Anda di halaman 1dari 152

PELATIHAN BUDIDAYA LALAT MAGGOT PENGURAI LIMBAH

RUMAH TANGGA SUATU STUDI KASUS YANG DILAKUKAN DI


BANK RAMLI CESERI BINAAN CSR PERTAMINA FUEL SAMARINDA

SKRIPSI

OLEH:

ISNAINI MAHZROATUL QULIA

NIM. 1805135014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
PELATIHAN BUDIDAYA LALAT MAGGOT PENGURAI LIMBAH
RUMAH TANGGA SUATU STUDI KASUS YANG DILAKUKAN DI
BANK RAMLI CESERI BINAAN CSR PERTAMINA FUEL SAMARINDA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Pendidiikan Masyarakat

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman

OLEH:

ISNAINI MAHZROATUL QULIA

NIM.1805135014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022

i
ii
ABSTRAK

Isnaini Mahzroatul Qulia, 2022. Pelatihan budidaya lalat maggot pengurai


limbah rumah tangga suatu studi kasus yang
dilakukan di bank ramli ceseri binaan CSR
Pertamina Fuel Samarinda. Penelitian ini
dibimbing oleh Prof. Dr. H. Saraka M. Ali,
M.Pd. Selaku pembimbing I dan Hepy Tri
Winarti, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II.

Suatu bentuk pengupayaan keterampilan yang dilakukan oleh Bank Ramli Ceseri
binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda yaitu dengan melaksanakan kegiatan
pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat.
Pelatihan budidaya lalat maggot ini dibuat berdasarkan diskusi kelompok
masyarakat dengan pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pelatihan budidaya lalat maggot pengurai limbah rumah tangga
suatu studi kasus yang dilakukan di Bank Ramli Ceseri binaan CSR Pertamina Fuel
Samarinda dilihat dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, serta
menganalisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat
maggot pengurai limbah rumah tangga suatu studi kasus yang dilakukan di Bank
Ramli Ceseri binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil
penelitian ini meliputi: 1) Tahap perencanaan dilakukan dengan cara perekruteman
peserta tetapi perekrutmenan tidak dilakukan karena peserta pelatihan berasal dari
anggota kelompok, melakukan identifikasi kebutuhan belajar melalui diskusi
kelompok, menentukan tujuan pelatihan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat, serta menyusun tahap pelaksanaan mulai dari pembukaan,
penyampaian materi, praktek dan penutip. 2) Tahap pelaksanaan meliputi
penyampaian materi terkait pembudidayaan lalatt maggot dan metode pelatihan
menggunakan metode demonstrasi. 3) Tahap evaluasi meliputi evaluasi warga
belajar dengan memonitoring dan evaluasi program dengan meminta pendapat
warga belajar terkait pelatihan. 4) Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pelatihan budidaya lalat maggot meliputi: (a) biaya yang efektif, (b) materi yang
didasari oleh modul, (c) fasilitas yang memadai, (d) peserta yang dapat menerima
materi secara maksimal.

Kata Kunci: Pelatihan, Bank Ramli, Budidaya Lalat Maggot

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah

Tangga Suatu Studi Kasus Yang Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S1) pada Program Studi Pendidikan Masyarakat di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (UNMUL).

Penyusunan skripsi ini melibatkan beberapa pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu

Saudara/i:

1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si., selaku Rektor Universitas Mulawarman yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas

Mulawarman.

2. Prof. Dr. Muh. Amir M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Mulawarman.

3. Muh. Ramli Buhari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman yang telah memberikan kemudahan dalam bidang

administrasi.

4. Mustangin, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Masyarakat

Universitas Mulawarman yang telah memfasilitasi dalam penyusunan skripsi

ini.

iv
5. Prof. H. Saraka M. Ali, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Hepy Tri

Winarti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, mengarahkan, saran dan motivasi kepada penulis selama

penyusunan skripsi.

6. Andi Ismail Lukman, S.Pd., M.Pd. Dosen Penguji I, Sri Wahyuni, S.Pd., M.Pd.

Dosen Penguji II, dan Syukri, M.Pd. Dosen Penguji III yang telah memberikan

saran dan kritik guna perbaikan penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Pendidikan Masyarakat Jurusan

Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uniersitas

Mulawarman.

8. Pihak Bank Ramli Ceseri dan CSR Pertamina Fuel Samarinda yang telah

mengizinkan melaksanakan penelitian dan memberi banyak bantuan informasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh keluarga saya khususnya orang tua yang saya cintai Bapak Marjan Ebo

Wahyudi dan Ibu Muslihah, serta kakek dan nenek saya Bapak Tamiran dan

Ibu Siti Rohmah (Alm) serta mbok saya Ibu Mundi’ah dan tidak lupa saudara

saya Rizal Affan Bakhery yang telah memberikan dukungan dari segi moril

maupun materil dan doanya kepada penulis selama melakukan penulisan

skripsi.

10. Kawan-kawan Mahasiswa/i terkhusus mahasiswa Pendidikan Masyarkat 2018

serta sahabat-sahabat saya Ela, Ghufron, Karlos, Fauzan, Adit dan mas pacar

Isranur yang selalu memberikan semangat, bantuan dan saran-saran selama

penulis melakukan studi.

v
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi mendapatkan pahala dari Allah SWT. Karena keterbatasan ilmu yang

dimiliki penulis, penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga

penyusunan skripsi ini masih belum dikatakan sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususmya penulis sendiri.

Samarinda, 30 Juni 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 8

A. Pelatihan ............................................................................................ 8
1. Pengertian Pelatihan ...................................................................... 8
2. Proses Pelatihan ............................................................................ 9
3. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan ......... 15
B. Budidaya Lalat Maggot .................................................................... 18
1. Pengertian Budidaya ..................................................................... 18
2. Pengertian Lalat ............................................................................ 18
3. Jenis Lalat ...................................................................................... 19
4. Budidaya Lalat Maggot ................................................................. 21
5. Siklus Hidup Lalat Maggot ........................................................... 21
vii
6. Manfaat Lalat Maggot ................................................................... 22
7. Cara Penguraian Sampah .............................................................. 23
C. Bank Ramli (Ramah Lingkungan) Ceseri ...................................... 24
1. Pengertian Bank Ramli ................................................................. 24
2. Manfaat Bank Ramli ..................................................................... 25
3. Program di Bank Ramli Ceseri ..................................................... 26
4. Sasaran Pelatihan Budidaya Lalat Maggot ................................... 27
D. Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Fuel
Samarinda .......................................................................................... 27
1. Pengertian CSR ............................................................................. 27
2. CSR Pertamina Fuel Samarinda .................................................... 28
E. Penelitian Relevan ............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 31

A. Definisi Konsepsional ........................................................................ 31


B. Jenis Penelitian .................................................................................. 32
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 34
D. Data dan Sumber Data ..................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
1. Wawancara .................................................................................... 36
2. Observasi ....................................................................................... 36
3. Studi Dokumentasi ........................................................................ 37
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 37
1. Reduksi Data ................................................................................. 38
2. Penyajian Data .............................................................................. 39
3. Penarikan Kesimpulan .................................................................. 39
G. Uji Keabsahan Data .......................................................................... 39
1. Triangulasi Sumber ....................................................................... 40
2. Triangulasi Teknik ........................................................................ 40

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 41


1. Sejarah Singkat Ban Ramli Ceseri ................................................ 41
2. Identitas Bank Ramli Ceseri .......................................................... 42
3. Struktur Oeganisasi ....................................................................... 42
4. Visi dan Misi Bank Ramli Ceseri .................................................. 44
5. Sarana dan Prasarana Bank Ramli Ceseri ..................................... 45
6. Data Instruktur Pelatihan ............................................................... 45
7. Data Peserta Pelatihan ................................................................... 46
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 46
1. Pelatihan Budidaya Lalar Maggot Pengurai Limbah Rumah
Tangga Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli
Ceseri Binaan CSR Peramina Fuel Samarinda ............................. 47
a. Tahap Perencanaan .................................................................. 48
b. Tahap Pelaksanaan .................................................................. 58
c. Tahap Evaluasi ........................................................................ 62
2. Fator Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
Budidaya Lalar Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga
Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri
Binaan CSR Peramina Fuel Samarinda ........................................ 68
a. Evektifitas Biaya ..................................................................... 68
b. Materi Program ....................................................................... 70
c. Kesesuaian Fasilitas ................................................................ 71
d. Kemampuan Peserta Pelatihan ................................................ 73
C. Pembahasan ....................................................................................... 74
1. Pelatihan Budidaya Lalar Maggot Pengurai Limbah Rumah
Tangga Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli
Ceseri Binaan CSR Peramina Fuel Samarinda ............................. 74
a. Tahap Perencanaan .................................................................. 74
b. Tahap Pelaksanaan .................................................................. 79

ix
c. Tahap Evaluasi ........................................................................ 82
2. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
Budidaya Lalar Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga
Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri
Binaan CSR Peramina Fuel Samarinda ........................................ 85
a. Evektifitas Biaya ..................................................................... 85
b. Materi Program ....................................................................... 86
c. Kesesuaian Fasilitas ................................................................ 87
d. Kemampuan Peserta Pelatihan ................................................ 88

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 90

A. Kesimpulan ........................................................................................ 90
B. Saran .................................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

LAMPIRAN ................................................................................................... 96

x
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat Maggot ......................................................... 22

Gambar 2.2 Proses Penguraian Sampah .......................................................... 24

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data ................................................. 38

Gambar 4.1 Struktur Pengurus Bank Ramli Lingkungan Cendana


Berseri (CESERI) ............................................................................................ 43

Gambar 4.2 Wawancara Dengan Penanggung Jawab, Instruktur Dan


Warga Belajar .................................................................................................. 47

Gambar 4.3 Forum Diskusi CSR Pertamina Fuel Samarinda ......................... 53

Gambar 4.4 Penyampaian Materi & Praktek .................................................. 62

Gambar 4.5 Proses Monitoring ....................................................................... 65

xi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan ................................. 29

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Penelitian...................................................................... 97

Lampiran 2. Pedoman Observasi .................................................................... 99

Lampiran 3. Pedoman Studi Dokumentasi ...................................................... 100

Lampiran 4. Daftar wawancara ....................................................................... 101

Lampiran 5. Catatan Hasil Observasi ............................................................. 112

Lampiran 6. Catatan Hasil Wawancara ........................................................... 118

Lampiran 7. Data Ceklis Hasil Penelitian ....................................................... 138

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang cukup

serius bagi masyarakat, karena tanpa disadari limbah rumah tangga semakin

hari akan semakin menumpuk dan terus bertamabah jika tidak dikelola

secara eketif. Sampah terbagi menjadi dua yaitu sampah organik dan

sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari

sisa makanan dan buah-buahan yang mudah terurai. Sedangkan sampah

anorganik merupakan sampah plastik yang sulit terurai.

Nugroho (2013:23) sampah adalah barang yang dianggap sudah

tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi

sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang

benar. Dapat diartikan bahwa Sampah merupakan barang bekas yang

dianggap tidak berguna lagi sehingga dibutuhkan pengolahan barang

tersebut menjadi barang yang dapat dimanfaatkan kembali.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Samarinda (Statistics

Samarinda), jumlah penduduk Kota Samarinda mencapai 827.994 jiwa pada

tahun 2020. Karena memiliki penduduk yang banyak hal ini tidak menutup

kemungkinan banyaknya sampah yang dihasilkan setiap harinya. Menurut

data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda, setiap hari ibu Kota

Kalimantan Timur hasilkan 601 ton sampah dan didominani oleh sampah

organik.

UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah, dijelaskan

bahwa sampah merupakan permasalahan Nasional sehingga pengolahannya

perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar

memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, aman bagi


1
2

masyarakat serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Melimpahnya

sampah di Kota Samarinda dengan didominani oleh sampah organik ini

mengharuskan adanya cara untuk mengolahnya, salah satu cara yang dapat

diterapkan dalam pengolahan sampah organik adalah dengan budidaya lalat

maggot.

Silmina, dkk (2011:69) maggot adalah oranisme yang berasal dari

telur lalat black soldier dan salah satu organisme pembusuk karena

mengonsumsi bahan-bahan organik untuk tumbuh. Maggot merupakan

organisme yang tumbuh kembangnya dengan cara memakan sampah

organik. Suciati dan Faruq (2017:20) menunjukkan maggot bisa

dikembangbiakkan pada media ampas tahu. Artinya didalam

pembudidayaan maggot hanya membutuhkan media yang sederhana,

sehingga budidaya lalat maggot ini dapat dilakukan dirumah atau dalam

skala kecil.

Budidaya lalat maggot dapat di terapkan oleh setiap rumah tangga

agar dapat secara efektif mengolah sampah organik serta maggot tersebut

dapat diperjualkan sebagai pakan ternak, sehingga dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat dan menjadikan peluang pekerjaan baru. Maka

dengan demikian hal tersebut selaras dengan tujuan pembangunan

berkelanjutan dari Sustainaele Development Doals (SDGs), berdasarkan

Ringkasan Metadata Indikator BAPPENAS 2017 yaitu pada tahun 2030,

mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi

semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang

difabilitas, dan upaya yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
3

Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk

masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan

merupakan usaha sadar seseorang untuk mencerdaskan orang lain,

mentransfer ilmu agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mulyasana

(2012:2) pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peran dalam

berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilaksanakan oleh individu

berupa transfer pengetahuan yang dapat terlaksana dimana saja. Pendidikan

dapat dilakukan dengan berbagai jenis salah satunya adalah pendidikan

nonformal.

Pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dalam berbagai program

salah satunya adalah pelatihan bagi masyarakat. pelatihan merupakan

kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan keterampilan

masyarakat. Eko (2015:82) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas

individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis

sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional dibidangnya. Pelatihan

merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan keahlian

seseorang agar tercapainya tujuan yang diharapkan.

Pelatihan dapat meningkatkan mutu individu atau kelompok,

melalui pelatihan dapat membantu pemerintah dalam pengurangan jumlah

sampah dilingkungan masyarakat sehingga CSR Pertamina Fuel Samarinda

membuat program Bank Ramli dengan tujuan pengurangan jumlah sampah

yang ada di Samarinda, sudah terlaksana selama setahun dengan memiliki

beberapa pelatihan didalamnya salah satunya adalah pelatihan budidaya


4

lalat maggot sebagai upaya menjadikan masyarakat mandiri dalam

pengolahan sampah organik dirumah masing-masing.

Pelatihan budidaya lalat maggot dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengurangi banyaknya sampah organik yang dihasilkan oleh setiap rumah

tangga serta menambah pengetahuan masyarakat terkait pemanfaatan

sampah organik. Bank Ramli Ceseri merupakan satu-satunya Bank Ramli

Samarinda yang mengolahan sampah organik melalui pelatihan budidaya

lalat maggot pernyataan ini didapat melalui wawancara kepada penanggung

jawab pelatihan budidaya lalat maggot.

Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui bahwa pelatihan

budidaya lalat maggot dibuat agar Bank Ramli Ceseri yang merupakan

kampung binaan dari CSR Pertamina Fuel Samarinda dapat mengolah

sampah basah (organik) menjadi pupuk organik (kompos) serta dapat

menghasilkan pakanan untuk ternak seperti unggas dan ikan dengan

memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai pakan dari lalat maggot

tersebut. Budidaya lalat maggot merupakan upaya yang efektif dalam

pengolahan sampah organik karena dapat mengurangi banyaknya sampah

yang ada dilingkungan masyarakat Samarinda dibuktikan dengan

wawancara kepada masyarakat sekitar bahwa berkurangnya jumlah sampah

organik.

Adanya pelatihan ini menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam

mengolah sampah organik dirumah masing-masing. Berdasarkan hal

tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pelatihan

Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga Suatu Studi Kasus

yang Dilakukan di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,

maka rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan pelatihan budidaya lalat maggot pengurai limbah

rumah tangga Suatu Studi Kasus yang Dilakukan di Bank Ramli Ceseri

Binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya

lalat maggot pengurai limbah rumah tangga Suatu Studi Kasus yang

Dilakukan di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pada penelitian

ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana tahapan pelatihan budidaya lalat

maggot pengurai limbah rumah tangga Suatu Studi Kasus yang

Dilakukan di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda.

2. Untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pelatihan budidaya lalat maggot pengurai limbah rumah tangga Suatu

Studi Kasus yang Dilakukan di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR

Pertamina Fuel Samarinda


6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki bebrapa manfaat, diantaranya sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah untuk menambah

pengetahuan dalam bidang Pendidikan Masyarakat

khususnya tentang budidaya lalat maggot dalam bidang

Pendidikan Masyarakat khususnya tentang budidaya lalat

maggot memberikan landasan bagi para peneliti yang lain

dalam melakukan penelitian yang relevan terhadap judul

yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa Pendidikan Masyarakat

Melalui penelitian ini diharapkan agar mahasiswa

Pendidikan Masyarakat dapat menambah wawasan terkait

pelatihan yang dilakukan oleh CSR Pertamina Fuel

Samarinda pada budidaya lalat maggot sebagai pengurai

sampah rumah tangga di Bank Ramli Ceseri.

b. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan terkait budidaya lalat maggot sebagai

pengurai sampah rumah tangga di Bank Ramli oleh CSR

Fuel Samarinda. Hasil daripenelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai pengkaji teori yang sudah ada.


7

c. Bagi CSR Fuel Samarinda

Bagi CSR Fuel Samarinda diharapkan dapat memberikan

informasi dan dapat sebagai landasan dalam

pengembangan budidaya lalat maggot sebagai pengurai

limbah rumah tangga agar lebih baik lagi.

d. Bagi Masyarakat

Melalui pelatihan ini diharapkan menambah pengetahuan

masyarakat terkait budidaya lalat maggot sebagai

pengurai limbah rumah tangga yang dilaksanakan oleh

CSR Pertamina Fuel Samarinda.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Rowley (2012:437) pelatihan adalah sebuah konsep manajemen

sumber daya manusia yang sempit yang melibatkan aktivitas-aktivitas

pemberian instruksi-instruksi khusus yang direncanakan (seperti

pelatihan terhadap prosedur-prosedur operasi pelatihan yang spesifik)

atau pelatihan keahlian (seperti pelatihan yang berhubungan dengan

tugas, program-program pengenalan pekerjaan).

Pelatihan sebagai suatu keseluruhan proses, teknik dan metode

belajar mengajar dalam kerangka mengalihkan suatu pengetahuan dari

seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka proses

pelatihan harus mengandung unsur -unsur pokok kurikulum, metode

dan teknik pembelajaran, instruktur (guru) dan sarana/prasarana serta

dana yang memadai (Tobari, 2015:20-21).

Sedermayanti (2013:198) pelatihan sebagai sarana yang

ditujukan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja para amggota

organisasi yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak-dampak

negatif yang dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman yang

terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari anggota atau kelompok

anggota tertentu.

8
9

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat diartikan

bahwa pelatihan merupakan merupakan proses transfer pengetahuan

kepada masyarakat dengan tujuan untuk menjadikan masyarakat

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman lebih sehingga dapat

diterapkan atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mendapatkan

pekerjaaan.

2. Proses Pelatihan

Pada pelaksanaan pelatihan dibutuhkan perencanaan yang telah

disusun sebelum pelatihan berlangsung agar kegiatan pelatihan tersebut

menjadi lebih maksimal dan efektif. Icmi (2015:25-26) bahwa tahap

pelatihan terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

a. Tahap Perencanaan

1) Rekrutmen Peserta

Rekrutmen peserta adalah mencari calon peserta yang tepat

sebagai sasaran program yang akan dilaksanakan oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda di Bank Ramli Ceseri. Sedangkan

menurut Sudjana dalam Kamil (2012:17) rekrutmen peserta

dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan

langkah selanjutnya dalam pelatihan. Pada rekrutmen ini

penyelenggara menetapkan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi oleh peserta terutama yang berhubungan dengan

karakteristik peserta yang bisa mengikuti pelatihan.

2) Identifikasi Kebutuhan Belajar

Identifikasi kebutuhan belajar mencari permasalahan yang ada

di darah tersebut kemudian mencari solusi yang tepat berupa

program pelatihan budidaya lalat maggot sebagai pengurai

limbah rumah tangga. Sedangkan menurut Witkin dalam


10

Sutarto (2008:69) identifikasi kebutuhan belajar merupakan

proses dan sekaligus prosedur yang sistematis untuk

menentukan prioritas kebutuhan dan pengambilan keputusan

tentang program dan alokasi sumberdaya yang diperlukan bagi

keberlangsungan satu program layanan sosial. Sutarto (2008:9)

mengemukakan bahwa identifikasi merupakan bagian dari

proses pengorganisasian dan perencanaan untuk selanjutnya

dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan program dan

pelaksanaan program.

Sudjana dalam Kamli (2012:17) identifikasi kebutuhan belajar

adalah kegiatan mencari, menemukan, mencatat, dan mengolah

data tentang kebutuhan belajar yang diinginkan atau diharapkan

oleh peserta pelatihan atau oleh organisasi. Berdasarkan

pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa identifikasi

kebutuhan belajar merupakan kegiatan mencari data terkait

kebutuhan belajar yang dibutuhkan oleh individu atau

kelompok.

3) Menentukan Tujuan Pelatihan

menentukan tujuan pelatihan adalah menentukan tujuan

pelatihan budidaya lalat maggot sebagai usaha menjadikan

masyarakat lebih mandiri dalam mengolah sampah organik

dirumah masing-masing. Sedangkan menurut Mills dalam

Artasasmita (1987:20) menyatakan bahwa tujuan pelatihan

adalah untuk menolong peserta pelatihan agar memperoleh

keterampilan, sikap dan kebiasaan berfikir dengan efesien dan

efektif. Simamora (2006:276) tujuan pelatihan diselenggarakan

untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan


11

kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas dan kesejahterahan. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya pelatihan

untuk membekali peserta pelatihan sehingga dapat

meningkatkan kesejahterahan.

Sudjana dalam Kamil (2012:17) tujuan pelatihan secara umum

berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan. Tujuan umum

itu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik untuk

memudahkan penyelenggaraan, perumusan tujuan harus

dirumuskan secara konkret dan jelas tentang apa yang harus

dicapai dengan pelatihan tersebut. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pelatihan merupakan

beberapa hal yang harus dicapai pada pelatihan sehingga tujuan

yang akan dicapai harus jelas agar tujuan dari pelatihan dapat

tercapai secara maksimal.

4) Menyusun Tahap Pelaksanaan

menyusun tahap pelaksanaan adalah menentukan susunan

kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pelatihan terlaksana

mulai dari pembukaan sampai dengan penutupan. Sudjana

dalam Kamil (2012:17) pada tahap ini penyelenggara pelatihan

menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode,

serta menentukan media yang akan digunakan. Urutan yang

harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas mulai

dari pembukaan sampai penutupan.


12

b. Tahap Pelaksanaan

1) Penyampaian Materi Pelatihan

Penyampaian materi pelatihan adalah pemberian materi

terkait budidaya lalat maggot oleh tutor kepada masyarakat atau

warga belajar. Mangkunegara (2007:18) pelatihan sumber daya

manusia merupakan materi atau kuriulum yang sesuai dengan

tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh

instansi dan materi pelatihan pun harus update agar peserta dapat

memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang sekarang.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa pada

pelaksanaan pelatihan sebagaiknya menyampaikan materi yang

terbaru sehingga rasa ingin tahu warga belajar muncul serta

menjadikan pelatihan tersebut menarik.

2) Metode Pelaksanaan Pelatihan

Metode pelaksanaan pelatihan adalah metode yang

digunakan oleh tutor untuk menyampaikan materi pelatihan,

metode yang digunakan tentunya metode yang mudah untuk

dimengerti masyarakat atau warga belajar. Sumiati (2013:23)

menjelaskan bahwa setiap pelatih dituntut untuk mampu

menguasai semua jenis metode pembelajaran yang ada, tetapi

pada saat tertentu pelatih dituntut untuk terampil memilih dan

menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan. Pelatih

diharuskan menguasai banyak metode pada pelatihan yang sesuai

dengan pelatihan yang diadakan serta pelatih menguasai metode

tersebut. Sudjana (2010:12) mengemukakan bahwa penggunaan

peraga dengan metode demonstrasi dapat merangsang peserta

didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Karena dengan alat


13

peraga rasa ingin tahu peserta didik semakin bertambah sehingga

peserta didik semakin bertambah sehingga peserta didik dapat

memperhatikan penjelasan tentang materi yang disampaikan,

kemauan untuk mencatat, aktif bertanya, dan mampu

mengerjakan apa yang ditugaskan. Metode demonstrasi dapat

menjadikan warga belajar memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan pada pelatihan sehingga memudahkan warga belajar

dalam memahami materi pada pelatihan.

Pratama (2019:32) Demonstrasi dapat digunakan untuk

memperkaya dan menambah pengertian, sangat baik bagi

instruktur pelatihan menggunakan metode demonstrasi. Metode

demonstrasi sangat membantu dalam proses peneriman

pembelajaran kepada peserta didik agar lebih berkesan dan

mendalam, sehingga membentuk pengertian yang baik dan

sempurna. Peserta didik juga bisa mengamati dan memperhatikan

apa yang diperlihatkan selama pembelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi pada pelatihan dapat membantu warga

belajar dalam memahami materi pelatihan sehingga menjadikan

warga belajar lebih berkesan dan mendalam untuk memahami

materi.

c. Tahap Evaluasi

1) Evaluasi Warga Belajar

Evaluasi kepada warga belajar dilakukan untuk menguji tingkat

pemahaman masyarakat terkait materi pelatihan budidaya lalat

maggot yang telah disampaikan oleh tutor. Handbook (2002)

jenis evaluasi dapat dibagi berdasarkan waktu meliputi, evaluasi

yang dilakukan ketika program atau kegiatan telah selesai


14

dilakukan, bahkan biasanya dilakukan setelah 2 tahun atau lebih

program atau kegiatan tersebut selesai. Ini bertujuan untuk

menilai kesesuaian antara hasil dari program atau kegiatan

dengan tujuannya, menilai keberlanjutan dari hasil dan

dampaknya, dan untuk pertimbangan dalam keputusan

kedepannya.

2) Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi program pelatihan ini dilakukan sejauh mana tingkat

keberhasilan dari pelatihan tersebut. Menurut Sudjana dalam

Kamil (2012:17) evaluasi program pelatihan merupakan

kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal

sampai akhir dan hasilnya menjadi masukan bagi

pengembangan pelatihan selanjutnya. Kegiatan ini selain

diketahui faktor-faktor sempurna yang harus dipertahankan,

juga diharapkan diketahui pula titik-titik kelemahan pada setiap

komponen, setiap langkah dan setiap kegiatan yang sudah

dilaksanakan dengan demikian diperoleh gambaran yang

menyeluruh dan objektif dari kegiatan yang sudah dilakukan.

Gomes (2000:209) menyatakan bahwa dalam mengukur

evektivitas suatu program pelatihan dapat dievaluasi

berdasarkan informasi yang diperoleh pada lima tingkatan,

antara lain: reactions (reaksi), yaitu untuk mengetahui opini dari

para peserta mengenai program pelatihan, setelah mengikuti

pelatihan para peserta ditanya mengenai seberapa jauh mereka

puas terhadap pelatihan secara keseluruhan, terhadap pemateri,

materi yang disampaikan, isinya, bahan-bahan yang disediaka,

dan lingkungan pelatihan (ruangan, waktu istirahat, makanan,


15

suhu udara). Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui

bahwa kegiatan evaluasi program pelatihan adalah menanyakan

kepada peserta pelatihan terkait rangaian kegiatan yang

dilaksanaan pada pelatihan meliputi pemateri sampai dengan

lingkungan pelatihan.

Pelatihan merupakan salah satu proses yang dilakukan berdasarkan

tahapan-tahapan meliputi perencanaan hingga penilaian hasil sesuai dengan

perencanaanya sehingga pelatihan dapat mencapai tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan peserta yang terlibat dalam pelatihan. Oleh

karena itu fokusan pada penelitian ini adalah proses pelatihan budidaya lalat

maggot terkait dengan tahap-tahapannya meliputi tahap perencanaan

pelatihan, tahap pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot, dan tahap

evaluasi pelatihan budidaya lalat maggot.

3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan diharapkan terlaksana secara maksimal

meliputi bebarapa faktor pendukung. Rivai (2014:173) dalam

melakukan pelaihan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu

instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan pelatihan, dan

lingkungan yang menunjang. Metode pelatihan terbaik tergantung dari

berbagai faktor. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

pelatihan yaitu:

a. Evektifitas biaya

Merupakan penentuan biaya yang efektif dalam pelaksanaan

suatu kegiatan pelatihan. Gomes (2000:209), untuk mengukur

efektivitas suatu program pelatihan dapat dievaluasi berdasarkan

informasi yang diperoleh pada lima tingkatan: Cost effectivity


16

(evektivitas biaya), dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya

yang dihabiskan bagi program pelatihan, dan apakah besarnya biaya

untuk pelatihan tersebut terhitung kecil atau besar dibandingkan

biaya yang timbul dari permasalahan yang dialami oleh organisasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas

biaya dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya biaya pada

pelatihan dibandingan dengan biaya tidak terduganya.

b. Materi program yang dibutuhkan

Kesesuain materi pelatihan dengan kebutuhan masyarakat

atau warga belajar. Sumini (2012:14) modul pelatihan merupakan

salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media

transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja kepada

peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan

program yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (SKKNI). Modul pelatihan berorientasi pada pelatihan

berbasis kompetensi yang diformulasikan menjadi tiga buku, yaitu

Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai

referensi media pembelajaran bagi peserta pelatihan. Berdasarkan

pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa modul dibuat dengan

tujuan untuk memudahkan dalam penyampaian materi pelatihan.

c. Kesesuaian fasilitas

Merupakan ketersedian fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan

pelatihan. Sulaiman & Winata (2020:44) Fasilitas pelatihan

merupakan sesuatu yang memberikan kemudahan dalam melakukan

tujuan tertentu dan dapat berupa peralatan, tempat, atau lainnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa kesesuaian


17

fasilitas pada pelatihan dapat membantu memudahkan

keberlangsungan pelatihan budidaya lalat maggot.

d. Kemampuan Peserta Pelatihan

Kemampuan peserta dalam menangkap setiap materi yang

disampaikan oleh instruktur. Hamalik (2000) Penetapan calon

peserta latihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan,

yang pada gilirannya turut menentukan efektivitas pekerjaan.

Karena itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh

peserta yang baik, berdasarkan kriteria. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa peserta pelatihan merupakan fatktor

yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pelatihan sehingga

dibutuhkan peserta yang baik.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disumpulkan bahwa

pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dengan berbagai macam tahapan

serta dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Berdasarkan hal tersebut,

maka dalam penelitian ini akan mengetahui berbagai macam faktor apa

saja yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pelatihan budidaya

lalat maggot pengurai limbah rumah tangga suatu studi kasus yang

dilakukan di Bank Ramli Ceseri binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda.


18

B. Budidaya Lalat Maggot

1. Pengertian Budidaya

Budidaya merupakan suatu kegiatan memelihara hewan dengan

tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari budidaya tersebut. Dirga

dalam Akbar (2020:8) budidaya adalah sebuah usaha untuk

mengembangkan dan mendapatkan hasil dari sebuah sistem yang

dipakai untuk memperbanyak atau memproduksi apapun dengan

bantuan sumber daya manusia.

Harmono dan Suyanto dalam Diastutik (2019:6) budidaya

adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil. Dalam bahasa

kegiatan budidaya sering dipakai bahasa “pengelolaan” yang

menyangkut juga segi-segi ketatalaksanaannya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa budidaya merupakan upaya manusia dalam memperbanyak atau

menggandakan apapun dapat berupa tumbuhan dan hewan dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil dari budidaya tersebut.

2. Pengertian Lalat

Sigit dan Hadi (2006:11) lalat merupakan ordo diptera yang

termasuk dalam klasifikasi serangga (insecta) penggangu yang

menyebarkan penyakit secara mekanik dan menyebabkan gangguan

kesehatan bagi manusia dengan spesies yang sangat banyak.

Slamet dalam Jannah (2006:9) lalat adalah salah satu insekta

yang termasuk orde diptera, yakni insekta yang mempunyai sepasang

sayap berbentuk membran. Dari berbagai jenis binatang dengan sayap

berbentuk membran ini, maka salah satu yang paling ditakuti adalah

lalat. Lalat dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia seperti

misalnya penyakit tyhoid fever, disentra dan sebagainya


19

Tanjung (2016:11) lalat adalah salah satu faktor yang harus

dikendalikan namun tidak semua species ini perlu diawasi, karena

beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi

kesehatan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat diartikan

bahwa lalat adalah organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia namun tidak semua spesies lalat berbahaya bagi manusia yaitu

lalat yang tidak menimbulkan penyakit bagi manusia, serta ada pula lalat

yang menguntungkan bagi manusia.

3. Jenis-Jenis Lalat

Suyono dan Budiman dalam Fatmasari (2018:26-27) Terdapat

empat jenis lalat, yakni:

a. Housefly (lalat rumah)

Lalat rumah, musca demestica, hidup disekitar tempat kediaman

manusia diseluruh dunia. Keseluruhan lingkungan hidupnya

berlangsung antara 10-14 hari, dan lalat dewasa dapat hidup

selama kira-kira satu bulan. Larva ini terkadang menyebabkan

myasis usus, saluran kencing.

b. Sandfly (lalat pasir)

Lalat pasir merupakan vektor demam papataci. Demam papataci

atau demam phleobotomus, penyakit yang disebebkan oleh virus

dan banyak ditemukan didaerah Mediterania dan Asia Selatan.


20

c. Tsetse Flies (lalat tsetse)

Lalat tsetse merupakan vektor penting penyakit tripanosomiasis

pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikut terdapat

tujuh spesies dari lalat ini yang menjadi vektor inveksi

trypanosome pada hewan peliharaan. Vektor untuk trypanosome

rhodesiensi (penyebab rypanosomiasis) adalah lalat glossina

morsitans, G. swynnertoni, dan G. pallidipes.

d. Blackflies (lalat hitam)

Blackflies (lalat hitam) yang menjadi vaktor penyakit

onkosersiasis di Afrika berasal dari spesies simulium damnoum

dan S. neavei, sedangkan di Amerika adalah S. metallicum, S.

ochraceum, S. callidium.

Menurut Sucipto (2011:8) Wilayah permukiman banyak

ditemukan berbagai jenis lalat yaitu Muscidae (berbagai jenis lalat

rumah, lalat kandang, dan lalat tanduk), Calliphoridae (berbagai jenis

lalat hijau) dan Sarcophagidae (berbagai jenis lalat daging).

Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) (BSF) merupakan jenis

serangga yang banyak dikaji baik kandungan nutrisi maupun

karakteristiknya. BSF ini berasal dari Amerika tetapi berhasil dibiakkan

pada daerah tropis seperti Indonesia. Budidaya yang dilakukan di

Indonesia tidak memerlukan peralatan khusus yang menjadikan BSF

dapat berkembangbiak dengan pesat (Wardhana, 2016:072).


21

4. Pengertian Budidaya Lalat Maggot

Budidaya lalat maggot adalah proses pemanfaatan lalat maggot

sebagai pengurai limbah organik, serta dapat mengurangi banyaknya

sampah organik yang ada di lingkungan masyarakat. Ahmad (2020:5)

Pengembangan sumber pakan ternak maka biaya produksi ternak bisa

diminimalisir menggunakan pembudidayaan maggot yaitu salah satu

kegiatan usaha yang terpadu dan berkesinambungan, karena dengan

ternak maggot akan terciptanya mata rantai usaha yang terus menerus

dan berkesinambungan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat diartikan bahwa

budidaya lalat maggot merupakan upaya dalam penguraian sampah

organik melalui budidaya lalat maggot serta hasil dari budidaya lalat

maggot tersebut berupa umpan untuk unggas dan sebagai pupuk

kompos.

5. Siklus Hidup Lalat Maggot

Hakim, dkk dalam Indri (2021:6-7) siklus hidup lalat maggot

dari telur hingga menjadi lalat dewasa memerlukan waktu sekitar 40-43

hari, tergantung pada keadaan lingkungan dan umpan yang tersedia.

Lalat maggot dewasa betina meletakkan telurnya didekat sumber

umpan; antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak,

tumpukan limbah bungkil inti kelapa sawit dan limbah organik yang

lainnya. Siklus hidup lalat maggot dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai

berikut:
22

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat Maggot

Sumber: Tomberlin, dkk dalam Wardhana, 2016

Salman, dkk dalam Indri (2021:7) siklus maggot terdiri dari 4

fase yaitu fase telur, fase larva, fase pupa, dan fase lalat dewasa. Maggot

memiliki selera makan yang rakus dan mampu mengurai materi organik

dengan sangat baik. Maggot mampu mengeksrak energi dari sisa-sisa

makanan, bangkai hewan, sisa sayuran, dan lain sebagainya. Maggot

juga mempu bertahan dalam cuaca ekstrim dan mampu bekerja sama

dengan organisme lain untuk mengurai sampah organik. Beberapa

kondisi yang tidak ideal yang dapat menghambat pertumbuhan maggot

antara lain suhu yang tidak optimal, kualitas makanan yang rendah

nutrient, kelembaban udara, dan adanya zat kimia yang tidak cocok.

6. Manfaat Lalat Maggot

Tomberlin, dkk dalam Mulyani, dkk (2021:571) maggot atau

larva dari lalat black soldier fly (BSF) menjadi salah satu organisme

potensial untuk dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik dan

sebagai pakan tambahan bagi ikan dan ternak. Jenis lalat maggot

menyukai aroma media yang khas tetapi tidak semua media dapat

dijadikan sebagai tempat bertelur bagi lalat maggot.


23

Diener, dkk dalam Elsadaya (2021:11-12) pemanfaatan larva

black soldier fly (BSF) sebagai biokonversi sapah organik perkotaan,

memberikan potensi keuntungan. Selain pengurangan sampah padat

perkotaan, produk dalam bentuk larva (BSF), yang disebut prapupa,

menawarkan nilai tambah yang berharga sebagai pakan ternak.

Sehingga dapat membuka peluang usaha baru bagi masyarakat

menengah kecil di negara berkembang.

Dortmans, dkk dalam Mulyani, dkk (2021:571) maggot dapat

digunakan sebagai pengurai limbah organik yang biasa dihasilkan

rumah tangga. Kesempatan untuk mengurai sampah organik dengan

larva BSF sangat menjanjikan karena larva BSF yang dipanen dapat

berguna sebagai sumbe protein untuk pakan hewan, sehingga dapat

dijadikan sebagai pakan alternatif pengganti pakan konvensional.

7. Proses Penguraian Sampah

Fauzi dan Sari (2018:42) Proses budidaya dimulai dengan

peletakan media budidaya maggot ke dalam tempat media budidaya

yang sebelumnya telah dibuat. Tempat budidaya diharapkan dapat

menjaga kondisi media budidaya agar tetap lembab dan terlindung dari

hujan dan sinar matahari langsung. Media yang berada pada tempat yang

minim cahaya, teduh dan lembab diharapkan dapat memberikan dampak

positif terhadap proses bertelurnya lalat black soldier serta

perkembangan maggot setelah menetas. Lalat black soldier yang

berperan sebagai indukan dimasukkan ke dalam tempat media budidaya

yang telah dikelilingi kelambu. Lalat black soldier indukan didapatkan

dari orang lain yang sebelumnya juga beternak lalat black soldier. Proses

budidaya dilakukan selama dua minggu.


24

Proses penguraian sampah organik dengan larva lalat organik

berlangsung tidak lama berlangsung selama ± sehari semalam.

Tergantuk makanan yang diberikan semakan lunak makanan yang

diberikan maka semakin cepat pula proses penguraian sampah tersebut.

Proses penguraian limbah sampah oleh maggot dapat dilihat pada

gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Proses Penguraian Sampah

Sumber: Alizahatie, 2019

C. Bank Ramli (Ramah Lingkungan)

1. Pengertian Bank Ramli

Ferathin (2014:0005) Bank ramah lingkungan (Bank Ramli)

adalah tempat menabung sampah, masyarakat menabung dalam bentuk

sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Program ini

merupakan langkah maju sebagai pembelajaran dan kesadaran bagi

masyarakat untuk dapat memilah limbah atau sampah mana yang

memang harus dibuang atau didaur ulang sebagai kepentingan orientasi

bisnis.
25

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

Bank Ramli (ramah lingkungan) merupakan tempat penabungan

sampah yang sudah dibedakan jenis-jenisnya, jika masyarakat

mengumpulkan atau menjual sampah-sampahnya di Bank Ramli maka

masyarakat akan mendapatkan keuntungan berupa uang yang disimpan

di tempat tersebut dan dapat diambil kapanpun jika sudah mencapai

target dari pengumpulan sampah tersebut.

2. Manfaat Bank Ramli (Ramah Lingkungan)

Bank Ramli memiliki manfaat yang sangat banyak, selain

menjadikan sampah memiliki nilai jual Bank Ramli juga menyadarkan

masyarakat tentang pemanfaatan sampah melalui proses menabung di

Bank Ramli tersebut. Biasanya masyarakat sekitar Bank Ramli Ceseri

menabung sampah berupa sampah anorganik yang akan diolah kembali

atau diperjualkan oleh pihak Bank Ramli Ceseri. Jika dirasa masyarakat

telah mengumpulkan banyak sampah maka uang tersebut dapat diambil

dengan target yang sudah di tentukan oleh mereka.

Dengan sistem jual beli ini menjadikan masyarakat lebih

semangat untuk tidak membuang sampah semabrangan, karena sampah

tersebut dapat diperjual belikan di Bank Ramli. Bank Ramli merupakan

upaya yang dilakukan CSR Pertamina Fuel Samarinda untuk

menyadarkan masyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan

dengan tidak membuang sampah sembarangan.


26

3. Program di Bank Ramli Ceseri

Program yang terdapat di Bank Ramli Ceseri adalah pelatihan

pemilahan sampah, pelatihan kerajinan tangan, pelatihan kompos dan

pelatihan budidaya lalat maggot. Pelatihan pemilahan sampah adalah

pelatihan yang dilakukan dengan tujuan membedakan sampah

khususnya sampah anorganik yang akan didaur ulang, karena jenisnya

berbeda-beda dan harga jualnya pun berbeda-beda. Sampah yang akan

dipilah meliputi sampah campur, barang plastik, botol-botol, gelas,

mainan anak, dll.

Pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari sampah plastik

merupakan program yang cukup menarik, selain ada pelatihan yang

membedakan sampah adapula pelatihan dalam pengolahan sampah

tersebut menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi.

Pelatihan selanjutnya adalah pelatihan pembuatan pupuk

kompos organik yang memanfaatkan daun kering disekitaran Bank

Ramli, sehingga pupuk tersebut dapat diperjualkan atau juga

dipergunakan oleh pengurus Bank Ramli untuk tanaman sekitar Bank

Ramli.

Program trakhir atau pelatihan trakhir adalah pelatihan budidaya

lalat maggot sebagai pengurai limbah rumah tangga, tujuan dari

diadakannya program ini agar masyarakat sekitar dapat secara mandiri

dalam pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos atau

dimanfaatkan sebagai ppakan unggas.


27

Berdasarkan hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk

meneliti proses budidaya lalat maggot sebagai pengurai limbah

makanan, karena program tersebut sangat unik dengan tujuan yang baik

yaitu menjadikan masyarakat mandiri dalam pengolahan sampah

rumahan secara mandiri dirumah dan merupakan satu-satunya Bank

Ramli di Samarinda yang mengolah sampah organik yang biasanya

hanya mengolah sampah anorganik.

4. Sasaran Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

Sasaran pada pelatihan budidaya lalat maggot adalah ibu-ibu

rumah tangga karena budidaya tersebut membutuhkan orang yang

sangat telaten dalam merawatnya agar maggot dapat berkembangbiak

secara sempurna sehingga dapat selalu dimanfaatkan sebagai pengurai

limbah rumah tangga.

D. Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Fuel Samarinda

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan kegiatan yang berada di tengah-tengah

masyarakat dengan dinaungi oleh perusahaan. Prastowo dan Huda

(2011:17) CSR adalah mekanisme alami sebuah perusahaan untuk

‘membersihkan’ keuntungan-keuntungan besar yang diperoleh.

Sebagaimana diketahui, cara-cara perusahaan untuk memperoleh

keuntungan kadang-kadang merugikan orang lain, baik itu yang tidak

disengaja apalagi yang disengaja. Dikatakan sebagai mekanisme

alamiah karena CSR adalah konsekuensi dari dampak keputusan-

keputusan ataupun kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh perusahaan,

maka kewajiban perusahaan tersebut adalah membalikkan keadaan

masyarakat yang mengalami dampak tersebut kepada keadaan yang

lebih baik.
28

Ardianto dan Machfudz (2011) Corporate Social Responsibility

adalah tentang nilai dan standar yang dilakukan berkaitan dengan

komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroprasi secara

legal dan berkontribusi untuk peningkatan kualitas hidup karyawan dan

keluarga, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan

keperdulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang terdampak

dari adanya perusahaan tersebut. Resturiyani (2012) Corporate Social

Responsibility merupakan suatu konsep terintegrasi yang

menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan

dapat membantu tercapainya kesejahterahan stakeholders, serta dapat

mencapai profit maksimal sehingga dapat meningkatkan harga saham.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat diartikan

bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu sikap

keperdulian perusahaan kepada lingkungan sekitar perusahaan yang

memiliki dampak dari adanya perusahaan tersebut, sehingga masyarakat

tidak merasakan dampak buruknya saja dari perusahaan tersebut

melainkan juga dapat dampak yang baik bagi ekonomi masyarakat.

2. CSR Pertamina Fuel Samarinda

CSR Pertamina Fuel Samarinda adalah suatu bentuk keprdulian

perusahaan kepada lingkungan sekitar karena mendapat dampak dari

adanya perusahaan tersebut sehingga CSR Pertamina Fuel Samarinda

memiliki beberapa program yang telah terlaksana dan ada beberapa

kampung binaannya. Berikut merupakan beberapa program yang

terlaksan dan kampung binaan dari CSR Pertamina Fuel Samarinda:


29

Terdapat sekitar 5 program yang terlaksana di CSR Pertamina

Fuel Samarinda diantaranya adalah pembuatan infrastruktur, pembuatan

sumur, beasiswa, program magang, dan peningkatan kapasitas. Terdapat

pula 4 kampung yang menjadi binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda

diantaranya, Bank Ramli, Kampung Septi, Kampung Covid dan

keterampilan remaja dan warga UMKM.

E. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan

dengan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Hidayat 2017 berjudul “Pelatihan Kewirausahaan

Budidaya Ikan Lele Dumbo Untuk Pemberdayaan Pemuda Di Desa

Kemiri Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang”.

2. Penelitian oleh Puspita dan Syahid 2018 berjudul “Pelatihan

Kewirausahaan Budidaya Burung Puyuh Pada Kelompok Belajar

Usaha Citra Mandiri Di Kabupaten Karawang”.

Beberapa penelitian diatas merupakan penelitian terlebih dahulu

yang memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti pada tabel 2.1, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Yang Relevan

No Judul Persamaan Perbedaan


1 Pelatihan Pelatihan ini Penelitian ini
Kewirausahaan Budi mengkaji tentang menggunakan
Daya Ikan Lele proses pelatihan dan metode penelitian
Dumbo Untuk fator-faktor studi kasus serta
Pemberdayaan pendukung fokusan pada
Pemuda Di Desa pelatihan. Penelitian penelitian ini
Kemiri Kecamatan ini menggunakan adalah
Jayakerta Kabupaten pendekatan kualitatif kewirausahaan
Karawang. dengan dengan budi daya
30

pengumpulan data lele dumbo pada


melalui teknik pemuda di Desa
observasi, Kemiri Kecamatan
wawancara, dan Jayakerta
studi dokumentasi Kabupaten
Karawang.
2 Pelatihan Pelatihan ini Penelitian ini
Kewirausahaan mengkaji tentang menggunakan
Budidaya Burung proses pelatihan, metode penelitian
Puyuh Pada fator pendukung dan studi kasus serta
Kelompok Belajar faktor penghambat fokusan pada
Usaha Citra Mandiri pelatihan. Penelitian penelitian ini
Di Kabupaten ini menggunakan adalah
Karawang pendekatan kualitatif kewirausahaan
dengan dengan budidaya
pengumpulan data burung puyuh di
melalui teknik Kabupaten
observasi, Karawang.
wawancara, dan
studi dokumentasi
Sumber: Jurnal 2020

Berdasarkan peneltian tersebut, maka penelitian yang penulis teliti

memfokuskan tentang proses pelatihan budidaya lalat maggot, faktor

pendukung proses pelatihan dan faktor penghambat proses pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri oleh CSR Pertamina Fuel

Samarinda.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional merupakan batasan pengertian mengenai

suatu konsep yang digunakan dalam penelitian. Febriyanti (2014:15)

definisi konsepsional disini adalah untuk menjelaskan secara mendetail

tentang pengertian dari variabel yang dipakai atau pembahasan suatu

konsepsional. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diartikan bahwa

definisi konsepsional merupakan batasan pengertian pada suatu penelitian

atau pokok yang akan diteliti dilapangan sehingga tidak terjadi kesalahan

ketika melaksanakan penelitian. Definisi konsepsional pada penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

1. Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu proses yang dilakukan berdasarkan

tahapan-tahapan meliputi perencanaan hingga penilaian hasil sesuai

dengan perencanaanya sehingga pelatihan dapat mencapai tujuannya

untuk meningkatkan pengetahuan peserta yang terlibat dalam pelatihan.

Berdasarkan hal tersebut, maka pelatihan merupakan suatu proses yang

dilaksanakan secara terstruktur sehingga terdapat tahapan yang

dilaksanakan secara matang untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh

karena itu fokusan pada penelitian ini adalah proses pelatihan budidaya

lalat maggot terkait dengan tahap-tahapannya meliputi tahap

31
32

perencanaan pelatihan, tahap pelaksanaan pelatihan budidaya lalat

maggot, dan tahap evaluasi pelatihan budidaya lalat maggot.

2. Budidaya Lalat Maggot

Budidaya merupakan upaya manusia dalam memperbanyak atau

menggandakan apapun dapat berupa tumbuhan dan hewan dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil dari budidaya tersebut. Lalat adalah

organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia namun

tidak semua spesies lalat berbahaya bagi manusia yaitu lalat yang tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia, serta ada pula lalat yang

menguntungkan bagi manusia.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini kualitatif.

Peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk dijadikan sebagai pendekatan

penelitian berdasarkan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini,

yakni proses pelatihan budidaya lalat maggot sebagai pengurai limbah

rumah tangga oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda. Moleong dalam

Muhammad (2013:23) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-

lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.


33

Berdasarkan hal tersebut, pada saat proses pelatihan berlangsung

peneliti akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan penanggung

jawab, tutor dan peserta pelatihan budidaya lalat maggot oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda. Kemudian pada penelitian ini akan lebih

mengungkapkan secara deskriptif hasil dari temuan-temuan dilapangan

berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati, maka peneliti mengetahui bagaimana proses pelatihan budidaya

lalat maggot sebagai pengurai limbah rumah tangga oleh CSR Pertamina

Fuel Samarinda. Sehingga peneliti mendapatkan gambaran dari

permasalahan tersebut secara mendetail.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan

masalah yang akan diteliti terkait proses pelatihan budidaya lalat maggot

sebagai pengurai limbah adalah menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode studi kasus merupakan metode penelitian

yang menggambarkan atau menganalisis kenyataan sosial yang ada.

Sugiyono (2016:225) metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan

secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.


34

Berdasarkan hal tersebut peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif agar dapat memperoleh gambaran secara nyata terkait proses

pelatihan budidaya lalat maggot sebagai pengurai limbah rumah tangga di

Bank Ramli Ceseri oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda secara faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta yang ada.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan ± selama 3 bulan di Bank Ramli

Ceseri beralamatkan di Jl. Cendana gg. 11. RT. 12, Kelurahan Karang

Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda Kalimantan Timur.

D. Data dan Sumber Data

Data merupakan kejadian nyata yang dirangkum dalam bentuk

catatan, Arikunto dalam Apriadi (2013:129) bahwa data adalah hasil

pencarian, baik berupa fakta ataupun angka yang bisa dijadikan bahan untuk

menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data

yang dipakai untuk suatu keperluan. Data pada penelitian ini dapat berupa

catatan-catatan dalam kertas, buku atau tersimpan sebagai file dalam basis

data. Data pada penelitian kualitatif didapat melalui proses menggunakan

teknik analisis mendalam data tidak bisa diperoleh secara langsung sehingga

dibutuhkan sebuah sumber data.


35

Sumber data adalah dari mana data tersebut berasal sebagai

pengumpulan informasi, Arikunto (2010:172) sumber data yang dimaksud

dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data

pada penelitian ini meliputi tiga teknik pengumpulan data berupa

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dari data wawancara

berupa narasumber yang meliputi penanggung jawab pelatihan budidaya

lalat maggot, tutor pelatihan budidaya lalat maggot dan masyarakat Bank

Ramli Ceseri sebagai warga belajar. Subjek data observasi merupakan

proses pelaksanaan kegiatan secara langsung di Bank Ramli Ceseri. Subjek

dari data studi dokumentasi berupa catatan-catatan dari hasil observasi yang

terdapat pada angket pertanyaan serta ada yang berbentuk foto alat bantu

dalam pembudidayaan lalat maggot dan hasil kegiatan pelatihan budidaya

lalat maggot.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan beberapa langkah-langkah

yang dilakukann dalam penelitian dengan bertujuan untuk pengumpulan

data. Maryadi, dkk (2010:41) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang

memngkinkan diperoleh data detai dalam waktu yang relatif lama. Anggito

dan Setiawan (2018:268) bahwa teknik pengumpulan data penelitian

kualitatif terdiri dari wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Maka

teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi

dan dokumentasi.
36

1. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan memberikan pertanyaan kepada

narasumber terkait objek yang akan diteliti. Arikunto (2013:199)

menjelaskan bahwa wawancara bebas terpimpin adalah wawancara

yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara bebas namun

masih tetap berada pada pedoman wawancara yang sudah dibuat.

Wawancara dilakukan guna mendapatkan data yang dibutuhkan dan

valid terkait pelatihan budidaya lalat maggot dengan mengumpulkan

informasi secara langsung pada subjek penelitian. Mengajukan

beberapa pertanyaan kepada narasumber meliputi, penanggung jawab

pelatihan budidaya lalat maggot, tutor pelatihan budidaya lalat maggot,

dan masyarakat Bank Ramli Ceseri sebagai warga belajar.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung pada

kegiatan yang akan diteliti untuk mendapatkan data yang nyata dan

akurat, Sugiyono (2015:329) observasi merupakan kegiatan pemuatan

penelitian terhadap suatu objek. Jenis observasi yang diterapkan pada

penelitian ini adalah observasi partisipasi dimana observasi dilakukan

dengan cara pengamatan atau orang yang melakukan observasi ikut

terlibat secara langsung dengan mencatat data yang diperlukan untuk

kelengkapan penelitian. Teknik observasi ini digunakan untuk

menganalisis proses pelatihan budidaya lalat maggot sebagai pengurai

limbah rumah tangg oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda.


37

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan dalam pengumpulan, penggunaan dan

penyediaan dokumen sebagai penerangan bukti pada suatu objek.

Sugiyono (2015:329) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan

untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsipan,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian. Studi dokumentasi pada

penelitian ini berupa catatan-catatan dari hasil observasi yang terdapat

pada angket pertanyaan serta ada yang berbentuk foto dari alat-alat

yang digunakan pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda yang diakses dari internet.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data meruapakan proses mencari data yang diperoleh

melalui wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Moleong

(2011:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data. Memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menumukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan pada orang lain.

Data pada penelitian kualitatif diperoleh dari berbagai sumber

menggunakan teknik yang bermacam-macam dengan dilakukan terus-

menurus sehingga mengakibatkan variasi pada data. Sugiyono (2018:246)

analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan


38

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data berlangsung, dan

setelah selesai pengumpulan data dalam priode tertentu. Sehingga aktivitas

dalam analisis data meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Komponen dalam analisis data dapat dilihat pada gambar 3.1

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data

Sumber: Sugiyono, 2016

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menganalisis data yang sudah

didapatkan untuk di rangkum. Sugiyono (2018:247-249) reduksi data

adalah merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting yang sesuai dengan topik penelitian, mencari tema

polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Reduksi data bertujuan untuk memandu peneliti dalam mencari fokusan

data yang dikumpulkan dari catatan lapangan.


39

2. Penyajian Data

Penyajian data biasanya dilakukan setelah reduksi data dan data

bernemtuk uraian singkat, Sugiyono (2015:249) dalam penelitian

kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singka,

bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian

data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dilapangan

untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan aspek apa yang

telah dipahami peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan pencarian arti, makna, dan

penjelasan terkait data yang sudah didapat dengan menarik kesimpulan.

Sugiyono (2015:252) kesimpulan dalam penelitian kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,

dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan disajikan dalam bentuk penyajian yang singkat dan mudah

dipahami dengan mengacu pada tujuan penelitian.

G. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu

bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil

penelitian. Wiersma dalam Sugiyono (2016:369) uji keabsahan data seing

dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh peneliti untuk


40

membuktikan keaslian data dan keakuratan data tersebut, untuk membantu

merangkum pembaca sehingga mengerti data yang akan diteliti. Untuk

memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi Sugiyono (2013:330) triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Pada penelitian ini

menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber, sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan penarikan kesimpulan yang berbeda

dari sumber yang sama, Sugiyono (2016:241) triangulasi sumber berarti

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

sama. Data dikatakan absah apabila terdapat konsistensi atau

kesesuaian antara informasi yang diberikan oleh informan satu dengan

informan lainnya. Data yang didapat dari lapangan kemudian dianalisis

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulkan berdasarkan

tiga sumber data.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan cara pengumpulan data yang berbeda

tetap memiliki tujuan yang sama. Sugiyono (2013:14) triangulasi teknik

berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama.

Pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik meliputi, observasi

partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data.


41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1 Sejarah Singkat Bank Ramli Ceseri

Pada dasarnya Bank Sampah merupakan program dari CSR

Pertamina Fuel Samarinda yang berdiri pada bulan Desember tahun

2020 dengan izin dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi atau

Kota. menepatkan sasaran dibentukanya pengurus Bank Ramli Ceseri

di Jalan Cendana Gang 11, Rt 12, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan

Sungai Kunjang, tetapi sasaran CSR Pertamina tidak hanya Rt. 12

melainkan melibatkan Rt 8, Rt 9 dan Rt 10.

Pada mulanya Bank Ramli Ceseri didirikan sebagai bentuk

kepedulian pendiri terdahulu serta masyarakat terhadap kepedulian

lingkungan, kebersihan lingkungan serta pemanfaatan sampah yang

dapat di daur ulang, karena masyarakat di jalan cendana khususnya di

Rt 8, Rt 9, Rt 10, dan Rt 12 sangat padat penduduk sehingga jumlah

sampah yang dihasilkan perharinya sangat banyak dari hal ini maka

terbentuklah pengurus bank ramli ceseri dari warga setempat yang

peduli terhadap kebersihan lingkungannya dan juga upaya pemerintah

dalam mewujudkan lingkungan bersih dan sehat, agar masyarakat dapat

mengelola sampah mereka sendiri menjadi sebuah produk yang bernilai

jual dan dapat membantu perekonomian keluarganya. Bank Ramli

Ceseri memiliki visi dan misi yang dijadikan acuan sehingga program
42

binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda dapat berjalan dengan terarah

dan tepat tujuan.

2 Identitas Bank Ramli Ceseri

Nama Program : Bank Ramli Ceseri

Nama Ketua Bank Ramli : Aminuddin

Alamat : Jalan Cendana Gang 11, Rt 12, Kelurahan

Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda,

Kalimantan Timur

No. Telpon : 081258169077

Email : bankramliceseri@gmail.com

Status : Program CSR Pertamina

Bangunan : Rumah Warga

3 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Bank Ramli Ceseri yang dapat

dilihat pada bagan 4.1 dibawah ini, yaitu sebagai berikut:


43

Gambar 4.1 Struktur Pengurus Bank Ramah Lingkungan Cendana

Berseri (CESERI)

PENANGGUNG
JAWAB
Lurah Karang
Anyar

PENASEHAT PEMBINA KEAMANAN


Sudarman Rumah Zakat 1. BABINSA Kel.
Karang Anyar
2. Bhabinkamtibm
KETUA as Kel. Karang
Aminuddin Anyar
3. Ketua RT 08
4. Ketua RT 09
5. Ketua RT 10
6. Ketua RT 11

SEKRETARIS BENDAHARA
Emi Marlinda Armayah

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PEMILAHAN PRODUKSI MARKETING
Kusminiati Arpah Siswanto

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022


44

4 Visi dan Misi Bank Ramli Ceseri

Bank Ramli Ceseri memiliki visi yaitu “mengurangi sampah

dari sumbernya melalui pilahan sampah dari rumah berbasis

masyarakat yang sehat dan ekonomis”.

Berdasarkan visi diatas, maka dirumuskan misi-nya sebagai

berikut:

a. Memberikan layanan terbaik tentang pengelolaan sampah kepada

masyarakat.

b. Menciptakan kepedulian dan tanggungjawab masyarakat terhadap

sampah.

c. Mengelola sampah menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomi.

d. Menciptakan mitra bisnis dalam daur ulang sampah melalui bank

sampah.

e. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Adapun tujan pada program Bank Ramli Ceseri, sebagai

berikut:

a. Agar pengelolaan sampah dapat dilaksanakan mulai dari

sumbernya dengan car 3R dan selanjutnya dengan ditabung atau

dihibahkan di bank sampah sehingga dapat menambah pengahsilan

masyarakat.

b. 3R adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu

yang dapat menimbulkan sampah (Reduce), kegiatan penggunaan


45

kembali sampah yang layak dipakai (Reuse) kegiatan mengolah

sampah ntuk dijadikan produk lain (Recycle).

5 Sarana dan Prasarana Bank Ramli Ceseri

Sarana dan prasarana adalah salah satu hal yang sangat penting

untuk menunjang kegiatan yang ada serta fasilitas program pelatihan

yang sangat membantu dalam mencapai tujuan yaitu mengkedepankan

keterampilan dan kemandirian masyarakat. Bank Ramli Ceseri memiliki

berbagai fasilitas yang mendukung proses pelatihan didalamnya,

meliputi: halaman depan yang sangat luas, ruang administrasi, ruang

tamu, ruang khusus sampah plasitik, ruang khusus sampah kardus dan

ruang khusus sampah almunium.

6 Data Instruktur Pelatihan

Pelatihan budidaya lalat maggot yang diselenggarakan oleh

Bank Ramli Ceseri menggunakan fasilitator yang terampil dalam

memberikan arahan serta bimbingan. Penulis mengggunakan 1 subjek

untuk penelitian dalam data instruktur pelatihan budidaya lalat maggot

di Bank Ramli Ceseri yang telah tersedia untuk melihat proses pelatihan

budidaya lalat maggot serta faktor pendukung dan penghambat proses

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri.


46

7 Data Peserta Pelatihan

Pelatihan budidaya lalat maggot diikuti oleh warga Kelurahan

Karang Anyar yang mayoritas berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga

(IRT), penulis menggunakan 1 orang digunakan penulis sebagai subjek

penelitian dalamdata peserta pelatihan budidaya lalat maggot untuk

melihat proses pelatihan budidaya lalat maggot serta faktor pendukung

dan penghambat proses pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik

observasi, wawancara dan studi dokumentasi selama dilapangan berkaitan

dengan pelatihan budidaya lalat maggot pengurai limbah rumah tangga

suatu studi kasus yang dilakukan di Bank Ramli Ceseri binaan CSR

Pertamina Fuel Samarinda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan pelatihan

budidaya lalat maggot pengurai limbah rumah tangga suatu studi kasus yang

dilakukan di Bank Ramli Ceseri binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda

meliputi bagaimana pelatihan budidaya lalat maggot serta apa saja faktor

yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat maggot pengurai

sampah rumah tangga suatu studi kasus yang dilakukan di Bank Ramli

Ceseri binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda.


47

1. Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga

Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR

Pertamina Fuel Samarinda

Proses pelatihan budidaya lalat maggot adalah kegiatan yang

didalamnya ada interaksi antara instruktur dan warga belajar untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, dimana tujuan pelatihan adalah untuk

menambah pengetahuan dan keterampilan terkait budidaya lalat maggot

sebagai pengurai limbah rumah tangga. Gambar 4.1 Merupakan kegiatan

wawancara dengan tiga narasumber meliputi penanggung jawab pelatihan

ibu Febryanti, instruktur pelatihan bapak Aslan dan warga belajar ibu Emi.

Gambar 4.2

Wawancara dengan penanggung jawab, fasilitator dan warga belajar

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya kegiatan berupa

pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada warga belajar terkait

budidaya lalat maggot agar dapat mengolah sampah rumah tangga secara

mandiri. Upaya yang dilakukan oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda dalam
48

budidaya lalat maggot agar mengurangi kuantitas sampah organik di Kota

Samarinda.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan pelatihan budidaya lalat maggot meliputi

beberapa kegiatan, sebagai berikut:

1) Rekrutmen Peserta

Pada tahapan perekrutmenan peserta pelatihan budidaya lalat

maggot ini tidak ada syarat khusus yang ditentukan oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda, karena yang mengikuti peltihan

hanyalah anggota dari Bank Ramli Ceseri. Sesuai yang

dikemukakan oleh ibu Febryanti selaku penanggung jawab

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda.

“Warga belajar yang mengikuti pelatihan hanya anggota


kelompok dari Bank Ramli Ceseri, jadi tidak ada sistem atau
cara perekrutmenan yang khusus. Akan dilakukan
perekrutmenan jika melibatkan warga masyarakat diluar
kelompok”. (CTLHW Ibu Febry, 07 Februari 2022. Hal: )
Pernyataan yang sama dikemukakan juga oleh Bapak Aslan

selaku instruktur terkait rekrutmen peserta pada pelatihan budidaya

lalat maggot.

“Tidak ada persyaratan khusus dan yang saya tau peserta


pelatihan adalah anggota dari Bank Ramli Ceseri. Karena
persyartan belajar itu siapapun boleh ikut serta siapapun
yang berminat untuk belajar budidaya lalat maggot”.
(CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
49

Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Ibu Emi selaku

warga belajar terkait rekrutmen peserta pada pelatihan budidaya

lalat maggot.

“Tidak ada syarat yang ditentukan dan yang mengikuti


pelatihan anggota dari Bank Ramli Ceseri”. (CTLHW Ibu
Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
Ibu Febry menjelaskan terkait rekrutmen peserta yaitu

dengan cara warga belajar yang mengikuti pelatihan hanya anggota

kelompok dari Bank Ramli Ceseri, jadi tidak ada sistem atau cara

perekrutmenan yang khusus. Akan dilakukan perekrutmenan jika

melibatkan warga masyarakat diluar kelompok. Bapak Aslan

menjelaskan bahwa tidak ada persyaratan khusus dan yang saya tau

peserta pelatihan adalah anggota dari Bank Ramli Ceseri,

karenaarena persyartan belajar itu siapapun boleh ikut serta siapapun

yang berminat untuk belajar budidaya lalat maggot. Ibu Emi juga

menjelaskan bahwa tidak ada syarat yang ditentukan dan yang

mengikuti pelatihan anggota dari Bank Ramli Ceseri.

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga narasumber,

didapatkan informasi bahwa pada perektutmenan peserta pelatihan

budidaya lalat maggot tidak ada syarat tertentu untuk peserta dalam

mengikuti pelatihan, karena yang mengikuti pelatihan hanya

anggota Bank Ramli Ceseri. Akan ada syarat khusus dalam

perekrutmentan peserta pelatihan jika melibatkan warga masyarakat

diluar dari anggota Bank Ramli Ceseri.


50

2) Identifikasi Kebutuhan Belajar

Pada saat mengidentifikasi kebutuhan belajar yang

dilakukan oleh pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda adalah

berdiskusi terkait program apa yang tepat untuk mengurangi

banyaknya sampah di Samarinda yang didominani oleh sampah

organik. Pihak CSR Pertamina Fuel Samrinda mencari variasi

terbaru dalam pengolahan sampah organik yaitu melalui budidaya

lalat maggot sebagai pengurai limbah rumah tangga. Dengan

adanya pelatihan budidaya lalat maggot ini menjadikan warga

belajar memiliki bekal keterampilan, pengetahuan serta

pengalaman baru dalam bidang pengolahan sampah. sesuai yang

dikemukakan oleh Ibu Febryanti selaku penanggung jawab

pelatihan, bapak Aslan selaku instruktur pelatihan dan ibu Emi

selaku warga belajar terkait identifikasi kebutuhan belajar pada

pelatihan budidaya lalat maggot sebagai berikut:

“Kami melakukan diskusi dengan pengurus Bank Ramli


Ceseri terkait banyaknya sampah yang ada di Samarinda
dengan didominani oleh sampah organik sehingga
dibutuhkan varian dalam pengolahan sampah organik. Jadi
kami cari-cari pelatihan ternyata di Samarinda ini ada
pelatihan maggot. Pelatihan ini merupakan satu-satunya obsi
pengolahan sampah dan sampai sekarang belum ada obsi
pelatihan dalam pengolahan sampah dan berdasarkan
himbauan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
mendorong bank ramli untuk melakukan pengolahan sampah
organik sehingga disarakan pelatihan budidaya lalat maggot.
Budidaya lalat maggot ini merupakan alternatif agar
sampah organik dapat dikelola serta menjadikan
masyarakat lebih mandiri dalam pengolahan sampah
51

organik dirumah masing-masing”. (CTLHW Ibu Febry, 07


Februari 2022. Hal: )

Pernyataan selaras dikemukakan pula oleh bapak Aslan

selaku fasilitator terkait identifikasi kebutuhan belajar pada

pelatihan budidaya lalat maggot.

“Pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda membuat forum


diskusi kepada pengurus Bank Ramli Ceseri dengan
melibatkan saya terkait banyaknya sampah yang ada di
Samarinda, tujuan dari diskusi tersebut untuk menentukan
penyelesaian yang tepat terkait masalah sampah tersebut.
Sehingga diputuskanlah budidaya lalat maggot sebagai
pengurai sampah organik yang merupakan varian terbaru
dalam pengolahan sampah organik”. (CTLHW Bapak Aslan,
04 Februari 2022. Hal: )

Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar

terkait identifikasi kebutuhan belajar pada pelatihan budidaya lalat

maggot.

“Kami di ajak berdisukusi oleh pihak CSR Pertamina Fuel


Samarinda untuk menentukan pelatihan yang tepat dilakukan
untuk mengurangi banyaknya sampah di lingkungan kami,
dibuatlah pelatihan budidaya lalat maggot untuk mengurangi
banyaknya sampah organik”. (CTLHW Ibu Emi, 04 Februari
2022. Hal: )
Ibu Febry menjelaskan indentifikasi kebutuhan belajar

melalui diskusi dengan pengurus Bank Ramli Ceseri terkait

banyaknya sampah yang ada di Samarinda dengan didominani oleh

sampah organik sehingga dibutuhkan varian dalam pengolahan

sampah organik sehingga dibuatlah pelatihan budidaya lalat maggot

yang merupakan alternatif agar sampah organik dapat dikelola serta


52

menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam pengolahan sampah

organik dirumah masing-masing. Bapak Aslan menjelaskan

identifikasi kebutuhan belajar melalui forum diskusi kepada

pengurus Bank Ramli Ceseri dengan melibatkan saya terkait

banyaknya sampah yang ada di Samarinda, tujuan dari diskusi

tersebut untuk menentukan penyelesaian yang tepat terkait masalah

sampah. Sehingga diputuskanlah budidaya lalat maggot sebagai

pengurai sampah organik yang merupakan varian terbaru dalam

pengolahan sampah organik. Ibu Emi juga menjelaskan identifikasi

kebutuhan belajar melalui ajakan berdisukusi oleh pihak CSR

Pertamina Fuel Samarinda untuk menentukan pelatihan yang tepat

dilakukan untuk mengurangi banyaknya sampah di lingkungan

kami, dibuatlah pelatihan budidaya lalat maggot untuk mengurangi

banyaknya sampah organik.

Sementara itu, hasil dokumentasi yang peneliti temukan

dilapangan menunjukan bahwa pelatihan budidaya lalat maggot

terbentuk berdasarkan hasil diskusi. Berikut dokumentasi kegiatan

diskusi yang dilaksanakan oleh pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda, apat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:


53

Gambar 4.3 Forum Diskusi CSR Pertamina Fuel Samarinda

Sumber: Dokumentasi Milik Bank Ramli Ceseri, 2021

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga narasumber serta

studi dokumentasi dapat diinformasi bahwa dalam

pengidentifikasian kebutuhan dilakukan diskusi dengan melibatkan

pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda, pengurus Bank Ramli Ceseri

dan Fasilitator. Pada diskusi tersebut membahas terkait banyaknya

sampah yang ada di Samarinda, sehingga dibutuhkan variasi yang

tempat dalam pengolahan sampah tersebut. Diskusi tersebut

menghasilkan keputusan untuk mengadakan pelatihan budidaya

lalat maggot yang merupakan inovasi terbaru dalam pengolahan

sampah organik. selain dapat mengolah sampah secara mandiri

dirumah masing-masing budidaya lalat maggot juga dapat

membantu mengurangi banyaknya sampah yang ada di Samarinda.

Maggot juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang dapat

diperjualkan sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan

menjadikan peluang pekerjaan baru bagi masyarakat.


54

3) Menentukan Tujuan Pelatihan

Setiap kegiatan tentunya memiliki tujuan sebagai acuan

dalam dalam pelaksanaan kegiatan, seperti tujuan dari pelatihan

budidaya lalat maggot yang disampaikan oleh Ibu Febryanti selaku

penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku instruktur

pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar terkait menentukan

tujuan pelatihan pada pelatihan budidaya lalat maggot sebagai

berikut:

“Tujuan pelatihan adalah meningkatkan kapasitas dari yang


tidak bisa menjadi bisa dan yang tidak tau menjadi tau. Pada
waktu itu sudah ada suatu kelompok masyarakat sehingga saya
ingin membantu untuk meningkatkan kapasitas atau
meningkatkan kemapuan mereka. Agar sampah-sampah
organik di lingkungan Bank Ramli Ceseri dapat diolah mandiri
menjadi pupuk kompos dan dimanfatkan sebagai pakan ternak
serta maggot tersebut dapat diperjualkan sebagai pakan ternak,
jadi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan
menjadikan peluang pekerjaan baru”. (CTLHW Ibu Febry, 07
Februari 2022. Hal: )

Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku fasilitator,

sebelum melakukan suatu kegiatan pelatihan tentunya kita memiliki

tujuan.

“Tujuan pelatihan yang jelas kita mau sebanyak-banyaknya


orang untuk mengetahui tentang budidaya maggot itu seperti
apa, tujuan yang paling penting bagaimana cara mengolah
sampah. Kami 1 mitra denga DLH (Dinas Lingkungan Hidup)
dalam pengolahan sampah jadi tujuannya untuk mengedukasi
gimana cara mengolah sampah organik secara baik dan benar”.
(CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
55

Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar,

sebelum melakukan kegiatan tentunya memiliki tujuan.

“Tujuan kita pelatihan inikan supaya kita mengetahui lebih


jauh apa sih itu maggot, betulkan ndk bau makanya kita
mencoba dirumah ternyata memang engga bau. Cuma maggot
itu punya komposisinya yaitu 1 kg pupanya dapat mengolah
10 kg sampah”. (CTLHW Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )

Ibu Febryanti menjelaskan tujuan diadakannya pelatihan

budidaya lalat maggot untuk meningkatkan kemampuan masyarakat,

merupakan satu-satunya obsi dalam pengolahan sampah organik dan

budidaya lalat maggot dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat dan menjadikan peluang pekerjaan baru.

Bapak Aslan juga menjelaskan tujuan pelatihan adalah untuk

mengedukasi masyarakat tentang mengolah sampah organik secara

baik dan benar. Serta ibu Emi juga menjelaskan tujuan pelatihan

adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang budidaya lalat maggot.

Kesimpulan dari hasil wawancara dari keiga narasumber

bahwa tujuan pelatihan budidaya lalat maggot adalah untuk

meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat untuk

mengurani banyaknya sampah organik yang ada di Samarinda.

pengetahuan tersebut dapat menjadikan masyarakat dapat mengolah

sampah organik secara mandiri serta dapat dimanfaatkan sebagai

peluang pekerjaan baru.


56

4) Menyusun Tahap Pelatihan

Sebelum melakukan suatu kegiatan pelatihan tentunya

menyusun terlebih dahulu apa saja kegiatan yang akan dilakukan

pada pelatihan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Ibu

Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku

instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar terkait

penyusunan tahap pelatihan pada pelatihan budidaya lalat maggot

sebagai berikut:

“Yang menentukan tahap pelatihan adalah instruktur, jadi


instruktur ada menawarkan bundelan paket terkait apa saja
kegiatan pelatihan yang akan dilakukan dengan harga sekian.
Tahapan pada pelatihan kemarin adalah instruktur
menjelaskan melelui LCD penejelasannya seperti seminar
kemudian memprektekkan pembudidayaan lalat maggot”.
(CTLHW Ibu Febry, 04 Februari 2022. Hal: )

Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku

fasilitator, sebelum melakukan suatu kegiatan pelatihan tentunya

harus menyusun tahap pelatihan terlebih dahulu.

“Biasanya pelatihan tergantung permintaan, biasanya kami


adakan sendiri dan ada pelatihan berdasarkan permintaan
dari mitra/instansi seperti pertamina. Itu mereka yang minta
dan mereka yang mengajukan proposal kekami untuk
mengadakan pelatihan. Berarti pelaksanaan pelatihan
berdasarkan permintaan mereka mau pelatihan seperti apa,
misalkan mereka mau dijelaskan masalah budidaya atau
banagimana pengolahan sampahnnya. Jadi mengikuti sesuai
dengan permintaan mereka, bukan kami yang menentukan
materi karena materninya apa lalu kami sesuaikan dan kami
susunkan konsepnya. Apa saja yang bisa kami sampaikan
sehingga tujuan mereka dapat tercapai, jadi tahapan pada
pelatihan waktu itu adalah penyampaian materi kemudian
57

pemeraktekan pembudidayaan lalat maggot secara


langsung”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )

Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar,

sebelum melakukan kegiatan tentunya harus menyusun tahap

pelatihan terlebih dahulu.

“Pembukaan kemarin pihak CSR yang membuka dan rumah


zakat, nah mba Febryanti (pihak CSR Pertamina) yang jadi
juru bicara kemudian instrukturnya dari orang merdeka
(Bapak Aslan) dilanjutkan dengan menjelaskan materi
selanjutnya kita praktekkan pembudidayaannya secara
langsung dilapangan dan membawa pulang oleh-oleh (benih
maggot) dari anakan maggot itu tadi/larva maggot”.
(CTLHW Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )

Ibu Febryanti menjelaskan menyusun tahapan pada pelatihan

budidaya lalat maggot meliputi instruktur menjelaskan melelui LCD

penejelasannya seperti seminar kemudian memprektekkan

pembudidayaan lalat maggot dan yang terkahir penutupan. Bapak

Aslan juga menjelaskan tahapan pada pelatihan adalah penyampaian

materi kemudian pemeraktekan pembudidayaan lalat maggot secara

langsung. Ibu Emi juga menjelaskan tahapan pada pelatihan

budidaya lalat maggot adalah pembukaan oleh pihak CSR Pertamina

dan rumah zakat dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Bapak

Aslan kemudian praktek pembudidayaan lalat maggot.

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

bahwa menyusun tahap pelatihan meliputi pebukaan, penyampaian


58

materi tentang budidaya lalat maggot, pemeraktekan budidaya lalat

maggot dan penutupan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot

meliputi beberapa kegiatan, sebagai berikut:

1) Penyampaian Materi Pelatihan

Pada pelatihan budidaya lalat maggot materi yang

disampaikan tentunya berkaitan tentang budidaya lalat maggot

dalam pengolahan sampah. seperti yang disampaikan oleh Ibu

Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan

selaku instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar

terkait penyampaian materi pelatihan pada pelatihan budidaya

lalat maggot sebagai berikut:

“Materi yang disampaikan disusun oleh fasilitator


tergantung permintaan kami, materi kemarin yang
disampaikan tentang pembudidayaan lalat maggot serta
sampah apa saja yang dapat dikonsumsi serta makanan apa
yang harus dihindari oleh maggot tersebut”. (CTLHW Ibu
Febry, 07 Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku

fasilitator, terkait apa saja materi yang disampaikan pada

pelatihan budidaya lalat maggot.

“Materi disusun oleh kami tapi sesuai dengan dengan


permintaan pihak Pertamina, tujuan mereka apa sih
sebenarnya untuk mengadakan pelatihan tersebut. Nah dari
situ kita dapat menentukan materi yang akan kami
sampaikan. Nanti dikirim materi tersebut biar mereka prin
dulu untuk dibagikan kepeserta. Materi yang disampaikan
59

waktu itu tentang budidaya lalat maggot sekaligus pemilahan


sampah, pemanfaatan sampah organik untuk maggot
(maksudanya yang nutrisinya bagus) yang cocok untuk
maggot yang mana dan yang tidak boleh yang mana nanti
dijelaskan”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal:
)
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga

belajar, terkait apa saja materi yang disampaikan pada pelatihan

budidaya lalat maggot.

“Materi yang disampaikan pastinya tentang budidaya lalat


maggot dan makanan yang bagus untuk maggot”. (CTLHW
Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )

Ibu Febryanti menjelaskan materi yang disampaikan

pada pelatihan budidaya lalat maggot adalah disampaikan

tentang pembudidayaan lalat maggot serta sampah apa saja yang

dapat dikonsumsi serta makanan apa yang harus dihindari oleh

maggot tersebut. Bapak Aslan menjelaskan materi yang

disampaikan pada pelatihan budidaya lalat maggot adalah

tentang budidaya lalat maggot sekaligus pemilahan sampah,

pemanfaatan sampah organik untuk maggot (maksudanya yang

nutrisinya bagus) yang cocok untuk maggot yang mana dan

yang tidak boleh yang mana nanti dijelaskan. Ibu Emi juga

menjelaskan materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya

lalat maggot adalah tentang budidaya lalat maggot dan makanan

yang bagus untuk maggot.


60

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga

narasumber bahwa materi yang disampaikan pada pelatihan

budidaya lalat maggot adalah tentang bagaimana cara

pembudidayaan lalat maggot serta cara memilah sampah yang

bernutrisi atau baik untuk perkembangan maggot tersebut dan

apa saja makanan yang tidak baik dikonsumsi oleh maggot

tersebut.

2) Metode Pelaksanaan Pelatihan

Proses pelatihan budidaya lalat maggot yang diberikan oleh

fasilitator pastinya memiliki metode, metode yang digunakan

pada saat pelatihan dapat berdampak pada proses pemberian

materi, sehingga dapat berjalan secara maksimal. Seperti yang

disampaikan oleh Ibu Febryanti selaku penanggung jawab

pelatihan, bapak Aslan selaku instruktur pelatihan dan ibu Emi

selaku warga belajar pada pelatihan budidaya lalat maggot

sebagai berikut:

“Metode yang digunakan adalah demonstrasi jadi


menjelaskan lalu mempraktekkan”. (CTLHW Ibu Febry, 07
Februari 2022. Hal: )

Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku

fasilitator, terkait metode yang digunakan pada pelatihan

budidaya lalat maggot.

“Jadi metode yang disampaikan adalah penyampaian materi


kemudian ada praktek/ metode demonstrasi”. (CTLHW
Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
61

Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar,

terkait metode yang digunakan pada pelatihan budidaya lalat

maggot.

“Demonstrasi karena pada masa pandemi mereka harus


cepat juga artinya mereka harus tepat sasaran sekali kerja
wajib selesai. Karena mereka sudah pakarnya juga
dibidangnya. Arinya stelah dijelaskan langsung praktekkan
lebih singkat lebih padat dan lebih mudah dimengerti
sehingga dapat langsung dikerjakan”. (CTLHW Ibu Emi, 04
Februari 2022. Hal: )

Ibu Febryanti menjelaskan metode yang digunakan pada

pelatihan budidaya lalat maggot adalah demonstrasi, yakni

metode menjelaskan kemudian mempraktekkan. Bapak Aslan

menjelaskan metode yang digunakan pada pelatihan adalah

penyampaian materikemudian peraktek atau metode

demonstrasi. Ibu Emi juga menjelaskan metode yang digunakan

pada pelatihan adalah dijelaskan angsung dipraktekkan.

Sementara itu, hasil studi dokumentasi yang peneliti temukan

dilapangan menunjukan bahwa metode yang digunakan pada

pelatihan budidaya lalat maggot adalah demonstrasi yaitu

menjelaskan materi kemudian mempraktekkannya. Berikut

dokumentasi kegiatan penyampaian materi dan praktek pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda, dapat dilihat pada gambar 4.3

dibawah ini:
62

Gambar 4.4 Penyampaian Materi & Praktek

Sumber: Dokumentasi Milik Bank Ramli Ceseri, 2021

Berdasarkan hasil wawancara menurut tiga narasumber serta

hasil dokumentasi peneliti dapat simpulkan bahwa metode yang

digunakan pada pelatihan budidaya lalat maggot adalah metode

demonstrasi yaitu metode mejelaskan kemudian langsung

mempraktekkan.

c. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi pelatihan budidaya lalat maggot

meliputi beberapa kegiatan, sebagai berikut:

1) Evaluasi Warga Belajar

Pada kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot pastinya

terdapat evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman warga belajar dalam menangkap matri atau praktek

yang telah disampaikan pada pelatihan budidaya lalat maggot.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Febryanti selaku

penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku instruktur

pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar menjelaskan


63

bagaimana evaluasi yang dilakukan untuk warga belajar pada

pelatihan budidaya lalat maggot sebagai berikut:

“Mereka sudah melakukan pelatihan jadi mereka sudah tau


bagaimana cara budidaya lalat maggot dan mereka udah coba
dirumah masing-masing secara mandiri dan mereka bisa
karena ini merupakan kegiatan kelompok sehingga dibank
ramli harus ada kandang maggot atau kegiatan pengelolaan
maggot kebutuhannya untuk apa karena belum bisa
masif/belum bisa memproduksi banyak, belum bisa produksi
banyak karena pengelolaannya tidak ada dikarenakan bank
ramli ceseri oprasionalnya hanya 1 minggu sekali itupun
hanya beberapa jam. Sedangkan perawatannya maggot itu
butuh disemprot kalau siang karena maggot tidak boleh
kepanasan banget. Sehingga dibank ramli ceseri itu susah dia
untuk jalan karena tidak ada yang merawatnya. Terjadi
kendala lagi yaitu kandang maggot yang berada di Bank
Ramli Ceseri dibobol tikus, termasuk hasil evaluasi yaitu
tikuspun makan maggot yang tidak diketahui sebelumnya
sehingga diperlukan evaluasi pada lokasi maggot yakni akan
dibuatkan kandang dari kawat”. (CTLHW Ibu Febry, 07
Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku

fasilitator, terkait bagaimana evaluasi warga belajar pada

pelatihan budidaya lalat maggot.

“Yang saya tau warga belajar sudah mampu menerapkan


budidaya lalat maggot dirumah masing-masing, artinya
evaluasinya sudah maksimal. Cuma waktu itu sempat buat
kandang maggot sekaligus membudidayakan di Bank Ramli
Ceseri, karena kurang perawatannya sehingga budidayanya
gagal dan kandangnya digigit tikus”. (CTLHW Bapak Aslan,
04 Februari 2022. Hal: )
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar,

terkait bagaimana evaluasi warga belajar pada pelatihan

budidaya lalat maggot.


64

“Setelah saya praktek di rumah saya ditanya-tanya oleh pihak


CSR Pertamina bagaimana apakah sudah bisa budidaya lalat
maggot sendiri. Untuk budidaya saya dan teman-teman
sudah praktek dirumah masing-masing, cuma kami coba-
coba budidaya di Bank Ramli Ceseri ternyata gagal karena
perawatannya kurang dan kandangnya di bobol tikus karena
kami beroprasional hanya 1 hari dalam 1 minggu”. (CTLHW
Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )

Ibu Febryanti menjelaskan bagaimana evaluasi warga belajar

pada pelatihan budidaya lalat maggot, pemahaman warga

belajar terkait pelatihan budidaya lalat maggot cukup maksimal

dibuktikan dengan warga belajar sudah bisa membudidayakan

lalat maggot dirumah masing-masing sehingga tujuan pada

pelatihan ini sudah tercapai. Bapak Aslan menjelaskan bahwa

warga belajar sudah bisa praktek budidaya lalat maggot dirumah

masing-masing, artinya pemahaman warga belajar terkait

budidaya lalat maggot sudah maksimal. Ibu Emi juga

menjelaskan bahwa terdapat evaluasi yang dilakukan dengan

memonitoring setelah pelaksanaan pelatihan, sampai mana

pemahaman warga belajar terkait pelatihan yang sudah

terlaksana.
65

Sementara itu, hasil studi dokumentasi yang peneliti temukan

dilapangan menunjukkan bahwa evaluasi pada warga belajar

dilakukan dengan cara memonitoring tingkat pemahaman warga

belajar terkait materi pada pelatihan. Berikut dokumentasi

kegiatan monitoring oleh pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda

kepada warga belajar, dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah

ini:

Gambar 4.5 Proses Monitoring

Sumber: Dokumentasi Milik Bank Ramli Ceseri

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa terdapat evaluasi yang dilakukan setelah

pelaksanaan pelatihan yaitu dengan cara memonitoring warga

belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman warga belajar.

Warga belajar sudah dapat mempraktekkan budidaya lalat

maggot ini dirumah masing-masing, sehingga tujuan pada

pelaihan dapat tercapai dengan cukup baik.


66

2) Evaluasi Program Pelatihan

Pada pelatihan budidaya lalat maggot ini selain terdapat

evaluasi warga belajar terdapat pula evaluasi program pelatihan,

adanya evaluasi ini untuk mengetahui kekurangan pada

pelatihan tersebut serta apakah pelatihan dapat berjalan secara

maksimal atau tidak. Seperti yang disampaikan oleh Ibu

Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan

selaku instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar

menjelaskan bagaimana evaluasi program pelatihan pada

pelatihan budidaya lalat maggot sebagai berikut:

“Pelaksanaan pelatihan sudah ideal karena melihat


kondisinya secara lansung dan dapat bertemu dengan
instrukturnya secara langsung”. (CTLHW Ibu Febry, 07
Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku

fasilitator, terkait bagaimana evaluasi program pelatihan pada

pelatihan budidaya lalat maggot.

“Menurut saya pelaksanaan pelatihan sudah maksimal,


karena penjelasan yang saya sampaikan cukup jelas serta
mereka dapat melihat langsung budidaya lalat maggot
tersebut”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar,

terkait bagaimana evaluasi program pelatihan pada pelatihan

budidaya lalat maggot.

“Pelatihan menurut saya sudah maksimal karena saya bisa


melihat secara langsung bagaimana budidaya lalat maggot itu
dan fasilitas yang disediakan cukup memedai”. (CTLHW Ibu
Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
67

Ibu Febryanti menjelaskan bagaimana evaluasi program

pelatihan pada pelatihan budidaya lalat maggot, pelatihan

terlaksana sudah ideal karena melihat kondisinya secara lansung

dan dapat bertemu dengan instrukturnya secara langsung. Bapak

Aslan menjelaskan bahwa pelaksanaan pelatihan sudah

maksimal, karena penjelasan yang saya sampaikan cukup jelas

serta mereka dapat melihat langsung budidaya lalat maggot

tersebut. Ibu Emi juga menjelaskan bahwa pelatihan menurut

saya sudah maksimal karena saya bisa melihat secara langsung

bagaimana budidaya lalat maggot itu dan fasilitas yang

disediakan cukup memedai.

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa terdapat evaluasi pada program pelatihan

budidaya lalat maggot, program pelatihan terlaksana maksimal

karena fasilitator yang didatangkan merupakan orang yang

cukup berpengalaman pada bidangnya dan fasilitas yang

disediakan lengkap untuk menunjang pelatihan.


68

2. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan Budidaya Lalat

Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga Suatu Studi Kasus Yang

Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda

Pelaksanaan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan

memiliki beberapa faktor dalam keberhasilannya, faktor pendukung

merupakan hal yang dapat mendorong kegiatan tersebut terlaksana secara

maksimal seperti pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot. Pada

pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot maggot memiliki

faktor pendukung dan penghambat yang sangat berpengaruh, faktor

pendukung pada pelatihan dapat menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan

suatu kegiatan pelatihan.

a. Evektifitas Biaya

Biaya merupakan hal yang pokok dalam pelaksanaan pelatihan

karena dapat menunjang terlaksananya suatu kegiatan pelatihan. Suatu

kegiatan pelatihan akan terlaksana jika terdapat biaya yang optimal,

sehingga pelatihan dapat terlaksana dengan baik. Pada pelatihan

budidaya lalat maggot dana disediakan oleh pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda, biaya sudah diserahkan kepada fasilitator sehingga segala

kebutuhan pada pelatihan sudah disedikan. penentuan biaya tersebut

berdasarkan negosisasi sehingga biaya pelatihan sudah disepakati antara

2 belah pihak. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Febryanti selaku

penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku instruktur pelatihan


69

dan ibu Emi selaku warga belajar menjelaskan evektifitas biaya pada

program pelatihan lalat maggot sebagai berikut:

“Biaya pada pelaihan budidaya lalat maggot dengan harga


Rp.500.000/orang sehingga ada beberapa kegiatan yang dipotong.
Berdasarkan harga tersebut peserta mendapatkan, modul, sertifikat,
pemberian materi dan praktek pembudidayaan lalat maggot”.
(CTLHW Ibu Febry, 07 Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku fasilitator,

terkait evektifitas biaya pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Jadi pelatihan diadakan sesuai dengan buget dan kita juga tidak
menentukan harusnya seperti ini kita juga adakan negosiasi untuk
biaya, biasanya merka yang mengajukan kekami kemudian kami gas
sesuai dengan perancangan dana yang sudah ditentukan dan biaya
pelatihannya itu masih ada negosiasi nanti bagaimana cara untuk
tetap berjalan walaupun kondisi dana minim seperti itu”. (CTLHW
Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar, terkait

evektifitas biaya pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Yang saya tau biaya dikeluarkan oleh mba Febry (Pihak CSR) dan
pada saat pelatihan saya mendapatkan sertifikat, modul kemudian
ada materi dan praktek pembudidayaan lalat maggot.” (CTLHW Ibu
Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
Ibu Febryanti menjelaskan terkait evektifitas biaya pada pelatihan

budidaya lalat maggot, biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 500.000/orang

yang sudah mencakup modul, sertifikat, pemberian materi serta praktek

budidaya lalat maggot. Bapak Aslan menjelaskan bahwa pelaksanaan

pelatihan tergantung biaya yang sudah direncanakan oleh pihak CSR

Pertamina. Ibu Emi juga menjelaskan biaya yang dikeluarkan untuk

pelatihan dikeluarkan oleh pihak CSR pertamina dan mendapatkan

sertifikat, modul, materi dan praktek pembudidayaan lalat maggot.


70

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa biaya pada pelatihan cukup evektif karena pada

pelatihan tersebut sudah mencakup kegiatan inti pelatihan budidaya lalat

maggot, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh CSR Pertamina sudah

maksimal.

b. Materi Program

Materi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan

pelatihan, sebagai pendukung peserta dan fasilitator untuk mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan. Pelatihan budidaya lalat maggot ini

memiliki acuan modul sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran,

sehingga kegiatan pelatihan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang

sudah dirancang oleh pelaksana. Seperti yang disampaikan oleh Ibu

Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku

instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar menjelaskan terkait

materi pada program pelatihan lalat maggot sebagai berikut:

“Materi pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot didasari


oleh modul yang sudah dibuat dan dibagikan oleh fasilitator,
sehingga peserta pelatihan lebih memahami materi yang
disampaikan terkait budidaya lalat maggot”. (CTLHW Ibu Febry, 07
Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku fasilitator,

terkait materi program pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Kami tidak hanya menjelaskan saja melainkan ada modul yang saya
buat untuk mendasari pemaparan materi saya dan memudahkan
peserta pelatihan untuk memahami materi yang saya sampaikan pada
saat pelatihan”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal:)
71

Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar, terkait

materi program pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Kami dibagikan modul oleh fasilitator sebelum pelaksanaan


pelatihan dimulai dan modul itu boleh dibawa pulang”. (CTLHW
Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
Ibu Febryanti menjelaskan materi program Materi pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot didasari oleh modul yang sudah dibuat

dan dibagikan oleh fasilitator. Bapak Aslan menjelaskan modul yang

dibuat digunakan sebagai dasar penyampaian materi pada pelatihan

budidaya lalat maggot. Ibu Emi juga menjelaskan bahwa fasilitator

membagikan modul sebelum memulai kegiatanpelatihan.

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa materi pada pelatihan budidaya lalat maggot

memiliki modul sebagai dasar materi yang disampaikan oleh fasilitator,

adanya modul membantu memudahkan warga belajar dalam memahami

materi yang disa mpaikan oleh fasilitator.

c. Kesesuaian Fasilitas

Fasilitas merupakan salah satu komponen utama untuk menyokong

keberhasilan kegiatan pelatihan serta menjadi penunjang agar kegiatan

pelatihan dapat terlaksana secara maksimal. Seperti yang disampaikan

oleh Ibu Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan

selaku instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar menjelaskan

terkait kesesuaian fasilitas pada program pelatihan lalat maggot sebagai

berikut:
72

“Perlengkapan pembudidayaan lalat maggot sudah lengkap karena


pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dikandang maggot langsung
jadi untuk fasilitas cukup memadai untuk menunjang pelaksanaan
pelatihan bahkan sampai ada mushola tandanya fasilitas yang
disediakan sangat lengkap”. (CTLHW Ibu Febry, 07 Februari 2022.
Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku fasilitator,

terkait kesesuaian fasilitas pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Pihak pertamina mungkin memfasilitasi dari segi biaya kali ya, tapi
untuk ketersediaan alat-alat itu kami yang menyediakan dan fasilitas
yang kami sediakan memadai”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari
2022. Hal: )
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar, terkait

keaktifan pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Menurut saya fasilitas yang disediakan sangat memadai”. (CTLHW


Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
Ibu Febry menjelaskan bahwa fasilitas pembudidayaan lalat maggot

sudah lengkap karena pelatihan dilaksanakan dikandang maggot

langsung sehingga fasilitas yang disediakan cukup menunjang

pelaksanaan pelatihan. Bapak Aslan menjelaskan pihak pihak CSR

Pertamina memfasiltasi dana dan fasilitator menyediakan fasilitas yang

memadai untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan. Ibu Emi jga menjelaskan

bahwa fasilitas yang disediakan sangat memadai.

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa fasilitas yang disediakan oleh fasilitator sangat

memadai dan sesuai dengan kebutuhan pelatihan sehingga pelatihan

dapat terlaksana secara maksimal karena fasilitas yang disediakan sangat

membantu terlaksananya kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot.


73

d. Kemampuan Peserta Pelatihan

Kemampuan peserta dalam menangkap materi sangat dibutuhkan

agar materi yang disampaikan oleh fasilitator dapat tersampaikan secara

maksimal kepada warga belajar. Seperti yang disampaikan oleh Ibu

Febryanti selaku penanggung jawab pelatihan, bapak Aslan selaku

instruktur pelatihan dan ibu Emi selaku warga belajar menjelaskan terkait

kemampuan peserta pelatihan pada program pelatihan lalat maggot

sebagai berikut:

“Menurut saya kemampuan peserta pelatihan dalam menangkap


materi pelatihan cukup maksimal dibuktikan dengan masyarakat
dapat membudidayakan lalat maggot secara mandiri dirumah
mereka”. (CTLHW Ibu Febry, 07 Februari 2022. Hal: )
Selaras yang dikemukakan oleh Bapak Aslan selaku fasilitator,

terkait kemampuan peserta pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Untuk materi mungkin sudah menangkap secara maksimal karena


pada saat pelatihan peserta sangat antusias untuk mengikuti
pelatihan”. (CTLHW Bapak Aslan, 04 Februari 2022. Hal: )
Hal serupa disampaikan oleh ibu Emi selaku warga belajar, terkait

kemampuan peserta pada pelatihan budidaya lalat maggot.

“Sudah mkasimal karena saya sudah bisa mempraktekakn sendiri.


Artinya kalau kita sudah mendengar, mencoba, belajar dan bisa
membuktikan dilapangan artinya kita sudah maksimal memahami
materi”. (CTLHW Ibu Emi, 04 Februari 2022. Hal: )
Ibu Febry menjelaskan bahwa kemampuan peserta dalam

menangkap materi pelatihan cukup maksimal dibuktikan dengan

masyarakat dapat membudidayakan lalat maggot secara mandiri. Bapak

Aslan menjelaskan bahwa warga belajar dapat menangkap materi secara

maksimal karena pada saat pelaksanaan pelatihan peserta sangat antusias


74

pada pelatihan. Ibu Emi juga menjelaskan jika sudah merasa maksimal

dalam memahami materi karena sudah bisa mempraktekakan sendiri.

Kesimpulan dari hasil wawancara menurut tiga narasumber

menunjukan bahwa kemampuan peserta dalam menangkap materi cukup

maksimal karena pada saat pelaksanaan pelatihan warga belajar cukup

antusias serta warga belajar dapat mempraktekkan budidaya lalat maggot

secara mandiri sehingga membuktikan jika materi yang di sampaikan

sudah maksimal.

C. Pembahasan

Setelah memperoleh hasil penelitian, maka langkah selanjutnya

membahas terkait Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah

Rumah Tangga Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri

Binaan CSR Pertamina Fuel Samarinda. Maka berikut ini disajikan

pembahasan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan sesuai

permasalahan yang telah dirumuskan.

1. Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga

Suatu Studi Kasus Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan

CSR Pertamina Fuel Samarinda

a. Tahap Perencanaan

1) Rekrutmen Peserta

Perekrutmenan peserta pelatihan budidaya lalat maggot

tidak ada syarat tertentu untuk peserta dalam mengikuti pelatihan,

karena yang mengikuti pelatihan hanya anggota dari Bank Ramli


75

Ceseri. Akan ada syarat khusus dalam perekrutmenan peserta

pelatihan jika melibatkan warga masyarakat diluar dari anggota

Bank Ramli Ceseri. Sudjana dalam Kamil (2012:17) rekrutmen

peserta dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan

langkah selanjutnya dalam pelatihan. Pada rekrutmen ini

penyelenggara menetapkan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi oleh peserta terutama yang berhubungan dengan

karakteristik peserta yang bisa mengikuti pelatihan. Berdasarkan

pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa perektutmenan peserta

pelatihan dibuat sebagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh

peserta terutama yang berkaitan dengan karakteristik peserta

yang bisa mengikuti suatu pelatihan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

proses rekrutmen peserta akan dibuat jika peserta yang mengikuti

pelatihan berasal dari luar anggota kelompok, namun pelatihan

tersebut hanya untuk anggota kelompok maka tidak ada syarat

khusus yang dibuat untuk peserta pelatihan dalam mengikuti

pelatihan.

2) Identifikasi Kebutuhan Belajar

Identifikasi kebutuhan belajar pada pelatihan budidaya

lalat maggot dilakukan dengan berdiskusi untuk membahas

banyaknya sampah yang ada di Samarinda, sehingga dibutuhkan

variasi yang tetpat dalam pengolahan sampah tersebut. Diskusi


76

tersebut menghasilkan keputusan untuk mengadakan pelatihan

budidaya lalat maggot yang merupakan inovasi terbaru dalam

pengolahan sampah organik. Witkin dalam Sutarto (2008:69)

identifikasi kebutuhan belajar merupakan proses dan sekaligus

prosedur yang sistematis untuk menentukan proritas kebutuhan

dan pengambilan keputusan tentang program dan alokasi

sumberdaya yang diperlukan bagi keberlangsungan satu program

layanan sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui

bahwa menentukan program yang prioritas bagi masyarakat

sangat diperlukan untuk berlangsungnya suatu program layanan

sosial yang tepat bagi masyarakat. selain itu, Sutarto (2008:9)

mengemukakan bahwa identifikasi merupakan bagian dari proses

pengorganisasian dan perencanaan untuk selanjutnya dijadikan

sebagai acuan dalam penyusunan program dan pelaksanaan

program. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa

dibutuhkannya pengelompokan suatu program yang selanjutnya

akan di jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan program.

Sudjana dalam Kamil (2012:17) juga mengemukakan

bahwa identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan mencari,

menemukan, mencatat, dan mengolah data tentang kebutuhan

belajar yang diinginkan atau diharapkan oleh peserta pelatihan

atau oleh organisasi. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat

diketahui bahwa identifikasi kebutuhan belajar merupakan


77

kegiatan mencari data terkait kebutuhan belajar yang dibutuhkan

oleh individu atau kelompok.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

identifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan melalui diskusi

kelompok membahas permasalahan yang ada dilingkungan

kemudian memutuskan solusi yang tepat di masyarakat, sehingga

program yang muncul berdasarkan kebutuhan masyarakat untuk

menyelesaikan masalah lingkungan yang terjadi.

3) Menentukan Tujuan Pelatihan

Tujuan diadakannya pelatihan budidaya lalat maggot

adalah untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan

masyarakat untuk mengurangi banyaknya sampah organik yang

ada di Samarinda, pengetahuan tersebut dapat menjadikan

masyarakat mampu mengolah sampah organik secara mandiri

serta dapat dimanfaatkan sebagai peluang pekerjaan baru. Mills

dalam Artasasmita (1987:20) menyatakan bahwa tujuan pelatihan

adalah untuk menolong peserta pelatihan agar memperoleh

keterampilan, sikap dan kebiasaan berfikir dengan efisien dan

efektif. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa

tujuan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan peserta

setelah mengikuti pelatihan. Selain itu, Simamora (2006:276)

tujuan pelatihan diselenggarakan untuk membekali,

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna


78

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahterahan.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa tujuan

diadakannya pelatihan untuk membekali peserta pelatihan

sehingga dapat meningkatkan kesejahterahan.

Sudjana dalam Kamil (2012:17) tujuan pelatihan secara

umum berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatih. Tujuan

umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik

untuk memudahkan penyelenggaraan, perumusan tujuan harus

dirumuskan secara konkret dan jelas tentang apa yang harus

dicapai dengan pelatihan tersebut. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pelatihan merupakan

beberapa hal yang harus dicapai pada pelatihan sehingga tujuan

yang akan dicapai harus jelas agar tujuan dari pelatihan dapat

tercapai secara maksimal.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

tujuan diadakannya pelatihan adalah untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat serta menjadikan masyarakat dapat

mengolah sampah secara mandiri, tujuan tersebut harus tercapai

agar tujuan dari peltihan budidaya lalat maggot dapat terlaksana

secara maksimal.
79

4) Menyusun Tahap Pelaksanaan

Penysusnan tahap pelaksanaan meliputi pembukaan,

penyampaian materi pelatihan budidaya lalat maggot,

pemeraktekkan budidaya lalat maggot dan yang tarakhir penutup.

Sudjana dalam Kamil (2012:17) pada tahap ini penyelenggara

pelatihan menentukan bahan ajar, memilih dan menentukan

metode, serta menentukan media yang akan digunakan. Urutan

yang harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas

mulai dari pembukaan sampai penutupan. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa pada tahapan ini harus

mempersiapkan apa saja yang akan disampaikan pada saat

pelatihan berlangsung meliputi kegiatan pemukaan sampai

dengan penutupan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

pada tahap ini pelaksana harus mempersiapkan kegiatan yang

akan dilaksanakan pada pelatihan budidaya lalat maggot,

kegiatan tersebut meliputi pembukaan, penyampaian materi,

praktek dan penutupan.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Penyampaian Materi Pelatihan

Materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot adalah tentang bagaimana cara pembudidayaan lalat

maggot serta cara memilah sampah yang bernutrisi atau baik


80

untuk perkembangan maggot tersebut dan apa saja makanan yang

tidak dikonsumsi oleh maggot tersebut. Mangkunegara (2007:14)

pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kuriulum

yang sesuai dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang

hendak dicapai oleh instansi dan materi pelatihan pun harus

update agar peserta dapat memahami masalah yang terjadi pada

kondisi yang sekarang. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat

diketahui bahwa pada pelaksanaan pelatihan sebagaiknya

menyampaikan materi yang terbaru sehingga rasa ingin tahu

warga belajar muncul serta menjadikan pelatihan tersebut

menarik.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

penyampaian materi pada pelatihan sebainya yang inovatif

sehingga dapat menarik warga belajar dalam keikutsertaan pada

pelatihan tersebut, pelatihan budidaya lalat maggot merupakan

pelatihan inovasi terbaru sehingga memiliki daya tarik tersendiri

jadi materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot adalah tentang bagaimana cara pembudidayaan lalat

maggot serta cara memilah sampah yang bernutrisi atau baik

untuk perkembangan maggot tersebut dan apa saja makanan yang

tidak dikonsumsi oleh maggot tersebut


81

2) Metode Pelaksanaan Pelatihan

Metode yang digunakan pada pelatihan budidaya lalat

maggot adalah metode demonstrasi yaitu metode menjelaskan

materi kemudian langsung praktek. Sumiati & Asra (2013:23)

menjelaskan bahwa setiap pelatih dituntut untuk mampu

menguasai semua jenis metode pembelajaran yang ada, tetapi

pada saat tertentu pelatih dituntut untuk terampil memilih dan

menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan. Pelatih

diharuskan menguasai banyak metode pada pelatihan yang sesuai

dengan pelatihan yang diadakan serta pelatih menguasai metode

tersebut. Sudjana (2010:18) mengemukakan bahwa penggunaan

peraga dengan metode demonstrasi dapat merangsang peserta

didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Karena dengan alat

peraga rasa ingin tahu peserta didik semakin bertambah sehingga

peserta didik semakin bertambah sehingga peserta didik dapat

memperhatikan penjelasan tentang materi yang disampaikan,

kemauan untuk mencatat, aktif bertanya, dan mampu

mengerjakan apa yang ditugaskan. Metode demonstrasi dapat

menjadikan warga belajar memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan pada pelatihan sehingga memudahkan warga belajar

dalam memahami materi pada pelatihan.

Pratama (2019:32) Demonstrasi dapat digunakan untuk

memperkaya dan menambah pengertian, sangat baik bagi


82

instruktur pelatihan menggunakan metode demonstrasi. Metode

demonstrasi sangat membantu dalam proses peneriman

pembelajaran kepada peserta didik agar lebih berkesan dan

mendalam, sehingga membentuk pengertian yang baik dan

sempurna. Peserta didik juga bisa mengamati dan memperhatikan

apa yang diperlihatkan selama pembelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi pada pelatihan dapat membantu warga

belajar dalam memahami materi pelatihan sehingga menjadikan

warga belajar lebih berkesan dan mendalam untuk memahami

materi.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

metode yang digunakan pada pelatihan budidaya lalat maggot

adalah metode demonstrasi, penggunaan metode ini dapat

memudahkan warga belajar dalam memahami setiap materi yang

disampaikan maka dari itu warga belajar lebih mudah

mempraktekkan budidaya lalat maggot karena pada metode

demonstrasi menjelaskan materi serta mempraktekkan kegiatan

pembudidayaan lalat maggot tersebut.

c. Tahap Evaluasi

1) Evaluasi Warga Belajar

Evaluasi yang dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan, yaitu

untuk mengetahui tingkat pemahaman warga belajar terkait

pelatihan budadaya lalat maggot dengan cara memonitoring


83

warga belajar dan warga belajar dapat memperaktekannya secara

mandiri sehingga tujuan pada pelatihan dapat tercapai dengan

cukup baik. Handbook (2002:14) jenis evaluasi dapat dibagi

berdasarkan waktu meliputi, evaluasi yang dilakukan ketika

program atau kegiatan telah selesai dilakukan, bahkan biasanya

dilakukan setelah 2 tahun atau lebih program atau kegiatan

tersebut selesai. Ini bertujuan untuk menilai kesesuaian antara

hasil dari program atau kegiatan dengan tujuannya, menilai

keberlanjutan dari hasil dan dampaknya, dan untuk pertimbangan

dalam keputusan kedepannya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

evaluasi kepada peserta pelatihan dapat dilakukan setelah

pelatihan tersebut berlangsung dengan cara memonitoring

pemahaman warga belajar terhadap materi yang disampaikan

serta dapat dimengerti secara maksimal oleh warga belajar,

evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung

progres warga belajar setelah mengikuti pelatihan serta dengan

mewawancarai sehingga penyelenggara dapat mengetahui sejauh

mana terkait budidaya lalat maggot.

2) Evaluasi Program Pelatihan

Terdapat evaluasi pada program pelatihan budidaya lalat

maggot, program pelatihan terlaksana maksimal karena instruktur

yang diundang merupakan orang yang cukup berpengalaman


84

pada bidangnya serta fasilitas yang disediakan lengkap untuk

menunjang pelatihan. Sudjana dalam Kamil (2012:17) evaluasi

program pelatihan merupakan kegiatan untuk menilai seluruh

kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan hasilnya menjadi

masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya. Kegiatan ini

selain diketahui faktor-faktor sempurna yang harus diperhatikan,

juga diharapkan diketahui pula titik-titik kelemahan setiap

komponen, setiap langkah dan setiap kegiatan yang sudah

dilaksanakan dengan demikian diperoleh gambaran yang

menyeluruh dan objektif dari kegiatan yang sudah dilakukan.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan

evaluasi program pelatihan adalah menilai tingkat keberhasilan

pelatihan dari awal sampai pelatihan berkahir. Gomes (2000:209)

menyatakan bahwa dalam mengukur evektivitas suatu program

pelatihan dapat dievaluasi berdasarkan informasi yang diperoleh

pada lima tingkatan, antara lain: reactions (reaksi), yaitu untuk

mengetahui opini dari para peserta mengenai program pelatihan,

setelah mengikuti pelatihan para peserta ditanya mengenai

seberapa jauh mereka puas terhadap pelatihan secara

keseluruhan, terhadap pemateri, materi yang disampaikan, isinya,

bahan-bahan yang disediaka, dan lingkungan pelatihan (ruangan,

waktu istirahat, makanan, suhu udara). Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan evaluasi program


85

pelatihan adalah menanyakan kepada peserta pelatihan terkait

rangaian kegiatan yang dilaksanaan pada pelatihan meliputi

pemateri sampai dengan lingkungan pelatihan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan suatu

program pelatihan serta meminta pendapat peserta pelatihan

terkait rangkaian kegiatan pelatihan yang dilaksanakan. Pada

pelatihan budidaya lalat maggot tidak memiliki kendala sehingga

dapat diartikah bahwa pelatihan budidaya lalat maggot terlaksana

secara maksimal.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan Budidaya

Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga Suatu Studi Kasus

Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda

a. Evektifitas Biaya

Pada pelatihan ini menunjukkan bahwa biaya pada pelatihan

cukup efektif karena biaya pada pelatihan tersebut sudah mencukupi

seluruh rangkaian kegiatan pelatihan karena sudah dianggarkan

sebelum dilaksanakannya pelatihan oleh pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda. Gomes (2000:209) untuk mengukur efektivitas suatu

program pelatihan dapat dievaluasi berdasarkan informasi yang

diperoleh pada lima tingkatan: Cost effectivity (evektivitas biaya),

dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi


86

program pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan

tersebut terhitung kecil atau besar dibandingkan biaya yang timbul

dari permasalahan yang dialami oleh organisasi. Berdasarkan

pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas biaya dilakukan

untuk mengetahui besar kecilnya biaya pada pelatihan dibandingan

dengan biaya tidak terduganya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

efektivitas biaya dilaukan untuk mengetahui besar biaya yang

dieluarkan untu pelaksanaan pelatihan, karena biaya pada pelatihan

sudah dianggarkan seblum pelatihan berlangsung makan biaya pada

pelatihan budidaya lalat maggot sudah terencana dan tidak ada

kekurangan sehingga biaya pada pelatihan dirasa sudah efektif.

b. Materi Program

Materi pada pelatihan budidaya lalat maggot yang

disampaikan oleh fasilitator didasari oleh modul dengan adanya

modul dapat memebantu memudahkan warga belajar dalam

memahami materi yang disampaikan. Sumini (2012:24) modul

pelatihan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan,

dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai

kompetensi tertentu berdasarkan program yang mengacu kepada

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Modul

pelatihan berorientasi pada pelatihan berbasis kompetensi yang


87

diformulasikan menjadi tiga buku, yaitu Buku Informasi, Buku

Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi media

pembelajaran bagi peserta pelatihan. Berdasarkan pemikiran

tersebut dapat diketahui bahwa modul dibuat dengan tujuan untuk

memudahkan dalam penyampaian materi pelatihan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

materi program pelatihan budidaya lalat maggot didasari oleh

modul, dengan adanya modul dapat memudahkan warga belajar

dalam memahami materi pelatihan yang disampaikan karena modul

tersebut merupakan media transformasi pengetahuan, keterampilan,

dan sikap kerja kepada warga belajar pelatihan untuk mencapai

kompetensi yang sudah dibuat oleh penyelenggara.

c. Kesesuaian Fasilitas

Fasilitas yang disdiakan oleh instruktur sangat memadai dan

sesuai dengankebutuhan pelatihan sehingga pelatihan dapat

terlaksana secara maksimal karena fasilitas yang disediakan sangat

membantu terlaksananya kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot.

Sulaiman & Winata (2020:19) Fasilitas pelatihan merupakan

sesuatu yang memberikan kemudahan dalam melakukan tujuan

tertentu dan dapat berupa peralatan, tempat, atau lainnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa kesesuaian


88

fasilitas pada pelatihan dapat membantu memudahkan

keberlangsungan pelatihan budidaya lalat maggot.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

fasilitas sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pelatihan, karena

fasilitas merupakan faktor utama dalam pelaksanaan pelatihan pada

pelatihan budidaya lalat maggot fasilitas yang disediaan cukup

memadai sehingga dapat menunjang keberlangsungan pelatihan

budidaya lalat maggot.

d. Kemampuan Peserta Pelatihan

Kemampuan warga belajar cukup maksimal karena pada saat

pelaksanaan pelatihan warga belajar cukup antusias serta warga

belajar dapat memperaktekkan budidaya lalat maggot secara mandiri

sehingga membuktikan jika materi yang disampaikan dapat

tersampaikan secara maksimal. Hamalik (2000) Penetapan calon

peserta latihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan,

yang pada gilirannya turut menentukan efektivitas pekerjaan. Karena

itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta

yang baik, berdasarkan kriteria. Berdasarkan pemikiran tersebut

dapat diketahui bahwa peserta pelatihan merupakan fatktor yang

sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pelatihan sehingga

dibutuhkan peserta yang baik.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disumpulkan bahwa

kemampuan peserta sangat mempengaruhi kebrhasilan suatu


89

pelatihan sehingga dibutuhkan peserta pelatihan yang baik serta

mudah memahami materi, pada pelatihan budidaya lalat maggot

kemampuan warga belajar cukup maksimal karena pada saat

pelaksanaan pelatihan warga belajar cukup antusias serta warga

belajar dapat memperaktekkan budidaya lalat maggot secara mandiri

sehingga membuktikan jika materi yang disampaikan dapat

tersampaikan secara maksimal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan terkait Pelatihan

Budidaya Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga Suatu Studi Kasus

Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda, maka diperoleh hasil penelitian dan pembahasan dengan

mencocokkan data dan temuan dengan teori yang sudah ditemukan oleh

peneliti sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang telah dilakukan oleh pihak CSR Pertamina

Fuel Samarinda pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri meliputi: (1) rekrutmen peserta akan dibuat jika warga belajar

yang mengikuti pelatihan berasal dari anggota kelompok, namun pada

pelatihan budidaya lalat maggot hanya anggota kelompok yang

mengikuti sehingga tidak ada syarat khusus dalam perekrutmenan; (2)

identifikasi kebutuhan belajar melalui diskusi kelompok; (3)

menentukan tujuan pelatihan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat serta menjadikan masyarakat dapat mengolah sampah

organik secara mandiri; (4) menyusun tahap pelaksanaan meliputi,

pembukaan, penyampaian materi, praktek, dan penutup.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang telah dirumuskan oleh pihak CSR Pertamina

Fuel Samarinda pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri meliputi: (1) penyampaian materi pelatihan yaitu terkait

bagaimana cara pembudidayaan lalat maggot serta cara memilah

90
91

sampah yang bernutrisi atau baik untuk perkembangan lalat maggot dan

makanan apa saja yang tidak bisa dikonsumsi oleh maggot; (2) metode

pelaksanaan pelatihan yaitu menggunakan metode demonstrasi dimana

instruktur menjelaskan materi kemudian mempraktekkan.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi yang telah dirumuskan oleh pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri

meliputi: (1) evaluasi warga belajar dengan cara memonitoring warga

belajar setelah mengikuti pelatihan; (2) evaluasi program pelatihan

dengan meminta pendapat peserta tarkait pelaksanaan pelatihan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan Budidaya

Lalat Maggot Pengurai Limbah Rumah Tangga Suatu Studi Kasus

Yang Dilakukan Di Bank Ramli Ceseri Binaan CSR Pertamina Fuel

Samarinda.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri meliputi: (1) evektifitas biaya sudah

dianggarkan sehingga biaya sudah efektif; (2) materi program didasari

oleh modul sehingga peserta lebih memahami materi; (3) kesesuaian

fasilitas yang disediakan cukup memadai; (4) kemampuan peserta

pelatihan dalam menangkap materi dirasa cukup maksimal.


92

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas melalui penelitian ini, peneliti

menyampaikan beberapa saran terkait pelaksanaan program pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri sebagai berikut:

1. Kepada pengurus Bank Ramli Ceseri seperti yang telah dijelaskan

bahwa pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot berjalan cukup

baik, sehingga harapannya pelatihan ini dapat dilaksanakan kembali

dengan melibatkan masyarakat sekitar Bank Ramli Ceseri bukan hanya

anggota kelompok saja agar menambah pengetahuan masyarakat

tentang pengolahan sampah organik dengan demikian dapat membantu

mengurangi banyaknya sampah yang ada di Samarinda terkhusus

sampah organik.

2. Kepada warga belajar pelatihan budidaya lalat maggot agar

meningkatkan pengetahuannya serta harapannya selalu meperaktekkan

budidaya lalat maggot sebagai pengurai limbah rumah tangga ini pada

kehidupan sehari-hari.

3. Kepada Program Studi Pendidikan Masyarakat dapat digunakan sebagai

tambahan pengetahuan dan pengembangan ilmu pendidikan masyarakat

terkait pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot pengurai limbah

rumah tangga.
93

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.I. 2020. Dampak Budidaya Ikan Nila Terhadap Pendapatan Pengusaha
Di Kelurahan Rembiga Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Skripsi
Sarjana Universitas Muhammadiyah Mataram.

Anggito, A dan Setiawan, J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:


CV Jejak.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

--------------. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Artasasmita. 1987. Pedoman Merancang Kursus dan Latihan. Bandung:
Pendidikan Luar Sekolah FIP IKIP.

Badan Pusat Statistik Kota Samarinda. 2020. Jumlah Penduduk Kota Samarinda
Tahun 2020. https://samarindakota.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 01
Desember 2021.

Diastutik, L. 2019. Pengembangan Kewirausahaan Pemuda Pedesaaan Melalui


Kegiatan Budidaya Ikan Lele Di Desa Marang Kecamatan Peseisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat. Sarjana Skripsi Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.

Eko, W.S. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


PUSTAKA PELAJAR.

Elvinaro, A. dan Machfudz, D.M. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR.
Jakarta: Kompas Gramedia.

Fatma, F. N. 2018. Hubungan Sanitasi Kandang Ayam Pedaging Dengan


Kepadatan Lalat Di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Ponorogo. Sarjana
Skripsi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Fauzi, R.U.A dan Sari, E.R.N. 2018. Analisis usaha budidaya maggot sebagai
alternatif pakan lele. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri. Vol.7. No.I. Hal.39-46.

Febriyanti, F. 2014. Hambatan Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Suku Flores


Dan Lombok Di Desa Bukit Makmur Kecamatan Kaliorang Kabupaten
Kutai Timur. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol.2. No.3. Hal.453-463.

Ferathin, F. V. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Ramah


Lingkungan Kelurahan Lok Bahu Kecamatan Sungai Kunjang Kota
Samarinda. Ejurnal Ilmu Pemerintahan. Vol.2. No.2. Hal.0001-0012.
Gomes, F. C. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Hamalik, O. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo:
Bandung.
94

Hasibuan, M. S. 2012. Manajemen SDM. Edisi Revisi, Cetakan Ke Tigabelas.


Jakarta: Bumi Aksara.

Icmi, A.A.N. 2015. Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan


Pemantapan Pendampngan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Di Balai
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahterahan Sosial Yogyakarta. Skripsi
Sarjanah Universitas Negeri Yogyakarta.

Indri. 2021. Preferensi Lalat Tentara Hitam (Hermetia Illucens L.) Pada Berbagai
Jenis Media Pakan. Skripsi Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Jannah, D. N. (2006). Perbedaan Kepadatan Lalat Pada Berbagai Warna Fly Grill.
Skripsi Sarjana Universitas Airlangga Surbaya.
Mangkunegara, A. P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Maryadi, dkk. 2010. Pedoman Penlulsan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS.

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Muhammad, A.A. 2013. Kesadaran Hukum Masyarakat Kampung Mahmud Untuk


Memiliki Sertifikat Atas Hak. Sarjana Skripsi Universitas Pendidikan
Indonesia.

Mulyani, R. dkk. 2021. Sampah Organik Untuk Pupuk Kompos Dan Budidaya
Maggot Sebagai Pakan Ternak. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat. Vol.6.
No.1. Hal.568-573)

Mulyasana, D. 2012. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung:


Rosdakarya.

Nugroho, P. 2013. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru Press.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun


2012. Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse Dan Recycle Melalui
Bank Sampah. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.

Prastowo, dkk. 2011. Corporate Social Responsibility Kunci Meraih Kemuliaan


Bisnis. Yogyakarta: Samudra Biru.

-----------------. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.


Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Pratama, D. 2019. Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoartritis Genu Di RSPAD
Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan. Vol. 1. No.2.

Rivai, V. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Goysen Publishing.

Rosmita. 2020. Implementasi Program Bank Sampah Pusat Di Kelurahan Paropo


Kecamatan Panakukang Kota Makassar. Skripsi Sarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
95

Rowley, C. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rajawali Pers.

Sedarmayanti dan Syarifudin, H. 2013. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar


Maju.

Sigit, S.H dan Hadi, U.K. 2006. Hama Pemukiman Indonesia (Pengenalan, Biologi,
dan Pengendalian). Bogor: UKPHP IPB.
Simamora, H. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Sucipto, C. D. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta:


Goysen.
Sudjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Prodution.
Sudjana, N. 2012. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV


Alfabeta.

------------. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

------------. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

------------. 2013. Metodelogi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sumiati, A. 2013. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima


Sumini, K. A. 2012. Survey Dinas Kesehatan Indonesia. Yogyakarta: Puslitbang
KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional.
Sutarto, J. 2008. Identifikasi Kebutuhan Dan Sumber Belajar Pendidikan
Nonformal. Semarang: UNNES PRESS.

Suwerda, B. 2012. Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan). Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Tanjung, N., 2016. Efektivitas Brbagai Bentuk Fly Trap dan Umpan Dalam
Pengendalian Kepadatan Lalat Pada Pembuangan Sampah Jalan Budi
Luhur Medan. Jurnal Penelitian. Vol.11. No.3. Hal.217–222.

Tobari. 2015. Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintahan.


Yogyakarta: Deepublish.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah.

Wardhani, A. H. 2016. Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Sumber


Protein Alternatif untuk Pakan Ternak. Jurnal WARTAZOA. Vol.26. No.2.
Hal.068-078.
96

LAMPIRAN
97

Lampiran 1. Kisi-Kisi Penelitian

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Komponen Sub Komponen Indikator Sumber Metode


Data
Penanggung
jawab, Observasi,
Rekrutmen
instruktur, wawancara,
peserta
warga dokumentasi
belajar
Penanggung
Identifikasi jawab, Observasi,
kebutuhan instruktur, wawancara,
belajar warga dokumentasi
Tahap belajar
Perencanaan Penanggung
Menentukan jawab, Observasi,
tujuan instruktur, wawancara,
pelatihan warga dokumentasi
belajar
Penanggung
Menyusun jawab, Observasi,
tahap instruktur, wawancara,
Proses pelaksanaan warga dokumentasi
Pelatihan belajar
Budidaya Penanggung
Lalat Maggot Penyampaian jawab, Observasi,
materi instruktur, wawancara,
pelatihan warga dokumentasi
Tahap belajar
Pelaksanaan Penanggung
Metode jawab, Observasi,
pelaksanaan instruktur, wawancara,
pelatihan warga dokumentasi
belajar
Penanggung
jawab, Observasi,
Evaluasi
instruktur, wawancara,
warga belajar
warga dokumentasi
belajar
Tahap Evaluasi
Penanggung
Evaluasi jawab, Observasi,
program instruktur, wawancara,
pelatihan warga dokumentasi
belajar
Faktor yang Penanggung
mempengaruhi jawab, Observasi,
Evektifitas Biaya
keberhasilan instruktur, wawancara,
Biaya pelatihan
proses warga dokumentasi
pelatihan belajar
98

Penanggung
Kesesuaian jawab, Observasi,
Materi
materi instruktur, wawancara,
Program
pelatihan warga dokumentasi
belajar
Penanggung
jawab, Observasi,
Kesesuaian Ketersediaan
instruktur, wawancara,
Fasilitas fasilitas
warga dokumentasi
belajar
Penanggung
Kemampuan Kemampuan jawab, Observasi,
Peserta menangkap instruktur, wawancara,
Pelatihan materi warga dokumentasi
belajar
99

Lampiran 2. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Pada pengamatan observasi yang akan dilakukan adalah:

A. Tujuan

Tujuan dari observasi adalah untuk mendapatkan informasi dan data terkait

Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Sebagai Pengurai Limbah Rumah

Tangga Di Bank Ramli Ceser Oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda.

B. Aspek yang Diamati

1. Hasil pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot sebagai pengurai

limbah rumah tangga di Bank Ramli Ceseri oleh CSR Pertamina Fuel

Samarinda.

2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat maggot

sebagai pengurai limbah rumah tangga di Bank Ramli Ceseri oleh CSR

Pertamina Fuel Samarinda.


100

Lampiran 3. Pedoman Studi Dokumentasi

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

1. Lokasi Penelitian

2. Tempat Pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot

3. Kegiatan-kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot

4. Foto kegiatan hasil budidaya lalat maggot


101

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Responden

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Penanggung Jawab Pelatihan

Hari Tanggal :

Identitas Responden

a. Nama :
b. Tempat Tanggal Lahir :
c. Alamat :

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Bagaimana cara anda merekrutmen warga belajar untuk mengikuti

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk warga belajar pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan belajar pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi kebutuhan

belajar masyarakat?

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan tujuan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot telah terlaksnan secara

maksimal di Bank Ramli Ceseri?


102

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Bagaimana cara menyusun tahap pelaksanaan pada pelatihan budidaya

lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian materi

1) Bagaimana cara menetukan materi pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja materi yang akan disampaikan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan metode pada pelaksanaan pelatihan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan pada pelatihan

budidaya lalat maggot kepada peserta?

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Bagaimana cara pengevaluasian pada warga belajar pada

pelaksanaan pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

2) Apa saja yang akan dievaluasi dari warga belajar pada pelaksanaan

pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


103

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Bagaimana cara pengevaluasian program pada pelaksanaan

pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung

menurut anda apakah proses pelatihan sudah terlaksana secara

maksimal atau masih ada yang kurang efektif pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot?

B. Faktor yang Mempengaruhi keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

a. Biaya Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan dana pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Darimna sumber dana pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi yang sesuai dengan kebutuhan

warga belajar pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di

Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah dasar materi pada pelatihan budidaya lalat maggot?


104

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja fasilitas yang anda sediakan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Bagaimana kemampuan warga menangkap materi pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah warga belajar dapat menangkap materi pelatihan secara

maksimal?
105

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Instruktur

Hari Tangga :

Identitas Responden

a. Nama :
b. Tempat Tanggal Lahir :
c. Alamat :

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Bagaimana cara merekrutmen warga belajar untuk mengikuti pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk merekrutmen warga belajar

pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan belajar pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi kebutuhan

belajar masyarakat?

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan tujuan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot sudah tercapai secara

maksimal?
106

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Bagaimana cara menyusun tahap pelaksanaan pada pelatihan budidaya

lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja materi yang akan disampaikan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan metode pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Bagaimana cara pengevaluasian kepada warga belajar pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja yang akan dievaluasi dari warga belajar pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Bagaimana cara pengevaluasian program pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


107

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung

menurut anda apakah proses pelatihan sudah terlaksana secara

maksimal atau masih ada yang kurang efektif pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot?

B. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

a. Biaya Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan dana pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah dana yang tersedia cukup dan darimanakah sumber dana

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot?

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi yang sesuai dengan kebutuhan

warga belajar pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di

Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah materi tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan warga

belajar?

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja fasilitas yang anda sediakan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


108

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Bagaimana kemampuan warga menangkap materi pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah warga belajar dapat menangkap materi pelatihan secara

maksimal?
109

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Warga Belajar

Hari Tangga :

Identitas Responden

a. Nama :

b. Tempat Tanggal Lahir :

c. Alamat :

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk merekrutmen warga belajar

pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Apakah anda terlibat dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi kebutuhan

belajar anda?

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Apakah anda terlibat dalam menentukan tujuan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot sudah tercapai secara

maksimal?

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Apakah anda terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan budidaya

lalat maggot?
110

2) Apa saja tahapan pada pelaksanaan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian Materi

1) Apa saja materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah materi yang disampaikan tepat pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Metode apa yang digunakan oleh instruktur pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot?

2) Bagaimana metode yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Setelah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan apa saja yang

dilakukan oleh pengelola atau pelatih?

2) Apakah ada ujian atau tes setelah pelaksanaan pelatihan budidaya

lalat maggot?

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Apakah anda dilibatkan dalam pengevaluasian program pelatihan

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceser?

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung,

menurut anda apakah pelatihan terlaksana secara maksimal?


111

B. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

a. Biaya Pelatihan

1) Apakah anda dilibatkan dalam penentuan biaya pada pelaksanaan

pelatiahan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceser?

2) Apakah biaya yang disediakan mencukupi untuk melaksanakan

pelatihan budidaya lalat maggot ddi Bank Ramli Ceseri?

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Apakah materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apakah materi budidaya lalat maggot sudah sesuai dengan

kebutuhan anda?

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

2) Apa saja fasilitas yang anda sediakan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Apakah anda dapat menangkap materi secara maksimal pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


112

Lampiran 5. Catatan Hasil Observasi

CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI (CTLHO)

Catatan Lapangan Hasil Observasi I

Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Oktober 2021

Waktu : 13.00-15.30 WITA

Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samrinda

Kegiatan : Permohonan Studi Awal Penelitian

Deskripsi

Pada hari Jum’at, peneliti melakukan pertemuan dengan ibu Febry selaku

community development officer (CDO) CSR Pertamina Fuel Smarinda. Pertemuan

ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang program-program

yang telah dilaksanakan oleh CSR Pertamina Fuel Samrinda. Kemudian ibu Febry

mejelaskan secara rinci terkait program-program yang telah dilaksanakan. Setelah

mendengarkan penjelasan ibu Febry terkait program-program, peneliti belum

tertarik untuk melakukan penelitian di Pertamina. Kemudian ibu Febry

menawarkan peneliti untuk berkunjung ke Bank Ramli Ceseri yang merupakan

salat satu kampung binaan dari CSR Peramina Fuel Samrinda.


113

Catatan Lapangan Hasil Observasi II

Hari/Tanggal : Selasa, 02 November 2021

Waktu : 11.00-13.00 WITA

Tempat : Bank Ramli Ceseri Jalan Cendana Gang 11

Kegiatan : Studi Pendahuluan Penelitian

Deskripsi

Pada hari Selasa, peneliti melakukan kunjungan ke tempat dilaksanakannya

program Bank Ramli Ceseri di Jalan Cendana Gang 11 Rt. 12 Kelurahan Karang

Anyar Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda. Saat itu peneliti diajak oleh

ibu Febry untuk bertemu secara langsung dengan pengurus program Bank Ramli

Ceseri. Peneliti diperkenalkan oleh ibu Febry kepada ibu Emi selaku pengurus

program Bank Ramli Ceseri. Saat itu peneliti banyak berbincang-bincang dengan

ibu Emi terkait kegiatan-kegiatan apa saja yang sudah terlaksana di Bank Ramli

Ceseri. Setelah mendengar penjelasan ibu Emi, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan salah satu kegiatan pelatihan di Bank Ramli Ceseri, yaitu dengan

judul Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot Sebagai Pengurai Limbah Rumah

Tangga Di Bank Ramli Ceseri Oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda. Kemudian

peneliti melakukan diskusi dengan ibu Febry dan ibu Emi dengan tujuan untuk

menggali informasi lebih lanjut terkait kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot

agar dapat membantu memperkuat data dalam pengajuan judul penelitian serta

penyusunan proposal tugas akhir skripsi. Setelah mendapatkan data yang cukup

kemudian peneliti melakukan pengajuan judul penelitian serta penyusunan proposal

penelitian tugas akhir skripsi kepada dosen pembimbing satu dan dua.
114

Catatan Lapangan Hasil Observasi III

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Januari 2022

Waktu : 13.00-13.15 WITA

Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samrinda

Kegiatan : Pengantaran Surat Izin Penelitian

Deskripsi

Setelah peneliti melaksanakan seminar proposal di akhir bulan Desember tahun

2021, selanjutnya peneliti melakukan pengurusan administrasi sebagai salah satu

syarat melakukan penelitian di CSR Pertamina Fuel Samarinda. Pada hari itu,

peneliti tidak bertemu langsung dengan ibu Febry sehingga surat tersebut di titipakn

di Security atas perintah ibu Febry karena belau sedang ada urusan di Dinas.
115

Catatan Lapangan Hasil Observasi IV

Hari/Tanggal : Jum’at, 04 Februari 2022

Waktu : 10.30-11.30 WITA

Tempat : Tempat Produksi Maggot Jalan Adam Malik No.10B Samarinda

Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Deskripsi

Pada hari itu, peneliti mulai melakukan penelitian dengan mewawancarai instruktur

pada kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot, beliau bernama bapak Aslan.

Alasan mengapa bapak Asalan dipilih sebagai instruktur pada kegiatan pelatihan

budidaya lalat maggot, karena bapak Aslan merupakan salah satu pengusaha

maggot di Samarinda. Peneliti mulai menggali informasi dengan mewawancarai

bapak Aslan berdasarkan pedoman wawancara dan daftar wawancara yang telah

dibuat oleh peneliti. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Setelah

peneliti selesai melakukan wawancara, peneliti diperbolehkan melihat-lihat

produksi maggot ditempat tersebut. Selain itu, untuk memperkuat temuan

dilapangan serta hasil penelitian, peneliti meminta beberapa data hasil dokumentasi

produksi maggot yang ada ditempat tersebut.


116

Catatan Lapangan Hasil Observasi V

Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Oktober 2021

Waktu : 14.00-16.00 WITA

Tempat : Bank Ramli Ceseri Jalan Cendana Gang 11

Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Deskripsi

Setelah melakukan wawancara dengan instruktur peneliti langsung berkunjung ke

Bank Ramli Ceseri unuk bertemu langsung dengan salah satu pengurus program

Bank Ramli Ceseri yang bernama ibu Emi. Peneliti memilih ibu Emi sebagai salah

satu narasumber karena ibu Emi merupakan warga belajar pada kegiatan pelatihan

budidaya lalat maggot. Peneliti mulai menggali informasi dengan mewawancarai

ibu Emi berdasarkan pedoman wawancara dan daftar wawancara yang telah dibuat

oleh peneliti, berlangsung selama kurang lebih 40 menit. Peneliti juga meminta

beberapa hasil dokumentasi untuk memperkuat data hasil penelitian, dimulai dari

perencanaan sampai dengan evaluasi kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot serta

faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat maggot.


117

Catatan Lapangan Hasil Observasi VI

Hari/Tanggal : Senin, 07 Februari 2022

Waktu : 07.00-08.30 WITA

Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samrinda

Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Deskripsi

Pada hari senin, peneliti melakukan kunjungan ke Pertamina Fuel Terminal

Samarinda untuk bertemu secara langsung dengan penanggung jawab kegiatan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri oleh CSR Pertamina Fuel

Samarinda bernama ibu Febry. Peneliti mulai menggali informasi dengan

mewawancarai ibu Febry berdasarkan pedoman wawancara dan daftarwawancara

yang telah dibuat oleh pebeliti berlangsung selama kurang lebih 50 menit. Peneliti

meminta beberapa haslil dokumentasi untuk memperkuat data hasil penelitian,

dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi kegiatan pelatihan budidaya lalat

maggot serta faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan budidaya lalat

maggot.
118

Lampiran 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (CTLHW)

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Penanggung Jawab Pelatihan

Hari Tanggal : Senin, 07 Februari 2022

Identitas Responden

d. Nama : Febryanti, S. S.I.Kom.

e. Tempat Tanggal Lahir : Long Kali, 15 Februari 1993

f. Alamat : Perumahan PKL Sungai Kapih

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Bagaimana cara anda merekrutmen warga belajar untuk mengikuti

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Warga belajar yang mengikuti pelatihan hanya anggota

kelompok dari Bank Ramli Ceseri, jadi tidak ada sistem atau cara

perekrutmenan yang khusus. Akan dilakukan perekrutmenan jika

melibatkan warga masyarakat diluar kelompok

2) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk warga belajar pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tidak ada syarat tertentu, hanya harus anggota kelompok

bank ramli ceseri.

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan belajar pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


119

Jawaban: Kami melakukan diskusi dengan pengurus Bank Ramli

Ceseri terkait banyaknya sampah yang ada di Samarinda dengan

didominani oleh sampah organik sehingga dibutuhkan varian dalam

pengolahan sampah organik. Jadi kami cari-cari pelatihan ternyata

di Samarinda ini ada pelatihan maggot. Pelatihan ini merupakan

satu-satunya obsi pengolahan sampah dan sampai sekarang belum

ada obsi pelatihan dalam pengolahan sampah dan berdasarkan

himbauan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mendorong

bank ramli untuk melakukan pengolahan sampah organik sehingga

disarakan pelatihan budidaya lalat maggot. Budidaya lalat maggot

ini merupakan alternatif agar sampah organik dapat dikelola serta

menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam pengolahan sampah

organik dirumah masing-masing

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi

kebutuhan belajar masyarakat?

Jawaban: Memenuhi karena dapat mengurangi sampah sampah

organik disekitar bank ramli ceseri, artinya dapat mengurangi

sampah dalam lingkup yang kecil di Kota Samarinda. Serta lalat

maggot dapat memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat,

karena lalat maggot mengonsumsi sampah organik dan sampah

organik mengandung banyak protein yang maggot suka sehingga

maggot tersebut mengandung banyak protein. Maggot dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga ternak terasupi dengan

protein yang mejadikan ternak sehat lalu dikonsumsi oleh manusia.

Sehingga ada kebermanfaatan budidaya lalat maggot selain untuk

mengurangi kuantitas sampah organik.


120

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan tujuan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tujuan pelatihan meningkatkan kapasitas dari yang

tidak bisa menjadi bisa dan yang tidak tau menjadi tau. Pada waktu

itu sudah ada suatu kelompok masyarakat sehingga saya ingin

membantu untuk meningkatkan kapasitas tau meningkatkan

kemapuan mereka. Jadi saya cari-cari pelatihan ternyata di

Samarinda ini ada pelatihan maggot. Pelatihan ini merupakan satu-

satunya obsi pengolahan sampah dan sampai sekarang belum ada

obsi pelatihan dalam pengolahan sampah dan berdasarkan

himbauan Kepala Dinas Lngkungan Hidup (DLH) mendorong bank

ramli untuk melakukan pengolahan sampah organik sehingga

disarakan pelatihan budidaya lalat maggot.

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot telah terlaksnan

secara maksimal di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tujuan pelatihan sudah tercapai, dibuktikan dengan

mengkatnya kapasitas masyarakat dari yang awalnya tidak bisa

menjadi bisa terkait dengan pembudidayaan lalat maggot.

Menjadikan masyarakat mandiri dalam pengolahan sampah rumah

tangga dirumah masing-masing sehingga dapat mengurangi

kampasitas sampah yang ada di Samarinda.

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Bagaimana cara menyusun tahap pelaksanaan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Yang menentukan tahap pelatihan adalah instruktur,

tahapan pada pelatihan kemarin instruktur menjelaskan melelui


121

LCD penejelasannya seperti seminar kemudian memprektekkan

pembudidayaan lalat maggot.

2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Instruktur saja

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian materi

1) Bagaimana cara menetukan materi pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Instruktur ada menawarkan bundelan paket jadi isinya

apa saja kegiatan pelatihan yang akan dilakukan dengan harga

sekian. Jadi saya minta buget 500/orang sehingga ada beberapa

kegiatan yang dipotong. Jadi yang tidak dipotong adalah modul,

sertifikat, pemberian materi dan praktek pembudidayaan lalat

maggot.

2) Apa saja materi yang akan disampaikan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Materi kemarin yang disampaikan tentang

pembudidayaan lalat maggot serta sampah apa saja yang dapat

dikonsumsi serta makanan apa yang harus dihindari oleh maggot

tersebut

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan metode pada pelaksanaan pelatihan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Menggunakan metode yang cukup mudah di pahami

peserta yaitu metode demonstrasi


122

2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan pada pelatihan

budidaya lalat maggot kepada peserta?

Jawaban: dengan cara menggunakan metode yang digunakan

adalah demonstrasi jadi menjelaskan lalu mempraktekkan.

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Bagaimana cara pengevaluasian pada warga belajar pada

pelaksanaan pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

Jawaban: Mereka sudah melakukan pelatihan jadi mereka sudah

tau bagaimana cara budidaya lalat maggot dan mereka udah coba

dirumah masing-masing secara mandiri dan mereka bisa karena ini

merupakan kegiatan kelompok sehingga dibank ramli harus ada

kandang maggot atau kegiatan pengelolaan maggot kebutuhannya

untuk apa karena belum bisa masif/belum bisa memproduksi

banyak, belum bisa produksi banyak karena pengelolaannya tidak

ada dikarenakan bank ramli ceseri oprasionalnya hanya 1 minggu

sekali itupun hanya beberapa jam. Sedangkan perawatannya

maggot itu butuh disemprot kalau siang karena maggot tidak boleh

kepanasan banget. Sehingga dibank ramli ceseri itu susah dia untuk

jalan karena tidak ada yang merawatnya. Terjadi kendala lagi yaitu

kandang maggot yang berada di Bank Ramli Ceseri dibobol tikus,

termasuk hasil evaluasi yaitu tikuspun makan maggot yang tidak

diketahui sebelumnya sehingga diperlukan evaluasi pada lokasi

maggot yakni akan dibuatkan kandang dari kawat

2) Apa saja yang akan dievaluasi dari warga belajar pada pelaksanaan

pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?


123

Jawaban: Tingkat pemahaman warga belajar setelah mengikuti

pelatihan dengan cara memonitoring

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Bagaimana cara pengevaluasian program pada pelaksanaan

pelatihan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Program pelatihan budidaya lalat maggot secara

keseluruhan sudah bagus, pelatihan sudah terlaksana dalam arti

untuk anggota Bank Ramli Ceseri mereka sudah memiliki

kemampuan dan pengetahuan perihal pembudidayaan lalat maggot

dan mereka bisa shareing kewarga sekitarnya, namun masih

terkendala dengan lokasi karena tikus dan belum terfikirkan jika

maggot sudah produksi akan dijual kemana karena siklus hidup

maggot cepat karena lama-lama akan menjadi lalat.

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung

menurut anda apakah proses pelatihan sudah terlaksana secara

maksimal atau masih ada yang kurang efektif pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Pelaksanaan pelatihan sudah ideal karena melihat

kondisinya secara lansung dan dapat bertemu dengan instrukturnya

secara langsung.

B. Faktor yang Mempengaruhi keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

b. Biaya Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan dana pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Sudah dianggarkan sebelum pelaksanaan pelatihan,

Biaya pada pelaihan budidaya lalat maggot dengan harga


124

Rp.500.000/orang sehingga ada beberapa kegiatan yang dipotong.

Berdasarkan harga tersebut peserta mendapatkan, modul, sertifikat,

pemberian materi dan praktek pembudidayaan lalat maggot

2) Darimanakan sumber dana pada pelaksanaan pelatihan budidaya

lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Dana yang dikeluarkan dari pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi yang sesuai dengan kebutuhan

warga belajar pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di

Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: dengan cara mengidentifikasi kebutuhan belajar

2) Apakah ada dasar materi pada pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Materi pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat

maggot didasari oleh modul yang sudah dibuat dan dibagikan oleh

fasilitator, sehingga peserta pelatihan lebih memahami materi yang

disampaikan terkait budidaya lalat maggot

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Perlengkapan pembudidayaan lalat maggot sudah

lengkap karena pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dikandang

maggot langsung jadi untuk fasilitas cukup memadai untuk

menunjang pelaksanaan pelatihan bahkan sampai ada mushola

tandanya fasilitas yang disediakan sangat lengkap


125

2) Apa saja fasilitas yang anda sediakan pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: rangkaian alat pembudidayaan lalat maggot

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Bagaimana kemampuan warga menangkap materi pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Menurut saya kemampuan peserta pelatihan dalam

menangkap materi pelatihan cukup maksimal dibuktikan dengan

masyarakat dapat membudidayakan lalat maggot secara mandiri

dirumah mereka

2) Apakah warga belajar dapat menangkap materi pelatihan secara

maksimal?

Jawaban: iya sudah maksimal


126

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Instruktur Pelatihan

Hari Tangga : Jum’at, 04 Februari 2022

Identitas Responden

a. Nama : Aslan Nugroho


b. Tempat Tanggal Lahir : 20 Mei 1989
c. Alamat : Jalan Amuntai Loa Bakung

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Bagaimana cara merekrutmen warga belajar untuk mengikuti

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tidak ada perekrutmenan peserta pelatihan

2) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk merekrutmen warga

belajar pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tidak ada persyaratan khusus dan yang saya tau peserta

pelatihan adalah anggota dari Bank Ramli Ceseri. Karena

persyartan belajar itu siapapun boleh ikut serta siapapun yang

berminat untuk belajar budidaya lalat maggot

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan belajar pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda membuat forum

diskusi kepada pengurus Bank Ramli Ceseri dengan melibatkan

saya terkait banyaknya sampah yang ada di Samarinda, tujuan dari

diskusi tersebut untuk menentukan penyelesaian yang tepat terkait

masalah sampah tersebut. Sehingga diputuskanlah budidaya lalat


127

maggot sebagai pengurai sampah organik yang merupakan varian

terbaru dalam pengolahan sampah organik.

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi

kebutuhan belajar masyarakat?

Jawaban: Untuk memenuhi sepertinya belum yaa, karena gini

budidaya ini sebenarnya belum mengedukasi semua orang dalam

artian masih orang-orang tertentu saja yang tau.

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan tujuan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tujuan awal adalah untuk mengurang banyaknya

sampah organik.

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot sudah tercapai

secara maksimal?

Jawaban: Tujuan pelatihan yang jelas kita mau sebanyak-

banyaknya orang untuk mengetahui tentang budidaya maggot itu

seperti apa, tujuan yang paling penting bagaimana cara mengolah

sampah. Kami 1 mitra denga DLH (Dinas Lingkungan Hidup)

dalam pengolahan sampah jadi tujuannya untuk mengedukasi

gimana cara mengolah sampah organik secara baik dan benar.

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Bagaimana cara menyusun tahap pelaksanaan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Biasanya pelatihan tergantung permintaan, biasanya

kami adakan sendiri dan ada pelatihan berdasarkan permintaan dari

mitra/instansi seperti pertamina. Itu mereka yang minta dan mereka

yang mengajukan proposal kekami untuk mengadakan pelatihan.


128

Berarti pelaksanaan pelatihan berdasarkan permintaan mereka mau

pelatihan seperti apa, misalkan mereka mau dijelaskan masalah

budidaya atau banagimana pengolahan sampahnnya. Jadi

mengikuti sesuai dengan permintaan mereka, bukan kami yang

menentukan materi karena materninya apa lalu kami sesuaikan dan

kami susunkan konsepnya. Apa saja yang bisa kami sampaikan

sehingga tujuan mereka dapat tercapai, jadi tahapan pada pelatihan

waktu itu adalah penyampaian materi kemudian pemeraktekan

pembudidayaan lalat maggot secara langsung.

2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: kami yang menyusun tahap pelaksanaan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Materi disusun oleh kami tapi sesuai dengan dengan

permintaan pihak Pertamina, tujuan mereka apa sih sebenarnya

untuk mengadakan pelatihan tersebut. Nah dari situ kita dapat

menentukan materi yang akan kami sampaikan. Nanti dikirim

materi tersebut biar mereka prin dulu untuk dibagikan kepeserta.

2) Apa saja materi yang akan disampaikan pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Materi yang disampaikan waktu itu tentang budidaya

lalat maggot sekaligus pemilahan sampah, pemanfaatan sampah

organik untuk maggot (maksudanya yang nutrisinya bagus) yang


129

cocok untuk maggot yang mana dan yang tidak boleh yang mana

nanti dijelaskan

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan metode pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Menggunakan metode yang membantu warga belajar

memahami materi pelatihan.

2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Jadi metode yang disampaikan adalah penyampaian

materi kemudian ada praktek/ metode demonstrasi

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Bagaimana cara pengevaluasian kepada warga belajar pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri?

Jawaban: Memonitoring setelah pelaksanaan pelatihan,

2) Apa saja yang akan dievaluasi dari warga belajar pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri?

Jawaban: Yang saya tau warga belajar sudah mampu

menerapkan budidaya lalat maggot dirumah masing-masing,

artinya evaluasinya sudah maksimal. Cuma waktu itu sempat

buat kandang maggot sekaligus membudidayakan di Bank

Ramli Ceseri, karena kurang perawatannya sehingga

budidayanya gagal dan kandangnya digigit tikus.


130

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Bagaimana cara pengevaluasian program pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Menurut saya pelaksanaan pelatihan sudah maksimal,

karena penjelasan yang saya sampaikan cukup jelas serta mereka

dapat melihat langsung budidaya lalat maggot tersebut.

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung

menurut anda apakah proses pelatihan sudah terlaksana secara

maksimal atau masih ada yang kurang efektif pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Saya rasa sudah maksimal

B. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

a. Biaya Pelatihan

1) Bagaimana cara menentukan dana pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Jadi pelatihan diadakan sesuai dengan buget dan kita

juga tidak menentukan harusnya seperti ini kita juga adakan

negosiasi untuk biaya, biasanya merka yang mengajukan

kekami kemudian kami gas sesuai dengan perancangan dana

yang sudah ditentukan dan biaya pelatihannya itu masih ada

negosiasi nanti bagaimana cara untuk tetap berjalan walaupun

kondisi dana minim seperti itu.

2) Apakah dana yang tersedia cukup dan darimanakah sumber

dana pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: dananya cukup karena sudah dianggarkan dan

dananya berasal dari pihak CSR Pertamina Fuel Samarinda.


131

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Bagaimana cara menentukan materi yang sesuai dengan

kebutuhan warga belajar pada pelaksanaan pelatihan budidaya

lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: berdasarkan diskusi kelompok

2) Apakah dasar materi pada pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Kami tidak hanya menjelaskan saja melainkan ada

modul yang saya buat untuk mendasari pemaparan materi saya

dan memudahkan peserta pelatihan untuk memahami materi

yang saya sampaikan pada saat pelatihan

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

Jawaban: Pihak pertamina mungkin memfasilitasi dari segi

biaya kali ya, tapi untuk ketersediaan alat-alat itu kami yang

menyediakan dan fasilitas yang kami sediakan memadai.

2) Apa saja fasilitas yang anda sediakan pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: seluruh alat untuk pembudidayaan lalat maggot.

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Bagaimana kemampuan warga menangkap materi pada

pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri?
132

Jawaban: Untuk materi mungkin sudah menangkap secara

maksimal karena pada saat pelatihan peserta sangat antusias

untuk mengikuti pelatihan.

2) Apakah warga belajar dapat menangkap materi pelatihan secara

maksimal?

Jawaban: menurut saya sudah maksimal.


133

DRAFT PEDOMAN WAWANCARA

Key Informan : Warga Belajar

Hari Tangga : Jum’at, 04 Februari 2022

Identitas Responden

a. Nama : Emi Marlinda

b. Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 22 Maret 1975

c. Alamat : Jalan Cendana, Gang 8

A. Proses Pelatihan Budidaya Lalat Maggot

1. Tahap Perencanaan

a. Rekrutmen Peserta

1) Apakah ada syarat yang ditentukan untuk merekrutmen warga

belajar pada pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Tidak ada syarat yang ditentukan dan yang mengikuti

pelatihan anggota dari Bank Ramli Ceseri

b. Identifikasi Kebutuhan Belajar

1) Apakah anda terlibat dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceseri?

Jawaban: Kami di ajak berdisukusi oleh pihak CSR Pertamina Fuel

Samarinda untuk menentukan pelatihan yang tepat dilakukan untuk

mengurangi banyaknya sampah di lingkungan kami, dibuatlah

pelatihan budidaya lalat maggot untuk mengurangi banyaknya

sampah organik

2) Apakah pelatihan budidaya lalat maggot dapat memenuhi

kebutuhan belajar anda?


134

Jawaban: iya karena menambah oengetahuan saya dalam

mengolah sampah organik.

c. Menentukan Tujuan Pelatihan

1) Apakah anda terlibat dalam menentukan tujuan pada pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: terlibat

2) Apakah tujuan pelatihan budidaya lalat maggot sudah tercapai

secara maksimal?

Jawaban: Tujuan kita pelatihan inikan supaya kita mengetahui

lebih jauh apa sih itu maggot, betulkan ndk bau makanya kita

mencoba dirumah ternyata memang engga bau. Cuma maggot itu

punya komposisinya yaitu 1 kg pupanya dapat mengolah 10 kg

sampah

d. Menyusun Tahap Pelaksanaan

1) Apakah anda terlibat dalam penyusunan tahap pelaksanaan

budidaya lalat maggot?

Jawaban: terlibat

2) Apa saja tahapan pada pelaksanaan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

Jawaban: Pembukaan kemarin pihak CSR yang membuka dan

rumah zakat, nah mba Febryanti (pihak CSR Pertamina) yang jadi

juru bicara kemudian instrukturnya dari orang merdeka (Bapak

Aslan) dilanjutkan dengan menjelaskan materi selanjutnya kita

praktekkan pembudidayaannya secara langsung dilapangan dan

membawa pulang oleh-oleh (benih maggot) dari anakan maggot itu

tadi/larva maggot.
135

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyampaian Materi

1) Apakah materi yang disampaikan tepat pada pelaksanaan pelatihan

budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Materi yang disampaikan pastinya tentang budidaya

lalat maggot dan makanan yang bagus untuk maggot.

b. Metode Pelaksanaan Pelatihan

1) Metode apa yang digunakan oleh instruktur pada pelaksanaan

pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Materi yang disampaikan pastinya tentang budidaya

lalat maggot dan makanan yang bagus untuk maggot

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Warga Belajar

1) Setelah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan apa saja yang

dilakukan oleh pengelola atau pelatih?

Jawaban: Setelah saya praktek di rumah saya ditanya-tanya oleh

pihak CSR Pertamina bagaimana apakah sudah bisa budidaya lalat

maggot sendiri. Untuk budidaya saya dan teman-teman sudah

praktek dirumah masing-masing, cuma kami coba-coba budidaya di

Bank Ramli Ceseri ternyata gagal karena perawatannya kurang dan

kandangnya di bobol tikus karena kami beroprasional hanya 1 hari

dalam 1 minggu

2) Apakah ada ujian atau tes setelah pelaksanaan pelatihan budidaya

lalat maggot?

Jawaban: Tidak ada.


136

b. Evaluasi Program Pelatihan

1) Apakah anda dilibatkan dalam pengevaluasian program pelatihan

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceser?

Jawaban: iyaa karena pihak penyelenggara ada mewawancarai

saya terkait pelatihan.

2) Selama kegiatan pelatihan budidaya lalat maggot berlangsung,

menurut anda apakah pelatihan terlaksana secara maksimal?

Jawaban: Pelatihan menurut saya sudah maksimal karena saya bisa

melihat secara langsung bagaimana budidaya lalat maggot itu dan

fasilitas yang disediakan cukup memedai.

B. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

1. Evektifitas Biaya

a. Biaya Pelatihan

1) Apakah anda dilibatkan dalam penentuan biaya pada

pelaksanaan pelatiahan budidaya lalat maggot di Bank Ramli

Ceser?

Jawaban: Tidak tapi yang saya tau biaya dikeluarkan oleh mba

Febry (Pihak CSR) dan pada saat pelatihan saya mendapatkan

sertifikat, modul kemudian ada materi dan praktek

pembudidayaan lalat maggot.

2) Apakah biaya yang disediakan mencukupi untuk melaksanakan

pelatihan budidaya lalat maggot ddi Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: iyaa karena sudah dianggarkan.


137

2. Materi Program

a. Kesesuaian Materi

1) Apakah materi yang disampaikan pada pelatihan budidaya lalat

maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: proses pembudidayaan lalat maggot sampai dengan

makanan yang tidak disukai oleh maggot.

2) Apakah dasar materi pada pelatihan budidaya lalat maggot?

Jawaban: Kami dibagikan modul oleh fasilitator sebelum

pelaksanaan pelatihan dimulai dan modul itu boleh dibawa

pulang

3. Kesesuaian Fasilitas

a. Ketersediaan Fasilitas

1) Apakah fasilitas yang anda sediakan sesuai dengan kebutuhan

pada pelaksanaan pelatihan budidaya lalat maggot di Bank

Ramli Ceseri?

Jawaban: Menurut saya fasilitas yang disediakan sangat

memadai

4. Kemampuan Peserta Pelatihan

a. Kemampuan Menangkap Materi

1) Apakah anda dapat menangkap materi secara maksimal pada

pelatihan budidaya lalat maggot di Bank Ramli Ceseri?

Jawaban: Sudah mkasimal karena saya sudah bisa

mempraktekakn sendiri. Artinya kalau kita sudah mendengar,

mencoba, belajar dan bisa membuktikan dilapangan artinya kita

sudah maksimal memahami materi.


138

Lampiran 7. Data Ceklis Hasil Penelitian

DATA CEKLIS HASIL PENELITIAN

Data
Sub Keadaan Hasil
Komponen Indikator
Komponen Lapangan Wawanca
ra
Rekrutmen
√ √
Peserta
Identifikasi
Kebutuhan √ √
Belajar
Tahap
Menentukan
Perencanaan
Pelatihan Budidaya Tujuan √ √
Lalat Maggot Pelatihan
Pengurai Limbah Menyusun
Rumah Tangga Tahap √ √
Suatu Studi Kasus Pelaksanaan
Yang Dilakukan Di Penyampaian
Bank Ramli Ceseri Materi √ √
Binaan CSR Tahap Pelatihan
Pertamina Fuel Pelaksanaan Metode
Samarinda Pelaksanaan √ √
Pelatihan
Evaluasi
√ √
Warga Belajar
Tahap
Evaluasi
Evaluasi
Program √ √
Pelatihan
Faktor yang Evektifitas Biaya
√ √
mempengaruhi Biaya Pelatihan
keberhasilan Kesesuasian
Materi
Pelatihan Budidaya Materi √ √
Program
Lalat Maggot Program
Pengurai Limbah Kesesuaian Ketersediaan
Rumah Tangga √ √
Fasilitas Fasilitas
Suatu Studi Kasus
Yang Dilakukan Di
Kemampuan Kemampuan
Bank Ramli Ceseri
Peserta Menangkap √ √
Binaan CSR
Pelatihan Materi
Pertamina Fuel
Samarinda

Anda mungkin juga menyukai