Anda di halaman 1dari 5

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> Aril'lllaYlllllo. /I.ritilc, /lUi/lIYII i/IIIIII'·"II",.

"",i

.-
-
v

i-
\<

)e
kehidupan sosial yang paling impersonal) Dalam kcadaan hcgcmonik, pcrlawanan

-rE
rEEEEIE{$E IIEBEE IEiEBEE
rEEE
r tampak wajar, bernalar, alamiah, b~asa-biasa tcrhadap kckuasaan tak akan mum:ul. '('ak
saja, normal, tertib, aman dan adil. diperlukan -- atau tepatnya tak hanyak dipc.T
Perlu diingat, pemahaman at as tata- lukan -- lembaga sensor, penjara, atau

[EigEEEIEEE Effi ilgEEE[


Tf lB
Fa.

xH xP F

p l+{
) p tr
]^t

tr pg
Kritik, Budaya dan Hegemoni:
ht

H.
H C{ gq
F}

)t

H p r{
o

o
H
d Y
9)
p p
tsl
ts

B oH

,,
H
pasukan anti huru-hara. Mcngapa? Karena

,.
-.
dunia yang serba wajar itu (katakanlah

r-?fi
hegemoni atau doxa) bukanlah tipu-muslihat tak ada pikiran dari pihak mana pun untuk

tr.
Benarkah Budaya Jawa
p tr

) p
rB gp
Y
F} E
Ft
o
yang dengan sadar dan cerdik direkayasa melancarkan kritik terhadap tata-sosial yall~

la.

Fo

o1)
!2r
ada. Tak ada yang memimpikan utopia:
Menghambat Kritik di Indonesia?

r}
i+ kaum berkuasa untuk mengelabui kaum yang

F.
m

p
ts
o
o
a
)d
H
F)

E
o

,.
P
H
,.
=

tertindas. Yang kita bicarakan di sini bukan- realita, logika, atau tata-sosial alternat if.

rEE IE€*
lah ideologi dalam pengertian "kesadaran
palsu" sebagaimana digunakan baik oleh Di sini bukannya tak bisa ada scngkcta,

g[g36f$gg[ eE}gIg$gEE[,g*t; *raEeal


donesia mutakhir yang konon didominasi

ErEiEEIEEE EEgEEIEgEE[E
kaum Marxist vulgar maupun pihak yang bencana dan airmata. llila ada, soal-soal illl
budaya (priayi) Jawa. Dalam situasi tertentu, 1
mengritik kelompok itu. biasanya dijelaskan sebagai pcngurhan:1Il
ada kekuasaan yang kelihatannya bisa toleran Yang kita bicarakan adalah kesadaran religius atau pengabdian bagi kcpcnl ingan
pada kritik. Tapi, di sini, kritik sudah dijinak- dan struktur sosial yang sarna-sarna me- bersama yang suci dan mulia. Sualll
kan sebagai dekorasi berlangsungnya nguasai baik kaum berkua<;a maupun pihak- kebajikan. Atau nasib atau misteri. Paling

ffiggEi I ie [rggs $ IEEEEEE] IEr


kekuasaan itu. Ia menjadi aspek budaya atau pihak yang dikuasai. Pihak yang berkuasa paling sebagai penyimpangan kccil-kn;il:1Il
estetika dari sosok kekuasaan itu sendiri. tidaklah secerdik seperti yang dibayangkan atau kecelakaan yang bersifat kasus in
Perlawanan budaya tak bisa diremehkan. para ahli yang mengerjakan ana lisa dividual. Dianggap tak bersangkul-paul de
Ia tak kalah penting daripada tank, born, atau "ideologi". Kaum tertindas pun tidak setolol ngan sistem kekuasaan sosial yang hersil:II
modal harta. Tidak ada kekuasaan yang bisa yang sering diasumsikan alam berbagai menyeluruh dan struktural. Kritik mungkin
bertahan dengan hanya mengandalkan analisa ideologi. Seperti halnya kaum lelaki ada di sana-sini. Kalau ada, yang bertumhuh

iif
€EE
: rr
kekuatan senjata, intimidasi, atau pemak- berada pada posisi menindas kaum perem- adalah percikan warna-warni kritik y:lIlg
saan. puan bukannya karena kecerdikan pria jinak dan sarna sekali tidak mengancalll
Untuk bertahan dan mengembangkan menyusun "ideologi gender". Hegemoni atau status-quo.

l$s$i33aa$E;;
i3E€1;f$fiiFE*=-!

aEa;ir;iiEiE lEeSglii
cengkeraman, setiap kekuasaan harus doxa sarna sekalilah bukan hasil dari suatu Hegemoni yang total atau mcnyelurllh
mampu membangun ilmu pengetahuan, adu kecerdasan. seperti itu tak pernah terjadi di dunia ini.

*E$EE$ErSgEEIr
etika, teologi, bahasa serta estetika untuk
g
gEIgg;aggEgi;g$E

Ariel Heryanto Manusia, subyek, atau agen adalah unsur Tapi, setidak-tidaknya, gambaran tcorel ik illl

EESEEE
mendukungnya. Hanya dengan dukungan remeh-temeh yang dilumat habisan-habisan berguna untuk memahami berlangsungnya
EEEEiE'EiEEiEi

aspek-aspek yang biasa disebut "budaya" itu, tanpa daya oleh sistem sosial (termasuk pe- kekuasaan. Kalaupun ada kekuasaan yang
vritik bukan sekadar pahlawan suatu kekuasaan bisa mencapai taraf ngetahuan dan kebodohan) yang dibikinnya mencapai taraf yang sudah mendekati gam
~ebenaran, kelayakan, keadilan atau dominasi puncaknya. Taraf itu disebut sendiri. Kaum berkuasa (kapitalis atau pe- baran di atas, capaian itu juga tidak her·
keindahan. Kerjanya bukan sekadar mem- hegemoni dalam kajian Antonio Gramsci nguasa negara) bukanlah pihak-pihak yang langsung abadi. Suatu hari akan muncul
bongkar dusta,· kepalsuan, kecerobohan, (1971), dan disebut doxa dalam kajian Pierre otonom dan mampu memanipulasi dunia. krisis. Dan krisis senantiasa mengundang

FE
kesalahan, kekejaman atau kekacauan. Bourdieu (1977). Mereka sendiri ikut dibelit dan dimanipulasi orang yang kreatif dan tertindas untuk menin-
Ei$$gEi'
Medan perjuangan kritik adalah arena per- oleh proses yang tak mampu dikendalikan jau kembali tata-sosial dan pemahaman atas

EiE IEE
gulatan kekuasaan. Bukan suatu bidang in- Hegemoni atau Doxa siapa pun. Minimal begitulah pandangan di tata-sosial itu yang selama ini terlanjur
telektual yang otonom, bebas pamrih, dan Bila mencapai taraf puncaknya, sosok garda-depan ilmu-ilmu sosial abad abad 20. ditelan mentah-mentah oleh semua pihak

eAEr€g

x+=+sgEI
biasa disebut bidang-bidang matematika, fil- kekuasaan dan penindasan akan tersamar. Pandangan ini pada pokoknya bersifat anti- sebagai kewajaran. Proses pemikiran ulang

c=;s: r re
safat, etika atau estetika. Seakan-akan len yap atau tak pernah terjadi. humanisme dan dikenal dengan julukan ini bisa membangkitkan kesadaran baru dan
Hakikat kritik dapat dipahami sebagai Bahkan tak pernah terpikirkan. Kehidupan strukturalisme dan pasca-strukturalisme. rumusan pemahaman baru. Buntutnya, bisa
sebentuk perlawanan budaya terhadap masyarakat seakan-akan berlngsung tanpa m uncul kritik atau pembangkang yang
kekuasaan atau tepatnya pada keabsahan adanya satu pihak yang sewenang-wenang radikal mempertanyakan inti tata-sosial

$Es
i'8. f; :-

A -.
1. Contoh kesalah-kaprahan ini muncul secara
',12
r=. (l

ET f -

r+

I rd
=
o-so-i,

Xa8
3.^5

0Q@s
kekuasaan tersebut. Di mana pun dan kapan berkuasa dan pihak lain dikuasai. Seakan-
xtzrL
secara menyeluruh. Tapi, harus diingat, tidak

As
menonjol dalam kritik James Scott terhadap tesis

-.tl-
EO=
tiTLlD
i

a50
505
laD
'oa<;
=.AE5

akan semua realita sehari-hari (dari


u.2

ideologi (Marxian) dan hegemoni (Gramscian) yang


Oo

pun t3k ada kekuasaan yang suka dikritik. Ini sem ua krisis dalam kenyataannya diikuti oleh
;=
kini menjadi k1asik (1985).
o

tidak hanya berlaku pada masyarakat In- kehidupan yang sangat pribadi hingga
29
ts
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

B
s'
U

s
Bina Darma No.41, Juni 1993

5
{
s
s
S
j
zI

ts
Arit'llfaYllllio, Krllllc. IJuclaYll cIall If('K(~mtlll~

IF
t;
li

t€

I)a
:
t:
ls
la
la
t^,

IE
li-
ltls

It
munculnya orang kritis dan rumusan baru selama ini mengabdi pada kekuasaan sudah
nalis, alau estetika hanya menjadi tokoh- merupakan conloh-conloh ungkapan or-
tentang tata-dunia. tidak berdaya lagi menyelamatkan
lokoh figuran yang sewaklu-waktu dapat todoksi. 3 Konsep-konsep ilu dirumuskan
Kritik yang radikal tidak berarti kritik hegemoni. Yang kemudian maju adalah alat-
diperalat atau dicampakkan. secara ketat dan resmi olch kckuasaan.
yang menggunakan kata-kata keras, umpatan alat kekerasan, alat-alat siksa dan pembunuh
Di pihak lain, bertahannya masa Dalam kenyataannya, ia berhasil ditcgakkan
jorok, ataupun adu kekerasan fisiko Ia bisa yang dimonopoli secara absah oleh negara.
pemerintahan Soeharto di Indonesia sebagai norma-norma resmi yang bcrkuasa
disampaikan dengan cara-cara yang santun. Senapan bisa membunuh pembangkang.
merupa~an sebuah prestasi yang sedikit tan- dengan seperangkat aparat pengaman dan
Kritik radikal adalah kritik yang mampu Ancaman bisa memaksa orang tunduk. Tapi,
dingannya di dunja modern. Secara teoretik kampanyenya. Semuanya berjaya li<.lak
menunjukkan bahwa realita kehidupan sosial senapan atau penjara tak menciptakan
dapat dikatakan inustahil rejim ini dapat ber- secara alamiah tetapi sebagai hasil yang
kita pada hakikatnya tidak wajar, tidak ber- hegemoni.
tahan selama hampir tiga dekade bila semata- diperjuangkan dengan susah-payah. Dcngan
nalar, tidak alamiah, tidak biasa-biasa saja,
mata mengandalkan kekuatan senapan, dana, waktu dan tenaga dan kadang-ka<.lang
tidak normal, tidak tertib, aman ataupun adil. Indonesia Mutakhir dengan sikap anti-dialog. Apalagi krilik!
kekerasan, paksaan dan ancaman. Secara em-
Bahwa realita dalam masyarakat adalah Apakah dalam masyarakat kita masa ini pirik dapat pula ditunjukkan berbagai bentuk Tapi justru di sinilah bedanya dari doxa alau
produk dari berlangsungnya penindasan oleh terjadi hegemoni? Sulit menjawab per-
dukungan "sukarela" dari masyarakat bagi hegemoni.
satu pihak atas pihak yang lain. Jadi, tanyaan ini secara hitam-putih dengan istilah
kekuasaan rejim ini. Dari segi ini, sulit di- Kesungguhan dan upaya sengaja mcng-
sebaliknya, kritik bisa dan harus sangat kasar, ya atau tidak. Koosep hegemoni tak cukup sangkal adanya unsur-unsur hegemoni. unggul-unggulkan konsep-konsep itu mcm-
bila yang menjadi sasaran kritik adalah gaya, memadai untuk menjelaskan realita yang
Dalam kerangka pemikiran Gramscian, buktikan apa yang disembuyikannya scndiri
prosedur, atau tata-krama berkomunikasi kompleks. Tapi, juga tidak dapat sembarang- kekuasaan negara di Indonesia dapat disebut lewat penindasan: adanya konsep-konscp
yang dibakukan secara resmi oleh kekuasaan. an diabaikan atau dianggap keliru. Konsep
dominan, tapi bukan hegemonik. Kerangka tandingan dalam masyarakat yang ditabukall,
Kalau kritik-baru mulai muncul, maka yang dipopulerkan oleh Gramsci itu lebih penjelasan Bourdieu tak kalah menariknya. disensordan ditakuti kekuasaan. Dengan kala
kritik dan orang yang merumuskannya akan banyak berjasa membantu pemahaman dan
Bourdieu membedakan kondisi doxa (diban- lain, kekuasaan di sini dapat dikatakan masih
kelihatan lucu, nyleneh, wagu, eksentrik, pembahasan teoretik yang abstrak? dingkan dengan "hegemoni ") dari kondisi or- jauh dari taraf hegemonik at au dOXfl.
aneh, abnormal, tidak nalar, sinting, gila, ber- Di satu pihak, boleh dikatakan di In- thodoxy (dibandingkan dengan "dominan"). Kekuasaan masih merupakan sesuatu yang
bahaya atau ekstrem. Pada tahap ini, mereka donesia tidak pernah ada hegemoni. Tidak Pada doxa, segala sesuatu dianggap be1um diterima secara sukarela atau diterima
tidak akan mendadak mengancam penguasa, pernah ada kekuasaan seperti yang di Barat alamiah dan wajar. Kekuasaan dan legitimasi sebagai kewajaran yang alamiah. Kekua<;a:m
apalagi seluruh pranata kekuasaan. Karena dipegang oleh kaum burjuasi dan didasarkan tidak dibela ataupun dipertanyakan, apalagi itu sudah grogi dan kelabakan ketika baru
itu, tak perlu segera "diamankan" atau pada tata politik demokrasi parlementer. dipertarungkan, karena semuanya diterima menghadapi gosip, kasak-kusuk, selebaran

EIErriBfIEE€iIEu
"dimintai keterangan". Aparat keamanan Dalam seluruh sejarah Indonesia, kekuasaan semua pihak secara mutlak sebagai hal-hal gelap, interupsi di parlemen, pledoi seorang

;au;euEfuui uii
negara tak perlu repot-repot melabrak dan dari satu rejim ke rejim berikutnya ditegak- yang tak terelakkan. Pada ortodoksi, terdakwa, petisi, seminar akademikus,
menyingkirkan mereka. Tanpa diminta kan terutama dengan menggunakan senapan, kekuasaan bisa tetap berjaya. Tapi kejayaan karikatur kalender, novel historis, pentas san-
negara, biasanya secara suka-rela, kekasih, kekerasan, paksaan, dan ancaman. Aparat itu dicapai dan harus dipertahankan secara diwara dan pembacaan puisi.
suami/istri mereka yang berpikiran kritis itu, keamanan selalu menjadi tokoh protagonis sadar dan sengaja dengan menindas Bandingkan dengan kekuasaan <.Ii
keluarga-kerabat, sahabat, rekan sekerja atau yang paling sibuk mem pertahankan stabilitas kekuatan-kekuatan tandingan dalam negeri-negeri Barat yang mengandalkan dan
tetangga sekampung yang masih termakan dan keamanan mereka yang diuntungkan masyarakat yang bagaimanapun lemahnya. membangga-banggakan demokrasi par-
hegemoni akan menghukum orang-orang status-quo. Gejala ini terlebih-Iebih Dalam ortodoksi, kekuasaan -- seperti halnya lementer. Kekuasaan di negeri-negeri ini tak

g[eareEg
"aneh" ini. gamblang lagi dalam masa pemerintahan kebenaran, keadilan, kepantasan, kewajaran kurang korup, imoral atau sadisnya. Tapi, <.Ii
Aparat keamanan baru merasa perlu Soeharto yang bertulang-punggung pada dan keindahan -- tak dihayati semata-mata sana, kritik dimanjakan. Oposisi partai dan
turun-tangan (dan bila sudah turun biasanya angkatan darat dan dinas intelijen. Aparat sebagai sesuatu yang mutlak dan tunggal. parlemen tidak ditabukan. Menghujat
ringan-tangan), apabila pembangkang dan ilmu, filsafat, etika, ekonomi, teologi, jur- Ortodoksi merupakan puncak kekuasaan di seorang kepala negara di halaman depan
orang kreatifyang kritis berhasil menggugah
atas hamparan heterodoxy yang senantiasa koran, di layar televisi atau di panggung san-
pikiran kbalayak umum. Bila pikiran kritis
;
rsE;i 3
rig 1€ Br

2. Gramsci bukan pengarang awal konsep mengancam dan sewaktu-waktu mengajukan diwara disahkan. Malahan banyak dari
$f 1E;5
lee=I.di
f,}r; iEs
:E fHEE;

E0sgg3
f i 5 ts i'6

yang radikal mendapat dukungan kbalayak.


=:N!16ry

"hegemoni" seperti diduga ban yak orang. Ia mengem-


1EBE
=

ortodoksi baru sebagai tandingan. kecaman itu yang dibiayai dengan uang
Dengan kata lain, kritik sudah mencapai taraf bangkan dan mempopulerkan istilah itu dalam
s

Konsep-konsep kunci dalam diskursus


lrv+troo

mengancam hegemoni, dan menjadi mengkaji perbedaan kekuasaan negara di Barat dan
-:!:

Timur. Periksa uraian Perry Anderson (lffl6n) ten- "Orde Baru" seperti Pancasila dan UUD '45,
"hegemoni-tandingan". Bila logika, etika,

uE
3. Lihat juga uraian singkat sederhana saya di

ttt O
9E
0Q oo

o!:
<o
DC
Xal
YO -

5o
\oElt,

=s
A

tang sejarah konsep "hegemoni" sebelum dan semen- dwifungsi, pembangunan,jati-diri (atau iden-
at

<D

Fb
o:!

JD
:<
^5
"State Ideology and Civil Discourse" (Heryanto,
:-=

a
ilmu-pengetahuan, teologi atau estetika yang

\aa
B

jak dikembangkan Antonio Gramsci. titas nasional), stabilitas dan keamanan 1990).
B

q)
31
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> A,.id I/crY(/flto, lI.,.itilc. lIudl/ya dlllll/('x('molli

{.
>
v

v
B

\c

\
I
s
s

o
]
\
BinaDarma No.41, luni 1993

(!
nya patriarkhi di masyarakat kita sendiri. karena sumber-daya rcprcsi yang dimiliki

ig[}
negara. Tak ada pengadilan atau penjara mengikuti penataran, orang-orang Barat itu

igEEEE[igFi$E$E$$FE iEiEEEEFEE$-EEEE
Hingga satu atau dua dekade belakangan, penguasa sedang terbatas. Atau, kcdua alasan
politik, karena orang hanya dituntut hukum percaya di negerinya demokrasi ditegakkan kcunggulan pria atas perempuan tak pernah itu sekaligus.
dan dipenjara sebagai penjahat ketertiban dengan baik dan kritik dibiarkan bebas bagi dipersoalkan secara eksplisit, sistematik dan Semua uraian di atas membuahkan dUll
umum. Bukan karena keyakinan ideologi dan semua warga. radikal di Indonesia. Bukannya karena penin- kesimpulan. Pertama, kritik di negcri sepcrt i
aktivitas politiknya. Ironisnya lagi, hegemoni Barat itu telah
-6EEgg€gEEEcg
dasan gender di negeri ini tidak ada atau tidak Indonesia jauh lebih penting dan menyengat
Perbandingan itu sarna sekali tak men un- memakan ban yak orang di Timur sendiri. p:uah. Tetapi, karena penindasan itu ketimbang kritik di negeri-negeri "demo-
jukkan bahwa negara-negara Barat adalah Baik para diktator di Dunia Ketiga maupun dianggap alamiah, wajar, atau normal. krasi" liberal Barat. Orang kritis di Indonesia
surga politik. Mungkin justru sebaliknya. aktivis Dunia Ketiga yang membangkang Karena itu, tak pernah ada rum usan dan kam- tidak perlu buru-buru bersedih menyaksikan
Kita layak lcbih waspada, karena di sana para diktator itu ikut-ikutan percaya pada panye ortodoksi untuk patriarkhi di Indonesia berbagai sensor terhadap kritik. Sebab sensor
kekuasaan jauh lebih cerdik dan canggih mitos demokrasi parlementer di Barat. Buk- seperti untuk Pancasila, dwifungsi, pem- adalah pengabdi, bukan algojo, bagi kritik.
menyembunyikan sosoknya. Di sana, banyak tinya? Dalam melancarkan kritik kepada Ini sebuah paradoks: daya-gigit kritik sosial
bangunan, atau keunikan jati-diri bangsa In-
konsep-konsep penting justru mendekati rejim di tanah air sendiri, ban yak pej uang hak berbanding dengan penderitaan akihat
donesia.
taraf hegemonik yang parah. Misalnya, per- asasi di negeri berkembang yang Bahkan, sesudah bangkitnya radikalisme represi dan sensor yangharus ditanggungnya.
saingan pasar, kebebasan pribadi dan hak mengkontraskan tata-politik di negerinya feminis di Indonesia dalam tahun-tahun Semakin berbahaya kritik dalam sehuah
milik pribadi. Jangan terburu terkagum- dengan di negeri Barat. Karena rejim yang belakangan, para penguasa Orde Baru masih masyarakat, semakin ganas penguasa akan
kagum dengan kebebasan pers atau dikritik ini juga percaya pada mitos demo- adem-ayem. Mereka belum merasa perlu berupaya menindas pranata krit i k.
akademik. krasi Barat, maka mereka mengatakan bahwa menggubris kaum feminis. Sikap yang sarna Sebaliknya, serna kin ganas penguasa mcnin-
3[E9

Di negara adikuasa yang suka gembar- demokrasi di Timur tidak pantas disamakan ditujukan pada bangkitnya komunitas dasnya, kritik akan menjadi semakin terhor-
gembor ten tang demokrasi dan hak asasi dengan di Barat! Seakan-akan di Barat ada homoseksual di negeri ini yang secara poten- mat dan berwibawa.
seperti Amerika Serikat, keadaan belum tentu demokrasi yang dikhayalkannya! sial bisa mengancam berbagai hegemoni Mungkin tidak sepenuhnya salah j ika
lebih baik. Ketika diberi kemerdekaan pers Di Indonesia, pada masa ini, perdebatan moralitas yang selama ini dikeramatkan. Ini ada yang mengatakan bahwa kcbesaran nilai
ggggggg

yang diidam-idamkan banyak wartawan In- tentang "demokrasi Pancasila" yang diper- karya-karya novel paska-1980-an
berarti kaum feminis (dan homoseks) In-
donesia, ternyata pers di sana tidak berlom- tentangkan dengan demokrasi liberal adalah donesia masih diberi waktu dan kebebasan Pramoedya Ananta Toer sedikit-banyak
ba-lomba menjadi pejuang demokrasi, contoh gamblang tentang kuatnya hegemoni untuk menyusun konsolidasi. Yang paling dibentuk oleh sensor yang dikenakan ter-
moralitas, keadilan sosial ataupun hak asasi. mitos demokrasi Barat. Demikian juga per- belakangan mulai diwaspadai oleh aparat hadap novel-novel itu. Tak ada pem-
Hampir semua pers besar di sana ternyata debatan tentang sejauh mana hak-hak asasi keamanan Orde Baru sebagai ancaman or- bangkang politik Orde Baru yang tidak
bersikap persis seperti pers Indonesia masa itu bersifat "universal". Juga perdebatan ten- todoksi baru adalah kritik dari para aktivis meningkat wibawanya setelah dikenai
kini: berlomba menguasai pasar dan menim- tang apakah negeri-negeri di Timur berhak lingkungan hid up. Sementara dua ortodoksi "cekal". Popularitas jilbab baik dalam makna
1

bun laba. Kritik dari partai oposisi, aktivis merumuskan hak-hak asasi yang "khas". lama dianggap sudah cukup berhasil religius maupun politis dan feminis berlipat
g

mahasiswa dan kaum akademikus dibiarkan, Kuatnya hegemoni demokrasi Barat itu diamankan, walau belum sepenuhnya ganda setelah pemerintah yang berwatak
gi1g

bukan karena negara itu pada hakikatnya ber- mungkin dapat dibandingkan dengan kuat- diabaikan: komunisme ("ekstrem kiri") dan super-maskulin mencoba-coba membatasi
jiwa "demokratis", tetapi karena sem ua kritik terpampang foto besar Presiden Reagan. Persis di fundamentalisme agama ("ekstrem kanan"), pemakaiannya. Di sepanjang sejarah Orde
itu tak punya gigi. Karena hegemoni bawahnya, dalam huruf-huruf tebal, tercetak judul
Jadi ortodoksi senantiasa bersifat Baru, Partai Komunis Indonesia senantiasa
kekuasaan sudah terlalu kokoh.ltu sebabnya, tulisan "This Man is a Terrorist".
Seorang mahasiswa Amerika dengan bangga dinamik. Karena itu dalam kekuasaan orto- dinistakan, kecuali ketika terjadi witch-hunt
1gg**6gg

walau mungkin diberi peluang, para buruh menunjuk berlangsungnya sebuah mimbar bebas di doks, dinas intelijen menjadi sangat penting, ("pembersihan") habis-habisan tahun 1988,
mereka paling jarang mogok dan partai kampus kepada saya: "Di negeri kamu tentunya takada Sekutu dan lawan bisa berganti dari masa ke sampai-sampai bekas proklamator dan
sosialis paling kerdil. kebebasan seperti ini; ya?" Kepadanya saya katakan:
masa. Begitu pula proyek qan fokus penin- presiden pertama republik ini dituduh intim
ff$3i

Hegemoni kekuasan Barat itu tampak "Kamu benar. Tapi disini orang boleh berkoar-koar
tanpa menimbulkan dampak apa pun. Di negeri saya, dasan. Ia senantiasa harus membaca situasi dengan partai itu. Tak ban yak yang dapat
dari banyaknya warga negara mereka yang baru ada kasak-kusuk bahwa mahasiswa akan dan memilah-milah; mana, wilayah yang diharapkan dari sebuah demonstrasi mahasis-
mengecam atau mengasihani terjadinya ber- demonstrasi sudah bisa bikin toko di pusat kota tutup rawan dan perlu segera digebug. Mana yang wa di masa ini, kecuali bila aparat keamanan
bagai kekejaman para diktator negeri-negeri dan kehidupan kota mace!."
bisa dibiarkan untuk sementara waktu sambil terus-terusan bersikap brutal terhadap
Dunia Kedua dan Ketiga. 4 Tanpa diwajibkan Pada tanggal 11 Maret 1992, ketika sebuah kapa!
diwaspadai. Represi tidak bersifat total, tapi mereka.
bernama Lusitania Expresso mendekati perairan In-
donesia dan mengangkut sekitar 60 anak muda yang selektif. Baik karena memang ada heterodok- Kesimpulan kedua yang dapat ditarik
BE e
oop a
?'qd
6

E
:'- I

4. Ketika Reagan baru berkuasa di Amerika


D
f
E 5;*

membawa karangan bunga, dan sejumlah wartawan si yang belum terlalu mengkhawatirkan atau dari uraian di atas ialah sebuah paradoks lain:
a-a

trN:

6-X
\Ja-
:iair

troq
;3X

ix
r5.

^k;
_o;

Serikatsaya lihat sebuah koran yangsedang digantung mcmbawa kamera, mereka disambut angkatan perang
x**
;oi
=+

di kios untuk dijual. Di halaman depan koran itu bersenjata lengkap dalam keadaan siap-tempur.
33

E
B

32
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

tr

?
s
s
s
p
\
Bina Darma No.41, Juni 1993 ArielllelywlIlI. K,.itilc, IJutillYlI dim I/I'I-Wmlllli

Y
I
t

I
semakin galak dan ganas sebuah kekuasaan sebenarnya adi-linglung ketika harus ber- sepcrti itu sarna sckali bukan monopoli atau keunikan lokal, kaum ekonomis melayall~­
negara, biasanya semakin rapuh dan kerdil hadapan dengan gempuran kapitalisme rintisan para sarjana ekonomi-politik muta- layang di awang-awang abstraksi glooal.
kekuatan negara itu. Kekuasaan otoriter di mutakhir. khir. Juga bukan monopoli kaum strukturalis Oalam scbuah kajiannya yang tajam tCII-
mana pun akan menakutkan siapa pun dan Salah satu kesalahan bcsar dari thesa Marxian dengan atau tanpa spesialisasi tang persoolan ini, Arif Dirlik (I (87) mCIl).\
sibuk menakuti-nakuti rakyatnya. Tapi, di "dominasi budaya Jawa" ialah asumsi-dasar- kajian Indonesia. angkat peringatan Abdallah Laroui. se()ran~
mana pun penguasa otoriter adalah penguasa nya seakan-akan apa yang kini terjadi di In- Di luar kelompok mereka, kritik ter- Marxist dari Arab, bahwa dalam upaya on
yang ketakutan, termasuk oleh rakyatnya donesia itu bersifat unik, lokal, atau domes- hadap cara berpikir parokhial (seperti thcsa tahan menghadapi gempuran kapitalislIll'
sendiri. tik. Jadi, walau thesa itu sering diungkapkan "dominasi budaya Jawa") itu sudah berkem- Barat, kita cenderung lari ke masa lampau
oleh mereka yang kritis terhadap penguasa bang dalam berbagai bentuknya. Termasuk (keunikan tradisi budaya pribum i seperl i
Thesa "Dominasi BudayaJawa" dan budaya Jawa, mereka scbenarnya sarna dari kalangan sarjana antropologi, yang di "Jawa"), atau fantasi ke evolusionisme masa
Di masa Orde Baru, banyak pengamat seperti penguasa dalam hal memandang Indonesia dan kalangan Indonesianis sering depan (kehebatan demokrasi liberal Baral).
Indonesia, juga asing, yang menganggap kasus Indonesia sebagai sesuatu yang unik. dikenal sebagai bidang akademi apolitis yang Edward Said, salah seorang inteleklual
(dominasi) kebudayaan Jawa sebagai Suara para pengritik ini mungkin keras dan hanya berkutat pada kajian serba abstrak ten- pasca-kolonial yang kini paling terkem uka,
penyebab terjadinya berbagai sensor dan galak, tapi kritik mereka mengukuhkan dis- tang simbol-simbol budaya dalam sebuah menambahkan dua pilihan lain yang sclallJa
penindasan terhadap kritik. Saya yakin pen- kursus legitimasi penguasa Orde Baru ten- ma'>yarakat lokal yang tradisional. ini layak dikaji kritis yakni nasionalisll1l'
dapat itu keliru. Tapi, bukan sool ini yang tang "keunikan" Indonesia dan irrelevansi Di Indonesia dan di lingkungan In- (kiblat politik) dan fundamentalismc (kihlal
penting dan menarik. Yang penting dan "hak-hak asasi" (atau demokrasi, atau donesianis, kritik terhadap thesa "dominasi agama).
,!'
menarik untuk direnungkan ialah: mengapa lingkungan hidup yang sehat, atau eman- budaya Jawa" memang lebih bisa diharapkan
II thesa "dominasi budaya Jawa" selama ini sipasi wanita) yang bersumber dari Barat. datang dari sarjana ekonomi-politik. Para Di sini kita menghadapi kesulitan yan~
"

populer? Mengapa bukan thesa-thesa yang Represi terhadap kritik di Indonesia pengamat kebudayaan kita masih terbuai sangat serius, akibat dari kesadaran kita yan~
lain? Apa pula akibatnya. sarna sekali tidak unik. Ini scbabnya, dalam dalam nina-bobo antropologi dan ilmu semakin luas dan eanggih terhadap kom pkk-
Secara ringkas dan sederhana, di In- seluruh uraian di atas saya lebih suka ber- politik kolonial dari Eropa pada abad-abad sitas berlangsungnya kekuasaan. Tapi,
donesia kebangkitan awal thesa itu bersum- bicara ten tang kecenderungan di "Dunia lampau. Namun, dari para sarjana ekonomi- kesadaran akan adanya kcsulitan ini m ungk in
ber dari tradisi ilmu dan palitik kolonial Kcdua dan Ketiga". Istilah "pasca-kolonial" politik ini juga tak banyak yang dapat kita tak perIu disesalkan. Ini tidak lebih jell'k,
Be1anda. Gejala serupa ("orientalisme" atau bclakangan ini menjadi populer di kalangan harapkan untuk mempercerdas pemahaman kalau bukan lebih baik, ketimbang meloIll pal
"othering") terjadi di hampir semua negeri ahli antropologi dan politik, persis untuk kita tentang seluk-beluk kebudayaan. Ter- dari satu ilusi untuk terjerumus kedalam ilusi
jajahan Eropa yang lain. Kebangkitan kem- menangani kasus-kasus seperti ini. Berbagai masuk kritik, sebagai perlawanan budaya. baru yang sarna-sarna menyesatkan.
bali thesa itu di Indonesia belakangan ini represi yang hari ini terjadi di Indonesia ter- Para sarjana ekonomi-politik, baik yang Kita tiba di suatu masa di mana kepast iall
dapat dikaitkan dengan lumpuhnya seluruh jadi dalam pola dan carak yang sangat mirip berwawasan Marxian maupun borjuis, bukan saja langka, 'tetapi juga dicurigai.
tradisi kritik materialisme dan kekuatan dengan apa yang terjadi di puluhan negeri- banyak yang gagal memahami kebudayaan. Kritik tidak lagi mudah menjadi pahlawan
politik kiri yang mendukungnya. Jika dulu negeri di Asia lainnya, di Afrika dan di Mereka terkecah oleh sejumlah ilusi atau kebenaran. Sebab, kepahlawanan macam apa
produksi studi tentang keunikan Jawa ber- Amerika Latin. Di semua masyarakat ini fetish budaya, misalnya struktur, rasionalitas, pun dan kebenaran maeam apa pun sc,nan-
pusat di beberapa universitas Belanda, kini tidak ada dominasi budaya Jawa! Jadi obyektivitas, atau sejarah. Mereka patut tiasa dicurigai. Ada yang menyebut geja']a ini
pusat-pusat itu telah diambil-alih oleh dominasi budaya Jawa bukan merupakan dikasihani dan sekaligus diwaspadai sebagai sebagai pasca-modern, scbuah istilah yang
beberapa universitas Amerika Serikat, faktor kausal yang (ter-)penting atau unik kurban-kurban "Pencerahan" Eropa dari abad lebih banyak discbut tanpa kejelasan yang
khususnya Universitas Cornell. untuk kasus Indonesia. 17 yang Eropa-sentrik dan seksis. Mereka pastijuga! Jika kita tetap mengotot menuntut
Sanggahan tcrhadap thesa "dominasi Di kalangan sarjana yang memusatkan mungkin masih mempertahankan ortodoksi, sebuah kepastian atau agenda praksis pem-
budaya Jawa" itu sudah mulai banyak di- kaji~n pada Indonesia (Indonesianis), jika bukan hegemoni di dunia intelektual. Di bebasan dari perkembangan mutakhir di
lontarkan berbagai pengamat lain. Ada Richard Robison mengajukan sanggahan mata mereka, seluruh sejarah masyarakat dunia intelektual ini, maka pesan positif dan
sanggahan apologetik yang datang dari pem- tajam terhadap kepicikan thcsa "dominasi adalah jagad kebudayaan yang sera gam di masih malu-malu yang kita dapatkan ialah:
bela dan pemuja budaya Jawa yang budaya Jawa" itu (1986: bab 4). Scperti bawah bayang-bayang hukum ekonomi. berjuanglah seeara kedl-kccilan, tanpa mem-
diyakininya berwatak "adiluhung". Ada kebanyakan ahli ekonomi-politik, Robison Dengan kata lain, mereka menggantikan butakan diri pada kompleksitas makro.
sanggahan lain, dan ini lebih menantang lebih ccnderung mengkaji kasus Indonesia determinisme budaya (kulturalisme) dengan Sebuah motto bijak yang tua mendapatkan
kajian kritis kita, dari para ahli politik- dari wawasan global yang makro. Patut determinisme ekonomi (ekonomisme). Jika rclevansinya kembali: think globally, act
ekonomi yang menilai budaya Jawa itu dieatat, eara berpikir global dan komparatif kaum kulturalis terlalu berkutat pad a locally.
ts

34 3S

u
Bina Darma No.41, Juni 1993
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

n
zp
E
I"'''~'''@''
t

F
E
Pustaka Acuan

+
o
p
p
E

o
a
E
P
L

Fr.

tr

B
h'
Kritik dan Ideologi

)rt
r} F.

0q
F.
o
o
o
Fl

td
H

,)
,{
l{
$i $E; i i${ ;3i

;s Erei $A

S; E$ ;sE$s ;=
Anderson, Perry, 1976/7. "The Antinomies of

*A
.ifr E$ rgs$a ii
penerjemah Quintin Hoare dan Geof-

e$-EilEiig[$
Filrsl;gila$

sE$iiI$FilEE
Antonio Gramsci", New Left Review, frey Nowell Smith, London: Lawrence
No. 100, hal. 5-78. andWishrat.

Eg =I =ue$E
itu eksis sebagai bagian yang integral dari,
Bourdieu, Pierre, 1977. Outline of a Theory of Heryanto, Ariel, 1990. "State Ideology and dan berada dalam, setiap ideologi itu sendiri.
Practice, diterjemahkan dari bahasa Civil Discourse", dalam State and Civil Ini berarti bahwa kritik lebih dipahami mun·
Perancis oleh Richard Nice, Society in Indonesia, disunting oleh cuI sebagai produk sampingan dari idcologi
Cambridge: Cambridge University Arief Budiman, Clayton: CSEAS,
yang bersangkutan. "Auto-critics" lalu di-
Monash University, hal. 289-300.
u

Press.
andaikan demikian sentralnya sehingga men-
Dirlik, Arif, 1987. "Cultwnlism as Hel:lemonic
Ideology and Liberating Practice", CUl-
ti
gd*
Robison, Richard, 1986. Indonesia: The Rise
of Capital, Sydney: Allen & Unwin.
jadi berimpit dengan pusat ideologi itu sen-
diri.
35aE

tural Critique, 6, hal. 32-43. Tulisan ini mencoba menggambarkan


D=CO.
a='Ol

Said, Edward, 1985. "Oriental ism Recon- dengan cara yang kedua dengan bcbcrapa
Gramsci, Antonio, 1971. Selections from sidered", Cultural Critique, 1, hal. 94-95. alasan. Pertama, penulis merasakan adanya
Prison Notebooks, penyunting dan kontroversi dalam hubungan antara kritik dan
ideologi di Indonesia. Di satu pihak, ban yak
kritik yang dilontarkan secara tidak kritis (un-
critical) kepada ideologi sehingga tidak mc-
Djoko Oentoeng Soeropati ngena. Di lain pihak, terjadi krisis (crises)
dalam pemahaman ten tang ideologi,
sehingga pihak penganut ideologi tcrtentu
Vaitan relasional antara kritik (critics) menjadi enggan untuk menerima kritik apa
~engan ideologi (ideology) dapat pun.
digambarkan sebagai berikut. Pertama-tama, Kedua, penulis juga merasakan adanya
kedua konsep itu seolah-olah berdiri sendiri- miskonsepsi dalam hubungan antara kritik
sendiri. Oleh karena yang satu sarna sekali dan ideologi. Dapat dimengerti bahwa per-
terlepas dari yang lain, kritik lalu dianggap singgungan dan perpotongan antara kritik
bersifat anarkis dan ideologinya kedap kritik. dan ideologi merupakan hal yang tak ter-
Kedua, konsep-konsep itu dapat juga di- hindarkan, bahkan dalam kehidupan
gambarkan sebagai bersinggungan atau bah- masyarakat yang ber"ideologi"kan Pancasila
kan berpotongan satu sarna lain, dalam hal sekalipun. Akan tetapi, tampaknya, budaya
mana konsep yang pertama dianggap mem- "musyawarah untuk mufakat" di Indonesia
punyai soliditas sendiri begitu rupa, cenderung disalahartikan sebagai budaya
sedangkan konsep yang kedua dianggap "memusyawarahkan kritik agar tercapai
mengandung kerentanan tertentu. Kritik lalu mufakat" dalam berbagai hal. Padahal an-
dibayangkan, secara kontekstual, sebagai juran tentang digunakannya semangat keter-
memiliki potensi untuk menyingkap topeng bukaan dalam pelaksanaan pembangunan
(formal) ideologi, atau bahkan melakukan (politik), sarna sekali tidaklah dimaksudkan
intrusi ke dalam (substansi) ideologi. Yang untuk menuju ke minimalisasi apalagi
ketiga, dapat pula digambarkan bahwa kritik eliminasi kritik.

s
H

36

Anda mungkin juga menyukai