Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA


KELAS 4 SDN 2 SESETAN DENPASAR
Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani1, I Wyn. Sujana2, Ni Wyn. Suniasih3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: niluhkadedwipradnyani@yahoo.co.id1, wayan_sujana@yahoo.com2,


wayansuniasih@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan Denpasar. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Pra-Eksperimen jenis desain statis dua kelompok.
Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV A SDN 2 Sesetan sebagai kelompok kontrol dan siswa kelas IV B SDN 2 Sesetan sebagai
kelompok eksperimen yang masing-masing berjumlah 39 orang. Data hasil belajar IPS diperoleh dengan
menggunakan metode tes dan metode observasi. Data kemudian dianalisis dengan statistik uji t.
Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung sebesar 2,45 sedangkan dengan menggunakan taraf
signifikan 5% dan dk = n1+n2–2 (dk = 39+39-2=76) diperoleh t tabel (α=0,05) sebesar 1,99. Karena t hitung=
2,45 > t tabel(α=0,05) = 1,99, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata kelompok eksperimen =
78,41 > nilai rata-rata kelompok kontrol = 73,44. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan
Denpasar. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan Denpasar.

Kata Kunci: Kooperatif Tipe Talking Stick, Hasil Belajar.

Abstract
This research is to find out the differences of the students' social studies learning outcomes who being
taught by using cooperative talking stick between the students who being taught using conventional
method to fourth grade students of elementary school 2 sesetan. In this research there is a experiment
research which is use pra experiment design statistic two groups. Samples were taken by a random
sampling technique class. The sampling in this research is fourth grade A students of elementary school
2 sesetan as the control group and fourth grade B students of elementary school 2 sesetan as the
experimental group amounted to 39 people. The data which is consist of learning result of the students
gather by using method test and observation method. Social studies learning outcomes data were then
analyzed by t-test technique. Based on the analysis of data obtained t arithmetic = 2,45 and t table (α=0,05) =
1,99 at significant level is 5% with df = n1+n2-2 (df = 39 +39-2 = 76). So t arithmetic = 2,45 is greater than t
table (α=0,05) = 1,99 then Ho is rejected and Ha accepted. The average number of social studies’ learning
outcomes of the experiment group students = 78,41 > the average number of social studies’ learning
outcomes of the control group students = 73,44. This means that there is a significant differences of
the students' learning social studies result between the students who being taught by using cooperative
talking stick between the students who being taught using conventional method to fourth grade students
of elementary school 2 sesetan. It can be concluded that the cooperative talking stick affects the results
of students' social studies learning outcomes result of fourth grade students of elementary school 2
sesetan.

Keywords: cooperative talking stick, learning outcomes


PENDAHULUAN Sumaatmadja (2008: 1.4) bahwa “perspektif
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah global adalah suatu cara pandang dan cara
satu jenjang pendidikan formal. SD berpikir terhadap suatu masalah, kejadian
merupakan jenjang yang amat penting bagi atau kegiatan dari sudut kepentingan
siswa, karena pada jenjang ini siswa global, yaitu dari sisi kepentingan dunia
memperoleh kemampuan dasar untuk atau internasional”.
mengembangkan potensinya saat ini dan Mengingat pentingnya peranan IPS
pada jenjang pendidikan yang akan untuk perkembangan siswa, diharapkan
ditempuh selanjutnya. Ilmu Pengetahuan kegiatan pembelajaran IPS di SD dapat
Sosial (IPS), merupakan salah satu mata benar-benar memfasilitasi tercapainya
pelajaran yang diberikan di SD. IPS di SD tujuan dalam mata pelajaran IPS. IPS di SD
merupakan IPS terpadu atau IPS memiliki beberapa tujuan, yang dinyatakan
terintegrasi, seperti halnya yang Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
diungkapkan Trianto (2012:171), “Ilmu (2011: 18) yaitu “Agar peserta didik memiliki
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kemampuan: (a) mengenal konsep-konsep
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan
sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
realitas dan fenomena sosial yang masalah, dan keterampilan dalam
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner kehidupan sosial; (c) memiliki komitmen
dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan kemanusiaan; dan (d) memiliki
politik, hukum, dan budaya)”. kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
Mata pelajaran ini sangat penting dan berkompetisi dalam masyarakat yang
diberikan bagi siswa SD, karena siswa majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
dibelajarkan untuk mengenal lingkungan global”.
sosial di sekitarnya dan untuk dapat Ruang lingkup mata pelajaran IPS
menjalani kehidupan yang baik di tengah- meliputi aspek-aspek sebagai berikut: “(a)
tengah lingkungan sosial tersebut. Seperti manusia, tempat, dan lingkungan; (b)
halnya yang diungkapkan Direktorat waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c)
Pembinaan Sekolah Dasar (2011: 18) sistem sosial dan budaya; dan (d) perilaku
“melalui mata pelajaran IPS peserta didik ekonomi dan kesejahteraan” (Direktorat
diarahkan untuk dapat menjadi warga Pembinaan Sekolah Dasar, 2011:18).
negara Indonesia yang demokratis, Mengingat karakteristik siswa SD yang
bertanggung jawab, serta warga dunia yang masih berada pada tahap operasional
cinta damai”. konkret maka IPS SD bergerak dari yang
Dengan mempelajari IPS, diharapkan konkret ke yang abstrak dengan mengikuti
siswa dapat berlatih untuk memahami pola pendekatan lingkungan yang semakin
lingkungan sosialnya dan untuk dapat meluas (expanding environment approach)
hidup bermasyarakat. Tatanan hidup dan pendekatan spiral dengan memulai dari
bermasyarakat selalu berubah seiring yang mudah kepada yang sukar, dari yang
dengan perkembangan zaman, sehingga sempit menuju lebih luas, dan dari yang
diharapkan melalui IPS siswa mampu dekat ke yang jauh.
memahami kehidupan sosial dan dapat Untuk mewujudkan keberhasilan
menyesuaikan dirinya dalam perubahan siswa dalam pembelajaran IPS, tentu di
yang terjadi dalam masyarakat. Untuk perlukan suatu pembelajaran IPS yang
membantu siswa memahami lingkungan berkualitas. Sehingga mampu memfasilitasi
sosialnya, melalui IPS siswa dibelajarkan siswa untuk mencapai tujuan dari mata
mengenai perspektif global. Perspektif pelajaran IPS. Salah satu cara untuk
global adalah suatu cara pandang yang mewujudkannya adalah dengan
bersifat menyeluruh atau universal menerapkan model pembelajaran yang
terhadap suatu permasalahan masa kini. sesuai dengan paradigma baru pendidikan,
Seperti yang diungkapkan oleh yaitu pembelajaran inovatif yang memiliki
orientasi konstruktivistik. Pembelajaran pendidikan, yaitu aspek kognitif, psikomotor
inovatif adalah pembelajaran yang dapat dan afektif”.
meningkatkan keaktifan siswa dalam Pada pembelajaran, guru SD perlu
proses pembelajaran dan memaksimalkan menggunakan model pembelajaran yang
interaksi antara komponen pembelajaran. berpusat pada siswa, kreatif, dan inovatif.
Berdasarkan hasil wawancara dan Agar siswa menjadi aktif dalam kegiatan
dan observasi pada kelas 4 (A, B, dan C) di pembelajaran dan siswa dapat memperoleh
SDN 2 Sesetan Denpasar khususnya pada pengalaman belajar yang bermakna dan
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menyenangkan. Dengan demikian siswa
(IPS) yaitu pada tanggal 5, 8, 12 dan 19 akan memperoleh manfaat dari mata
November, dapat diketahui bahwa dalam pelajaran IPS dalam kehidupannya sehari-
kegiatan pembelajaran guru belum hari. Salah satu model pembelajaran
menerapkan paradigma baru dalam inovatif yang dapat dijadikan alternatif
pembelajaran, guru masih menerapkan dalam pembelajaran IPS adalah model
paradigma lama yaitu pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
berpusat pada guru (dengan menggunakan Pada dasarnya cooperative learning
metode ceramah). Selain itu, guru belum mengandung pengertian sebagai “suatu
menunjang kegiatan pembelajaran dengan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
media-media konkret seperti peta konsep, atau membantu diantara sesama dalam
bagan, dan gambar. Padahal media struktur kerja sama yang teratur dalam
penunjang sangat penting dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
pembelajaran IPS, hal ini untuk dapat lebih di mana keberhasilan kerja sangat
menyampaikan pesan-pesan abstrak dalam dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
setiap materi yang dibelajarkan. anggota kelompok itu sendiri” (Solihatin dan
Guru kelas IV mengungkapkan Raharjo, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif
keaktifan siswa dalam kegiatan yang menekankan pada belajar bersama
pembelajaran IPS masih kurang dan siswa secara berkelompok sangat sesuai dengan
cepat merasa bosan saat proses karakteristik IPS yang merupakan ilmu
pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa sosial.
selama kegiatan pembelajaran dipengaruhi Riyanto (2010:267) menyatakan,
oleh penggunaan model pembelajaran yang “langkah-langkah umum dalam
diterapkan guru. Apabila model pembelajaran kooperatif yaitu (a) berikan
pembelajaran yang digunakan tidak informasi dan sampaikan tujuan serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk skenario pembelajaran, (b)
mengerjakan berbagai tugas mandiri yang mengorganisasikan siswa dalam kelompok
beragam, tentu siswa hanya akan menjadi kooperatif, (c) membimbing siswa untuk
pendengar pasif di dalam kelas. melakukan kegiatan/berkooperatif, (d)
Sanjaya (2008:229) mengungkapkan evaluasi, dan (e) berikan penghargaan”.
“belajar pada dasarnya adalah suatu proses Hamruni (2012: 127-129) berpendapat
aktivitas mental seseorang dalam bahwa “prosedur pembelajaran kooperatif
berinteraksi dengan lingkungannya adalah (a) penjelasan materi, (b) belajar
sehingga menghasilkan perubahan tingkah dalam kelompok, (c) penilaian, dan (d)
laku yang bersifat positif baik perubahan pengakuan tim”.
dalam aspek pengetahuan, sikap maupun Adapun unsur- unsur dalam
psikomotor”. Dengan demikian hasil belajar pembelajaran kooperatif meliputi interaksi
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sosial, kerjasama, saling ketergantungan,
setelah mendapatkan pengalaman tanggung jawab serta penilaian individu dan
belajarnya, dimana kemampuan tersebut kelompok. Nurhadi (2004:61-62)
meliputi aspek kognitif, afektif dan menyebutkan bahwa berbagai unsur dalam
psikomotorik. Seperti halnya yang pembelajaran kooperatif adalah adanya “(a)
diungkapkan Sudaryono (2012:102) bahwa saling ketergantungan positif, (b) interaksi
“hasil belajar meliputi aspek pembentukan tatap muka, (c) akuntabilitas individual, (d)
watak seorang peserta didik, dengan keterampilan menjalin hubungan antar
demikian mengukur tiga aspek utama hasil pribadi”.
Model pembelajaran kooperatif dan seterusnya, guru membimbing
diaplikasikan dalam berbagai tipe dalam kesimpulan-refleksi-evaluasi”.
kegiatan pembelajaran. “Salah satu tipe Kelebihan model pembelajaran
dari model pembelajaran kooperatif adalah kooperatif adalah siswa tidak terlalu
Tongkat Berbicara (Talking Stick)” menggantungkan diri pada guru;
(Suyatno, 2009:71). Model pembelajaran mengembangkan kemampuan
kooperatif tipe Talking Stik adalah suatu mengungkapkan ide atau gagasan;
model pembelajaran kelompok dengan menumbuhkan sikap respek pada orang
bantuan tongkat. Pembelajaran Talking lain; membantu memberdayakan setiap
Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
SD. Selain untuk melatih berbicara, belajar; meningkatkan prestasi akademik
pembelajaran ini akan menciptakan dan kemampuan sosial; siswa dapat
suasana yang menyenangkan dan menerapkan teknik pemecahan masalah;
membuat siswa aktif. Tukiran (2011: 106) meningkatkan kemampuan siswa
menyatakan, “Langkah-langkah dari menggunakan informasi dan mengubah
pembelajaran Talking stick yaitu, (a) Guru belajar abstrak menjadi nyata (riil);
menyiapkan sebuah tongkat, (b) Guru meningkatkan motivasi dan memberikan
menyampaikan materi pokok yang akan rangsangan untuk berpikir (Hamruni, 2012).
dipelajari, kemudian memberikan Berdasarkan uraian di atas maka
kesempatan kepada siswa untuk membaca tujuan penelitian ini adalah untuk
dan mempelajari materi, (c) Setelah selesai mengetahui perbedaan hasil belajar IPS
membaca materi/ buku pelajaran dan antara siswa yang dibelajarkan melalui
mempelajarinya, siswa menutup bukunya, penerapan model pembelajaran kooperatif
(d) Guru mengambil tongkat dan tipe talking stick dengan siswa yang
memberikan pada siswa, setelah itu guru dibelajarkan melalui pembelajaran
memberikan pertanyaan dan siswa yang konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan
memegang tongkat tersebut harus Denpasar.
menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian METODE
untuk menjawab setiap pertanyaan dari Penelitian ini adalah penelitian
guru, (e) Guru memberikan kesimpulan, (f) eksperimen dengan menggunakan disain
Evaluasi, dan (g) Penutup”. Pra-Eksperimen jenis statis dua kelompok.
Suyatno (2009:71) memberikan “Disain ini menggunakan dua kelompok,
langkah atau sintaks dari pembelajaran satu diantaranya diberikan perlakuan
kooperatif tipe talking stick yaitu “Sintaknya sebagai kelompok eksperimen. Dua
pembelajaran talking stick adalah: (a) kelompok dianggap sama dalam semua
informasi materi secara umum, (b) aspek yang relevan dan perbedaan hanya
membentuk kelompok, (c) pemanggilan terdapat dalam perlakuan. Hasil
ketua dan diberi tugas membahas materi pengukuran variabel terikat dari kedua
tertentu di kelompok, bekerja kelompok, (d) kelompok dibandingkan untuk melihat efek
tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan dari perlakuan X” (Sudjana, 2009:36).
diberikan kepada kelompok lain, (e) Kelompok eksperimen dalam penelitian ini
kelompok lain menjawab secara akan diberikan perlakuan berupa model
bergantian, (f) penyimpulan, dan (g) refleksi pembelajaran kooperatif tipe talking stick
serta evaluasi. Contoh aktivitas dari dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan pembelajaran konvensional. Disain
tongkat, sajian materi pokok, siswa penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
membaca materi lengkap pada wacana,
guru mengambil tongkat dan memberikan
tongkat kepada siswa dan siswa yang
kebagian tongkat menjawab pertanyaan
dari guru, tongkat diberikan kepada siswa
lain dan guru memberikan pertanyaan lagi
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
E X Y yaitu variabel bebas (model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick) dan variabel
C - Y terikat (hasil belajar IPS). Model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick
Gambar 1: Desain Statis Dua Kelompok adalah salah satu model pembelajaran
(Sudjana, 2009:37) yang memiliki orientasi konstruktifis. Model
Keterangan: pembelajaran ini menekankan pada
E = kelompok eksperimen kegiatan belajar sambil bermain. Dengan
C = kelompok kontrol model ini siswa akan mendapat
X = model pembelajaran kooperatif tipe kesempatan untuk belajar secara
talking stick kolaboratif, melatih kemampuan berfikir dan
- = pembelajaran konvensional kemampuan siswa dalam berpendapat
Y = post test atau tes akhir secara lisan. Keaktifan siswa sangat
dituntut dalam kegiatan pembelajaran
Keseluruhan objek yang mempunyai sehingga siswa akan memperoleh
karakteristik tertentu yang akan diteliti pengalaman belajar yang bermakna.
disebut populasi penelitian. Prasetyo Hasil belajar IPS adalah nilai atau
(2008:119) mengungkapkan “populasi skor yang diperoleh siswa selama
adalah keseluruhan gejala atau satuan mengikuti kegiatan pembelajaran IPS
yang ingin diteliti”. Populasi dalam berupa hasil penilaian ranah kognitif dan
penelitian ini adalah kelas 4 di SDN 2 ranah afektif. Ranah kognitif memiliki bobot
Sesetan pada semester II tahun ajaran 60 dan ranah afektif memiliki bobot 40.
2012/2013. Jumlah populasi pada Data yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri dari 3 kelas yaitu kelas penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa.
4A, 4B dan 4C yang berjumlah 140 orang Untuk mendapatkan data mengenai hasil
siswa. Sebagian anggota populasi yang belajar IPS siswa diperlukan suatu alat
digunakan dalam penelitian ini disebut untuk mengumpulkannya. Sugiyono (2011:
sampel penelitian. Trianto (2010: 256) 148) menegaskan bahwa “Alat ukur dalam
menegaskan, “sampel adalah sebagian penelitian biasanya dinamakan instrumen
atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik penelitian”. Hasil belajar IPS yang diukur
yang digunakan untuk mengambil sampel adalah meliputi ranah kognitif dan afektif.
adalah teknik random sampling, yaitu Instrumen yang digunakan untuk
dengan mengacak kelas-kelas yang telah mengukur ranah kognitif adalah tes hasil
terbentuk sebelumnya. Yang menjadi belajar IPS berupa tes obyektif bentuk
sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV pilihan ganda biasa yang terdiri dari 30 butir
A sebagai kelompok kontrol dan kelas IV B soal dengan masing- masing item terdiri
sebagai kelompok eksperimen yang dari empat alternatif jawaban (a, b, c, dan
masing-masing berjumlah 39 orang. d). Tiap butir soal, bila siswa menjawab
Kesetaraan antara kelas eksperimen dengan benar mendapat skor 1 dan bila
dengan kelas kontrol diketahui melalui jawaban salah skor 0. Sukiman (2012: 90)
informasi dari kepala sekolah SDN 2 menyatakan bahwa “soal pilihan ganda
Sesetan dan dengan melakukan pemetaan. biasa adalah model pilihan ganda yang
Dalam suatu penelitian, diteliti atau terdiri dari kalimat pertanyaan atau
dilihat suatu hubungan dari beberapa pernyataan dan diikuti oleh 3, 4 atau 5
faktor. Faktor- faktor yang dinilai inilah yang jawaban dan tugas siswa adalah memilih
disebut dengan variabel. Jadi variabel salah satu jawaban yang paling tepat”.
adalah sesuatu yang dapat berupa objek, Sebelum tes digunakan sebagai alat
sifat atau nilai dari seseorang yang memiliki ukur telah dilakukan validasi instrumen
keragaman variasi yang dipelajari dalam yang meliputi:
suatu penelitian. Sukmadinata, (2009:194) Pertama, validitas instrumen yang
menyebutkan “Variabel adalah hal, segi, meliputi (1) validitas isi yaitu penyusunan
aspek atau komponen yang memiliki tes dengan berpedoman pada kisi-kisi.
kualitas atau karakteristik yang bervariasi”. Sukardi (2010:32) menyatakan “validitas isi
ialah derajat di mana sebuah tes evaluasi tes (r11) pada umumnya digunakan patokan
mengukur cakupan substansi yang ingin sebagai berikut: apabila r11 sama dengan
diukur”. (2) validitas butir, “Validitas butir atau lebih daripada 0,70 berarti tes hasil
dari suatu tes adalah ketepatan mengukur belajar yang sedang diuji reliabilitasnya
yang dimiliki oleh sebutir item dalam dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
mengukur apa yang seharusnya diukur tinggi. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70
lewat butir item tersebut” (Sudijono, berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang
2011:182). Rumus yang digunakan untuk diuji reliabilitasnya dinyatakan belum
mengetahui validitas butir soal adalah point memiliki reliabilitas yang tinggi (un-
biserial. Nilai yang diperoleh kemudian reliable)”. Koefisien reliabilitas yang
dibandingkan dengan nilai r tabel. Apabila diperoleh setelah melakukan uji reliabilitas
butir tes kategori valid r hitung > r tabel. Dari 60 terhadap 30 butir soal yang telah terpilih
butir tes hasil belajar yang diuji cobakan, 45 adalah 0,72. Karena 0,72 > 0,70, maka
butir masuk dalam kategori valid dan 15 perangkat tes dikatakan memiliki reliabilitas
butir tes hasil belajar lainnya tidak masuk yang tinggi.
kategori valid. Sedangkan instrumen untuk
Kedua, daya pembeda. Sudaryono mengukur ranah afektif adalah lembar
(2012: 178) menyatakan, “daya beda butir observasi. Adapun aspek yang di amati
adalah kemampuan suatu butir soal dapat dalam penelitian ini adalah disiplin,
membedakan antara siswa yang telah bersahabat/komunikatif, dan tanggung
menguasai materi yang ditanyakan dengan jawab. Aspek ini disesuaikan dengan
siswa yang belum menguasai materi yang karakter bangsa yang diharapkan
ditanyakan”. Dari 45 butir soal yang diuji dikembangkan dalam pembelajaran dan
daya pembedanya, terdapat 13 butir soal disesuaikan dengan materi pembelajaran
memiliki daya pembeda yang termasuk dan model pembelajaran yang akan
dalam kriteria baik (B). Butir soal yang digunakan.
memiliki daya pembeda termasuk dalam Data hasil belajar IPS yang telah
kriteria cukup (C) adalah 24 butir soal. Dan terkumpul dianalisis dengan uji t. Sebelum
8 butir soal memiliki daya pembeda yang analisis terhadap data hasil belajar,
termasuk dalam kriteria jelek (J) Untuk 8 dilakukan uji prasyarat analisis data yang
butir soal yang termasuk dalam kriteria meliputi (1) uji normalitas sebaran data.
daya pembeda yang jelek tidak akan Tujuannya adalah untuk mengetahui
digunakan dalam penelitian ini. apakah data yang diperoleh berasal dari
Ketiga, Indeks kesukaran. “Tingkat populasi berdistribusi normal. Apabila
sukar butir adalah peluang untuk menjawab sebaran data sudah berdistribusi normal,
benar suatu soal pada tingkat kemampuan maka uji lanjut dengan menggunakan
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam statistik parametrik bisa dilakukan. Teknik
bentuk indeks” (Sudaryono, 2012: 176). yang digunakan untuk uji normalitas adalah
Setelah dilaksanakan pengujian pada butir Chi-Square. Adapun kriteria pengujiannya
soal yang lolos uji validitas dan daya 2 2
adalah jika ℎ < , maka ho
pembeda, terdapat 1 butir yang termasuk diterima (gagal ditolak) yang berarti data
kriteria sukar, 21 butir soal termasuk kriteria berdistribusi normal. Taraf signifikansinya
sedang dan 15 butir termasuk kategori adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk)
mudah. = k-1. (2) Uji homogenitas. Uji kesamaan
Keempat, Reliabilitas instrumen. dua varians dilakukan untuk menguji
Trianto, (2010:271) menegaskan, apakah data tersebut homogen, yaitu
“instrumen dikatakan reliabel apabila dengan membandingkan kedua variansnya.
instrumen tersebut konsisten atau ajeg Uji homogenitas dilakukan dengan uji F dari
dalam hasil ukurnya sehingga dapat Havley karena yang di uji adalah
dipercaya”. Rumus yang digunakan adalah homogenitas dua kelompok data. Kriteria
Kuder Richardson atau KR-20 karena tes pengujian homogenitas, data mempunyai
bersifat dikotomi dan heterogen. Sudijono varians yang homogen bila F hitung < F tabel =
(2009: 209), menyatakan “Pemberian
interpretasi terhadap koefisien reliabilitas
Fα (db pembilang-1, db penyebut -1) pengujian Ho diterima (gagal ditolak), ini berarti
dilakukan pada taraf signifikansi α = 0,05. sebaran data nilai hasil belajar IPS
Uji hipotesis dalam penelitian ini kelompok eksperimen berdistribusi normal.
menggunakan statistik parametris (dengan Pada uji homogenitas diperoleh F hitung
uji-t). Uji hipotesis yang digunakan adalah sebesar 1,21. Sedangkan F tabel pada taraf
uji hipotesis indirectional atau hipotesis signifikan 5% dengan db = (38,38) adalah
tidak langsung yaitu uji dua ekor. “Uji dua 1,71. Ini berarti F hitung < F tabel maka Ho
pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) diterima (gagal ditolak), berarti tidak
berbunyi ‘sama dengan’ dan hipotesis terdapat perbedaan varians masing-masing
alternatifnya (Ha) berbunyi ‘tidak sama kelas atau harga varians adalah homogen.
dengan’ (Ho = ; Ha ≠ )” (Sugiyono, 2011: Karena data hasil belajar IPS telah
228). Rumus uji-t yang digunakan adalah lolos uji prasyarat analisis data, kemudian
rumus separated varians. Uji signifikansi dilanjutkan dengan uji hipotesis
adalah jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t.
(gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sedangkan Berdasarkan analisis data dengan
jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha menggunakan taraf signifikan 5% dan dk =
diterima. Pengujian dilakukan pada taraf n1 + n2 – 2 (dk = 39+39-2 = 76) diperoleh t
signifikan 5% dengan dk = n1 + n2 – 2. tabel (α=0,05) = 1,99 dan t hitung = 2,45. Karena t
hitung = 2,45 > t tabel (α=0,05) = 1,99, maka Ho
HASIL DAN PEMBAHASAN ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
HASIL perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
Data hasil belajar IPS yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan melalui
kemudian dianalisis, namun sebelumnnya penerapan model pembelajaran kooperatif
dilakukan uji prasyarat analisis data terlebih tipe talking stick dengan siswa yang
dahulu yang meliputi uji normalitas dan uji dibelajarkan melalui pembelajaran
homogenitas. konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan
Uji normalitas pada kelompok kontrol Denpasar. Selain itu nilai rata-rata
diperoleh X2 hitung = 3,39. Sedangkan untuk kelompok eksperimen = 78,41 > nilai
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan rata-rata kelompok kontrol = 73,44.
(dk) = 5 diperoleh X2 tabel = X2 (0.05:5) = 11,07. Hal ini berarti siswa kelompok
Karena X2 hitung = 3,39 < X2 tabel = 11,07 maka eksperimen yang dibelajarkan dengan
Ho diterima (gagal ditolak), ini berarti pembelajaran kooperatif tipe talking stick
sebaran data nilai hasil belajar IPS memperoleh hasil belajar yang lebih baik
kelompok kontrol berdistribusi normal. dari siswa kelompok kontrol yang
Dan pada kelompok eksperimen dibelajarkan dengan pembelajaran
diperoleh X2 hitung= 4,15. Sedangkan untuk konvensional. Secara umum hasil analisis
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan data dapat dilihat pada Tabel 1.
(dk)=5 diperoleh X2 tabel= X2 (0.05:5)=11,07.
Karena X2 hitung = 4,15 < X2 tabel = 11,07 maka

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

Materi Perilaku yang Nilai Nilai


Mean Ha Ho
Pembelajaran Diterima thitung ttabel
Koperasi dan Model 78,41
Perkembangan pembelajaran
Teknologi Kooperatif tipe 2,45 1,99 Diterima Ditolak
Talking Stick
Pembelajaran 73,44
Konvensional

PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data diperoleh t sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas,
hitung = 2,45 > t tabel (α=0,05) = 1,99, maka Ho dan dari yang dekat ke yang jauh.
ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata Berbeda halnya dengan
kelompok eksperimen = 78,41 > nilai pembelajaran konvensional, dalam
rata-rata kelompok kontrol = 73,44. Ini pembelajaran kooperatif tipe talking stick,
berarti ada perbedaan yang signifikan hasil siswa dijadikan pusat pembelajaran. Guru
belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan tidak mendominasi kegiatan pembelajaran,
melalui penerapan model pembelajaran namun memberikan kesempatan pada
kooperatif tipe talking stick dengan siswa siswa untuk mencari dan membangun
yang dibelajarkan melalui pembelajaran sendiri pengetahuannya dengan
konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan memberikan tugas-tugas kelompok pada
Denpasar. Hal ini disebabkan model siswa. Sementara guru memaksimalkan
pembelajaran kooperatif tipe talking stick perannya sebagai motivator dan fasilitator
memiliki beberapa keunggulan untuk siswa. Hakekat pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama secara
konvensional. Pada pembelajaran berkelompok. Kegiatan belajar kelompok
konvensional, guru menggunakan metode dengan tugas beragam yang diberikan guru
ceramah sehingga mendominasi kegiatan tentu dapat melatih kemampuan
pembelajaran. Guru juga kurang bersosialisasi siswa. Kegiatan sosialiasi
memberikan kesempatan pada siswa untuk dengan guru dan teman di dalam kelas
melakukan kegiatan yang beragam, sangat penting dalam pembelajaran IPS,
sehingga siswa tidak mendapat karena secara tidak langsung dapat
kesempatan untuk mencari sendiri memfasilitasi terwujudnya tujuan
pengetahuannya dan siswa akan merasa pembelajaran IPS di SD yang telah
cepat bosan. Khususnya pada mata ditetapkan Direktorat Pembinaan Sekolah
pelajaran IPS di SD, apabila guru Dasar.
menerapkan pembelajaran yang berpusat Dengan pembelajaran kooperatif tipe
pada guru maka siswa tidak dapat talking stick, setelah siswa mengerjakan
mengembangkan kemampuannya secara tugas dengan kelompoknya kemudian guru
optimal. Selain itu, salah satu karakteristik akan menguji pengetahuan kelompok atau
siswa SD yaitu belajar sambil bermain, individu dengan sebuah permainan tongkat
apabila hal ini tidak diperhatikan guru tentu yang menyenangkan. Dengan diselingi
dalam kegiatan pembelajaran IPS siswa permainan dalam kegiatan pembelajaran
akan cepat merasa bosan dan jenuh yang tentu siswa akan merasa lebih senang saat
akan menurunkan minat siswa dalam belajar dan tidak akan cepat merasa bosan.
belajar. Hal lain yang perlu diperhatikan Model pembelajaran ini sangat sesuai
adalah pembelajaran IPS di SD harus dengan karakteristik siswa SD yang senang
memenuhi kebutuhan anak yang berusia belajar sambil bermain. Apabila siswa
antara 6-12 tahun. Anak SD cenderung sudah merasa nyaman dalam belajar tentu
masih berada pada tahap operasional motivasinya akan meningkat, dengan
konkret, dimana siswa belum bisa berpikir demikian hasil belajar yang diperolehnya
secara abstrak dan harus belajar dari akan lebih optimal.
sesuatu yang nyata. Hal ini seperti yang Berbagai keunggulan yang dimiliki
dinyatakan oleh Piaget (dalam Baharuddin, model pembelajaran kooperatif tipe talking
2012:123) bahwa “anak dalam kelompok stick akan sangat membantu dalam
usia 7-11 tahun berada dalam tahap mengoptimalkan hasil belajar siswa dan
perkembangan kognitifnya pada tingkatan selain menguasai materi pembelajaran
operasional konkret”. Itulah sebabnya IPS siswa juga mendapat keterampilan sosial
SD bergerak dari yang konkret ke yang yang sangat bermanfaat dalam interaksi
abstrak dengan mengikuti pola pendekatan sosialnya sehari-hari serta untuk hidup
lingkungan yang semakin meluas dalam lingkungan masyarakat.
(expanding environment approach) dengan Penelitian dengan menggunakan
memulai dari yang mudah kepada yang model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick telah banyak dilakukan sebelumnya.
Seperti, penelitian yang dilakukan oleh pendidikan, demi meningkatnya mutu
Meliani (2012) yang berjudul “Penerapan pendidikan dasar
Metode Talking Stick Berbantuan Media
Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas dan DAFTAR RUJUKAN
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar- Dasar
Siswa Kelas V Semester II Sekolah Dasar 2 Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Mayong Kecamatan Seririt Kabupaten Akasara.
Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penelitian lain dilakukan oleh Marinda Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2012.
(2012) dengan judul ”Pengaruh Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Talking Stick Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA Di SMA Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Srijaya Negara Palembang”. 2011. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/
PENUTUP Madrasah Ibtidaiyah (Lampiran 1
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Peraturan Menteri Pendidikan
bahwa nilai t hitung (2,45) lebih besar dari t Nasional No 22 Tahun 2006) Kelas
tabel (1,99), maka Ho ditolak dan Ha IV. Jakarta: Direktorat Pembinaan
diterima. Selain itu nilai rata-rata kelompok Sekolah Dasar.
eksperimen = 78,41 > nilai rata-rata
kelompok kontrol = 73,44. Ini berarti ada Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran.
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS Yogyakarta: Insan Madani.
antara siswa yang dibelajarkan melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif Marinda, Nina. 2012. Pengaruh Penerapan
tipe Talking Stick dengan siswa yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
dibelajarkan melalui pembelajaran Talking Stick Terhadap Aktivitas dan
konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI
Denpasar. Dapat disimpulkan bahwa IPA Di SMA Srijaya Negara
terdapat pengaruh penerapan model Palembang. Skripsi (tidak diterbitkan)
pembelajaran kooperatif tipe talking stick Program Studi Pendidikan Biologi,
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV Jurusan Pendidikan Matematika dan
SDN 2 Sesetan Denpasar. Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Adapun saran yang dapat Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
disampaikan pada peneliti selanjutnya Universitas Sriwijaya (tersedia pada
adalah untuk lebih menyempurnakan hasil http://www.akademik.unsri.ac.id/paper
penelitian ini, diharapkan pada para peneliti 4/download/paper/TA_56081009034.
selanjutnya dapat melakukan penelitian pdf diakses tanggal 3 Maret 2013).
serupa dengan memperbaiki segala
kekurangan dalam penelitian ini. Bagi guru Meliani, Ni Made. 2012. Penerapan Metode
SD khususnya di SDN 2 Sesetan Talking Stick Berbantuan Media
hendaknya dapat menerapkan model Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas
pembelajaran yang telah mengikuti dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
paradigma baru pendidikan dan sesuai Sosial Siswa Kelas V Semester II
dengan karakteristik siswa pada mata Sekolah Dasar 2 Mayong Kecamatan
pelajaran IPS, salah satunya adalah model Seririt Kabupaten Buleleng Tahun
pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak
Bagi sekolah, diharapkan dapat diterbitkan) Jurusan Pendidikan Guru
mempertimbangkan penggunaan model Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
pembelajaran kooperatif tipe talking stick Pendidikan, Universitas Pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran IPS di Ganesha.
sekolah, mendukung guru-guru untuk terus
mengikuti perubahan paradigma
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Sukiman, 2012. Pengembangan Sistem
Kontekstual dan Penerapannya Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Prasetyo dan Lina. 2008. Metodologi Remaja Rosdakarya.
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Sumaatmadja, H. Nursid dan Kuswaya
Wihardit. 2008. Perspektif Global.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Jakarta: Universitas Terbuka.
Pembelajaran: Sebagai Referensi
bagi Pendidik dalam Implementasi Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Pembelajaran yang Efektif dan Inovatif. Sidoarjo. Masmedia Buana
Berkualitas. Jakarta: Kencana Pustaka.
Prenada Media Group.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pendidikan Bagi Pengembangan
Pembelajaran: Teori dan Praktik Profesi Pendidikan dan Tenaga
Pengembangan Kurikulum Tingkat Kependidikan. Jakarta: Kencana.
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana -------. 2012. Model Pembelajaran Terpadu:
Konsep, Strategi, dan
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Implementasinya dalam Kurikulum
Cooperative Learning: Analisis Model Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Jakarta: Bumi Aksara.
Aksara.
Tukiran, Taniredja, dkk. 2011. Model-Model
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Alfabeta.
Ilmu.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi


Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

---------. 2011. Pengantar Evaluasi


Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009.


Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D”. Bandung:
Alfabeta.

---------. 2012. Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip


dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Akasara.

Anda mungkin juga menyukai