah
fasilitas umum tertimbun longsor. Bencana terjadi Longsor
ini pun banyak memakan korban jiwa.Itulah
a. Pergi dari daerah longsoran untuk
sebabnya penting bagi kita untuk
menghindari terjadinya tanah longsor
menanggulanginya dengan menghindari
susulan.
penyebab timbulnya tanah longsor. Caranya
b. Bantu arahkan SAR ke lokasi.
dengan tidak menebangi hutan, menanam
c. Bantu penduduk yang tertimpa
tumbuhan berakar kuat seperti lamtoro,
longsoran, periksa lukanya, dan
bambu, akar wangi dan tumbuhan lainnya
pindahkan ke tempat yang aman.
pada lereng yang gundul, membuat saluran
d. Waspada pada banjir dan aliran
air hujan, memeriksa keadaan tanah secara
reruntuhan yang dapat terjadi setelah
rutin dan berkala, membangun tembik
tanah longsor.
penahan di lereng yang terjal juga mengukur
tingkat kederasan air hujan.
e. Laporkan fasilitas umum yang rusak melakukan kajian risiko bencana terhadap
kepada pihak yang berwenang. daerah tersebut.
f. Periksa kerusakan fondasi rumah
akibat longsor.
g. Tanamlah tumbuhan di daeray bekas BAB III Metode Penelitian

longsoran untuk mencegah terjadinya 1. Waktu dan Lokasi Penelitian


erosi yang dapat menyebabkan banjir Lokasi penelitian pada level
bandang. kabupaten berada di Kabupaten Garut yang

4. Mitigasi Bencana : terletak di Propinsi Jawa Barat bagian


Selatan, secara Astronomis terletak antara
Mitigasi bencana adalah serangkaian
06º 56' 49'' - 07º 45' 00'' LS dan 107º 25' 8'' -
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
108º 7' 30'' BT. Kabupaten Garut memiliki
melalui pembangunan fisik maupun
luas wilayah administratif sebesar 306.519
penyadaran dan peningkatan kemampuan
Ha dengan batas-batas sebagai berikut :
menghadapi ancaman bencana. Menurut
Sebelah Utara : Kabupaten Bandung
Susilawati (2007 : 36) mitigasi merupakan
dan Kabupaten Sumedang
suatu upaya memperkecil korban manusia
Sebelah Barat : Kabupaten
dan atau kerugian harta benda sebagai akibat
Tasikmalaya
dari bencana. Istilah mitigasi berlaku untuk
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
cakupan yang luas dari aktivitas–aktivitas
Sebelah Timur : Kabupaten Bandung
dan tindakan tindakan perlindungan yang
dan Kabupaten Cianjur.
mungkin diawali dari yang fisik sampai
dengan prosedural. Jadi mitigasi bencana Waktu dari penelitian dilaksanakan

merupakan suatu aktivitas yang berperan dari mulai bulan November 2022 sampai

sebagai tindakan pengurangan dampak dengan bulan Desember 2022.

bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan 2. Jenis dan Sumber Data


untuk megurangi korban ketika bencana Data yang digunakan dalam
terjadi, baik korban jiwa maupun harta. penelitian ini adalah data sekunder. data
Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, sekunder didapatkan dengan cara
langkah awal yang harus lakukan adalah menginventarisasi dan penelusuran data baik
pada buku, peta, internet, perundang-
undangan, penelitian terdahulu, maupun dari Puslitanak yaitu skor dan pembobotan pada
beberapa instansi terkait, baik instansi setiap parameter. Skor adalah penentuan nilai
pemerintah di daerah maupun pusat, atau untuk masing-masing kriteria dalam setiap
instansi/lembaga independen lainnya, data parameter. Nilai skor dikalikan dengan
curah hujan, peta geologi, peta digital masing-masing bobot parameter untuk
wilayah administrasi kabupaten, peta lereng, mendapatkan nilai total yang ditetapkan
peta tanah, dan peta penggunaan lahan. untuk zonasi. Parameter yang digunakan
adalah Geologi, Penggunaan Lahan,
3. Teknik Analisis Data :
Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, dan Curah
Analisis data yang dilakukan dalam
Hujan. Nilai skor dan bobot untuk setiap
penelitian ini diantaranya analisis spasial,
kelas pada masing-masing parameter.
atribut, dan deskriptif. Analisis spasial dan
Nilai
atribut menggunakan Sistem Informasi Jenis Batuan
Skor
Geografis (SIG) dengan cara pemberian skor
Aluvial 1
untuk setiap kriteria dalam masing-masing
Liat 2
parameter yang ditentukan. Setelah
Napal 3
dilakukan skoring kemudian dilanjutkan
dengan pembobotan dari setiap parameter Tuf 4

yang menjadi acuan. Dalam hal ini semakin Pasir 5

tinggi skor dan bobot dari parameter maka Nilai Skor Faktor Geologi

pengaruhnya akan semakin besar terhadap


bahaya atau risiko longsor dan begitu juga Nilai
Penggunaan Lahan
sebaliknya. Klasifikasi untuk bahaya, Skor

kerentanan, dan risiko dibagi ke dalam 4 Waduk, Perairan, Danau, Rawa 1

kelas, yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat Permukiman 2


tinggi. Hutan, Kebun Campuran,
3
Perkebunan
4. Pemetaan Bahaya Longsor
Semak Belukar 4
Pemetaan berbasis pendekatan
Tegalan, Sawah, Lahan Terbuka 5
normatif adalah pemetaan yang dilakukan
Nilai Skor Penggunaan Lahan
dengan metode konvensional mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh BNPB dan
Nilai
Kemiringan Klasifikasi
Skor Intensitas Curah Nilai
Klasifikasi
0-8 Datar 1 Hujan Skor
8-15 Landai 2 Sangat
13,60 1
Agak Rendah
15-25 3
Curam 13,61 – 20,70 Rendah 2
25-40 Curam 4 20,71 – 27,70 Sedang 3
Sangat 27,71 – 34,80 Tinggi 4
> 40 5
Curam Sangat
> 34,81 5
Nilai Skor Kemiringan Lereng Tinggi
Selanjutnya dengan pendekatan ini,
Nilai dilakukan pemberian skor pada masing-
Jenis Tanah Klasifikasi
Skor masing parameter yang diikuti dengan
Aluvial, Planosol, pembobotan setiap parameter yang menjadi
Tidak ada 1
Hidromorf acuan. Bobot paling tinggi dan berarti paling

Kurang berpengaruh diantara parameter yang lain.


Latosol 2
Peka Parameter Bobot
Brown Forest Soil, Geologi 20 %
non calcic, Brown, Agak Peka 3 Penggunaan Lahan 15 %
Mediteranian Kemiringan Lereng 15 %
Andosol, Laterit, Tanah 20 %
Grumusol, Peka 4
Curah Hujan 30 %
Podsolik
Pembobotan Peta Parameter
Regosol, Litosol,
Sangat Peka 5 Setelah selesai melakukan
Organosol, Rezina
pembobotan selanjutnya dilakukan fungsi
Nilai Skor Jenis Tanah
overlay. Bobot paling tinggi terdapat pada
Curah Hujan (CH), diikuti oleh Geologi
(GEO) dan Jenis Tanah (TNH) serta
Kemiringan Lereng (LRG) dan Penggunaan
Lahan (LU). Formula yang dibuat adalah Regional 100 –
sebagai berikut: Bruto Sedang 300 2
Juta
LH = 15 (LRG) + 15 (LU) + 30 (CH) + 20
> 300
(GEO) + 20 (TNH) Tinggi 3
Juta
Zonasi ditentukan berdasarkan pada
Indikator Kerentanan Ekonomi
kriteria, dimana kriteria diperoleh dari hasil
nilai maksimum dikurangi nilai minimum
Indikator Kelas Indeks Skor
dibagi 4 kelas, sehingga diperoleh selang
Rendah < 50
nilai untuk mengetahui kelas bahaya longsor 3
buah
(LH) paling rendah hingga paling tinggi.
Sedang 50 –
Fasilitas
4. Pemetaan Kerentanan : 200 2
Umum
Kerentanan longsor berbasis batas buah
administrasi merupakan pemetaan yang Tinggi > 200
1
dilakukan dengan metode skor dan buah
pembobotan yang dikeluarkan oleh BNPB. Rendah < 50
3
Sumber data yang digunakan berasal dari buah
data BPS, Bappeda dan peta administrasi Sedang 50 –
Fasilitas
Kabupaten Garut. 200 2
Transportasi
Indikator Kelas Indeks Skor buah
Penggunaan < 50 Tinggi > 200
Rendah 1 1
lahan Juta buah
pada 50 – Rendah < 25 ha 1
Penggunaan
kategori Sedang 200 2 Sedang 25 – 75
Lahan 2
lahan Juta ha
(Perumahan)
produktif Tinggi > 75 ha 3
untuk > 200 Indikator Kerentanan Fisik
Tinggi 3
kawasan Juta
budidaya
Produk < 100
Rendah 1
Domestik Juta
Indikator Kelas Indeks Skor Rendah < 10 ha 1
Rendah < 500 Semak Sedang 10 – 30
1 2
Jiwa Belukar ha
Sedang 500 – Tinggi > 30 3
Jumlah
1000 2 Indikator Kerentanan Lingkungan
Penduduk
Jiwa
Tinggi > 1000 Setelah dilakukan pemberian skor
3
buah pada masing-masing parameter diikuti
Rendah > 100 1 dengan pembobotan setiap parameter yang
Rasio Jenis
Sedang = 100 2 menjadi acuan. Bobot paling tinggi dan
Kelamin
Tinggi < 100 3 berarti paling berpengaruh diantara
Rendah < 20 % 1 parameter yang lain.
Rasio Sedang 20 – 40 Parameter Bobot
2
Kemiskinan % Kerentanan Sosial 32 %
Tinggi > 40 % 3 Kerentanan Ekonomi 15 %
Rendah < 20 % 1 Kerentanan Fisik 38 %
Rasio
Sedang 20 – 40 Kerentanan
Kelompok 2 15 %
% Lingkungan
Umur
Tinggi > 40 % 3 Pembobotan Peta Parameter
Indikator Kerentanan Sosial Pengolahan data tabular untuk
menghasilkan peta kerentanan dilakukan
Indikator Kelas Indeks Skor dengan menggunakan batas administrasi.
Rendah < 20 ha 3 Bobot (w) paling tinggi terdapat pada

Hutan Sedang 20 – 50 kerentanan fisik (Vf ), diikuti oleh kerentanan


2
Lindung ha sosial (Vs ) serta kerentanan ekonomi (Ve )

Tinggi > 50 ha 1 dan lingkungan (Vl ). Formula yang dibuat

Rendah < 25 ha 3 adalah sebagai berikut :

Hutan Sedang 25 – 75 V= wVf+wVs+wVe+wVl


2 Zonasi ditentukan berdasarkan pada
alam ha
Tinggi > 75 ha 1 kriteria, dimana kriteria diperoleh dari hasil
nilai maksimum dikurangi nilai minimum
dibagi 4 kelas, sehingga diperoleh selang rendah), sedang (zona kelas risiko longsor
nilai untuk mengetahui kelas kerentanan menengah), tinggi (zona kelas risiko longsor
longsor (V) paling rendah hingga paling tinggi), dan sangat tinggi (zona kelas risiko
tinggi. longsor sangat tinggi).

5. Analisis Resiko BAB IV Hasil Penelitian


Pembuatan peta risiko longsor dalam 1. Bahaya Longsor
penelitian ini mengacu pada rumusan Parameter yang digunakan untuk menilai
peraturan kepala badan nasional bahaya longsor di Kabupaten Garut adalah
penanggulangan bencana nomor 02 tahun geologi, penggunaan lahan, kemiringan
2012 (BNPB 2012) tentang pedoman umum lereng, jenis tanah, dan curah hujan.
pengkajian risiko bencana sebagai berikut: Zona Luasan

R=HxV Bahaya Selang Nilai


Ha %
Longsor
Berdasarkan rumusan tersebut, peta
2,70 - 391 1,
risiko bencana longsor (R) dibuat Rendah
3,11 1,21 27
701
berdasarkan operasi tumpang tindih (overlay) Meneng 3,12 -
28,5
22,
ah 3,53 74
antara peta bahaya longsor (H) dan peta 3
924
3,54 - 29,
kerentanan (V). Peta bahaya merupakan hasil Tinggi
3,95
88,6
98
8
tumpang tindih dari parameter- parameter 141
Sangat 46,
>3,96 930,
penyebab longsor, sedangkan peta Tinggi 01
93
kerentanan merupakan peta yang Klasifikasi Bahaya Longsor dan Persentase

menunjukan tingkat kerentanan masyarakat Luasan Skala Kabupaten

terhadap bahaya longsor. Dengan demikian


terlihat bahwa tingkat risiko longsor amat Hasil tumpang tindih peta parameter bahaya

bergantung pada tingkat bahaya dan tingkat longsor menunjukan peta bahaya longsor

kerentanan masyarakat yang terancam. berbasis normatif yang didominasi oleh kelas

Dari hasil perhitungan risiko bahaya sangat tinggi. Peta bahaya longsor

selanjutnya ditentukan kelas risiko longsor. berbasis normatif dapat dilihat pada gambar

Dalam penelitian ini kelas risiko longsor berikut.

dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu rendah


(zona kelas risiko longsor rendah/sangat
menghasilkan rentang nilai 0–100. Nilai
mendekati 0 kontribusi terhadap kerentanan
longsor semakin rendah dan sebaliknya. Peta
kerentanan longsor dikelompokan kedalam 4
kelas kerentanan longsor yaitu rendah (zona
kelas kerentanan longsor rendah atau sangat
rendah), sedang (zona kelas kerentanan
Peta Bahaya Longsor Kabupaten Garut
longsor menengah), tinggi (zona kelas
kerentanan longsor tinggi), dan sangat tinggi
Kelas Bahaya Rendah
(zona kelas kerentanan longsor paling
Kelas bahaya rendah Kabupaten Garut
tinggi). Klasifikasi kerentanan longsor dan
memiliki luas area sebesar 3911,21 ha atau
persentase luasan dapat dilihat pada tabel.
1,27 % dari luas total wilayah penelitian.
Zona Luasan
Bahaya Selang Nilai
Ha %
Kelas Bahaya Menengah Longsor
Kelas bahaya menengah Kabupaten Garut 34671 11,20
Rendah 171 - 185
,43
memiliki luas area sebesar 70128,53 ha atau
13610 43,96
Menengah 186 - 200
22,74 % dari luas total wilayah penelitian. 2,20
10795 34,87
Tinggi 201 - 215
2,40
Kelas Bahaya Tinggi Sangat 30874 9,97
> 216
Tinggi ,96
Kelas bahaya tinggi di Kabupaten Garut Klasifikasi Kerentanan Longsor dan
memiliki luas area sebesar 92488,68 ha atau Persentase Luasan
29,98% dari luas total wilayah penelitian. Hasil tumpang tindih peta parameter
penyebab longsor menunjukan peta
Kelas Bahaya Sangat Tinggi kerentanan longsor berbasis penggunaan
Kelas bahaya sangat tinggi Kabupaten Garut lahan yang didominasi oleh kelas kerentanan
memiliki luas area sebesar 92488,68 ha atau menengah.
29,98% dari luas total wilayah penelitian.

2. Kerentanan Longsor
Hasil perhitungan yang telah diproses
melalui metode tumpangsusun secara spasial
Sukawening, Leles, Cibatu, Kadungora,
Kersamanah, dan Balubur Limbangan.

Kelas Kerentanan Tinggi


Kelas kerentanan longsor ini memiliki luas
area sebesar 107952,43 ha atau 34,87 % dari
luas total Kabupaten Garut. Persebaran kelas
Peta Kerentanan Longsor Kabupaten Garut
bahaya longsor tinggi berada di selatan dan
tengah wilayah penelitian yaitu di Kecamatan
Kelas Kerentanan Rendah
Cibalong, Pameungpeuk, Cisompet, Cikelet,
Kelas kerentanan longsor ini memiliki luas
Pakenjeng, Singajaya, Banjarwangi,
area sebesar 34671,43 ha atau 11,20 dari luas
Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, dan
total wilayah penelitian. Persebaran kelas
Karangtengah. Titik hitam pada Gambar 16
kerentanan longsor rendah berada di Utara
menunjukan bahwa seluruh area penelitian
dan tengah daerah penelitian yaitu berada di
yang spesifik hanya memiliki kelas
kecamatan Tingkat kerentanan longsor
kerentanan tinggi saja.
rendah Cigedug, Cilawu, Banyuresmi,
Leuwigoong, Malangbong, Cibiuk, dan
Kelas Kerentanan Sangat Tinggi
Selaawi.
Kelas bahaya longsor ini memiliki luas area
sebesar 30874,96 ha atau 9,97 % dari total
Kelas Kerentanan Menengah
Kabupaten Garut. Berada di Kecamatan
Kelas kerentanan longsor ini memiliki luas
Bungbulang, Talegong, dan Garut Kota.
area sebesar 136102,18 ha atau 43,96 % dari
luas total Kabupaten Garut. Persebaran kelas
3. Resiko Longsor
bahaya longsor menengah berada di
Hasil evaluasi pemetaan risiko longsor
Kecamatan Peundeuy, Cihurip, Mekarmukti,
menunjukan bahwa risiko paling luas berada
Caringin, Cisewu, Cikajang, Cisurupan,
pada zona risiko tinggi, sedangkan kedua
Pamulihan, Bayongbong, Sukaresmi,
terluas adalah zona risiko menengah. Risiko
Pasirwangi, Karangpawitan, Samarang,
tinggi hampir menyebar di seluruh
Sucinaraja, Wanaraja, Pangatikan,
Kabupaten Garut. Klasifikasi risiko longsor
dapat dilihat pada table.
Zona Luasan 2. Melakukan sosialisasi kepada 42
Selang
Bahaya camat yang daerah masuk dalam
Nilai Ha %
Longsor
resiko besar bencana longsor.
Rendah 24050 - 5246,89 1,70
41662 3. Menyiagakan 24 jam alat berat
Menengah 41663 - 90588,65 29,37
selama musim penghujan di daerah
59275
Tinggi 59276 - 161845,92 52,47 rawan bencana longsor dan banjir.
76888
Sangat 76889 - 50765,99 16,46 4. Menyiagakan dinas terkait bencana
Tinggi 94500
sebagai langkah prioritas dalam
Tabel Klasifikasi Risiko Longsor dan
Persentase Luasan. menanggulangi bencana longsor.
5. Menyiapakan anggaran 1,7 Miliar
Hasil tumpang tindih antara peta bahaya dan
untuk penanggulangan bencana
kerentanan menunjukan peta risiko longsor
berbasis normatif yang dapat dilihat pada
2) Masyarakat
gambar.
1. Menetapkan Keputusan Nomor
362/KEP.415-BPBD/2022 tentang
Bencana Banjir dan Tanah Longsor.
2. Melakukan sosialisasi kepada 42
camat yang daerah masuk dalam
resiko besar bencana longsor.
3. Menyiagakan 24 jam alat berat
selama musim penghujan di daerah
rawan bencana longsor dan banjir.
Gambar Peta Resiko longsor
4. Menyiagakan dinas terkait bencana
sebagai langkah prioritas dalam
5. Upaya Yang Dilakukan Pemerintahan
menanggulangi bencana longsor.
dan Masyarakat Untuk Mencegah
5. Menyiapakan anggaran 1,7 Miliar
Longsor
untuk penanggulangan bencana.
1) Pemerintah
1. Menetapkan Keputusan Nomor
362/KEP.415-BPBD/2022 tentang
Bencana Banjir dan Tanah Longsor.
BAB V Kesimpulan dan Saran Perencanaan Pembangunan
Daerah.
1. Kesimpulan
[BNPB] Badan Nasional
Hasil evaluasi pemetaan risiko longsor Penanggulangan Bencana
2015. Sebaran Kejadian
menunjukan bahwa risiko paling luas
Bencana Per
berada pada zona risiko tinggi, sedangkan Kabupaten/Kota. Jakarta
(ID). Badan Nasional
kedua terluas adalah zona risiko
Penanggulangan Bencana.
menengah. Maka dari itu pemerintah dan [BNPB] Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
juga masyarakat harus bekerjasama untuk
2012. Peraturan Kepala
mengurangi resiko bencana longsor di Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
wilayah Kabupaten Garut.
No.2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana. Jakarta (ID).
2. Saran
Badan Nasional
Sebaiknya pemerintah dan warga mulai Penanggulangan Bencana.
[BNPB] Badan Nasional
memikirkan kembali agar resiko bencana
Penanggulangan Bencana
di Kabupaten Garut menjadi mengecil 2012. Undang-Undang
No.24 Tahun 2007 tentang
dengan membuat program yang membuat
Penanggulangan Bencana.
kerentanan bencana menjadi kecil, karena Jakarta (ID). Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
bahaya longsor tidak bisa di ubah namun
[BMKG] Badan Meteorologi,
kerentanan bisa di perkecil. Klimatologi dan Geofisika.
2015. Data Curah Hujan
2015. Bandung (ID). Badan
Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika.
Daftar Pustaka
[BPBD Garut] Badan
[Bappeda Garut] Badan Penanggulangan Bencana
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Daerah Kabupaten Garut. Garut.2015.Draft Rencana
2012. Data Kabupaten Garut Penanggulangan Bencana
2014. Garut (ID): Badan Daerah Kabupaten Garut.
Perencanaan Pembangunan Garut (ID). Badan
Daerah. Penanggulangan Bencana
[Bappeda Garut] Badan Daerah.
Perencanaan Pembangunan [BPS Garut] Badan Pusat Statistik
Daerah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut. 2015. Data
2012. Dokumen RTRW Kependudukan Kabupaten
Kabupaten Garut 2011-2030. Garut
Garut (ID): Badan

Anda mungkin juga menyukai