e-mail : officialahd2019@gmail.com
Abstrak :
Berdasarkan data peristiwa bencana alam gempa bumi untuk 12 tahun terakhir, Jawa Barat
merupakan daerah yang paling sering terjadi bencana tanah longsor. Peta Pergerakan Tanah yang
dikeluarkan oleh Direkorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
mengindikasikan bahwa Garut dikategorikan sebagai zona rawan dari pergerakan dataran tinggi,
diantaranya: Kecamatan Banjarwangi, Singajaya dan Peundeuy. penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis resiko bencana tanah longsor yang melanda Kabupaten Garut
Jawa Barat serta cara mengurangi resiko bencana tersebut. Tahapan penelitian ini dimulai dengan
membuat peta bencana bahaya longsor di Kabupaten Garut dengan metode skorsing berdasarkan
ketentuan BNPB tahun 2012. Kemudian peneliti membuat peta kerentanan bencana dengan
metode skorsing BNPB 2012 dan memasukan rumus resiko yaitu bahaya x kerentanan. Setelah
selsai maka akan diperoleh empat jenis resiko yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
BAB I Pendahuluan
sekitar 45% luas lahan di Indonesia
1. Latar Belakang :
adalah lahan pegunungan berlereng yang
Data Badan Nasional
peka terhadap longsor dan erosi yang disertai
Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun
curah hujan yang tinggi.
2015 menunjukan dari seluruh kejadian
Menurut data BNPB Provinsi Jawa
bencana alam di Indonesia tahun 2009-2014
Barat tahun 2011 terdapat 11 kabupaten di
tercatat 70 % adalah bencana banjir, longsor
Jawa Barat yang masuk ke dalam kategori
dan puting beliung. Berdasarkan data Pusat
daerah rawan longsor tinggi, yakni
Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 2014
Kabupaten Garut, Cianjur, Bandung, Bogor,
Majalengka, Tasikmalaya, Cirebon, Ciamis,
Kuningan, Purwakarta, Sukabumi, Kota telah menimbulkan dampak fisik, sosial,
Cimahi dan Sumedang. Dari data tersebut ekonomi dan psikologis yang mengganggu
Kabupaten Garut merupakan salah satu tatanan kehidupan masyarakat. Tanah
kabupaten pada urutan pertama yang longsor merupakan salah satu bencana alam
memiliki daerah rawan longsor tinggi. yang umumnya terjadi di wilayah
pegunungan (mountainous area), terutama di
Wilayah selatan Jawa Barat
musim hujan, yang dapat mengakibatkan
terutama Kabupaten Garut yang berada di
kerugian harta benda maupun korban jiwa
Hulu DAS Cimanuk dikelilingi oleh
(Baco, Kahirun dan Hasani, 2017).
gunung-gunung berapi yang masih aktif,
umumnya kondisi topografi lahan Melihat dampak dari bencana longsor
bergelombang, berbukit, dan bergunung. terhadap keselamatan jiwa dan kerusakan
Tanah hasil pelapukan tebal didukung bangunan fisik tersebut sudah selayaknya
dengan curah hujan yang tinggi secara perencanaan tata ruang daerah memasukkan
akumulatif menyebabkan wilayah ini faktor risiko sebagai salah satu parameter
berpotensi terjadinya bencana gerakan pembangunan. Substansi tata ruang dalam
tanah (Longsor). Menurut Balai Pengelola konteks penanggulangan bencana sudah
Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Cimanuk- diamanatkan dalam UU Nomor 24 Tahun
citanduy, sebagian besar wilayah yang 2007 tentang penanggulangan bencana
sering mengalami longsor terletak pada sub dengan tujuan utamanya adalah untuk
DAS Cimanuk Hulu dan sebagian besar mengurangi risiko bencana dengan cara
berada di wilayah administratif Kabupaten menyerap hasil kajian risiko bencana ke
Garut. Secara administratif, potensi longsor dalam rencana tata ruang. Maka dari itu
yang terjadi di Sub DAS Cimanuk Hulu, peneliti akan menganalisis daerah resiko
meliputi 21 Kecamatan dan tersebar pada bencana longsor di Kabupaten Garut dan
121 desa/lokasi dengan luas total mencapai upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan
5.361 ha, sedangkan konsentrasi longsor masyarakat agar dapat mengurangi resiko
terbesar terjadi di Kabupaten Garut (61%) bencana tersebut.
dan Kabupaten Sumedang.
percampuran keduanya, menuruni atau disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
keluar lereng akibat terganggunya kestabilan pendorong atau faktor pemicu. Faktor
tanah atau batuan penyusun lereng (BNPB, pendorong adalah faktor-faktor yang
2012). Para ilmuwan mengkategorikan tanah mempengaruhi kondisi material itu sendiri.
Sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang manusia, dan peristiwa fisik yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. mungkin memiliki pengaruh buruk pada
kerentanan dan elemen eksposur
2. Risiko Bencana
(Cardona, 2012).
Menurut Carter dalam Syarif
2) Kerentanan (Vulnerability) adalah
(2013:11) secara umum risiko bencana
tingkat dimana sebuah masyarakat,
merupakan kombinasi dari bahaya (hazard)
struktur, layanan atau daerah geografis
dan kerentanan (vulnerability). Namun selain
yang berpotensi terganggu oleh dampak
faktor tersebut, eksposur (exposur) dan
bahaya tertentu. Kerentanan
kemampuan (capacity) individu maupun
(vulnerability) adalah rangkaian kondisi
kelompok juga menjadi penentu dalam
yang menentukan apakah bahaya (baik
penilaian risiko. Risiko bencana
bahaya alam maupun bahaya buatan)
menunjukkan kemungkinan adanya
yang terjadi akan dapat menimbulkan
pengaruh buruk dimasa yang akan datang
bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian
yang disebabkan oleh proses interaksi sosial
kondisi, umumnya dapat berupa kondisi
dan lingkungannya, sebagai kombinasi dari
fisik, sosial dan sikap yang
bahaya fisik dan elemen kerentanan
mempengaruhi kemampuan masyarakat
(Cardona, 2012). Risiko bencana adalah
dalam melakukan pencegahan, mitigasi,
kemungkinan dari satu bencana yang terjadi
persiapan dan tindak-tanggap terhadap
sehingga menyebabkan tingkat kerugian
dampak bahaya. Jenis-jenis kerentanan :
khusus. Risiko perlu dikaji sehingga dapat
a. Kerentanan Fisik : Bangunan,
menetapkan besarnya kerugian yang sudah
Infrastruktur, Konstruksi yang
diestimasi dan dapat diantisipasi di suatu
lemah.
wilayah. Bencana dapat disebabkan oleh
b. Kerentanan Sosial : Kemiskinan,
kejadian alam (natural disaster) maupun ulah
Lingkungan, Konflik, tingkat
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor
pertumbuhan yang tinggi, anak-
yang meyebabkan bencana antara lain:
anak dan wanita, serta lansia.
1) Bahaya (Hazard) alam adalah suatu
c. Kerentanan Mental : ketidaktahuan,
peristiwa fisik yang berdampak pada
tidak menyadari, kurangnya
masyarakat dan lingkungan mereka.
percaya diri, dan lainnya.
Bahaya mengacu pada kemungkinan
terjadinya peristiwa alami maupun ulah
3) Eksposur (Eksposure) adalah fungsi dari 1. Menghindari Bencana Longsor
lokasi geografis dari penilainan risiko.
a. Membangun pemukiman yang jauh
4) Kapasitas adalah kekuatan dan
dari area yang rawan longsor (seperti
sumberdaya yang tersedia dalam suatu
di dekat tebing yang curam dan
masyarakat atau organisasi yang dapat
terjal).
mengurangi risiko atau dampak dari
b. Berkonsultasi pada orang paham
bencana.
sebelum membangun pemukiman.
3. Dampak Longsor dan Upaya yang c. Melakukan deteksi dini pada area-
Penanggulangan Longsor Oleh area yang di curigai Rawan Longsor.
Masyarakat
2. Tindakan yang harus dilakukan ketika
Dokumen rencana penanggulangan
tertimpa Longsor
bencana daerah tahun 2015 - 2019 Kabupaten
Garut menunjukan bahwa di daerah yang a. Pindahlah ke daerah yang tanahnya
dapat mencapai 75 km/jam sehingga sulit b. Bila tidak mampu melarikan diri,
bagi seseorang untuk menyelamatkan diri. lingkarkan tubuh seperti bola untuk
Itulah sebabnya ketika tanah longsor terjadi melindungi kepala tertimpa atap.
banyak rumah dan penduduk, binatang dan 3. Tindakan yang harus dilakukan setelah
fasilitas umum tertimbun longsor. Bencana terjadi Longsor
ini pun banyak memakan korban jiwa.Itulah
a. Pergi dari daerah longsoran untuk
sebabnya penting bagi kita untuk
menghindari terjadinya tanah longsor
menanggulanginya dengan menghindari
susulan.
penyebab timbulnya tanah longsor. Caranya
b. Bantu arahkan SAR ke lokasi.
dengan tidak menebangi hutan, menanam
c. Bantu penduduk yang tertimpa
tumbuhan berakar kuat seperti lamtoro,
longsoran, periksa lukanya, dan
bambu, akar wangi dan tumbuhan lainnya
pindahkan ke tempat yang aman.
pada lereng yang gundul, membuat saluran
d. Waspada pada banjir dan aliran
air hujan, memeriksa keadaan tanah secara
reruntuhan yang dapat terjadi setelah
rutin dan berkala, membangun tembik
tanah longsor.
penahan di lereng yang terjal juga mengukur
tingkat kederasan air hujan.
e. Laporkan fasilitas umum yang rusak melakukan kajian risiko bencana terhadap
kepada pihak yang berwenang. daerah tersebut.
f. Periksa kerusakan fondasi rumah
akibat longsor.
g. Tanamlah tumbuhan di daeray bekas BAB III Metode Penelitian
merupakan suatu aktivitas yang berperan dari mulai bulan November 2022 sampai
tinggi skor dan bobot dari parameter maka Nilai Skor Faktor Geologi
bergantung pada tingkat bahaya dan tingkat longsor menunjukan peta bahaya longsor
kerentanan masyarakat yang terancam. berbasis normatif yang didominasi oleh kelas
Dari hasil perhitungan risiko bahaya sangat tinggi. Peta bahaya longsor
selanjutnya ditentukan kelas risiko longsor. berbasis normatif dapat dilihat pada gambar
2. Kerentanan Longsor
Hasil perhitungan yang telah diproses
melalui metode tumpangsusun secara spasial
Sukawening, Leles, Cibatu, Kadungora,
Kersamanah, dan Balubur Limbangan.