Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


MODEL CATUR ASRAMA PADA SISWA KELAS VI
SD NEGERI 1 ASTINA SINGARAJA
Sukadi
Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRACT
This study was aimed at improving students achievement in social studies and civic
education classes through implementing Hindus Cooperative learning strategy (a model of Catur
Asrama) for students grade VI of SD Negeri 1 Astina, Singaraja. To achieve this objective this
study was conducted by using classroom action research. There were two teachers who prac­
ticed this strategy, those were social studies and civic education teacher. The result of this study
revealed that the use of Catur Asrama as a cooperative learning strategy could improve stu­
dents achievement (concept attainment, attitude, and presentation skills) in social studies and
civic education classes for students grade VI of SD Negeri 1 Astina Singaraja. The implication
of this study need elementary school teachers continually to develop and study about the possi­
bility of using Catur Asrama as a cooperative learning strategy in order to enhance elementary
school students achievement.

Keywords: Student, Cooperative Learning, Catur Asrama

I. PENDAHULUAN
Meningkatkan prestasi belajar siswa di mereka menguasai kompetensi yang lebih
sekolah dasar berbasis kompetensi secara utuh, kompleks dan lebih abstrak sifatnya di tingkat
baik pada domain pengetahuan, nilai dan sikap, berikutnya (Gredler, 1992).
maupun keterampilannya adalah tugas utama Kompetensi utama siswa sekolah dasar
guru sekolah dasar. Tugas ini sangat penting yang harus dikembangkan oleh guru adalah
karena guru sekolah dasar akan membangun kompetensi pengetahuan, nilai-nilai dan sikap,
fondasi yang kuat bagi upaya pendidikan anak dan keterampilan bidang sosial. Di era
di jenjang pendidikan berikutnya. Kegagalan globalisasi dewasa ini pengembangan
guru SD mengembangkan kompetensi siswa kompetensi bidang sosial tidak dapat diabaikan,
secara utuh akan menjadi kendala bagi karena kehidupan sosial budaya masyarakat
keberlanjutan pendidikan anak pada tahap makin menjadi kompleks dan rumit. Setiap
berikutnya. Hal ini berkaitan dengan sifat siswa perlu diberdayakan dimensi pengetahuan,
akumulasi dan hirarkhi pengetahuan. Menurut nilai-nilai dan sikap, serta keterampilan
Gagne, seorang anak belajar pada dasarnya sosialnya agar dapat berperan aktif dalam
adalah mengakumulasikan pengetahuannya penyelesaian masalah-masalah sosial
membangun hirarkhi pengetahuan yang kewarganegaraan dalam kehidupan
semakin kompleks. Karena itu, keberhasilan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
siswa menguasai secara utuh kompetensi yang (Sukadi, 2011:5). Siswa yang kurang memiliki
lebih rendah dan sederhana akan memudahkan

93
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

kompetensi sosial dikhawatirkan akan rendah itu terjadi pula pada siswa kelas VI di
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan SD Negeri 1 Astina. Guru yang mengajar IPS
dirinya di lingkungan sosial budayanya. Jika dan PKn cenderung bersifat klasikal dengan
ini terjadi berbagai penyimpangan dan penyakit metode ceramah. Tidak ada variasi
sosial bisa terjadi. pembelajaran yang dilakukan guru dari hari ke
Peningkatan kompetensi siswa dalam hari. Guru mengajar tidak menggunakan alat
bidang sosial di sekolah dasar dapat dilakukan peraga atau media pembelajaran. Buku sumber
guru SD terutama melalui mata pelajaran IPS yang digunakan oleh guru hanya satu untuk
dan PPKn di samping mata pelajaran lainnya masing-masing mata pelajaran. Interaksi belajar
(Lasmawan, 2018:2). Dua mata pelajaran ini di kelas cenderung hanya bersifat satu arah dari
sesungguhnya hampir identik karena tujuannya guru ke murid. Penilaian hasil belajar hanya
adalah mendidik anak menjadi calon warga tertuju pada ranah pengetahuan menggunakan
masyarakat dan warga negara yang baik dalam tes objektif pilihan ganda atau isian singkat.
arti cerdas, berbudi pekerti luhur, bertanggung Sifat pengetahuan yang dipelajari siswa
jawab, demokratis, dan partisipatif dalam cenderung hanya berupa fakta dan konsep yang
pengambilan keputusan publik baik di tingkat harus dihafal.
lokal, nasional, maupun global (Hasan, 2010; Akibatnya, prestasi belajar pemahaman
Gunawan, 2012). Karena itu betapa pentingnya konsep siswa menjadi rendah. Rerata daya
dua mata pelajaran ini bagi siswa sebagai serap prestasi belajar siswa kelas VI setiap
generasi penerus bangsa Indonesia. Untuk tahun (dalam tiga tahun terakhir) pada akhir
mencapai tujuan ini tugas guru kelas di sekolah semester untuk kedua mata pelajaran paling
dasar dalam mata pelajaran IPS dan PPKn tinggi untuk IPS 62% dan PKn 65% dengan
menjadi sangat krusial dalam membangun tingkat ketuntasan kelas belum pernah
kompetensi siswa dalam bidang sosial mencapai 70% atau lebih. Penilaian untuk
(Winataputra, 2001:10). kompetensi nilai dan sikap tidak dilakukan guru
Sayangya, dalam realitas di lapangan dengan baik. Guru juga tidak pernah
kualitas pembelajaran IPS dan PPKn di kelas melaksanakan penilaian untuk kompetensi
sekolah dasar sangatlah memprihatinkan. keterampilan akademis dan sosial. Secara
Akibatnya, prestasi belajar siswa pada kedua mental tampak pula dari hasil observasi bahwa
mata pelajaran ini sangatlah memprihatinkan motivasi belajar siswa rendah, perhatian belajar
pula (Sukadi, 2006: 5). Di samping prestasi siswa rendah, minat belajar siswa rendah, siswa
belajar IPS dan PPKn siswa rendah, tampak cenderung cepat bosan belajar, aktivitas belajar
pula bahwa guru kurang mensinergikan siswa secara fisik dan mental juga rendah, dan
kompetensi siswa secara utuh ke dalam tiga suasana belajar kurang kondusif.
ranah di atas (Sriariati, 2009). Hal ini karena Melihat kondisi seperti ini, peneliti dan
selama ini guru IPS dan PPKn di SD cenderung dua orang guru kelas berusaha berkolaborasi
hanya membelajarkan siswa dengan metode untuk memecahkan masalah tersebut. Diantara
yang konvensional melalui metode ceramah. alternatif pemecahan masalah pembelajaran
Penggunaan metode ceramah yang dominan di yang didiskusikan dengan kedua orang guru
kelas diduga menjadi sumber utama dan kepala sekolah, mereka lebih tertarik untuk
pembangunan kompetensi siswa yang tidak menerapkan strategi pembelajaran secara
utuh dan prestasi belajar siswa menjadi rendah kooperatif yang lebih berbasis kearifan lokal
(Puspawati, 2013: 4). masyarakat Hindu di Bali, yaitu menggunakan
Kondisi kualitas pembelajaran IPS dan strategi pembelajaran Catur Asrama. Strategi
PKn yang rendah serta hasil belajar siswa yang pembelajaran ini telah dikembangkan

94
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN.....(Sukadi, 93-100)

modelnya oleh Sukadi (2010, 2011, 2012) dalam penelitiannya tentang pengembangan
berbasis konstruktivisme sosial dan spiritual model pembelajaran Sains berbasis budaya
(DeVries dan Zan, 1994). Strategi ini lokal di Bali dapat meningkatkan hasil belajar
dikembangkan dari ajaran Hindu tentang Catur IPA si sw a1. Terakhir, Suastika (2016) juga
Asrama. Dalam ajaran ini, manusia menempuh menemukan bahwa pembelajaran IPS berbasis
empat fase belajar dalam hidupnya, yaitu: kearifan lokal masyarakat Bali dapat
brahmacari, grehasta, wanaprasta, dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa di Bali .
bhiksuka. Brahmacari adalah fase belajar Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
membangun pengetahuan secara mandiri. penelitian ini dilakukan adalah untuk menjawab
Grehasta adalah fase belajar secara kelompok pertanyaan apakah penerapan strategi
kooperatif dalam keluarga. Wanaprasta adalah pembelajaran kooperatif menggunakan
fase belajar reflektif. Bhiksuka adalah fase landasan Catur Asrama dapat meningkatkan
belajar mengibadahkan/meyadnyakan hasil belajar IPS dan PKn siswa SD Negeri 1
pengetahuan yang diperoleh (Supeksa, 2015; Astina Buleleng? Bagaimana strategi
Sri Artiningrat, 2016; Budiarta, 2013; Eka pembelajaran tersebut dilakukan? dan apakah
Sulistia Dewi, 2016) . kendala dalam pelaksanaan serta cara
Alasan memilih strategi pembelajaran pemecahannya? Adapun tujuan utama
ini adalah guru lebih mudah memahami konsep penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran ini karena menggunakan konsep- belajar IPS dan PKn siswa SD Negeri 1 Astina
konsep lokal Bali, sehingga merasa lebih Buleleng secara utuh dalam domain
mudah menerapkannya (Suastra, 2010). Siswa pengetahuan, nilai-nilai dan sikap, serta
juga tampaknya lebih suka dan lebih berminat keterampilan sosial melalui penerapan strategi
jika dibelajarkan secara kelompok kooperatif pembelajaran secara kooperatif model Catur
tanpa meninggalkan tanggung jawab individu. Asrama.
Pertama, interaksi belajar bersifat multiarah.
Kedua, siswa tidak hanya belajar dari guru dan II. PEMBAHASAN
sumber belajar, tetapi juga bisa belajar dari Deskripsi hasil penelitian ini akan
teman sejawat yang lebih pintar. Siswa juga bisa membandingkan penerapan strategi
berperan sebagai tutor teman sebaya, sehingga pembelajaran secara kooperatif model Catur
proses belajar menjadi lebih aktif secara fisik Asrama dalam pembelajaran IPS dan PKn pada
dan mental. Ketiga, siswa bisa belajar secara siswa Kelas VI SD Negeri 1 Astina.
gotong royong dalam memecahkan masalah 2.1 Pembelajaran IPS
kelompok. Keempat, akibatnya siswa harus Penerapan pembelajaran secara
juga belajar mengembangkan nilai-nilai dan kooperatif model Catur Asrama pada siswa
sikap sosial serta keterampilan sosial sebagai kelas VI SD Negeri 1 Astina dilaksanakan
bagian integral dari pembelajaran IPS dan PKn dalam dua kali siklus tindakan. Pembelajaran
Hasil penelitian terdahulu IPS pada siklus pertama dilaksanakan guru
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran untuk mencapai dua tujuan pembelajaran dari
berbasis kearifan lokal Bali seperti belajar KD 3.1: Menjelaskan peranan Indonesia pada
mandiri dalam proses tri premana dapat era global dan dampak positif serta negatifnya
meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD di terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Untuk
Bali (Subagia, 2000). Sukadi (2009, 2010, mencapai tujuan-tujuan tersebut, langkah-
2011) dalam penerapan model pembelajaran langkah pembelajaran sesuai dengan
berbasis yadnya dapat meningkatkan hasil perencanaan dilakukan dalam beberapa fase,
belajar PKn siswa SD di Bali. Suastra (2010)

95
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

yaitu: a. fase pendahuluan untuk melakukan dilakukan pada jenis aktivitas belajarya. Pada
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, fase belajar brahmacari siswa belajar
dan memotivasi siswa untuk belajar; b. fase mendengarkan ceramah guru (dharma wacana
belajar brahmacari dengan menugaskan siswa guru) dan dilakukan tanya jawab. Pada fase
belajar mandiri membaca buku sumber utama belajar kelompok (grehasta) tugas-tugas yang
halaman 89-97 secara individual dan kompleks lebih disederhanakan dalam LKS
memberikan kesempatan siswa bertanya agar siswa lebih mudah menyelesaikannya.
kepada guru atas materi yang sulit dimengerti; Begitu pula, pada fase belajar bhiksuka, seluruh
c. fase belajar grehasta dimana siswa siswa secara bersama-sama dalam kelompok
melakukan tugas belajar secara kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil belajar
keluarga dalam dua tahap (tahap diskusi sesuai kelompok dan memajang hasilnya. Dengan
peran antar anggota keluarga dan tahap kerja perbaikan aktivitas pembelajaran oleh guru di
kelompok dalam satu keluarga) untuk siklus kedua (skor pembelajaran menjadi 4,40
memecahkan masalah yang dituntun dengan berkategori baik) dan perbaikan usaha belajar
LKS; d. fase belajar wanaprasta dimana siswa siswa, penerapan siklus pembelajaran Catur
dituntun oleh guru melakukan refleksi Asrama dapat meningkatkan hasil belajar IPS
pengalaman belajar dalam kelompok keluarga; siswa. Berikut dapat ditunjukkan perubahan
e. fase bhiksuka dimana siswa belajar hasil belajar IPS siswa dari siklus tindakan
mempresentasikan hasil kerja kelompok secara pertama ke siklus tindakan kedua baik pada
bersama kepada kelas; dan f. fase penutup domain pemahaman konsep, orientasi nilai dan
dimana siswa belajar membuat simpulan hasil sikap, dan keterampilan melakukan presentasi.
belajar, melakukan refleksi, mengikuti
pascates, dan mengerjakan tugas tambahan
untuk dikerjakan secara kokurikuler.
Fase pembelajaran di atas dapat
direncanakan dan dilakukan guru dengan baik
dengan skor kemampaun pembelajaran 3,85
dalam kategori baik. Sayangnya, sesuai hasil
observasi/monitoring kemampuan guru
belumlah optimal. Siswa juga masih
mengalami kesulitan menguasai materi belajar
pada fase belajar mandiri karena harus
membaca cepat. Pada fase belajar kelompok
sebagian siswa juga masih mengalami kesulitan
belajar untuk dapat memecahkan masalah
secara tuntas sesuai LKS. Kompleksnya materi
dan waktu diskusi yang terbatas menjadi
kendala. Pada saat presentasi juga belum Data pada tabel 1 di atas menunjukkan
seluruh siswa bersedia presentasi. Umumnya bahwa dalam dua kali siklus tindakan
tiap kelompok hanya diwakili oleh satu orang pembelajaran IPS dengan menggunakan
siswa. pembelajaran secara kooperatif model Catur
Kesulitan siswa belajar di siklus Asrama pemahaman konsep IPS siswa
pertama dilakukan perbaikan pada siklus kedua. mengalami peningkatan daya serap sebesar
Fase pembelajaran utama Catur Asrama tidak 5,3% dan ketuntasan belajar kelas meningkat
dilakukan perubahan. Perbaikan hanya sebesar 20%. Sayangnya hasil belajar

96
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN.....(Sukadi, 93-100)

pemahaman konsep IPS ini masih belum anggota keluarga dan tahap kerja kelompok
mencapai daya serap minimal yang diharapkan dalam satu keluarga) untuk memecahkan
sebesar 70% dan ketuntasan belajar minimal masalah yang dituntun dengan LKS; d. fase
sebesar 75%. Tetapi, model Catur Asrama belajar wanaprasta dimana siswa dituntun oleh
ternyata mampu meningkatkan hasil belajar guru melakukan refleksi pengalaman belajar
orientasi nilai dan sikap siswa sesuai materi dalam kelompok keluarga; e. fase bhiksuka
pelajaran (rerata meningkat 14%, ketuntasan dimana siswa belajar mempresentasikan hasil
meningkat 20% dan memenuhi kriteria kerja kelompok secara bersama kepada kelas;
minimal 70% dan 75%). Dalam hal dan f. fase penutup dimana siswa belajar
keterampilan mencipta produk pajangan, rerata membuat simpulan hasil belajar, melakukan
keterampilan sosial siswa meningkat 5% refleksi, mengikuti pascates, dan mengerjakan
sedangkan ketuntasan belajar kelas meningkat tugas tambahan untuk dikerjakan secara
60%. Keduanya memenuhi kriteria ketuntasan kokurikuler.
minimal. Dalam hal keterampilan siswa Fase pembelajaran di atas dapat
melakukan presentasi, rerata meningkat 52%, direncanakan dan dilakukan guru PKn juga
ketuntasan meningkat 60%. Sayangnya, hanya dengan baik dengan skor kemampuan
rerata daya serap yang memenuhi ketercapaian pembelajaran 4,00 dalam kategori baik.
daya serap 70%, sedangkan ketuntasan belajar Sayangnya, sesuai hasil observasi/monitoring
kelas belum mencapai ketuntasan minimal kemampuan guru PKn belumlah optimal juga.
75%. Siswa juga masih mengalami kesulitan
menguasai materi belajar pada fase belajar
3.2 Pembelajaran PKn mandiri karena harus membaca cepat.
Penerapan pembelajaran secara Umumnya, siswa juga tidak mampu membuat
kooperatif model Catur Asrama dalam catatan hasil belajar. Pada fase belajar
pembelajaran PKn pada siswa kelas VI SD kelompok sebagian siswa juga masih
Negeri 1 Astina tidak jauh berbeda dari mengalami kesulitan belajar untuk dapat
pembelajaran IPS dilaksanakan dalam dua kali memecahkan masalah secara tuntas sesuai
siklus tindakan juga. Pembelajaran PKn pada LKS. Kompleksnya materi dan waktu diskusi
siklus pertama dilaksanakan guru untuk yang terbatas menjadi kendala. Pada saat
mencapai tiga tujuan pembelajaran dari KD 1.1, presentasi juga belum seluruh siswa bersedia
yaitu: Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam presentasi. Umumnya tiap kelompok hanya
proses perumusan Pancasila sebagai Dasar diwakili oleh satu orang siswa, walaupun guru
Negara. Untuk mencapai tujuan-tujuan sudah meminta semua anggota kelompok untuk
tersebut, langkah-langkah pembelajaran sesuai presentasi.
dengan perencanaan dilakukan dalam beberapa Kesulitan siswa belajar di siklus
fase seperti dalam pembelajaran IPS juga, yaitu: pertama dilakukan perbaikan pada siklus kedua.
a. fase pendahuluan untuk melakukan Sama dengan pada pembelajaran IPS, fase
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, pembelajaran utama Catur Asrama tidak
dan memotivasi siswa untuk belajar; b. fase dilakukan perubahan. Perbaikan hanya
belajar brahmacari dengan menugaskan siswa dilakukan pada jenis aktivitas belajar siswanya.
belajar mandiri membaca buku sumber utama Pada fase belajar brahmacari siswa belajar
halaman 1-7 secara individual sambil membuat mendengarkan ceramah guru (dharma wacana
catatan-catatan kecil sesuai tuntunan LKS; c. guru) dan dilakukan tanya jawab sesuai dengan
fase belajar grehasta dimana siswa melakukan permintaan siswa. Pada fase belajar kelompok
tugas belajar secara kelompok keluarga dalam (grehasta) tugas-tugas yang kompleks lebih
dua tahap (tahap diskusi sesuai peran antar
97
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

disederhanakan dalam LKS agar siswa lebih hasil belajar nilai dan sikap yang terkait dengan
mudah menyelesaikannya. Begitu pula, pada materi pelajaran. Rerata daya serapnya
fase belajar bhiksuka, seluruh siswa secara meningkat 2,3% tetapi ketuntasan belajarnya
bersama-sama dalam kelompok diminta untuk meningkat 11,6%. Kemampuan daya serap ini
mempresentasikan hasil belajar kelompok dan telah memenuhi kriteria minimal 70%, tetapi
memajang hasilnya. Dengan perbaikan ketuntasan belajarnya belum memenuhi kriteria
aktivitas pembelajaran oleh guru di siklus minimal 75%. Sementara itu, keterampilan
kedua (skor pembelajaran menjadi 4,40 mencipta produk pajangan, rerata daya serap
berkategori baik) dan perbaikan usaha belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 4% dan
siswa, penerapan siklus pembelajaran Catur ketuntasan belajarnya meningkat 60%.
Asrama dapat meningkatkan hasil belajar PKn Keduanya telah memenuhi kriteria minimal
siswa. Berikut dapat ditunjukkan perubahan masing-masing 70% dan 75%. Terakhir,
hasil belajar PKn siswa dari siklus tindakan kekmampuan keterampilan sosial siswa untuk
pertama ke siklus tindakan kedua baik pada melakukan presentasi juga mengalami
domain pemahaman konsep, orientasi nilai dan peningkatan rerata daya serap sebesar 47% dan
sikap, dan keterampilan melakukan presentasi ketuntasan belajar sebesar 80%. Keduanya juga
sebagai berikut. telah memenuhi kriteria minimal 70% dan 75%.

3.3 Pembahasan
Penelitian ini menemukan bahwa
penerapan strategi pembelajaran secara
kooperatif menggunakan siklus Catur Asrama
pada pembelajaran IPS dan PKn di Kelas VI
SD Negeri 1 Astina Singaraja Tahun Pelajaran
2016/2017 dapat meningkatkan hasil belajar
siswa baik pada domain pengetahuan
konseptual, nilai-nilai dan sikap, maupun
keterampilan sosial berkomunikasi/presentasi.
Pertama, penggunaan strategi pembalajaran
secara kooperatif dengan baik memang diyakini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
ranah pengetahuan konseptual (Sadia, 1996).
Secara teori, penggunaan strategi pembelajaran
Data pada tabel 2 di atas menunjukkan dengan siklus Catur Asrama dapat digolongkan
bahwa dalam dua kali siklus tindakan sebagai strategi pembelajaran kooperatif
pembelajaran PKn dengan menggunakan dengan landasan teori belajar konstruktivisme
pembelajaran secara kooperatif model Catur sosial dan spiritual (Sukadi, 2009; 2013;
Asrama pemahaman konsep PKn siswa DeVries dan Zan, 1994). Menurut Sukadi, lebih
mengalami peningkatan daya serap sebesar lanjut, pembelajaran PPKn dengan siklus Catur
10,8% dan ketuntasan belajar kelas meningkat Asrama, mirip dengan penggunaan strategi
sebesar 20,7%. Hasil belajar pemahaman pembelajaran secara kooperatif tipe jigsaw dan
konsep PKn ini sudah mencapai daya serap tipe investigasi kelompok. Menurut DeVries
minimal yang diharapkan sebesar 70% dan dan Zan (1994: 84) pembelajaran secara
ketuntasan belajar minimal sebesar 75%. kooperatif yang membelajarkan siswa dalam
Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada aktivitas studi akademis dan studi sosial dapat

98
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN.....(Sukadi, 93-100)

meningkatkan kemampuan akademis dan menggunakan siklus Catur Asrama baik


keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian ini langsung maupun tidak langsung
siswa bahkan terlibat dalam aktivitas belajar mempengaruhi nilai-nilai dan sikap sosial siswa
secara spiritual. Dengan demikian, hasil yang berkaitan. Hal ini relevan dengan
penelitian ini secara teoretis dapat pernyataan DeVries dan Zan (1994) bahwa
dipertanggungjawabkan. Lagi pula, beberapa dalam Moral Classroom Moral Children yang
hasil penelitian terdahulu (lihat, misalnya: dilandasi semangat studi sosial, siswa juga
Purna, 2010; Bhakti, 2009; Darmini, 2013; belajar memahami dan menghayati nilai-nilai
Suandi, 2013; Puspawati, 2013; dan Lianata, dan sikap sosial seperti telah disebutkan di atas.
2013) dikuatkan lagi oleh hasil penelitian ini Beberapa hasil penelitian relevan, seperti:
bahwa penerapan pembelajaran secara Purna, 2010; Bhakti, 2009; Darmini, 2013;
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Suandi, 2013; Puspawati, 2013; dan Lianata,
siswa dalam hal pengembangan tingkat 2013 menjelaskan bahwa penerapan model
pengetahuan konseptual. pembelajaran secara kooperatif tife jigsaw,
Kedua, penggunaan strategi STAD, dan investigasi kelompok dapat pula
pembalajaran secara kooperatif dengan baik mempengaruhi domain sikap dan orientasi nilai
diyakini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
siswa dalam ranah nilai-nilai dan sikap sosial. Ketiga, penggunaan strategi
Dalam penelitian ini siswa dilibatkan dalam pembalajaran secara kooperatif menggunakan
tiga aktivitas belajar, yaitu: aktivitas studi siklus Catur Asrama dengan baik diyakini juga
akademis, aktivitas studi sosial, dan aktivitas dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
spiritual. Aktivitas studi akademis dijalankan ranah keterampilan sosial. Hal ini karena dalam
dengan melakukan kajian terhadap materi yang implementasinya pembelajaran tipe ini juga
dibelajarkan secara akademis. A ktivitas studi memberikan siswa latihan-latihan keterampilan
sosi al di l akukan mel al ui usaha kerj a sama, sosial seperti melakukan kerja sama, sharing
sharing tanggung jawab kepemimpinan, tanggung jawab kepemimpinan,
distribusi tugas secara adil, menghargai mendistribusikan tugas kepada anggota
pendapat orang lain, dan siswa belajar secara kelompok, berkomunikasi secara tertulis dan
berkelompok kooperatif tanpa mengabaikan lisan, melakukan presentasi, membuat produk
karakteristik perkembangan individu siswa. hasil belajar, memecahkan konflik bersama,
Objek yang dipelajari oleh siswa pun mengenai menghargai pendapat dan kerja siswa lain yang
kehidupan kerja sama antarnegara dalam berbeda kemampuan dan pandangan, dan
bidang sosial ekonomi dan budaya. Terakhir, sebagainya (DeVries dan Zan, 1994;
aktivitas spiritual, misalnya dilakukan dengan Martorella, 1985; Gredler, 1992). Latihan-
siswa memberikan salam suci kepada guru, doa latihan keterampilan sosial ini jelas
bersama oleh siswa dan guru, bekerja sama berimplikasi pada peningkatan kualitas
dalam kelompok keluarga yang saling keterampilan sosial siswa yang memang
menghormati, serta belajar mengibadahkan dibutuhkan dalam belajar bersama di kelas, di
pengetahuan yang dipelajari kepada orang lain lingkungan keluarga, dan di lingkungan
melalui pemajangan hasil belajar dan masyarakat. Beberapa hasil penelitian terdahulu
presentasi. yang relevan, seperti Sriariati (2009) dan Suirja
Setiap usaha belajar ini tentu juga (2009), antara lain menunjukkan bahwa
mengandung muatan nilai-nilai dan sikap pembelajaran secara kooperatif yang
sosial. Dengan nilai-nilai tersebutlah mengedepan keterampilan proses sosial dapat
sesungguhnya pembelajaran secara kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa dalam domain

99
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

keterampilan sosial seperti sharing tanggung khususnya dan hasil belajar siswa pada
jawab kepemimpinan, kemampuan bekerja umumnya.
sama, dan keterampilan berkomunikasi/
presentasi. DAFTAR PUSTAKA
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah
guru IPS perlu menguatkan penggunaan model Bhakti, A. H. 2009. Pengaruh Strategi
pembelajaran secara kooperatif termasuk Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
menggunakan siklus Catur Asrama dalam Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar
pembelajaran. Bila perlu guru terus berupaya Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau
berinovasi untuk mengembangkan model dari Minat Belajar Siswa SMP Negeri di
pembelajaran ini karena memiliki potensi dan Kecamatan Ngawi. Abstract Digital
kemampuan aktualisasi untuk meningkatkan Library UPT Perpustakan Universitas
hasil belajar IPS dan PKn siswa baik pada Sebelas Maret. Diunduh Senin, 15
domain pengetahuan konseptual, nilai-nilai dan Pebruari 2016.
sikap sosial, serta keterampilan sosial siswa. Budiarta, I W. 2013. Penerapan Pendekatan
Dengan begitu diharapkan kualitas Belajar Catur Asrama melalui Taksonomi
pembelajaran IPS dapat ditingkatkan terus Tri Kaya Parisudha dalam PKn (Studi
dalam rangka menghasilkan SDM siswa yang Kuasi Eksperimen terhadap Peningkatan
memiliki kecerdasan, penghayatan, serta Kompetensi Kewarganegaraan Siswa
menguasai berbagai keterampilan sosial yang SMA Negeri di Kota Singaraja. Tesis
sangat dibutuhkan dalam rangka meningkan (Tidak dipublikasikan). Bandung: UPI.
partisipasi sosial politik sebagai warga negara Darmini, N N. 2013. Pengaruh Model
yang baik, baik di tingkat lokal, nasional, Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
maupun global (Sukadi, 2006; 2013). terhadap Hasil Belajar Dilihat dari Sikap
Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS. E-
III. PENUTUP Journal Program Pascasarjana Undiksha
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Vol. 3 Tahun 2013, Hal. 1 – 8. Diunduh
dapatlah disimpulkan bahwa penerapan strategi Senin, 15 Pebruari 2016.
pembelajaran koopetarif menggunakan siklus DeVries, R. dan Zan, B. 1994. Moral
Catur Asrama dalam pembelajaran IPS dan Classrooms, Moral Children: Creating a
PKn pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Astina Constructivist Atmosphere in Early
Singaraja Tahun ajaran 2016/2017 dapat Education. New York and London:
meningkatkan hasil belajar IPS dan PKn siswa, Teachers College Press.
baik pada ranah pengetahuan konseptual, nilai- Eka Sulistia Dewi, Ni L P. dan I G. Batan. 2016.
nilai dan sikap sosial, maupun keterampilan Pengembangan Karakter Bangsa melalui
sosial berkomunikasi/presentasi siswa. Muatan Budaya Lokal dalam Suplemen
Dengan hasil penelitian tersebut dapat Perangkat Pembelajaran Bahasa Inggris.
disarankan kepada guru-guru SD yang Makalah. Disampaikan pada Seminar
mengajar IPS di kelas tinggi pada khususnya Nasional Riset Inovatif (SENARI) ke-4
dan guru-guru kelas pada umumnya untuk turut Tahun 2016 di Denpasar.
menerapkan strategi pembelajaran secara
kooperatif menggunakan siklus Catur Asrama
sambil mengkaji efektivitasnya guna
meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD pada

100

Anda mungkin juga menyukai