Anda di halaman 1dari 127

PELAKSANAAN GAYA MENGAJAR GURU PADA MATA PELAJARAN

PPKN DI SMAN 8 BANJARMASIN

SKRIPSI

OLEH
MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN
NIM. 1910112310002

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
BANJARMASIN
2023
PELAKSANAAN GAYA MENGAJAR GURU PADA MATA PELAJARAN

PPKN DI SMAN 8 BANJARMASIN

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Lambung Mangkurat
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

OLEH
MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN
NIM. 1910112220007

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

i
ABSTRAK

Ramadhan. Muhammad Rizki. 2023. Gaya Mengajar Guru Di SMAN 8


Banjatmasin. Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing Prof. Dr. Hj. Fatimah,
M.Hum. Muhammad Elmy M.Pd
Kata Kunci: Gaya Mengajar, Guru, PPKn

Gaya mengajar adalah cara atau metode yang digunakan oleh


seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan
tujuan mencapai tujuan pembelajaran. Gaya mengajar dapat bervariasi,
tergantung pada metode, teknik, dan strategi yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Pemilihan gaya mengajar yang tepat dapat membantu siswa
untuk lebih aktif, kreatif, dan efektif dalam belajar serta dapat
memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu peneliti
tertarik untuk meneliti gaya mengajar guru di SMAN 8 Banjarmasin.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Sumber data dipilih secara purposive sampling,
dengan teknik pengumpulan data menggunakan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dianalisis dengan
tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa SMAN 8 Banjarmasin, guru
mata pelajaran PKn menggunakan tiga gaya mengajar yang berbeda, yaitu
klasik, teknologis, dan intraksional, dalam satu kali pertemuan. Guru mulai
dengan gaya mengajar intraksional dan teknologis untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran, dan kemudian mengakhiri sesi dengan
gaya mengajar klasik untuk memberikan penjelasan materi. Variasi dalam
gaya mengajar ini mungkin bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas
pembelajaran dan memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam.
Berdasarkan hasil penelitian saran guru PKn sebaiknya
menggunakan berbagai metode dan media kreatif untuk mengaktifkan
siswa dan membentuk sikap inspiratif. Dalam memberikan hadiah, pujian,
hukuman, dan teguran, harus dilakukan secara sportif dan berimbang
dengan porsi yang lebih besar pada hadiah dan pujian. Selain sebagai
pengajar, guru PKn juga harus menjadi pengarah dan pendidik untuk
membentuk karakter siswa. Modifikasi bahan pelajaran harus dilakukan
dengan melibatkan siswa dan memperhatikan minat mereka. Terakhir,
guru PKn harus selalu meningkatkan kualitas diri dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rizki Ramadhan

NIM : 1810112310002

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan ULM

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatam tersebut. Hal-hal

yang berkaitan dengan teknik penulisan, telah sesuai dengan Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Program Studi Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP ULM

banjarmasin

Banjarmasin, Mei 2023


Yang membuat pernyataan,

Muhammad Rizki Ramadhan


NIM 1810112310002

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Syukur Alhamdulillahirabbil’alamin atas

berkat rahmat Allah SWT serta hidayah dan ridho-Nya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gaya Mengajar Di SMAN 8 Banjarmasin”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan kompetensi keilmuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Penyelesaikan skripsi ini tentunya penulis banyak mendapatkan dukungan,

masukan, saran, bantuan dan pengetahuan berupa bimbingan dari berbagai pihak

mulai dari pelaksanaan, penyusunan, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada

kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak yang penulis hormati yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, S.E., M.Si selaku rektor Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin

2. Bapak Dr. Chairil Faif Pasani, M. Si. Selaku Dekan FKIP ULM Banjarmasin,

yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Bapak Dr. Syaharuddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP ULM Banjarmasin.

4. Ibu Dr. Mariatul Kiptiah, S.Pd., M.Pd. selaku Koordinator Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP ULM

Banjarmasin.

iv
5. Ibu Prof. Dr. Hj. Fatimah, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak bantuan, masukan saran, ketersediaan waktu dan tenaga

selama bimbingan penyusunan skripsi hingga laporan penelitian ini dapat

terselesaikan.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dan Civitas Akademik FKIP Universitas Lambung Mangkurat yang telah

memberikan ilmu, dorongan serta bantuan kepada peneliti sampai penelitian

ini selesai.

7. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banjarmasin yang telah

memberikan saya izin melaksanakan kegiatan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang penuh

kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali

terdapat kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak

untuk penyempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam bidang pendidikan untuk

mengimplementasikan program adiwiyata dalam meningkatkan kewarganegaraan

ekologis di sekolah.

Banjarmasin, Mei 2023


Peneliti,

v
Muhammad Rizki Ramadhan
Nim 1810112310002

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...........................................i


ABSTRAK...............................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.........................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Fokus Masalah..............................................................................................6
C. Rumusan Masalah.........................................................................................6
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Gaya Mengajar Guru.....................................................................................8
B. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan..............................................26
C. Guru Pendidikan Kewarganegaraan............................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................45
A. Alasan Menggunakan Pendekatan Kualitatif..............................................45
B. Tempat Penelitian.......................................................................................45
C. Sumber Data................................................................................................46
D. instrumen Penelitian....................................................................................48
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................48
F. Teknik Analisis Data...................................................................................50
G. Pengujian Keabsahan Data......................................................................52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................55
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................................55
B. Hasil Penelitian...........................................................................................59
C. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................79

vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................97
A. Kesimpulan..................................................................................................97
B. Saran............................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................99
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................102

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan UUD sebagaimana

tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan, maka pendidikan

harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang

diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan

mengadakan tenaga pendidikan sampai pada usaha peningkatan keahlian dalam

mengajar. Salah satunya gaya mengajar guru sangat mempengaruhi dalam

proses pembelajaran, karena pada dasarnya guru merupakan tenaga lapangan

yang langsung melaksanakan pendidikan sebagai ujung tombak keberhasilan

pendidikan.

Menurut Djamarah dan Zain (2015) guru adalah seseorang yang

berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya,

dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Undang-Undang

1
2

Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.

Berdasarkan pengertian guru tersebut, guru mempunyai peran yang sangat

penting dalam proses pendidikan tidak hanya sekedar memberikan materi

kepada siswa tetapi lebih dari itu, perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru,

juga akan memberikan pengaruh terhadap sikap siswa dan minat siswa dalam

mengikuti pembelajaran serta akan mempengaruhi hasil belajarnya, karena guru

cenderung menjadi cerminan bagi peserta didiknya. Guru adalah pendidik yang

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mendidik peserta didik menjadi

pribadi yang lebih baik, khususnya di lingkungan sekolah.

Gaya mengajar yang ditampilkan seorang guru dalam kelas tampak

menjadi ciri utama yang melekat pada guru tersebut sebagai seorang pendidik.

Guru sebagai seorang pendidik mempunyai gaya mengajar yang berbeda-beda

sesuai dengan pembawaan dan karakteristiknya masing-masing.

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, di mana banyak

kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan dan tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa terutama apabila

menginginkan hasil belajar yang baik (Ali, 2014). Mengajar yang baik adalah

mengajar dengan sepenuh hati, iklas, inovatif, memunculkan motivasi,


3

memunculkan minat serta tentunya juga dapat memunculkan semangat

(Suparman 2020). Pada saat praktek pembelajaran berlangsung, guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran akan menggunakan cara yang beragam

atau bervariasi. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini bila ditelusuri akan

diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi atau bahan

pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dkk diistilahkan dengan

gaya mengajar atau Teaching Style (Ali, 2014).

Menurut Uzer Usman (2005) Gaya Mengajar adalah suatu kegiatan guru

dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi

kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa

menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: Di Indonesia, Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

memberikan dasar hukum untuk pendidikan di Indonesia. Meskipun undang-

undang ini tidak secara spesifik membahas gaya mengajar, ia memberikan

landasan bagi pendidikan yang efektif dan inklusif.

Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap meteri pelajaran

yang disampaikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan

perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, tujuan tersebut tercapai apabila setiap siswa memahami materi yang

diberikan, dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya akan sulit

mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan karena

siswa cenderung mudah untuk bosan apalagi jika proses belajar mengajarnya
4

cenderung monoton, memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, kurang menguasai

materi, faktor guru kurang memvariasikan media, metode, dan lain sebagainya.

Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan.

Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan gaya mengajarnya, apakah

sudah meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang

dijelaskan atau belum.

Sumiati dan Asra (2009) Berpendapat ada emapat macam gaya mengajar,

yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi dan interaksional. masing-

masing dari gaya mengajar tersebut mempunyai landasan, yaitu: Pembelajaran

Klasik, Pembelajaran Personalisasi, Pembelajaran Interaksional

Terdapat banyak masalah dalam dunia pendidikan terutama masalah-

masalah mengenai guru PPKn. Pada prakteknya perilaku mengajar guru sangat

beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Namun banyak guru yang tidak

mampu memahami gaya mengajar dan tidak mampu mengelola pembelajaran

dengan baik, tidak mampu menciptakan pola interaksi dengan peserta didik

sehingga menimbulkan pembelajaran yang tidak menarik dan rendahnya minat

peserta didik mengikuti pembelajaran serta rendahnya prestasi belajar peserta

didik. Semua permasalah tersebut terkait dengan gaya mengajar guru. Gaya

mengajar guru sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Jika

guru mengajar dengan gaya mengajar yang baik maka peserta didik akan
5

berminat dalam mengikuti pembelajaran dan memudahkan peserta didik dalam

menerima pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan hasil dari observasi awal tersebut gaya mengajar yang

ditampilkan guru di SMAN 8 Banjarmasin secara umum memiliki keunikan

yang dapat mempengaruhi minat dan perhatian peserta didik terhadap

pembelajaran yang diajarkan hal ini dapat menjadi sesuatu yang baik ataupun

buruk yang dapat mendukung hingga menghambat proses pencapaian tujuan

pembelajaran yang diinginkan bahkan dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik. Sehingga penulis merasa tepat memilih SMAN 8 Banjarmasin

sebagai tempat penelitian yang cocok yang dapat memberikan informasi kepada

penulis bagaimana menerapkan gaya mengajar yang baik dan efektif bagi

peserta didik.

Berdasarkan penelitian terdahulu dari Suntia (2021), menyatakan bahwa

gaya mengajar yang dimiliki oleh guru mencerminkan bagaimana cara

melaksanakan pengajaran, sesuai dengan pandangannya sendiri. Menurut

penelitian terdahulu oleh Masdinah (2019), menyatakan bahwa gaya mengajar

yang digunakan guru mata pelajaran PKn diantaranya gaya mengajar klasik,

gaya mengajar teknologis, dan gaya mengajar intraksional. Sedangkan Naelil

Muna (2019), menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara gaya mengajar guru terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat

mengetahui pelaksanaan gaya mengajar yang efektif digunakan serta


6

diharapkan dapat mengatasi masalah mengenai gaya mengajar guru mata

pelajaran PPKn yang kurang baik. Sehingga berdampak pada peningkatan

kualitas guru dan pendidikan terutama pendidikan kewarganegaraan,

peningkatan kualitas tersebut dapat dilihat dari tingkat minat dan perhatian

peserta didik terhadap pembelajaran, dan tingkat pemahaman peserta didik

terhadap materi yang diajarkan serta prestasi belajar peserta didiknya.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gaya

Mengajar Guru di SMAN 8 Banjarmasin.

B. Fokus Masalah

Agar penelitian dan penulisan skripsi ini menjadi fokus dalam

pembahasanya, maka penulis memberikan batasan. Batasan yang digariskan

adalah sebagai berikut.

1. Gaya mengajar yang digunakan guru mata pelajaran PPKn di SMAN 8

Banjarmasin berupa jenis gaya mengajar

2. Jenis gaya mengajar yang dimaksud ialah berupa sitemtaika

pelaksanaannya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gaya mengajar yang digunakan guru mata pelajaran PPKn di

SMAN 8 Banjarmasin?
7

2. Bagaimana Pelakanaan Gaya Mengajar Guru Pada Pembelajaran PPKn di

SMAN 8 Banjarmasin?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya mengajar yang digunakan guru mata pelajaran PPKn di

SMAN 8 Banjarmasin.

2. Mengetahui Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru Pada Pembelajaran PPKn

di SMAN 8 Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat atau kegunaan

baik dari segi teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan

pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi, khususnya bagi spisikologi

pendidikan dengan berkaitan gaya mengajar guru.

2. Secara Praktisi

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi guru untuk meningkatkan

kreatifitas dalam pembelajaran PPKn kaitannya dengan gaya mengajar guru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaya Mengajar Guru

1. Pengertian Gaya Mengajar Guru

Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan

yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang

dipertunjukan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka

ragam perilaku guru mengajar ini jika ditelusuri akan diperoleh gambaran

tentang pola umum interaksi antara guru, isi, atau materi pembelajaran dan

siswa. Menurut Lapp (1975) dalam Sumiadi dan Asra (2009:74) pola umum ini

oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan diistilahkan dengan “Gaya Mengajar” atau

Teaching Style.

Beberapa pendapat mengenai pengertian gaya mengajar:

Menurut Manen dalam Marzuki (1999:21) “Gaya mengajar adalah ciri-ciri

kebiasaan, kesukaan yang penting hubunganya dengan murid, bahkan gaya

mengajar lebih dari suatu kebisaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau

pembicaraan guru atau dosen. Gaya mengajar guru mencerminkan bagaimana

pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh

pandanganya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang

digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan”.

Menurut Thoifuri, (2008:81) “Gaya mengajar adalah bentuk penampilan

guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya yang

8
9

bersifat kurikuler adalah guru yang mengajar disesuiakan dengan tujuan dan

sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis

adalah gaya mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan

kelas dan evaluasi hasil belajar”.

Menurut Suparman S, (2010:63) “Gaya mengajar adalah suatu metode

yang dipakai oleh guru ketika sedang melakukan pengajaran guru biasanya

sangat erat kaitanya dengan gaya belajar anak didik”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar

guru adalah cara guru menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan baik

dari perilakunya, penyamapian materi pelajaranya, penggunaan media, intonasi

suara, dan lain-lain yang menjadi pandangannya sendiri.

2. Jenis-jenis Gaya Mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran setiap guru memiliki ciri khas gaya

mengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran. Walaupun gaya mengajar

setiap guru tidak jauh berbeda tetapi dapat menentukan hasil dari proses

pembelajaran.

Abdul Majid (2013, 273-274) mengelompokkan mengelompokan gaya

mengajar guru yang diterapkan dalam proses pembelajaran menjadi empat yang

diturunkan dari aliran pendidikan, yaitu:

a. Gaya Mengajar Klasik

Guru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai

satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru


10

masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk

aktif, sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses

pembelajaran. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan saat kondisi

kelas mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas yang

mayoritas siswanya pasif. Dalam pembelajaran klasik, peran guru sangat

dominan, karena dia harus menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena

itu, guru harus ahli (expert) pada bidang pelajaran yang diampunya. Dalam

model pembelajaran seperti ini, siswa cenderun bersikap pasif (hanya menerima

materi pembelajaran).

b. Gaya Mengajar Teknologis

Guru menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan

perbincangan yang tidak pernah selesai. Argumentasinya bahwa setiap guru

dengan gaya mengajar tersebut mempunyai watak yang berbeda-beda, kaku,

moderat dan fleksibel. Gaya ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang

pada berbagai sumber media yang tersedia. Guru mengajar dengan

memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulun untuk mampu

menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minat masing-

masing, sehingga memberi banyak manfaat pada diri siswa.

c. Gaya Mengajar Personalisasi

Pembelajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman,

dan pola perkembangan mental siswa. Dominasi pembelajaran ada di tangan


11

siswa, dimana siswa dipandang sebagai suatu pribadi. Guru yang menerapkan

gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian

prestasi belajar siswa. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran untuk

membuat siswa lebih pandai, melainkan agar siswa menjadi dirinya lebih

pandai. Guru dengan gaya megajar personalisasi ini akan selalu meningkatkan

belajar siswa dan senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru

tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena

siswa tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.

d. Gaya Mengajar Interaksional

Dalam pembelajaran interaksional, peran guru sangat dominan. Guru dan

siswa berupaya memodifikasi berbagai ide atau ilmu yang dipelajari untuk

mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang dipelajari. Guru dengan gaya

mengajar interaksional lebih mengedepankan dialog dengan siswa sebagai

bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling

ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pembelajaran, dan

tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek.

3. Landasan Gaya Mengajar

Ada emapat macam gaya mengajar, yaitu gaya mengajar klasik, teknologis,

personalisasi dan interaksional. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 77- 80)

masing-masing dari gaya mengajar tersebut mempunyai landasan, yaitu:

a. Pembelajaran Klasik dan Landasanya


12

Pendidikan klasik lebih menekankan guru sebaga model. Siswa dituntut

meniru aya guru. Hal ini berlandaskan teori bahwa siswa akan menirukan apa

yang diamati dan telah memperoleh reinforcement. Jadi, siswa akan meniru

guru. Proses peniruan terjadi terutama melalui bahasa. Oleh karenanya belajar

dilakukan secara verbal, dan guru berusaha menajarkan bagaimana melatih

kemampuan berfikir melalui bahasa. Gaya mengajar klasik mempunyai dua

macam aliran, yaitu:

1) Aliran Perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya

yang berpusat pada kemanusiaan (humanity).

Aliran ini berpandangan bahwa setiap generasi harus

dididik dengan budaya yang dianggap benar dan sahih (valid).

Isi pembelajaran lebih banyak mengenai dasar pembentukan

intelek dan komunikasi dengan dunia luar, karena hal ini

dianggap sebagai upaya “memanusiakan manusia.” Manusia

dibedakan dari jenis makhluk hidup lain karena mempunyai

intelektual. Oleh karenanya upaya memanusiakan manusia

dilakukan dengan mengembangkan inteleknya. Pembelajaran

dasar yang dianggap paling penting adalah “The three R‟s”

untuk tingkat Sekolah Dasar yaitu Reading (membaca), Writing

(menulis), dan Arrithmatics (berhitung). Tujuan pendidikan

perenialism adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin

mental.
13

2) Aliran Essensialism yang menekankan pada penyampaian

budaya yang berkenaan dengan science.

Berbeda dengan perenialism, aliran ini lebih realistis, tidak

filisofis. Budaya yang disampaikan dalam pembelajaran hanya

berisi informasi yang bersifat praktis, dengan tujuan mendidik

keterampilan yang esensial dan berguna untuk hidup produktif.

Oleh karenanya menekankan pada science dan keterampilan

produktif. Pandangan penganut aliran ini adalah bahwa tujuan

pendidikan diarahkan agar siswa dapat bekerja dengan baik. Ini

dijadikan ukuran penilaian kebaikan pendidikan. Disamping itu

pendidikan juga bertujuan mengantarkan siswa untuk dapat

bergaul pada semua lapisan masyarakat dan memperoleh sukses

finansial. Mereka menganggap pendidikan adalah jalan menuju

sukses. Sedangkan sukses itu sendiri diukur dari segi materi.

b. Pembelajaran Teknologis dan Landasanya

Para penganut aliran teknologis yakin bahwa pendidikan merupakan

cabang terpenting dari scientific technology. Pendidikan teknologis memandang

manusia dari tingkah lakunya yang dapat diamati. Tingkah laku ini dijadikan

dasar perumusan tujuan. Dengan demikian tinggallah dipikirkan bagaimana

memanipulasi lingkungan agar siswa dapat mencapai tujuan itu. Untuk itu dapat

digunakan perangkat baik hardware (seperti mesin, televisi dan sebagainya)

ataupun software (seperti programa, modul, dan sebagainya). Perangkat itu

dapat berfungsi sebagai guru. Dengan demikian guru bukan lagi dipandang
14

sebagai elemen sentral dalam pembelajaran, juga dalam proses belajar

mengajar.

c. Pembelajaran Personalisasi dan Landasanya

Gaya pembelajaran personalisasi bersifat Child Centered (berpusat pada

siswa). Ini didasarkan pada teori pendidikan yang menyatakan bahwa,

pendidikan sesungguhnya berpusat pada siswa serta pengalaman yang

disadarinya. Kegiatan pendidikan didasarkan atas minat dan kebutuhan atau

keinginan siswa.

Ada dua aliran dari personalisasi, yaitu Aliran Proressive dan Aliran

Romantik. Golongan progressive memandang bahwa situasi mengajar berfungsi

menentukan disiplin dan arah pengalaman belajar yang dapat menuntun atau

menentukan struktur intelegensi. Dalam pelaksanaanya pendidikan

membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa dalam memenuhi kebutuhan

yang tidak disadarinya.

Golongan Romantic memandang bahwa siswa harus bebas (ide tentang

kembali ke alam). Pendidikan harus mengisolasi siswa dari lingkungan

masyarakat, karena pendidikan merupakan proses individual, bukan proses

sosial. Pendidikan juga bukan hanya sekedar memberi informasi atau

keterampilan, tetapi merupakan proses perkembangan pribadi sepanjang hayat.

Peran guru adalah menyiapkan lingkungan agar siswa dapat memperoleh

pengalaman.
15

d. Pembelajaran Interaksional dan Landasanya

Pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat dialogis.

Dalam hal ini guru menyodorkan masalah kepada siswa, selanjutnya dengan

proses diskusi, siswa mengemukakan pandangan, pendapat, argumentasi, juga

menanggapi dan menyela atau mendukung pendapat yang lain, sehingga

ditemukan kesimpulan tentang masalah yang dibahas itu.

Dasar pandangan pembelajaran interaksioanal adalah bahwa hasil belajar

diperoleh melalui interaksi antara guru-siswa, dan siswa-siswa lain, juga

interaksi antara siswa dengan materi pembelajaran yang dipelajari, serta antara

pikiran siswa dengan kehidupanya. Pandangan ini berakar dari falsafah yan

memandang bahwa pada hakikatnya manusia sudah mempunyai kemampuan

untuk memikirkan dan menemukan jawaban terhadap masalah kehidupan yang

dihadapi. Fungsi pembelajaran dalam hal ini adalah menumbuhkan dan

mengungkap kemampuan itu melalui upaya penciptaan kondisi dan

kemungkinan untuk tumbuh dan berkembangnya hal itu. Oleh karenanya

pembelajaran tidak dilakukan dengan cara “mengajar” tetapi dengan

mengembangkan suasana dialogis.

4. Karakteristik Gaya Mengajar

Gaya mengajar guru dalam proses pembelajaran berbeda-beda antar satu

dengan yang lainnya. Karakteristik guru dalam mengajar dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Karakteristik gaya mengajar guru yang positif


16

1) Menguasai materi pelajaran secara mendalam

2) Mempunyai wawasan luas

3) Komunikatif

4) Dialogis

5) Menggabungkan teori dan praktik

6) Bertahap

7) Mempunyai variasi pendekatan

8) Tidak memalingkan meteri pelajaran

9) Tidak terlalu menekan dan memaksa

10) Humoris tapi serius (jamal Ma‟mur Asmani, 2009:115-137)


17

b. Karakteristik gaya mengajar guru yang negatif

1) Duduk diatas meja ketika mengajar

2) Mengajar sambil merokok

3) Mengajar sambil main hp

4) Tidur sewaktu mengajar

5) Menganggap diri paling pandai

6) Mengajar secara monoton

7) Sering bolos mengajar

8) Tidak disiplin

9) Berpakaian tidak rapi

10) Membiarkan murid saling menyontek

11) Suka memberi PR tanpa mengoreksi (Masykur Arif Rahman,

2011:5-6)

Dari karakter-karakter tersebut diatas setiap guru tidak mungkin memiliki

semua karakter positif dan begitu pula sebaliknya tidak semua guru memilki

karakter yang negatif. Ada guru yang memiliki sebagian dari karakter yang

positif yang sering nampak pada tingkah lakunya ketika proses pembelajaran

tetapi sesekali menunjukan karakter negatifnya, maka siswa sebagai orang yang

memberi perhatian penuh pada guru akan menyimpulkan guru tersebut

berkarakter positif karena yang sering nampak pada guru tersebut adalah hal-hal

yang positif, begitu pula sebaliknya.


18

Guru jarang menyadari bahwa setiap perilaku yang nampak dihadapan

peserta didik akan menimbulkan anggapan atau penilaian bagi mereka.

Sehingga akan menghasilkan kesimpulan mengenai karakter guru tersebut. Jadi

sudah selayaknya seorang guru sebisa mungkin untuk selalu mempertahankan

karakter positifnya dan meminimalisir hal-hal negatif yang akan mempengaruhi

peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Variasi Dalam Gaya Mengajar

Guru dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki variasi gaya

mengajar. Menurut Syaiful bahri Djamarah (2002:188), variasi gaya mengajar

tersebut adalah:

a. Variasi Suara

Suara guru ketika menyampaikan materi dalam proses pembelajaran bisa

bervariasi dalam intonasi, nada, volume dan kecepatan. Ketika mengajar

penting bagi guru untuk memahami bagaimana dia menyampaikan materi

dengan penjelasanya. Guru yang biasa memakai suara datar dalam

menyampaikan materi akan mempengaruhi minat mendengar siswanya.

Sehingga seorang guru hendaklah memberikan penjelasan dengan intonasi,

nada, volume dan kecepatan yan serasi dan sesuai.

b. Penekanan (Focusing)

Berfungsi untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek

yang paling penting atau aspek kunci. Penekanan dilakukan kepada beberapa

peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar
19

siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang

diterimanya. Misalnya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu

tekankan” atau “coba anda perhatikan” dan sebagainya. Hal ini akan

menimbulkan perhatian siswa sehingga pandangan siswa akan tertuju dan fokus

pada guru yang tengah menyampakan materi yang dipelajari dalam proses

pembelajaran.

c. Pemberian Waktu (Pausing)

Setelah guru menyampaikan meteri pelajaran, siswa perlu diberi waktu

untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Untuk menarik

perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi

sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian

pelajaran ke bagian berikutnya. Peserta didik dalam keadaan seperti ini

biasanya selain memberikan perhatian penuh pada guru juga akan memiliki

waktu untuk berusaha memahami materi yang disampaikan.

d. Kontak Pandang

Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya

menyampaikan informasi, dan dengan pandanganya dapat menarik perhatian

anak didik. Selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang

guru hanya memandang ke luar, ke atas atau ke siswa tertentu saja. Jadi guru

dalam berinteraksi dengan siswa pandanglah semua siswa yang sedang

mengikuti pembelajaran, sehingga mereka akan merasa diperhatikan.


20

e. Gerakan Anggota Badan

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang

penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja tetapi

juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan. Dalam berkomunikasi

gerak tubuh akan mempengaruhi apa yang disampaikan karena pada hakikatnya

ketika kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain semuanya ikut

berbicara termasuk anggota badan kita.

f. Pindah Posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas ketika proses pembelajaran

dapat menarik perhatian siswa. Karena selama proses pembelajaran guru

menjadi pusat perhatian siswanya. Dengan bergerak, berarti guru tidak berada

dalam satu posisi saja, malainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini

selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian

siswa tidak monoton. Seorang guru hendaknya bisa menguasi kelas dan bebas

menjangkau seluruh ruang kelas. Bukan berarti guru selalu berpindah-pindah

saat proses pembelajaran tetapi berpindahlah sesuai dengan kebutuhan. Misal

ketika siswa yang duduk di belakang mulai tidak memperhatikan maka guru

dekati dan pindah posisi agar anak bisa fokus kembali.

6. Variasi Media dan Bahan Pengajaran

Penggunaan media akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya

atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media ada alih

pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik


21

dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja. Ada tiga komponen

dalam variasi media, yaitu:

a. Variasi media pandang

Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantaranya:

buku, majalah, globe, peta, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar, mode,

demonstrasi, dan sebagainya. Alat ini berguna untuk:

1) Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang

konkret.

2) Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi

pelajaran.

3) Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.

4) Mengembangkan cara berfikir siswa yang konsisten dan

berkesinambungan.

5) Memberikan pengalaman baru dan unik.

b. Variasi media dengar

Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi

proses belajar anak didik. Karena itu diperlukan media lainnya yang

memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru

terhadap suara itu. Hal ini bisa dilakukan dengan guru merekam suaranya di

rumah atau merekam suara lain yang patut didengarkan dan mempunyai

relevansi dengan materi pelajaran.


22

c. Variasi media taktik

Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif.

Misalnya guru memperlihatkan dan menjelaskan tata cara berwudhu, setelah itu

siswa disuruh untuk menggambarkan tata cara tersebut. Cara ini akan

meudahkan siswa untuk mengingat urutan tata cara wudhu dan sebagainya.

7. Variasi interaksi

Variasi interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu:

a. Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup

pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

b. Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara

secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.

8. Peranan Guru Dalam Mengajar

Menurut Keke (2018,17-18) peran guru adalah:

a. Guru sebagai demonstrator

Guru harus menjadi seorang demonstrator yang menguasai dan memahami

bahan ajar, mau terus belajar tanpa henti, memahami kurikulum serta kreatif

dan terampil.

b. Guru sebagai pengelola kelas

Sebagai seorang tenaga pendidik guru tidak hanya dituntut menguasai

bahasan ajar tetapi juga mampu mengelola kelas baik kebersihan fisik kelas,

mengajarkan siswa ke arah self directed behavior, mampu menjalankan proses


23

pembelajaran yang efektif dan efesien dengan hasil yang optimal, dapat

menyalurkan pengetahuan dan perkembangan teori.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Pada proses pembelajaran guru juga harus faham dalam pengguaan media

dan fasilitas lainnya sebagi penunjang pembelajaran, terampil dalam meililih

dan pengguaan media yang sesuai dengan materi ajar, terampil dalam

berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapun.

d. Guru sebagai evaluator

Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, adalah: Mampu dan terampil

mememberikan penilaian yang baik, melakukan evaluasi dari hasil belajar

siswa, mampu mengelompokkan siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup

baik di kelasnya.

9. Strategi Dalam Mengajar

Nuriman (2019) Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi

pembelajaran di mana guru memiliki peranan yang dominan, sedangkan

siswa cenderung menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru.

Dalam strategi ini, proses penyampaian materi dilakukan oleh guru secara

lisan kepada siswa agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran

secara optimal.

Oleh karena itu, penjelasan guru dalam strategi pembelajaran

ekspositori ini harus jelas sehingga bisa dipahami oleh siswa dengan
24

mudah. Penjelasan yang kurang jelas dapat membuat siswa kebingungan

dan menghambat proses belajar mereka.

Dalam strategi pembelajaran ekspositori ini, guru dapat menggunakan

buku teks, referensi atau pengalaman pribadi sebagai sumber

informasinya. Media lain, seperti video pendidikan dan alat bantu visual

(diagram, contoh fisik, gambar, dan peta) juga dapat digunakan untuk

mendukung penjelasan materi agar lebih mudah dipahami peserta didik.

Berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori, dalam strategi

pembelajaran inkuiri, siswa memiliki peranan yang lebih aktif dalam

kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sesuai dengan definisi strategi

pembelajaran inkuiri itu sendiri, yaitu strategi pembelajaran yang

memberikan ruang pada siswa untuk menemukan sendiri inti dari materi

pelajaran.

Itu artinya, siswa tidak hanya menerima penjelasan saja dari guru, tapi

juga berupaya untuk menemukan inti dari materi pelajaran secara mandiri.

Adapun tujuan dari strategi pembelajaran ini adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses

mental. Oleh karena itu, dalam strategi pembelajaran inkuiri ini siswa

tidak hanya dituntut agar dapat menguasai materi pelajaran saja, tapi juga

dapat menggunakan potensi yang dimilikinya secara maksimal.


25

Selanjutnya ada strategi pembelajaran berbasis masalah yang juga

bisa digunakan guru saat mengajar di kelas.Sesuai dengan namanya,

strategi ini berfokus pada proses penyelesaian masalah dengan

menggunakan cara-cara ilmiah. Permasalahan ini bisa diambil dari buku

teks, peristiwa di lingkungan sekitar, maupun peristiwa yang terjadi di

masyarakat.

Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5

sampai 6 orang. Setiap kelompok akan mendapatkan tugas masing-masing

dari guru untuk dikerjakan bersama-sama. Apabila ada anggota kelompok

yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan oleh guru, maka anggota

kelompok yang lain bertugas untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan

bertanya kepada guru. Adapun tujuan dari strategi pembelajaran kooperatif

ini adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab pada siswa, memberikan

peluang yang sama kepada setiap siswa untuk sukses dalam belajar, dan

mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Jenis strategi pembelajaran berikutnya adalah strategi pembelajaran

afektif. Strategi ini menekankan pada pembentukan sikap yang positif

kepada siswa dengan cara menghadapkan mereka pada situasi yang

mengandung konflik atau situasi yang problematis. Dengan

menghadapkan siswa pada situasi tersebut, diharapkan mereka dapat

membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianggapnya baik.

Strategi pembelajaran afektif ini sangat cocok diterapkan untuk


26

menguatkan karakter siswa, seperti tanggung jawab, kerjasama, disiplin,

komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan

kemampuan mengendalikan diri.

Strategi pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada

proses keterlibatan siswa dalam menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan peristiwa atau permasalahan dalam kehidupan

nyata. Dengan begitu, siswa dapat menerapkan materi yang mereka

pelajari di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah

strategi pembelajaran yang berfokus pada perkembangan kemampuan

berpikir siswa melalui analisis fakta-fakta atau pengalaman siswa sebagai

bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.

Dengan strategi pembelajaran ini, daya berpikir siswa akan lebih

terlatih dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu saja, strategi pembelajaran

peningkatan kemampuan berpikir juga membantu siswa agar lebih siap

dalam menghadapi setiap permasalahan yang diajukan oleh guru.

B. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

1. Pengertian PPKn

Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada pembinaan sikap dan

kemampuan bela negara. Jadi berbeda dengan wajib latih yang lebih ditekankan
27

pada aspek fisik. Pendidikan kewarganegaraan lebih ditekankan pada aspek

kongnitif dan afektif bela negara (Amin, 2010: 42). Kesadaran akan hak dan

kewajiban warga negara dalam membangun kehidupan warga negara tentu

menjadi tujuan umum dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tentu menjadi proses

penanaman kesadaran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban

warga negara dalam hal ini mata pelajaran PPKn memiliki peran yang strategis

untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih beradab. Melalui pembinaan

karakter pada masyarakat tentu akan mewujudkan kabiasaan baik, dan dari

kebiasaan baik akan melehirkan budaya yang baik pula dalam sistem

pemerintahan. Dalam mewujudkan hal tersebut tentu membutuhkan proses yang

kompleks dan memperlukan waktu yang cukup lama oleh sebab itu diperlukan

kerjasama dari berbagai komponen masyarakat. Salah satu komponen penting

dalam upaya membangun tatanan masyarakat yang berkemajuan tentu

diperlukan adanya kerjasama dari bidang pendidikan, khususnya pendidikan

formal, artinya bahwa pendidikan formal memiliki peran sekaligus tanggug

jawab dalam membina karakter bangsa khusunya amta pelajaran PPKn yang

secara umum memiliki tujuan sama dengan konsep membangun tatanan

masyarakat yang berkemajuan yakni :

a. Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung

jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic

responsibility);

b. Pengetahuan kewarganegaraan;
28

c. Keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi

kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility) (PP

Nomor 32 Tahun 2013)

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup yang

cukup luas dalam mengembangkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan bangsa

Indonesia. Adapun kedudukan dan fungsi tersebut di jalskan dalam Undang-

undang Pasal 3 No. 20 tahun 2003 yakni :

a. PPKn merupakan pendidikan nilai, moral/karakter, dan

kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama sebangun dengan

civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul

muwatanah di negara-negara Timur Tengah, education civicas di

Amerika Latin.

b. PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan

pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat

koheren (runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak

dan peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab.

Menuru Rahmat (2009) banyak aspek kompetensi yang dapat diperoleh

peserta didik dalam pembelajaran PPKn salah satunya pengetahua warga negara

(civic knowledge) menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yagn

dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral.

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intelektual


29

dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sedangkan kompetensi watak atau karakter kewarganegaraan (civic

dispositions) dapat dikatakan sebagai murah dari pengembangan kedua

kompetensi tersebut.

Komponen Civic knowledge pada mata pelajaran PPKn mengambarkan

bahwa PPKn merupakan salah satu kajian keilmuan yang memiliki sifat

multidisipliner hal ini berarti bahwa materi pengetahuan kewarganegaraan

meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi

manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non-

pemerintahan, identitas nasional, pemeritahan berdasarkan hukum dan peradilan

yang tidak memihak dan bebas, konstitusi serta nilai dan moral masyarakat.

Sedangkan menurut Branson (1998: 87) aspek civic knowledge dalam

pembelajaran PPKn diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yakni

(1) apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan;

(2) apa pondasi-pondasi sistem politik;

(3) bagaiamana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi

mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip

demokrasi;

(4) hubungan antar suatu Negara dengan Negara-negara lain dan posisinya

dalam masalah-masalah internasional;

(5) apa peran warganegara dalam demokrasi.


30

Pembelajaran PPKn yang dikembangkan saat ini tentu haruslah sesuai

dengan lima hal terserbut untuk melahirkan warga negara yang memiliki

pengetahuan kewarganegaraan yang memadai guna menyiapkan para calon

pemimpin di era globa yang mampu memberi perubahan yang lebih baik bagai

negaranya dengan menerapkan nilai-nilai dan asas asas dasar negara.

Komponen aspek civic skills dalam pembelajaran PPKn menurut Quigley dalam

Budimansyah (2010) secara konseptual memiliki karakteristik kepribadian yang

meliputi keadaban, tanggung jawab, disiplin, toleransi, terbuka, kesabaran,

ketaatan keterharuan, rendah hati serta memiliki jiwa nasionalisme dan

patriotisme dalam menejalankan kehidupan sehari-hari baik alam lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, serta bangsa dan negara. Sedangkan komponen

ketiga dalam pembelajaran PPKn berupa civics disposition aspek ini merupakan

aspek yang paling subtantif dan esensial. Civics disposition merupakan muarah

utama dari aspek Civic knowledge dan civic skills hal ini tentu sesuai dengan

tujuan secara umum dari mata pelajaran PPKn yang cenderung menekakan pada

aspek pengetahuan dan keterampilan warga negara dalam upaya membangun

tatanan kehidupan warga negara yang berlandaskan nilai-nilai dasara negara

Pancasila.

Pembelajaran PPKn tentu memiliki peran yang sangat strategis untuk

melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang baik. Mempunyai kompetensi

yang handal sesuai dengan asas dan nilai-nilai ideologi Pancasila. Para

pemimpin bangsa yang dalam menerapkan kebijakan-kebijakannya sudah dapat

dipastikan tidak akan berbuat curang terhadap rakyatnya atau berbuat negatif
31

seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan demikian akan mewujudkan

sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta berkeadaban dalam

tatanan kehidupan masyarakat. Tentu dalam upaya mewujudkan aspek-aspek

tersebut dibutuhkan pola Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang jauh

lebih baik lagi baik dari kurikulum PPKn, model pembelajaran PPKn sampaik

dengan model penilaian yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan

2. Karakteristik PPKn

Wuryan dan Syaifullah, (2008: 10 ) menjelaskan terkait karakteristik

Pendidikan Kewarganegaraan, Lahirnya warga negara dan mayarakat yang

berjiwa Pancasila beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

mengetahui hak dan kewajiban, dan melaksanakannya dengan penuh kesadaran

dan tanggungjawab agar dapat membuat keputusan secara tepat dan cepat baik

untuk dirinya dan orang lain.

Berdasarkan pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik

Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya ialah untuk membentuk warga

negara yang mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila dan sadar akan hak dan

kewajibannya yang dilaksanakan secara bertanggung jawab. Karakteristik

tersebut dituangkan kedalam muatan kurikulum 2013 yang bertolak dari

berbagai kajian secara filosofis, sosiologis, yuridis dan pedagogis mata

pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013

Menurut Saputra dan Salikum, (2016, 8) secara utuh memiliki karakteristik

sebagai berikut:
32

a. Mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah

diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

b. Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berfungsi

sebagai mata pelajaran yang mempunyai misi pengokohan kebangsaan

dan penggerak pendidikan Pancasila.

c. Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dan bingkai Kompetensi Inti (KI) yang secara psikologis-pedagogis

menjadi pengintegrasi kompetensi peserta didik secara linier dan

koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai

dan moral Pancasila; nilai dan norma Undang-Undang Dasar 1945, nilai

dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen

NKRI.

d. Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific

approach) yang dipersyaratkan dalam kurikulum 2013 memusatkan

perhatian pada proses pengembangan pengetahuan (KI-3), keterampilan

(KI-4), sikap spiritual (KI-1), dan sikap sosial (KI-2) melalui informasi

pengalaman empirik dan pemaknaan konseptual. Pendekatan tersebut

memiliki langkah generik sebagai berikut:

1) Mengamati (Observing)

2) Menanya (Questioning)

3) Mengeksplorasi/Mencoba (Exploring)

4) Mengasosiasi/Menalar (Assosiating)
33

5) Mengkomunikasikan (Communicating)

Bertolak dari pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan yang saat ini menjadi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, pada hakikatnya ialah tetap di dalam

pembelajarannya tidak akan lepas dari pengamalan Pancasila, selain itu

berdasarkan kurikulum yang beraku yakni kurikulum 2013, siswa juga

diarahkan supaya bisa mengaktualisasikan diri secara optimal baik itu dari segi

pengetahuan, sikap dan keterampilannya, agar dapat menjadi pribadi yang baik,

Pancasilais dan tercapainya pribadi good and smart citizen.

3. Tujuan PPKn

Maftuh dan Sapriya (2005, 30) mengungkapkan bahwa “Tujuan negara

mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara

menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship), yakni warga negara

yang memiliki kecerdasan baik intelektual, emosional, sosial maupun spiritual,

memiliki rasa bangga dan tanggung jawab dan mampu berpartisipasi dalam

kehidupan masyarakat”.

Sebagaimana menurut Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan

Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Penjelasan

ketentuan pasal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan pasal 77 I, 77

J, dan Pasal 77 K Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang perubahan

atas peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan


34

Nasional yang menjelaskan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila,

kesadaran berkonstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta Komitmen

Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Mengacu pada penjelasan pasal-pasal tersebut, tujuan Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan pada pendidikan dasar dan menengah mencakup tujuan

umum dan tujuan khusus sebagaimana dijelaskan Dalam Lampiran Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yaitu:

a. Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah

mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi

Kewarganegaraan, yakni:

1) Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen, dan tanggung

jawab kewarganegaraan;

2) Pengetahuan kewarganegaraan;

3) Keterampilan kewarganegraan termasuk kecakapan dan partisipasi

kewarganegaraan.

b. Secara khusus tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut

sehingga peserta didik mampu:


35

1) Menampilakan karakter yang mencerminkan penghayatan,

pemahaman dan pengalaman nilai dan moral Pancasila secara personel

dan sosial;

2) Memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif

dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

3) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif, serta memiliki semangat

kebangsaan, cinta tanah air, yang dijiwai nalai-nilai Pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, semangat

Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan;

4) Berpartisipasi secara aktif, cerdas dan bertanggung jawab sebagai

anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan

harkat dan martabatnya sebaga makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang

hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial budaya.

Rahmat, dkk (2013, 7) menjelaskan lebih lanjut terkait dengan tujuan akhir

dari pendidikan kewarganegaraan, yaitu “tumbuh kembangnya kepekaan,

ketanggapan, kritisasi, dan kreatifitas sosial dalam konteks kehidupan

bermasyarakat secara tertib, damai dan kreatif”.


36

4. Ruang Lingkup PPKn

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup yang

luas dalam konten dan objek kajian pembelajaranya, sebab kajian Pendidikan

Kewarganegaraan bersifat multidisiplin. Menurut Lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terkait ruang lingkup Pendidikan

Kewarganegaraan, meliputi:

a. Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa;

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan

bermasyara berbangsa dan bernegara;

c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk

Negara Republik Indonesia;

d. Bhinneka Tunggal Ika sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi

dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaran tersebut pada dasarnya

mencakup empat pilar kebangsan yaitu meliputi Pancasila, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonsia dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal tersebut dijelaskan lebih rinci ke

dalam materi PPKn sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayan No. 21 Tahun 2016 Tentang Standart Isi untuk
37

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menjelaskan bahwa ruang

lingkup materi PPKn ntuk tingkat pendidikan menengah (kelas X-XI), meliputi:

a. Dinamika kasus-kasus pelanggaran HAM beserta penanganannya secara

adil.

b. Nilai dan moral yang terkandung dalam pasal-pasal Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Semangat mengatasi ancaman untuk membangun integrasi nasional

dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

d. Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai konsep NKRI dan

geopolitik Indonesia.

e. Nilai ideal, instrumental, dan praksis sila-sila Pancasila.

f. Dinamika pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan

negara dan kekuasaan kehakiman.

g. Dinamika pengelolaan dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat

negara serta penanganannya (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).

h. Strategi yang diterapkan dalam memperkokoh persatuan dengan bingkai

Bhinneka Tunggal Ika.

i. Dinamika penyelenggaran negara dalam konsep NKRI dan konsep

Negara federal.

Ruang lingkup PPKn tersebut memberikan perbedaan subjek dan objek

kajian keilmuan mata pelajaran PPKn dengan mata pelajaran lainnya. Dalam
38

memahami ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan maka dapat dikaji dari

ontologi Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Budimansyah dan Suryadi,

(2008, 18) menjelaskan bahwa ontologi PKn meliputi dua hal, yaitu:

a. Objek telaah pendidikan kewarganegaraan, terdiri atas, aspek idiil,

instrumental, dan praktis. Aspek idiil adalah landasan dan kerangka

filosofis yang menjadi titik tolak dan muara dari pendidikan

kewarganegaraan yaitu pancasila, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003,

dan Undang-Undang lainnya yang relevan. Aspek instrumental adalah

sarana programatik kependidikan yang sengaja dibangun dan

dikembangkan untuk menjabarkan subtansi aspek aspek idiil. Aspek

instrumental meliputi kurikulum, bahan ajar, guru, media, sumber

belajar, alat penilaian belajar, ruang belajar dan lingkungan. Aspek

praktis adalah interaksi belajar di kelas atau di luar kelas dan pergaulan

sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Objek pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan adalah ranah sosial-

psikologis peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang secara pragmatik diupayakan untuk ditingkatkan

kuantitas dan kualitasnya melalui pendidikan.

Ruang lingkup suatu mata pelajaran pada dasarnya memuat cakupan kajian

keilmuan pada suatu mata pelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

mencakup kajian empat pilar kebangsaan meliputi Pancasila, Undang-Undang


39

Dasar, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam

memahaminya dapat dikaji dari ontologi Pendidikan Kewarganegaraan yang

mencakup objek telaah dan objek pengembangan Pendidikan Kewarganegaran.

C. Guru Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Guru PPKn

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang

dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai kekuasaan

untuk membangun dan membentuk kepribadian peserta didik menjadi seorang

yag berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Sehubungan dengan prinsip-prinsip peningkatan kompetensi profesional

guru, khususnya untuk guru Pendidikan Kewarganegaraan, maka kualitas Guru

Pendidikan Kewarganegaraan:

1. Guru yang memiliki keahlian (expertise).

2. Guru yang memiliki kolegalisme (kesejawatan).

3. Guru yang menjadi model warga negara yang baik dan cerdas.

4. Guru yang menjujung tinggi kode etik (Sapriya, 2005: 5-6).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No. 22 Tahun

2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, guru

pendidikan kewarganegaraan merupakan guru mata pelajaran yang berfokus

untuk membentuk warga negara supaya lebih memahami serta dapat

melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara. Demi

menjadi seorang warga negara yang berkarakter, memiliki kecerdasan,


40

keterampilan, sebagai mana berdasar pada kedudukan Pancasila sebagai dasar

negara dan pandangan hidup bangsa.

Berbeda dengan pendapat di atas guru Pendidikan Kewarganegaraan

diartikan sebagai penyiapan generasi muda untuk menjadi warga negara yang

memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk

berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya.

Menurut Samsuri (2011:28) berpendapat bahwa pendidikan

kewarganegaraan dapat diartikan sebuah cara untuk mempersiapkan generasi

penerus bangsa demi menjadi seorang warga negara yang memiliki kecakapan,

dan pengetahuan serta nilai-nilai yang guna berpartisipasi aktif di dalam

masyarakat sesuai dengan UUD 1945.

2. Tugas dan Peran Guru PPKn

Guru sebagai sebuah profesi tenaga kependidikan memiliki tugas dan peran

yang menyangkut dunia pendidikan yang digeluti. Tugas guru mengajar,

mendidik, mengarahkan, membimbing, menilai, dan melatih peserta didik.

Sedangkan peran guru dalam Proses Pembelajaran kelas yakni mendidik ,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi.

tugas dan peran guru ini dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen sehingga setiap guru mandapatkan perlindungan

terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Menurut Djamarah (2010:96) bahwa “guru adalah semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik


41

secara individual ataupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah”.

Sedangkan menurut Darmadi (2010:59)” guru adalah kondisi yang diposisikan

sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam proses pembelajaran”.

a. Tugas Guru

Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak

didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

kepribadian anak didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa dan

bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat

diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

Menurut Djamarah (2010:96) Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya

sebatas mengajar di sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan

masyarakat. Bahkan bila dirincikan lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang

telah disebutkan. Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan

proses belajar mengajar. Menurut undang-undang guru dan dosen no 14 tahun

2005, tugas guru dan dosen, ada tujuh tugas utama guru yaitu:

1) Mendidik

2) Mengajar

3) Membina

4) Mengarahkan

5) Melatih

6) Menilai
42

7) Mengevaluasi

Disamping tugas pokok guru sebagai pengajar, seorang guru memiliki

tugas sebagai administrator yang mencakup ketata laksanaan bidang pengajaran

dan ketata laksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah, memanfaatkan

prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya,

serta bertindak sesuai etika jabatan. Selain tugas-tugas di atas, guru juga

mempunyai tugas sebagai pembimbing. Tugas memberikan bimbingan kepada

pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar

mengajar berkaitan erat dengan berbagai masalah diluar kelas yang sifatnya non

akademis.

b. Peranan Guru

Guru memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, bukan hanya

sekedar memberikan ilmu tetapi guru juga memiliki peran untuk mendidik dan

mengarahkan siswanya untuk dapat bersikap, berprilaku dan berdisiplin dengan

baik. Kondisi sekolah yang aman dan nyaman dapat diciptakan apabila guru

mampu mengatur dan mengarahkan siswanya untuk selalu menaati peraturan

dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Tugas guru bukan hanya sekedar pada

batas profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih saja. Akan tetapi,

guru juga bertugas dalam bidang kemanusiaan, yaitu guru disekolah harus dapat

menempatkan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswa-siswanya, ia harus

mampu menjadi tauladan bagi siswanya dalam hal tingkah laku dan sikap

disiplin terhadap peraturan yang berlaku baik dilingkungan sekolah maupun

masyarakat.
43

1) Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan

dalam proses belajar,

2) Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa

dan masyarakat,

3) Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada

siswanya agar berprilaku yang baik,

4) Sebagai agen moral, Guru sebagai agen moral berfungsi mendidik.

3. Kompetensi Guru PPKn

Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat

kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan

menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata

pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

Adapun beberapa kompetensi guru yaitu :

a. Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengolah pembelajaran ini

mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditujukan oleh penugasan

pengetahuan dan keterampilanm mengajar, mengajar adalah sifatnya komplek

dan multidi mendional.

b. Kepribadian
44

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang stabil dewasa, arif,

berwibawa, menjadi teladan dan berahlak mulia, ketauladanan adalah yang

paling efektif, Guru yang disenangi otomati mata pelajaran yang ia ajarkan akan

disenangi perserta didik dan perserta didik akan bergsirah dan termotivasi

mendalami mata pembelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang di benci oleh

perserta didik akan tidak senang dengan pembelajaran yang di pegang oleh guru

dan membentuk sikap antisipasi terhadap mata pembelajaran yang di pelajari

tersebut.

c. Sosial

Berkomunikasi beriteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan

diluar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha untuk berkomunikasi

dengan orang tua perserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah antara

orang tua peserta didik serta masyarakat pada umumnya.Seorang guru juga

diharspkan memiliki jiwa entrepenur ship, yang artinya ia seorang kreatif,

inovasi selalu nosa mencari solusi dari setiap permasalahan sesuatu yang baru,

memiliki motivasi tinggi.

d. Professional

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan memberikan penugasan

mengenai materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta metode dan

teknik mengajar yang sesuai sehingga di pahami oleh peserta didik, mudah di

tangkap, tidak menimbulkan kesulitan ataupun keraguan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alasan Menggunakan Pendekatan Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode

deskriptif tentang “Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada Pembelajaran PPKn

di SMAN 8 Banjarmasin”. Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada

Pembelajaran PPKn di SMAN 8 Banjarmasin juga merupakan suatu

permasalahan yang kompleks, sehingga baiknya menggunakan metode

kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan wawacara

mendalam. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007:6)

merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada.

Melalui analisis deskriptif kualitatif, yaitu peneliti berusaha memberikan

informasi secara keseluruhan keadaan yang sedang berlangsung pada saat

penelitian dilakukan dengan sistematis. Penelitian ini yang diamati adalah

Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada mata pelajaran PPKn di SMAN 8

Banjarmasin agar dapat ditemukan informasi-informasi yang jelas mengenai

Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada mata pelajaran PPKn di SMAN 8

Banjarmasin.

45
46

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 BANJARMASIN beralamat di JL.

SMAN 8 Banjarmasin, ALALAK TENGAH, Kec. Banjarmasin Utara, Kota

Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan kode pos 70126. SMAN 8

BANJARMASIN memiliki akreditasi A, berdasarkan sertifikat 1336/BAN-

SM/SK/2019.

Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SMAN 8 Banjarmasin ialah

sekolah ini merupakan sekolah negri yang memiliki dua orang guru PPKn.

Sehingga kiranya kriteria yang tepat untuk perlu dikaji lebih dalam bagaimana

pelaksanaan gaya mengajar guru pada mata pelajaran PPKn di SMAN 8

Banjarmasin.

C. Sumber Data

1. Data Primer

a. Data yang berkenaan dengan apa saja gaya mengajar yang digunakan

oleh Guru mata pelajaran PPKn SMAN 8 Banjarmasin, yaitu dengan

Menginventarisir gaya mengajar guru, meliputi:

1) Proses pembelajaran:

a) Gaya mengajar:

b) Suara,

c) Penampilan,

d) Mimik wajah,

e) Penggunaan metode,
47

f) Penggunaan media,

g) Peran guru dan siswa,

h) Pola interaksi antara guru, isi/bahan pelajaran dan siswa,

berupa penggunaan pujian, hadiah, teguran, dan hukuman.

b. Data yang berkenaan dengan Pelaksanaan gaya mengajar guru pada

pembelajaran PPKn di SMAN 8 Banjarmasin, meliputi:

1) Gaya Mengajar Klasik,

2) Gaya Mengajar Teknologis,

3) Gaya Mengajar Pesonalisasi,

4) Gaya Menagajar Intraksional.

2. Data Sekunder

Data penunjang ini merupakan data pelangkap atau data yang dianggap

perlu yang bersifat mendukung data pokok, meliputi:

a. Sejarah berdirinya SMAN 8 Banjarmasin.

b. Gambaran umum lokasi penelitian.

c. Keadaan kepala sekolah, guru, siswa dan Staff tata usaha di SMAN 8

Banjarmasin.

d. Keadaan Fasilitas dan Sarana prasarana.

Penulis memperoleh data dalam penelitian ini dengan menggalinya

melalui:
48

1) Responden yakni guru mata pelajaran PPKn dan yang ditetapkan

sebagai subjek penelitian di SMAN 8 Banjarmasin yang berjumlah

2 orang.

2) Informan yakni sejumlah orang yang dapat memberikan

kelengkapan informasi dan data yang diperlukan berkaitan dengan

penelitian ini, seperti, siswa, staff tata usaha dan jika diperlukan

Kepala Sekolah.

3) Dokumenter yakni data-data yang berkenaan dengan penelitian

berasal dari sumber tertulis atau laporan tertulis maupun arsip yang

diperlukan dalam penelitian tentang lokasi penelitian dan data-data

lainnya.

D. instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah yang melakukan penelitian

itu sendiri yaitu “peneliti”. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan orang yang

membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang mengenai

penelitian tentang Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada Pembelajaran PPKn

di SMAN 8 Banjarmasin secara cermat, tertib dan leluasa.

Alat bantu yang digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dan penunjang

di lapangan yaitu pedoman wawancara, alat perekam, kamera, notebook dan

pena bolpoin. Hal tersebut sangat membantu peneliti dalam setiap proses

pengumpulan data maupun informasi yang bersangkutan dengan Pelaksanaan

Gaya Mengajar Guru pada Pembelajaran PPKn di SMAN 8 Banjarmasin.


49

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai Berikut:

1. Observasi

Teknik observasi diartikan sebagai metode atau cara-cara menganalisis

dan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai

tingkah laku dengan melihat atau mengamati tingkah laku atau aktivitas

individu maupun kelompok yang diteliti secara langsung yang dilakukan di

SMAN 8 Banjarmasin. Observasi pembelajaran dalam penelitian ini

menggunakan instrument check list, penelitian ini termasuk observasi non

partisipan karena penulis tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran,

penulis hanya sebagai pengamat. Observasi Ini digunakan agar penulis dapat

melihat secara langsung keadaan lokasi penelitian dan proses pembelajaran

untuk memperoleh informasi serta melengkapi sebagian dari data-data pokok

yang diperlukan pada objek penelitian mengenai Pelaksanaan Gaya Mengajar

Guru pada Pembelajaran PPKn di SMAN 8 Banjarmasin.

2. Wawancara

Teknik wawancara (interview) adalah metode pengambilan data dengan

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden

dengan cara bercakap-cakap langsung secara tatap muka. Wawancara

terstruktur ini disebut juga wawancara terkendali, yang dimaksudkan adalah

bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan

yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara terstruktur ini mengacu pada situasi


50

ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan kepada responden

berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu atau terbatas. Namun, peneliti

dapat juga menyediakan ruang bagi variasi jawaban, atau peneliti dapat juga

menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak menuntut keteraturan, hanya saja

pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Melalui teknik ini

penulis bermaksud untuk memperoleh data melalui wawancara yaitu dengan

bertanya langsung dengan responden maupun informan untuk mendapatkan

data tentang Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada Pembelajaran PPKn di

SMAN 8 Banjarmasin.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada 2 orang guru PPKn,

siswa, Staff Tata Usaha di SMAN 8 Banjarmasin dan jika diperlukan

wawancara juga dilakukan kepada Kepala Sekolah sebagai tambahan informasi

dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan kepada guru PPKn dan siswa

digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gaya mengajar guru PPKn.

Sedangkan wawancara yang dilakukan kepada Staff Tata Usaha digunakan

untuk memperoleh informasi mengenai keadaan siswa dan keadaan sekolah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian melalui

sejumlah dokumen (informasi di dokumentasi) berupa dokumen tertulis maupun

dokumen terekam. Dokumentasi ini adalah metode pelengkap untuk

memperoleh informasi tentang data-data. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh tentang data sekunder seperti gambaran umum lokasi penelitian,

sejarah dan perkembangan SMAN 8 Banjarmasin, keadaan siswa, keadaan guru


51

dan Staff tata usaha, serta fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki SMAN 8

Banjarmasin.

F. Teknik Analisis Data

Adapun dalam pengolahan data, ada beberapa teknik yang digunakan,

yaitu:

1. Koleksi data, yaitu penulis mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

untuk mendapatkan hasil penelitian yang diperlukan berkaitan dengan

gaya mengajar guru PKn SMAN 8.

2. Editing, yaitu penulis mencek kembali data yang telah terkumpul, apakah

masih ada yang kurang atau sudah lengkap, serta data-data tersebut sudah

dipahami atau belum sehingga siap disajikan .

3. Reduksi data, yaitu penulis mencatat kembali secara teliti dan rinci dengan

membuat rangkuman dari data yang telah diperoleh.

4. Penyajian Data (Display data), yaitu setelah mereduksi data kemudian

menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks

yang bersifat naratif.

Setelah data disajikan, selanjutnya penulis mengadakan analisis data.

Analisis data dilakukan untuk mengungkapkan Pelaksanaan Gaya Mengajar

Guru pada Pembelajaran PPKn SMAN 8 Banjarmasin.

Bentuk analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yakni

menggambarkan keadaan data yang ada dalam bentuk kalimat atau uraian

sehingga terlihat jelas bagaimana Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru Mata


52

Pelajaran PPKn SMAN 8 Banjarmasin. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan

dengan menggunakan metode induktif, yakni menarik kesimpulan dari hal-hal

yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum.

G. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang

telah diperoleh peneliti, pada penelitian Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru Mata

Pelajaran PPKn SMAN 8 Banjarmasin peneliti menggunakan teknik-teknik

sebagai berikut.

Trianggulasi (penggabungan) dalam pengujian kredibilitas diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu (Sugiyono, 2010 :372). Terdapat trianggulasi sumber,

triangulasi waktu, dan triangulasi teknik pegumpulan data, sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek kembali ke sumber lain, tetapi sumber data tersebut

harus setara dan sederajatnya. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Trianggulasi Waktu

Triangulasi waktu dalam penelitian ini yaitu dengan peneliti

mengumpulkan data dengan waktu yang berbeda-beda. Sewaktu-waktu data

yang dikumpulkan terdapat kekurangan peneliti melakukan pengumpulan data

pada waktu yang lain. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
53

(interview) kepada informan kunci untuk mendapatkan informan lainnya yang

berkaitan dengan Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada Pembelajaran PPKn

SMAN 8 Banjarmasin. Hasil uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan

ulang sampai data yang dikumpulkan menemukan kepastian. Melalui

triangulasi waktu pengumpulan data juga dapat dilakukan pada berbagai waktu

yaitu pagi, siang, maupun sore hari untuk mengetahui apakah informan

memberikan data yang sebenarnya.

3. Trianggulasi Teknik

Triangulasi teknik dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan berbagai

teknik dalam menentukan data Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru pada

Pembelajaran PPKn SMAN 8 Banjarmasin. Triangulasi teknik dilakukan untuk

menguji kredibilitas data yang dilakukan peneliti dengan cara yang berbeda.

Peneliti melakukan triangulasi teknik dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Peneliti melakukan pengecekan langsung dengan melakukan

teknik wawancara, serta dicek dengan observasi dan dokumentasi sehingga

hasil informasi yang diperoleh dapat diketahui dengan baik dan jelas.
54
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah SMAN 8 Banjarmasin

SMAN 8 Banjarmasin terletak di pinggiran kota, tepatnya di

Kelurahan Alalak Tengah Kecamatan Banjarmasin Utara Kota

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Sekolah ini memiliki

lingkungan yang indah dan asri serta perpustakaan yang nyaman bagi

siswa. SMAN 8 Banjarmasin berdiri di atas tanah seluas 8.109 meter

persegi yang tercatat dalam sertifikat Badan Pertanahan Nasional

Kotamadya Banjarmasin Nomor 17.01.04.05.4.00001 tanggal 28 Maret

1991. Sekolah ini didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 0363/0/1991

tanggal 20 Juni 1991 tentang Pembukaan dan Penegerian Sekolah Tahun

Pelajaran 1990/1991. Pembangunan SMAN 8 Banjarmasin dimulai pada

tanggal 11 September 1990 dan selesai pada tanggal 8 Pebruari 1991

dengan sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

SMAN 8 Banjarmasin memiliki 26 kelas, empat lab (Lab Biologi, Lab

Fisika, dan dua Lab Komputer), 939 siswa, dan 75 guru dan tenaga

kependidikan lainnya.

55
56

2. Tujuan SMAN 8 Banjarmasin

Tujuan Sekolah SMAN 8 Banjarmasin

a. Warga sekolah dapat menghayati dan melaksanakan ajaran

agama sesuai syariat dan dapat memiliki budi pekerti yang luhur

sebagai teladan di masyarakat

b. Sekolah mampu melaksanakan pembelajaran saintifik untuk

semua mata pelajaran

c. Siswa mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya

sebagai wujud prestasi belajar untuk mencapai cita-citanya demi

masa depan

d. Warga sekolah memiliki rasa cinta terhadap bangsa, negara dan

tanag air

e. Sekolah mampu mengembangkan jiwa seni dan keindahan yang

dimiliki siswan

f. Warga sekolah bersama-sama menjaga keamanan, ketertiban

sekolah, dan lingkungan

g. Warga sekolah mampu menjaga kebersihan baik di

lingkungan sekolah, tempat tinggal, dan lingkungan sekitar.

3. Visi & Misi SMAN 8 Banjarmasin


57

Visi SMAN 8 Banjarmasin

Berimtaq, berakhalqul karimah, unggul dalam prestasi, terampil, dan

mandiri

Misi SMAN 8 Banjarmasin

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan warga sekolah

b. Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama

c. Membentuk karakteristik siswa melalui pembelajaran secara efektif,

kreatif, dan inovatif

d. Meningkatkan disiplin warga sekolah

e. Mengembangkan potensi siswa

f. Menumbuh kembangkan semangat rasa cinta bangsan dan negara

g. Mengembangkan jiwa seni dan budaya serta kesetiakawanan

h. Menumbuh kembangkan rasa cinta kebersihan, keindahan,

kesehatan, dan kekeluargaan

4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Dalam menjalankan program pemebelajaran di sekolah, SMAN

8 Banjarmasin memiliki personil yang terdiri dari tenaga pengajar,

laboratorium, Pustakawan,satpam, dan petugas kebersihah.

N Tenaga Pengajar Ju
o mlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Wakil Kepala 1
Sekolah
3 Wakasek Sarpras 1
4 Wakasek 1
58

Kesiswaan
5 Kepala 1
Kepustakaan
6 Wakasek 1
Kurikulum
7 Kepala 1
laboratorium
8 Guru 49
9 Tata Usaha 11
10 Petugas Kebersihan 3
11 Petugas Keamanan 2
59

5. Sarana dan Prasarana

Bangun sekolah pada umumnya dalam keadaan baik. Jumlah dan keadaan

kelas untuk menunjang kegaiatan belajar memadai

No Fasilitas Pendukung Jumlah Keadaan

1 Ruang kepala sekolah 1 Baik

2 Ruang Wakil kepala sekolah 1 Baik

3 Ruang laboratorium bio-kimia 1 Baik

4 Ruang laboratorium fisika 1 Baik

5 Ruang laboratorium Komputer 3 Baik

6 Ruang Guru 1 Baik

7 Perpustakaan 1 Baik

8 Ruang UKS 1 Baik

9 Ruang BP/BK 1 Baik

10 Koperasi/Toko 1 Baik

11 Tata Usaha 1 Baik

12 Gudang 1 Baik

13 Ruang Osis 1 Baik

14 Aula 1 Baik

15 WCGuru 2 Baik

16 WC Siswi 5 Baik

17 WC Siswa 5 Baik

18 Ruang Ibadah 1 Baik

19 Ruang Penjaga Sekolah 1 Baik

20 Kantin 5 Baik

21 Lapangan Olahraga 1 Baik

22 Parkir 1 Baik
60

Djd

B. Hasil Penelitian

1. Gaya Mengajar Yang Digunakan Guru Mata Pelajaran Ppkn Di

SMAN 8 Banjarmasin

Dalam rangka memperoleh informasi mengenai gaya mengajar

yang dipraktikkan oleh guru PKn di SMAN 8 Banjarmasin beserta

implementasinya, penulis akan melakukan penilaian dengan menggunakan

beberapa indikator yang telah ditetapkan, di antaranya:

a. Proses Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa guna mencapai tujuan

pendidikan, di mana terjadi interaksi dan komunikasi timbal balik

antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

belajar.

1) Variasi Gaya Mengajar

a) Suara

Suara merupakan salah satu faktor penting dalam mengajar

sebab melalui suara siswa mendapatkan informasi, selain itu

intonasi nada, volume dan kecepatan suara mempunyai

pengaruh pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang penulis

lakukan kepada kedua guru PKn mengenai suara yang

ditampilkan pada saat mengajar tampak berbeda-beda.

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran ibu Qamariah

pada saat menjelaskan materi terdengar memiliki suara yang


61

lembut dan volume suara yang kurang keras, suara ibu

Qamariah tidak terdengar jelas di area belakang jika suasana

kelas ribut. Meskipun suara ibu Qamariah kurang keras, suara

yang ditampilkan memiliki intonasi yang jelas dan ibu

Qamariah meninggikan suara ketika memberikan teguran.

Sementara jika kegiatan pembelajaran siswa melakukan

diskusi, ibu Qamariah jarang berbicara. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara dengan siswa yang menyatakan suara ibu

Qamariah tidak terdengar sampai belakang ketika menjelaskan

materi.

“Suara ibu Qamariah jika mengajar sering tidak terdengar


sampai bangku belakang dan jarang sekali beliau mengajar
dengan cara ceramah, beliau memprioritaskan kami yang
aktif dalam pembelajaran”

Sejalan dengan penjelasan yang diberikan ibu Qamariah

yang menyampaikan bahwa:

“intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses


belajar mengajar sangat penting untuk membangun
hubungan yang baik dengan siswa. Ibu berusaha untuk
memperhatikan intonasi suara yang digunakan agar
terdengar ramah dan lembut, tetapi jika ibu lagi menegur
ibu akan naikkan intonasi suara ibu”.

Sementara ibu Nuraini pada saat menyampaikan materi

terdengar memiliki suara yang tegas, jelas dan nyaring yang

terdengar kesemua penjuru kelas, intonasi suara yang

ditampilkan ibu Nuraini turun naik, jika kondisi kelas aman


62

terkendali intonasi yang ditampilkan ibu Nuraini datar

sementara jika kondisi kelas ribut maka ibu Nuraini menaikkan

intonasi suara.

Ibu Nuraini mengatakan:

“intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses


pembelajaran harus tegas dengan siswa, sehingga siswa
merasa termotivasi untuk belajar dan perlu dinaikkan jika
kelas ribut agar semua siswa mendengar.

Sementara ketika siswa melakukan kegiatan diskusi ibu

Nuraini hanya diam memperhatikan siswa dan

memberikan teguran dengan suara yang lantang ketika siswa

kurang memperhatikan jalannya diskusi.

b) Penampilan

Kata "tampil" merupakan asal-usul kata "penampilan",

yang merujuk pada suatu tindakan atau perilaku yang

diperlihatkan oleh seseorang atau ditempatkan dalam bentuk

tampilan atau tindakan di tempat kerja. Modal penting bagi

seorang guru untuk mendukung kelancaran proses belajar-

mengajar di kelas adalah penampilan guru. Suasana belajar

yang nyaman dan efektif di dalam kelas dapat diciptakan

melalui penampilan guru. Termasuk dalam penampilan adalah

sikap dan tingkah laku, seperti gerakan badan dan perpindahan

posisi saat mengajar. Efek dari penampilan guru yang baik


63

adalah terciptanya suasana belajar yang tenang dan nyaman

bagi siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran

yang penulis lakukan kepada kedua guru PKn di SMAN 8

Banjarmasin mengenai penampilan guru saat mengajar terlihat

kedua guru sudah berpakaian sopan dan rapi mengenakan

pakaian seragam dinas profesi keguruan. Selain itu kedua guru

PKn juga mengadakan perpindahan posisi saat mengajar, ibu

Qamariah ketika siswa berdiskusi melakukan berpindah posisi

duduk di kursi belakang atau dikursi tengah-tengah siswa

sembari memperhatikan siswa, dan sesekali ibu Qamariah

berjalan mengelilingi kelas melihat hasil catatan siswa dan

menghampiri siswa yang asik sendiri. Selain itu sembari

menjelaskan atau menyimpulkan materi, ibu Qamariah

memberikan isyarat dengan gerakan tangan. Sejalan dengan

yang disampaikan beliau:

“Saya selalu berpakaian santai, namun tetap sopan dan


rapi, agar bisa memberikan kesan yang bersahabat dan
terbuka dengan siswa dan saya juga dalam tampil
mengajar selalu berkeliling untuk mencek siswa dan tugas
tugas siswa”.

Berbeda denga Ibu Qamariah, ibu Nuraini menjelaskan

bahwa:

“Kalau mengajar saya dengan pakaian yang formal sesuai


dengan jadwal dresscode sekolah, ketika tampil mengajar
saya biasanya hanya disekitaran depan kelas karena suara
saya dapat terdengar samapi kebelakang dan murid
64

biasanya takut saya tegur”

Ibu Nuraini melakukan perpindahan posisi hanya di area

depan kelas saja, ibu Nuraini melakukan perpindahan posisi

dari tempat duduk guru ke area papan tulis ketika ada yang

dicatat di papan tulis. Sementara gerak tubuh yang ditampilkan

guru ketika mengajar adalah dengan menggerakkan tangan

ketika ibu Nuraini memerintahkan siswa yang tidak

menyelesaikan tugas. Selain itu, gerak tangan juga ditampilkan

ketika menjelaskan materi sambil menulis dipapan tulis.

c) Mimik Wajah

Mimik wajah atau ekspresi yang ditampilkan pada saat

mengajar merupakan salah satu alat komunikasi yang kuat

berupa pesan nonverbal yang disampaikan guru pada saat

menyampaikan materi.

Berdasarkan observasi dan wawancara pembelajaran yang

penulis lakukan terlihat masing- masing guru PKn di SMAN 8

Banjarmasin menampilkan mimik yang beragam sesuai dengan

pembawaan masing-masing. Ibu Qamariah pada saat

menjelaskan materi dengan metode ceramah menampilkan

mimik wajah yang datar dan terkadang memberikan senyuman

serta terkadang mengerutkan dahi dan menaikkan alis ketika

menegaskan materi. Ibu Qamariah menjelaskan:

“saya berusaha untuk mempertahankan ekspresi wajah


yang positif dan memberikan senyum, untuk memberikan
65

kesan yang positif pada siswa tetapi kadang bila lagi


kelelahan gestur wajah tidak bisa dikondisikan”

Sementara ketika proses pembelajaran menggunakan

metode diskusi mimik wajah yang ditampilkan terlihat datar

dan sesekali guru tersenyum ketika siswa menjawab

pertanyaan yang diajukan.

Adapun ibu Nuraini pada saat menggunakan metode

ceramah menampilkan wajah yang datar, terlihat tegas dan

berwibawa serta tidak dibuat-buat. Ibu Nuraini menjelaskan

bahwa:

“Murid saya sering berpendapat bahwa wajah saya ini datar


dan terlihat tegas, tetapi saya aslinya sangat ramah jika
murid-murid memperhatikan pembelajaran”

Sementara ketika kegiatan pembelajaran dilakukan dengan

diskusi mimik wajah yang ditampilkan datar saja.

2) Penggunaan Metode

Motede adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran

yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan

pelajaran. Penggunaan metode sangatlah penting dalam

menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan metode

yang digunakan ibu Qamariah adalah metode diskusi.

Siswa mengatakan:

“Ibu Qamariah biasanya menggunakan Tanya jawab dan


ceramah. Namun yang paling utama adalah metode
diskusi”.
66

Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh ibu

Qamaraiah ketika diwawancarai, beliau mengatakan:

“Saya biasanya memberikan materi dengan menyampaikan


langsung kepada murid atau sering disebut ceramah, saya
juga kadang diskusi jika materinya memungkinkan untuk
diskusi, dan tanya-jawab pada akhir pembelajaran”.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran baik observasi yang

pertama, kedua maupun ketiga yang penulis lakukan terlihat

bahwa guru menerapkan metode diskusi pada kegiatan pertama

pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk presentasi hasil makalah yang telah dibuat secara

berkelompok. Sedangkan metode Tanya jawab dilaksanakan

ketika presentasi makalah telah selesai dan dibuka sesi Tanya

jawab, sementara metode ceramah dilaksanakan diakhir

pembelajaran ketika siswa telah selesai berdiskusi, ibu

Qamariah menerangkan kembali dengan metode ceramah.

Hasil wawancara dan observasi tersebut sudah sesuai dengan

wawancara kepada beberapa siswa yang mengatakan bahwa ibu

Qamariah disetiap pembelajaran menggunakan metode diskusi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuraini pada

umumnya beliau menggunakan metode diskusi

“Saya sering mengadakan diskusi ketika pembelajaran.


dengan adanya metode diskusi siswa dapat belajar untuk
saling bekerjasama, saling menghargai antar siswa sehingga
tidak ada lagi diskriminasi antara siswa yang pandai dan
tidak”.
67

Selain itu salah satu cara untuk menanggulangi kurangnya rasa

kepedulian siswa terhadap sesama akibat perkembangan teknologi

yang semakin canggih, sehingga dapat mengajarkan dan melatih

siswa untuk terbiasa berinteraksi serta mengajarkan bahwa dalam

mengerjakan sesuatu tidak akan berhasil tanpa ada kerjasama, dari

awal pembuatan makalah sampai kegiatan diskusi ibu Nuraini

tetap membimbing siswa. Selain penggunaan metode diskusi ibu

Nuraini juga menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab

serta demonstrasi. Dalam pememilihan metode tersebut hal yang

dipertimbangkan oleh beliau adalah materi, kondisi siswa dan

alokasi waktu yang tersedia.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang penulis

lakukan terlihat bahwa pada observasi pembelajaran yang pertama

dan kedua, ibu Nuraini menggunakan metode ceramah dan

Tanya jawab, metode ceramah dilaksanakan ibu Nuraini dengan

menjelaskan materi mengenai pembagian Kekuasaan Negara

Republik Indonesia sementara metode Tanya jawab dilaksakan

ketika ibu Nuraini memberikan soal berkenaan dengan

pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia. Adapun

metode diskusi dilaksanakan ibu Nuraini pada observasi

pembelajaran yang ke tiga yang mana dilaksanakan secara

berkelompok. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil

makalahnya dengan menampilkan slide power point sementara


68

kelompok lain menyimak dan memperhatikan serta memberikan

pertanyaan dan tanggapan ketika sesi Tanya jawab dimulai.

3) Penggunaan Media

Penggunaan media dalam proses pembelajaran sangatlah

penting guna mendukung jalannya proses belajar mengajar,

berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada ibu

Qamariah, media yang digunakan ketika mengajar ialah LCD

dan papan tulis.

Ibu Qamariah Menjelaskan bahwa:

“Untuk Media Pembelajaran ibu biasanya menggunakan


PowerPoint dan display lainnya seperti papan tulis untuk
memberikan materi kepada siswa kelas”.

Hal tersebut sudah sesuai dengan observasi pembelajaran yang

penulis lakukan pada keseluruhan kegiatan observasi

pembelajaran dimana terlihat media yang digunakan ialah LCD

untuk menampilkan slide power point hasil makalah siswa saat

presentasi kelompok, dan media papan tulis digunakan untuk

menulis pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa serta menulis

jawaban dari pertanyaan tersebut, papan tulis juga digunakan ibu

Qamariah untuk mencatat materi yang penting ketika ibu

Qamariah menjelaskan kembali materi.

Berdasarkan wawancara kepada guru maupun observasi

pembelajaran yang telah dilakukan sudah sesuai dengan

wawancara kepada beberapa siswa yang menyatakan pada


69

pembelajaran ibu Qamariah menggunakan LCD dan papan tulis.

ibu Qamariah mengatakan

“Saya menggunakan LCD untuk mengajar agar materi dapat


disampaikan kepada siswa dengan mudah, saya juga sering
membagikan PPT yang saya buat agar siswa lebih memahami
materi”
Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Nuraini, beliau

mengatakan

“media yang digunakan ialah LCD, papan tulis dan pada


umumnya siswa yang dilibatkan seperti mempresentasikan
hasil pembelajarannya di depan kelas”,

Ibu Nuraini memberikan stimulus pertama kemudian siswa

yang lebih aktif. Apa yang dikatakan oleh Ibu Nuraini tersebut

sudah sesuai dengan observasi pembelajaran yang penulis

lakukan,Ibu Nuraini menggunakan media LCD dan papan tulis

serta Ibu Nuraini selalu melibatkan siswa dengan memberikan

stimulus dan siswa merespon, hal ini terlihat pada observasi

pertama dan kedua. Pada observasi pertama ibu Nuraini

menggunakan papan tulis untuk menulis materi pembagian

Kekuasaan Negara Republik Indonesia. Sementara pada observasi

kedua ibu Nuraini menggunakan media LCD untuk menampilkan

PPT dan pada observasi ketiga LCD digunakan untuk

menampilkan slide power point pada saat presentasi kelompok

dalam kegiatan diskusi.

Sehingga siswa memang diharuskan untuk bisa memanfaatkan

teknologi yang tersedia guna mendukung pembelajaran.


70

Sementara berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa

kelas X dan XI diketahui guru jarang menggunakan media, dan

jika menggunakan media hanya media papan tulis yang

digunakan untuk mencatat materi.

Siswa kelas X mengatakan

“ibu Qamariah dan ibu Nuraini sama-sama menggunakan


LCD dalam pemaparan materi, kami juga sering diberikan
tugas membuat materi untuk ditampilkan di depan kelas”

Selain itu siswa kelas XI juga mengatakan hal yang sama

“Kami biasanya menggunakan PPT untuk mempresentasikan


tugas yang diberikan guru kepada kami, ibu Qamariah dan
ibu Nuraini biasanya menampilkan slide dengan LCD”

ibu Qamariah dan ibu Nuraini menggunakan media LCD untuk

menampilkan slide power point sebagai bahan presentasi bagi

siswa pada observasi pembelajaran yang ke tiga, sementara ibu

Nuraini menggunakan media LCD untuk materi pembagian

Kekuasaan Negara Republik Indonesia yang terlihat ketika

observasi pembelajaran yang ke 1 dan 2, sementara pada

observasi ketiga ibu Nuraini menggunakan media LCD berupa

slide power point untuk presentasi kelompok oleh siswa.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran tersebut sudah

sesuai dengan wawancara kepada kedua guru PKn dan beberapa

siswa. Berdasarkan wawancara dengan ibu Qamariah,

mengatakan media yang digunakan ialah LCD untuk

menampilkan power point yang telah dibuat oleh siswa dalam


71

kegiatan presentasi kelompok. ibu Qamariah juga menyebutkan

bahwa penggunaan media LCD ini terkadang bisa terkendala

dengan kondisi LCD yang tidak berfungsi/rusak namun bisa saja

diatasi dengan meminjam LCD di tempat lain sehingga memakan

waktu pembelajaran. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan

beberapa siswa melalai wawancara yang penulis lakukan bahwa

ibu Qamariah menggunakan media LCD.

Adapun berdasarkan wawancara kepada ibu Nuraini

mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan

media LCD dan papan tulis ketika ada yang harus dicatat. Sama

halnya dengan ibu Qamariah, dalam penggunaan media LCD ibu

Nuraini juga mengatakan terkendala oleh beberapa fasilitas LCD

di kelas tertentu yang tidak berfungsi dengan baik sehingga

penggunaan media LCD sebagai alat untuk menampilkan slide

power point yang dibuat oleh siswa guna mendukung jalannya

presentasi kelompok saat diskusi tidak bisa terlaksana.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa

menyebutkan dalam pembelajaran oleh ibu Nuraini sering

menggunakan media LCD untuk menampilkan power poit.

Sementara ibu Qamariah berdasarkan wawancara yang penulis

lakukan menyebutkan menggunakan media LCD dan terkadang

memanfaatkan media handphone sebagai alat pendukung

penggunaan aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran


72

PKn sesuai dengan yang dikehedaki kurikulum 2013 yang

berbasis IT, dalam penggunaannya ibu Nuraini tetap memberikan

kontrol, arahan dan memberikan perhatian dalam pemanfaatan

handphone tersebut. Sementara berdasarkan wawancara kepada

beberapa siswa mengenai penggunaan media saat pembelajaran

diketahui bahwa guru menggunakan media LCD sebagai alat

untuk menampilkan power point ketika siswa presentasi

kelompok.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan wawancara

kepada guru PKn maupun siswa menunjukkan bahwa ibu

Qamariah dan ibu Nuraini dalam kegiatan pembelajaran

menggunakan LCD sebagai media/alat untuk menunjang

pembelajaran.

2. Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru Pada Pembelajaran PKn Di SMAN 8

Banjarmasin

Selama proses pembelajaran berlangsung, penulis mengamati secara

langsung proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Untuk

mengetahui pelaksanaan gaya mengajar guru pada pembelajaran PKn maka

akan diuraikan melalui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Gaya Mengajar Klasik

Gaya mengajar klasik secara umum banyak digunakan oleh kedua

guru mata pelajaran PKn di SMAN 8 Banjarmasin pada saat awal kegiatan
73

pembelajaran. Hal itu terlihat dalam setiap kegiatan proses pembelajaran

khususnya ketika jam pelajaran yang pertama dimana kedua guru PKn

tetap memelihara nilai-nilai lama berupa sikap relegius yang diterapkan

sebelum memulai pembelajaran. Berdasarkan observasi pembelajaran yang

penulis lakukan kepada dua orang guru PKn.

Ibu Qamariah menjelaskan bahwa :

“Saya mengakui bahwa saya lebih dominan dalam menjelaskan


materi, memulai pembelajaran dengan berbagai rangkaian doa
agar pembelajaran menjadi berkah. namun saya juga
menampilkan materi yang lebih menarik untuk disimak
menggunakan media seperti slide dan video”

Pemeliharaan nilai-nilai lama berupa sikap religius terlihat ketika

di jam pelajaran pertama guru mengajak siswa untuk membaca doa

sebelum belajar secara bersama-sama. Selain itu, sikap religius dan

tanggung jawab juga diterapkan ketika diakhiri pembelajaran dimana

kedua guru mengajak siswa untuk mengucapkan Hamdalah dan

membersihkan sampah yang ada. Hal itu membuktikan bahwa, dua orang

guru PKn memelihara nilai-nilai lama berupa membiasakan sikap berdoa

sebelum memulai pembelajaran sebagai wujud meminta ilmu yang

bermanfaat kepada Tuhan.

Bahan pelajaran yang digunakan ibu Nuraini tidak berdasarkan

minat siswa, juga dapat dibuktikan berdasarkan hasil wawancara dengan

siswa A yang mengatakan bahwa:

“Bahan pelajaran sesuai dengan buku paket, guru tidak pernah


meminta pendapat siswa dalam menentukan bahan pelajaran,
namun lebih sering menyesuiakan dengan buku paket yang
digunakan, siswa hanya mengikuti sesuai dengan yang
74

diperintahkan oleh guru”.

Siswa juga memberikan tanggapan yang sama terhadap gaya

mengajar yang dilakukan oleh ibu Nuraini

“Ibu Nuraini biasanya mengajar menggunakan gaya ceramah yang


lumayan membosankan dan membuat ngantuk kami (siswa)
makanya kami lebih suka membaca buku yang telah disediakan di
buku paket”

Ibu Nuraini juga memberikan pernyataan bahwa:

“Saya cenderung lebih dominan dalam menjelaskan materi,


namun ia juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan berdiskusi jika ada pelajaran yang memungkinkan
untuk kegiatan diskusi”.

Dapat diketahui bahwa dalam menentukan bahan pelajaran guru

tidak melibatkan siswa sehingga bahan pelajaran yang digunakan tidak

berdasarkan minat siswa melainkan berdasarkan urutan materi dalam buku

paket.

Guru sebagai center dan harus benar-benar paham tentang materi

pembelajaran. Hal ini terlihat pada hasil observasi yang penulis lakukan

diketahui pada observasi pembelajaran yang pertama dan kedua oleh ibu

Nuraini dan observasi pembelajaran 1, 2 dan ke 3 ibu Nurainiertindak

sebagai center dimana pada saat kegiatan proses pembelajaran

berlangsung, semua materi yang dipelajari disampaikan oleh guru.

Sementara siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh

ibu Nuraini dan sesekali merespon apa yang diajukan guru.


75

b. Gaya Mengajar Teknologis

Pada gaya mengajar teknologis fokus terletak pada kompetensi

siswa secara individu, namun pada pelaksanaannya tidak nampak dalam

kegiatan pembelajaran oleh kedua guru PKn. Berdasarkan hasil

wawancara kepada masing-masing guru PKn, baik ibu Qamariah dan B

pada kegiatan pembelajaran yang menjadi fokus bukan terletak pada

kompetensi siswa secara individu melainkan kedua guru PKn

menggunakan standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebagai

fokus dan tujuan dari proses pembelajaran sehingga pada saat kegiatan

pembelajaran fokus guru PKn tidak terletak pada kompetensi siswa secara

individu melainkan semua siswa disetarakan, untuk pelajaran PKn sendiri

kreteria ketuntasan minimum (KKM) di SMAN 8 Banjarmasin

Banjarmasin yang harus dicapai oleh siswa ialah nilai 80.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada ibu

Qamariah diketahui bahwa ibu Qamariah memberikan tugas makalah

secara berkelompok, yang dibagi secara acak tanpa melihat

kompetensi individu masing-masing siswa, semua siswa disetarakan.

Hal ini juga didukung dengan wawancara kepada beberapa siswa yang

mengatakan bahwa di awal semester ibu Qamariah memberikan tugas

makalah secara berkelompok yang berjumlah antara 8 atau 9 kelompok

tergantung jumlah siswa di dalam satu kelas, Siswa mengatakan:

“Ibu Qamariah biasanya memberikan kami tugas berkelompok


secara acak, namun sebelum memberikan tugas beliau
menjelaskan hampir semua materi dengan menggunakan PPT
agar pengerjaan tugas kami lebih mudah”
76

masing-masing kelompok mendapatkan materi yang berbeda

namun dalam pembagiannya dilakukan secara acak.

Dari wawancara dengan ibu Qamariah dapat diketahui bahwa ibu

Qamariah :

“Saya sering menggunakan teknologi dalam mengajar, terutama


dalam menyampaikan materi menggunakan PPT dan membagi
kelompok untuk tugas makalah, sebelum menugaskan saya akan
memberikan materi untuk menggambarkan materi yang akan
mereka kerjakan berkelompok”

dalam memberikan tugas makalah yang dibagi secara acak pada

semua siswa tanpa melihat mana siswa yang pandai dan tidak,

membuktikan bahwa fokus pembelajaran pada kegiatan pembelajaran ibu

Qamariah tidak terletak pada kompetensi siswa secara individual.

Sementara berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang ke 1 dan

ke 2 kepada ibu Nuraini terlihat ibu Nuraini memberikan soal yang sama

mengenai Kekuasaan Negara Republik Indonesia secara dikte kepada

semua siswa sementara siswa mencatat di buku latihannya, kemudian ibu

Nuraini dan siswa secara bersama-sama memecahkan soal.

Dalam wawancaranya ibu Nuraini menjelaskan bahwa:

“Saya biasanya mendektikan materi pembelajaran dan


memecahkan masalah soal bersama-sama murid, media yang
digunakan pun biasanya juga papantulis dan kadang laptop agar
lebih mudah dalam menyampaikan materinya”.

Dari wawancara tersebut pembelajaran tersebut dapat diketahui

bahwacara ibu Nuraini dalam memberikan soal yang sama pada semua

siswa membuktikan bahwa fokus pembelajaran ibu Nuraini tidak terletak

pada kompetensi siswa secara individu. Selain itu, berdasarkan wawancara


77

kepada ibu Nuraini, di awal semester guru memberikan tugas makalah

kepada siswa yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok untuk membahas

materi sesuai dengan pembahasan masing-masing, dalam pembagian

kelompok dan pembahasan materi ibu Nuraini dibagikan secara acak

tanpa melihat kompetensi masing-masing siswa, tidak ada yang pandai

atau yang lebih pandai namun semuanya disamaratakan.

Berdasarkan hasil observasi maupun wawancara tersebut

menunjukkan bahwa cara guru memberikan soal dan tugas yang sama

pada semua siswa membuktikan bahwa dalam fokus pembelajaran ibu

Nuraini tidak terletak pada kompetensi siswa secara individu.

Pada pelaksanaan gaya mengajar teknologis bahan pelajaran sesuai

dengan tingkat kesiapan siswa. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran

yang dilakukan penulis baik pada kegiatan pembelajaran ibu Qamariah

dan ibu Nuraini dalam proses kegiatan pembelajaran terlihat siswa sudah

mengikuti pembelajaran dengan tingkat kesiapan yang baik, hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil observasi ketika guru menanyakan kesiapan

siswa, siswa merespon dengan baik yang ditandai dengan siapnya buku

pelajaran maupun buku paket di atas meja masing-masing siswa, serta

dalam kegiatan pembelajaran ibu Qamariah dan ibu Nuraini pada saat

kegitan diskusi, siswa yang akan presentasipun terlihat sudah

mempersiapkan bahan presentasinya, sehingga dalam proses kegiatan

pembelajaran tidak mengalami kendala dalam masalah kesiapan siswa

dalam belajar.
78

Pada gaya mengajar teknologis bahan pelajaran disusun oleh ahli

dalam bidangnya. Berdasarkan hasil wawancara kepada kedua guru PKn,

mereka secara umum mengatakan bahwa bahan pelajaran yang digunakan

adalah buku paket kurikulum 2013 sebagai buku acuan utama yang

tentunya sudah disusun oleh pemerintah yang ahli dalam bidangnya

masing-masing tentunya sesuai dengan tujuan dan fungsi mata pelajaran

PKn itu sendiri, sehingga guru PKn hanya menjalankan apa yang telah

diprogramkan oleh pemerintah.

Pada pelaksanaan gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan guru

untuk menggunakan media. Berdasarkan observasi pembelajaran yang

penulis lakukan penggunaan media terlihat pada kegiatan pembelajaran

ibu Qamariah dan ibu Nuraini yang menggunakan media LCD sebagai alat

untuk menamilkan slide power point.

c. Gaya Mengajar Personalisasi

Pada pembelajaran gaya mengajar personalisasi dilakukan

berdasarkan atas minat, pengalaman dan pola perkembangan mental

siswa. Pada kegiatan pembelajaran oleh kempat guru PKn di SMAN 8

Banjarmasin tidak nampak terlihat berdasarkan minat siswa, pada hasil

observasi pembelajaran oleh kedua guru PKn di SMAN 8

Banjarmasin, kedua guru PKn sebelumnya telah menyiapkan bahan

pelajaran tanpa melibatkan siswa, hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara dengan kedua guru PKn mengenai pemilihan bahan pelajaran

yang digunakan, secara umum mereka mengatakan bahan pelajaran yang


79

digunakan dipilih berdasarkan kurikulum 2013 yang diterapkan oleh

madrasah bukan tergantung minat siswa.

Ibu Qamariah mengungkapkan:

“saya tidak mengajar sesuai keinginan siswa karena disini saya


sebagai guru yang juga harus mengikuti RPP pembelajaran dan
materi yang ada di buku sekolah, siswa juga tidak masalah akan hal
ini”

Pada kegiatan pembelajaran ibu Qamariah pada observasi ke 1, 2

dan 3 tidak nampak bahwa proses pembelajaran dilakukan tidak

berdasarkan minat siswa, namun dilakukan berdasarkan urutan materi di

dalam buku paket dan berdasarkan pengalaman serta pola perkembangan

siswa melalui kegiatan diskusi kelompok, hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara kepada siswa yang mengatakan bahwa ibu Qamariah dalam

menyampaikan materi tidak berdasarkan minat siswa akan tetapi

berdasarkan urutan materi yang ada dalam buku paket, namun ibu

Qamariah melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui kegiatan

diskusi. Siswa mengungkapkan

“Ibu Qamariah selalu mengikuti materi yang ada dalam buku


LKS maupun buku paket”

Pada kegiatan pembelajaran ke 1, 2 dan 3 oleh ibu Nuraini tidak

nampak bahwa proses pembelajaran dilakukan berdasakan minat,

pengalaman dan pola perkembangan siswa. Hal ini juga diperkuat dengan

hasil wawancara dengan beberapa siswa terkait dengan keterlibatan siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa

:
80

“Ibu Nuraini mengajar tidak berdasarkan minat kami, beliau


biasanya menggunakan materi yang ada di buku dan
mendiskusikannya secara berkelompok di kelas”

Diketahui bahwa pada saat menyampaikan materi dalam kegiatan

pembelajaran ibu Nuraini selalu berinteraksi dengansiswa, ibu Nuraini

melibatkan siswa dalam diskusi sehingga dalam kegiatan pembelajaran

siswa lebih banyak mendominasi dan memegang peran aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran maupun diskusi interaksi.

d. Gaya Interaksional

Pelaksanaan gaya mengajar intraksional tampak pada guru dan siswa

sama-sama dominan dalam kegiatan pembelajaran, guru menciptakan

suasana pembelajaran yang saling ketergantungan.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang penulis lakukan kedua

guru PKn berbeda-beda dalam menciptakan suasana saling

ketergantungan.

ibu Qamariah menciptakan suasana saling ketergantungan dalam

kegiatan diskusi, yang mana dalam kegiatan diskusi timbulnya dialog

antara siswa dan guru, hal ini terlihat ketika observasi pembelajaran ke 1,

2 dan 3 antara siswa dengan siswa.

Ibu Qamariah Mengungkapkan:

“Saya jarang mengadakan diskusi didalam kelas karena biasanya


jika diadakan diskusi maka kelas tidak akan kondusif dan siswanya
banyak yang tidak memperhatikan jalannya diskusi”

Ibu Qomariah mengadakan diskusi hanya sesekali untuk materi yang

mendukung jalannya diskusi, dikarenakan kondisi kelas yang biasanya


81

tidak kondusif.

Salah satu kegiatan yang tampak dimana guru dan siswa memiliki

peran yang sama-sama dominan dalam kegiatan pembelajaran ibu Nuraini

adalah pada saat siswa melakukan diskusi Kekuasaan Negara Republik

Indonesia, hal ini terlihat pada observasi pembelajaran pertama dan kedua

guru menjelaskan cara menghitung Kekuasaan Negara Republik Indonesia

kemudian siswa melakukan percobaan dari soal yang diberikan guru,

kemudian beberapa siswa diminta mempraktekkan dan menjelaskan

percobaan yang telah dilakukan dan siswa bersama guru memecahkan soal

Kekuasaan Negara Republik Indonesia secara bersama-sama. Sementara

pada observasi pembelajaran ke tiga ibu Nuraini menciptakan suasana

saling ketergantungan dalam kegiatan diskusi kelompok. Guru dan siswa

memodifikasi materi pembelajaran dalam rangka mencari bentuk baru

secara radikal sebagai wujud adanya transformasi terlihat dalam

pembelajaran oleh ibu Qamariah dan Nuraini. Berdasarkan hasil

wawancara kepada masing-masing guru diketahui bahwa dalam

pembelajaran siswa ditugaskan memodifikasi materi pembelajaran dalam

bentuk makalah, yang dilakukan secara berkelompok dan siswa bebas

mengambil bahan dari mana saja. Tugas makalah diberikan ibu Qamariah

dan Nuraini sejak awal pertemuan dalam satu semester, untuk kegiatan

pembelajaran ibu Qamariah, tugas makalah dipresentasikan secara

bergiliran setiap minggunya dan dimulai seminggu setelah pembagian

tugas diberikan.
82

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran oleh ibu Qamariah tampak

pada keseluruhan observasi proses pembelajaran, yang mana pada setiap

kegiatan pembelajaran siswa melakukan metode ceramah, dengan

menampilkan slide power point dengan bantuan media LCD. Sementara

pada kegiatan proses pembelajaran ibu Nuraini tampak pada observasi

pembelajaran yang ketiga, dimana siswa melakukan presentasi hasil

makalah dengan menampilkan power point.

Pada keseluruhan kegiatan pembelajaran terlihat ibu Qamariah

cenderung mengarah kepada gaya mengajar klasik dan teknologis. Ibu

Nuraini cenderung mengarah pada gaya mengajar intraksional dan klasik.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pembelajaran dan wawancara yang

penulis lakukan di SMAN 8 Banjarmasin.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Gaya Mengajar Yang Dilaksanakan Guru Mata Pelajaran PKn di

SMAN 8 Banjarmasin

Marzuki (2011) tentang gaya mengajar mengemukakan gaya

mengajar adalah kebiasaan yang disukai yang berkaitan dengan peserta

didik baik dari tingkah laku maupun cara bicara. Gaya mengajar yang

dilaksanakan oleh guru mencerminkan bagaimana guru tersebut mengajar

dan gaya mengajar yang dimiliki merupakan gaya mengajar menurut

pandangannya sendiri.

Sebagaimana data yang diuraikan pada penyajian data, gaya

mengajar yang dilaksanakan guru mata pelajaran PKn di SMAN 8


83

Banjarmasin secara umum dilaksanakan dengan beraneka ragam, hal ini

dapat dilihat dari dilaksanakannya beberapa indikator sebagai berikut:

a. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan

imbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya

tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran diantaranya pendidik,

peserta didik, lingkungan, metode atau teknik serta media yang

digunakan.

1) Gaya Mengajar

a) Suara

Ismail (2013) Suara guru sangat mempengaruhi dalam

proses pengajaran. Pada saat menjelaskan materi suara guru

hendaknya bervariasi baik dalam intonasi, volume, nada dan

kecepatan serta diatur supaya berirama yang menarik dan tidak

membosankan serta dapat didengar oleh seluruh kelas.

Sesuai dengan data yang dipaparkan sebelumnya dapat

dianalisi bahwa suara yang ditampilkan kedua guru PKn di

SMAN 8 Banjarmasin pada saat proses pembelajaran

beraneka ragam. Adapun ibu Qamariah pada saat

melaksanakan gaya mengajar klasik dengan menggunakan


84

metode ceramah dari segi suara masih kurang maksimal

keduanya memiliki volume suara yang kurang keras tidak

dapat didengar oleh seluruh kelas sehingga dapat mengalihkan

perhatian siswa yang dapat membuat suasana kelas menjadi

ramai. Keadaan suara ibu Qamariah kurang keras tersebut

disebabkan oleh faktor usia yang sudah memasuki usia

pensiun. Sementara suara ibu Nuraini pada saat melaksanakan

gaya mengajar klasik dengan metode ceramah sudah baik,

suara guru terdengar ke seluruh ruangan kelas, guru

menyesuaikan dengan kondisi kelas jika kondisi kelas mulai

ramai maka guru meninggikan suara, begitu pula jika ada kata-

kata tertentu yang penting maka ibu Qamariahkan memberikan

tekanan, sehingga dapat dikatakan penggunaan suara oleh ibu

Nuraini sudah maksimal.

b) Penampilan

Keke (2018) Guru hendaknya dapat berpenampilan menarik

dihadapan siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan

menjaga kebersihan diri dalam berbusana, baik badan maupun

pakaian serta berpakaian sopan dan rapi. Guru yang selalu

tampil rapi dan menarik akan mendorong siswa untuk

berpakaian rapi dan berpenampilan menarik pula. Pada saat

mengajar hendaknya tingkah laku yang ditampilkan oleh guru

wajar dan tidak dibuat-buat serta tidak kaku.


85

Berdasarkan penyajian data yang dipaparkan sebelumnya,

terlihat bahwa penampilan kedua guru PKn pada saat mengajar

sudah tampil dengan maksimal, yang mana kedua guru PKn

sudah tampil mengajar dengan pakaian yang rapi dan sopan

sesuai dengan pakaian profesi guru. Selain itu kedua guru juga

melakukan perpindahan posisi tidak terpacu pada satu titik

saja, perpindahan yang dilakukanpun sudah wajar dan tidak

dibuat-buat. Adapun ibu Qamariah ketika melaksakan gaya

mengajar teknologis dan intraksional melakukan perpindahan

posisi yang beragam terkadang ibu Nurainierkeliling kelas,

terkadang duduk dibelakang dan ditengah-tengah siswa dan

terkadang melakukan perpindahan posisi di area depan kelas,

selain itu ketika ibu Qamariah melaksankan gaya mengajar

klasik terlihat memberikan gerakan tubuh berupa gerakan

tangan ketika menjelaskan materi.

Sementara Ibu Nuraini dari segi penampilan dalam

perpindahan posisi ketika melaksanakan gaya melaksanakan

gaya mengajar klasik, mengajar kurang maksimal, hal ini

terlihat ketika Ibu Nuraini hanya melakukan perpindahan

posisi ketika guru mencatat di papan tulis, perpindahan posisi

dilakukan hanya di area meja guru ke papan tulis, meskipun

jarang melakukan perpindahan posisi ibu Nuraini tetap

menampilkan gerakan tubuh dengan menggerakan tangan


86

ketika mengajar.

c) Mimik Wajah

Ismail (2013) Mengungkapkan bahwa perubahan ekspresi

wajah, gerakan kepala, dan badan sangat penting dalam proses

komunikasi, sorang guru hendaknya menampilkan mimik

wajah yang ramah tetapi memberi kesan yang tegas dan

berwibawa.

Berdasarkan penyajian data yang dipaparkan sebelumnya

mimik wajah yang ditampilkan guru PKn di SMAN 8

Banjarmasin sudah cukup bagus, mimik yang ditampilkan

tidak dibuat-buat sesuai dengan pembawaannya masing-

masing. Adapun ibu Qamariah ketika melaksanakan gaya

mengajar klasik, teknologis dan intraksional menampilkan

mimik wajah yang datar dan tersenyum.

Mimik wajah yang ditampilkan ibu Nuraini pada saat

melaksanakan gaya mengajar klasik, teknologis dan

intraksional sudah baik terlihat datar namun tegas dan

berwibawa serta tidak dibuat-buat. Sementara ibu Qamariah

pada saat melaksanakan gaya mengajar klasik, teknologis dan

intraksional menampilkan wajah yang datar, terkadang guru

mengerutkan dahi dan alis serta tersenyum dan tertawa ketika

memberikan humor.

Sehingga dapat dikatakan mimik wajah yang ditampilkan


87

kedua guru PKn di SMAN 8 Banjarmasin sudah cukup bagus

karena mimik wajah yang ditampilkan tidak dibuat-buat, dan

tidak memengaruhi suasana kelas seperti suasanategang dan

mencekam yang dapat mempengaruhi kondisi belajar siswa.

2) Penggunaan Metode

Metode dalam pembelajaran adalah salah satu cara untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh guru dalam proses belajar

mengajar. Penggunaan metodeyang tepatdalam pembelajaran

tentunya akan memberikan kemudahan bagi guru dalam

menyampaikan materi.

Abdul Majid (2013) Gaya mengajar klasik adalah gaya

mengajar dimana seorang guru lebih dominan aktif dibandingkan

siswa. Sehingga menghambat perkembangan siswa dalam

pembelajaran. Namun gaya mengajar ini tidak sepenuhnya dapat

disalahkan karena mayoritas siswa pasif maka mengharuskan guru

untuk lebih aktif dan harus ahli pada mata pelajaran yang

dipegangnya.

Dalam pembelajaran interaksional, peran guru lebih

dominan aktif. Guru lebih mengutamakan dialog dengan siswa

baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sebagai alat

interaksi. Sehingga antara guru dan siswa sama-sama belajar dan

tidak ada yang yang dianggap paling baik ataupun paling jelek.
88

Berdasarkan penyajian data yang dipaparkan

sebelumnya,dapat dianalisis bahwa berdasarkan penggunaan

metode dua orang guru mata pelajaran PKn di SMAN 8

Banjarmasin yaitu Ibu Nuraini sesuai dengan konsep teori gaya

mengajar klasik dan intraksional, sementara ibu Qamariah sama

sesuai dengan konsep teori gaya mengajar klasik dan teknologis

yang dikemukakan oleh Thoifuri dalam bukunya yang berjudul

menjadi guru inisiator.

Gaya mengajar klasik terlihat ketika guru menjelaskan

materi dengan metode ceramah pada saat proses pembelajaran

berlangsung sementara gayamengajar teknologisterlihat ketika ibu

Nuraini menggunakan metode diskusi dengan konsep adanya

dialog antara siswa. ibu Qamariah memvariasikan gaya

mengajarnya dengan gaya mengajar teknologis, sementara ibu

Nuraini juga memvariasikan gaya mengajarnya dengan gaya

mengajar intraksional.

3) Penggunaan Media

Penggunaan media jelas diperlukan dalam proses

pembelajaran sebab media pembelajaran memiliki peran yang

sangat besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

pendidikan yangdiinginkan.Penggunakan media pembelajaran

secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik

karena dengan media pembelajaran berguna untuk menimbulkan


89

motivasi belajar peserta didik dan memungkinkan peserta didik

untuk belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya serta

memungkinkan interaksi langsung antara peserta didik dengan

lingkungan.

Media pengajaran berperan penting dalam menarik dan

mempertahankan perhatian siswa selama berlangsungnya kegiatan

belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi maupun wawancara

yang telah dipaparkan pada penyajian data, berdasarkan

penggunaan media pembelajaran ibu Qamariah dan ibu Nuraini

sesuai dengan ciri- ciri gaya mengajar kasik dan teknologis yang

dikemukakan oleh Thoifuri (2018) dalam bukunya menjadi guru

inisiator juga sesuai dengan konsep teori yang dikemukakan oleh

Muhammad Ali dalam bukunya guru dalam proses belajar

mengajar, Yang mana gaya mengajar teknologis ini lebih

menekankan pada penggunaan media teknologi dan gaya mengajar

klasik berusaha memelihara nilai-nilai lama. Hal tersebut terlihat

ketika observasi pembelajaran yang mana ada kalanya guru

menggunakan media LCD dan adakalanya guru mempertahankan

nilai-nilai lama dengan tetap mempertahankan menggunakan

media papan tulis. Dengan demikian ibu Qamariah dan ibu Nuraini

telah menggunakan media secara bervariasi dalam mengajar serta

telah memaksimalkan penggunaan media yang sudah difasilitasi

oleh pihak sekolah.


90

2. Pelaksanaan Gaya Mengajar Guru Pada Pembelajaran PKn Di

SMAN 8 Banjarmasin

Berdasarkan hasil observasi dengan kedua guru mata

pelajaran PKn di SMAN 8 Banjarmasin pelaksanan gaya mengajar

guru pada pembelajaran PKn di SMAN 8 Banjarmasinsebagai

berikut:

a. Gaya Mengajar Klasik

Berdasarkan penyajian data yang telah dipaparkan

sebelumnya, gaya mengajar klasik yang digunakan guru

pada saat proses pembelajaran sudah tercermin di dalam

kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh kedua guru

pada pembelajran PKn. Pelaksanaan gaya mengajar

klasik dilakukan dihampir semua kegiatan pembelajaran

PKn terutama di awal proses pembelajaran. Kedua guru

PKn menyampaikan nilai-nilai lama melalui kegiatan

berdoa saat mengawali proses pembelajaran dijam

pembelajaran yang pertama.

Soemarsono (2009), seorang ahli pendidikan di

Indonesia, mengemukakan bahwa gaya mengajar klasik

merupakan gaya mengajar yang bersifat otoriter, di

mana guru memiliki peran yang dominan dan siswa

hanya berperan sebagai penerima informasi. Gaya

mengajar klasik cenderung menekankan pada


91

pemberian materi pelajaran dan kurang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam

pembelajaran.

Sejalan dengan Setiawan (2019), seorang ahli

pendidikan di Indonesia, menyatakan bahwa gaya

mengajar klasik cenderung menekankan pada aspek

akademis dan kurang memberikan perhatian pada aspek

psikologis dan sosial siswa. Gaya mengajar klasik

cenderung lebih menekankan pada pemberian informasi

dan penekanan pada penghafalan, sehingga kurang

memperhatikan kemampuan siswa dalam

mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir.

Selain menyampaikan nilai-nilai lama berupa sikap

religius yang dilakukan melalui kegiatan berdo’a

sebelum memulai proses pembelajaran di jam

pembelajaran pertama, gaya mengajar klasik juga

meliputi bahan pelajaran yang digunakan oleh kedua

guru PKn di SMAN 8 Banjarmasin. Bahan pelajaran

yang digunakan tidak berdasarkan pada minat

melainkan kedua guru PKn tersebut menyesuaikan

dengan kurikulum yang diterapkan yaitu kurikulum

2013. Pemilihan bahan pelajaran juga lebih banyak guru


92

yang menentukan tanpa mengikut sertakan siswa dalam

hal memilih bahan pelajaran yang akan digunakan.

Pelaksanaan gaya mengajar klasik pada proses

pembelajaran membuat siswa lebih mudah memahami

materi yang dipelajari sebab dalam gaya mengajar

klasik semua materi yang disampaikan oleh guru

sehingga siswa memperoleh informasi yang benar

karena salah satu kriteria dalam gaya mengajar klasik

adalah guru yang merupakan center sehingga guru

harus benar-benar paham terkait materi yang diajarkan.

b. Gaya Mengajar Teknologis

Proses pembelajaran PKn di SMAN 8 Banjarmasin

yang dilaksanakan oleh kedua guru PKn, gaya

mengajar teknologis hanya terlihat pada kegiatan

pembelajaran ibu Qamariah dan ibu Nuraini. Pada

kegiatan pembelajaran ketiga guru PKn ini fokus

pembelajaran tidak terletak pada kompetensi siswa

secara individual. Kegiatan pembelajaran mencakup

semua siswa artinya materi yang disampaikan guru

tidak berdasarkan kompetensi siswa secara individual

melainkan semua siswa disamaratakan. Hal ini terlihat


93

dari cara masing-masing guru dalam memberikan tugas

pada masing-masing proses pembelajaran. Pada proses

pembelajaran ibu Qamariah semua siswa secara

berkelompok diberikan tugas membuat makalah dengan

sub materi yang berbeda-beda yang dibagi secara acak,

semua siswa sama tanpa adanya perbedaan. Sementara

pada proses pembelajaran ibu Nuraini semua siswa

diberikan soal latihan menghitung pembagian

Kekuasaan Negara Republik Indonesia yang sama

tanpa adanya perbedaan dari satu siswa dengan siswa

yang lain. Selain itu terlihat juga ketika ibu Nuraini

memberikan tugas makalah kepada siswa secara

berkelompok dengan sub materi yang berbeda-beda

setiap kelompok yang dibagi secara acak tanpa

perbedaan.

Pembelajaran PKn oleh ketiga guru yaitu ibu

Qamariah dan ibu Nuraini melaksanakan gaya megajar

teknologis dengan menggunakan media yang

mendominasi berjalannya kegiatan pembelajaran.

Media yang digunakan ialah media LCD sebagai alat

yang digunakan untuk menampilkan slide power

point ketika presentasi makalah oleh siswa, untuk ibu

Nuraini sendiri menggunakan media LCD untuk


94

menampilkan materi Kekuasaan Negara Republik

Indonesia, dan aplikasi menghitung Kekuasaan Negara

Republik Indonesia digunakan sebagai alat untuk

mendemostrasikan Kekuasaan Negara Republik

Indonesia menggunakan aplikasi, media LCD juga

digunakan oleh ibu Nuraini untuk menampilkan slide

power point pada saat siswa presentasi kelompok. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat narasumber yang

menyatakan bahwa dalam pembelajaran gaya

teknologis ini unsur dengan peran terbesar adalah isi

atau bahan pelajaran yang sudah diprogram sedemikian

rupa menggunakan sebuah perangkat baik lunak

(software) maupun perangkat keras (hardware) yang

dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

mempelajari secara individu materi-materi

pembelajaran dengan menggunakan perangkat tersebut.

Pada kegiatan proses pembelajaran ibu Qamariah dan

B, sudah menggunakan media untuk menunjang

pencapaian tujuan pembelajaran dan memudahkan

siswa memahami materi yang diajarkan melalui

penggunaan media pembelajaran.

Sejalan dengan Fitriana (2020), seorang ahli

pendidikan di Indonesia, menyatakan bahwa gaya


95

mengajar teknologis dapat membantu memperkaya

proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi siswa

dalam pembelajaran. Gaya mengajar teknologis

menggunakan teknologi sebagai alat untuk memfasilitasi

pembelajaran, seperti menggunakan multimedia, video,

atau platform pembelajaran daring.

c. Gaya Mengajar Personalisasi

Gaya mengajar personalisasi dalam kegiatan

pembelajaran masih harus terus diperbaiki. Hal ini

terlihat dari kegiatan proses pembelajaran ibu Qamariah

dimana peran guru masih mendominasi diakhir

pembelajaran padahal pada dasarnya gaya mengajar

personalisasi mengharuskan siswa aktif dimana proses

pembelajaran dilakukan berdasarkan minat dan

perkembangan siswa. Selain itu dalam gaya mengajar

personalisasi peran guru dalam kegiatan pembelajaran

hanya sebatas pendamping dan penuntun

perkembangan siswanamun yang terlihat dalam

kegiatan dan materi buku pembelajaran ibu Qamariah

masih memegang penting dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini terlihat dari peran guru yang

tidak hanya mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi

namun ibu Qamariah juga sebagai pemberi materi di


96

akhir kegiatan pembelajaran.

Selain peran guru yang mendominasi dalam

kegiatan pembelajaran PKn, bahan dan materi yang

diberikan bukan berasal dari minat siswa. Materi

pelajaran yang disampaikan guru tidak berdasarkan

pada minat siswa melainkan pada urutan tertentu atau

dalam hal ini materi yang disampaikan pada saat

kegiatan pembelajaran merupakan materi yang telah

ada pada kurikulum yang sedang diterapkan. Materi

dan bahan pelajaran disusun dengan tidak melibatkan

peran dari siswa, guru lebih banyak menentukan sendiri

tanpa ada keikutsertaan siswa dan hanya berpedoman

pada kurikulum yang sedang diterapkan yaitu

kurikulum 2013. Padahal pada dasarnya gaya mengajar

personalisasi merupakan gaya mengajar yang dalam

proses pembelajaran siswa lebih mendominasi dan guru

hanya sebagai pendamping atau fasilitator siswa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Ali (2019) dalam bukunya

guru dalam proses belajar mengajar yang menyatakan

bahwa gaya mengajar personalisasi dilakukan

berdasarkan pada minat, pengalaman, dan pola

perkembangan mental siswa dimana peran yang lebih

dominan dalam gaya mengajar ini adalah siswa


97

sehingga bahan pelajaran yang digunakan pun berasal

dari minat dan kebutuhan siswa secara individual.

Pada kesimpulannya kedua guru tidak

menggunakan gaya mengajar personalisasi dalam

pembelajarannya di dalam kelas

d. Gaya Mengajar Interaksional

Gaya mengajar intraksional tampak pada beberapa

kegiatan pembelajaran ibu Qamariah dan Ibu Nuraini

dimana siswa dan guru memiliki peran yang sama-sama

dominan.

Pada beberapa pelaksanaan kegiatan pembelajaran

PKn oleh ibu Qamariah diawal kegiatan dengan doa

setelah itu menyimak dan mendengarkan apa yang

disampaikan ibu serta memberikan pertanyaan dan

tanggapan ketika dibuka sesi Tanya jawab, adapun

jawaban dari pertanyaan yang diajukan dijawab secara

tertulis LCD maupun papantulis sementara siswa yang

lain diwajibkan menulisnya di buku catatan masing-

masing dan ketika selesai kegiatan pembelajaran

dikumpul kepada ibu Qamariah. Kemudian diakhir

kegiatan pembelajaran guru menjelaskan kembali

materi yang dibahas. Hal ini Nampak pada observasi

kegiatan pembelajaran yang pertama dan kedua,


98

sementara pada observasi pembelajaran yang ketiga

sama saja dengan observasi pembelajaran pertama dan

kedua namun pada observasi ketiga ini siswa saja yang

aktif dalam kegiatan diskusi sementara guru hanya

mendengarkan dan memperhatikan jalannya diskusi,

dan ibu Qamariah tidak memberikan penjelasan ulang

ketika diakhir pembelajaran.

Sedangkan pembelajaran yang dilakukan ibu Nuraini

sangan terasa suasana interaksi antar murid yang

dilakukan yaitu dengan diskusi yang diadakan,

pemecahan masalah soal yang dibahas. Selain itu siswa

dipersilahkan mengemukakan pendapatnya secara bebas

sehingga terciptanya ketergantungan antara murid dan

guru.

Gustomi (2020) seorang ahli pendidikan di

Indonesia, mengemukakan bahwa guru interaksional

adalah guru yang mampu menjalin hubungan yang

empatik dengan siswa dan mampu memahami perbedaan

individualitas siswa. Guru interaksional juga mampu

menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang kreatif

dan inovatif untuk membantu siswa memahami materi

pelajaran.

Sejalan dengan Junaidi (2019) mengemukakan


99

bahwa guru interaksional adalah guru yang mampu

berinteraksi dengan siswa secara efektif dan memberikan

pengalaman belajar yang menyenangkan. Guru

interaksional dapat memotivasi siswa untuk belajar dan

mengembangkan keterampilan sosial siswa.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gaya mengajar yang digunakan oleh guru mata pelajaran PKn di SMAN 8

Banjarmasin meliputi gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, dan

gaya mengajar intraksional.

2. Terdapat variasi dalam gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran PKn di SMAN 8 Banjarmasin, dimana guru tidak hanya

menggunakan satu gaya mengajar dalam satu kali pertemuan, tetapi

menggunakan dua gaya mengajar tersebut secara bersamaan. Pada

pembelajaran, guru pertama menggunakan gaya mengajar intraksional dan

klasik dengan melibatkan beberapa siswa dalam penyampaian materi

melalui slide power point menggunakan media LCD dan melibatkan siswa

secara aktif dalam diskusi kelompok. Kemudian guru kedua memberikan

penjelasan materi menggunakan gaya mengajar klasik dan teknologis yaitu

dengan gaya mengajar ceramah serta menampilkan materinya menggunakan

LCD, Laptop dan PPT.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian dan terlibat langsung didalamnya maka

penulis akan menyumbangkan sedikit saran sebagai berikut:

1. Guru PKn sebaiknya menggunakan berbagai metode dan media yang


101

kreatif serta bisa mengaktifkan siswa sehingga mampu membentuk sikap

inspiratif siswa.

2. Guru PKn sebaiknya memberikan hadiah, pujian, hukuman dan teguran

secara sportif dan berimbang. Namun dalam pemberian hadiah dan pujian

diberikan dengan porsi yang lebih besar daripada hukuman dan teguran.

3. Hendaknya guru PKn tidak hanya berperan sebagai pengajar, namun

diharapkan dapat menjadi pengarah dan pendidik siswa, baik dalam belajar

maupun dalam pembentukan karakter yang baik. Sehingga diharapkan

setelah belajar PKn siswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Guru hendaknya dapat meodifikasi bahan pelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dengan mengikut sertakan siswa sehingga bahan

yang digunakan juga berdasarkan pada minat siswa.

5. Guru PKn harus selalu berupaya meningkatkan kualitas diri terutama

dalam hal teknik mengajar yaitu dengan selalu melibatkan siswa dalam

setiap aspek pembelajaran sehingga siswa terlatih untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran.
102
DAFTAR PUSTAKA

Almaidah, Hanum 2018. Pembentukan Karakter Mahasiswa Melalui Program


Pembentukan Kepribadian Dan Kepemimpinan. Universitas
Muhammadiyah Malang.

Annisya, S., & Baadilla, I. (2022). Jurnal Basicedu. Jurnal Basicedu Vol, 6(5).

Aryanti, W. S. (2020). Menjaga Kebersihan Sekolah Dan Karakter Peduli


Lingkungan Bagi Murid Mi/Sd Di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Edukatif, 6(1), 76-85.

Boangmaalu, S., & Sembiring, A. B. (2022). Dinamika Kontemporer


Kewarganegaraan Indonesia (Studi Etnisitas Dalam Pemilihan Bupati
Pakpak Bharat). Jurnal Kewarganegaraan, 19(2), 102-112.

Destriadi, K. B. (2022). Analisis Pendidikan Karakter Pada Kumpulan Cerpen


Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai Alternatif Bahan Ajar
Peserta Didik Kelas Xi Di Sman 3 Cikampek (Doctoral Dissertation,
Fkip Unpas).

Eko Putro, Widoyoko, 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Enggar Dista Pratama. 2018. Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (Ppk)


Di Smk Negeri 2 Pengasih. Skripsi Pada Ft Uny. Yogyakarta. Tidak
Diterbitkan.

Gusmadi, Setiawan. Samsuri, 2019. Gerakan Kewarganegaraan Ekologis Sebagai


Upaya Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan, (Online), Jilid 4, No.
2, (Http://Journal2.Um.Ac.Id/Index.Php/Jppk/Issue/View/719).

Ismail, M. J. (2021). Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Dan Menjaga


Kebersihan Di Sekolah. Guru Tua: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, 4(1), 59-68

Istianah, A. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan Di Era Metaverse. Jurnal


Gatranusantara, 19(1), 148-155.

Jannah. (2018). Menciptakan Kewarganegaraan Ekologis Di Era Digital Melalui


Kampoeng Recycle Jember. Journal Of Urban Sociology. Volume 1 No
2 Oktober 2018. Jember : Universitas Jember.

Kemendikbud. (2016). Konsep Dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.


Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
104

Kemendikbud. (2016). Panduan Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter.


Jakarta: Kemendikbud.

Latifah, N., & Permatasari, R. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Buku
Tematik Siswa Sd Kelas Iv Kurikulum 2013. Indonesian Journal Of
Elementary Education (Ijoee), 1(1).

Mariyani, M. (2017). Strategi Pembentukan Kewarganegaraan


Ekologis. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan Iii.
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 9, 17-22.

Munjiatun, M. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter: Antara Paradigma Dan


Pendekatan: Penguatan Pendidikan Karakter: Antara Paradigma Dan
Pendekatan. Jurnal Kependidikan, 6(2), 334-349.

Nurillahi, C. A. Kerjasama Antara Orang Tua Dan Guru Dalam Pendidikan


Karakter Siswa Di Mts Jam'iyatul Khair Ciputat (Bachelor's Thesis,
Jakarta: Fitk Uin Syarif Hidayatullah Jakarta).

Rahmatunnisa, Maulita, 2019. Strategi Penguatan Karakter Peduli Lingkungan


Peserta Didik Melalui Program Adiwiyata Di Sma Negeri 1 Simpang
Empat. Universitas Lambung Mangkurat.

Ristina, 2021. Internalisasi Nilai Karakter Berbasis Ecological Citizenship Di


Smpn 17 Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat.

Sarbaini, R. F. (2022). Gerakan Sosial Aliansi Meratus Sebagai Upaya


Perlawanan Warga Negara Untuk Menyelamatkan Lingkungan Di
Kalimantan Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan
Basah (Vol. 7, No. 1).

Sari, S. C. W., Samsuri, S., & Wahidin, D. (2020). Penguatan Kewarganegaraan


Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan Lingkungan (Studi Di
Kampung Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ketahanan
Nasional, 26(1), 40-54.

Silfiana, L., & Samsuri, S. (2019). Keterlibatan Warga Negara Muda Dalam
Gerakan Kewarganegaraan Ekologis Untuk Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Studi Pemuda, 8(2),
127-139.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Rd. Bandung.


Alphabet
105

Syafitri, R. (2017). Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Melalui Strategi


Giving Questions And Getting Answers Pada Siswa. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pendidikan, 1(2).

Triastuti, T., Herawati, J., Rois, I., Badaria, B., Carong, S. R., Iswahyudi, I., &
Nnps, R. I. N. (2023). Ekologi Dan Pencemaran Lingkungan. Yayasan
Kita Menulis.
106

LAMPIRAN-LAMPIRAN
107

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara untuk Guru SMAN 8 Banjarmasin

Gaya Mengajar Guru SMAN 8 Banjarmasin

A. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Asal tempat :

Pekerjaan :

Alamat :

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses belajar


mengajar?
2. Bagaimana penampilan guru saat melakukan kegiatan belajar dan
mengajar?
3. Bagaimana mimik wajah yang ada saat guru melakukan kegiatan
pembelajaran?
4. Metode apa yang digunakan guru saat proses pembelajaran?
5. Media apa yang anda gunakan dalam pembelajaran
6. Apakah anda dominan menjelaskan saat di dalam kelas?
7. Bagaimana anda mengajar saat didalam kelas?
8. Apakah anda sering menggunakan teknologi dalam mengajar?
9. Apakah anda mengajar sesuai dengan minat siswa?
10. Apakah anda sering menyesuaikan materi dengan kehendak siswa
yang ada di kelas?
108

11. Apakah anda sering melakukan kegiatan diskusi di dalam kelas?


12. Apakah siswa atau guru memiliki ketergantungan satu sama lain
didalam pembelajaran?

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara untuk Murid SMAN 8 Banjarmasin

Gaya Mengajar Guru SMAN 8 Banjarmasin

1. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Asal tempat :

Kelas :

Alamat :

2. Daftar Pertanyaan

1. Apakah saat pembelajaran guru PKN hanya berbicara saja saat


menyampaikan materi?
2. Apakah saat pembelajaran, guru PKN sesekali bertanya terkait materi
pelajaran?
3. Apakah guru pernah mengajak bermain pada saat proses
pembelajaran?
4. Apakah saat proses pembelajaran hanya berpacu pada buku saja
5. Pernahkah guru PKN memberikan tugas untuk mencari pada
sumberlain seperti internet atau sebagainya?
6. Pernahkah guru PKN mengajak siswa belajar keluar kelas?
7. Bagaimana respon guru PKN pada saat siswa berperilaku pasif
dikelas?
109

8. Apakah guru pernah memberikan appreciate kepada siswa?


9. Apakah guru pernah memberikan punishment kepada siswa?
10. Apakah guru PKN memberikan motivasi kepada siswa?
11. Pernahkah guru PKN meminta siswa untuk didepan kelas
membimbing pembelajaran & guru mengamati?
12. Saat proses pembelajaran, lebih banyak siswa yang aktif atau guru
yang hanya menjelaskan dan siswa mendengarkan tanpa bertanya
kepada guru?
13. Saat proses pembelajaran, apakah guru PKN selalu di depan kelas
untuk menyampaikan materi?
14. Apakah guru melibatkan siswa saat menyampaikan materi
pembelajaran?
15. Bagaimana usaha guru saat siswa kesulitan dalam menjawab soal atau
pertanyaan?
16. Dalam proses pembelajaran, lebih banyak guru yang berbicara atau
siswa yang belajar secara mandiri?
110

Lampiran 2 Daftar Informan

DAFTAR INFORMAN
1. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Asal tempat :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Asal tempat :
Pekerjaan :
Alamat :

3. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Asal tempat :
Kelas :
Alamat :

4. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Asal tempat :
Kelas :
Alamat :
111

Lampiran 3 Rekap Hasil Wawancara

REKAP HASIL WAWANCARA

A. Informan 1

1. Identitas Informan

Nama : Qamariah

Umur :

Asal tempat :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Daftar Pertanyaan

a. Bagaimana intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses belajar


mengajar?
b. Bagaimana penampilan guru saat melakukan kegiatan belajar dan
mengajar?
c. Bagaimana mimik wajah yang ada saat guru melakukan kegiatan
pembelajaran?
d. Metode apa yang digunakan guru saat proses pembelajaran?
e. Media apa yang anda gunakan dalam pembelajaran
f. Apakah anda dominan menjelaskan saat di dalam kelas?
g. Bagaimana anda mengajar saat didalam kelas?
h. Apakah anda sering menggunakan teknologi dalam mengajar?
i. Apakah anda mengajar sesuai dengan minat siswa?
j. Apakah anda sering menyesuaikan materi dengan kehendak siswa
yang ada di kelas?
k. Apakah anda sering melakukan kegiatan diskusi di dalam kelas?
112

l. Apakah siswa atau guru memiliki ketergantungan satu sama lain


didalam pembelajaran?

3. Jawaban
a. Ibu Qamariah intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses
belajar mengajar sangat penting untuk membangun hubungan yang baik
dengan siswa. Ibu Qamariah berusaha untuk memperhatikan intonasi
suara yang digunakan agar terdengar ramah dan lembut, tetapi jika ibu
menegur intonasi suara ibu akan naik.
b. Ibu Qamariah saya selalu berpakaian santai, namun tetap sopan dan
rapi, agar bisa memberikan kesan yang bersahabat dan terbuka dengan
siswa dan saya juga dalam tampil mengajar selalu berkeliling untuk
mencek siswa dan tugas tugas siswa.
c. Ibu Qamariah saya berusaha untuk mempertahankan ekspresi wajah
yang positif dan memberikan senyum, untuk memberikan kesan yang
positif pada siswa tetapi kadang bila lagi kelelahan gestur wajah tidak
bisa dikondisikan.
d. Ibu Qamariah saya biasanya memberikan materi dengan menyampaikan
langsung kepada murid atau sering disebut ceramah, saya juga kadang
diskusi jika materinya memungkinkan untuk diskusi, dan tanya-jawab
pada akhir pembelajaran.
e. Ibu Qamariah Untuk Media Pembelajaran ibu biasanya menggunakan
PowerPoint dan display lainnya seperti papan tulis untuk memberikan
materi kepada siswa kelas.
f. Ibu Qamariah Saya mengakui bahwa saya lebih dominan dalam
menjelaskan materi, memulai pembelajaran dengan berbagai rangkaian
doa agar pembelajaran menjadi berkah. namun saya juga menampilkan
materi yang lebih menarik untuk disimak menggunakan media seperti
slide dan video.
g. Ibu Qamariah mengajar dengan cara yang variatif, tergantung pada
materi yang diajarkan dan kebutuhan siswa.
113

h. Ibu Qamariah saya sering menggunakan teknologi dalam mengajar,


terutama dalam menyampaikan materi menggunakan PPT dan membagi
kelompok untuk tugas makalah, sebelum menugaskan saya akan
memberikan materi untuk menggambarkan materi yang akan mereka
kerjakan berkelompok.
i. Ibu Qamariah saya tidak mengajar sesuai keinginan siswa karena disini
saya sebagai guru yang juga harus mengikuti RPP pembelajaran dan
materi yang ada di buku sekolah, siswa juga tidak masalah akan hal ini.
j. Ibu Qamariah sering menyesuaikan materi dengan kehendak siswa yang
ada di kelas, terutama dalam memilih contoh atau topik yang relevan
dengan kehidupan siswa.
k. Ibu Qamariah Saya jarang mengadakan diskusi didalam kelas karena
biasanya jika diadakan diskusi maka kelas tidak akan kondusif dan
siswanya banyak yang tidak memperhatikan jalannya diskusi.
l. Ibu Qamariah saya menganggap bahwa siswa dan guru memiliki
ketergantungan yaitu guru yang mengajar dan siswa yang menerima
materi pembelajaran.

B. Informan 2

1. Identitas Informan

Nama : Nuraini

Umur :

Asal tempat :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Daftar Pertanyaan

a. Bagaimana intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses belajar


mengajar?
114

b. Bagaimana penampilan guru saat melakukan kegiatan belajar dan


mengajar?
c. Bagaimana mimik wajah yang ada saat guru melakukan kegiatan
pembelajaran?
d. Metode apa yang digunakan guru saat proses pembelajaran?
e. Media apa yang anda gunakan dalam pembelajaran
f. Apakah anda dominan menjelaskan saat di dalam kelas?
g. Bagaimana anda mengajar saat didalam kelas?
h. Apakah anda sering menggunakan teknologi dalam mengajar?
i. Apakah anda mengajar sesuai dengan minat siswa?
j. Apakah anda sering menyesuaikan materi dengan kehendak siswa yang
ada di kelas?
k. Apakah anda sering melakukan kegiatan diskusi di dalam kelas?
l. Apakah siswa atau guru memiliki ketergantungan satu sama lain
didalam pembelajaran?

3. Jawaban
a. Ibu Nuraini, intonasi suara yang disampaikan guru dalam proses
pembelajaran harus tegas dengan siswa, sehingga siswa merasa
termotivasi untuk belajar dan perlu dinaikkan jika kelas ribut agar
semua siswa mendengar.
b. Ibu Nuraini. Kalau mengajar saya dengan pakaian yang formal sesuai
dengan jadwal dresscode sekolah, ketika tampil mengajar saya biasanya
hanya disekitaran depan kelas karena suara saya dapat terdengar samapi
kebelakang dan murid biasanya takut saya tegur
c. Ibu Nuraini Murid saya sering berpendapat bahwa wajah saya ini datar
dan terlihat tegas, tetapi saya aslinya sangat ramah jika murid-murid
memperhatikan pembelajaran.
d. Ibu Nuraini Saya sering mengadakan diskusi ketika pembelajaran.
dengan adanya metode diskusi siswa dapat belajar untuk saling
115

bekerjasama, saling menghargai antar siswa sehingga tidak ada lagi


diskriminasi antara siswa yang pandai dan tidak.
e. Menurut Ibu Nuraini, media yang digunakan ialah LCD, papan tulis dan
pada umumnya siswa yang dilibatkan seperti mempresentasikan hasil
pembelajarannya di depan kelas.
f. Ibu Nuraini saya cenderung lebih dominan dalam menjelaskan materi,
namun ia juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan berdiskusi jika ada pelajaran yang memungkinkan untuk kegiatan
diskusi.
g. Ibu Nuraini mengajar dengan cara yang variatif, tergantung pada materi
yang diajarkan dan kebutuhan siswa.
h. Ibu Nuraini Saya biasanya mendektikan materi pembelajaran dan
memecahkan masalah bersama-sama murid, media yang digunakan pun
biasanya juga papantulis dan kadang laptop agar lebih mudah dalam
menyampaikan materinya.
i. Ibu Nuraini berusaha untuk mempertimbangkan minat siswa dalam
memilih materi yang diajarkan, namun juga mengimbangi dengan
standar kurikulum yang harus dipenuhi.
j. Ibu Nuraini sering menyesuaikan materi dengan kehendak siswa yang
ada di kelas, terutama dalam memilih contoh atau topik yang relevan
dengan kehidupan siswa.
k. Ibu Nuraini sering melakukan kegiatan diskusi di dalam kelas, sebagai
salah satu cara untuk membangun partisipasi siswa dalam pembelajaran
dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
l. Ibu Nuraini menganggap bahwa siswa dan guru memiliki
ketergantungan satu sama lain dalam proses pembelajaran, di mana Ibu
Nurainiertindak sebagai pengarah dan pembimbing siswa dalam
memahami materi, namun siswa juga memiliki peran aktif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
116

C. Informan 3

1. Identitas Informan

Nama : Siswa

Umur :

Asal tempat :

Kelas :

Alamat :

2. Daftar Pertanyaan

a. Apakah saat pembelajaran guru PKN hanya berbicara saja saat


menyampaikan materi?
b. Apakah saat pembelajaran, guru PKN sesekali bertanya terkait materi
pelajaran?
c. Apakah guru pernah mengajak bermain pada saat proses pembelajaran?
d. Apakah saat proses pembelajaran hanya berpacu pada buku saja
e. Pernahkah guru PKN memberikan tugas untuk mencari pada
sumberlain seperti internet atau sebagainya?
f. Pernahkah guru PKN mengajak siswa belajar keluar kelas?
g. Bagaimana respon guru PKN pada saat siswa berperilaku pasif dikelas?
h. Apakah guru pernah memberikan appreciate kepada siswa?
i. Apakah guru pernah memberikan punishment kepada siswa?
j. Apakah guru PKN memberikan motivasi kepada siswa?
k. Pernahkah guru PKN meminta siswa untuk didepan kelas membimbing
pembelajaran & guru mengamati?
l. Saat proses pembelajaran, lebih banyak siswa yang aktif atau guru yang
hanya menjelaskan dan siswa mendengarkan tanpa bertanya kepada
guru?
117

m. Saat proses pembelajaran, apakah guru PKN selalu di depan kelas untuk
menyampaikan materi?
n. Apakah guru melibatkan siswa saat menyampaikan materi
pembelajaran?
o. Bagaimana usaha guru saat siswa kesulitan dalam menjawab soal atau
pertanyaan?
p. Dalam proses pembelajaran, lebih banyak guru yang berbicara atau
siswa yang belajar secara mandiri?
3. Jawaban
a. Kalau ibu Nuraini lumayan ada interaksi sedangkan ibu Qamariah
kebanyakan bicara didepan aja
b. iya, kedua ibu itu sering menanyai kami pas pembelajaran, tapi untuk
ibu qamariah itu pas di akhir-akhir
c. ibu Nuraini biasanya yang rancak membawai belajar sambil main game
itu, kalau ibu Qmariah itu sedikit lebih formal ibunya
d. iya, Cuma terkadang bisa ngambil materi jua dari luar kaya dari internet
kek iti
e. pernah biasanya itu pas cari materi dari luar aja
f. iya pernah, kaya yang tadi ib Nuraini yang rancak belajar diluar kelas
g. kalau untuk ibu Nuraini, kadang ada yang tekutan jadi itu yang bisa
meolah aktif, sedangkan ibu Qmariah iotu karena ibunya lebih banyak
menjelaskan aja, jadi cara menegurnya biasanya memparaki kami atau
membantui sedikit-sedikit supaya aktif
h. rancak karna dasar dari sekolahnya kadang itu yang meolah akrab
lawan nyaman ke guru-gurunya
i. lumayan rancak jua karna kedua ibunya itu tegas
j. iya memberi motivasi ke kami apalagi pas kami itu mulai pasif, pasti
langsung memotivasi kami
k. Pernahm, tapi jarang karna kalau kami yang mimpin pelajaran itu as
kaya meolah kelompok aja pang
118

l. saling melengkapi aja biasanya, kami bisa aktif, ibunya aktif jua,
apalagi ibu Nuraini
m. Kalo ini biasanya ibu Qamariah karna menjelaskan dimuka aja, iya
kaya tadi ibunya lebih formal
n. Melibatkan kadang tu kaya misalkan mencari kata (“pancasila” jadi di
pancing ibunya dulu kaya burung garuda negara indonesia itu apa jadi
dapat jawabannya tu “pancasila”)
o. dibantui ibunya rancak tu, dijelaskan ibunya dulu, kalau ibu nuraini
memaraki lawan memberi clue atau contoh, sedangkan ibu Qmariah tu
ibunya menjelaskan ulang lagi pelan-pelan lawan memberi clue jua
p. kalau ibu Nuraini biasanya tergantung belajarnya di mananya, misalnya
dikelas ibunya condong lebih aktif walaupun kaminya aktif jua, tapi
kalaunya belajar diluar kelas atau lagi game, kelas itu semuanya jadi
aktif banar, tapi kalaunya ibu Qamariah itu ibunya aktif banar karna
ibunya tu terasa agak formal, kami aktifnya pas ada bebrapa pertanyaan
atau ada yang ditakuni aja.

Anda mungkin juga menyukai