Anda di halaman 1dari 112

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GHORIB

BERBASIS CETAK PADA MATA PELAJARAN AL-QURAN


SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH PEMALANG

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


memproleh gelar sarjana srata 1

PRIHATINI
NIM: 3190003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING


DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN MUNAQOSAH

Pembimbing I Pembimbing II

Nisrokha, S.Pd.I., M.Pd. Oni Marliana Susianti, M.Pd.


NIDN. 2101108102 NIDN. 2117039302
Tanggal…………………. Tanggal…………………..

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 PAI
STIT PEMALANG

Nisrokha, S.Pd.I., M.Pd.


NIDN. 2101108102
Tanggal………………..
Nama : PRIHATINI
No. Regristrasi
: 3190003
Angkatan
Judul Skripsi : 2019/2020
: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
GHORIB BERBASIS CETAK PADA MATA
PELAJARAN AL-QURAN SANTRI PONDOK
PESANTREN SALAFIYAH PEMALANG

ii
ABSTRAK

Prihatini, 2023, Pengembangan Media Pembelajaran Ghorib Berbasis Cetak Pada


Mata Pelajaran Al Quran Santri Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan media pembelajaran


ghorib berbasis cetak pada mata pelajaran Al Quran santri Madrasah Pondok
Pesantren Salafiyah Pemalang. Buku yang dikembangkan berupa buku ghorib yang
dikembangkan dengan tampilan dan isi lebih menarik, dengan tataletak dan warna
yang lebih segar, sehingga santri tidak mudah bosan saat kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekata R&D (research and
development) dengan menggunakan pendekatan ADDIE yakni analis, desain,
development, implementasi, dan evaluasi, setelah melalui serangkaian penelitian
didapati hasil dari proses pengembangan media buku ghorib masuk kedalam kategori
sangat layak. Pernyataan tersebut dapat dibukikan dengan adanya hasil dari penilaian
uji ahli media dengan presenase 92% masuk ke dalam kategori sangat ayak, penilaian
ahli materi dengan presentase 80% masuk ke dalam kategori layak, penilaian ahli
bahasa dengan presentase 90% masuk ke dalam kategori sangat layak. Hasil uji coba
uji coba kelompok dengan presentase 84%, uji coba lapangan dengan presentase
90%, maka produk masuk ke dalam kategori sangat layak.

Kata kunci: Media, Ghorib, Cetak

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
Jl. D.I. Pandjaitan Km. 3 Paduraksa Pemalang 52319

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Strata 1 merupakan hasil karya
saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skrispi yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah
dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skrispi ini bukan hasil
kerja saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu. Saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pemalang, 26 Agustus 2023

PRIHATINI

iv
MOTO

“Dunia itu bukan suatu beban, tapi bukan juga suatu hal yang ringan, bukan beban
sebab memang ia bukan untuk dituju, bukan ringan karena ia banyak menipu dan
melalaikan”

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.l skripsi dengan judul
“Pengembangan Media Pembelajaran Ghorib berbasis Cetak Pada Mata Pelajaran Al-
Quran Santri Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang” ditulis sebagai syarat dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
Dukungan tersebut baik dari segi moril maupun material sangat berharga dan berarti
dalam proses penulisan proposal skripsi ini, oleh karena ini penulis pengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak, diantaranya:
1. Dr. Hj. Amiroh, M.Ag. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan program sarjana strata satu Pendidikan Agama Islam.
2. Ibu Nisrokha, S.Pd., M. Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Agama islam
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang sekaligus dosen pembimbing 1 yang
telah sabar memberikan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan l skripsi
ini.
3. Ibu Oni Marliana Susianti, M. Pd. sebagai dosen pembingbing 2 yang telah sabar
memberikan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak/Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang yang telah
memberikan ilmu selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Pemalang.
5. Keluarga Pondok Pesantren Salafiyah pemalang yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini.
6. Seluruh keluarga, orang tua tercinta ibu Sulasmi, adik tersayang Muhammad
Teguh, atas doa dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
7. Patner berkeluh kesah Afdul Mukhlis Rozaqi atas dukungan dalam segala hal
terutama selama menyelesaikan skripsi ini.

vi
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang
angkatan 2019.
9. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi untuk membantu
menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus
ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan
dalam penulisan proposal skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diterima. Harapan penulis semoga proposal skripsi ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak terutama dalam pengembangan keilmuan.

Pemalang, 10 Juni 2023


Penulis

Prihatini
NIM 3190003

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii


ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTO....................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Konsep Pengembangan Model...................................................................................... 7
1. Pengertian Penelitian Pengembangan ....................................................................... 7
2. Model Penelitian Pengembangan .............................................................................. 8
B. Acuan Teoritik ............................................................................................................ 11
1. Media Pembelajaran................................................................................................ 11
3. Mata Pelajaran Al-Quran ........................................................................................ 26
4. Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang ................................................................... 30
C. Penelitian Yang Relevan ............................................................................................. 52
D. Desain Model .............................................................................................................. 55

viii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................. 56
A. Jenis Penelitian................................................................................................................ 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 56
C. Karakteristik Sasaran Penelitian ..................................................................................... 58
D. Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................................................. 59
E. Langkah-Langkah Pengambangan Model....................................................................... 59
1. Analisis ....................................................................................................................... 59
2. Desain ......................................................................................................................... 60
3. Development (Pengembangan) ................................................................................... 60
4. Implementasi ............................................................................................................... 61
5. Evaluasi ....................................................................................................................... 62
6. Instrumen Penilaian .................................................................................................... 62
7. Teknik Analisis Data................................................................................................... 70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 72
A. Hasil Pengembangan Model ........................................................................................... 72
B. Kelayakan Produk ........................................................................................................... 87
C. Efektifitas Model ............................................................................................................ 90
BAB V
PENUTUP .............................................................................................................................. 96
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 96
B. Implikasi ......................................................................................................................... 96
C. Saran ............................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 98
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 100

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fungsi Media Pembelajaran....................... .................................. .........14


Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman................. ................................................... .........17
Gambar 2. 3 Ragam Media .......................................................................................21
Gambar 4. 1 Sampul Buku Ghorib...................................................................................... 76
Gambar 4. 2 Kata Pegantar........................ ...................................................... .........76
Gambar 4. 3 Daftar Isi Buku Ghorib..................... ........................................... .........77
Gambar 4. 4 Materi Ghorib..................... ......................................................... .........77
Gambar 4. 5 Soal Latihan................................................................................. .........78
Gambar 4. 6 Daftar Pustaka............ ................................................................. .........78
Gambar 4. 7 Sebelum Revisi............................................................................ .......88
Gambar 4. 8 Sesudah Revisi................. ........................................................... .......89
Gambar 4. 9 Sebelum Revisi............................................................................ .......89
Gambar 4. 10 Sesudah Revisi................. ......................................................... .......90

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Panduan Format/ Ukuran Buku ....................................................... ...........24


Tabel 2.2 Panduan Tata Letak ......................................................................... ...........25
Tabel 2.3 Panduan Bagan dan Isi Buku .......................................................... ...........25
Tabel 2.4 Panduan Ukuran Huruf dan Bentuk Huruf .. ................................... ...........26
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan .........................................................................................57
Tabel 3.2 Pedoman Instrumen ......................................................................... ...........62
Tabel 3.3 Instrumen Validasi Ahli Media ........................................................ ...........63
Tabel 3.4 Instrumen Validasi Ahli Materi ...................................................... ...........65
Tabel 3.5 Instrumen Validasi Ahli Bahasa ...................................................... ...........67
Tabel 3.6 Instrumen Penilaian Uji Kelompok dan Lapangan .......................... ...........69
Tabel 3.7 Patokan Skor Skala Likert ............................................................... ...........70
Tabel 3.8 Kriteria Kelayakan .......................................................................... ...........71
Tabel 4. 1 Hasil Validasi Ahli Media............................. .................................................79
Tabel 4. 2 Hasil Validasi Ahli Materi.................... .......................................... ..........81
Tabel 4. 3 Hasil Validasi Ahli Bahasa.......................... ................................... ..........84
Tabel 4. 4 Rata-Rata Presentase Validator....................... ................................ ........87
Tabel 4. 5 Kritik dan Saran Validator............................ .................................. ........88
Tabel 4. 6 Hasil Uji Coba Kelompok........................ ....................................... ........90
Tabel 4. 7 Hasil Uji Coba Lapangan............................. ................................... ........92

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Al Quran adalah pedoman hidup bagi manusia terkhusus sebagai seorang


muslim, Al-Quran berisi ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kisah-kisah, falsafah,
akhlak, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup
manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Sebagai seorang muslim
belajar Al-Quran adalah salah satu dari wujud rukun iman yang ke tiga. Maka
seorang muslim wajib hukumnya mempelajari Al-Quran, mempelajari Al-Quran
tidak mengenal usia, mulai dari anak-anak, orang dewasa, sampai dengan orang
tua.
Allah Swt. berfirman;
‫َا ْو ِز ْد عَلَ ْي ِه َو َر ِت ِل الْ ُق ْرٰا َن تَ ْرِت ْي ًلا‬
Artinya:
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan.”(Qs. Al-Muzammil ayat 4)1

Maksud dari kalimat dan bacalah Al-Quran dengan perlahan–lahan, yakni


anjuran membaca Al-Quran dengan tartil (perlahan-lahan dan jelas) sehingga kita
dapat meresapi dan merenungi maknanya.2
Ayat tersebut dikuatkan dalam hadits Nabi SAW;
‫اَّلل‬
ُ َّ ‫ِض‬ َ ِ ‫السلَ ِم ِي َع ْن ُعثْ َم َان َر‬ ُّ ‫َع ْن عَلْقَ َم ُة ْب ُن َم ْرثَ ٍد َ َِس ْع ُت َس ْعدَ ْب َن ُع َب ْيدَ َة َع ْن َأ ِِب َع ْب ِد َّالر ْ َْح ِن‬
‫ َو َأ ْق َر َأ َأُُ َع ْب ِد َّالر ْ َْح ِن ِِف ا ْم َر ِة‬: ‫ خ ْ َُْيُ ُْك َم ْن تَ َع َّ ََّل الْ ُق ْرأ َن َوعَل َّ َم ُه قَا َل‬: ‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس َّ ََّل قَا َل‬
ُ َّ ‫َع ْن ُه َع ْن النَّ ِ ِب َص ََّّل‬
ِ
‫ُعثْ َم َان َح ََّّت ََك َن الْ َح َّج ُاج قَا َل َو َذاكَ َّ ِاَّلي َأ ْق َعدَ ِِن َم ْق َع ِدي ه ََذا‬

1
Al-Quran dan Terjemah, Bandung: Syaamil Quran, 2012, hlm. 574.
2
Kojin Mashudi, Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid VI, Malang: Intelegensia Media, 2019, hlm
344.

1
2

Artinya:
“ Dari Alqamah bin Martsad, aku mendengar Sa'ad bin Ubaidah, dari Abu
Abdurrahman As-Sulami, dari Utsman RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda,
"sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya." Dia
berkata, "Abu Abdurrahman membacakan Al Qur'an di masa pemerintahan
utsman hingga masa Al Hajjaj." Dia berkata, "Itulah yang menempatkanku pada
posisiku ini." (HR. Bukhari)3

Upaya untuk memahami bacaan Al-Quran dengan baik dan benar


dibutuhkan pemahaman mengenai ilmu-ilmu Al-Quran, guru atau orang yang ahli
dalam bidangnya, media, bahan ajar, metode pembelajaran yang mendukung, dan
keinginan atau niat dari individu tersebut untuk belajar Al-Quran. Salah satu dari
cabang ilmu Al-Quran adalah ilmu gharib. Dalam materi ghorib dijelaskan
tentang bacaan-bacaan Al-Quran yang tidak sesuai dengan tulisannya dan bacaan-
bacaan yang harus berhati-hati ketika membacanya. Maka ilmu gharib menjadi
poin penting dalam pembelajaran Al-quran karena ilmu gharib diperlukan untuk
menafsirkan dan juga memahami lafadz-lafadz yang sulit dalam Al-Quran. Hal ini
menjadi salah satu alasan peneliti untuk mengkaji dan mengembangkan media
pembelajaran materi ghorib.
Salah satu lembaga yang menerapkan pembelajaran ghorib adalah
madrasah pondok pesantren salafiyah pemalang, dimana pada saat ini metode
ghorip yang diterapkan adalah yanbua. Pembelajaran yang berlangsung dalam
kelas masih menggunakan sistem pembelajaran yang konvensional dimana guru
menjelaskan materi dengan metode ceramah dan santri mendengarkan dengan
seksama, media pembelajaran yang digunakan pun masih bersifat seadanya
berupa buku dengan tulisan hitam putih, melihat hal tersebut maka perlu adanya
pengembangan dalam media pembelajaran yang digunakan, dengan harapan
adanya media pembelajaran yang lebih menarik dapat menambah motivasi

3
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari jilid 24, Terjemah
Amirudin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2005, hlm. 896-197 .
3

semangat santri dalam belajar, dan menjadikan pembelajaran lebih efektif dan
efisien.
Kelas 2 Wustho dipilih sebagai objek penelitian berdasarkan arahan dari
Bapak KH. Mohammad Romadhon SZ selaku Pengasuh Pondok Pesantren
Salafiyah Pemalang sekaligus kepala madrasah diniyah salafiyah Pemalang,
dimana pada tingkatan kelas 2 Wustho ini santri dikenalkan dengan materi ghorib
di madrasah, adapun ustadz/ ustadzah yang mengampu mata pelajaran ghorib
adalah ustadz komarudin, S.Pd untuk kelas putra dan ustadzah Masruroh untuk
kelas putri. Melalui studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan dengan
wawancara kepada Ustadz Komarudin, S.Pd dan ustadzah Masruroh sebagai
pengampu mata pelajaran Al-Quran, dan juga kepada santri kelas 2 Wustho
pondok pesantren Salafiyah Pemalang, ditemui beberapa faktor yang terindikasi
menjadi masalah, diantaranya adalah materi ghorib tidak dikaji secara konstan
atau hanya sesuai dengan kebutuhan, metode pembelajaran yang masih bersifat
klasikal atau dengan menggunakan metode ceramah, penggunaan media
pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi sehingga proses
pembelajaran menjadi kurang menarik, dan tidak tersediannya sarana prasarana
atau teknologi pendukung seperti LCD proyektor, dan lain sebagainya.
Hasil wawancara tersebut didukung dengan observasi langsung yang
dilakukan peneliti pada tanggal 21 Desember 2022. Melalui observasi tersebut
dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran memang sangat
diperlukan media pembelajaran yang dapat memfasilitasi Ustadz/ pengajar yang
menarik dan efektif untuk membantu santri dalam memahami materi ghorib,
karena tidak tersedianya sarpras yang mendukung.
Berdasarkan uraian diatas, didapati beberapa faktor kendala dalam proses
pembelajaran, salah satu kendala yang dinilai cukup berperan besar yakni
penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang memadai,
menyenangkan, dan bisa mempermudah santri sangat dibutuhkan dalam
mempelajari materi ghorib, akan tetapi media pembelajaran yang digunakan saat
4

ini masih konvensional, dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih


bervariasi dan menarik, dengan mempertimbangkan kebutuhan santri serta
ketersediaan sarana prasarana maka penulis mengembangkan media pembelajaran
ghorib berbasis cetak, yakni media pembelajaran berbentuk buku dimana
didalamnya termuat materi-materi ghorib yang tentunya akan dikemas menjadi
lebih menarik
Media pembelajaran yang yang dikembangkan tersebut dapat
mempermudah guru dan santri dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif
dan efisien, selain itu juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar santri
sehingga santri dapat berpikir dan menganalisis materi pelajaran yang diberikan
dengan baik, dengan situasi belajar yang menyenangkan santri dapat memahami
materi pelajaran dengan mudah,4 oleh karena itu dalam penelitian kali ini peneliti
mengangkat judul “Pengembangan Media Pembelajaran Ghorib Berbasis Cetak
Pada Mata Pelajaran Al-Quran santri Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, dapat
diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut:
1. Materi ghorib belum diajarkan secara konstan atau hanya sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran, padahal ilmu gharib tergolong penting dalam
mempelajari Al-Quran.
2. Metode pembelajaran yang masih bersifat klasikal atau dengan menggunakan
metode ceramah.
3. Penggunaan media pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi.
4. Tidak tersedianya sarana prasarana atau teknologi pendukung seperti LCD
proyektor, dan lain sebagainya.

4
Teni Nurrita, Pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadits, Syari'ah dan Tarbiyah, Vol. 03 No. 01, 2018,
hlm. 178.
5

5. Guru belum maksimal dalam penggunaan dan update metode serta media
atau bahan ajar yang digunakan, sehingga sampai dengan saat ini masih
menggunakan metode dan media pembelajaran yang konvensional.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana media pembelajaran ghorib yang digunakan di madrasah Pondok
Pesantren Salafiyah Pemalang?
2. Bagaimana pengembangan media pembelajaran ghorib berbasis cetak pada
mata pelajaran Al-Quran di Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana media pembelajaran ghorib yang digunakan di
madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
2. untuk mengembangkan media pembelajaran ghorib berbasis cetak pada mata
pelajaran Al-Quran di Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi yang dapat
menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, terutama tentang hal-hal
yang berhubungan dengan pengembangan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar
bagi siswa sehingga lebih termotivasi dan tertarik dalam mengikuti proses
kegiatan belajar mengajar.
6

b. Bagi guru
Hasil penelitian pengembangan media pembelajaran ini diharapkan
mampu memberikan inovasi bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
Al-Quran Materi ghorib yang efektif, efisien dan menarik.
c. Bagi peneliti
Memberi kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori yang telah
diperoleh selama berada di bangku kuliah serta memberikan kontribusi
pemikiran peneliti dalam memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam
bidang pengembangan media pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengembangan Model

1. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development dapat


diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti, merancang, memproduksi, dan
menguci validitas produk yang telah dihasilkan.5 Menurut L.R Gay, penelitian
pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan satu produk
yang efektif untuk digunakan, bukan untuk menguji sebuah teori. Berdasarkan
beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa penelitian pengembangan
adalah suatu proses kajian sistematik untuk mengambangkan dan memvalidasi
produk yang digunakan dalam pendidikan.6
Penelitian yang bersifat analisis kebutuhan diperlukan guna
menghasilkan produk tertentu yakni menggunakan metode survei atau
kualitatif, dan untuk menguji keefektifan produk supaya berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk tersebut yakni dengan metode eksperimen. Produk yang dihasilkan
bisa berbentuk software,maupun hardware seperti buku, modul, program
pembelajaran, ataupun alat bantu pembelajaran.7
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan atau research and development adalah model penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan produk yang diawali dengan riset kebutuhan
kemudian dilakukan pengembangan untuk menghasilkan sebuah produk yang

5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2020,
hlm. 396.
6
Andi Ibrahim, Asrul Haq Alang, DKK, Metodologi Penelitian, Makasar: Gunadarma Ilmu,
2018, hlm. 153.
7
Tatik Sutarti, dan Edi Irawan, Kiat sukses meraih hibah penelitian pengembangan,
Yogyakarta: Deepublish, 2017, hlm. 6.

7
8

telah teruji. Hasil produk pengembangan antara lain: media, materi


pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan jenis penelitian research and development (R&D),
pengembangan produk pada penelitian ini yaitu pengembangan produk berupa
media pembelajaran ghorib berbasis cetak.
2. Model Penelitian Pengembangan

Model dapat didefinisikan sebagai abstraksi sesuatu yang digunakan


untuk membantu memahami suatu objek atau peristiwa yang tidak bisa dilihat
atau dialami secara langsung. Istilah model biasa digunakan untuk
menunjukkan dua hal diantaranya contoh atau teladan, dan pola atau
rancangan.8 Terdapat lebih dari satu model penelitian pengambangan, ada
beberapa ahli yang mengemukakan model atau tahapan penelitian
pengembangan. Berikut adalah macam-macam tahapan atau model penelitian
pengambangan dari berbagai penulis:9
a. Tahapan Borg and Gall
Borg and Gall mengemukakan sepuluh tahapan yang harus dilakukan
dalam mengembangkan sebuah produk.10
1) Research and information collecting, pada tahap ini terdapat beberapa
langkah yang harus dilakukan antara lain studi literatur , pengukuran
kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan membuat
kerangka kerja penelitian.
2) Planning, yakni dengan menyusun rencana penelitian yang meliputi
pendefinisian keterampilan yang harus dipelajari, perumusan tujuan,
penentuan urutan pembelajaran, dan jika memungkinkan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas (dalam skala kecil).

8
Yudi Hari Rayanto, dan sugianti, Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan R2D2:
Teori dan Praktek, Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute, 2020, hlm. 23.
9
Tatik Sutarti, dan Edi Irawan, op.cit., hlm 8.
10
Ibid., hlm. 9-12.
9

3) Develop preliminary form of products, pada tahap ini kegiatan yang


dilakukan yakni mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang
akan dihasilkan, hal ini meliputi penyiapan materi pembelajaran,
prosedur atau penyusunan buku pegangan, dan instrumen evaluasi.
4) Preliminary field testing, yakni pengujian lapangan awal,
pengumpulan data dengan wawancara, observasi, kuesioner, kemudian
hasil selanjutnya akan dianalisis.
5) Main product revision, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan revisi atau perbaikan terhadap produk sesuai dengan hasil
yang ditujukan pada uji coba terbatas.
6) Main field testing atau tahap uji coba utama, yakni uji coba dengan
melibatkan khalayak luas. Hasil yang diperoleh dalam bentuk evaluasi
pencapaian hasil uji coba yang dibandingkan dengan kelompok
kontrol, pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan
eksperimen.
7) Operational product revision, yakni melakukan perbaikan atau
penyempurnaan terhadap produk yang siap dioperasikan.
8) Operational field testing, yakni melakukan uji lapangan atau uji
validasi terhadap produk yang telah dihasilkan.
9) Final product revision, yakni melakukan perbaikan akhir terhadap
produk yang dikembangkan.
10) Dissemination and implementation, yakni menyebarluaskan produk
yang dikembangkan kepada khalayak atau masyarakat luas.
b. Tahapan 4D Thiagarajan11
Thiagarajan mengemukakan bahwa langkah-langkah pengembangan
penelitian dalam empat tahap, yakni:

11
Ibid., hlm. 12-14.
10

1) Define atau tahap pendefinisian, tujuan dari tahap ini adalah


menetapkan dan mendefinisikan produk yang akan dikembangkan.
Tahapan ini meliputi lima langkah pokok yakni analisis ujung depan,
analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan
pembelajaran.
2) Design atau tahap perencanaan, tujuan dari tahap ini adalah membuat
rancangan produk. Tahap ini meliputi beberapa langkah yakni
penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media yang sesuai tujuan,
dan pemilihan format.
3) Develop atau tahap pengembangan, yakni membuat rancangan yang
sudah ada menjadi produk. Dalam tahap ini meliputi validasi, simulasi,
uji coba skala kecil, dan revisi kemudian uji coba lebih lanjut.
4) Disseminate atau tahap penyebaran, yakni memperluas produk yang
telah melewati uji coba.
c. Tahapan ADDIE Reiser dan Mollenda12
Model ADDIE adalah model pengembangan yang dipopulerkan oleh
Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an, pendekatan ADDIE merupakan
kepanjangan dari,
1) Analysis, kegiatan analisis mencakup penilaian kebutuhan, identifikasi
tujuan, tugas konteks, tujuan, dan analisis keterampilan.
2) Design yakni kegiatan perencanaan produk, pada tahapan ini mencakup
pengembangan tujuan, item tes, dan strategi pembelajaran.
3) Development yakni kegiatan pembuatan dan pengujian produk.
4) Implementation yakni kegiatan penggunaan produk
5) Evaluation yakni kegiatan mengevaluasi produk

12
Ibid., hlm. 15-16.
11

d. Tahapan Richey and Klein


Dalam hal ini Richey and Klein menyatakan fokus dari peranangan dan
penelitian pengembangan bersifat analisis dari awal sampai akhir, yang
meliputi:
1) Planning atau perencanaan, yakni membuat rancangan produk yang
akan dikembangkan.
2) Production atau memproduksi, yakni membuat produk berdasarkan
pada rancangan yang telah dibuat.
3) Evaluation atau pengujian, yakni menilai seberapa tinggi produk telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Pengembangan model adalah usaha penemuan atau pengembangan
sebuah produk berupa media pembelajaran ghorib berbasis cetak. Dalam
menggembangkan produk, penelitian ini menggunakan langkah
pengembangan ADDIE dimana dalam langkah pengembangan ini terdapat
5 langkah yang peneliti lakukan, langkah pertama yakni analisis, kemudian
desain, development, implementasi, dan langkah terakhir evaluasi.
B. Acuan Teoritik

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiyah
berarti tengah atau pengantar, dalam bahasa Arab media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Heinich, dan kawan-
kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio,
rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan,dan
sejenisnya adalah media komunikasi. 13

13
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Reja Grafindo Persada, 2017, hlm. 3.
12

Media dalam ranah pendidikan merupakan teknologi pembewa pesan


yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran dalam
menyampaikan pesan pembelajaran dari seorang guru kepada peserta didik.
Pesan yang dimaksud adalah materi pembelajaran, secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun eristiwa yang memungkinkan
peserta didik memperoleh pengetahuan.14
Menurut Daryanto, media pembelajaran adalah segala sesuatu (baik
manusia, benda, atau lingkungan sekitar) yang dapat digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan pesan dalam pembelajaran sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa pada kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan. Menurut Gagne and Briggs, media
pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan isi
materi pembelajaran yang dapat merangsang siswa dalam merangkai proses
pembelajaran. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses
belajar mengahar. Alat atau segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau keterampilan
siswa hingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran.15
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi media
pembelajaran diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media
pembelajaran merupakan wahana fisik atau segala sesuatu baik alat, metode,
atau teknik yang yang digunakan pendidik guna menyampaikan pesan atau
materi pembelajaran, dapat merangsang pikiran, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

14
Syarufuddin, dan Eka Dewi Utari, Media Pembelajaran (Dari Masa Konvensional Hingga
Masa Digital), Palembang: Bening Media Publishing, 2022, hlm. 9.
15
Ibid., hlm. 10.
13

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran


Seiring dengan kemajuan teknologi, media pembelajaran pun
berkembang begitu cepat, dimana setiap media yang ada punya ciri-ciri
dan keunggulannya masing-masing, oleh karena itu timbul usaha-usaha
penataannya yaitu pengelompokkan atau klasifikasi menurut kesamaan
ciri-ciri atau karakteristik dari media tersebut. Sebelum membahas
bagaimana klasifikasi media pembelajaran, maka penting untuk
mengetahui ciri-ciri dari media pembelajaran terlebih dahulu.
Ciri-ciri umum dari media pembelajaran menurut Oemar Hamalik
adalah sebagai berikut:16
1) Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal
dari kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat dan
didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera.
2) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat dan
didengar.
3) Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi)
dalam pengajaran antara guru dan siswa.
4) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik
di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pembelajaran merupakan suatu perantara (medium, media) dan
digunakan dalam rangka belajar.
6) Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagai
teknik yang erat pertaliannya dengan metode belajar.
c. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Setelah mengenali berbagai klasifikasi media pembelajaran, guru
juga harus dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Sehingga

16
Talizaro Tafonao, Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.2 No.2, Juli 2018, hlm. 105-106.
14

siswa dapat dengan mudah menerima materi pembelajaran yang diberikan.


Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa
informasi dari sumber (pendidik) kepada penerima (peserta didik). Fungsi
media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1
Fungsi Media Pembelajaran

GURU MEDIA PESAN SISWA

METODE

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya


sebagai berikut:17
1) Media pembelajarandapat mengatasi keterbatasan pengalamanyang
dimiliki oleh peserta didik.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannnya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan
realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar,
8) Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari
yang kongkrit sampai yang abstrak.

17
Rasimin, dkk, Media Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Yogyakarata: TrustMedia
Publishing, 2012, hlm. 74-75.
15

Media pembelajaran memiliki beberapa manfaat strategis sebagai


18
berikut:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Melalui batuan
media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4) Efesiensi waktu dan tenaga, guru tidak harus menjelaskan materi secara
berulang sebab dengan sekali sajian menggunakan media pembelajaran
siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.
5) Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi
dan proses pembelajaran
Sedangkan Azhar Arsyad memberikan kesimpulan dari penggunaan
media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:19
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang
lebih langsung antara siswa dan lingkungan.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu. Objek yang terlalu besar untuk ditampilkan di ruang kelas
dapat diganti dengan foto, slide, film. Sedangkan objek yang terlalu

18
Ibid., hlm. 77-79.
19
Azhar Arsyad, op.cit., hlm.29-30.
16

kecil dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, gambar.


Begitu pula kejadian yang langka yang terjadi di masa lalu dapat
ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka.
d. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
1) Landasan filosofis
Terdapat sebuah pandangan bahwa dengan digunakannya
berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas akan
berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi, dengan kata
lain penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi (perilaku atau proses merendahkan seseorang dan hal
lainnya). Namun yang sebenarnya terjadi adalah dengan adanya media
pembelajaran siswa dapat mempunyai berbagai pilihan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan
kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya dengan diberi
kebebasan menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar yang
sesuai dengan kemampuannya.20
2) Landasan psikologis
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkrit dari pada yang abstrak, berkaitan dengan
hubungan kongkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media
pembelajaran, ada beberapa pendapat antara lain:
a) Jerome Bruner mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar menggunakan
gambaran atau film (iconic representation of experiment), kemudian
belajar dengan simbol (symbolic representation)

20
Daryanto, Media Pembelajaran, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016, hlm. 12-16.
17

b) Charles F. Haban mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari


media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman
konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media melalui yang
paling nyata ke yang paling abstrak.
c) Edgar Dale membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari
siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian
menuju peserta didik sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjut ke
peserta didik sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
media, dan peserta didik sebagai pengamat kejadian yang disajikan
dengan simbol.
Berikut adalah bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of
experience)
Gambar 2.2
Kerucut Pengalaman

d) Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan,
pengembangan, penerapan, pengelolaan, penilaian proses dan
sumber belajar. Dalam teknologi pembelajaran pemecahan masalah
dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem
pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi,
18

dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi


sistem pembelajaran yang lengkap.
e) Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik
belajar peserta didik. Peserta didik yang memiliki tipe belajar visual
akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajarn menggunakan
media visual, hal tersebut berlaku juga pada tipe-tipe belajar yang
lain. Berdasarkan landasan teoritis tersebut maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi
harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik peserta
didik, materi pembelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
f) Landasan teoritis
Menurut Bruner ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu
pengalaman langsung, pengalaman piktorial/gambar, dan pengalaman
abstrak. Berdasarkan teori tersebut maka agar proses belajar dapat
efektif siswa sebaiknya memanfaatkan semua alat indranya. Semakin
banyak alat indra yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dapat
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan.21
e. Perangkat dan Klasifikasi Media Pembelajaran
1) Perangkat media pembelajaran
Perangkat media adalah material, equipment, hardware, dan
software. Istilah material berkaitan erat dengan equipment, sedangkan
istilah hardware berkaitan erat dengan software. Material (bahan
media) berarti sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan pesan
yang akan disampaikan kepada audiens dengan menggunakan

21
Azhar Arsyad, op.cit., hlm.10.
19

peralatan tertentu atau wujud benda itu sendiri. Sedangkan equipment


(peralatan) ialah sesuatu yang dipakai guna menyampaikan bahan ajar
kepada audien.22
Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material,
sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan untuk
menuangkan pesan yang telah dituangkan.
2) Klasifikasi Media Pembelajaran
Berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat memilih jenis
media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam mengajar
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, media pembelajaran
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu:23
a) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga
disebut media dua dimensi.
b) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat,
model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma,
dan lain-lain.
c) Media proyeksi seperti slide, film strip, penggunaan OHP, dan
lain-lain.
d) Pengunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yakni visual diam,
film, televisi, objek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram,
demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan.24

22
Daryanto, op.cit., hlm.16-17.
23
Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2019, hlm. 3-4.
24
Daryanto, op.cit, hlm.18.
20

Menurut Gerlach dan ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri


fisiknya ada delapan kelompok, yakni media sebenarnya presentasi verbal,
presentasi grafik, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran
terprogram, dan simulasi.25
Menurut ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta
kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya terdapat lima kelompok, yakni
media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, media
audio, media proyeksi, televisi, video, komputer.26
Berdasarkan uraian diatas mengenai pemahaman atas klasifikasi media
pembelajaran, hal tersebut dapat mempermudah guru dalam melakukan
pemilihan media yang tepat pada saat merencanakan pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, materi, serta
kemampuan dan karakteristik peserta didik.
f. Media Pembelajaran Berbasis Cetak
1) Pengertian media berbasis cetak
Media cetak adalah istilah yang agak umum digunakan
mengacu pada media yang menyebarkan barang cetakan. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sebut media cetak sebagai industri yang
berkaitan dengan pencetakan dan sebagian besar dengan distribusi
berita melalui jaringan media, seperti koran dan jurnal. Orang juga
mengacu pada media cetak hanya dengan menggunakan istilah pers
yang merupakan saluran komunikasi yang bertujuan menjangkau
sejumlah orang. Media cetak di sini lebih diarahkan pada bidang
komunikasi yang berhubungan dengan penyebarluasan informasi
untuk memenuhi kebutuhan komunitas atau massa. Oleh karena itu,
media cetak juga cenderung disebut bagian dari media massa yang

25
Ibid.
26
Ibid.
21

berperan untuk mengumpulkan informasi, mengolah, mencetak, dan


menyebarluaskan.27
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum
dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan
lembaran lepas. teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang
perlu diperhatikan pada saat merancang yaitu, konsistensi, format,
organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.28
2) Jenis-Jenis Media Cetak
Menurut Dr. Muhammad Yaumi dalam bukunya “Media dan
Teknologi Pembelajaran” menjelaskan bahwa media pembelajaran
berbasis cetak dikelompokkan dalam berbagai jenis diantaranya media
berbasis cetak berbentuk buku teks, modul, lembar kerja, artikel, surat
kabar, poster, komik, dan lembar lepas. ragam media pembelajaran
menurut Dr. Muhammad Yaumi dapat digambarkan sebagai berikut:29
Gambar 2. 3
Ragam Media

Modul
Buku
Lembar
Teks
Kerja

Media
Lembar Artikel
Lepas Cetak

Komik Surat
Poster Kabar

27
Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Prenada media grup,
2018, hlm. 105
28
Azhar Arsyad, op.cit., hlm. 85.
29
Muhammad Yaumi, op.cit., hlm. 108.
22

a) Buku Teks
Buku teks adalah suatu buku petunjuk untuk proses
pembelajaran yang mencakup berbagai topik dari bidang-bidang
tertentu yang biasanya dihubungkan dengan kurikulum. Buku teks
juga bisa disebut sebagai panduan belajar yang dirancang khusus
dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang berisi konten yang
harus dipelajari dalam kurun waktu tertentu. Istilah lain yang
sering digunakan dan merujuk kepada buku adalah novel, kamus,
komik, ensiklopedia, kitab suci, biografi, dan naskah atau
manuskrip, yang semuanya itu dapat digunakan sebagai penunjang
bahan ajar dan sumber belajar.30
b) Modul
Modul pembelajaran merupakan paket belajar mandiri yang
disusun secara sistematis untuk memfasilitasi pengalaman belajar
peserta didik guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
menggunakan modul yang baik, pembelajaran dapat menjangkau
peserta didik termasuk berbagai karakteristik yang mereka miliki.31
c) Lembar Kerja
Lembar kerja siswa / mahasiswa (LKS/LKM) merupakan
bahan pembelajaran cetak yang didalamnya memuat beberapa
rangkaian tugas, petunjuk belajar, dan prosedur penyelesaian tugas.
Lembar kerja dapat dirancang secara online dan elektronik dalam
bentuk tugas yang mendukung perkembangan pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta didik.32

30
Ibid., hlm. 110.
31
Ibid., hlm. 114.
32
Ibid., hlm. 117.
23

d) Artikel
Artikel dapat dipahami sebagai karya tulis ilmiah yang
dikonstruksi dari hasil penelitian dan kajian untuk dipublikasikan
melalui jurnal dan majalah ilmiah. artikel termasuk dalam media
cetak walaupun dapat diakses secara online. Artikel yang dicetak
dalam bentuk jurnal cetak dikatakan sebagai bahan ajar cetak
karena dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan
33
pembelajaran.
e) Surat Kabar
Surat kabar adalah publikasi bersambung yang berisi berita
tentang kejadian khusus dan umum. Topiknya bisa berupa even
politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca maupun berita-
berita tertentu. Surat kabar juga biasanya berisi karikatur yang
biasanya dijadikan bahan sindiran lewat gambar yang berkaitan
dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS dll.34
f) Poster
Poster adalah suatu desain grafis yang didalamnya memuat
komposisi gambar dan huruf diatas kertas ukuran besar. Poster
dapat digunakan untuk belajar sebagai contoh atau model dalam
menyampaikan pesan secara efektif jika dibentuk dengan
perpaduan teks, gambar, dan warna untuk menarik minat peserta
didik.35
g) Komik
Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang menggunakan
gambar tidak bergerak dan disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu jalinan cerita. Komik sangat efektif apabila

33
Ibid., hlm. 120.
34
Ibid., hlm. 222.
35
Ibid., hlm. 223.
24

diterapkan kepada anak usia dini seperti taman kanak-kanak atau


sekolah dasar. Komik dapat diterapkan pada anak yang dominan
kecerdasan bahasa dan visual karena didalamnya terdapat gambar
yang warna-warni. Komik yang sudah dicetak dan diterbitkan
melalui koran dapat dijadikan kliping untuk dijadikan bahan ajar
cetak dalam menunjang pelajaran.
h) Lembar Lepas
Lembar lepas adalah bahan ajar cetak yang diberikan kepada
peserta didik yang didalamnya berisi mengenai intisari
pembahasan, pertanyaan dan masalah, dan tugas yang akan
diselesaikan oleh peserta didik.36
3) Ukuran dan Bentuk Buku Teks
Ukuran buku dibedakan antara yang berbentuk
vertikal/potret/tegak, dengan horizontal/landscape/baring, dan
oblong/simetris. Ukuran buku bergantung pada jenis atau isi buku
serta sasaran pembaca. Sebagai panduan, ukuran buku berdasarkan
sasaran pembacanya di sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Panduan Format/ Ukuran Buku37
Sekolah Ukuran Buku Bentuk
SD Kelas 1-3 A4 (210x297 mm) Vertikal dan Landscape
A5 (148x210 mm) Vertikal dan Landscape
B5 (176x250 mm) Vertikal dan Landscape
SD Kelas 4-6 A4 (210x297 mm) Vertikal dan Landscape
A5 (148x210 mm) Vertikal dan Landscape
B5 (176x250 mm) Vertikal dan Landscape
SMP dan A4 (210x297 mm) Vertikal dan Landscape
SMA/K A5 (148x210 mm) Vertikal
B5 (176x250 mm) Vertikal

36
Ibid., hlm. 118.
37
B.P. Sitepu, Penyusunan Buku Pembelajaran, Jakarta: Verbum Publishing, 2006, hlm. 102.
25

4) Tata Letak
Teks isi : satu kolom, dua kolom
Banjang baris : Maksimal 10 kata, toleransi 10%
Ilustrasi : menyatu dengan teks
Komposisi ilustrasi dan teks : Bergantung pada isi dan sasaran
Tabel 2.2
Panduan Tata Letak38
Sekolah Ilustrasi:Teks
Prasekolah 90:10
SD Kelas 1-3 60:40
SD Kelas 4-6 30:70
SMP 20:80
SMA/K 10:90

5) Margin39
Ukuran : Bervariasi
Margin yang tidak dijilid : 2-2,5 cm
Margin yang dijilid : 3-4 cm
6) Jumlah Halaman
Bagian-bagian isi buku adalah bagian awal, bagian inti,dan bagian
akhir. Adapun panduannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Panduan Bagian dan Isi Buku40
Bagian-Bagian Buku Isi Buku
Bagian awal buku Halaman judul, halaman prelim, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
ilustrasi.
Bagian inti buku Bergantung jenis isi buku terdiri atas bab
atau bagian.
Bagian akhir buku Daftar pustaka, glosarium, indeks, dan
lampiran.

38
Ibid., hlm. 103.
39
Ibid.
40
Ibid.
26

7) Warna41
Kulit : 1-4 Warna (Full color)
Teks : 1-2 Warna
Ilustrasi : 1-4 Warna (Full color
8) Huruf
Berikut adalah panduan huruf yang digunakan dalam penulisan buku
teks yang disesuaikan dengan sasaran baca.
Tabel 2.4
Panduan Ukuran Huruf dan Bentuk Huruf42
Sekolah Kelas Ukuran Huruf Bentuk Huruf
SD/MI 1 16 Pt - 24 Pt Sans - Serif
2 14 Pt – 16 Pt Sans –Serif dan Serif
3-4 12 Pt – 14 Pt Sans –Serif dan Serif
5-6 10 Pt – 11 Pt Sans –Serif dan Serif
SMP/MTS 7-9 10 Pt – 11 Pt Serif
SMA/SMK/MA 10-12 10 Pt – 11 Pt Serif

Media yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan suatu


produk berupa buku Mengenal Ilmu Gharib yaitu media cetak dengan format
ukuran A5 (148x210mm) bentuk Vertikal, tata letak antara ilustrasi teks yaitu
20:80 warna full color dan menggunakan huruf serif dengan ukuran 10 Pt – 11
Pt.
3. Mata Pelajaran Al-Quran

a. Pengertian Al-Quran
Secara etimologis Al-Qur'an adalah masdar dari qara’a-yaqra'u-
qur’anan yang berarti bacaan. Quran juga dipahami dalam pengertian
maf’ul dengan pengertian dibaca. Menurut imam syafi’i Qur'an adalah
isim ‘alam ghairu musytaq (nama sesuatu yang tidak ada asal katanya),
merupakan nama khusus untuk firman Allah yang diturunkan kepada

41
Ibid.
42
Ibid.
27

Nabi Muhammad SAW. seperti halnya Taurat dan Injil yang juga tidak
ada asal katanya. 43
Al-Qur’an didefinisikan oleh Zakiah Darajat ialah wahyu
Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat, sumber
utama ajaran Islam.44
Al-quran berbeda dengan kalam-kalam Allah yang lain, berbeda
dengan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang
lainnya seperti hadits ahad, karena hanya Al-Quran lah firman Allah
SWT. yang dibaca saat melakukan ibadah seperti sholat.
Al-quran juga berbeda dari hadits qudsi, dimana letak perbedaannya
Al-Quran adalah firman Allah yang redaksi dan maknanya dari Allah,
Nabi Muhammad hanya berperan menerima dan menyampaikan apa
adanya sebagaimana yang diwahyukan. Sedangkan hadits qudsi adalah
firman Allah yang maknanya berasal dari Allah namun redaksinya dari
Rasulullah SAW.
b. Pentingnya Mempelajari Al-Quran
Al- Quran adalah sumber ilmu bagi manusia yang sanggup
membimbing dan mengarahkan individu ke jalan yang lurus, jalan
kesejahteraan dan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di akhirat. Islam
menerangkan jika Al-Quran tidak sulit untuk dipelajari, di bedah dan
dipahami oleh orang- orang yang beriman. Oleh karena itu, pendidikan Al-
Quran memegang peranan penting dalam kehidupan sehari- hari dalam
menjamin tumbuh kembang dan keberhasilan anak, khususnya dalam
pembelajaran agama Islam yang diharapkan akhlak mulia sesuai dengan
syariat Islam. Karena bagaimanapun, pembelajaran agama Islam

43
Yanuar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Itqan Publishing, 2015, hlm. 15.
44
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal pendidikan
islam, 2018, 4.1: 2-10, hlm. 56.
28

merupakan landasan guna membangun pembiasaan beragama, iman,


kesabaran, dan ilmu yang dibutuhkan guna menempuh hidup dengan
optimisme.
Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan
membaca bacaan yang lain. Sesuai makna Al-Qur’an secara etimologi
adalah bacaan karena Al-Qur’an diturunkan memang untuk dibaca.banyak
sekali keistimewaan bagi orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk
membaca Al-Qur’an.
c. Ilmu-Ilmu Al-Quran
Mata pelajaran Al-Quran di Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah
pemalang, beberapa cabang ilmu-ilmu Al-Quran yang dipelajari adalah
sebagai berikut:
1) Tajwid
Tajwid secara bahasa artinya memperindah. Sedangkan tajwid
menurut istilah adalah memberi setiap huruf haknya dan hukum-
hukum baru yang timbul setelah hak-hak huru, berupa makhraj
(tempat keluar), sifat, gunnah (dengung), tarqiq (tipis), tafkhim
(tebal), dan lainnya yang termasuk hukum-hukum ilmu tajwid.45
Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu tajwid adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana memperbagus dan memperindah bacaan Al-
Quran dengan tanpa meninggalkan haq dan mustahaqnya huruf.
2) Ghorib
Secara Etimologi kata Gharib berasal dari bahasa Arab dari

kata َ‫غَرَب‬, yang berarti jauh. Sedangkan yang berhubungan dengan

45
Muhammad Ahmad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, Solo: Taqiya Publishing,
2014, hlm. 3.
29

bahasa kata Gharib bermakna َ‫الكَالَمَ َمَنَ َالغَامَض‬ ungkapan yang tidak

jelas.46
Mu’jam al Wasith kata Gharib adalah kata yang mengandung arti
mengungkapkan sesuatu yang tidak jelas dan sulit dipahami. Menurut
ahli bahasa, gharib adalah lafadz yang tidak jelas maknanya yang
digunakan oleh mereka yang fasih berbahasa dan ulama ahli bahasa
yang piawai dalam bertutur.
Ketidak jelasan makna yang dimaksud bisa karena belum pernah
ditemukan atau digunakan sebelumnya, dan bisa juga karena memang
sudah umum digunakan pada masa sebelumnya tetapi menjadi asing
pada masa berikutnya. Karena ketidak jelasan makna ungkapan tersebut
maka perlu penjelsasan lebih lanjut mengenai maksud yang diinginkan.
Sedangkan menurut ahli sastra, gharib adalah lafadz yang tidak
jelas maknanya dan tidak bisa dipahami oleh orang tertentu (khusus).
yang dimaksud orang tertentu di sini adalah orang yang memiliki ilmu
pengetahuan khusus dan berbeda dengan orang lain pada umumnya, di
antaranya adalah ahli bahasa, penyair, penulis, ahli pidato, ahli fiqih dan
orang-orang yang gemar membaca. Ketidakmampuan mereka
memahami lafadz yang gharib karena lafaz-lafaz tersebut berada di luar
bahasa standar yang mereka kuasai, yaitu bahasa amiyah atau bahasa
pasaran yang tidak memiliki makna jelas.47
3) Tafsir
Secara etimologis tafsir berarti menjelaskan, mengungkapkan, dan
menerangkan suatu masalah yang masih kabur, samar, dan belum

46
Hammam, Analisis Kata-Kata Gharib Dalam Al-Quran Perspektif Ahli Tafsir, Prosiding
Konferensi Nasional Bahasa Arab VII, Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang, Malang, 9 Oktober 2021.
47
Ibid.
30

jelas.48 Secara terminologi tafsir adalah mengkaji, memahami, dan


menjelaskan Al-Quran baik dari segi kedalaman makna, isi, dan
maksud yang dikehendakioleh Allah sebahas maksimal kemampuan
manusia. 49
4) Tahsin
Tahsin merupakan cara membaca Al-Quran dengan baik dan
benar dengan menggunakan kaidah-kaidah yang terdapat dalam ilmu
tajwid, di samping memperbagus dan memperbaiki bacaan.50
4. Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang

a. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang51


1) Nama pondok pesantren : Salafiyah
2) Alamat : Jl.Kauman, No.17. Kebondalem Pemalang, kode pos 52312
3) Nama Pendiri dan Penerus :
a) KH. Asy’ari ( Pendiri, wafat th 1952 )
b) KH. Shiddiq Asy’ari ( Pendiri dan Penerus, wafat th 1970 )
c) KH. Mudlofir Asy’ari ( Pendiri dan Penerus, wafat th 1955 )
d) KH. Mahmud Asy’ari (Pendiri dan Penerus,wafat th 1947 )
e) KH. Abdul Karim Asy’ari ( Pendiri dan Penerus, wafat th 1980 )
f) KH. Zuhdi ( Pendiri dan Penerus, wafat th 1985 )
g) KH. Sya’ban Zuhdi ( Penerus, wafat th 2004 )
h) KH. Shodiq Kamal ( Penerus, wafat th 1970 )
i) KH. Abdullah Shiddiq ( Penerus, wafat th 2011 )
j) KH. Moh. Hasan Shiddiq ( Penerus, wafat th 2004 )
k) KH. Moh. Sya’roni ( Penerus, wafat th 2010 )

48
Anhar Ansyory, Pengantar Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi
Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2012, hlm. 85.
49
Ibid., hlm. 89.
50
Heri Khoiruddin, “Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran Berbasis Metode Tilawati”,
Jurnal Islamic Edication Manajeme, Vol. 5, No. 1, Juni 2020 M/1441 H, hlm. 57.
51
Dokumen pondok pesantren salafiyah pemalang tahun 2022.
31

b. Sejarah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang


1) Awal Pembangunan pondok dibangun dengan pagar bambu
sederhana sebanyak dua kamar oleh KH. Asy’ari bersama putra-
putranya dan keponakannya diantaranya KH. Shiddiq, KH. Mudlofir,
KH. Mahmud, KH. Abdul Karim Pada tahun 1933 M.
2) Sepuluh tahun kemudian diadakan penambahan kamar dan langsung
dilakukan pembangunan dengan tembok dan permanen.
3) Tanah pondok tersebut sebagian didapat dari waqaf KH. Arghubi
(Penghulu Landrat Pemalang) bersama gedung asramanya (bilik) di
sebelah selatan, sedang tanah pondok utara waqaf dari KH. Asy’ari,
sedang gedung wakaf dari KH. Ahmad Suradadi Tegal dan KH
Sulaeman Pemalang.
4) Tahun 1959 dibangunlah gedung Madrasah Salafiyah dalam tempo
10 bulan atas ikhtiar para pengelola pondok dan bantuan masyarakat,
sehingga masyarakat sekitar pondok yang mulanya belajar di
Madrasah hanya 2% lantas meningkat menjadi 50 %. Alhamdulillah
sampai sekarang madrasah tersebut masih tetap eksis dengan segala
kurang dan lebihnya, namun dengan tetap upaya penyempurnaan
materi pelajaran, kurikulum, tenaga pengajar/ustadz, fasilitas, sarana
dan prasarana sesuai dengan tuntutan zaman.
5) Sebagai usaha memperkuat eksistensi Lembaga Pendidikan di
Salafiyah, maka pada tahun 1986 dibentuklah suatu Yayasan yang
menaungi seluruh bentuk pendidikan di Salafiyah dengan nama
“YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SALAFIYAH”. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah operasional pendidikan,
khususnya dalam penggalian dana dari pihak ketiga,di samping
memang ada keharusan dalam rangka kelangsungan keberadaan suatu
Lembaga Pendidikan swasta/non Pemerintahan menurut aturan
Undang-Undang yang berlaku di Negara Indonesia.
32

6) Upaya memenuhi tuntutan masyarakat /alumni akan pentingnya


pendidikan bagi semua, yang tidak memandang kepada jenis
kelamin, disamping ajaran Islam juga mengajarkan yang demikian,
maka pada tahun 1990, dibuka penerimaan santri putri untuk belajar
di Pondok Dan juga di Madrasah. Untuk memperluas cakupan
wilayah pendidikan bagi siapapun yang memang berminat
mendalami agama tidak pandang jenis kelamin dan kebutuhan akan
pentingnya pendidikan menyeluruh baik bagi Agama maupun umum
ini adalah hak sekaligus kewajiban semua Hamba Allah SWT.
7) Tahun 2002 Salafiyah melengkapi satu bentuk pendidikan formal
dengan berdirinya SMP Plus Salafiyah. Hal ini dimaksudkan bagi
santri yang hendak menambah pendidikan umum, pihak pondok
sudah menyediakan dengan segala kelengkapannya/sarana dan
prasarananya yang cukup memadai serta pengawasan terhadap santri
akan lebih efektif dan mudah terjangkau.
8) Bentuk pemikiran untuk memperluas bentuk pendidikan yang ada
agar lebih sesuai dengan keadaan tanpa meninggalkan bentuk yang
lama, yang baik yang telah diwariskan oleh pendiri pondok.
9) Latar belakang pendidikan pendiri dan penerus banyak didominasi
Pendidikan Pesantren baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur.
Hal ini dikarenakan pada zamannya pendidikan inilah yang banyak
tersedia dan belum banyak bermunculannya pendidikan umum yang
mungkin sebagai pendidik alternative waktu itu. Baru pada generasi
keempat dari penerus inilah yang sudah bersentuhan dengan
pendidikan non-pesantren, meski tetap mempunyai latar belakang
pesantren juga. Sebagai konsekuensinya maka tidak semua penerus
ikut mengelola pesantren, tapi bahkan berada diluar pesantren, seperti
birokrat, wiraswasta dan lapangan kehidupan yang lain.
33

10) Upaya memperluas cakupan pelayanan kepada masyarakat, maka


Pondok Pesantren Salafiyah pada tahun 2008 membuka pelatihan
Manasik Haji, yaitu upaya pemberian bekal kepada calon Haji berupa
pelatihan baik teori maupun praktek ilmu manasik haji. Pelatihan ini
sejatinya pernah ada pada era tahun 1974-1977, namun karena
sesuatu dan lain hal sempat terhenti sesaat, dan dihidupkan kembali
pada tahun 2008 dengan penyempurnaan sistem maupun kurikulum
yang disesuaikan keadaan masa sekarang ini.
c. Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
1) Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah : KH Abdullah shiddiq
2) Pengurus Pondok Pesantren Salafiyah :
Ketua : H. Moh. Romadlon SZ
Wakil Ketua : Ir.H. Asy’ari Shodiq
Sekretaris : A. Syaichu, S.Ag
Wakil Sekretaris :H. Akhmad Khamdan, S.IP
Bendahara : Moh. Miftachudin, S. Ag
Wakil Bendahara : Inayatun Ilahiyyah, S.Ag
3) Kepala Madrasah Diniyah Wustho : H. Moh Romadlon SZ
4) Kepala Madrasah Diniyah Ulya : KH Abdullah Shiddiq
5) Wakil Kepala Madrasah : Moh. Miftachudin, S. Ag
: A. Syaichu, S.Ag
Tenaga pendidik/Ustadz sebagian besar berasal dari alumni Salafiyah
sendiri, yang setelah belajar/mondok kemudian melanjutkan ke Pondok
lain, atau Perguruan Tinggi. Dan setelah mereka selesai mengabdi di
Salafiyah itu artinya rekrutmen tenaga pengajar memang diarahkan bagi
para alumni, hal ini dimaksudkan agar pengabdian mereka betul-betul
terbentuk, meski tidak menutup pintu bagi alumni lain.
Latar belakang pendidikan Ustadz/Kyai keseluruhan berlatar belakang
Pendidikan Pondok Pesantren dan sebagian ditambah berlatar belakang
34

sarjana. Sampai saat ini ada 33 orang tenaga pengajar berbagai disiplin
ilmu sesuai bidangnya masing-masing. Sedangkan santri kebanyakan
berasal dari Eks Karesidenan Pekalongan dan dari berbagai Kecamatan
Pemalang bahkan sebagian ada yang dari Jawa Barat dan Jakarta. latar
belakang santri yang mondok di Salafiyah secara umum tentu mencari ilmu
agama/tafaqquh fiddin, mencari pengetahuan umum melalui bangku
sekolah umum. Hampir sebagian besar santri, orang tua/wali santri adalah
alumni salafiyah yang sudah berkiprah di masyarakat dengan berbagai
profesi yang ditekuninya. Sebagian lagi didasarkan dari informasi dari
mulut ke mulut mengenai Keberadaan Pondok Pesantren Salafiyah.
d. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
Prinsip sistem pendidikan di Pondok Pesantren Salafiyah Kauman
Pemalang berupaya menyelenggarakan pendidikan yang mencakup 4
H(Heart, Head, Hand and Health), yang bila diartikan secara bebas
bermakna : Bertaqwa, Cerdas, Terampil, dan Sehat) atau bila diistilahkan
dengan istilah pendidikan yakni santri yang punya IQ (Intelligence
Quotient) EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) yang
memadai dan seimbang, sehingga diharapkan menjadi manusia yang
cerdas, berketrampilan memiliki akhlak yang mulia. Pada akhirnya
menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat, Agama, Bangsa dan
Negara.
Prinsip dasar yang dianut oleh Pondok Pesantren Salafiyah,
sebagaimana Pondok Pesantren pada umumnya menganut kaidah “Al
Muhafadhotu ‘alal qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah”, yakni
menjaga dan mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil
nilai-nilai yang baru yang lebih baik. Ini dimaksudkan agar eksistensi
Pondok Pesantren tetap terjaga disaat banyaknya perubahan nilai-nilai di
masyarakat dengan semakin majunya kebudayaan dan peradaban umat
manusia, sementara Pondok Pesantren bisa menjawab tantangan zaman
35

yang berubah pada semua aspek dan sendi-sendi kehidupan manusia, tidak
tertinggal oleh keadaan zaman.
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah terbagi menjadi dua :
1) Sistem pendidikan Pokok/Dasar, yang terbagi kedalam 3 jenis :
a) Sistem Pendidikan Klasikal/Pondok Pesantren :
Sistem ini merupakan metode paling awal yang diterapkan
sejak semula berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah, yaitu
pengkajian ajaran-ajaran Islam dengan mengkaji kitab-kitab
susunan ulama salaf (dahulu), waktunya terjadwal dari pagi hingga
malam hari, tidak mengenal kurikulum, kitab-kitab yang
dipergunakannya pun tidak terikat, artinya tergantung kemauan dan
kemampuan Kyai/Ustadz yang akan memberikan pengajian, tidak
ada target dalam satuan waktu tertentu dalam menyelesaikan suatu
kajian kitab tertentu.
Metode pesantren inilah yang dimaksudkan oleh Bapak
Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sebagai metode / proses
pendidikan yang sebenarnya, karena pendidikan ini bersifat
simultan dan terintegrasi, antara pengajar dan murid yang hidup
dalam satu lingkungan yang sama selama 24 jam penuh, sehingga
pengajar/pendidik bisa langsung memantau anak didiknya sebagai
hasil pendidikan yang diperolehnya dibangku sekolah / ruang
belajar. Sistem ini diikuti oleh santri mukim dan santri kalong yang
berasal dari lingkungan sekitar pondok yang berminat mengikuti
pengajian. Aktivitas ini dilakukan sepanjang waktu, bahkan pada
bulan Ramadhan sekalipun, yang mesti secara formal libur menurut
Kalender Pendidikan Pondok Pesantren.
Sistem ini lazim disebut Pengajian Pasaran, atau menurut
pengertian umum dinamakan Pesantren Kilat, karena sistem ini
dilakukan secara cepat dan instant, biasanya antara 15-20 hari saja,
36

berlangsung pagi sampai malam hari dan dapat diikuti oleh umum
dan tidak terbatas oleh santri saja, bahkan terkadang santri dari
pondok lain pun mengikuti kegiatan ini dengan berbagai motivasi,
ada yang ingin mencari sesuatu yang berbeda agar lebih bervariatif
tidak monoton pada satu pondok tertentu dan ada juga yang berniat
untuk Tabarruk (ngalap/mencari berkah) semata dan lain-lainnya.
Kitab yang dipergunakan tidak terbatas pada ilmu tertentu, namun
bersifat umum, kajian kitab dari segala disiplin ilmu agama yang
disesuaikan dengan Kyai/Ustadz dalam penguasaan suatu kitab.
Adapun metode penyampaiannya dengan dua sistem :
(I) Sistem Bandongan/ceramah : yakni Kyai /Ustadz membaca
kitab, kemudian ngapsahi (diberi makna) oleh santri, dan Ustadz
menerangkan masalah yang musykil/sulit. Kadang juga disertai
tanya jawab.
(II) Sistem sorogan/privat : yakni Kyai/Ustadz membaca kitab dan
maknanya, kemudian diikuti oleh santri yang berada di
depannya. Ini dilakukan satu persatu secara bergiliran.
b) Sistem Berjenjang (Madrasah) :
Sistem ini dijalankan sebagaimana cara Pendidikan
Konvensional, yang berjenjang dari kelas yang terbawah sampai
kelas yang teratas, ada kurikulum, test secara berkala, baik harian
maupun tengah tahun/semester dan akhir tahun. Para ustadz yang
mengampu pelajaran di kelas berdasarkan pada mata pelajaran
tertentu, perbedaannya terletak pada istilah nama kelas dan materi
pelajaran yang 100% agama dan menggunakan kitab-kitab acuan
berbahasa arab.
Jenjang pendidikannya pada umumnya ditempuh antara 6-7
tahun, yang meliputi :
Madrasah Diniyah Sifir (Tingkat Awal )
37

Madrasah Diniyah I’dad (Tingkat Persiapan)


Madrasah Diniyah Wustho (Tingkat Menengah)
Madrasah Diniyah Ulya (Tingkat Atas)
Waktu pelaksanaan pendidikannya dari pukul 14.00-17.00
WIB, diikuti oleh seluruh santri yang mukim atau santri yang
berada disekitar lingkungan Pondok yang sebagian besar pada pagi
hari bersekolah umum/formal. Pondok Pesantren maupun Madrasah
menggunakan kalender pendidikan berdasarkan sistem Hijriyah
yang dimulai bulan syawal dan berakhir pada bulan Sya’ban.
Kitab standar yang digunakan antara lain :
Nahwu : Jurmiyah, Imrithi, Alfiyah (IbnuAqil, Dakhlan)
Shorof : Amtsilah, Nadzom Maqsud, Kailani
Fiqh : Fathul Qorib, Fathul Mu’in,Fathul Wahab, Iqna’
Tauhid : Durusul Aqoid, Jawahirul Kalamiyah, H. Hamidiyah
Hadits : Arbain Nawawi, Shohih Bukhori, Shohih Muslim
Tafsir : Tafsir Yasin, Tafsir Jalalain, Tafsir Munir
Akhlaq : Akhlaqul Banin, Nashoihul Ibad, Minhajul Abidin,
Ihya Ulumuddin
Lughot : Duruusul Lughotil Arabiyyah
Tajwid : Hidayatus Shibyan, Hidayatul Mustafid, Jazariyah
Ushul Fiqh : Waroqot, Mabadi Awaliyah, Assulam, Al bayan
Faroidl : Rohbiyah
Pembidangan secara khusus mengenai materi yang dipelajari
tidak dierapkan dalam pembelajaran kitab diatas, jadi secara umum
semua diberikan hampir secara sama dan seimbang dengan alokasi
waktu yang diajarkan.
c) Sistem Pendidikan Umum :
Didiriksnnya SMP Plus Salafiyah, maka di Pondok Pesantren
Salafiyah bertambah satu lagi sistem pendidikan umum yang
38

kurikulumnya sepenuhnya mengacu kepada Departemen


Pendidikan Nasional, kecuali beberapa materi pelajaran yang
bersifat MULOK (Muatan Lokal), yang materinya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi Pondok Pesantren, yakni materi yang
bersifat menunjang keberadaan santri di Pondok dan materi yang
berbeda dengan sekolah lain, contoh Kesamaptaan.
Sebagian siswa berasal dari santri mukim dan sebagian lagi
dari orang-orang yang berada di sekitar lingkungan Pondok,
sedangkan proses Kegiatan Belajar Mengajar dimulai pukul 07.00 –
13.00 WIB. Kalender Pendidikannya menggunakan sistem masehi
yang dimulai bulan Juli dan berakhir bulan Juni. Pondok/Madrasah
dengan Pendidikan Umum (SMP) maupun SMA atau MAN dari
waktu belajar, masa liburan dll. Yang demikian sudah diantisipasi
sedemikian rupa dengan metode pengaturan waktu pulang bagi
santri, pemberian peringatan sampai ta’zir (sanksi denda)bagi yang
melanggar aturan, dan yang terpenting di dalam pelaksanaanya biar
diatur sebaik-baiknya, maka semua itu Insya Allah dapat berjalan
dengan baik.
d) Jadwal pelajaran Madrasah Diniyah Salafiyah Pemalang tahun
pelajaran 1444-1445 H/ 2023-2024 M
Diniyah Ulya
Tabel 2. 5
Jadwal Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang

Sabtu Ahad Senin


Jam
I II III I II III I II III
I 11 20 4 1 11 20 15 24 11
II 11 20 4 1 11 20 15 24 11
I S T I R A H A T
39

III 12 4 11 12 1 11 20 11 1
IV 12 4 11 12 1 11 20 11 1

Selasa Rabu Kamis


Jam
I II III I II III I II III
I 24 22 20 1 20 4 22 6 15
II 24 22 20 20 1 4 22 6 15
I S T I R A H A T
III 20 11 1 12 15 6 15 4 24
IV 15 11 4 12 15 6 15 20 24

Diniyah Wustho
Sabtu Ahad
jam

III.1
III.2

III.1
III.2
II.1
II.2

II.1
II.2
I.1

I.2
I.3

I.1
I.2
I.3
22 9 3 5 24 16 1 4 22 10 8 19 12 7
I

22 9 3 5 24 16 1 4 22 10 8 17 12 7
II

I S T I R A H A T
17 5 22 24 6 1 16 10 4 9 6 8 3 17
III

17 7 22 24 6 1 16 10 4 9 6 8 13 3
IV

Senin Selasa
jam

III.1
III.2

III.1
III.2
II.1
II.2

II.1
II.2
I.1

I.2
I.3

I.1
I.2
I.3

5 1 10 22 2 16 12 1 2 4 7 8 15 10
I

5 1 10 22 2 16 12 1 2 4 7 8 15 10
II
40

I S T I R A H A T
19 10 22 2 5 12 15 2 3 17 8 22 10 12

III
22 10 19 2 5 12 15 2 3 17 8 22 10 12

IV
Rabu Kamis
jam

III.1
III.2

III.1
III.2
II.1
II.2

II.1
II.2
I.1

I.2
I.3

I.1
I.2
I.3
3 10 2 6 22 15 12 4 17 5 1 7 12 16
I

3 10 2 22 6 12 15 17 4 5 1 7 12 16
II

I S T I R A H A T
10 17 1 2 3 7 22 9 22 17 19 1 16 12
III

10 17 1 3 2 7 22 9 19 4 13 1 16 12
IV

Diniyah Ula
Sabtu Ahad Senin
Jam
Ula 1 Ula 2 Ula 1 Ula 2 Ula 1 Ula 2
I 17 21 23 25 13 25
II 17 21 23 25 13 25
I S T I R A H A T
III 14 23 25 14 25 17
IV 14 23 25 14 15 17

Selasa Rabu Kamis


Jam
Ula 1 Ula 2 Ula 1 Ula 2 Ula 1 Ula 2
I 21 17 25 17 19 18
II 21 17 19 25 19 18
41

I S T I R A H A T
III 18 25 25 19 13 23
IV 18 25 25 19 23 17

e) Daftar nama asatidz dan asatidzah madrasah diniyah salafiyah


pemalang
Tabel 2. 6
Daftar Nama Asatidz

No. Nama Pelajaran


1. H. Moh. Romadlon SZ Tauhid I, II, III, DW & DU
Tarikh & Faroidl I, II, III DU
2. M. Miftahudin, S. Ag Bhs. Arab I, II DW
Wali Kelas 1.1 DW
3. A. Syaikhu, S. Ag Tafsir I DW
Tajwid II, III DW
Wali Kelas 3.1 DW
4. H. Akhmad Khamdan, Fiqh I DW
SIP Hadist III DU
Wali Kelas 2.2 DW
5. Salman Al Farisi, SAB Akhlaq I DW
Tafsir II DW
Wali Kelas 2.2 DW
6. KH. Thohir Thoyib Fiqh II DW
Fiqh II, III DU
7. Akhsanul Arifin,S. Pd.I Tarikh II, III DW
8. KH. M. Fathurohman Nahwu II DW
Maud Wali Kelas 2.1 DW
9. Ky. Makhroji MS Tarikh I DW
42

10. Ky. Rodli M Nahwu I DW


Hadist III DW
Wali Kelas 3.2 DW
11. KH. Drs. Abdullah Tafsir I DU
Masduqi Nahwu & Balighoh II, III DU
Wali Kelas III Diniyah Ulya
12. Ky. A. Munawar Fiqh III DW
Nahwu III DW & I DU
Balaghoh I DU
Wali Kelas I Diniyah Ulya
13. Hj. Masruroh Al-Quran Diniyah Ula
Al-Quran II.1 DW & III.1 DW
Wali Kelas Diniyah Ula Putri
14. A.. Mubarrod, S. Ag Fiqh Diniyah Ula
15. M. Rofiq, S. Ag Bhs. Arab III DW
Bahasa Arab I, II, III, DU
Fiqh I DU
16. Luthfi Mubarok, S.Pd Shorof & Tafsir III DW
Akhlaq III.1 DW
17. Komarudin, S. Pd Bhs. Arab Diniyah Ula
Al-Quran D.Ula, I DW, !!.2
III.2 DW
Tajwid I DW
Wali Kelas 1.3 Dw & TU
18. HM. Syatori, S.Pd Tauhid Diniah Ula
19. A. Husaeni Al-Lkotty Khot Diniyah Ula, I & II DW
20. Ali Mu’min I’Lal I’Rob I, II, III DU
M. Hadits I, II, III DU
43

Wali Kelas II Diniyah Ulya


21. Miftahatul H, S. Ag Akhlaq Diniyah Ula
22. Ghifron Azhari Hadits I DW
Shorof I & II DW
Hadits I, II DU
Akhlaq III.2 & 2 DW
Wali Kelas 1.2 DW
23. Iswatun Faizati, S.Pd TU, Tajwid Diniyah Ula
24. Lukman Hakim, S.Pd Hadits II DW
Ushul Faqh I, II, III DU
25. M. Yufuf Saefullah Barzanji Ula
Hadits Diniyah Ula
Tarikh Diniyah Ula Putra
Wali Kelas Diniyah Ula Putra

2) Sistem Pendidikan Penunjang/tambahan :


Sistem ini pun terbagi menjadi dua :
a) Sistem pendidikan Pembekalan :
Sistem ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bekal santri
dengan pendidikan keterampilan yang nantinya kelak santri bisa
hidup mandiri tidak tergantung orang lain sehingga selesai
menjalani pendidikan di pondok, bisa untuk menunjang kehidupan
ekonomi di keluarganya,bahkan bisa menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Kenyataan membuktikan tidak
semua lulusan Pondok Pesantren menjadi Kyai/Ustadz, tapi malah
berprofesi yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan dunia
Pondok Pesantren.
44

Jadi pendidikan semacam ini amat perlu sebagai bagian yang


integral dari keseluruhan sistem Pendidikan di Pondok Pesantren
Salafiyah yang memang sejak semula dicita-citakan oleh founding
father Pondok Pesantren Salafiyah, bahwa Pondok Pesantren dapat
memberikan manfaat dalam bentuk apapun yang positif dan
seoptimal mungkin bagi seluruh lapisan masyarakat, sebagai bagian
upaya mempersembahkan sesuatu yang terbaik kepada Agama dan
Bangsa ini, yakni mendidik generasi islam yang berkualitas, sholeh,
berakhlak mulia, bermanfaat kepada sesama.
Bentuk pendidikan semacam ini misalnya : keterampilan
menjahit, tata boga, tata busana dsb.
b) Sistem Pendidikan Ekstra :
Sistem ini diadakan agar Pendidikan di Pesantren lebih bersifat
variatif, tidak monoton, jadi lebih dimasukkan untuk menyalurkan
minat dan bakat santri yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain, dan penyalurannya agar lebih terarah dan tepat guna sesuai
sasaran. Pendidikan ini juga dapat membangkitkan kebanggaan
santri kepada dirinya dan lembaga pendidikannya, dampak diluar
pun akan menimbulkan kesan positif bahwa Pondok Pesantren tidak
hanya dikonotasikan sebagai kelompok Kaum Sarungan yang
dimarginalkan dan istilah-istilah lain yang terkadang cukup
memprihatinkan dan bahkan menyakitkan.
Pesantren sekarang sudah semakin diperhitungkan sebagai
bentuk pendidikan yang banyak berperan di negara ini, bahkan
merupakan bagian dari sistem Pendidikan Nasional. Gus Dur juga
menyebutkan bahwa Pesantren merupakan Subkultur (bagian dari
Budaya) bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Bentuk
pendidikan ini pada umumnya berbentuk seni dan olahraga
misalnya : Hadroh/seni rebana islam, drumband, qiro’atul
45

Qur’an/seni baca Al Qur’an, kaligrafi/seni tulis Al Qur’an, pencak


silat volly ball, basket dll.
e. Alumni.
Alumni merupakan aset Pondok yang sangat berarti, meskipun
secara fisik sudah tidak berada di Pondok dan alumni bolehkah dinamakan
Simbiosis Mutualisme, hubungan yang saling membutuhkan dan
menguntungkan antara satu sama lain. Keberadaan mereka merupakan
ujung tombak Pondok Pesantren Salafiyah di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan Pondok Pesantren salafiyah bisa dinilai dari keberadaan
mereka, sebagaimana mereka mengaktualisasikan dirinya di
masyarakatnya.
Secara moril Pondok Pesantren Salafiyah masih mempunyai
tanggung jawab akan keberadaan mereka, karena mereka merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara luas, begitu
juga alumni masih punya tanggung jawab moral dalam hal keberadaan
Pondok itu sendiri, dimana mereka pernah dididik dan dibesarkan.
Pembentukan Ikatan Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Kauman
Pemalang memang merupakan suatu yang urgen, karena itu
keberadaannya meski belum berjalan secara maksimal paling tidak sudah
dapat membentuk jaringan komunikasi yang intens, saling tukar informasi
bagi kemajuan pondok, ada benang merah dan hubungan emosional yang
terbentuk. Kontribusi pemikiran dan finansial pun kerap diterima oleh
pondok, utamanya ketika pondok sedang punya gawe, misalnya :
rehabilitas secara fisik dan acara ceremonial.
Organisasi alumni telah diresmikan keberadaannya dengan nama
HIKMAH SALAFIYAH (Himpunan Komunikasi Santri dan Alumni)
Salafiyah, yang telah berkiprah banyak dalam usahapengembangan dan
kemajuan pondok, meski yang bersangkutan sudah tidak lagi menjalani
pendidikan di Salafiyah. Termasuk andil para alumni pula keberadaan
46

Pondok masih berjalan baik, dengan mereka mengirimkan putra putrinya,


saudara, kerabat bahkan tetangga dan kenalan untuk mengirimkan nyantri
di Pondok salafiyah, dan juga memberikan informasi yang objektif kepada
masyarakat sekitar tentang Pondok Pesantren Salafiyah. Rasa Sense Of
Belonging(rasa memiliki/rumongso handarbeni) dari para alumni cukup
membanggakan hati, juga merupakan aset yang tidak ternilai. Data
menunjukkan bahwa sebagian dari santri yang ada adalah anak-
anak,saudara dan tetangga alumni yang juga pernah nyantri di Salafiyah.
Konsekuensi dari keberadaan Pondok Pesantren Salafiyah sejak
tahun 1933, maka sudah ribuan alumni yang dihasilkan, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Tapi yang jauh lebih penting mereka sudah
banyak yang berkiprah di masyarakat dengan berbagai profesi yang
dimilikinya, seperti kyai, ustadz, pendidik/guru, kedudukan jabatan baik di
pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif, pengusaha, petani dsb.
Pendek kata, alumni Salafiyah banyak yang menjadi tokoh yang mewarnai
perjalanan kehidupan masyarakat, ketokohannya diakui semua pihak,
khususnya dalam kehidupan bidang keagamaan di kawasan Pemalang dan
sekitarnya, bahkan di luar daerah Pemalang. Gaung keberadaan mereka
jauh diperhitungkan dan berpengaruh bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini
bukanlah suatu kebetulan belaka, tetapi kenyataan yang mesti perlu
disyukuri sebagai suatu nikmat dari Allah SWT khususnya kepada
Keluarga Besar Salafiyah.
f. Sumber Pendanaan
Dana merupakan sesuatu yang menentukan untuk
keberlangsungan suatu lembaga pendidikan, bahkan untuk semua aspek
kehidupan masyarakat. Operasionalisasi lembaga pendidikan tidak lepas
masalah pendanaan, namun ironisnya masalah ini sering menjadi
hambatan yang signifikan. Pengelolaan dan manajemen dana yang baik
dan transparan tentu akan mendukung berjalannya suatu lembaga
47

pendidikan dan membuahkan kepercayaan yang mendalam dari semua


pihak yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan kredibilitas
suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Begitupun Pondok Pesantren
Salafiyah, sebagai suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari masalah
pendanaan yang mendukung operasional dari aktivitas yang dijalani setiap
hari.
Sumber penggalian dana yang selama ini ditempuh oleh Pondok
Pesantren Salafiyah, yaitu:
1) Sumber Dana Tetap :
Sumber dana ini diperoleh dari :
a) Syahriyah/SPP setiap bulan, dan muawanah setiap permulaan awal
Tahun Pelajaran Baru, sumber dana ini merupakan sumber dana
andalan yang menopang jalannya operasional pendidikan di Pondok
Pesantren Salafiyah.
b) Sebagian dari hasil tanah wakaf yang jumlahnya belum memadai,
artinya hanya sekedar membantu ala kadarnya.
2) Sumber Dana Tidak Tetap / Insidental :
Sumber dana ini diperoleh dari :
a) Sumbangan dari alumni/donatur para aghniya kaum muslimin yang
sah dan tidak mengikat.
b) Pemerintah, baik Pemerintah Daerah, Provinsi maupun Pusat.
Dana tidak tetap ini biasanya diperoleh pada saat pondok sedang
menghadapi pembangunan fisik atau merehabilitasi/renovasi sarana
fisik, juga ketika membutuhkan peralatan penunjang pendidikan dan
pengajaran.
g. Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana juga merupakan suatu prasyarat dari aktivitas
pendidikan. Dengan sarana yang memadai akan menjadikan proses
pendidikan berjalan sesuai target dan rencana, sebaliknya sarana yang
48

tidak memadai tentu menghambat dan membuyarkan harapan serta


rencana yang sudah dicanangkan. Lokasi Pondok Pesantren Salafiyah
yang berada tepat di jantung kota Pemalang memang dipandang cukup
strategis, lokasi yang dekat dengan pusat pemerintahan dipandang cukup
menguntungkan. Hal ini membawa dampak yang positif sekaligus yang
negatif. Dari dampak yang positif itu antara lain : mudah dikenal, mudah
dijangkau dari jurusan manapun di Pemalang. Maka tidak heran ketika di
Pondok ini kerap menerima kunjungan pejabat dari Tingkat Daerah,
Provinsi (Gubernur), sampai tingkat Menteri, karena koordinasi lebih
mudah berhubungan dengan lokasi Pondok.
Sedangkan faktor negatif yang ditimbulkan antara lain :
pengawasan yang harus lebih ketat dan selektif, mudah masuknya
pengaruh negatif dari luar yang masuk ke Pondok Pesantren, terutama
pengaruh pergaulan yang sudah tidak mengenal norma adat ketimuran.
Hal-hal tersebut sangat rentan berpengaruh bagi santri, bila tidak ada
bimbingan dan pengawasan yang intensif.
Sarana dan Prasarana terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Sarana Fisik :
Sarana bangunan fisik yang secara umum sudah cukup memadai
sebagai ajang Kegiatan Belajar Mengajar, meski ada beberapa sarana
fisik yang sudah usang dan lapuk dimakan usia yang memerlukan
renovasi. Hal inilah yang terus menerus selalu menjadi bahan
pemikiran dan tindakan dari seluruh Keluarga Besar Salafiyah untuk
senantiasa menjadikan sarana fisik yang ada menjadi lebih kondusif
untuk digunakan aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tersebut.
2) Sarana Non Fisik :
Sarana kekayaan inventaris bukan bangunan yang dimiliki sebagai
penunjang seluruh kegiatan di Pondok, semacam mebeler, peralatan
sound system, peralatan olah raga dan kesenian, peralatan laboratorium
49

dll. Sarana ini terus diupayakan untuk ditingkatkan dan dilengkapi agar
mencapai sasaran yang ditargetkan, yakni memberi pelayanan yang
maksimal pada semua santri.

h. Keadaan Masyarakat di sekitar Pondok dan Madrasah


Secara geografis Pondok Pesantren Salafiyah terletak di jantung
kota Pemalang. Dekat dengan pusat pemerintahan dan keramaian Kota
Pemalang. Hal ini tentu membawa pengaruh tersendiri bagi keberadaan
Pondok Pesantren Salafiyah, yakni perilaku santri yang sudah terlihat
sedikit bergaya “kota”, tidak lagi terkesan “Kampungan” sebagaimana
yang dikesankan kepada santri pada umumnya.
Beruntung Pemalang umumnya masih diliputi suasana religius,
lebih khusus wilayah Kauman, Kebondalem dimana lokasi Pondok
Pesantren Salafiyah berada, sebagian besar masyarakatnya masih
memegang teguh ajaran agamanya, aktivitas keagamaan masih sering
tampak di lingkungan Pondok, meski itu bukan satu-satunya tolok ukur
untuk menentukan kadar kehidupan dan pengamalan keagamaan suatu
masyarakat. Ada indikasi-indikasi lain yang patut menjadi sandaran dan
mendukung pernyataan di atas, antara lain banyaknya ditemukan masjid,
mushola di lingkungan sekitar Pondok, banyaknya perkumpulan/jam'iyah
tahlil, manaqib dari tingkat remaja, ibu-ibu, bapak-bapak adanya
kesadaran orang tua di lingkungan sekitar Pondok yang menyerahkan
pendidikan agamanya kepada Pondok/Masyarakat Salafiyah, seringnya
santri Pondok diundang untuk suatu kegiatan disekitar lingkungan pondok,
seperti mengikuti tahlil, manaqib, ta’ziyah bagi keluarga yang terkena
musibah kematian ikut menghadiri peringatan hari besar Islam.
Hubungan antara Pondok Pesantren dan masyarakat terjalin
hubungan integratif dan sinergis, saling menguntungkan dan saling
50

mendukung, yang pada akhirnya memang punya implikasi positif antara


kedua belah pihak.
a) Program Pengembangan Pondok Pesantren dan Masyarakat
Program pengembangan Pondok Pesantren diarahkan untuk
meningkatkan kualitas keilmuan santri, khususnya ilmu agama
sebagaimana tujuan dan misi semula, namun dalam perkembangannya
hal itu lebih diperluas cakupannya agar juga menjangkau program lain
yang tidak kalah pentingnya berupa pembekalan ilmu-ilmu lain yang
bersifat menunjang peningkatan kualitas santri. Sedang program
pengembangan terhadap masyarakat dimaksudkan agar Pondok
Pesantren dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, utamanya bidang
keilmuan, pendidikan, pembimbingan, peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Dengan bersemboyankan
khoirul ma’had anfa'uhum linnas, sebaik-baik Pondok Pesantren adalah
yang dapat lebih memberikan manfaat kepada manusia.
Program tersebut mestinya lebih diarahkan untuk bagaimana agar
Pondok Pesantren bisa melayani kepentingan semua pihak dengan
mengedepankan asas manfaat, dengan tidak meninggalkan tujuan pokok
itu yang sudah digariskan, sebagai khittah awal berdirinya sebuah
Pondok Pesantren. Kongkritnya, Pondok Pesantren harus sebagai
lembaga pendidikan yang terbuka terhadap masyarakat sekelilingnya,
tidak sebagai menara gading yang tidak dapat disentuh, kecuali oleh
orang-orang tertentu.
Faktor historis keberadaan Pondok Pesantren bisa dibilang cukup
lengkap peranannya. Pada zaman penjajahan dahulu Pondok Pesantren
dijadikan markas untuk berjuang melawan melawan penjajahan, tidak
sedikit para kyai Pondok Pesantren ikut berjuang bersama rakyat
mengusir penjajah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Pahlawan
51

Nasional dari kalangan Kyai/Ulama. Bukankah dalam sejarah Nasional


Indonesia ada dikenal Pasukan Hizbullah Sabilillah yang itu adalah
pasukan tentara pada masa itu yang dikomandoi sekaligus dikomandani
oleh para Ulama/Kyai Pimpinan Pondok Pesantren. Sementara pada
sekarang ini peranannya juga masih diperhitungkan, yakni bertindak
sebagai motivator pembangunan segala bidang, baik lembaga itu sendiri
maupun ulama/ kyainya.
Pondok Pesantren Salafiyah berlokasi di suatu perkampungan,
maka dalam pengembangan program tentu tidak lepas daripada peran
serta dan kepentingan masyarakat sekitar, yang itu diwujudkan dalam
bentuk peran serta santri yang menjadi pelopor dalam kegiatan di
masyarakat semacam penyadaran akan pentingnya kebersihan
lingkungan, dengan terjun bersama masyarakat membersihkan sungai
dan jalan-jalan di sekitar Pondok, pentingnya menjaga kesehatan melalui
kegiatan olahraga bersama masyarakat sekitar.
Program tersebut masih terlihat sekedar mempraktekkan teori-
teori yang selama ini dipelajari di lingkungan Pondok Pesantren, namun
mesti dilakukan dengan pendekatan terpadu antara agama, sosial
kemasyarakatan, maka hasilnya yang dapat dilihat akan nyata dalam
kehidupan sehari-hari, yakni ketika masyarakat merasa malu dan risih
ketika akan berbuat suatu kemungkaran, berbuat onar khususnya di
lingkungan Pondok maupun sekitar Pondok, artinya paling tidak hal
yang paling mendasar sudah tampak nyata keberhasilannya, yaitu
kesadaran masyarakat untuk melakukan hal-hal baik dan berusaha
menjauhi hal-hal buruk sesuai aturan agama, meski belum bisa dikatakan
100% berhasil, namun bila hal ini dilakukan terus menerus dengan
semangat kebersamaan tentu akan berhasil lebih maksimal.
Program pengembangan ini dilakukan secara berkesinambungan,
sambil memasukan program baru bila memang ada, sebagai bagian dari
52

kelengkapan program yang sudah ada. Jadi, segala program apapun


namanya bila memang memungkinkan peran serta masyarakat, maka
disitu selalu dilibatkan untuk kesuksesannya, artinya secara
kebersamaan program itu dilaksanakan, masyarakat pun akan merasa
memiliki Pondok Pesantren, masyarakat ikut menjaga keberadaan citra
Pondok Pesantren, pada sisi lain Pondok Pesantren dapat menjadi
obor/pelita yang menerangi masyarakat lingkungan Pesantren, atau
setidaknya citra masyarakat di lingkungan Pondok menjadi terangkat di
mata masyarakat luar lingkungan.
b) Visi dan Misi
Visi adalah cara pandang dan pegangan yang menjadi dasar dan
prinsip dalam setiap langkah-langkah yang dilakukan oleh suatu lembaga
pendidikan tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan cita-citanya.
Sedangkan Misi adalah tugas mulia yang hendak diemban oleh suatu
lembaga pendidikan tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan cita-
citanya. Begitu pun Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Pemalang
mempunyai visi dan misi yang senantiasa selalu menjadi prinsip dasar
dalam pengelolaan lembaga pendidikannya
Visi: Menjadikan Pondok Pesantren Salafiyah, sebagai pondok
pesantren yang mempunyai manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh
lapisan masyarakat. Misi: Menjadikan santri sebagai manusia yang
mempunyai 4H (Heart, Head, Hand and Health), yakni santri yang
bertaqwa, cerdas, terampil, dan sehat
C. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan berikut dapat menjadi sebuah kajian yang
relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Ada beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yowenus Wenda pada tahun 2022 yang
berjudul Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Cetakan Terhadap Sikap
53

Anak Sekolah Minggu Usia 68 Tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
media pembelajaran berbasis cetakan dalam proses belajar mengajar di sekolah
minggu berpengaruh terhadap sikap anak sekolah minggu usia 6-8 tahun. Hal
ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi yang menunjukkan nilai r hitung
yang lebih besar dari nilai r tabel (0.789 > 0.349) sehingga disimpulkan bahwa
antara media pembelajaran berbasis cetakan dengan sikap anak sekolah
minggu usia 6 – 8 tahun berhubungan secara signifikan. Selanjutnya aspek
yang paling berpengaruh terhadap sikap anak sekolah minggu usia 6-8 tahun
dalam mengikuti proses belajar mengajar firman Tuhan di kelas adalah media
pembelajaran berbasis cetakan jenis buku pegagan atau buku manual, karena
100% anak menjawab Ya. Sedangkan aspek yang kurang berpengaruh
terhadap sikap anak usia 6-8 tahun adalah media pembelajaran berbasis
cetakan jenis lembaran lepas, karena 25,0% mereka menjawab Tidak. 52
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti teliti adalah
terletak pada jenis media yang dibahas yakni media pembelajaran berbasis
cetak. Sedangkan perbedaannya yakni penelitian terdahulu menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan peneliti menggunakan
metode penelitian pengembangan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Sri Wahyuni pada tahun 2016 yang
berjudul Pemanfaatan Media Cetak Untuk Peningkatan Penguasaan Materi
PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh. Penelitian ini menunjukkan
bahwa media cetak sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran PAI siswa
kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
pada tabel daftar nilai post test siklus I dengan nilai 90 maka dapat diketahui
siswa sudah mampu menguasai materi PAI dengan baik, pada siklus II dapat
dilihat pada tabel hasil belajar siswa terhadap materi PAI dengan

52
Yowenus Wenda, dkk, “Pengaruh Media Pembelajaran berbasis cetakan terhadap Sikap
Anak Sekolah Minggu Usia 6-8 Tahun”, NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol 9 No 5
Tahun 2022, hlm. 1814.
54

menggunakan media cetak sudah sangat baik hal ini ditandai dengan hanya
satu orang siswa yang tidak mencapai ketuntasan minimal.53
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti teliti adalah
terletak pada jenis media yang digunakan yakni sama-sama menggunakan
media pembelajaran Berbasis cetak. Sedangkan perbedaannya yakni
penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian tindakan kelas
sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian pengembangan, kemudian
pada penelitian sebelumnya mengangkat tema pembelajaran PAI sedangkan
peneliti mengangkat tema materi ghorib.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alfan Ni’ami pada tahun 2015 yang berjudul
Metode Pembelajaran Ghorib Qiroati Untuk Membaca Al-Quran Berbasis
Mobile. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pengujian penggunaan
aplikasi dari 16 orang yang memberikan penilaian dengan persentase 13%
memilih sangat setuju, 75% memilih setuju dan 13% memilih cukup setuju.
Pada pengujian desain atau tampilan aplikasi dari 16 orang yang memberikan
penilaian dengan persentase 25% memilih sangat setuju, 56% memilih setuju,
dan 19% memilih cukup setuju. Pada pengujian manfaat aplikasi dalam
pengembangan kemampuan dari 16 orang yang memberikan penilaian dengan
presentase 65% memilih sangat setuju, 31% memilih setuju, 6% memilih
cukup setuju. 54
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti teliti adalah
terletak pada metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan metode
penelitian pengembangan dan juga pada materi yang diangkat akni sama-sama
mengangkat materi ghorib dalam penelitiannya. Sedangkan perbedaannya
terletak pada jenis produk yang dikembangkan, dalam penelitian sebelumnya
53
Eka Sri Wahyuni, Pemanfaatan Media cetak Untuk Peningkatan Penguasaan Materi PAI
Siswa Kelas VIII SMP Negri 9 Banda Aceh, Banda Aceh: Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam negri Ar-Raniry, 2016.
54
Alfan Ni’ami, Metode Pembelajaran Ghorib Qiroati Untuk Membaca Al-Quran Berbasis
Mobile, Malang: Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknoogi Industri Institut Teknologi
Nasional Malang, 2015, hlm. 107.
55

mengembangkan media berbasis mobile sedangkan peneliti mengembangkan


media berbasis cetak.
D. Desain Model
Desain model yang digunakan pada penelitian ini adalah ADDIE, Ada lima
langkah dalam R&D antara lain:
1. Melakukan analisis, yaitu dengan studi lapangan dan literatur
2. Melakukan perancangan yakni kegiatan perencanaan produk, pada tahapan
ini mencakup pengembangan tujuan, item tes, dan strategi pembelajaran.
3. Pengembangan dimana di tahap ini peneliti membuat media pembelajaran
yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
4. Tahap implementation, pada tahap ini aplikasi yang telah diperbaiki sesuai
saran ahli media dan ahli materi sebelumnya di uji cobakan pada peserta
didik. Ada dua tahap uji coba yakni uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar.
5. Tahap evaluation, dengan melakukan pengelolaan terhadap hasil penilaian
dan penarikan kesimpulan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan
Research and Development (R&D), Penelitian dan pengembangan atau Research
and Development dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti, merancang,
memproduksi, dan menguci validitas produk yang telah dihasilkan.55 Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan yakni menggunakan metode survei atau kualitatif, dan untuk menguji
keefektifan produk supaya berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan
penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut yakni dengan metode
eksperimen. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software,maupun hardware
seperti buku, modul, program pembelajaran, ataupun alat bantu pembelajaran.56
Prosedur penelitian dan pengembangan yang meneliti gunakan adalah
model ADDIE, dimana dalam model ini terdapat 5 langkah pengembangan,
diantaranya:
1. Analisis
2. Desain atau perencanaan
3. Development atau pengembangan produk
4. Implementasi produk
5. Evaluasi
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah
Pemalang sejak bulan Desember 2022.

55
Sugiyono, op.cit., hlm. 396.
56
Tatik Sutarti, dan Edi Irawan, op.cit., hlm. 6.

56
No. Kegiatan
Bulan

Desembe
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi
Pendahul
uan
Tabel 3.1

2 Penyusu
nan
Jadwal Kegiatan

Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Penelitia
n
5 Ujian
Skripsi
57
58

C. Karakteristik Sasaran Penelitian


Setiap anak dengan usia yang berbeda memiliki karakteristik dan tahapan
minat belajar yang berbeda pula, berikut adalah karakteristik anak dalam
pembelajaran susuai dengan tingkatan usia atau fase perkembangan anak:
1. Fase Pengamatan57
a. Masa sintesis fantasi yakni pada usia 7 sampai dengan 8 tahun, dalam
masa ini pengamatan anak masih global, bagian-bagiannya belum
tampak jelas. bagian-bagian yang kabur itu ditambahnya (synthese =
penggabungan) dengan fantasi, oleh karena itu disebut sintesis fantasi.
b. Masa analisis yakni pada usia 8 sampai dengan 12 tahun, dalam masa ini
anak telah mampu membeda-bedakan sifat dalam mengenal bagian-
bagiannya, walaupun hubungan antara bagian itu belum tampak
seluruhnya. Fantasinya mulai berkurang, diganti dengan pengamatan
yang nyata.
c. Masa logis yakni pada usia 12 ke atas, dalam masa ini anak telah dapat
berfikir logis, pengertian dan kesadarannya semakin sempurna.
2. Perkembangan fantasi58
a. Masa dongeng yakni pada usia 4 sampai dengan 8 tahun. Masa ini
bertepatan waktunya dengan perkembangan anak kearah kenyataan.
Anak suka sekali mendengarkan cerita kehidupan seperti anak yang lucu,
anak yang kotor, anak yang jarang mandi, cerita raja-raja, pemburu yang
kejam, raksasa, dan sebagainya.
b. Masa robinson crusoe yakni pada usia 8 sampai dengan 12 tahun, dalam
masa ini anak mengalami realisme naif (diterima tanpa kritik), kemudian
anak memasuki masa realisme krisis yaitu masa anakanak tidak lagi
menyukai dongeng yang fantastis dan dongeng yang tidak masuk akal.

57
Abu Ahmadi, dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005, hlm. 114-115.
58
Ibid., hlm. 116.
59

Masa ini anak lebih menyukai cerita yang benar-benar cerjadi, cerita
yang masuk akal seperti cerita perjalanan, cerita roman, dan sebagainya.
c. Masa pahlawan yakni usia 12 sampai dengan 15 tahun. Anak suka
membaca buku-buku perjuangan, karya orang kenamaan yang pernah
terjadi. Fantasi ilusionistis pada masa ini perlahan menghilang, yakni
fantasi yang terkait pada tanggapan kenangan, sedankan fantasi
mengombinasi maju dengan pesat.
Karakteristik sasaran penelitian ini adalah santri kelas 2 Wustho
Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang yang setara dengan tingkat
SMP, dimana pada tingkatan ini santri menempuh mata pelajaran Al-Quran
khususnya bab materi ghorib. Usia sanrti kelas 2 wustho adalah berkisar antara
13-14 tahun, yang berarti pada usia ini anak telah dapat berfikir logis, pengertian
dan kesadarannya semakin sempurna, pada masa ini pula anak memasuki masa
pahawan dimana tingkat fantasi ilusionistisnya perlahan menghilang.
D. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada peneitian ini peneliti mengambangkan media buku Mengenal Ilmu
Ghorib. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D)
yaitu sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan
dan evaluasi program, proses, dan produk pembelajaran yang harus memenuhi
kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Yang mengacu pada model
pengembangan (R&D) dari Robert Maribe Branch dan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif.
E. Langkah-Langkah Pengambangan Model
Berikut adalah langkah-langkah pengembangan model yang dilakukan peneliti
berdasarkan 5 prosedur penelitian dari model ADDIE sebagai berikut :
1. Analisis
Pertama yang dilakukan peneliti adalah analisis yakni dengan
menganalisis kebutuhan di madrasah pondok pesantren salafiyah Pemalang,
disitu ditemukan beberapa hal yakni diantaranya Jam pembelajaran yang
60

tergolong singkat sehingga tidak cukup waktu untuk menelaah materi ghorib
lebih mendalam, materi ghorib belum diajarkan secara konstan atau hanya
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, padahal ilmu gharib tergolong
penting dalam mempelajari Al-Quran, metode pembelajaran yang masih
bersifat klasikal atau dengan menggunakan metode ceramah, penggunaan
media pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi, tidak
tersedianya sarana prasarana atau teknologi pendukung seperti LCD
proyektor, dan lain sebagainya.
2. Desain
Berdasarkan analisis kebutuhan peneliti membuat suatu konsep media
pembelajaran ghorib berbasis cetak pada mata pelajaran Al-Quran adalah
sebagai berikut:
a. Judul : Mengenal Ilmu Gharib
b. Warna cover : Biru
c. Konsep produk : buku pembelajaran ilmu gharib yang berisi
materi materi ghorib yang dikemas menjadi lebih menarik dengan
memadu padankan warna-warna yang mengadopsi konsep dari Al-
Quran hafalan.
d. Jumlah halaman : 30 halaman
e. Jenis kertas : A5
f. Ukuran huruf : 10 pt – 11 pt
g. Ukuran kertas : 148 - 219 mm
h. Font : Times New Roman dan tradiyional arabik
i. Bentuk Kertas : Vertikal (Potret)
3. Development (Pengembangan)
Setelah membuat konsep dan kerangka-kerangka produk peneliti
merealisasikan produk tersebut untuk dapat diuji cobakan kelayakan produk.
Guna mengetahui kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan, maka
setelah tahap pengembangan produk selesai kemudian dilakukan validasi oleh
61

ahli dan dilakukan uji coba skala kecil dan terakhir dilakukan uji coba skala
besar.
4. Implementasi
Pada tahap ini produk penelitian yang telah dihasilkan harus diuji
melalui beberapa tahapan ilmiyah. Sehingga kevalidan, keterandalan, dan
kehasilgunaan bisa terukur dan teruji, pada tahap ini dilakukan 3 langkah uji
yakni:59
a. Uji Ahli (Validasi)
Setelah tahap perancangan dan pengembangan dilakukan, maka tahap
berikutnya adalah melalui uji ahli. Uji ini dilakukan oleh ahli (validator)
media, materi dan bahasa. Tahap ini penting dilakukan agar produk yang
dihasilkan memenuhi standar dan kebutuhan para pebelajar.
1) Ahli materi, digunakan untuk menilai materi ghorib pada mata
pelajaran Al-Quran. Validator pada bidang ini adalah bapak Aziz
Muzayin, S.Pd., M. Pd.
2) Ahli media, digunakan untuk melihat keterkaitan media pembelajaran.
Validator pada bidang ini adalah bapak Lukman, S.Pd., M.Pd.
3) Ahli bahasa, bertujuan untuk menilai tampilan bahasa pada produk
buku Mengenal Ilmu Gharib. Validator pada bidang ini adalah bapak
Ibni Trisal Adam, S. S., M. Hum.
Validasi ini menggunakan lembar penilaian angket. Lembar
penilaian angket ini juga terlebih dahulu divalidasi agar mampu
mengukur semua aspek yang perlu dinilai dalam media pembelajaran.
Kemudian dilakukan revisi desain berdasarkan masukan dan saran dari
hasil validasi.

59
Yudi Hari Rayanto dan Sugianti, op.cit., hlm. 36-37.
62

b. Uji kelompok
Setelah hasil validasi didapatkan dari para validator maka harus
diujikan terlebih dahulu dalam kelompok kecil (10-15). Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan apakah produk yang dikembangkan telah memenuhi
aspek kevalidan, keterandalan, dan kehasilgunaan.
c. Uji lapangan
Setelah uji kelompok dilakukan selanjutnya dilakukan uji lapangan.
Uji lapangan ini dapat dilakukan di kelas yaitu dengan jumlah pembelajar
25-35 siswa.
d. Subjek Coba
Subjek pada penelitian ini adalah santri kelas 2 Wustho Madrasah
Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang. Pemilihan kelas 2 Wustho sebagai
subjek penelitian agar pengembangan produk tepat sasaran sesuai materi
yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 15 santri uji kelompok dan 25 santri untuk uji
lapangan.
5. Evaluasi
Setelah melalui berbagai tahapan dan proses, langkah terakhir yakni
evaluasi mengenai kekurangan produk yang dihasilkan manakah yang perlu
direvisi dan dipertahankan, kritik dan saran pun diberikan pada tahap ini.

6. Instrumen Penilaian
Tabel 3. 2
Pedoman Instrumen

No. Instrumen tujuan sumber waktu


1. Angket Digunakan untuk Ahli Selama
validasi materi mendapatkan saran materi penelitian
pada kelayakan
materi
2. Angket Digunakan untuk Ahli Selama
validasi media mendapatkan saran media penelitian
pada kelayakan
63

desain buku
Mengenal Ilmu
Gharib
3. Angket Digunakan untuk Ahli Selama
validasi bahasa mendapatkan saran bahasa penelitian
tampilan bahasa
buku Mengenal Ilmu
Gharib
4. Angket uji Digunakan untuk Santri Selama
kelompok mendapatkan apakah penelitian
produk yang
dikembangkan telah
memenuhi aspek
kevalidan,
keterandalan, dan
kehasilgunaan.
5. Angket uji Digunakan untuk Santri Selama
lapangan mendapatkan apakah penelitian
produk yang
dikembangkan telah
memenuhi aspek
kevalidan,
keterandalan, dan
kehasilgunaan.

a. Intrumen validasi ahli media


Tabel 3.3
Instrumen validasi ahli media
No Skor
Indikator Penilaian
. 1 2 3 4 5
Ukuran buku sesuai
1. dengan standar ISO (A5
148x210 mm)
Kelayakan Desain kulit muka,
Aspek punggung, dan
2.
Kegrafikan60 belakang merupakan
satu kesatuan yang utuh
Elemen warna, ilustrasi,
3.
dan tipografi

60
Masnur Muslich, Teks Book Writing Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian
Buku Teks, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm. 305-310.
64

ditampilkan secara
harmonis
Huruf yang digunakan
4.
mudah dibaca
Ukuran huruf judul
5. buku lebih dominan
dan proporsional
Judul buku ditampilkan
lebih menonjol daripada
6.
warna latar
belakangnya
Penempatan unsur tata
7. letak konsisten
berdasarkan pola
Tidak menggunakan
8. terlalu banyak jenis
huruf
Bahan isi buku tidak
9. mudah sobek dan
terjilid kuat
Kemudahan
10.
penggunaan media
Kejelasan tujuan yang
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian
12.
materi
Prakata memuat secara
Kelayakan
13. umum isi buku yang
Aspek
dibahas
Penyajian61
Petunjuk penggunaan
memuat penjelasan
14. tujuan, isi buku, serta
petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Kesesuaian bahasa
15. Kelayakan dengan tingkat
Aspek perkembangan siswa
Bahasa62 Teks terbaca dengan
16.
mudah, jelas, epat

61
Ibid., hlm. 301-303.
62
Ibid., hlm. 303-305.
65

sasaran, dan tidak


menimpulkan makna
ganda
Kesesuaian bahasa
17.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan
18. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
Rangkuman kwalitatif :

b. Instrumen validasi ahli materi


Tabel 3.4
Instrumen validasi ahli materi
No Skor
Indikator Penilaian
. 1 2 3 4 5
Materi yang di sajikan
dalam buku memuat
1.
semua materi pokok
bahasan
Materi sesuai dengan
2. tujuan pembelajaran
dan KD
Materi dalam buku teks
menjabarkan substansi
3.
Kelayakan yang terkandung dalam
Isi63 KD.
Kelengkapan
4. komponen materi
ghorib
Soal-soal latihan
5.
disajikan secara akurat
Materi (termasuk
contoh dan latihan)
6.
yang terdapat dalam
buku sesuai dengan

63
Ibid., hlm.292-297.
66

perkembangan ilmu dan


teknologi
Kesesuaian bahasa
7. dengan tingkat
perkembangan siswa
Teks terbaca dengan
mudah, jelas, epat
8. Kelayakan sasaran, dan tidak
Aspek menimpulkan makna
Bahasa ganda
Kesesuaian bahasa
9.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan
10. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
Kejelasan tujuan yang
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian
12.
materi
Prakata memuat secara
Kelayakan
13. umum isi buku yang
Aspek
dibahas
Penyajian
Petunjuk penggunaan
memuat penjelasan
14. tujuan, isi buku, serta
petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Ukuran buku sesuai
15. dengan standar ISO (A5
148x210 mm)
Desain kulit muka,
punggung, dan
16.
belakang merupakan
Kelayakan satu kesatuan yang utuh
Aspek Elemen warna, ilustrasi,
Kegrafikan dan tipografi
17.
ditampilkan secara
harmonis
Huruf yang digunakan
18.
mudah dibaca
Ukuran huruf judul
19.
buku lebih dominan
67

dan proporsional

Judul buku ditampilkan


lebih menonjol daripada
20.
warna latar
belakangnya
Penempatan unsur tata
21. letak konsisten
berdasarkan pola
Tidak menggunakan
22. terlalu banyak jenis
huruf
Bahan isi buku tidak
23. mudah sobek dan
terjilid kuat
Kemudahan
24.
penggunaan media
Rangkuman kwalitatif :

c. Instrumen validasi ahli bahasa


Tabel 3.5
Instrumen validasi ahli bahasa
Skor
No. Indikator Penilaian
1 2 3 4 5
Kesesuaian bahasa
1. dengan tingkat
perkembangan siswa
Teks terbaca dengan
mudah, jelas, epat
2. Kelayakan sasaran, dan tidak
Aspek menimpulkan makna
Bahasa ganda
Kesesuaian bahasa
3.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan
4. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
68

Materi yang di sajikan


dalam buku memuat
5.
semua materi pokok
bahasan
Materi sesuai dengan
6. tujuan pembelajaran
dan KD
Materi dalam buku teks
menjabarkan substansi
7.
yang terkandung dalam
Kelayakan KD.
Isi Kelengkapan
8. komponen materi
ghorib
Soal-soal latihan
9.
disajikan secara akurat
Materi (termasuk
contoh dan latihan)
yang terdapat dalam
10.
buku sesuai dengan
perkembangan ilmu dan
teknologi
Kejelasan tujuan yang
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian
12.
materi
Prakata memuat secara
Kelayakan
13. umum isi buku yang
Aspek
dibahas
Penyajian
Petunjuk penggunaan
memuat penjelasan
14. tujuan, isi buku, serta
petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Rangkuman Kwalitatif
69

d. Instrumen Penilaian uji kelompok dan lapangan


Tabel 3.6
Instrumen penilaian uji kelompok dan lapangan
No. Butir pernyataan Skor
1 2 3 4 5
1. Materi yang terkandung di dalam buku
sesuai dengan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
2. Materi tersusun dengan runtut (urut)
3. Uraian materi disajikan secara jelas
4. Materi ghorib tersaji dengan lengkap
5. Ayat Al-Quran dapat terbaca dengan
jelas
6. Cover buku menarik dan berwarna
7. Bagian dalam buku berwarna
8. Terdapat warna pada materi di ayat
Al-Quran
9. Pendahuluan pada awal buku berisi
tujuan penulisan, dan hal-hal yang
harus diperhatikan peserta didik
10 Daftar isi berisi urutan hal-hal penting
buku, bab, beserta nomor halaman
11. Disetiap bab terdapat ringkasan tiap-
tiap bab
12. Terdapat ilustrasi (gambar) disetiap
bab
13. Teks yang disajikan urut sesuai materi
pokok
14. Penempatan sub judul sudah pas
15. Penempatan nomor halaman konsisten
16. Ukuran font sudah pas
17. Bentuk huruf pada cover mudah
dibaca
18. Gambar ilustrasi pada cover buku
menarik
19. Buku dapat mempermudah belajar
70

20. Buku dapat menambah motivasi dalam


belajar

7. Teknik Analisis Data


Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitati dan
kuantitatif, analisis kualitatif diperoleh berupa analisis atau masukan-masukan
dari validator ahli pada saat validasi. Sedangkan analisis kuantitatif adalah
data yang diperoleh berupa angka atau hasil pengembangan produk buku
Mengenal Ilmu Gharib pada mata pelajaran Al-Quran. Data yang diperoleh
melalui instrumen penelitian pada saat uji coba kemudian dianalisis
menggunakan statistik. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk merevisi,
mengumpulkan pendapat, atau tanggapan dari responden pada saat uji coba
produk yang dikembangkan.
Hasil penelitian diukur menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang atau
sekelompok orang terhadap fenomena sosial.64 Dalam penelitian ini jawaban
butir instrumen menjadi 5, setiap indikator diberikan skor skala 1-5.
Tabel 3. 7
Patokan Skor Skala Likert65
Analisis kuantitatif skor
Sangat Layak 5
Layak 4
Cukup Layak 3
Tidak Layak 2
Sangat Tidak Layak 1

Setelah data diperoleh kemudian untuk melihat bobot masing-masing


tanggapan dengan menghitung skor rata-rata pada setiap instrumen, adapun
rumusnya sebagai berikut :

64
Sugiyono, op.cit., hlm. 146 .
65
Ibid., hlm. 147.
71

𝐹
𝑃 = 𝑁 x 100%

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Skor yang diperoleh

N = Skor Maksimal

Tabel 3.8
Karakteristik Kelayakan66
Skor Rata-Rata % Kategori
> 21% Tidak Layak
21% - 40% Kurang Layak
41% - 60% Cukup Layak
61% - 80% Layak
81% -100% Sangat Layak

66
Suharsimi Arikunto dan Cepi SaefuddinAbdul Jabbar, Evaluasi Program Pendidikan,
Jakarta : Bumi Aksara, 2018, hlm. 35.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan Model
Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah buku mengenal ilmu ghorib
sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran Al-Quran kelas 2 wustho di
Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang. Penelitian dan
pengembangan ini menggunakan model pengembangan ADDIE yaitu Analysis,
desingh, development, implementation, evaluation. Sebelum mengkaji hasil
pengembangan model, peneliti akan menjabarkan gambaran umum tentang lokasi
penelitian.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Nama pondok pesantren : Salafiyah
b. Alamat : Jl.Kauman, No.17. Kebondalem Pemalang, kode pos 52312
c. Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
1) Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah : KH Abdullah shiddiq
2) Pengurus Pondok Pesantren Salafiyah :
Ketua : H. Moh. Romadlon SZ
Wakil Ketua : Ir.H. Asy’ari Shodiq
Sekretaris : A. Syaichu, S.Ag
Wakil Sekretaris :H. Akhmad Khamdan, S.IP
Bendahara : Moh. Miftachudin, S. Ag
Wakil Bendahara : Inayatun Ilahiyyah, S.Ag
3) Kepala Madrasah Diniyah Wustho : H. Moh Romadlon SZ
4) Kepala Madrasah Diniyah Ulya : KH Abdullah Shiddiq
5) Wakil Kepala Madrasah : Moh. Miftachudin, S. Ag
: A. Syaichu, S.Ag

72
73

2. Hasil Pengembangan Media


Penelitian ini menggunakan jenis Research and Development (R&D)
menghasilkan produk berupa buku pintar ghorib untuk santri kelas 2 wustho
madrasah pondok pesantren salafiyah Pemalang. Model pengembangan yang
digunakan pada penelitian ini yaitu ADDIE, dengan tahapan analisis, desain,
development (pengembangan), implementasi, evaluasi. Berdasarkan tahapan
penelitian dan pengembangan yang dilakukan diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut:
a. Analisis
1) Analisis kebutuhan
Analisis kompetensi merupakan kegiatan mengidentifikasi untuk
memperoleh informasi kebutuhan santri, dengan melihat karakteristik
peserta didik maka diperlukan sebuah media lain berupa buku
pembelajaran untuk menjawab kebutuhan peserta didik.
2) Analisis karakteristik peserta didik
Analisis karakteristik peserta didik merupakan tahap yang
digunakan peneliti untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang
menjadi dasar peneliti untuk meyusun buku pembelajaran yang
dikembangkan. Sasaran pada penelitian ini mrupakan santri kelas 2
Wustho Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang yang setara
dengan tingkat SMP, dimana pada tingkatan ini santri menempuh mata
pelajaran Al-Quran khususnya bab materi ghorib. Usia sanrti kelas 2
wustho adalah berkisar antara 13-14 tahun, yang berarti pada usia ini
anak telah dapat berfikir logis, pengertian dan kesadarannya semakin
sempurna, pada masa ini pula anak memasuki masa pahawan dimana
tingkat fantasi ilusionistisnya perlahan menghilang.
Dengan memperhatikan karalteristik kognitif santri kelas 2 wustho
dengan segala aspek dimensi perkembangannya, maka diharapkan
sistem pengajaran yang dikembangkan mempu memenuhi kebutuhan
74

belajar santri. Berdasarkan hasil bservasi yang dilakukan peneliti,


secara umum santri mapu mengikuti pelajaran dengan cukup baik
tetapi dalam menerima pelajaran terkadang mengalami kejenuhan.
Oleh karena itu berdasarkan analisis tersebut buku pembelajaran
ghorib diharapkan bisa memudahkan santri dalam pembelajaran dan
menumbuhkan semangat belajar santri.
3) Analisis Materi
Analisi materi adalah tahap yang digunakan oleh peneliti untuk
menentukan kelayakan materi yang berkeaan dengan materi-materi
ilmu ghorib.
b. Desain (Perencanaan)
Tahap kedua dari model pengembangan ADDIE adalah desain atau
perencanaan, pada tahap ini peneliti merancang buku pembelajaran yang
akan dikembangkan. Ada 4 langkah perancangan pada tahap ini
diantaranya penyusunan keragka modul, pengumpulan dan pemilihan
referensi, penyusunan desain dan fitur buku, dan intrumen penilaian buku
pembelajaran.
Hasil rancangan buku pembelajaran materi ghorib adalah sebagai
berikut:
1) Penyusunan Kerangka Buku Pembelajaran
Pada penusunan kerangka buku pembelajaran terdiri dari 3
bagian utama yaitu awal, isi, dan akhir. Pada bagian awal berisi
sampul (cover), preliminary, kata pengantar, daftar isi. Bagian isi
berisi tentang buku pembelajaran materi ghorib. Bagian akhir berisi
soal evaluasi, dan daftar pustaka.
Berikut adalah kerangka buku pembelajaran yang disusun:
a) Sampul (cover)
b) Preliminary
c) Kata pengantar
75

d) Daftar isi
e) Materi ghorib
f) Soal evaluasi
g) Daftar pustaka
2) Pengumpulan dan pemilihan referensi
Berikut refernsi yang peneliti pilih dan digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan buku pembelajaran materi ghorib:
Arnawi, Ulin Nuha, Ulil Albab Arnawi, Manshur Maskan, dkk.
Thoriqoh Baca Tulis dan Menghaal Al Quran YANBU’A Jilid 6,
Kudus: Yayasan Arwanniyyah Kudus (BAPENU Arwaniyyah)
(Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an).
3) Penyusunan dasain dan fitur buku pembelajaran
Penyusunan desain dan fitur modul pembelajaran meliputi
bagian awal, isi, dan akhir. Tampilan desain modulpembelajaran
dengan ukuran buku A5 (148x219 mm) bebentuk vertikal, margin
atas 2 cm, bawah 2 cm, kanan 2 cm, kiri 2.5 cm, huruf berbentuk
serif (terkait) font Times New Roman dan tradiyional arabik ukuran
10 pt – 11 pt. Berikut adalah tampilan desain bagain awal yaitu:
a) Sampul (cover)
Sampul pada buku pembelajaran mengenal ilmu ghorib
terdiri dari 2 sampul, yakni sapul depan dan sampul belakang.
Sampul depan memuat judul yakni “Mengenal Ilmu Ghorib”,
logo STIT Pemalang, desain warna pada sampul dibuat full color
yang disesuaikan antar warna sau dengan yang lain.
Sedangkan desain sampul belakang dominan warna biru
dengan logo STIT Pemalang. Desain sampul yang menarik
diharapkan dapat menimbulkan semangat belajar santri.
76

Gambar 4. 1
Sampul Buku Ghorib

b) Kata pengantar
Kata pengantar berisi tentang ucapan rasa syukur kita
kepada Allah SWT. yang telah menganugerahkan dan
memberikan rahmat sehat sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan buku pembelajaran ini dengan tepat waktu. Ucapan
berikutnya kepada semua pihak yang telah ikut mendukung dalam
pembuatan buku.
Gambar 4. 2
Kata Pengantar Buku Ghorib
77

c) Daftar Isi
Daftar isi berisikan daftar bagian-bagian buku
pembelajaran beserta halamannya. Pemberian daftar isi
diharapkan dapat membantu penggunaan untuk mencari bagian-
bagian buku berdasarkan sub materi dan halaman.
Gambar 4. 3
Daftar Isi Buku Ghorib

d) Bagian isi (Materi ghorib)


Bagian ini terdapat penyajian materi-materi ilmu ghorib
yang disajikan dengan konsep quran hafalan dan bahasa yang
mudah dipahami. Penyajian materi ini diharapkan dapat
membantu peserta didik dalam belajar.
Gambar 4. 4
Materi Ghorib
78

e) Soal latihan
Soal latihan berisikan soal uraian, soal latihan ini
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami
materi ghorib serta menjadi tolak ukur guru dalam mengetahui
sejauh mana memahami materi ghorib.
Gambar 4. 5
Soal Latihan

f) Daftar pustaka
Berisikan referensi sumber buku yang digunakan untuk
membantu melengkali media buku ghorib yang dikembangkan.
Gambar 4. 6
Daftar Pustaka
79

c. Development (Pengembangan)
Tahap ketiga dari model pengembangan ADDIE adalah tahap
development atau pengembangan. Tahap ini meliputi instrumen penilaian,
hasil validasi media yang berupa buku pembelajaran dan revisi yang
bertujuan melihat kevalidan buku pembelajaran yang sudah dirancang
setelah mendapatkan penilaianyang telah divalidasi dan direvisi sesuai
kritik dan saran validator. Validasi dilakukan oleh tiga dosen ahli di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang yang berkompeten, yakni dosen
ahli media pembelajaran bapak Lukman, M.Pd., dosen ahli mata pelajaran
Al Quran bapak Aziz Muzayin, S.Pd, M.Pd., dan dosen ahli bahasa bapak
Ibni Trisal Adam, S.S., M.Hum,.
Berikut ini adalah hasil dari tahap pengembangan:
1) Validasi Media
Data dari hasil validasi dosen ahli media yaitu bapak Lukman,
M.Pd adalah sebagai beriku:
Tabel 4. 1
Hasil Validasi Ahli Media

Skor
No. Indikator Penilaian
1 2 3 4 5
Ukuran buku sesuai √
1. dengan standar ISO (A5
148x210 mm)
Desain kulit muka, √
punggung, dan belakang
2.
merupakan satu
Kelayakan kesatuan yang utuh
Aspek Elemen warna, ilustrasi, √
Kegrafikan dan tipografi
3.
ditampilkan secara
harmonis
Huruf yang digunakan √
4.
mudah dibaca
Ukuran huruf judul buku √
5.
lebih dominan dan
80

proporsional

Judul buku ditampilkan √


6. lebih menonjol daripada
warna latar belakangnya
Penempatan unsur tata √
7. letak konsisten
berdasarkan pola
Tidak menggunakan √
8. terlalu banyak jenis
huruf
Bahan isi buku tidak √
9. mudah sobek dan terjilid
kuat
Kemudahan penggunaan √
10.
media
Kejelasan tujuan yang √
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian √
12.
materi
Prakata memuat secara √
Kelayakan
13. umum isi buku yang
Aspek
dibahas
Penyajian
Petunjuk penggunaan √
memuat penjelasan
14. tujuan, isi buku, serta
petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Kesesuaian bahasa √
15. dengan tingkat
perkembangan siswa
Teks terbaca dengan √
mudah, jelas, epat
16. Kelayakan sasaran, dan tidak
Aspek menimpulkan makna
Bahasa ganda
Kesesuaian bahasa √
17.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan √
18. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
81

Jumlah Skor yang diperoleh


83
Skor Maksimal 90

Presentase 92%

Tingkat Kelayakan Sangat Layak

Perhitungan validasi ahli media terhadap buku pembelajaran


materi tajwid yaitu :
𝐹
𝑃 = 𝑁 x 100%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

83
= ⨯ 100%
90
= 92%

Berdasarkan hasil dari validasi ahli media yaitu, jumlah skor yang
diperoleh 83, dari skor maksimal 90, sehingga presentase dari validasi
diatas adalah 93%, berdasarkan hasil presentasi tersebut maka buku
ghorib yang dikembangkan masuk ke dalam kategori “sangat layak”.

2) Validasi ahli materi


Dari hasil validasi dosen ahli materi yaitu bapak Aziz Muzayin,
S.Pd,. M.Pd adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 2
Hasil Validasi Ahli Materi

No Skor
Indikator Penilaian
. 1 2 3 4 5
Materi yang di sajikan √
1. Kelayakan Isi dalam buku memuat
semua materi pokok
82

bahasan
Materi sesuai dengan √
2. tujuan pembelajaran
dan KD
Materi dalam buku teks √
menjabarkan substansi
3.
yang terkandung dalam
KD.
Kelengkapan √
4. komponen materi
ghorib
Soal-soal latihan √
5.
disajikan secara akurat
Materi (termasuk √
contoh dan latihan)
yang terdapat dalam
6.
buku sesuai dengan
perkembangan ilmu dan
teknologi
Kesesuaian bahasa √
7. dengan tingkat
perkembangan siswa
Teks terbaca dengan √
mudah, jelas, epat
8. Kelayakan sasaran, dan tidak
Aspek menimpulkan makna
Bahasa ganda
Kesesuaian bahasa √
9.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan √
10. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
Kejelasan tujuan yang √
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian √
12.
materi
Kelayakan
Prakata memuat secara √
Aspek
13. umum isi buku yang
Penyajian
dibahas
Petunjuk penggunaan √
14. memuat penjelasan
tujuan, isi buku, serta
83

petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Ukuran buku sesuai √
15. dengan standar ISO (A5
148x210 mm)
Desain kulit muka, √
punggung, dan
16.
belakang merupakan
satu kesatuan yang utuh
Elemen warna, ilustrasi, √
dan tipografi
17.
ditampilkan secara
harmonis
Huruf yang digunakan √
18.
mudah dibaca
Ukuran huruf judul √
19. Kelayakan buku lebih dominan
Aspek dan proporsional
Kegrafikan Judul buku ditampilkan √
lebih menonjol daripada
20.
warna latar
belakangnya
Penempatan unsur tata √
21. letak konsisten
berdasarkan pola
Tidak menggunakan √
22. terlalu banyak jenis
huruf
Bahan isi buku tidak √
23. mudah sobek dan
terjilid kuat
Kemudahan √
24.
penggunaan media
Jumlah Skor Yang Diperoleh 96

Skor Maksimal 120

Presentase 80%

Tingkat Kelayakan Layak


84

Perhitungan validasi ahli materi terhadap buku pembelajaran


materi tajwid yaitu :
𝐹
𝑃 = 𝑁 x 100%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

96
= ⨯ 100%
120
= 80%
Berdasarkan hasil dari validasi ahli materi yaitu, jumlah skor yang
diperoleh 96, dari skor maksimal 120, sehingga presentase dari validasi
diatas adalah 80%, berdasarkan hasil presentasi tersebut maka buku
ghorib yang dikembangkan masuk ke dalam kategori “layak”.
3) Validasi ahli bahasa
Dari hasil validasi dosen ahli materi yaitu bapak Ibni Trisal
Adam, S.S., M. Hum adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 3
Hasil Validasi Ahli Bahasa

Skor
No. Indikator Penilaian
1 2 3 4 5
Kesesuaian bahasa √
1. dengan tingkat
perkembangan siswa
Teks terbaca dengan √
mudah, jelas, epat
2. Kelayakan sasaran, dan tidak
Aspek menimpulkan makna
Bahasa ganda
Kesesuaian bahasa √
3.
dengan pokok bahasan
Bahasa sesuai dengan √
4. kaidah bahasa yang
benar (EYD)
Kelayakan Materi yang di sajikan √
5.
Isi dalam buku memuat
85

semua materi pokok


bahasan
Materi sesuai dengan √
6. tujuan pembelajaran
dan KD
Materi dalam buku teks √
menjabarkan substansi
7.
yang terkandung dalam
KD.
Kelengkapan √
8. komponen materi
ghorib
Soal-soal latihan √
9.
disajikan secara akurat
Materi (termasuk √
contoh dan latihan)
yang terdapat dalam
10.
buku sesuai dengan
perkembangan ilmu dan
teknologi
Kejelasan tujuan yang √
11.
ingin dicapai
Keruntutan penyajian √
12.
materi
Prakata memuat secara √
Kelayakan
13. umum isi buku yang
Aspek
dibahas
Penyajian
Petunjuk penggunaan √
memuat penjelasan
14. tujuan, isi buku, serta
petunjuk pemakaian
buku bagi siswa
Jumlah Skor Yang Diperoleh 63
Skor Maksimal 70
Presentase 90%
Tingkat Kelayakan Sangat Layak

Perhitungan validasi ahli bahasa terhadap buku pembelajaran


materi tajwid yaitu :
86

𝐹
𝑃 = 𝑁 x 100%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

63
= ⨯ 100%
70
= 90%
Berdasarkan hasil dari validasi ahli bahasa yaitu, jumlah skor yang
diperoleh 63, dari skor maksimal 70, sehingga presentase dari validasi
diatas adalah 90%, berdasarkan hasil presentasi tersebut maka buku
ghorib yang dikembangkan masuk ke dalam kategori “sangat layak”.
d. Implementasi
Tahap ke empat dari model pengembangan ADDIE adalah tahap
implementasi atau penerapan, tahap penerapan dilakukan setelah produk
yang dikembangkan telah divalidasioleh para dosen ahli. Hasil buku
ghorib yang telah dikembangkan akan diterapkan dalam proses
pembelajaran di Madrasah. Peneliti melakukan uji coba kepada peserta
didik atau santri kelas II Wusthoyang berjumlah 25 santri, dengan
melakukan 2 langkah uji coba yakni uji coba kelompok dengan melibatkan
10 santri dan uji lapangan yang melibatka 25 santri.
e. Evaluasi
Tahap terakhir dalam pengembangan model ADDIE adalah
evaluasi. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengevaluasi hal-hal yang terkait dengan pengembangan buku ghorib.
Produk yang telah dikembangkan divalidasi oleh ketiga dosen kemudian
revisi produk sesuai saran para validator dan diuji cobakan kepada kepada
peserta didik sesuai dengan evaluasi kebutuhan.
Penelitian ini hanya menggunakan evaluasi formatif karena jenis
evaluasi ini berhubungan dengan tahap penelitian pengembangan untuk
87

memperbaiki prduk yang beruba buku pembelajaran yang bertujuan untuk


mengukur kelayakan dari buku pembelajaran berdasarkan hasil validasi
dan hasil ui coba.
B. Kelayakan Produk

Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan untuk validasi buku pembelajaran
berupa lembar angket yang telah disetujui oleh dosen pembimbing, guna
mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan dan dinilai dari aspek
kelayakn materi, penyajian materi, media, kebahasaan, dan kegrafikan. Validator
media merupakan dosen STIT Pemalang yang ahli dibidang media yakni bapak
Lukman, M.Pd., validator materi merupakan dosen STIT Pemalang yang ahli
dibidang materi ghorib yakni bapak Aziz Muzayin, S.Pd,. M.Pd., validator bahasa
merupakan dosen STIT Pemalang yang ahli dibidang bahasa yakni bapak Ibni
Trisal Adam, S.S., M. Hum., berikt adalah hasil validasi keseluruhan dari ketiga
validator :
Tabel 4. 4
Tabel Rata-Rata Presentase Validator

Presentase Validator
Ahli Media Ahli Materi Ahli Bahasa
92% 80% 90%
Rata-Rata Presentase
87%

Berdasarkan tabel diatas rata-rata perolehan dari setiap vaidator atau dosen ahli
yang telah dikonversi dengan hasil presentase 87%, maka buku pembelajaran
materi ghorib yang telah dikembangkan masuk kedalam kategori sangat layak
untuk digunakan.
88

3. Revisi produk
Dari validasi buku pembelajaran para dosen ahli memberi kritik dan
saran, adapun kritik dan saran para validator adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 5
Kritik dan Saran Validator

Bidang Keahlian Kritik dan Saran


Nama Validator
Lukman, M.Pd Ahli Media - Perbaikan cover
- Jenis cont cover
- Sinopsis buku
- Backround buku
gani putih
Aziz Muzayin, S.Pd,. Ahli Materi -
M.Pd
Ibni Trisal Adam, S.S., Ahli Bahasa - Perbaiki beberapa
M. Hum kesalahan
penulisam
Berdasarkan Masukan dan saran dari validator, peneliti melakukan
revisi produk sebagai berikut:
Gambar 4. 7
Sebelum Revisi
89

Gambar 4. 8
Sesudah Revisi

Gambar 4. 9
Sebelum Revisi
90

Gambar 4. 10
Sesudah Revisi

C. Efektifitas Model
Dalam efektifitas model peneliti akan menjelaskan hasil uji coba dari
awal proses pengembangan hingga akhir produk yang dihasilkan. Berikut hasil uji
coba yang peneliti lakukan:
1. Uji coba kelompok
uji coba ini merupakan uji coba kelayakan media yang melibatkan responden
sepuluh peserta didik dengan kemampuan belajar yang berbeda. Uji coba
kelompok dimaksud untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan dari media
yang dikembangkan. Hasil dari uji coba kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 6
Hasil Uji Coba Kelompok

Skor tiap butir soal Jumlah Skor


No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Maksimal
1. Alifka Putri 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 42 50
Syakirah
91

2. Anisa Nur 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 41 50
Maulida Putri
3. Askiya Nisa 5 5 3 3 3 5 4 4 4 4 40 50
Ifantika
4. Attiya 4 4 3 4 4 4 3 5 4 5 50
Aqilatul 40
Muna
5. Aulia 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 50
Zahrotun 42
Nisa
6. Azka Lu’Luil 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 50
Muroshoati
7. Azka 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 50
Widilistika 45
Utami
8. Bunga Dea 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 40 50
Anggita
9. Cahya Puji 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 45 50
Lestari
10. Citra Nuriza 5 3 3 4 4 5 5 5 3 5 42 50
Prameswari
Jumlah 422 500

Perhitungan respon uji coba kelompok media pembelajaran ghorib sebagai


berikut
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Presentase = ⨯ 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
422
= 500 ⨯ 100%

= 84%
Berdasarkan hasil uji coba kelompok, jumlah skor yang diperoleh
adalah 422, dengan jumlah skor maksimal 500, serta presentase 84%.
Berdasarkan presentase tersebut maka produk media ghorib yang
dikembangkan masuk dalam kategori “sangat layak”.
2. Uji coba lapangan
Uji coba ini adalah proses uji kelayakan media yang melibatkan
reponden seluruh kelas II Wustho yang terdiri dari 25 peserta didik. Uji coba
92

lapangan dimaksud untuk mengetahui kelebihan aau kekurangan dari media


yang dikembangkan. Hasil dari uji coba lapangan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 7
Hasil Uji Coba Lapangan

Skor tiap butir soal Jumlah Skor


No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Maksimal
1. Alifka Putri 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 41 50
Syakirah
2. Anisa Nur 5 5 3 3 3 5 4 4 4 4 40 50
Maulida Putri
1. Askiya Nisa 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 43 50
Ifantika
2. Attiya 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 50
Aqilatul 42
Muna
3. Aulia 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 50
Zahrotun 45
Nisa
4. Azka Lu’Luil 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 50
Muroshoati
5. Azka 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 50
Widilistika 40
Utami
6. Bunga Dea 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 50
Anggita
7. Cahya Puji 3 3 3 4 4 5 5 5 2 5 39 50
Lestari
8. Citra Nuriza 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 50
Prameswari
9. Dharmatantri 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 45 50
Shafa R
10. Dzikrina 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 50
Islamia 41
Abdullah
11. Hafizah 5 5 3 3 3 5 4 4 4 4 40 50
Ardiyanti
12. Hesti Nuraeni 4 5 4 4 5 4 4 5 3 4 42 50
13. Insyania 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 43 50
Azani
93

14. Intisari 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 41 50
Royani
15. Ludya Nur 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 45 50
Fauziyah
16. Maulaya 5 4 3 3 4 5 5 4 4 3 40 50
Anjani
17. Nafiesatul 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 42 50
Aulia
18. Naila 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 50
Ziyadah
19. Nathaliya 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 50
Hefriani
20. Naura Tsalsa 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 40 50
Ikula
21. Nila 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 50
Asuchatuisa’i 45
l Ula
22. Niswa 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 42 50
Izzatun Nihla
23. Nurul Fadilah 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 41 50
24. Alifka Putri 5 5 3 3 3 5 4 4 4 4 40 50
Syakirah
25. Anisa Nur 4 4 3 4 4 4 3 5 4 5 40 50
Maulida Putri
Jumlah 1.137 1.250

Perhitungan respon uji coba lapangan media pembelajaran ghorib


sebagai berikut
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Presentase = ⨯ 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
1.137
= 1.250 ⨯ 100%

= 90%
Berdasarkan hasil uji coba lapangan, jumlah skor yang diperoleh
adalah 1.137, dengan jumlah skor maksimal 1.250, serta presentase 90%.
Berdasarkan presentase tersebut maka produk media ghorib yang
dikembangkan masuk dalam kategori “sangat layak”.
94

A. Pembahasan
Pelaksanaan proses penelitian yang peneliti lakukan pada kelas II Wustho
Madrasah Diniyah Pondok Pesantren salafiyah Pemalang, tidak lepas dari faktor
pendukung dan peghambat yang ada dilapangan serta produk yang dikembangkan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan faktor-faktor pendukung,
penghambat, kelebihan, dan kekurangan dalam pengembangan buku tajwid.
1. Faktor pendukung dan penghambat
a. Faktor pendukung
Pelaksanaan proses penelitian pada peserta didik atau santri kelas II
Wustho Madrasah Diniyah Pondok Pesantren salafiyah Pemalang tidak
lepas dari faktor pendukung yang ada di lapangan. Berikut merupakan
faktor-faktor pendukung dalam pengembangan buku ghorib.
1) Terbukanya pihak Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang
kepada peneliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan data untuk
penelitian.
2) Lokasi Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang yang strategis
sehingga dapat mudah dijangkau selama dalam proses penelitian.
3) Respon peserta didik atau santri yang cukup aktif selama proses
penelitian berlangsung.
b. Faktor penghambat
Pelaksanaan proses penelitian pada kelas II Wustho Madrasah Diniyah
Pondok Pesantren salafiyah Pemalang tidak lepas dari faktor penhambat
yang ada di lapangan. Yang termasuk faktor penghambat dalam penelitian
ini diantaranya biaya produksi yang mahal sehingga penulis tidak bisa
mendesiminasikan atau menyebarluaskan produk buku ghorib secara
menyeluruh kepada santri kelas II Wustho Madrasah Diniyah Pondok
Pesantren salafiyah Pemalang, penulis hanya mencetak 5 eksemplar yang
diberikan kepada pihak pengajar Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah
Pemalang.
95

2. Kelebihan dan kelemahan produk yang dikembangkan


a. Kelebihan produk
Berdasarkan hasil pengembangan media buku tajwid pada mata
pelajaran Al Quran kelas Al Quran Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Al
Hidayah Wanarata, penulis akan memaparkan kelebihan buku tajwid yang
teah dikembangkan yaitu sebagai berikut:
1) Buku tajwid ang dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran
mata pelajaran Al Quran kelas II Wustho Madrasah Pondok Pesantren
Salafiyah Pemalang.
2) Buku ghorib yang dikembangkan dikemas menjadi lebih menarik dan
lebih berwarna.
3) Berdasarkan angket yang dibagikan kepada peserta didik atau santri,
buku ghorib yang dikembangkan sudah memenuhi standar keyakan.
b. Kelemahan
Selain kelebihan buku tajwid yang dikembangkan media ini juga
mempunyai kelemahan, yakni buku tajwid yang dikembangkan tidak bisa
didapat atau dibeli ditoko–toko buku karena belum diproduksi secara
masal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pengembangan serta penjelasan rumusan
masalah pada bab sebelumnya, maka didapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Melalui hasil observasi dan studi pendahuluan dapat diketahui bahwa media
pembelajaran ghorib yang digunakan sebelumnya di Madrasah pondok
pesantren Salafiyah Pemalang masih bersifat konvensional yakni hanya
berupa buku biasa berwarna hitam putih, dan juga tidak tersedia sarana dan
prasaraa yang mendukung seperti LCD Proyektor dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengembangkan media pembelajaran
ghori yang lebih menarik dan menyesuaikan kebutuhan seta sarana prasarana
yang tersedia di Madrasah pondok Pesantren Salafiah Pemalang
2. Berdasarkan pada hasil penelitian pengembangan buku ghorib didapati hasil
penilaian dari uji ahli media dengan presenase 92% masuk ke dalam kategori
sangat ayak, penilaian ahli materi dengan presentasi 80% masuk ke dalam
kategori layak, penilaian ahli bahasa dengan presentase 90% masuk ke dalam
kategori sangat layak. Hasil uji coba uji coba kelompok dengan presentase
84%, uji coba lapangan dengan presentase 90% , maka produk masuk ke
dalam kategori sangat layak.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan temuan pada penelitian pengembangan media ini
memiliki implikasi yang tinggi dibandingkan media pembelajaran yang selama
ini digunakan oleh guru dan peserta didi atau santri dalam pembelajaran Al
Quran. Adapun implikasi yang dimaksud antara lain, media yang dikembangkan
ini akan memberikan sumbangan praktis bagi guru dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, dimana media ini dapat memberikan variasi belajar sehingga dapat
meningkatkan minat dan semangat peserta didik dalam belajar. Dengan demikian

96
97

media ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam menyampaikan
materi ghorib.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti memberikan saran antara lain:
1. Saran bagi guru
a. Media buku tajwid diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu contoh
variasi dalam pembelajaran
b. Diharapkan dapat melahirkan inovasi dalam pelajaran, salah satunya
dengan menggunakana media pembelajaran yang menarik sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2. Saran bagi TPQ
Media buku tajwid ternyata sangat disukai santri, dengan adanya syair
disetiap bab dapat menambah semangat dan minat satri dalam belajar. Maka
dari itu pengajar dapat menggunakan media yang serupa dalam proses
pembelajarnnya.
3. Saran bagi peneliti lanjutan
a. Media pembelajaran yang dikembangkan masih bisa dimaksimalkan lagi.
b. Media pembelajaran yang sejenis dengan hasil pengembangan dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan materi pembelajaran yang berbeda.
c. Untuk menguatkan hasil penelitian, diperlukan lanjutan dengan
membandingkan antara pembelajaran yang menggunakan media yang
dikembangkan dengan media yang digunakan sebelumnya.
d. Para peneliti yang ingin melakukan penelitian pengembangan perlu
memperhatikan sumber daya manusia, waktu pengembangan, tenaga, dan
fasilitas yang mendukung selama proses penelitian.
98

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dan Munawar Sholeh, 2005, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Amirudin (Pen), 2005, Fathul Bari Penjelasan Kitab Shahih
Al-Bukhari jilid 24, Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Quran dan Terjemah, 2012, Bandung: Syaamil Quran.

Ansyory, Anhar, 2012, Pengantar Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Lembaga


Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Saefuddin Abdul Jabbar, 2018, Evaluasi Program
Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar, 2017, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Reja Grafindo Persada.

Daryanto, 2016, Media Pembelajaran, Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Dokumen pondok pesantren salafiyah pemalang tahun 2022

Hamid,Mustofa Abi, dkk, 2020, Media Pembelajaran, Medan: yayasan Kita Menulis.

Ibrahim, Andi, Asrul Haq Alang, DKK, 2018, Metodologi Penelitian, Makasar:
Gunadarma Ilmu.

Ilyas, Yanuar, 2015, Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Itqan Publishing,.

Kasimin, dkk, 2012, Media Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Yogyakarata:


TrustMedia Publishing.

Mashudi, Kojin, Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid VI, 2019, Malang: Intelegensia
Media.

Mu’abbad, Muhammad Ahmad, 2014, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, Solo: Taqiya
Publishing.

Muslich, Masnur, 2010Teks Book Writing Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan


Pemakaian Buku Teks, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ni’ami, Alfan, 2015, Metode Pembelajaran Ghorib Qiroati Untuk Membaca Al-
Quran Berbasis Mobile, Malang: Program Studi Teknik Informatika Fakultas
Teknoogi Industri Institut Teknologi Nasional Malang.
99

Rayanto,Yudi Hari, dan sugianti, 2020, Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan
R2D2: Teori dan Praktek, Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute.

Sitepu, B.P, 2006, Penyusunan Buku Pembelajaran, Jakarta: Verbum Publishing.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2019, Media Pembelajaran, Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sugiyono, 2020, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:


Alfabeta.

Sutarti,Tatik, dan Edi Irawan, 2017, Kiat sukses meraih hibah penelitian
pengembangan, Yogyakarta: Deepublish.

Syarufuddin, dan Eka Dewi Utari, 2022,Media Pembelajaran (Dari Masa


Konvensional Hingga Masa Digital), Palembang: Bening Media Publishing.

Yaumi, Muhammad 2018, Media dan Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Prenada


media grup.

Hammam, Analisis Kata-Kata Gharib Dalam Al-Quran Perspektif Ahli Tafsir,


Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab VII, Jurusan Sastra Arab Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang, Malang, 9 Oktober 2021.

Khoiruddin, Heri, 2020, “Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran Berbasis


Metode Tilawati”, Jurnal Islamic Edication Manajeme, Vol. 5, No. 1.

Ma’mun, Muhammad Aman, 2018, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-


Qur’an, Jurnal pendidikan islam, Vol. 4.1: 2-10,.

Nurrita, Teni, 2018, Pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil


belajar siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadits, Syari'ah dan
Tarbiyah, Vol. 03 No. 01.

Tafonao, Talizaro 2018, Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat


Belajar Mahasiswa, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.2 No.2.

Wahyuni, Eka Sri, 2016, Pemanfaatan Media cetak Untuk Peningkatan Penguasaan
Materi PAI Siswa Kelas VIII SMP Negri 9 Banda Aceh, Banda Aceh: Fakultas
Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam negri Ar-Raniry.

Wenda, Yowenus, dkk, 2022, “Pengaruh Media Pembelajaran berbasis cetakan


terhadap Sikap Anak Sekolah Minggu Usia 6-8 Tahun”, NUSANTARA: Jurnal
Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol 9 No 5.
100

LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto dan dokumentasi

Foto izin melakukan penelitian kepada KH. Mohammad Romadhon selaku kepala
Madrasah Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang

Foto tes pemahaman materi ghorib santri kelas II.1 Diniyah Wustho Madrasah
Pondok Pesantren salafiyah Pemalang.
101

Foto Penelitian Uji Coba Kelompok Dan Lapangan santri kelas II.1 Diniyah Wustho
Madrasah Pondok Pesantren salafiyah Pemalang.

Anda mungkin juga menyukai