Anda di halaman 1dari 171

PROSES PELATIHAN KEAHLIAN KAYU BAGI KARANG TARUNA

OLEH CSR PERTAMINA TERMINAL FUEL SAMARINDA

SKRIPSI

OLEH:

MOH. GHUFRON

NIM: 1805135021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
PROSES PELATIHAN KEAHLIAN KAYU BAGI KARANG TARUNA
OLEH CSR PERTAMINA FUEL TERMINAL SAMARINDA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Masyarakat Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman

OLEH:

MOH. GHUFRON

NIM: 1805135021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021

i
ABSTRAK

Moh. Ghufron, 2022 Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi


Karang Taruna Oleh Csr Pertamina
Terminal Fuel Samarinda. Penelitian Ini
Dibimbing Oleh Prof. H. Saraka M. Ali,
M.Pd Selaku Pembimbing I Dan
Mustangin, S.Pd, M.Pd Selaku
Pembimbing I.

Pelatihan atau keterampilan salalu dikaitkan dengan peningkatan ekonomi atau


kesejahteraan ekonomi masyarakat khususnya bagi orang yang belum memilki
pekerjaan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pelatihan atau keterampilan dapat
dilakukan dengan peningkatan kapasitas bagi masyarakat yang belum memilki
perkerjaaan untuk dapat mandiri dengan peningkatan pengembangan wirausaha.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Hasil penelitian ini meliputi: Tahapan analisis kebutuhan
pelatihan dengan menggunakan observasi dan survei sesuai dengan masyarakat
yang dibutuhkan serta didalam perencananaan dan penyiapan instruktur sebagai
dasar terbentuknya sebuah pelatihan, sehingga perencanaan pelatihan merupakan
prosedur agar mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan, dan mengunakan
metode pelatihan merupakan sebuah proses dilaksanakan pelatihan, dengan adanya
metode pelatihan pelaksanaan dapat berjalan secara optimal, dan tahapan
selanjutnya merupakan evaluasi pelatihan salah satu alat yang digunakan dalam
membantu perencanaan program dan penyempurnaan program pelatihan tersebut,
evaluasi sendiri dapat digunakan sebagai tingkat keefektifan suatu program. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan Proses Pelatihan Keahlian Kayu faktor-
faktor keberhasilan keahlian kayu dengan adanya, instruktur, peserta, materi
(bahan).

Kata Kunci: Pelatihan, Karang Taruna, Keahlian Kayu

ii
ABSTRACT

Moh. Ghufron, 2022 Timber Skills Training Process for


Youth Organizations by Csr Pertamina
Fuel Terminal Samarinda. This
Research Was Guided By Prof. H.
Saraka M. Ali, M.Pd as Supervisor I
and Mustangin, S.Pd, M.Pd as
Supervisor II.

Training or skills are always associated with improving the economy or economic
welfare of the community, especially for people who do not have jobs. In this
regard, training or skills can be carried out by increasing the capacity for people
who do not have jobs to be independent by increasing entrepreneurial development.
This study uses a qualitative method. Data collection techniques used the method
of observation, interviews, and documentation studies. The data analysis technique
uses data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The validity of the data using source triangulation and technical triangulation. The
results of this study include: Stages of training needs analysis using observations
and surveys according to the community needed as well as in planning and
preparing instructors as the basis for the formation of a training, so that training
planning is a procedure in order to achieve a predetermined goal, and using
training methods is a the process of carrying out training, with the implementation
of training methods can run optimally, and the next stage is the evaluation of
training, one of the tools used in helping program planning and improving the
training program, the evaluation itself can be used as the level of effectiveness of a
program. Factors that influence the success of the Wood Skills Training Process
factors for the success of woodworking skills include, instructors, participants,
materials (materials).

Keyword: Training, Youth Organization, Wood Craft

iii
RIWAYAT HIDUP

Moh. Ghufron, Lahir di Kabupaten Jember, Kecamatan

Jombang, Desa Wringinagung pada tanggal 24 Desember 2000.

Penulis merupakan anak pertama dari dua saudara dari

pasangan Bapak Zubairi dan Ibu Siti Muakhiroh. Penulis

memulai jenjang pendidikan formal pada tahun 2004 di TK Siti

Khotijah Kabupaten Jember dan lulus pada tahun 2006. Kemudian pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan (MI) Madrasah Ibtidaiyah Assalam 01

Kabupaten Jember dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan kejenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yunisma di

Jember dan lulus pada tahun 2015. Selanjutnya melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Yunisma di Jember dan lulus pada tahun 2018. Pada

tahun 2018 penulis memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan

tingga Universitas Mulawuarman dengan memilih Program Studi Pendidikan

Masyarakat, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis diterima melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN). Pada tahun 2021 penulis melaksanakan kegiatan magang di instansi

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur (BNNP Kaltim) selama 6

bulan dan penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kegiatan

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di Satuan Pendidikan Non Formal

(SPNF) Sanggar Kagiatan Balajar (SKB) Kota Samarinda selama 4 bulan.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufiq dan

hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal

Samarinda. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Pendidikan Masyarakat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Mulawarman.

Kesempatan ini penulis amat menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak

luput dari bantuan berbagai pihak. Kerena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini, khususnya ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si, Rektor Universitas Mulawarman yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Universitas Mulawarman.

2. Prof. Dr. Muh Amir Masruhim, M.Kes, Dekan Fakultas Keguruan dan ilmu

Pendidikan yang telah memberikan kemudahan menempuh pendidikan di

Universitas Mulawarman.

3. Muh. Ramli Buhari, S.Pd, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan dukungan dan arahan dalam menyelesaikan proposal ini.

4. Drs. Riyadi, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Masyarakat, yang telah

membantu dalam proses perkuliahan serta memberikan bimbingan selama

penyusunan proposal ini.

v
5. Prof. Dr. Saraka, M. Ali, M.Pd Pembimbing I dan Mustangin, S.Pd., M.Pd

selaku pembimbing II, yang selama ini memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis dalam proses penyusunan proposal.

6. Ridwan, S.KM., M.Kes selaku penguji I, Andi Ismail Lukman, S.Pd., M.A

selaku penguji II dan Drs. Gatot Sari Irianto, M.Pd selaku penguji III yang

telah memberikan masukan serta arahan selama penelis dalam ujian

proposal.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Masyarakat

Universitas Mulawarman yang telah banyak memberikan pengetahuan dan

bimbingan amat berharga selama penulis mengemban perkuliahan.

8. Bapak Ardiansyah selaku ketua Karang Taruna Keterampilan dan Keahlian

yang telah memberikan izin, membantu, membimbing dan mengarahkan

penulis dalam melakukan penelitian.

9. Kakak Febrianti S.I.Kom Sebagai pendamping sekaligus pembimbing dari

pihak CSR Fuel Pertamina Samarinda yang ikut terlibat membantu,

membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian.

10.Bapak Ahmad Zubairi dan Ibu Siti Muakhiroh selaku orang tua tercinta
yang amat luar biasa yang telah memberikan dukungan, doa serta motivasi

tiada henti dan seluruh saudara-saudara kandung Shirly Zakiatus Sholehah

yang telah mendukung penulis.

vi
11. Seluruh teman teman Mahasiswa Pendidikan Masyarakat khususnya

sahabat saya, Fauzan, Karlos, Adit, Lia comel, dan Ela, serta angkatan 2018

yang telah mendukung selama proses perkuliahan serta memberikan

pengalaman yang sangat berharga bagi penulis.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati

penulis mengharapkan masukan dan sarang yang membangun demi

kesempurnaan dan perbaikinya sebagai akhirnya proposal ini dapat

memberikan manfaat bagi bidang pendidikan

Samarinda, 14 Juli 2022

Penulis,

Moh. Ghufron

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

ABSTRAK .......................................................................................... ii

RIWAT HIDUP .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 9

A. Pelatihan ....................................................................................... 9
1. Pengertian pelatihan ................................................................ 9
2. Tujuan dan manfaat pelatihan ................................................. 10
3. Tahap-tahap pelatihan ............................................................. 11
4. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan ................ 15
B. Keahlian kayu .............................................................................. 16
1. Pengertian Keahlian Kayu ....................................................... 16
2. Manfaat Keahlian Kayu .......................................................... 17
C. Karang Taruna ............................................................................. 17
D. Corporate Sosial Responsibility (CSR) ....................................... 18
E. Penelitian Relevan ....................................................................... 19

ix
BAB III MEDOTE PENELITIAN .............................................................. 22

A. Definisi Konsepsional ........................................................................ 22


B. Jenis Penelitian .................................................................................. 23
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 24
D. Data dan Sumber Data ..................................................................... 25
1. Sumber Data Primer ...................................................................... 25
2. Sumber data skunder ..................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 26
1. Teknik Observasi .......................................................................... 26
2. Teknik Wawancara ........................................................................ 27
3. Teknik Dokumentasi ..................................................................... 29
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 29
1. Pengumpulan Data ........................................................................ 30
2. Proses Reduksi Data ...................................................................... 30
3. Proses Penyajian Data ................................................................... 31
4. Penarikan Kesimpulan Data .......................................................... 31
G. Keabsahan Data ................................................................................. 32
BAB IV ............................................................................................................ 35
A. Gambaran Umum Karang Taruna Keahlia Kayu .......................... 35
1. Letak geografis dan sejarah singkat Karang Taruna ...................... 35
2. Identitas ......................................................................................... 36
3. Struktur........................................................................................... 36
4. Visi dan Misi .................................................................................. 38
5. Sarana dan Prasarana Karang Taruna Keahlian Kayu ................... 39
6. Fasilitas ......................................................................................... 39
7. Data Instruktur Karang Taruna ..................................................... 40
8. Data Peserta Karang Taruna .......................................................... 40
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 40
1. Pelaksanaan Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna
Oleh CSR Fuel Terminal Samarinda ............................................ 40
a. Analisi Kebutuhan.............................................................. 41

x
b. Perencananaan dan Penyiapan Instruktur........................... 45
c. Implementasi Pelatihan ..................................................... 57
d. Evaluasi Pelatihan ............................................................. 64
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan
Keterampilan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR
Pertamina Fuel Terminal Samarinda .............................................. 71
C. Pembahasan ....................................................................................... 81
1. Pelaksanaan Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna
Oleh CSR Fuel Terminal Samarinda ............................................. 81
a. Analisis Kebutuhan ........................................................... 81
b. Perencanaan dan Penyiapan Instruktur .............................. 83
c. Implementasi Pelatihan ...................................................... 87
d. Evaluasi .............................................................................. 89
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan
Keterampilan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR
Pertamina Fuel Terminal Samarinda .............................................. 93
BAB IV KESIMPILAN DAN SARAN ......................................................... 99
A. Kesimpulan ......................................................................................... 99
B. Saran ..................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101

LAMPIRAN .................................................................................................... 109

xi
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

3.1 Komponen Dalam Aanlisis Data .............................................................. 33

3.2 Bagan Alur Tahapan Penelitian ................................................................ 4.1

4.1 Struktur Pengurus Organisasi Karang Taruna Kelurahan

Teluk Lerong Ulu ...................................................................................... 37

4.2 Dokumentasi Waktu Analisis Kebutuhan Pelatihan ................................. 44

4.3 Dokumentasi Penyiapan Konsep Pelatihan .............................................. 48

4.4 Dokumentasi Menentukan Tutor Dan Sarana Prasarana .......................... 52

4.5 Dokumentasi Dalam Menentukan Jadwal Pelatihan ................................. 56

4.6 Dokumentasi Penyampaian Materi ........................................................... 59

4.7 Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan......................................................... 63

4.8 Dokumentasi Waktu Evaluasi Pelatihan ................................................... 68

4.9 Dokumentasi Tahap Metode Evaluasi ...................................................... 71

4.10 Dokumentasi Instruktur Memberi Contoh Kepada Peserta Pelatihan ..... 74

4.11 Dokumentasi Bersama Peserta Pelatihan ................................................ 77

4.12 Dokumentasi Sarana Dan Prasarana Tempat Pelatihan .......................... 80

xii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Yang Relevan ............................... 22

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Wawancara ............................................................................... 107

2. Pedoman Observasi ................................................................................... 108

3. Pedoman Wawancara ............................................................................... 109

4. Catatan Lapangan Hasil Observasi (CTLHO) .......................................... 121

5. Surat Pengantar Penelitian ....................................................................... 150

6. Sarana dan Prasarana Karang Taruna ....................................................... 154

7. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 155

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan yang terjadi pada bangsa ini terkait dengan

pemenuhan sumber daya menusia yang turut serta dalam pembangunan bagi

bangsa ini. Salah satu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut adalah

masih banyaknya angka pengangguran atau yang masih belum

mendapatkan perkerjaan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang belum

memiliki pekerjaan ialah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal

sendiri yaitu, faktor yang berasal dari sulitnya mendapatkan lapangan

perkerjaan dan faktor internal yaitu yang berasal dari banyaknya masyarakat

yang berusia produktif tidak memiliki keterampilan atau life skill.

Berdasarkan kedua faktor tersebut pada kenyataan nya saling berkaitan dan

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu penyebab

masih benyaknya masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan yang

layak tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja melainkan ada beberapa

faktor yang mempengaruhi.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk mengatasi permasalahan

pengangguran dengan menggunakan keterampilann atau life skill, Maka

dari itu keterampilan dalam keahlian kayu dapat mengatasi hal tersebut.

Wahyuni dan Dinaloni (2021 : 5) mengungkapkan banyaknya pengerajin

kayu yang ada diIndonesia berpotesi mengurangi angka pengangguran

1
2

melalui kerajinan dalam mengolah kayu, sehingga menjadi produk kerjinan

tangan bernilai ekonomis.

Adanya keterampilan atau keahlian dalam mengelola kayu,

masyarakat di sekitar khususnya remaja usia produktif dapat mengurangi

angka pengangguran. Hal serupa diungkapkan oleh Richard dan Anggoro

(2020 : 7) bidang kerajinan atau keahlian kayu memiliki potensi besar dalam

upaya pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan kayu serta berpeluang

yang tinggi dari nilai produk yang dihasilkan. Sehingga masyarakat yang

belum memiliki perkerjaan memliki wadah untuk mengembangkan

kreatifitas, sehingga tercipta hubungan yang saling menguatkan dan

bertumbuh berkembang dalam pengembangan bisnis yang kreatif sehingga

dapat bernilai jual yang tinggi.

Adapun pendapat yang selaras mengenai hal tersebut menurut

Windari DKK (2017 : 1) produk kerajinan yang dihasilkan oleh pengerajin

kayu memiliki kualitas dan hasil yang bagus sehingga pengerajin

menciptakan produk local pengerajinan tangan berbahan kayu. Dapat

diartikan bahwa keterampilan atau kerajinan kayu memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi nilai jual yang tinggi. Dengan demikian hal tersebut

sesuai denagan tujuan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi dari

Sustainable Development Goals (SDGs) berdasarkan Ringkasan Indikator

Mendata BAPENAS 2017 sampai 2030 yaitu, meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan berkesempatan pekerjaan

yang produktif serta menyeluruh dan pekerjaan yang layak untuk semua.
3

Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dapat melalui

proses pendidikan. Pendidikan merupakan kawajiban bagi semua warga

Negara Indonesia dalam membentuk usaha sadar manusia untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara. Hal serupa di ungkapkan oleh Kholis (2013 : 1) Pendidikan

merupakan sebuah proses yang sangat diperlukan dalam mendapatkan

sebuah keseimbangan dan kesempurnaan untuk perkembangan sebuah

individu atau sebuah kelompok. Hal ini juga merupakan sebuah aktivitas

yang bertujuan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki manusia

untuk di kembangkan menjadi sebuah kreatifitas, serta mandiri, dan menjadi

warga negara yang bertanggung jawab.

Pendidikan pada hakikatnya ialah serangkian kegiatan yang di

usahakan secara sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan baik dilaksanakan di dalam sekolah maupun di luar

sekolah, dan semua warga berhak medapatkan pendidikan. Berdasarkan

undang undang dalam sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab

VI Pasal 13 Ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang terbagi menjadi

tiga yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal, Pendidikan

Nonformal. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang di arahkan

sebagai pengganti, penambah dan pelengkap dalam pendidikan formal.


4

Program yang termasuk dalam pendidikan nonformal adalah program

pelatihan. Program pelatihan memiliki tujuan untuk meningkatkan

kemampuan bagi masyarakat sehingga masyarakat mampu memiliki

pengetahuan dan keterampilan.

Pendidikan Non Formal meliputi beberapa program salah satunya

yaitu adalah pelatihan bagi masayarakat yang belum memiliki

pekerjaan/pengangguran. Abbas, dkk (2019 : 1) mengungkapkan pelatihan

yang baik adalah palatihan yang pengelolahannya yang dimulai dari

perencanaan atau proses pelaksanaan sampai di lakukan secara baik,

sehingga masyarakat mampu mengembangkan pelatihan tersebut. Hal

serupa di ungkapkan oleh Asri dan Komar (2016 : 12) bahwa palatihan

merupakan usaha untuk membuka sumber daya manusia yang lebih

menekankan pada aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik, sehingga

dengan adanya pelatihan, masyarakat mampu meningkatkan keterampilan

den kemampuannya sesuai dengan bidangnya, serta mempu

mengembangkan kreativitasnya.

Pelatihan atau keterampilan salalu dikaitkan dengan peningkatan

ekonomi atau kesejahteraan ekonomi masyarakat khususnya bagi orang

yang belum memilki pekerjaan. Berkaitan dengan hal tersebut maka

pelatihan atau keterampilan dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas

bagi masyarakat yang belum memilki perkerjaaan untuk dapat mandiri

dengan peningkatan pengembangan wirausaha. Studi lapang yang telah

dilaksanaan oleh peneliti diketahui bahwa terdapat proses pelatihan


5

keahlian kayu bagi karang taruna oleh CSR Pertamina Fuel Samarinda.

Program ini merupakan upaya meningkatkan kapasitas untuk masyarakat

yang belum memilki pekerjaan dan kemampuan dalam berwirausaha.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih mendalam tentang

keterampilan atau pelatihan tentang, “Proses Pelatihan Keahlian Kayu

Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal Samarinda”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan analisis kebutuhan pelatihan didalam proses

pelatihan keahlian kayu bagi karang taruna oleh CSR Pertamina

Terminal Fuel Samarinda

2. Bagaimana tahapan perencanaan dan penyiapan instruktur didalam

proses pelatihan keahlian kayu bagi karang taruna oleh CSR

Pertamina Terminal Fuel Samarinda

3. Bagaimana tahapan implementasi didalam proses pelatihan keahlian

kayu bagi karang taruna oleh CSR Pertamina Terminal Fuel

Samarinda

4. Bagaimana tahapan evaluasi didalam proses pelatihan keahlian kayu

bagi karang taruna oleh CSR Pertamina Terminal Fuel Samarinda

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Proses

Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina

Fuel Kota Samarinda ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis mengambil tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis tahapan kebutuhan pada Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Terminal

Fuel Samarinda
7

2. Untuk menganalisis tahapan perencanaan dan penyiapan instruktur

pada Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh

CSR Pertamina Terminal Fuel Samarinda

3. Untuk menganalisis tahapan implementasi pada Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Terminal

Fuel Samarinda

4. Untuk menganalisis tahapan evaluasi pada Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Terminal

Fuel Samarinda

5. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR

Pertamina Terminal Fuel Samarinda

D. Manfaat Peneltian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini ada dua yaitu,

manfaat toritis dan manfaat praktis, manfaat tersebut yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis adalah penelitian ini

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan objek penelitian untuk menambah

wawasan pengentahuan dan pengembangan keterampilan

atau pelatihan bagi karang taruna oleh CSR Pertamina Fuel

Kota Samarinda, serta menambah wawasan dan pengetahuan

masyarakat tentang keahlian kayu.


8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Karang Taruna

Hasil peneltian ini berguna untuk menambah

pengetahuan wawasan dan keterampilan khususya di

bidang pelatihan keahlian kayu untuk modal

keterampilan berwirausaha maupun meningkatkan

taraf hidup yang lebih baik.

b. Bagi CSR Pertamina Fuel Kota Samarinda

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi serta masukan untuk mengembangan

program pelatihan keahlian kayu agar dapat

maksimal.

c. Bagi Prodi Pendidikan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan

sebagai acuan dan masukan untuk melakukan

penelitian yang sejenis bagi mahasiswa pendidikan

masyarakat.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu bagian dari pendidikan dimana

mengandung proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan

keterampilan, dilakukan dengan waktu yang singkat serta menggunakan

metode praktek dibandingkan dengan teori, hal serupa diungkapkan

oleh Sugandhi (2016) bahwa pelatihan adalah bagian dari pendidikan

yang merupakan sarana pembinaan dan pengembangan karir serta salah

satunya upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

Pelatihan memilki makna sebagai suatu langkah kegiatan yang

dilalui oleh individu atau kelompok, hal serupa diungkapkan oleh

Murtie (2012) bahwa pelatihan adalah proses kegiatan yang dilalui oleh

individu atau kelompok yang bertujuan untuk mengubah sikap,

pengetahuan, keterampilan dan prilaku dalam rangka menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Hal serupa diungkapkan oleh Desiana

(2019) pelatihan adalah proses membamtu peserta pelatihan untuk

memperoleh keterampilan agar dapat mencapai efektivitas dalam

melaksanakan tugas tertentu melalui pengembangan proses berfikir,

sikap serta pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.

9
10

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pelatihan adalah suatu proses yang dilalui oleh peserta pelatihan serta

membantu peserta pelatihan untuk memperoleh perubahan pada sikap,

pengetahuan, kecakapan, kemampuan dan keterampilan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya sesuai dengan kebutuhan.

2. Tujuan dan Manfaat pelatihan

Adapun tujuan pelatiha yang dikemukakan oleh Sudjana

(2007:105), yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagai tolak ukur penilaian dalam arti bahwa pelatihan

dinilai berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dapat

tercapai sebagaimana yang telah diharapkan. Dengan cara

lain ketercapaian pelatihan menjadi indikator keberhasilan

pelatihan yang telah dirancang sebelumnya.

b. Sebagai pemberi arah bagi semua unsur/ komponen

pelatihan, khususnya pelatih dan peserta pelatihan. Dengan

kata lain pelatih dapat merancang kegiatan yang akan

dilakukan untuk membelajarkan peserta dalam mencapai

tujuan pelatihan.

c. Sebagai pemberi acuan tentang standar/kriteria untuk

merancang kurikulum pelatihan seperti materi dan teknik

serta media pelatihan dan alat evaluasi keluaran pelatihan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kamil (2010: 11)

menyatakan bahwa tujuan umum pelatihan adalah:


11

a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat

diselenggarakan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan

dapat diselesaikan secara rasional.

c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan

kemauan untuk bekerjasama.

3. Tahap-Tahap Pelatihan

Untuk melakukan sebuah pelatihan, maka perlu adanya sebuah

perencanaan yang disusun jauh hari sebelum dilaksanakannya pelatihan

agar kegiatan pelatihan tersebut menjadi lebih efektif ketika

dilaksanakan. Adapun tahap-tahap melakukan kegiatan pelatihan

menurut Yani (2012) tahap-tahap pelatihan adalah sebagi berikut:

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan

Tahap ini adalah tahap pertama dimana organisasi

memerlukan fase penilaian yang ditandai dengan satu kegiatan

utama yaitu analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan

pelatihan adalah sebuah analisis kebutuhan workplace yang secara

spesifik dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan apa yang harus

menjadi prioritas. Analisis kebutuhan pelatihan Ini juga dapat

dipahami sebagai sebuah investigasi sistematis dan komprehensif

tentang berbagai masalah dan tujuan.


12

b. Perencanaan dan Pembuatan Pelatihan

Perencanaan pelatihan adalah esensi dari pelatihan karena

pada tahap ini bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa pelatihan

akan dilaksanakan. Pelatihan yang dilakukan dapat dilaksanakan

melalui identifikasi dari sasaran, metode, dan materi pelatihan itu

sendiri.

c. Implementasi Pelatihan

Pada tahap ini untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan

yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan.

Keberhasilan implementasi program pelatihan sumber daya manusia

tergantung pada pemilihan program untuk memperoleh the right

people under the right conditions.

d. Evaluasi Pelatihan

Untuk memastikan keberhasilan pelatihan, maka dapat

dilakukan melalui evaluasi. Secara sistematik manajemen pelatihan

meliputi tahap perencanaan yaitu training need analysis, tahap

implementasi dan tahap evaluasi

Sedangkan menurut Hutajulu dan Supriyanto (2013 : 2) ada

3 tahapan pelatihan antara lain :

a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan, tujuannya adalah untuk

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna

mengetahui dan menentukan apakah perlu tidaknya pelatihan dalam

organisasi tersebut.
13

b. Perencanaan Program Pelatihan, jika pelatihan merupakan solusi

terbaik, maka para manajer atau supervisor harus memutuskan

program yang tepat yang harus dijalankan.

c. Evaluasi Program Pelatihan, tujuannya adalah untuk menguji

apakah pelatihan tersebut efektif dalam mencapai sasaran yang telah

ditetapkan.

Pelatihan dapat dilaksanakan dalam beberapa tahapan terdiri

dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan

evaluasi tujuannya untuk menjadikan kegiatan pelatihan lebih

maksimal ketika dilaksanakan hal serupa diungkapkan oleh Icmi

(2015) bahwa tahapan pelatihan terdiri dari beberapa tahapan antara

lain:

a. Tahapan Perencanaan meliputi rekrutmen peserta, identifikasi

kebutuhan belajar, menentukan tujuan pelatihan, menyusun alat

evaluasi, menyusun tahapan pelaksanaan pelatihan, pelatihan untuk

pelatih, dan selanjutnya melaksanakan evaluasi (pre test) bagi

peserta.

b. Tahapan pelaksanaan atau tahap inti yaitu melaksanakan proses

pembelajaran antara sumber belajar dengan warga belajar

c. Tahapan terakhir yaitu tahap evaluasi, evaluasi dilaksanakan untuk

peserta dan evaluasi untuk program pelatihan. Evaluasi bertujuan

untuk mengetahui pengambilan langkah atau tindakan selanjutnya

yang harus dilakukan oleh penyelenggara berdasar hasil evaluasi.


14

Pelatihan yang baik adalah pelatihan aktif yang ditandai dengan

aktivitas, variasi, dan partisipasi dari para peserta.

Program pelatihan merupakan salah satu porses yang

dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan mulai dari perencanaan

hingga penilaian hasil sesuai dengan yang telah direncanakan

sehingga peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan, sikap, serta

keterampilan yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, maka

pelatihan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara lebih

terstruktur artinya ada proses atau tahapan yang dapat dilaksanakan

secara matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal yaitu

perbaikan pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu fokus

penelitian ini adalah proses pelatihan keahlian kayu terkait dengan

tahapan-tahapannya meliputi analisis kebutuhan pelatihan,

perencanaan pelatihan keahlian kayu, implementasi program

pelatihan keahlian kayu dan evaluasi pelatihan program pelatihan

keahlian kayu serta pengembangan program pelatihan pasca

program.
15

4. Faktor Yang Mempenagruhi Keberhasilan Pelatihan

Berdasarkan penjelas menurut Rivai (2010: 225-226), dalam

melakukan pelatihan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan pelatihan yaitu instruktur, peserta, materi (bahan). Metode,

tujuan pelatihan, dan lingkungan yang menunjang. Faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam menyokong kegiatan pelatihan yaitu

antara lain:

a. Efektivitas biaya

b. Materi program yang dibutuhkan

c. Prinsip-prinsip pembelajaran

d. Ketepatan dan kesesuian fasilitas

e. Kemampuan dan preferensi peserta palatihan

f. Kemampuan dan prefensi instruktur pelatihan

Herlianda (2017: 1) mengemukakan proses atau faktor

keberhasilan pelatihan ialah sebuah tindakan-tindakan,

perencanaan, peorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang

dilakukan untuk menuntun serta mencapai sasaran-saran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber

lainnya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor keahlian kayu dengan adanya, instruktur, peserta,

materi (bahan). Metode, tujuan pelatihan, dan lingkungan yang

menunjang, serta tindakan-tindakan, perencanaan, peorganisasian,

penggiatan dan pengawasan.


16

B. Keahlian Kayu

1. Pengertian Keahlian Kayu

Keahlian kayu merupakan keterampilan atau kemampuan dalam

berwirausaha dibidang industri kreatif yang berdasarkan kecerdasaan

yang melalui penguasaan teori dan praktek, sehingga mampu

merancang produk aman, nyaman dan memiliki nilai jual. Firmansyah

(2016: 1) mengemukakan kerajinan atau keahlian kayu merupakan

beberapa potensi local yang dimilki Indonesia yang biasa dikembangkan

dalam desain furniture dan kerajinan sehingga dapat menerapkan unsur-

insur motif, warna, tesktur, yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal.

Hal serupa diungkapkan oleh Bangun dan Silaban (2017: 6)

menyebutkan pengertian kerjainan kayu adalah suatu barang-barang

ukiran atau sebuah hiasan yang dapat dihasilakan oleh seseorang., yang

memerlukan keterampilan, ketekunan dan perasaan, sehingga seni yang

dihasilakan akan maksimal. Kadjim (2011: 10) mengemukakan kerjinan

kayu adalah suatu usasha yang dilakukan secara terus menerus dengan

penuh semangat ketekunan kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan

berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya.


17

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kerjinan

kayu merupakan potensi lokal yang dimilki indinoseia yang dapat

dikembangkan oleh seseorang, yang memerlukan keterampilan,

ketekunan dan persaaan, sehingga menjadi sebuah karya yang memiliki

nilai jual yang tinggi.

2. Manfaat Keahlian Kayu

Manfaat pada program keahlian kayu ini diharapkan mampu

memberikan kelebihan sendiri bagi masyarakat yang belum memilki

perkejaan baik dari pengetahuan dan manfaat yang dapat diperoleh yaitu

anatara lain sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai kerajinan kayu

yang bersifat kreatif.

b. Mengembangkan keterampilan yang telah dimiliki oleh

masyarakat dibidang pengelolahan kerjinan kayu.

c. Memberikan ide yang cocok dipromosikan untuk dijual.

C. Karang Taruna

Karang taruna marupakan sebuah organisaisi kepemudaan yang ada

hampir ada disetiap daerah khususnya kelurahan/desa, yang berfokus pada

penumbuh kembangan usaha kesejahteraan sosial, usaha ekonomi

produktif. Karang taruna berdasarkan Pasal 1 Angka 14 Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga

Kemasyarakataan (Permendagri 5/2007), adalah Lembaga Kemasyarakatan

yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan


18

berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh

dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan

atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha

kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh

Departemen Sosial.

D. Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR (Corporete Social Responsibility) adalah suatu

tindakan atau konsep yang di lakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan

perusahaaan tersebut) sebagai bentuk tangung jawab merka terhadap

sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Aini (2015)

Corporete Social Responsibility merupakan sebuah proses penting dalam

pengelolahan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders

baik secara intenal (pekerja, shareholders dan penanaman modal) maupun

eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggotaanggota masyarakat,

kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain), dimana tidak hanya

terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan

tidak bersifat statis dan pasif, akan tetapi merupakan hak dan kewajiban

yang dimiliki bersama antar stakeholder.

Hal tersebut selaras dengan pendapat sebelumnya, sejalan dengan

Lela Nurlela (2019) CSR bisa dikatakan komitmen yang berkesinambungan

dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi

bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari

karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada
19

umumnya. Dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan

(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Said (2015) Corporate

Social Responsibility (CSR), bisa diartikan sebagai upaya dari perusahan

untuk menaikan citranya dimata public dengan membuat program-program

amal baik bersifat eksternal maupun internal. Program eksternal dengan

menjalankan kemitraan (partnership) dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan (stakeholder) untuk menunjukan kepedulian perusahaan

terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan secara internal

mampu berproduksi dengan baik, mencapai profit yang maksimal dan

mensejahterahkan karyawannya. Hal tersebut selaras dengan pendapat.

E. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh, Firmansyah, dkk (2016: 4) tentang

(“Pelatihan Furnitur, Ukir Kayu & Finishing dalam Pemberdayaan

Potensi Pertukangan Kayu Kecamatan Rantau Pulung, Sangata &

Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur”). Penelitian ini bertujuan

untuk mengungkapkan proses pelatihan pertukangan kayu dengan

mengetahui :

Hasil Penelitian ialah sebagai berikut:

a. Tujuan tentang proses penciptaan produk furnitur dengan

memperhatikan prinsip dasar desain pada desain mebel sebagai

sebuah bentuk desain memiliki prinsip dasar yang jelas,

didasarkan pada konsep bentuk yang disesuaikan dengan fungsi


20

dan aktivitas pemakai, kesesuaian bahan yang dipilih, sistem

konstruksi yang benar serta pemakaian bahan finishing yang

tepat.

b. Pelatihan ini memberikan beberapa materi yang terkait dengan upaya

meningkatkan kompetensi kemampuan konsep dasar desain furnitur,

wawasan kewirausahaan, kemampuan dalam membaca gambar kerja,

menguasai kompetensi kerja furnitur, kerja ukir, & kerja finishing.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memahami

fanomena yang terdapat dilapangan. Data dikumpulkan melalui,

Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh, Aisyah, dkk (2018: 1) tentang

(“Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kayu Dan Perca Kain Untuk

Kerajinan Suvenir”). Penelitian ini bertujuan untuk memberdayakan

ekonomi melalui pelatihan pemanfaatan limbah komposit serbuk kayu

dan kain perda untuk kerajinan souvenir:

Hasil penelitian ialah sebagai barikut:

a. Tujuan dari pemanfaatan limbah kayu sebagai keterampilan atau

pembuatan kerajinan sovernir dan dijadikan sumber ekonomi

oleh masyarakat.

b. Pelatihan pemanfaatan limbah kayu merupakan salah satu solusi

yang ditawarkan agar bisa manjadi bisnis unit memberdayakan

masyarakat sekaligus meberikan keterampilan guna

kemandirian dalam membuat suatu usaha yang bernilai jual.


21

c. Diakhir kegiatan terbentuk keterampilan dan kemandirian

masyarakat untuk usaha, serta kreativitas beberapa hasil produk

souvenir, yang dihasilan serta teknik mengelola limbah kayu

untuk pembuatan souvenir.

Tabel 2.1 Persamaan Dan Perberdaan Penelitian Relevan

No Judul Persamaan Perbedaan


1 Pelatihan Furnitur, Ukir 1. Penelitian deskriptif, 1. Membahas perajin
Kayu & Finishing dalam pendekatan kualitatif. furnitur & ukir kayu
Pemberdayaan Potensi 2. Mengunakan teknik dalam bidang produk
Pertukangan Kayu observasi seperti furnitur/cinderamata.
Kecamatan Rantau Pulung, wawancara dan 2. Lokosi penelitian di
Sangata & Bengalon, Kutai dokumentasi Kutai Timur
Timur, Kalimantan Timur 3. Mengunakan tahapan
analisis kebutuhan,
perencanaan dan
penyiapan pelatihan,
impelementasi pelatihan
dan evaluasi pelatihan.
2 Pelatihan Pemanfaatan 1. Mengunakan teknik 1. Membahas pelatihan
Limbah Kayu Dan Perca observasi seperti pemanfaatan limbah
Kain Untuk Kerajinan wawancara dan kayu dan perca kain
Suvenir dokumentasi. untuk kerjinan survenir.
2. Penelitian deksriptif, 2. Lokasi penelitian dipanti
pendekatan kualitatif. asuhan, Putri Asyiyah
3. Mengunakan tahapan Riverside Ranting Jetak
analisis kebutuhan, Lor, Panti Asuhan Putri
perencanaan dan Sengkaling, dan Panti
penyiapan pelatihan, Asuhan Putra Ulir
impelementasi pelatihan Abshar, di Kabupaten
dan evaluasi pelatihan. Malang, Jawa Timur
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Konsepsional

1. Proses Pelatihan

Proses pelatihan adalah suatu proses yang dilalui oleh peserta

pelatihan serta membantu peserta pelatihan untuk memperoleh

perubahan pada sikap, pengetahuan, kecakapan, kemampuan dan

keterampilan untuk meningkatkan kualitas sumber daya sesuai dengan

kebutuhan.

2. Keahlian Kayu

Keahlian kayu merupakan keterampilan atau kemampuan dalam

berwirausaha dibidang industri kreatif yang berdasarkan kecerdasaan

yang melalui penguasaan teori dan praktek, sehingga mampu

merancang produk aman, nyaman dan memiliki nilai jual.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Keahlian Kayu

Faktor-faktor kelebihan keahlian kayu ialah dengan adanya,

instruktur, peserta, materi (bahan). Metode, tujuan pelatihan, dan

lingkungan yang menunjang, serta tindakan-tindakan, perencanaan,

peorganisasian, penggiatan dan pengawasan.

4. Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR (Corporete Social Responsibility) adalah suatu tindakan

atau konsep yang di lakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan

22
23

perusahaaan tersebut) sebagai bentuk tangung jawab merka terhadap

sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk menjawab

permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam

konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan seacara wajar dan

alami sesuai dengan obejektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta

jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif (Arifin, 2011:29).

Metode penelitian kualitatif disebut juga medote penelitian naturalistic

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah yang berkembang apa

adanya, dan tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

begitu mempengaruhi dinamika objek tesebut.

Meleong (2013: 6) mengemukakan bahwa peneltian kualitatif

merupakan penelitian yang bermaksud untuk mehami fanomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll. Secara holistik, menggunakan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan dan

dengan mamanfaatkan berbagai metode yang alamiah.

Hal serupa di ungkapkan oleh Sugiono (2019: 25) menyatakan

bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandasankan pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, yang


24

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai istrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakuka

secara triangulasi (gabungan obeservasi, wawancara, dokumentasi), data

yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data yang bersifat

indukatif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif dapat bersifat temuan

potensi dan masalah, keunikan obyek, makna suatu prostiwa, proses dan

intraksi sosial, kepastian kebenaran data, konstruksi fanomena, temuan

hipotensi.

Berdasrkan beberapa pengertian diatas, maka dapat diartikan bahwa

penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan metode alamiah

untuk mengungkapkan fanomena-fanomena yang ada. Tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang

bagaimana proses pelatihan kerajinan kayu bagi karang taruna oleh CSR

Fuel Kota Samarinda.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sejak disetujuinya proposal

peneltian dan dilaksanakan pada bulan Januari 2022 – Februari 2020.

Tempat atau lokasi pada penelitian ini dilaksanakan Wrokshop Keahlian

dan Keterampilan di Karang Taruna Kelurahan Teluk Lerong Ulu Jl.

Cendana Gang 10, Rt. 36.


25

D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data adalah hal yang akan disajikan pada penelitian

ini oleh peneliti. Penelitian ini mengunakan data yang di ambil secara

Purposive, sampling, purposive sampeling adalah teknik pengambilan

sempel data dengan pertimbangan tententu (Sugiono, 2013: 300).

Afifudin dan Saebani (200: 107) Sumber data terdiri atas:

1. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen.

2. Sumber Data Sekunder

Data skunder merupakan data yang diperoleh melalui

pengumpulan atau pengelohan data yang bersifat studi dokumentasi

berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,

refrensi-refrensi atau peraturan (literature laporan, tulisan dan lain-lain

yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian).

Untuk mendapatkan data dan informasi maka informasi dalam

penelitian ini ditententukan secara purposive atau sengaja dimana

informan telah ditetapkan sebelumnya. Komponen yang akan diamati

adalah meliputi 3 hal, yaitu: instruktur/pelatih, kepala lembaga dan warga

belajar, untuk lebih jelasnya mengenai prosedur dan teknik yang penulis

pakai, yaitu oberservasi, wawancara, dan dokumentasi.


26

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, karena itu peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data

agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam

proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen utama, karena

kehadiran peneliti senantiasa akan menilai keadaan dan mengambil

keputusan untuk menentukan tolak ukur keberhasilan.

Proses pengumpulan data meliputi 3 kegiatan yaitu proses

memasuki lokasi, ketika berada di lokasi penelitian dan tahap pengumpulan

data, agar mudah memperoleh data yang cukup dan sesuai dengan pokok

permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data yang mana diharapkan satu sama lainnya saling

melengkapi, teknik tersebut sebagai berikut:

1. Teknik observasi

Musfiqon (2012:120) menyatakan bahwa observasi adalah

kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena

dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam

kegiatan observasi peneliti bisa membawa check list, rating scale, atau

catatan berkala sebagai instrument observasi. Sehingga dalam kegiatan

observasi ada pencatatan melalui check list yang telah disusun peneliti.

Sugiono (2017 : 308) Dilihat dari segi pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu


27

participant observation (observasi berperan secara langsung) dan non

participant observation (tidak langsung), selanjutnya dari segi

instrument yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi

observasi secara terstruktur dan tidak terstruktur, dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik observasi partisipasif (participant

observation) yaitu mengadakan pengamatan langsung atau melibatkan

diri secara langsung untuk memperoleh data dan informasi yang

berhubungan dengan permasalahan dilokasi penelitian.

Observasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi lapang

dimana bertindak secara langsung kelapangan untuk melakukan

observasi dengan mengamati proses pelatihan kealian kayu bagi karang

taruna oleh CSR Fuel Kota Samarinda.

2. Teknik Wawancara

Musfiqon (2012:117) menyatakan bahwa pengumpulan data

menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk mencari data tentang

pemikiran, konsep atau pengalaman mendalam dari informan.

Penggunaan teknik wawancara dalam penelitian dimaksudkan agar

peneliti dapat mengkonstruksi pemikiran, kejadian, kegiatan, motivasi,

persepsi, kepedulian, pengalaman, serta opini mendalam tentang

masalah penelitian. Dengan demikian, peneliti dapat melakukan

reduksi dan analisis berdasarkan data yang didapatkan. Dalam proses

wawancara terjadi tanya jawab antara peneliti dan informan, baik secara

wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur.


28

Arifin (2011:170) menyatakan bahwa wawancara mendalam

adalah proses tanya jawab secara mendalam antara pewawancara

dengan informan guna memperoleh informasi yang lebih terperinci

sesuai dan tujuan penelitian. Dalam wawancara ini, pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara

mendalam sangat cocok untuk mengumpulkan data pribadi, pandangan-

pandangan dan pengalaman seseorang, terutama ketika topik-topik

tertentu yang sedang dieksplorasi.

Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara

merupakan data yang utama guna menjawab permasalahan penelitian.

Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai pelengkap

metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk suatu

penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji

kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.

Wawancara dilakukan secara mendalam agar data yang

dibutuhkan dapat diperoleh dengan menggali informasi secara langsung

pada subjek penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Tujuan dilaksanakannya

wawancara pada proses penelitian ini adalah untuk memperoleh data-

data dan informasi yang akurat dengan menganalisis proses pelatihan

program kealian kayu bagi karang taruna oleh CSR Fuel Kota

Samarinda.
29

3. Teknik Dokumentasi

Selain teknik observasi, cara lain yang dapat digunakan untuk

memperoleh data dari responden adalah dengan menggunakan teknik

dokumentasi. Sugiyono (2014: 329) menyatakan bahwa dokumentasi

merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan

informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

kemudian ditelaah. Dokumentasi yang digunakan berupa daftar hadir

peserta pelatihan, serta foto-foto kegiatan pelaksanaan pelatihan, modul

atau prosedural memasak, dokumentasi dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang telah ada untuk memberikan gambaran serta

deskripsi terperinci hasil penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Musfiqon (2012 : 153) menyatakan bahwa analisis data kualitatif

tidak menggunakan rumus statistik. Analisis menggunakan otak dan

kemampuan pikir peneliti, karena peneliti sebagai alat analisis (human as

instrument). Kemampuan peneliti untuk menghubungkan secara sistematis

antara data satu dengan data lainnya sangat menentukan proses analisis data

kualitatif.

Moleong (2012 : 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat


30

dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari serta apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Analisis meliputi kegiatan mengolah data, menelitinya, mengelompokkan,

mencari pola, menemukan, apa yang dipelajari lebih lanjut serta apa yang

dilaporkan.

Data yang didapat dari latar penelitian data mentah yang harus

diolah supaya didapat suatu data yang siap disajikan menjadi hasil dari suatu

penelitian, oleh karena itu, dilakukan pereduksian, pengolaborasian untuk

selanjutnya diadakan analisis sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu semua

data yang terkumpul disederhanakan dan ditransformasikan menjadi

kesimpulan-kesimpulan singkat dan bermakna.

Sugiyono (2011 : 246) Aktivitas dalam analisis data yaitu,

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Secara lebih jelas dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Mengumpulkan seluruh data yang didapat baik itu berupa

dokumen, hasil wawancara yang sudah diperbaiki dan sebagainya.

2. Proses Reduksi Data

Reduksi data merupakan tahap penelitian yang memusatkan

perhatian pada data lapangan yang terkumpul yaitu hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian maupun fokus penelitian. Data dilapangan

tersebut selanjutnya dipilih, dalam arti menentukan derajat revansi


31

dengan maksud tujuan penelitian. Selanjutnya, data yang terpilih

disederhanakan dengan mengklasifikasikan data atas tema-tema,

memadukan data yang tersebar, menelusuri tema untuk

merekomendasikan data tambahan, kemudian peneliti melakukan

abstraksi kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan. Tahap ini

peneliti memisahkan informasi dari informan satu dengan yang lain.

3. Proses penyajian data

Penyajian data adalah hasil reduksi kemudian disajikan dalam

laporan yang sistematis dan mudah dibaca atau dipahami serta

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Sajian data merupakan

sekumpulan informan yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui sajian data

peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang

harus dilakukan yang memungkinkan untuk menganalisis dan

mengambil tindakan lain berdasarkan pemahaman serta peneliti

membuat teks naratif mengenai informasi yang diberikan informan.

4. Penarikan kesimpulan data

Penarikan kesimpulan pada tahap ini peneliti melakukan

verifikasi selama penelitian berlangsung secara sederhana, makna yang

muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekuatannya dan

kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya pada setiap data yang

muncul dari data yang diperoleh dari informan. Peneliti mencari makna

dari data yang terkumpul kemudian menyusun pola hubungan tertentu ke


32

dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan

sesuai dengan masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan

dengan lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari

setiap permasalahan yang ada.

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data

Sumber: Sugiono 2011

G. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar kebenaran data hasil penelitian

yang lebih menekankan pada data atau informasi dari pada sikap dan jumlah

orang, pada dasarnya ujikeabsahan data dalam sebuah penelitrian, hanya

ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Ada perbedaan yang menadasar

mengenai validitas dan reabilitas adalah instrument penelitiannya.

Sedangkan dalam penelitioan kualitatif yang di uji adalah datanya. Dalam

penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatkan valid apabila tidak

ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan sesungguhnya terjadi

pada objek yang dietliti.


33

Adapun teknik yang digunakan oleh penulis untuk menguji

objektivitas dan keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Sugiono (2015: 327) triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai seumber, cara dan waktu. Pada

peneliti akan menggunakan triangulasi sumber.

Trianggulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, sumber

yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat 4 sumber Pembina, ketua,

intruktur, dan warga belajar. Data yang telah dianalisis oleh penelti sehingga

menghasilkan sauatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

dengan tugas sumber data tersebut.


34

Bagan alur tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini

Analisis
Kebutuhan Penyiapan konsep pelatihan keahlian
Pelatihan kayu

Perencanaan dan
Penyiapan Menentukan tutor dan sasaran dalam
pelatihan keterampilan keahlian kayu
Instruktur
Menentukan jadwal pelaksanaan
pelatihan program keahlian kayu
Tahapan Sebelum
Penelitian Materi pelaksanaan pelatihan program
keahlian kayu
Implementasi
Pelatihan
Metode pelaksanaan pelatihan program
keahlian kayu

Penyusunan kriteria evaluasi pelatihan


program keahlian kayu
Evaluasi Pelatihan
Metode yang akan digunakan untuk
evaluasi pelatihan program keahlian
kayu

Sumber : Data Milik Peneliti, 2022


Gambar 3.1 Bagan Alur Tahapan Penelitian
35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Karang Taruna Keahlian Kayu

1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Karang Taruna Keahlian

Kayu

Karang taruna Keahlian kayu salah satu program dari Kelurahan

Telok Lerong Ulu yang bekerja sama dengan CSR Pertamina Fuel

Terminal Samarinda yang bediri pada bulan Januari 2020 dengan izin

dari Kelurahan Telok Lerong Ulu dengan menepatkan sasaran untuk

dibentuknya pengurus Karang Taruna Keahlian Kayu yang berada dijala

Cendana GG, 10 Rt, 38, Kelurahan Telok Lerong Ulu, Kecamatan

Sungai Kunjang.

Pada mulanya Karang Taruna Keahlian Kayu didirikan sebagai

salah satu bentuk kepudulian masyarakat sekitar dikarenakan masih

banyaknya pemuda yang belum memiliki pekerjaan khusus nya di Rt

40, 38, 36, 32, 10, sangat padat denga penduduk sehingga masih kurang

lapangan kerjaan maka terbentuklah pengurus karang taruna dari warga

setempat untuk mewujudkan pemuda memilki keterampilan khususnya

dibidang keahlian kayu.


36

2. Identitas Karang Taruna Keahlian Kayu

Nama Program : Program Keahlian Kayu

Alamat : Jl. Cendana Gang 10, Rt 36, Kelurahan Teluk:

Lerong Ulu, Kec. Sungai Kunjang, Kota Samarinda

No. Telpon : 081347102860

Status :

Tahun Berdiri : 2020

Bangunan : Milik Karang Taruna Kelurahan Teluk Lerong Ulu

Nama Ketua Karang Taruna: Bapak Ardiansyah

3. Struktur Organisasi Karang Taruna Keahlian Kayu

Pengelolaan karang taruna keahlian kayu tentunya memiliki struktur

sebagai penggerak operasional sistem program antara lain seperti Proses

Pelatihan Keterampilan Keahlian kayu, berikut struktur Organisasi

Karang Taruna Kealian Kayu


37

STRUKTUR PENGURUS ORGANISASI KARANG


TARUNA KELURAHAN TELUK

PENASEHAT
- Serma
SEKERTARIS
- Aipda Bagus
PENANGGUN Kurniawan M. Abu Kasan
G JAWAB
- Drs. H. Nurdin
Lurah Teluk
BENDAHARA
Lerong Ulu PEMBINA
H. Rusmin Ali Ismail
Febrianti
Nuryadin, SE, S.I.Kom
M. SI HUMAS DAN
KEMITRAAN
KETUA Achmad
Ardiansyah Syamsudin
Syahrianur

USAHA KECIL
DAN
MENENGAH
- Suriyansyah, SE
- Efreadi
- Arbayah
Dokumen milik peneliti. 2022

Gambar 4.1 Struktur Pengurus Organisasi Karang Taruna Kelurahan


Teluk Lerong Ulu
38

4. Visi dan Misi Karang Taruna Keahlian Kayu

a. Visi

1. Mempererat tali persaudaraan antar pemuda untuk

meningkatkan partisipasi pemuda dalam kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat di masyarakat guna meningkatkan peran organisasi

kepemudaan.

2. Mewujudkan generasi muda yang berilmu pengetahuan, kreatif,

Mandiri, tangguh, beriman, berkualitas dan bertanggung jawab.

b. Misi

1. Terwujudnya pemuda-pemudi yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa penuh perhatian dan peka terhadap masalah

dengan daya tahan fisik dan mental yang kuat dan Teguh dalam

pendiriannya serta mampu berkreasi dan berkarya di lingkungan

masyarakat.

2. Membangun dan meningkatkan Ekonomi Produktif.

3. Kepedulian terhadap lingkungan sosial masyarakat.

4. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak yang

berkompeten dalam masalah Pemuda dan sosial

kemasyarakatan.

5. Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi

warga Desa Maracang pada umumnya dan khususnya generasi

muda yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya


39

sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah

sosial di lingkungannya.

6. Melestarikan kesenian daerah serta pembangunan minat untuk

berolahraga.

5. Sarana dan Prasarana Karang Taruna Kahlian Kayu

Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang sangat penting

dan merupakan fasilitas program pelatihan yang sangat menunjang bagi

berlangsung proses kegiatan demi tercapainya tujuan yaitu

mengedepankan keterampilan masyarakat. Karang Taruna Kahlian

Kayu dilengkapi fasilitas yang mendukung proses pelatihan pelatuhan

didalamnya, diantaranya: ruangan yang dilengkapi dengan alat-alat

untuk mengolah kayu menjadi bahan hias.

6. Fasilitas Karang Taruna Keahlian Kayu

Fasilitas penunjang sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan

pelatihan keahlian kayu, tentunya perlatan yang telah tersedia dan

memadai serta kondisi baik. Perlatan-perlatan tersebut disediakan oleh

CSR Fel Terminal Samarinda sehingga dalam pelaksanaan pelatihan

kerajinan kayu dapat menunjang dan digunakan dengan baik oleh

peserta sesuai kebutuhan. Peralatan-peralatan tersebut antaran lain dapat

berupa, grinda, gergaji, boor, dan lainnya.


40

7. Data Instruktur Karang Taruna Keahlian Kayu

Pelaksanaan pelatihan keahlian kayu yang diselenggarakan oleh

Kelurahan Telok Lerong Ulu menggunakan sumber daya manusia

instruktur terampil dalam memberikan arahan serta bimbingan. Penulis

mengunakan 1 subjek untuk penelitian dalam data instruktur pelatihan

keahlian kayu yang telah tesedia untuk melihat pelaksanaan pelatihan

dan kendala dalam proses pelatihan keahlian kayu.

8. Data Peserta Karang Taruna Keahlian Kayu

Kegiatan program pelatihan keahlian kayu diikuti oleh warga

Kelurahan Telok Lerong Ulu yang mayoritas anak-anak muda dan

masyrakat sekitar, sekitar 3 orang digunakan penulis sebagai subjek

penelitian dalam data peserta pelatihan keahlian kayu untuk melihat

pelaksanaan pelatihan dan kendala dalam proses pelaksanaan proses

pelatihan keahlian kayu yang berlangsung hingga sampai dengan

selesai.

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh

CSR Pertamina Fuel Terminal Kota Samarinda.

Pelatihan merupakan suatu proses yang dilalui oleh peserta pelatihan

serta membantu peserta pelatihan untuk memperoleh perubahan pada

sikap, pengetahuan, kecakapan, kemampuan dan keterampilan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan hasil penelitian di Karang taruna Keahlian Kayu, melalui


41

program keahlian kayu telah melakukan beberapa tahap pelaksanaan

antara lain sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan

Analisis kebutuhan pelatihan adalah sebuah analisis

kebutuhan workplace yang secara spesifik dimaksudkan untuk

menentukan kebutuhan apa yang harus menjadi prioritas. Melalui

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis

kebutuhan pelatihan dalam pelatihan keahlian kayu, bagaimana

menentukan analisis kebutuhan pelatihan, hal ini dijelaskan secara

langsung oleh ibu febri selaku pengelola Karang Taruna Keahlian

Kayu antara lain sebagai sebrikut :

“Kerajinan kayu dibuat berdasarkan survei kebutuhan


masyarakat dalam artian masyarkat yang paling tahu,
masyarkat butuhnya apa dan masyarakat bisanya apa,
berdasarkan hasil survei dan diskusi bersama dengan
berbagai pihak salah satunya kelurahan, dinas UMKM, dan
Pertamina, dengan masyarakat bilang masyarakat
melakukan kerajinan kayu apabila dibantu dan disport, dari
hasi pertemuan tersebut diputuskan secara mufakat dan
musyawarah didukung dengan melaksanakan pelatihan kayu
sesuai dengan kebisaan dan keinginan masyarakat
tadi”.(CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022, Hal)
Hasil peneltian membuktikan bahwa analisis kebutuhan

pelatihan berdasakan survei dengan kebutuhan masyarakat dan

dengan diskusi bersama atau musyawarah maka diputuskan secara

mufakat dengan melaksanakan pelatihan kayu sesuai dengan

kebiasaan dan keinginan masyarakat dengan malaksanakan

palatihan kayu yang diinginkan masyarakat. Senada dengan yang


42

disampaikan oleh Mas Aidi selaku Instruktur program pelatihan

keahlian kayu antara lain sebagai berikut :

“Kebetulan saya langsung diminta oleh pihak pertamina


untuk menentukan pelatihan kayu tersebut namun
sebelumnya melaksanakan pelatihan tersebut telah
dilakukan servei terlebih dahulu, khususnya didaerah
cendana juga banyak pengerajin kayu dan masih banyak
tukang kayu oleh kareana saya mengusulkan untuk
membuat worshop keahlian kayu atau karajinan kayu serta
membeli perlatan untuk mendukung dan bekerja sama
dengan karang taruna serta peserta nya dari karang taruna
dan masyarakat sekitar.”(CTLHW mas Aidi, 15 Februari
2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa anilisis kebutuhan

pelatihan berdasarkan survei yang ditemukan dilapangan, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat serta diskusi bersama atau

musyawarah maka diputuskan secara mufakat dengan melaksanakan

pelatihan kayu sesuai dengan kebiasaan dan keinginan masyarakat

dengan malaksanakan palatihan kayu yang diinginkan masyarakat.

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak Ardiansyah selaku

Ketua Karang Taruna Keahlian antara lain sebagai berikut :

“Sebelum melaksanakan pelatihan kemarin pihak kelurahan


juga melakukan observasi kepada masyarakat dengan
menanyakan hal apa yang cocok untuk dikembangan dengan
peminat yang banyak, oleh karena itu dengan menanyakan
kebeberapa Rt yang ada, diputuskan untuk membuat
Pelatihan Keahlian Kayu.” (CTLHW, bapak Ardiansyah, 28
Januari 2022)
Hasil penelitian membuktikan bahwa analisis kebutuhan

palatihan keahlian kayu melakukan observasi kepada masyarakat

dengan melaksanakan pelatihan kayu sesuai dengan kebiasaan dan


43

keinginan masyarakat dengan malaksanakan palatihan kayu yang

diinginkan masyarakat. Senada dengan yang disampaikan oleh

bapak Abdul Rohim selaku peserta pelatihan Keahlian Kayu antara

lain sebagai berikut :

“Kemarin dari pihak Kelurahan, Pertamina dan Dinas


UMKM mendatangi langsung kerumah untuk menayakan
pelatihan apa yang cocok untuk dikembangkan, setalah
ngobrol panjang maka ditentukan kalau mau mengadakan
pelatihan kayu.” (CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret
2022, Hal)
Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa analisis

kebutuhan pelatihan keahlian kayu melakukan observasi terlebih

dahulu kepada masyarakat, berdasarkan data yang diperoleh oleh

maka terbentuknya pelatihan keahlian kayu yang akan

dikembangkan.

Sementara hasil hasil studi yang peneliti dapatkan

dilapangan menunjukan bahwa pelatihan keahlian kayu terbentuk

berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada masyarakat

berikut dokumentasi pada saat survei dilapangan pada gambar 4.2

dibawah ini:
44

Sumber: dokumentasi miliki peneliti 2022

Gambar 4.2 Dokuemntasi waktu analisi kebutuhan pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas serta hasil

dokumentasi penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan

pelatihan program pelatihan keterampilan keahlian kayu bagi

Karang Taruna dilaksanakan dengan melakukan survei terlebih

dahulu kepada masyarakat apa yang masyarakat inginkan dengan

diskusi bersama atau musyawarah maka diputuskan secara mufakat

dengan melaksanakan pelatihan kayu sesuai dengan kebiasaan dan

keinginan masyarakat. Kegiatan pelatihan keterampilan keahlian

kayu yang diselenggarakan oleh pihak Kelurahan dengan ikuti oleh

peserta berdasarkan keinginan diri sendiri dan sesuai dengan

kemampuan yang telah dimilki baik pemula atau yang sudah

berpengalaman serta disediakan dengan peralatan-peralatan yang

lengkap.
45

b. Perencanaan dan Penyiapan Intruktur

Perencanaan pelatihan adalah esensi dari pelatihan karena pada

tahap ini bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa pelatihan akan

dilaksanakan. Pelatihan yang dilakukan dapat dilaksanakan melalui

identifikasi dari sasaran, metode, dan materi pelatihan itu sendiri.

1. Penyiapan Konsep Pelatihan Keahlian Kayu

Melalui wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti mengenai perencanaan pelatihan keahlian kayu,

sebelum perencanaan pelatihan, metode, sasaran yang

digunakan dalam pelatihan. Hal ini dijelaskan secara

langsung oleh ibu Febri selaku pengelola Pelatihan

Keahlian Kayu antara lain sebagai berikut :

“warga atau masyarakat kelompok yang dibentuk itu


orang-orang dari anggota dari karang taruna mereka
memliki keinginan dan kemauan untuk membuat
atau mengelola kerajinan kayu karena di kelurahan
teluk lerong masih belum ada jadi mereka, tapi
masyarakat belum punya keahliannya, dalam arti
keahlian masyarakat ya masih standart, oleh karena
itu dilakukanlah keterempilan keahlian kayu ”.
(CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022, Hal)
Hasil penelitian membuktikan bahawa perencanaan

dan pembuatan pelatihan pada progam keterampilan

keahlian kayu. Dari ibu Febri selaku pengelola, keinginan

atau kemauan dari karang tarunan untuk masyarakat yang

belum memiliki keterampilan didalam bidang keterampilan

keahlian kayu. Dalam artian masyarakat yang masih


46

memiliki kemampuan standart didalam bidang mengelola

kayu. Senada dengan yang disampaikan oleh Mas Aidi

selaku Instruktur pelatihan keterampilan kayu antara lain

sebagai berikut :

“untuk menyiapkan konsep sendiri saya selaku


instruktur melakukan sendirian dikarenakan diminta
oleh pihak pertamina, dari awal untuk menyiapkan
konsep, dari kerajinan kayu atau meubel, serta cara
penjualannya dari bawah keatas”. (CTLHW Mas
Aidi, 15 Februari 2022, Hal)
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa perencanaan dan

pembuatan pada program keterampilan keahlian kayu

sendiri, dari Mas Aidi selaku instruktur melakukannya

sendiri, dari penyiapan konsep dari awal pelatihan hingga

selesai bahkan sampai ketahap penjualan. Senada dengan

yang disampaikan oleh Pak Adiansyah selaku ketua Karang

Taruna antara lain sebagai berikut :

“penyiapan konsep sepenuhnya dari kami sendiri dan


pihak kelurahan dikarenakan, peserta yang ikut
dalam pelatihan dari pemuda karang taruna”.
(CTLHW, bapak Ardiansyah, 28 Januari 2022)
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa perencanaan dan

pembuatan pada program keterampilan keahlian kayu

sendiri, dari Pak Ardiansyah selaku ketuan Karang Taruna

penyiapan konsep sendiri namun pihak Kelurahan ikut andil,

dikarenakan peserta yang ikut didalan pelatihan tersebut dari

pemuda Karang Taruna. Senada dengan yang disampaikan


47

oleh bapak Abdul Rohim selaku peserta Pelatihan antara lain

sebagai berikut:

“untuk menpenyiapan konsep sendiri saya kurang tau


soalnya, setau saya sudah disiapkan oleh pihak
kelurahan”. (CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret
2022, Hal)
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa

perencanaan dan pembuatan pada program keterampilan

keahlian kayu sendiri, dari bapak Abdul rohim selaku peserta

Pelatihan, penyiapan konsep sendiri yang beliau tau dari

pihak Kelurahan.

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang peneliti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program pelatihan

keterampilah keahlian kayu sudah sesuai dengan penyiapan

konsep pelatihan. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat

pada gambar 4.3:


48

Sumber: Dokuemtadi Milik peneliti 2022


Gambar 4.3 Dokuemtasi penyiapan konsep
pelatihan
Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas sertaa

hasil dokumentasi peneltian dapat disimpulkan bahwa

sebelum penyiapan konsep pelatihan keterampilah keahlian

kayu bagi Karang Taruna yang dilakukan oleh pengelola

adalah melakukan Kemauan dari masayarakat sekitar untuk

mengadakan pelatihan keterampilan dibidang keahlian kayu

dalam artian masyarakat yang masih belum memilki

kemampuan dalam bidang mengelola kayu, hingga sampai

tahap penjualan.

2. Menentukan Tutor dan Sasaran Dalam Pelatihan

Keterampilan Kahlian kayu

Menentukan tutor dan sasaran merupakan salah satu

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu yang


49

dilakukan oleh pihak Karang Taruna, hal ini dijelaskan

langsung oleh Fasilitator keterampilan keanlian kayu

antara lain sebagai berikut:

“untuk menentukan tutor sendiri saya memiliki


kenalan yang memang faham betul dengan
kerajinan kayu atau mengukir kayu maka dari itu
saya mengusulkan nama beliu untuk menjadi
instruktur dalam kerajinan kayu, dikarenakan beliau
salah satu yang mengelola kopi ria dalam segi
bagunan yang ada disamarinda dan sudah memilki
sertifikat merek dari KEMENKUM HAM, merekrut
anggota dari kelompok kepemudaan dari karang
taruna dan rekomendasi dari ketua langsung untuk
mengikuti program pelatihan kayu”. (CTLHW ibu
Febri, 11 Februari 2022, Hal).
Hasil peneltian membuktikan bahwa menentukan

tutor dan sasaran dalam pelatihan keterampilan keahlian

kayu langsung dipilih dari pihak Pertamina lansung

mengusulkan salah satu orang yang memang faham

dengan kerajianan kayu serta salah satu yang mengelolan

bangunan Café Kopi Ria yang ada di Samarinda dan

sudah memilki merk dari KEMENKUM HAM, dan

untuk peserta langsung dari karang taruna dan

rekomendasi dari ketua untuk mengikuti program

pelatihan keterampilan keahlian kayu. Senada dengan

yang disampaikan oleh Mas Aidi selaku Instruktur

Pelatihan Keterampilan Kayu Antara Lain :


50

“Dalam dalam hal ini saya langsung ditunjuk oleh


pihak pertamina untuk menjadi instruktur dalam
pelatihan keterampilan keahlian kayu dan Kak febri
sendiri sudah mengenal saya dan sudah tau bidang
saya dalam keterampilan atau kerajinana kayu
sendiri dan untuk perekrutan diserahkan kepada
karang taruna dan semua peserta dari karang
taruna”. (CTLHW Mas Aidi, 15 Februari 2022, Hal)
Hasil peneltian membuktikan bahwa menentukan

tutor dan sasaran dalam pelatihan keterampilan keahlian

kayu langsung ditunjuk oleh pihak Peretamina dalam

pelatihan keterampilan keahlian kayu dan pihak

Peretamina sudah mengenal instruktur didalam bidang

keterampilan kayu dan semua peserta semua dari Karang

Taruna. Senada dengan yang disampaikan oleh Ketua

Karang Taruna bapak Ardiansyah antara lain sebagai

berikut :

“menentukan instruktur sendiri saya kurang tau


dikarenakan yang menentukan langsung dari pihak
pertamina, kami dari pihak karang taruna tidak ikut
andil dalam melilih intruktur dan untuk instruktur
sendiri saya perhatikan memang beliau memiliki
kemampuan dalam mengolah kayu atau membuat
kerajinan kayu dan peserta sendiri dari pihak karang
taruna jadi tidak merekrut anggota baru, semuanya
dari pihak karang taruna”. (CTLHW, bapak
Ardiansyah, 28 Januari 2022)
Hasil peneltian membuktikan bahwa menentukan

tutor dan sasaran dalam pelatihan keterampilan keahlian

kayu pihak karang taruna didalam menentukan istruktur

tidak ikut andil dikarenakan yang menentukan langsung

pihak Pertamina dan intruktur sendiri memang memiliki


51

kemampuan dalam mengelola kayu atau kerajinan kayu

untuk peserta pelatihan semua dari Karang Taruna.

Senada dengan yang disampaikan oleh peserta pelatihan

Bapak Abdul Rohim antara lain sebagai berikut :

“kalau istruktur saya sempet tanyakan ke pak


ardiansyah selaku ketua karang taruna, katanya
beliau sendiri instruktur sudah ditentukan oleh
pihak pertamina serta setau saya memang beliau pak
aidi selaku instruktur faham memang masalah
bagaimana mengelola kayu untuk dijadikan
kerajinan dan untuk perekrutan peserta saya kurang
faham kalau masalah itu, soalnya setau saya peserta
pelatihan semua dari karang taruna”. (CTLW, bapak
Abdul Rohim, 16 Maret 2022, Hal).

Hasil peneltian membuktikan bahwa menentukan

tutor dan sasaran dalam pelatihan keterampilan keahlian

lansung dipilih dari pihak Pertamina dan didalam

perekrutan semua peserta dari Karang Taruna.

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang penelti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program

pelatihan keahlian kayu sudah sesuai dengan

Menentukan Tutor dan Sasaran Dalam Pelatihan

Keterampilan Kahlian kayu. Berikut dokumentasi yang

dapat dilihat gambar 4.4:


52

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti


Gambar 4.4 Dokumentasi menentukan tutor dan
sasaran pelatihan

Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara

narasumber diatas sertaa hasil dokumentasi peneltian

dapat disimpulkan bahwa sebelum menentukan tutor

dan sasaran dalam pelatihan keterampilan kahlian

kayu langsung dipilih dari pihak Pertamina lansung

mengusulkan salah satu orang yang memang faham

dengan kerajianan kayu serta salah satu yang

mengelolan bangunan Café Kopi Ria yang ada di

Samarinda dan sudah memilki merk dari

KEMENKUM HAM, dan untuk peserta langsung

dari karang taruna dan rekomendasi dari ketua untuk

mengikuti program pelatihan keterampilan keahlian

kayu.
53

3. Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program

Keahlian Kayu

Menenktukan jadwal pelaksanaan pelatihan

merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh

fasilitator dengan peserta pelatihan. Memlui wawancara

yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pelaksanaan

pelatihan, sebelum pelaksanaan apa yang dilakukan

salah satunya yaitu waktu dan tanggal pelatihan. Hal ini

dijelasakan secara lansung oleh ibu Feberi selaku

pengelola antra lain sebagai berikut:

“untuk pelaksanaannya pelatihan pada bulan awal


Januari 2020 atau masih ditengah pandemic Covid 19
dan sebenarnya jika sudah terpilih dan menentukan
siapa yang ikut pelatihan, dan seharusnya yang
mengikuti yang tidak memilki pekerjaan sehingga
mempunyai pekerjaan setelah dilatih dan diberikan
fasilitas tempat dan alat, namun ada beberapa
masyarakat yang masih bekerja, maka itu salah satu
kondisi yang kurang edial yang seharusnya pekerja
itu tidak direkrut menjadi anggota, dan sebenarnya
yang direkrut adalah yang belum kerja, atau remaja
serta jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak
Pertamina, Kelurahan dan Karang Taruna namun
peserta pelatihan antusias dalam mengikutin
Pelatihan.”. (CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022,
Hal).

Hasil peneltian membuktikan bahwa Menentukan

Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu,

pelatihan sendiri dilaksanakan pada awal Januari dan

dalam pelatihan seharusnya masayarakat yang belum


54

memliki pekerjaan dan setelah dapat pelatihan,

masyarakat dapat mengembangkan namun ada salah satu

yang kurang edial yaitu peserta yang mengikuti pelatihan

semua dari Pihak Karang Taruna dan untuk jadwal

pelatihan semua pihak Pertamina, Kelurahan dan Karang

Taruna yang menentukan. Senada dengan yang

disampakan oleh Mas Aidi selaku Instruktur pelatihan

keterampilan keahlian kayu, antara lain sebagai berukut:

“januari 2020, kalau untuk tanggal saya lupa soalnya


sudah lebih satu tahun yang lalu dan setiap hari dan
waktu nya hanya 3 jam dari 8 pagi sampai jam 11
pagi, dikarenakan jika melakukan seharian takut
peserta pelatihannya bosan, jadi trimetmennya hanya
3 jam. Dan dilaksanakan 10 hari untuk 10 peserta
hadir terus dan memilki semangat”. (CTLHW Mas
Aidi, 15 Februari 2022, Hal).

Hasil peneltian membuktikan bahwa Menentukan

Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu,

awal bulan januari intruktur memliki metode agar peserta

pelatihan tidak bosan dengan menggunakan setiap hari

dan waktu 3 jam dari jam 8 pagi samapai jam 11, dan

dilaksanakan 10 hari beturut-turut. Senda dengan yang

disampaikan oleh bapak Ardiansyah selaku ketua Karang

Taruna antara lain sebagai berikut:


55

“untuk pelaksanaan pelatihannya dibulan Januari


2020 dan sebelum diadakannya pelatihan kan dari
pihak karang taruna sendiri mendiskusikan dengan
peserta untuk meluangkan waktu kosong, dan
sebenarnya yang ikut juga kan anak-anak muda jadi
gampang untuk menyesuaika waktunya”. (CTLHW,
bapak Ardiansyah, 28 Januari 2022)

Hasil peneltian membuktikan bahwa Menentukan

Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu

pelatihan sendiri dilaksanakan pada awal Januari dan

sebelum diadakan pelatihan pihak Karang Taruna

bermusyawarah dengan peserta untuk meluangkan

waktu kosong untuk dapat mengikuti pelatihan. Senada

dengan yang disampaikan oleh bapak Abdul Rohim

selaku peserta pelatihan antara lain sebagai berikut:

“pelaksanaan pelatihannya sendiri kalau saya tidak


lupa di bulan Januari awal pandemi dan kalau saya
sendiri pekerjaannya gak pasti jadi untuk
menentukan jadwal waktu ikut pelatihan tinggal
menyesuaikan dari pihak karang taruna”. (CTLW,
bapak Abdul Rohim, 16 Maret 2022, Hal).
Hasil peneltian membuktikan bahwa Menentukan

Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu

dilaksanakan pada awal bulan Januari 2020 awal

pandemic covid-19 dan dalam masalah menentukan

jadwal pelatihan bapak abdul Rohim tinggal

menyesuaikan dari pihak Karang Taruna


56

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang penelti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program

pelatihan keahlian kayu sudah sesuai dengan bahwa

Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program

Keahlian Kayu. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat

gambar 4.5:

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti


Gambar 4.5 dokuemtasi dalam menentukan jadwal
pelatihan

Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara

narasumber diatas sertaa hasil dokumentasi peneltian

dapat disimpulkan bahwa sebelum menentukan

pelaksanaan pelatihan program kahlian kayu, pelatihan

sendiri dilaksanakan pada awal Januari dalam pelatihan

seharusnya masayarakat yang belum memliki pekerjaan

dan setelah dapat pelatihan, masyarakat dapat

mengembangkan namun ada salah satu yang kurang

edial yaitu peserta yang mengikuti pelatihan semua dari


57

Pihak Karang dengan menggunakan setiap hari dan

waktu 3 jam dari jam 8 pagi samapai jam 11, yang

dilaksanakan 10 hari beturut-turut.

c. Implementasi Pelatihan

Pada tahap ini untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan

yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan.

Keberhasilan implementasi program pelatihan sumber daya manusia

tergantung pada pemilihan program.

1. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu

Pelaksanaan pelatihan merupakan proses

pembelajaran dengan penyampaian materi yang

dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan.

Melalui wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai Materi Pelaksanaan Pelatihan Program

Keahlian Kayu. Hal ini dijelaskan secara langsung oleh

ibu Febri selaku pengelola Pelatihan Keahlian Kayu

antara lain sebagai berikut:

“untuk materi sediri semua diserahkan kepada mas


Aidi selaku Insturuktur pelatihan dan beliulah yang
mengatur materi waktu pelaksanaan pelatihan.”
(CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa Materi

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu dalam

menentukan materi semuanya diserahkan kepada

instruktur dari waktu pelaksanaan hingga yang lain, jadi


58

pihak Pertamina tidak ikut campur dalam menentukan

materi pelatihan. Senada dengan yang disampaikan oleh

Mas Aidi selaku Instruktur Pelatihan Keterampilan

Keahlian Kayu antara lain:

“jadi sebelum melaksanakan pelatihan melakukan


pendekatan ke masyarakat dikarenakan jika tidak
melakukan pendekatan terlebih dahulu warga atau
masyarakat akan bingung jika langsung
melaksanakan pelatihan”. (CTLHW mas Aidi, 15
Februari 2022, Hal)
Hasil penelitian membuktikan bahwa Materi

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu, sebelum

melaksanakan pelatihan mas Aidi selaku Instruktur

melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada

masyarakat, agar masyarakat tidak bingug jika sudah

dimulai pelaksanaan pelatihan. Senada dengan yang

disampaikan oleh Pak Ardiansyah selaku Ketua Karang

Taruna antara lain:

“untuk materi sendiri semua diserahkan semua


kepada instruktur”. (CTLHW, bapak Ardiansyah, 28
Januari 2022)
Hasil penelitian membuktikan bahwa Materi

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu didalam

menentukan materi pelatihan semua diserahkan kepada

Mas Aidi selaku intruktur pelatihan. Senada dengan yang

disampaikan oleh Bapak Abdul Rohim selaku peserta

pelatihan antara lain:


59

“satau saya masalah materi yang disampaikan oleh


instruktur memang tentang bagaimana mengelolah
kayu menjadi produk yang bisa dikembangkan”.
(CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret 2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa Materi

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu, dalam

penyampaian materi instruktur tentang bagaimana

mengelola kayu menjadi sebuah produk yang bisa

dikembangkan.

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang penelti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program

pelatihan keahlian kayu sudah sesuai dengan bahwa

materi pelaksanaan pelatihan program keahlian kayu.

Berikut dokumentasi yang dapat dilihat gambar 4.6:

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti


Gambar 4.6 Dokumentasi penyampaian meteri
pelatihan
60

Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara

narasumber diatas sertaa hasil dokumentasi peneltian

dapat disimpulkan bahwa sebelum materi pelaksanaan

pelatihan program kahlian kayu dan sebelum

melaksanakan pelatihan Instruktur melakukan

pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat, agar

masyarakat tidak bingug jika sudah dimulai pelaksanaan

pelatihan serta dalam menentukan materi semuanya

diserahkan kepada instruktur dari waktu pelaksanaan

hingga yang lain.

2. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu

Pelaksanaan pelatihan merupakan proses

pembelajaran dengan penyampaian materi yang

dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan

sebelum pelaksanaan menggunakan metode apa yang

digunakan dalam pelatihan ini. Hal ini dijelaskan secara

lansung oleh ibu Febri selaku pengelola antara lain

sebagai berikut:

“untuk metode sendiri saya melihat atau


mendampingi itu sangat santai saat menyampaikan
meteri, contohnya saat disuruh mencari inovasi
peserta pelatihan langsung faham apa yang akan
meraka buat dan intruktur langsung praktek agar
peserta pelatihan tidak bosan dan jika terlalu banyak
menerangkan pasti peserta pelatihan akan jenuh jika
tidak langsung praktekan”. (CTLHW ibu Febri, 11
Februari 2022, Hal)
61

Hasil penelitian membuktikan bahwa Metode

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu intruktur

dalam menyampaikan materi sangatlah santai, contohnya

peserta pelatihan disuruh untuk mencari inovasi apa yang

akan mereka buat dan instruktur lebih kepraktek suapaya

peserta pelatihan tidak jenuh atau bosan. Senada dengan

yang disampaikan oleh Mas Aidi selaku intruktur

pelatihan antara lain sebagai berikut:

“untuk metode sendiri mengalir sendiri, contohnya


saat mau bikin lemari kecil kita disain terlebih dahulu
dan membuat ukuran detailnya dan diajarin
mengunakan cara kerjanya serta media yang
ditentukan selama ini saya langsung memperaktekan
dengan menggunakan metode demokrasi”. (CTLHW
mas Aidi, 15 Februari 2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa Metode

Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu, untuk

metode sendiri mengalir salah satu contohnya peerta

pelatihan membuat lemari kecil dengan desain sendiri

serta membuat ukurannya dan belajar cara menggunakan

alat kerja serta untuk metode sendiri menggunakan

demokrasi atau praktek lansung. Senada dengan yang

disampaikan oleh Pak Ardiansyah selaku Ketua Karang

Taruna antara lain:


62

“dalam menentukan metode itu sendiri mas aidi satai


dan sering ngajak peserta pelatihan untuk mengobrol,
contohnya jika peserta pelatihan belum faham
dengan materi yang disampaikan mas aidi lansung
menanyakan jadi komunikasi lancar dengan
instruktur serta dalam menyampaikan materi mas
aidi sendiri lebih kepraktek langsung, jadi peserta
langsung disuruh untuk belajar sendiri”. (CTLHW,
bapak Ardiansyah, 28 Januari 2022)
Hasil penelitian membuktikan bahwa metode

pelaksanaan pelatihan program keahlian kayu intruktur

lebih melakukan pendekatan kepada peserta pelatihan

salah satu contohnya jika ada peserta pelatihan yang

belum faham dengan materi yang disampaikan Instruktur

lansung menanyakan kepada peserta pelatihan jadi

komunikasi lancar dengan instruktur dan lebih kepraktek

lansung. Senada dengan yang disampaikan oleh Bapak

Abdul Rohim selaku peserta pelatihan antara lain:

“dalam segi metode instruktur sangatlah nyaman jadi


sangat mudah dicerna oleh peserta pelatihan itu
sendiri serta dalam penyampaiakan instruktur lebih
banyak kepraktek, jadi kami selaku peserta pelatihan
merasa nyaman, dan kami pula disuruh berfikir untuk
mencari inovasi yang untuk mengelola kayu
tersebut”. (CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret
2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa metode

pelaksanaan pelatihan program keahlian kayu untuk segi

metode intruktur sangatlah nyaman jadi sangat mudah

dicerna dan lebih mengarah kepraktek jadi peserta

pelatihan disuruh untuk berfikir untuk mencari inovasi.


63

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang penelti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program

pelatihan keahlian kayu sudah sesuai dengan bahwa

metode pelaksanaan pelatihan program keahlian kayu.

Berikut dokumentasi yang dapat dilihat gambar 4.7:

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti


Gambar 4.7 pelaksanaan pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas

sertaa hasil dokumentasi peneltian dapat disimpulkan

bahwa sebelum materi pelaksanaan pelatihan program

kahlian kayu, intruktur dalam menyampaikan materi

sangatlah santai, contohnya peserta pelatihan disuruh

untuk mencari inovasi apa yang akan mereka buat

intruktur sangatlah nyaman jadi sangat mudah dicerna

dan lebih mengarah kepraktek sehingga peserta pelatihan

disuruh untuk berfikir untuk mencari inovasi.


64

d. Evaluasi Pelatihan
Untuk memastikan keberhasilan pelatihan, maka dapat dilakukan

melalui evaluasi. Secara sistematik manajemen pelatihan meliputi

tahap perencanaan yaitu training need analisis, tahap implementasi

dan tahap evaluasi Melalui wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti mengenai implementasi pelatihan keterempilan keahlian

kayu.

1. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program

Keahlian Kayu

Penyusunan kriteria evaluasi pelatihan merupakan

keberhasilan pelatihan maka dapat dinilai Hal ini

dijelaskan secara langsung oleh ibu Febri selaku

pengelola Pelatihan Keahlian Kayu antara lain sebagai

berikut :

“untuk melaksanakan evaluasi menggunakan from


mentoring untuk menanyakan masalah, kendala, dan
bahan yang dibutuhkan, dan setalah mendapatkan
kendala langsung mencari solusi untuk kedepannya
dan untuk jangka waktunya itu 1 bulan satu kali, dan
terlibat dari pihak Pertamina, Kelurahan, dan Ketua
Karang Taruna dan dari pertamina sendiri saya
sendiri yang mengevaluasi selama 10 hari pelatihan
dilaksanakan, tapi saya lihat seperti mas Aidi sendiri
melakukan evalusi dikarenakan untuk melihat
kedepan nya atau berkembangnya peserta pelatihan
tersebut”. (CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022,
Hal)
65

Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program

Keahlian Kayu yang dilakukan oleh pengelola

menggunakan dengan from mentoring untuk

menanyakan masalah, kendala, dan bahan yang

dibutuhkan, dan setelah mendapatkan kendala lansung

mencari solusi untuk bagaimana kedepannya dan dalam

evaluasi sendiri 1 bulan sekali, yang dilibatkan

Pertamina, Kelurahan dan Karang Taruna. Senada

dengan yang disampaikan oleh Mas Aidi selaku

Instruktur pelatihan keterampilan keahlian kayu antara

lain sebagai berikut:

“kalau untuk penyusunan kriteria sendiri saya


keamarin setalah selesai pelatihan saya langsung
mengevaluasi apa yang saja yang kurang, jadi bisa
langsung dibenahi kesalahan waktu proses pelatihan
kemarin, kalau setalah proses pelatihan kemarin
pihak Karang Taruna dan Pertamina semuanya
diserahkan kepada saya semua untuk mengevaluasi
selama proses berjalannya pelatihan”. (CTLHW mas
Aidi, 15 Februari 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program

Keahlian Kayu yang dilakukan oleh intruktur selesai

pelatihan lansung mengevaluasi apa saja yang kurang

didalam waktu berjalannya pelatihan dan secepatnya

lansung dibenahi. Senada dengan yang disampaikan oleh


66

Bapak Ardiansyah selaku ketua Karang Taruna pelatihan

keterampilan keahlian kayu antara lain sebagai berikut:

“dari saya sendiri untuk melakukan evaluasi dilihat


bagian apa yang kurang, kendala apa aja selama satu
bulan, dan jika sudah masuk kebulan depannya selalu
dibenahi apa saja yang kurang, saya sendiri selaku
ketua karang taruna dan dari saya sendiri melakukan
evaluasi satu bulan satu kali”. (CTLHW, bapak
Ardiansyah, 28 Januari 2022)
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program

Keahlian Kayu yang dilakukan oleh ketua Karang

Taruna dilihat apa yang kurang dan kendala apa saja

selama satu bulan dan untuk bulan kedapannya bisa

lansung dibenahi, untuk evaluasi dilakukan selama satu

bula satu kali. Senada dengan yang disampaikan oleh

Bapak Abdul Rohim selaku peserta pelatihan

keterampilan keahlian kayu antara lain sebagai berikut :

“saya sendirikan peserta di pelatihan Keahlian Kayu,


jadi untuk menentukan kriteria, saya pribadi setelah
pelatihan selesai saya langsung mencoba praktek
sendiri untuk membuat kerajinan kecil-kecilan
contohnya tempat buang rokok, setelah saya buat
langsung tak bagikan ke orang-orang terdekat, untuk
mengenalkan produk yang saya buat sendiri, dan
yang terlibat dalam evaluasi saya sendiri dikarenakan
yang saya bilang tadi setelah selesai pelatihan saya
langsung mencoba praktek”. (CTLW, bapak Abdul
Rohim, 16 Maret 2022, Hal)
67

Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program

Keahlian Kayu yang dilakukan oleh bapak Abdul Rohim

selaku peserta pelatihan setelah selesai pelatihan beliau

lansung mencoba praktek membuat asbak rokok dari

kayu, dan setelah selesai lansung dikasihakan ketetangga

terdekat, agar masyakat terdekat bisa mengenal produk

yang saya buat.

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang penelti

temukan dilapangan menunjukan bahwa program

pelatihan keahlian kayu sudah sesuai dengan tahapan

penyusunan kriteria evaluasi pelatihan program keahlian

kayu. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat gambar

4.8:

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti

Gambar 4.8 dokumentasi waktu pelaksanaan


evaluasi
68

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas

sertaa hasil dokumentasi peneltian dapat disimpulkan

bahwa sebelum tahapan penyusunan kriteria evaluasi

pelatihan program keahlian kayu pengelola

menggunakan dengan from mentoring untuk

menanyakan masalah, kendala, dan bahan yang

dibutuhkan, dan setelah mendapatkan kendala lansung

mencari solusi untuk bagaimana kedepannya dan dalam

evaluasi sendiri 1 bulan sekali, yang dilibatkan

Pertamina, Kelurahan dan Karang Taruna.

2. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan

Program Keahlian Kayu

Metode yang digunakan dalam keberhasilan evaluasi

pelatihan dengan diliputi dengan penyusunan kreteria

evaluasi. Hal ini dijelaskan secara langsung oleh ibu

Febri selaku pengelola Pelatihan Keahlian Kayu antara

lain sebagai berikut :

“serta dalam proses pelatihan sudah maksimal,


cuman untuk pelaksanaannya masih kurang
maksimal, dan kendalanya persoalan internal
kelompok”. (CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022,
Hal)
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Metode yang akan digunakan untuk evaluasi pelatihan

program keahlian kayu untuk proses pelatihannya sudah


69

makasiamal tapi untuk pelaksanaannya masih kurang

dikareakan ada kendala dipersoalan internal kelompok.

Senada dengan yang disampaikan oleh Mas Aidi selaku

Instruktur pelatihan keterampilan keahlian kayu antara

lain sebagai berikut :

“waktu untuk 10 hari sudah maksimal setidaknnya


peserta pelatihan sudah faham dasar dalam kerajinan
kayu dan tinggal peserta bagaimana cara
mengembangkan hasil dari pelatihan, tapi selama
setelah pelatihan setiap 1 bulan sekali masih saya
lihat bagaimana perkembangan”. (CTLHW mas
Aidi, 15 Februari 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Metode yang akan digunakan untuk evaluasi pelatihan

program keahlian kayu untuk proses pelatihannya

dalam waktu 10 hari sudah maksimal setidaknya peserta

faham dalam mengelola kayu dan tinggal bagaimana

mengembangakan namun setiap 1 bulan sekali masih

dilihat bagaimana perkembangannya. Senada dengan

yang disampaikan oleh Bapak Ardiansyah selaku ketua

Karang Taruna pelatihan keterampilan keahlian kayu

antara lain sebagai berikut:

“untuk proses pelatihan sendiri menurut saya sudah


maksimal, mungkin tinggal mengembangakan hasil
dari pelatihan yang sudah didapat”. (CTLHW, bapak
Ardiansyah, 28 Januari 2022)
70

Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Metode yang akan digunakan untuk evaluasi pelatihan

program keahlian kayu untuk proses pelatihannya sudah

maksimal, tinggal bagaimana mengembangkan hasil dari

pelatihan yang sudah didapat. Senada dengan yang

disampaikan oleh Bapak Abdul Rohim selaku peserta

pelatihan keterampilan keahlian kayu antara lain sebagai

berikut:

“menurut saya sendiri sudah maksimal soalnya


peserta sendiri saat antusias untuk mengikuti
pelatihan kemarin, dan saya berfikir dengan adanya
pelatihan kemarin sangat membantu, dikarenakan
kita dapat ilmu baru yang sebelumnya belum
diproleh sama sekali, dan mendapatkan skiil untuk
dikembangkan kedepannya”. (CTLW, bapak Abdul
Rohim, 16 Maret 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam tahapan

Metode yang akan digunakan untuk evaluasi pelatihan

program keahlian kayu dalam pelaksanaannya sudah

maksimal karena peserta pelatihan sangat antusias, serta

dapat pengalaman baru serta mendapatkan ilmu

bagaimana mengelola kayu dan tinggal bagaimana cara

mengembangkan kedepannya.

Sementara itu hasil studi dokumentasi yang peneliti

temukan dilapangan menunjukan bahwa Pelatihan

Program Keahlian Kayu sudah sesuai dengan tahapan

metode yang akan digunakan untuk evaluasi pelatihan


71

program keahlian kayu. Berikut dokumentasi yang dapat

dilihat pada gambar 4.9:

Sumber: Dokuemtasi Milki Peneliti


Gambar 4.9 dokumentasi tahapan metode
evelauasi
Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas

serta hasil dokumentasi penelitian dapat disimpulkan

bahwa sebelum metode yang akan digunakan untuk

evaluasi pelatihan program keahlian kayu dilakukan oleh

pengelola sudah makasiamal karena peserta pelatihan

sangat antusias, serta dapat pengalaman baru serta

mendapatkan ilmu bagaimana mengelola kayu dan

tinggal bagaimana cara mengembangkan kedepannya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

Keterampilan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR pertamina

Fuel Terminal Samrinda

Keberhasilan proses pelatihan keahlian kayu dapat dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

pelatihan keterampilan keahlian kayu tersebut, merupakan faktor yang


72

dapat mendukung keberhasilan pelatihan. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi keberhasilan proses pelatihan keterampilan

keahlian kayu antara lain sebagai berikut:

1. Instruktur Pelatihan

Intruktur merupakan salah satu hal yang dapat

mempengaruhi keberhasilan proses pelatihan keterampilan keahlian

kayu, hal ini dijelaskan secara lansung oleh ibu Febri selaku

fasilitator proses pelatihan keterampilan keahlian kayu antara lain

sebagai berikut:

“faktor pendukung dari intruktur sendiri jelas kelihatan


dikarenakan mas Aidi sendiri merupakan salah satu pelopor
dan perintis dalam desain Caffe Kopiria dan beliau sendiri
memang sudah lama menjadi pengerajinan kayu dan ikut
serta dalam komunitas penghobi kayu yang ada di
Samarinda”. (CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu, intruktur pelatihan

telah memiliki kemampuan dalam mengelola kayu. Senada dengan

Mas Aidi selaku intuktur pelatihan keterampilan keahlian kayu,

antara lain sebagai berikut:

“saya sendiri sebenarnya memang orang dibidang kerajinan


kayu jadi faham betul untuk bagaimana mengelola kayu
untuk menjadi bahan yang menarik sehingga menjadi bahan
jual, dan saya juga merupakan salah satu orang desain di
Cafe Kopiria yang ada di Samarinda”. (CTLHW mas Aidi,
15 Februari 2022, Hal).
73

Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor kebehasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu, Mas Aidi sendiri

memang sudah dibidang pengerajinan kayu jadi intuktru faham cara

mengelola kayu sehingga dapat menjadi bahan jual. Senada dengan

Bapak Ardiansyah selaku ketua Karang Taruna, antara lain sebagai

berikut:

“saya rasa yang dapat dilihat dari instruktur mas Aidi


memang sudah faham betul masalah bagaimana mengelola
kayu itu sendiri jadi beliau gamapang aja untuk menyalurkan
ilmunya kepada peserta pelatihan itu sendiri”. (CTLHW,
bapak Ardiansyah, 28 Januari 2022).

Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilam keahlian kayu, instruktur memang

sudah faham betul bagaimana mengelola kayu dan meteri yang

disampaikan mudah dicerna oleh peserta pelatihan. Senda dengan

yang disampikan oleh Bapak Abdul Rohim selaku peserta pelatihan,

antara lain sebagai berikut:

“dalam waktu pelaksanaan pelatihan materi yang dikasih


intruktur sangatlah mudah dimengerti dan kelihatannya
inruktur memang orang yang sudah berpengelaman dibidang
kerjinan kayu”. (CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret
2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan
proses pelatihan keterampilan keahlian kayu, instruktur dalam
penyampaikan materi sangat mudah diterima oleh peserta pelatihan
serta mempunyai pengalaman dibidang kerjinan kayu.
74

Sementara itu hasil dokumentasi yang peneliti temukan dilapangan


menunjukan bahwa faktor keberhasilan pelatihan keterampilan
keahlian kayu. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat pada gambar
4.10 dibawah ini:

Sember: Dokumentasi Milik Penelti 2022


Gambar 4.10 Dokumentasi Saat Intruktur Memberi Contoh
Kepada Peserta Pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas serta hasil

dokumentasi peneltian dapat disimpulkan bahwa faktor keberhasilan

peelatihan keterampilan keahlian kayu bagi Karang Taruna yang

dilakukan oleh pengelola adalah intruktur pelatihan telah memiliki

kemampuan dalam mengelola kayu dan instruktur dalam

penyampaikan materi sangat mudah diterima oleh peserta pelatihan

serta mempunyai pengalaman dibidang kerjinan kayu.

2. Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan proses pelatihan keahlian kayu, hal ini

dijelaskan secara lansung oleh Ibu Febri selaku fasilitator pelatihan

keterampilan keahlian kayu antara lain sebagai berikut:


75

“untuk peserta sendiri sangat antusias dalam adanya


pelatihan keterampilan keahlian kayu ini, dikarenakan
selesai pelatihan peserta pelatihan lansung menerapkan ilmu
yang diapat dari pelatihan, contohnya seperti bapak abdul
rohim yang lansung mengaplikasikan hasil dari pelatihan.”.
(CTLHW ibu Febri, 11 Februari 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan proses

keterampilan keahilian kayu untuk peserta sangat antusias dalam

mengikuti pelatihan serta ada salah satu peserta yang sudah

mengaplikasikan hasil palatihan. Senada dengan yang disampaikan

oleh Mas Aidi selaku Intruktur pelatihan keterampilan keahlian

kayu, antara lain sebagai berikut:

“untuk dilihat dari peserta sendiri mereka sangat senang


waktu diadakan pelatihan keterampilan keahlian kayu
soalnya dalam pelaksanakan peserta full 10 orang terus yang
datang dari 10 hari berjalannya pelatihan, terus saya lihat
salah satu peserta pelatihan sudah mengaplikasikan hasil dari
pelatihan keterampilan kayu”. (CTLHW mas Aidi, 15
Februari 2022, Hal)

Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu, peserta pelatihan

sangat senang waktu diadakannya pelatihan keterampilan ahlian

kayu dalam waktu 10 hari peserta full terus hadir dalam mengikuti

pelatihan. Senada yang disampiakn oleh Bapak Ardiansyah selaku

ketua Karang Taruna, antara lain sebagai berikut:

“dalam segi peserta kemarin mereka sangat antusias juga


dalam pelaksanaan pelatihan, mungkin gara-gara bisa dapat
ilmu baru senrta pengalaman yang baru juga dan saya lihat
ada juga peserta pelataihan yang sudah mengaplikasikan
hasil dari pelatihan kemarin jadi saya rasa sudah cukup dapat
ilmu yang bisa dikembangkan”. (CTLHW, bapak
Ardiansyah, 28 Januari 2022).
76

Hasil penalitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu dapat dilihat dari segi

peserta sangat antusias dalam pelaksanaan pelatihan, dikarenakan

mereka berfikir dapat ilmu baru yang bisa dikembangkan

kedepannya. Senada dengan yang disampaikan oleh Bapak Abdul

Rohim selaku peserta pelatihan keterampilan keahlian kayu, antara

lain sebagai berikut:

“selama proses pelatihan yang saya lihat peserta sendiri


sangatlah aktif contoh salah satunya jika peserta yang belum
faham dengan yang disampaikan intruktur lansung
ditanyakan dan serta semua peserta sangatlah antusian
didalam mengikuti pelatihan keterampilan keahlian kayu
kemarin”. (CTLW, bapak Abdul Rohim, 16 Maret 2022,
Hal).

Hasil peneltian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu, ialah salah satu nya

peserta pelatihan sangat aktif selama berjalannya pelatihan, peserta

pelatihan jika yang belum faham mengenai materi yang disampaikan

lansung ditanyakan kepada instruktur.


77

Sementara itu hasil dokumentasi yang peneliti temukan dilapangan

menunjukan bahwa faktor keberhasilan pelatihan keterampilan

keahlian kayu. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat pada gambar

4.11 dibawah ini:

Sumber: Dokumentasi Milik Peneliti


Gambar 4.11 Dokuemtasi Bersama Peserta Pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas, serta hasil

dokumentasi peneltian dapat disimpulkan bahwa faktor keberhasilan

peelatihan keterampilan keahlian kayu bagi Karang Taruna yang

dilakukan oleh pengelola adalah peserta pelatihan sangat antusias

dalam mengikuti pelatihan serta dan aktif selama berjalannya

pelatihan, serta ada salah satu peserta yang sudah mengaplikasikan

hasil palatihan.
78

3. Materi (bahan patihan)

Bahan pelatihan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan proses pelatihan keahlian kayu, hal ini

dijelaskan secara lansung oleh Ibu Febri selaku fasilitator pelatihan

keterampilan keahlian kayu antara lain sebagai berikut:

“dalam bahan yang digunakan dalam pelatihan sepertinya


sudah cukup dan untuk fasilitas sendiri sangat mendukung
yang ada di Worksop keterampilan keahlian kayu yang ada
dikelurahan Teluk Lerong Ulu”. (CTLHW ibu Febri, 11
Februari 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu menjelaskan bahan

yang digunakan sudah memadai. Senada dengan yang disampaikan

oleh Mas Aidi selaku intruktur pelatihan, antara lain sebagai berikut:

“kalau dari bahan sendiri kemarin sudah cukup untuk dibuat


pelatihan, karena untuk pelatihan sendiri saya rasa sudah
cukup untuk segi bahan itu sendiri dan serta fasilitas sudah
bagus tinggal menambahkan sedikit apa yang kurang”.
(CTLHW mas Aidi, 15 Februari 2022, Hal)
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu dijelaskan dari segi

bahan yang digunakan didalam pelatihan sudah cukup memadai

serta fasilitias sendiri sudah mendukung. Senada dengan yang

disampaikan oleh Bapak Ardiansyah selaku ketua Karang Taruna,

antra lain sebagai berikut:

“dalam segi bahan sendiri sudah sangat cukup bagi saya dan
pihak Kelurahan dan Pertamina berkerja sama jadi untuk
bahan yang kurang lansung mereka penuhi serta faslitas
79

sendiri sudah sangat cukup untuk buat pelatihan”. (CTLHW,


bapak Ardiansyah, 28 Januari 2022).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu dijelaskan bahan yang

digunakan sudah cukup memadai serta pihak Kelurahan dan

Pertamina bekerja sama untuk bahan sendiri jika ada yang kurang,

lansung dipenuhi oleh pihak Kelurahan dan Pertamina. Senada

dengan yang disampaikan oleh Bapak Abdul Rohim selaku peserta

pelatihan, antara lain sebagai berikut:

“untuk bahan kemarin yang digunakan dalam pelaksanaan


pelatihan sudah memadai, serta fasilitas yang digunakan
sudah cukup lanyak untuk digunakan”. (CTLW, bapak
Abdul Rohim, 16 Maret 2022, Hal).
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor keberhasilan

proses pelatihan keterampilan keahlian kayu dijelaskan fasilitas

yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan sudah cukup lanyak

serta bahan dalam prses pelatihan sudah cukup memadai.

Sementara itu hasil dokumentasi yang peneliti temukan

dilapangan menunjukan bahwa faktor keberhasilan pelatihan

keterampilan keahlian kayu. Berikut dokumentasi yang dapat dilihat

pada gambar 4.12 dibawah ini:


80

Sumber: Dokumentasi Milik Peserta


Gambar 4.12 Dokumentasi Sarana Dan Prasarana Di Tempat
Pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas, serta hasil

dokumentasi peneltian dapat disimpulkan bahwa faktor keberhasilan

peelatihan keterampilan keahlian kayu bagi Karang Taruna yang

dilakukan oleh pengelola adalah dapat dlihat dari segi bahan yang

digunakan didalam pelatihan sudah cukup memadai serta fasilitias

sendiri sudah mendukung.


81

C. Pembahasan

Pembahasan merupakan salah satu langkah selanjutnya setelah memperoleh

hasil temuan penelitian dilapangan oleh peneliti. Berikut pembahasan yang

terkait proses pelatihan keterampilan keahlian kayu bagi Karang Taruna

oleh CSR Pertamina Fuel Terminal Samarinda, antara lain sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh

CSR Pertamina Fuel Terminal Kota Samarinda

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan

Analisis kebutuhan pelatihan keterampilan keahlian kayu

bagi Karang Taruna dilaksanakan dengan melakukan survei terlebih

dahulu kepada masyarakat apa yang masyarakat inginkan dengan

diskusi bersama atau musyawarah maka diputuskan secara mufakat

dengan melaksanakan pelatihan kayu sesuai dengan kebiasaan dan

keinginan masyarakat. Hasil survei ini kemudian digunakan sebagai

rekomendasi dalam penyusunan program pelatihan keterampilan

keahlian kayu bagi Karang Taruna. Kanada (2016: 163)

mengungkapkan bahwa anlisis kebutuhan pelatihan mengunkanan

metode observasi dan survei yang didesain dalam bentuk keputusan

bersama dan kemudian dilanjutkan dengan musyawarah dari semua

pihak yang bersangkutan.


82

Atas pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan

observasi dan survei sangat penting didalam menyusun suatu

program untuk mengetahui kebutuhan dari masyarakat sekitar,

Aprilia dkk (2019: 358) mengungkapkan sebelum dilaksanakan

pelatihan langkah awalnya melakukan observasi atau survei untuk

memastikan bahwa masyarakat sekitar bisa mengikuti pelatihan,

observasi ini bertujuan untuk mengalisis kebutuhan pelatihan baik

yang belum maupun sudah bekerja supaya dapat mengembangkan

skill dan karir mereka untuk kemandirian ekonomi dimasa depan.

Atas pemikiran tersebut menjelaskan bahwa melakukan melakukan

obeservasi atau survei digunakan sebagai bahan penyusunan

proragam pelatihan.

Sementara itu, Mulyanti dan Nurdin (2018: 262)

mengungkapkan sebelum melaksanaan pelatihan melakukan

observasi dan koordinasi terlebih dahulu kepada masyarakat

diwilayah setempat, pelaksanaan pelatihan pada awalnya

masyarakat diberikan pehaman tentang manfaat dan pentingnya skill

yang bisa dikembangkan untuk kedepannya. Atas pemikiran

tersebut menjelaskan bahwa observasi dan koordinasi merupakan

tahapan awal dalam menentukan penyusunan program pelatihan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

anilisis kebutuhan merupakan tahapan awal dalam penyusunan pada

program pelatihan yang dapat dilkukan melui observasi dan survei


83

karena dilam melakukan observasi terdapat kebutuhan masyarakat

sehingga hasil obeservasi dapat mengetahui kebutuhan apa yang

dibutuhkan oleh masyarakat dan sebagai rokomendasi program yang

sesuai dengan kondisi masyarakat.

b. Perencanaan dan Penyiapan Instruktur

1. Perencanaan Pelatihan

Perencanaan pelatihan keterampilah keahlian kayu bagi

Karang Taruna yang dilakukan oleh pengelola adalah

melakukan kemauan dari masayarakat sekitar untuk

mengadakan pelatihan keterampilan dibidang keahlian kayu

dalam artian masyarakat yang masih belum memilki

kemampuan dalam bidang mengelola kayu. Pelatihan

keterampilan keahlian kayu dibuat dengan kebutuhan

masyarakat, dengan adanya perencanaan prosedur pelatihan

lebih dimudahkan penyelenggara pelatihan untuk mencapai

tujuan pelatihan keterampilan keahlian kayu yang telah di

tentukan.

Sementara itu, Almareza (2016: 23) mengungkapkan bahwa

perencanaan pelatihan merupakan proses penentuan dan sumber

daya yang diperluakan dalam rangka setiap penyelenggara

pelatihan harus meyusun rencana program pelatihan, sehingga

perencanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif. Atas

pemikiran tersebut perencanaan pelatihan merupakan proses


84

yang diperlukan agar program pelatihan berjalan secara efektif.

Agus dkk (2021: 48) mengungkapkan bahwa perencanaan

pelatihan dibuat untuk memandu agar berjalannya pelatihan

tersusun dengan baik, serta pentingnya perencanaan pelatihan

supaya semua tahapan yang ada dipelatihan biasa terlaksanakan

dengan baik. Atas pemikiran tersebut bahwa perencanaan

pelatihan sangat penting dikarenakan sebagai jembatan untuk

terlaksanakannya tehapan-tahapan pelatihan.

Selain itu, Fajri (:157) mengungkapkan bahwa perencanaan

pelatihan merupaakan sebuah penguatan didalam sebuah

kelompok atau lembaga, serta merupakan tahapan pelaksanaan

pelatihan. Atas pemikiran tersebuat perencanaan pelatihan

merupakan sebuah salah satu penguatan didalam peletihan,

penguatan secara kelompok atau lembaga.

Berdasarkan pemabahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

perencanaan pelatihan sangat penting sebagai dasar

tersebentuknya sebuah pelatihan dan serta sebagai tahapan

jalannya pelatihan, perencanaan pelatihan merupakan sebuah

prosedur pelatihan agar dimudahkan mencapai tujuan yang telah

di tentukan.
85

2. Penyiapan Instruktur Pelatihan

Penyiapan instruktur pelatihan sendiri lansung dipilih oleh

pihak Pertamina dan lansung mengusulkan salah satu orang yang

memang faham dengan kerajianan kayu serta salah satu yang

mengelola bangunan Café Kopi Ria yang ada di Samarinda dan

sudah memilki merk dari KEMENKUM HAM. Pranama (2020:

3173) mengungkapkan instruktur sendiri harus faham tentang

materi yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan,

sehingga peserta pelatihan bisa menerima dan memahami apa

yang dilatih oleh instruktur serta mendapatkan manfaat bagi

peserta pelatihan, dikarenakan selaga informasi yang

disampaikan instruktur saaat pelatihan merupakan pengalaman

baru bagi peserta pelatihan. Atas pemikiran diatas bahwa

instruktur pelatihan harus yang sudah faham dengan materi yang

akan disampikan sehingga peserta pelatihan dapat menimbulkan

manfaat, serta pengalaman bagi peserta pelatihan.

Sementara itu, Putra dkk (2014) mengungkapkan bahwa

instruktur dipilih harus menguasai ilmu yang akan diberikan

kepada peserta pelatihan dan instruktur harus mempu memimpin

peserta pelatihan dan juga harus mampu mengelola seluruh isi

ruangan pelatihan sehingga menciptakannya menjadi tempat

yang kondusif sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Atas pemikiran diatas bahwa instruktur dipilih harus menguasai


86

materi yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan dan

intruktur harus bisa menjadi pemimpin disaat berjalan pelatihan

sehingga akan menciptkan suasana yang kondusif sehingga

sesuai dengan yang diharapkan. Soedjarwo (2020: 19)

mengungkapkan bahwa instruktur harus bisa menyampaikan

materi pelatihan, sehingga waktu berjalannya pelatihan

menciptakan peserta aktif bertanya kepada intruktur mengenai

hal yang mereka belum faham, sehingga ilmu yang di peroleh

peserta dapat di kembangkan dan bermanfaat dalam

kehidupannya baik saat ini maupun masa yang akan datang.

Atas pemikiran diatas bahwa intruktur harus mengerti

dengan matari yang akan di sampaikan kepada peserta pelatihan,

sehingga diwaktu berjalannya pelatihan peserta dapat aktif

bertanya kepada intruktur dan ilmu yang didapat dalam pelatihan

dapat bermanfaat dan di kembangkan. Berdasrkan pembahasan

diatas dapat disimpulkan bahwa penyiapan instruktur dipilih

harus menguasai materi yang akan disampaikan kepada peserta

pelatihan dan intruktur harus bisa menjadi pemimpin disaat

berjalan pelatihan sehingga akan menciptakan suasana yang

kondusif sesuai dengan yang diharapkan, dan waktu berjalannya

pelatihan menciptakan peserta aktif bertanya kepada intruktur

mengenai hal yang mereka belum faham, sehingga ilmu yang di


87

peroleh peserta dapat di kembangkan dan bermanfaat dalam

kehidupannya baik saat ini maupun masa yang akan datang.

Pelaksanaan pelatihan program kahlian kayu, sendiri

dilaksanakan pada awal Januari dalam pelatihan seharusnya

masayarakat yang belum memliki pekerjaan dan setelah dapat

pelatihan, masyarakat dapat mengembangkan namun ada salah

satu yang kurang edial yaitu peserta yang mengikuti pelatihan

semua dari Pihak Karang dengan menggunakan setiap hari dan

waktu 3 jam dari jam 8 pagi samapai jam 11, yang dilaksanakan

10 hari beturut-turut.

c. Implemtasi Pelatihan

1. Materi Pelaksanaan Pelatihan

Materi pelaksanaan pelatihan program kahlian kayu dan

sebelum melaksanakan pelatihan Instruktur melakukan

pendekatan terlebih dahulu kepada peserta pelatihan, sehingga

saat berjalan pelaksanaan pelatihan peserta pelatihan tidak

bingung dengan materi yang disampaikan oleh istruktur, dalam

menentukan materi semuanya diserahkan kepada instruktur.

Kasmir (2016: 145) mengungkapkan bahwa materi pelatihan

merupakan bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta

pelatihan, kedalam materi yang diberikan tentu akan menambah

pengetahuan peserta pelatihan lebih baik, sehingga saat

pelaksanaan pelatihan materi mudah dipahami oleh peserta


88

pelatihan. Atas pemikiran diatas bahwa materi pelatihan

merupakan bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta

pelatihan, dengan disanpaikan materi mendapatkan pengetahuan

yang lebih baik.

Sementara itu, Bangun (2012: 205) mengungkapkan bahwa

materi pelatihan dibuat berdasarkan kebutuhan peserta

pelatihan, sehingga instruktur didalam menyampaikan materi

sesuai dengan kemampuan peserta pelatihan. Atas pemikiran

diatas bahwa materi yang dibuat harus sesuai kebutuhan peserta

pelatihan, sehingga menyampaikan materi susuai dengan

kemampuan peserta. Mangkunegara (2013: 44) mengungkapkan

bahwa materi pelatihan harus sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai oleh peserta pelatihan, materi pelatihan yang diberikan

harus sesuai dengan sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan

pelaksanaan pelatihan.

Atas pemikiran diatas bahwa materi yang disampaikan harus

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta pelatihan,

matari yang diberikan harus susuai dengan sitematis pelatihan

dan harus sesuai dengan tahapan-tahapan pelatihan. Berdasrkan

pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan

merupakan bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta

pelatihan, serta materi yang dibuat harus sesuai kebutuhan

peserta pelatihan sehingga didalam penyampaian materi


89

pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan sistematis dan

berdasarkan tahapan-tahapan pelaksanaan pelatihan.

2. Metode Pelaksanaan Pelatihan

intruktur dalam menyampaikan materi sangatlah santai,

contohnya peserta pelatihan disuruh untuk mencari inovasi apa

yang akan mereka buat dan intruktur sendiri sangatlah nyaman

jadi sangat mudah dicerna dan lebih mengarah kepraktek

sehingga peserta pelatihan disuruh untuk berfikir untuk mencari

inovasi. Suparyadi (2015: 199) mengupkapkan bahwa metode

pelaksanaan pelatihan merupakan suatu proses sebelum

dilaksanakan pelatihan dengan maksud agar pelaksanaan

pelatihan dapat berjalan secara optimal, didalam proses

pelaksanaan pelatihan terdapat juga aspek penting yang memilki

pengaruh signifikan terhadap hasil petihan, yaitu metode

pelaksanaan pelatihan. Atas pemikiran atas bahwa metode

pelatihan merupakan sebuah proses sebelum dilaksanakannya

pelatihan, dengan adanya metode pelatihan pelaksananaan dapat

berjalan secara optimal.

Sementara itu, Swasto (2010: 67) mengungkapkan bahwa

metode pelatihan merupakan teknik-teknik yang ditunjukan

untuk meningkatkan keterampilan yang telah diberikan,

sehingga peserta pelatihan mampu menguasasi ilmu

pengetahuan dengan baik, dan mampu meningkatkan


90

keterampilan didalam berlatih, maka dalam proses pelatihan

harus menggunakan metode pelatihan yang tepat. Atas

pemikiran tersebut metode pelatihan merupakan salah satu

teknik-teknik pelatihan didalam meningkatkan keterampilan,

sehingga peserta pelatihan mampu menguasai ilmu pengetahuan

dan mampu meningkatkan keterampilan.

Sedangkan menurut, Suparyadi (2015: 205) mengungkapan

metode palatihan dengan cara memperagakan dan

mempertujukan kepada peserta pelatihan tentang suatu proses

penyajian materi, peserta pelatihan dapat aktif didalam

penyampaian materi, didalam metode ini instruktur memilki

peran aktif dalam memperagakan atau mempertunjuan tentang

proses pelatihan kepada peserta pelatihan. Atas pemikiran diatas

bahwa metode pelatihan dengan mengunakan cara demostrasi

atau memperaktekan peserta pelatihan dapat mudah mengkap

sebuah materi yang disampaikan oleh instruktur, dan peserta

pelatihan dapat aktif selama berjalannya pelatihan tersebut.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

metode pelatihan merupakan sebuah proses sebelum

dilaksanakannya pelatihan, dengan adanya metode pelatihan

pelaksananaan dapat berjalan secara optimal dan metode

pelatihan merupakan salah satu teknik-teknik pelatihan didalam

meningkatkan keterampilan, sehingga peserta pelatihan mampu


91

menguasai ilmu pengetahuan dan mampu meningkatkan

keterampilan sehingga mengunakan metode dengan cara

demostrasi atau memperaktekan peserta pelatihan dapat mudah

mengkap sebuah materi yang disampaikan oleh instruktur, dan

peserta pelatihan dapat aktif selama berjalannya pelatihan

tersebut.

d. Evaluasi Pelatihan

penyusunan kriteria evaluasi pelatihan program keahlian

kayu pengelola menggunakan dengan from mentoring untuk

menanyakan masalah, kendala, dan bahan yang dibutuhkan, dan

setelah mendapatkan kendala lansung mencari solusi untuk

bagaimana kedepannya dan dalam evaluasi sendiri 1 bulan sekali,

yang dilibatkan Pertamina, Kelurahan dan Karang Taruna. Utomo

dan Tehupeiory (2014: 38) mengemukakan bahwa metode evaluasi

pelatihan sebuah pengumpulan data informasi secara sistematis

untuk mengukur hasil pelatihan berdasarkan informasi tersebut,

evaluasi pelatihan dirancang berdasarkan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai serta evaluasi pelatihan mencoba mendapat informasi

mengenai hasil-hasil program pelatihan, kemudian mengunakan

infromasi itu dalam penilain apakah pelatihan telah mencapai tujuan

pelatihan secara keseluruhan. Atas pemikiran diatas bahwa evalusi

pelatihan merupakan sebuah pengumpulan data untuk mengukur

hasil pelatihan dan evaluasi pelatihan yang dirancang berdasarkan


92

tujuan dan sasaran yang akan dicapai, oleh karena itu evaluasi

pelatihan menjadikan tolak ukur dalam penelian apakah pelatihan

telah mencapai tujuan secara keseluruhan.

Sedangkan menurut, widyastuti dan purwana (2015: 121)

mengemukakan metode evaluasi pelatihan merupakan upaya untuk

mengetahui tingkat terlaksanaan program, kegiatan evaluasi

pelatihan mengacu pada tujuan sebagai ukuran keberhasilan,

pelaksananaan evaluasi dapat dengan menggunakan from sebagai

cacatan lapangan untuk mengetahui keberhasilan dari suatu

pelatihan yang dilaksanakan. Atas pemikiran diatas bahwa metode

evaluasi pelatihan untuk mengukur tingkat terlaksananya seuatu

program dan bertujuan sebagai tolak ukur keberhasilan pelatihan

tersebut. Aryanti dkk (2015: 2) mengemukakan bahwa metode

evaluasi pelatihan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

membantu perencanaan program, perbaikan dan pengembangan

serta penyempurnaa suatu kegiatan, evaluasi juga dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu program yang telah

dilaksanakan ataupun dampak dari terlaksananya program pelatihan

tersebut.

Atas pemikiran diatas bahwa evaluasi merupakan salah satu

alat yang digunakan dalam membantu perencanaan program,

perbaikan dan penyempurnaan program pelatihan tersebut, evaluasi

dapat digunakan sebagai tingkat keefektifan suatu program.


93

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa evalusi pelatihan merupakan

sebuah pengumpulan data untuk mengukur hasil pelatihan dan

evaluasi pelatihan untuk mengukur tingkat terlaksananya seuatu

program dan bertujuan sebagai tolak ukur keberhasilan pelatihan

tersebut, sehingga terlaksananya evalusi pelatihan untuk mengetahui

tingkat keefektifan disuatu program yang telah dilaksanakan

ataupun damapak dari terlasananya program pelatihan tersebut.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

Keterampilan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR pertamina

Fuel Terminal Samrinda

1. Instruktur pelatihan

Intsruktur pelatihan telah memiliki kemampuan dalam

mengelola kayu dan instruktur didalam penyampaikan materi sangat

mudah diterima oleh peserta pelatihan serta mempunyai pengalaman

dibidang kerjinan kayu. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan proses pelatihan jika dilihat dari istruktur yaitu

kemampuan instruktur. Setiawan (2020: 554) mengungkapkan

bahwa faktor keberhasilan pelatihan terhadap insturktur muncul

disetiap instruktur menyampaikan sebuah materi, serta mampu

berkomunikasi dengan peserta sehingga peserta pelatihan mampu

mencerna materi yang disampaikan oleh instruktur tersebut. Atas

dasar pemikiran tersebut menjelasakan bahwa didalam penyampaian

materi intruktur harus mempu menyampaikan materi dengan baik,


94

sehingga menjadi salah satu pendukung keberhasilan proses

pelatihan tersebut.

Selain itu, Sari, dkk (2020: 33) mengungkapkan bahwa

instruktur memilki peran didalam sebuah keberhasilan pelatihan,

seorang instruktur harus memliki keterampilan yang lebih sekedar

mengajar, dalam hal ini komunikasi menjadi suatu yang sangat

penting bagi seorang instruktur dikarenakan harus mengakomodasi

selama pelatihan berlansung, sehingga peserta pelatihan dapat

berperan aktif. Atas pemikiran tesebut menjelasakan bahwa

instruktur memiliki peran didalam sebuah keberhasilan pelatihan,

dan instruktur harus memilikin keterampilan yang lebih sekedar

mengajar, serta komunikasi menjadi hal yang penting, sehingga

peserta dapat berperan aktif selama belansungnya pelatihan.

Selain itu, Mukharromah dkk (2018: 27) mengungkapkan

bahwa instruktur mampu memerikan keterampilan kepada peserta

pelatihan dan berperan aktif dalam pelaksanaan sehingga tercapai

tujuan yang diinginkan, sehingga membuat peserta pelatihan

semakin mudah diarahkan dan mampu mandiri dengan mulai

merencanakan langkah agar mencapai tujuan yang diinginkan

bersama dengan instruktur. Atas pemikiran tersebut menjelaskan

bahwa instruktur mampu memberikan keterampilan kepada peserta

pelatihan serta berperan aktif untuk mencapai tujuan yang diingikan


95

sehingga mempermudah intruktur dalam merencanakan langkah

agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

instruktur memiliki peran didalam sebuah keberhasilan pelatihan,

dan instruktur harus memilikin keterampilan yang lebih sekedar

mengajar, serta komunikasi menjadi hal yang penting, sehingga

peserta dapat berperan aktif selama berlansungnya pelatihan, dan

mampu untuk penyampaian materi intruktur harus dengan baik,

sehingga menjadi salah satu pendukung keberhasilan proses

pelatihan.

2. Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan tidak lepas dari berlansungnya proses

pelatihan keterampilan keahlian kayu. Keterlibatan peserta menjadi

salah satu faktor keberhasilan suatu program pelatihan keterampilan

keahlian kayu, adapun bentuk bentuk peserta pelatihan yang diikuti

kegiatan pelatihan yang diadakan oleh pihak Kelurahan Teluk

Lerong Ulu misalnya pelatihan keterampilan kaehlian kayu dimana

peserta pelatihan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan dan

aktif selama berjalannya pelatihan, serta ada salah satu peserta yang

sudah mengaplikasikan hasil palatihan. Peserta pelatihan dapat

memberikan pengaruh kenerhasilan pelaksananaan pelatihan.

Wahyuningtyas dan Ratnawati (2018: 42) mengemukakan bahwa

peserta pelatihan merupakan salah satu faktor dari keberhasilan


96

pelatihan, oleh karena itu peserta memilki peran didalam

pelaksanaanya program pelatihan, dan dapat dilihat keberhasilan

pelatihan yaitu peserta aktif dan bersemangat didalam mengikuti

program tesebut. Atas pemikran diatas bahwa peserta pelatihan

merupakan peran penting didalan terlaksananya pelatihan sehingga

mampu menciptakan keberhasilan pelatihan tersebut.

Sedangkan menurut, Susantini dkk (2015: 4)

mengungkapkan bahwa terlaksananya program pelatihan dapat

dilihat dari keaktifan peserta didalam mengikuti pelatihan dan

mampu memberikan manfaat bagi peserta itu sendiri. Atas dasar

pemikiran diatas tersebut menjelaskana bahwa keterlibatan peserta

sangat dibutuhkan untuk mewujudkna keberlansungan suatu

program. Sutrisno dan Zuhri (2019) mengungkapkan bahwa faktor

yang mempengaruhi keberhasilan program pelatihan yaitu peserta

dapat berperan aktif dalam berjalannya pelatihan, sehingga peserta

pelatihan dapat memaksimalkan hasil yang didapat dari pelatihan

tersebut. Atas pemikiran diatas peserta pelatihan mampu

memaksimalkan hasil dari pelatihan tersebut dan aktif didalam

mengikuti pelatihan.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

peserta pelatihan merupakan peran penting didalan terlaksananya

pelatihan sehingga mampu menciptakan keberhasilan pelatihan dan

mampu untuk mewujudkan keberlansungan pelaksanaan pelatihan,


97

oleh karena itu peserta pelatihan mampu untuk menerapkan hasil

dari program pelatihan tersebut.

3. Sarana dan Prasanarana

Sarana dan prasarana menjadi salah satu bagian penting

didalam memperlancar pelasanaan pelatihan, sarana dan prasarana

yang dibutuhkan oleh pihak Karang Taruna dalam menjalankan

pelatihan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan pelatihan. adapun sarana yang dimiliki pihak Karang

Taruna satu buah Wrokshop pelatihan keterampilan keahlian kayu

sedangkan bahan yang digunakan didalam pelatihan sudah cukup

memadai serta fasilitias sendiri sudah mendukung. Rahayu (2017:

9) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana saat pelatihan

sesuatu yang dapat dipakai alat dalam mencapai meksud dan tujuan

pelatihan itu sendiri, sarana prasarana pelatihan yaitu berupa

perangkat lunak ataupun perangkat keras serta dengan media

lainnya. Atas pemikran tersebut bahwa sarana dan prasarana

merupakan alat dalam mencapai sebuah kerberhasilan pelatihan

serta sebuah prangkat untuk menunjang jalannya pelatihan.

Sementara itu, Setiawan dkk (2016: 3) mengemukakan

bahwa sarana dan prasarana pelatihan merupakan sebuah jenis

perlengkapan dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama untuk

pelaksanaan pelatihan serta membantu dalam proses pelatihan dan

merupakan rangka penting yang berhubungan dengan keberhasilan


98

pelatihan itu sediri. Atas pemikiran tersebut bahwa sarana dan

prasarana pelatihan sebuah jenis perlengkapan dan fasilitas yang

berfungsi sebagai alat utama didalam pelaksanaan pelatihan dan

merupakan rangka penting untuk keberhasilan pelatihan tersebut.

Rumidjan ddk (2017: 78) mengemukakan bahwa sarana dan

prasarana dapat menunjang keaktifan peserta didalam pelaksanaan

pelatihan, dengan adanya sarana prasarana yang memadai peserta

pelatihan dapat aktif, kreatif saat pelatihan berlansung dan

meningkatkan evektifitas dan kualitas didalam proses pelatihan pada

akhirnya akan menunjang tercapainya tujuan pelatihan tersebut.

Atas pemikiran diatas bahwa sarana dan prasarana dapat

menunjang keaktifan peserta disaat pelatihan dan dapat

meningkatkan keevektifitas dan kuliatas didalam proses pelatiha

sehingga mencapai tujuan pelatihan tersebut. Berdasarkan

pembahasan diatas bahwa sarana dan prasarana merupakan alat

dalam mencapai sebuah kerberhasilan pelatihan serta sebuah

prangkat untuk menunjang jalannya pelatihan dan menjadi sebuah

jenis perlengkapan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama

didalam pelaksanaan pelatihan dan merupakan rangka penting untuk

keberhasilan pelatihan serta dapat meningkatkan keevektifitas dan

kuliatas didalam proses pelatiha sehingga mencapai tujuan

pelatihan.
99

BAB IV

KESIMPILAN DAN SARAN

A. Kesmpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan

dipembahasan mengenai proses keterampilan keahlian kayu bagi

Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal Samarinda, maka

diperoleh hasil penelitian dan pembahasan dengan mencocokan data dan

temuan dengan teori yang sudah dikemukakan oleh peneliti, sehingga

dapat disimpulkan bahwa. Anilisis kebutuhan merupakan tahapan awal

dalam penyusunan pada program pelatihan yang dapat dilkukan melui

observasi dan survei, dengan disertai tahapan perencanaan dan

penyiapan instruktur, perencanaan pelatihan merupakan sebuah

prosedur pelatihan agar dimudahkan mencapai tujuan yang telah di

tentukan sehingga, Implementasi pelatihan merupakan sebuah proses

sebelum dilaksanakannya pelatihan, dengan adanya metode pelatihan

pelaksananaan dapat berjalan secara optimal serta tahapan yang terahir

merupakan evaluasi pelatihan merupakan sebuah pengumpulan data

untuk mengukur hasil pelatihan dan evaluasi pelatihan untuk mengukur

tingkat terlaksananya seuatu program dan bertujuan sebagai tolak ukur

keberhasilan pelatihan tersebut, sehingga terlaksananya evalusi

pelatihan untuk mengetahui tingkat keefektifan disuatu program yang

telah dilaksanakan ataupun damapak dari terlasananya program

pelatihan tersebut. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses


100

pelatihan keahlian kayu bagi Karang Taruna meliputi (1) instruktur

harus memiliki keterampilan dibidang keahliannya (2) peserta pelatihan

berperan aktif didalam berjalannya pelatiha (3) fasilitas progeam yang

telah memadai

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang telah peneliti temukan

tentang proses pelatihan keahlian kayu bagi Karang Taruna oleh CSR

Pertamina Terminal Fuel samarinda, maka terdapat beberapa saran yang

nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi begi berbagai macam

pihak, terutama pihak yang berkaitan dengan proses pelatihan keahlian

kayu bagi karang Taruna, antara lain sebagai berikut:

1. Kepada Karang Taruna Teluk Lerong Ulu seperti yang dijelaskan

bahwa proses pelatihan keahlian kayu berjalan dengan cukup baik,

sehingga harapannya pelatihan ini dapat dilaksanakan kemabali

dengan melibatkan masyarakat sekitar buka hanya dari anggota

Karang Taruna agar menambah pengetahuan masyarakat tentang

proses keterampilan keahlian kayu,

2. Kepada peserta pelatihan agar meningkatkan pengetahuan serta

harapannya selau memperaktekan keterampilan keahlian kayu

didalam berwirausaha.

3. Kepada Program Studi Pendidikan Masyarakat dapat digunakan

sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan ilmu Pendidikan

Masyarakat terkait proses pelatihan keahlia kayu.


101

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.A. dkk. 2019. “Peranan Lapangan Perlembagaandi Lembaga Kursus Dan
Pelatihan Dian Ayu Di Kabupaten Sidenreng Rappang”. Jurnal Edukasi
Nonformal. Vol. 1. No. 1. Hal. 122-138.

Afifudin dan Saebani, Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Pustaka Setia.

Aini, A. K. 2015. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Csr) Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Indeks Lq45 Bursa Efek Indonesia (Bei)”, Kinerja Vol 12 No.1. 2015,
hal, 1-11

Aisyah, S. I. Dkk. 2018 “Pelatihan Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Dan Perca
Kain Untuk Kerajinan Suvenir”, vol, 1. No 1, hal. 305-309

Aprilia, I.D DKK. 2019. “Analisi Kebutuhan Pelatihan Kewirausahaan: Sebuah


Upaya Pengembangan Kemandirian Ekonomi Bagi Penyandang
Disabilitas”. Vol 19 no 3 hal 356-365
Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori,
Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi dan Inovasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori,
Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi dan Inovasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aryanti, T. S. I. “Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan”. jurnal pendidikan


non formal vol. 10 hal 1-13
Asri, M. dan Komar, O. 2016. “Pemanfaatan Hasil Pelatihan Keterampilan Dan
Peran Pendamping Dalam Meningkatkan Kemandirian Usaha (Studi Pada
Program Desa Vokasi Di Desa Cisaat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat)”. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. Vol. 12. No.2. Hal,1-
13

Bangun dan Silaban. 2017. Analisis Cenderamata Kerajinan Ukir Kayu Di Pasar
Buah Berastagi Ditinjau Dari Prinsip-Prinsip Desain Vol., 6, No 2 (2017)
Gorga : Jurnal Seni Rupa, hal, 127-140

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Erlangga


Desiana, R.A. 2019. “Pelatihan Pendidikan Kecakapan Wirausaha Membuat
Bakery Pada Warga Belajar Paket C PKBM Bunda Di Lempake Kecamatan
102

Samarinda Utara Kalimantan Timur”. Skripsi Sarjana Universitas


Mulawarman

Dwi Wahyuni, Diah Dinaloni. 2021. “Pelatihan Pembuatan Kaliserayu Dalam


Menumbuhkan Minat Berwirausaha Remaja Desa Catak Gayam Jombang”.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5. No. 2, hal, 189-197

Fajri, S.S.S.T. 2021 “Pelatihan Perencanaan Kewirausahaan Hidroponik Dan


Penguatan Kelembagaan Santripreneur Di Pesantren Al Wafi Islamic
Boarding School Pengasinan Depok”. Vol 2 No 1 Hal. 154-160
Franita. 2016. “Analisa Pengangguran Di Indonesia”, vol.1, no.1, hal, 88-93

Herlianda, dkk. 2017. “Manajemen Pelatihan Hantaran dalam Meningkatkan


Kecakapan Hidup Warga Belajar di Lembaga Kursus dan Pelatihan”, Volume
1 (1): 1-9, Juni 2017, hal, 1-9

Hutajulu, S.M dan Supriyanto. 2013. “Tinjauan Pelaksanaan Pelatihan dan


Pengembangan Karyawan Pada PT. Inalum Kabupaten Batubara”. Jurnal
Bisnis Administrasi. Vol. 2. No. 2. Hal. 30-39.

Icmi, A.A.N. 2015. “Penyelenggaraan Program Pendidikan Dan Pelatihan


Pemantapan Pendamping Kelompok Usaha Bersama (Kube) Di Balai Besar
Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta”. Skripsi Sarjana
Universitas Negeri Yogyakarta.

Ishak, K 2018, “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasi


Terhadap Indeks Pembangunan Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita,
Vol 7 No 1, hal, 22-38

Kadjim. 2011. Kerajinan tangan dan kesenian. Semarang: Adiswara

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta

Kanada, R. 2016. “Analisis Kebutuhan Pelatihanin-House Training”. Jurnal el-


ldare, Vol. 1 No.2 hal, 158-172
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (teori dan praktik), Edisi 1.
Jakarta: Rajagrafindo Persada
Laksmana, dkk. 2017. “Proses Pembelajaran Kerajinan Kayu Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas Iib Bondowoso Jawa Timur”, vol,7 no 1 (2017)

Lela Nurlela W. 2019. Model Corporate Social Responsibility (CSR). Jawa Timur:
Myria Publisher.
103

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, Edisi 11. Bandung: Rosda
Moleong, J. Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Mukharromah, M. dkk. 2018. “Peran Instruktur Program Mobile Training Unit


Terhadap Keberdayaan Peserta Pelatihan Budidaya Jamur Di UPT
Peltaihan Kerja Kabupaten Jember”. Vol 2 No. 2 hal 24-27

Murtie, A. 2012. Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Handal Dengan


Training, Coaching & Motivation. Jakarta: Laskar Aksara.

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:


Prestasi Pustakaraya.

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:


Prestasi Pustakaraya.

Mustangin, F, N. 2021. “Analisis Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal


Bagi Anak Jalanan Di Klinik Jalanan Samarinda”, Vol 5, No, 3

Nur Kholis. 2013. “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal


Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November 2013, hal, 24-44

Pranama, I.B.K.Y. 2020. “Peran Instruktur Yoga Dalam Mentransformasi


Kesehatan Di Lombok Yoga Center Kota Mataram” vol.14 No 9 April 2020
Putra, H.D. 2014. “Peran Instruktur Terhadap Pengembangan Kreativitas Peserta
Pelatihan Pada Pembuatan Lampu Lampion Dari Bekas Stik Es Krim Di
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sanggar Kegiatan Belajar Bondowoso Tahun
2012” vol 1 hal 1-3
Rahayu, M.Y. 2017. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Ketersediaan Sarana
Dan Prasarana Terhadap Nilai Pelanggan Dan Implikasinya Pada
Kepuasan”. Vol 22 No 1 hal 1-24

Rangga Firmansyah. 2016. “Pelatihan Furnitur, Ukir Kayu Dan Finishing


Pemberdayaan Potensi Pertukangan Kayu Kecamatan Rantau Pulung,
Sangata & Bengalon, Kutai Timur”, vol,1 no, 1, Fakultas Industri Kreatif,
Prodi. Desain Interior, Telkom University, hal, 197-201

Richard dan Anggoro. 2020. “Fasilitas Pelatihan Industri Kreatif Kerajinan Kayu
di Surabaya”, Jurnal Edimensi Arsitektur Vol. VIII NO. 1, hal, 969-976
Rivai, Veithzal 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
104

Rumidjan, S.S.S. 2017. “Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Untuk


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bagi Guru Sekolah Dasar”. Vol 1 no
1 hal 77-81
Said, L. 2015. Corporate Social Responsbility dalam Prespektif Governance.
Yogyakarta: Deepublish

Sari, N. dkk. 2020. “Efektivitas Pelatihan Membuat Media Pembelajaran Interaktif


Dengan Macro Powerpoint Bagi Guru”. Vol. 6 No.2 Hal 31-17

Setiawan, E.Y. 2020. “Analisis Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan


Pelaksanaan Pelatihan Terhadap Guru”. Vol. 1 hal 545-557
Setiawan, M.W. 2016. “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Dan Sarana Prasarana
Terhadap Pengembangan Karir Yang Berdampak Pada Loyalitas
Pegawai Kantor Kecamatan Semarang Timur”. Vol 2 No 2 hal 1-14

Soedjarwo, Y.A. 2020. “Peran Instruktur Dalam Pelatihan Keterampilan Sulam Di


Balai Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Pmks Sidoarjo” vol 04 hal 16-31
Sudjana, H.D. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi.
Bandung: Falah Production.

Sugandhi, D.F.P. 2016. “Pemanfaatan Hasil Belajar Pada Pelatihan Keterampilan


Mekanik Otomotif: Studi Kasus Pada Lulusan Lembaga Pendidikan
Keterampilan Pelitan Massa”. Skripsi Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan R


&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparyadi. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 1. Yogyakarta: Andi


Offset
Susanti, E.Y dkk. 2015. “Profil Artikel Ilmiah Buatan Guru Pada Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-Guru Di SMP Lap School Surabaya”.
Vol 1 no 1 2015 hal 1-7
105

Sutrisno dan Zuhri. 2019. “PKM Peningkatan Kompetesi Guru Melalui Pelatihan
Penulisan Artikel Ilmiah Penelitian Tindakan Kelas”. Vol 3 no 1 januari
2019 hal 54-61

Swasto, Bambang. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 1. Malang: UB


Press

Utomo, P.A dan Tehupeipry, P.K. (2014). “evaluasi pelatihan dengan metode
Kirkpatrick analysis” vol 9 no 2 hal 39-41
Wahyuningtyas, N dan Ratnawati, N. 2018. “Pelatihan Dan Pendampingan
Penulisan Artikel Jurnal Bagi Guru-Guru Ips Kabupaten Malang”. Vol 1,
no 1 2018 hal 40-47

Widyastuti, U dan Purnama , Es.D. 2015. “Evaluasi Pelatihan (Training) Level Ii


Berdasarkan Teori The Four Levels Kirkpatrick”. Jurnal pendidikan
ekonomi dan bisnis vol. 3 no. 2 oktober 2015 hal 119-128

Windari, R.P. 2017. “Pelatihan Perancangan Kontrak Ekspor Impor Bagi Pengrajin
Kayu Dulang Batok Di Desa Petandakan Kabupaten Buleleng”, Vol. 6, No.
1, Januari 2017, hal, 8-16

Yani, M. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
LAMPIRAN

106
107

LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Wawancara

Fokus Penelitian Indikator Sub Indikator


Proses pelatihan keahlian Analisis Kebutuhan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
kayu bagi karang taruna Pelatihan Program Keahlian Kayu
oleh CSR Pertamina
Terminal Fuel Samarinda
Perencanaan Pelatihan - Penyiapan Konsep Pelatihan
Program Keahlian Kayu Program Keahlian Kayu
- Menentukan Tutor Atau
Pelatih Dalam Pelatihan
Program Keahlian Kayu
- Menentukan Sasaran atau
Peserta Pelatihan Program
Keahlian Kayu
- Menentukan Jadwal
Pelaksanaan Pelatihan
Program Keahlian Kayu
Implementasi Pelatihan - Materi Pelaksanaan
Program Keahlian Kayu Pelatihan Program Keahlian
Kayu
- Metode Pelaksanaan
Pelatihan Program Keahlian
Kayu
- Media Pelaksanaan
Pelatihan Program Keahlian
Kayu
Evaluasi Pelatihan - Metode Yang Akan
Program Keahlian Kayu Digunakan Untuk Evaluasi
Pelatihan Program Keahlian
Kayu
Faktor-faktor yang Instruktur Kompetensi
mempengaruhi
keberhasilan Proses
Pelatihan Keahlian Kayu
Bagi Karang Taruna Oleh
CSR Pertamina Terminal
Fuel Samarinda
Peserta Partisipasi
Materi (bahan) Sarana dan Prasarana
108

Lampiran 2. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

A. Tujuan

Tujuan dari observasi adalah untuk mendapatkan informasi dan data terkait

Proses pelatihan keahlian kayu bagi karang taruna Oleh CSR Pertamina

Fuel Terminal Samarinda.

B. Aspek yang Diamati

1. Hasil pelaksanaan pelatihan keahlian kayu bagi karang taruna Oleh CSR

Pertamina Fuel Terminal Samarinda.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Terminal Fuel

Samarinda.
109

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara 1

Kategori : Fasilitator Program

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian
Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
d. Menentukan Tempat Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
110

1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu


2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta
pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan

4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu


a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
111

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan


Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Intruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari intruktur ?
2. Peserta
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

3. Meteri (Bahan)
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?


112

Pedoman Wawancara 2

Kategori : Instruktur

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian
Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
d. Menentukan Tempat Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu
113

2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta


pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan

4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu


a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
114

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan


Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Intruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari intruktur ?
2. Peserta
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

3. Meteri (Bahan)
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?
115

Pedoman Wawancara 3

Kategori : Ketua Karang Taruna

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian
Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?

d. Menentukan Tempat Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


116

1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu


2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta
pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
c. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
d. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan

4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu


a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
117

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan


Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Intruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari intruktur ?
2. Peserta
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

3. Meteri (Bahan)
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?
118

Pedoman Wawancara 4

Kategori : Peserta Pelatihan

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian
Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
d. Menentukan Tempat Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu
119

2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta


pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan
4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu
a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
120

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan


Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Intruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari intruktur ?
2. Peserta
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

3. Meteri (Bahan)
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan
keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?
121

CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI (CTLHO)


Catatan Lapangan Hasil Observasi I

Hari / tanggal : Juma’at, 29 Oktober 2021


Waktu : 13.00 – 15.30 WITA
Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samarinda
Kegiatan : Permohonan Studi Awal Penelitian

Deskripsi
Pada hari Jum’at, peneliti melakukan pertemuan dengan ibu Febry selaku

community development officer (CDO) CSR Pertamina Fuel Smarinda. Pertemuan

ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang program-program

yang telah dilaksanakan oleh CSR Pertamina Fuel Samrinda. Kemudian ibu Febry

mejelaskan secara rinci terkait program-program yang telah dilaksanakan. Setelah

mendengarkan penjelasan ibu Febry terkait program-program, peneliti belum

tertarik untuk melakukan penelitian di Pertamina. Kemudian ibu Febry

menawarkan peneliti untuk berkunjung ke Bank Ramli Ceseri yang merupakan

salat satu kampung binaan dari CSR Peramina Fuel Samrinda.


122

Catatan Lapangan Hasil Observasi II

Hari / tanggal : Minggu, 21 November 2021


Waktu : 17.00 – 18.30 WITA
Tempat : Wrokshop Karang Taruna
Kegiatan : Studi Pendahuluan Penelitian

Pada hari minggu, peneliti melakukan kunjungan ke tempat Wroksohop Karang

Taruna. Saat itu peneliti bertemu dengan lansng dengan ketua Karang Taruna, saat

itu peneliti banyak mengobrol dengan ketua Karang Taruna yaitu bapak Ardiansyah

terkain dengan kegiatan apa saja yang sudah terlaksanakan di Wrokshop tersebut.

Seelah mendengar penjelasan pak Ardiansyah, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan salah satu kegiatan pelatihan yang ada di Wrokshop. Yaitu

dengan judul Proses Pelatihan Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh Csr

Pertamina Terminal Fuel Samarinda. Kemudian peneliti melakukan diskusi dengan

Pak Asrdiansyah dengan tujuan untuk menggali informasi lebih lanjut terkait kegita

pelatihan keahlian kayu agar dapat memperkuat data dalam pengajuan judul

penelitian serta penyusunan proposal tugas ahkir skripsi. Setelah mendapatkan data

yang cukup kemudian peneliti melakukan pengajuan judul penelitiab serta

penyusunan proposal penelitian tugas akhir skripsi kepada dosen pembimbing satu

dan dua.
123

Catatan Lapangan Hasil Observasi III

Hari / tanggal : Rabu, 26 Januari 2022


Waktu : 13.00 – 13.15 WITA
Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samarinda
Kegiatan : Pengantaran Surat Izin Penelitian

Setelah peneliti melaksanakan seminar proposal di akhir bulan Desember tahun

2021, selanjutnya peneliti melakukan pengurusan administrasi sebagai salah satu

syarat melakukan penelitian di CSR Pertamina Fuel Samarinda. Pada hari itu,

peneliti tidak bertemu langsung dengan ibu Febry sehingga surat tersebut di titipakn

di Security atas perintah ibu Febry karena belau sedang ada urusan di Dinas.
124

Catatan Lapangan Hasil Observasi IV

Hari / tanggal : Juma,at, 11 Februari 2022


Waktu : 13.00 – 14.30 WITA
Tempat : Pertamina Fuel Terminal Samarinda
Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Pada hri itu, penelti melakukan kunjungan ke Pertamina Fuel Terminal Samarinda

untuk bertemu secara lansung dengan penenggung jawab kegiatan pelatihan

keahlian kayu. Penelti ulai menggali informasi dengan mewawancari ibu Febry

berdasarkan pedoman wawancara dan daftar wawancara yang telah dibuat oleh

peneliti berlansung selama kurang lebih 1 jam 30 menit. Peneliti meminta beberapa

hasil dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian.


125

Catatan Lapangan Hasil Observasi V

Hari / tanggal : Minggu, 15 Februari 2022


Waktu : 14.00 – 15.30 WITA
Tempat : Pengerajin kayu jl. Perjuangan 2, Kec. Sungai Pinang
Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Pada hari itu, peneliti mulai melakukan penelitian dengan mewawancarai instruktur

pada kegiatan pelatihan keahlian kayu, beliau bernama Mas Aidi. Alasan mengapa

bapak Asalan dipilih sebagai instruktur pada kegiatan pelatihan keahlian kayu,

karena Mas Aidi merupakan salah satu pengusaha pengerajin kayu yang serta

mempunya pengelaman yang cukup. Peneliti mulai menggali informasi dengan

mewawancarai Mas Aidi berdasarkan pedoman wawancara dan daftar wawancara

yang telah dibuat oleh peneliti. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 1 jam

30 menit. Setelah peneliti selesai melakukan wawancara, peneliti diperbolehkan

melihat-lihat proses pembentukan kayu untuk dihasilkan sebuah kerjainan ditempat

tersebut. Selain itu, untuk memperkuat temuan dilapangan serta hasil penelitian,

peneliti meminta beberapa data hasil dokumentasi yang ada ditempat tersebut.
126

Catatan Lapangan Hasil Observasi VI

Hari / tanggal : Juma,at 28 Januari 2022


Waktu : 14.00 – 15.30 WITA
Tempat : Wrokshop Karang Taruna
Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Pada hari itu, peneliti mulai melakukan wawancara dengan ketua Karamg Taruna

yaitu bapak Ardiansyah, peneliti mulai menggali informasi dengan mewawancarai

pak Ardiansyah berdasarkan pedoman wawancara dsan daftar wawancara yang

telah dibuat oleh peneliti, wawancarai dengan pak Ardiansyah berlansung selama 1

jam 30 menit. Penelitu memints beberapa hasil dokumentasi untuk memperkuat

data hasil penelitia,


127

Catatan Lapangan Hasil Observasi VII

Hari / tanggal : Rabu 16 Maret 2022


Waktu : 09.00 – 10.00 WITA
Tempat : Rumah Peserta Pelatihan
Kegiatan : Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi

Pada hari itu, peneliti langsung berkunjung kerumah peserta pelatihan yang

bernama Bapak Abdul Rohim, peneliti memilih pak Abdul Rohim sebagai salah

satu narasumber karena merupakan peserta pelatihan. Peneliti mulai menggali

informasi dengan mewawancarai pak Abdul Rohim berdasarkan pedoman

wawancara dan daftar wawancara yang telah dibuat oleh peneliti, berlasung kurang

lebih 1 jam, peneliti juga meminta bebrapa hasil dokumentasi untuk memperkuat

data hasil penelitian.


128

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara 1

Kategori : Fasilitator Program

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : Kerajinan kayu dibuat berdasarkan survei kebutuhan
masyarakat dalam artian masyarkat yang paling tahu, masyarkat
butuhnya apa dan masyarakat bisanya apa, berdasarkan hasil
diskusi bersama dengan berbagai pihak salah satunya kelurahan,
dinas UMKM, dan Pertamina, dengan masyarakat bilang
masyarakat melakukan kerajinan kayu apabila dibantu dan
disport, dari hasi pertemuan tersebut diputuskan secara mufakat
dan musyawarah didukung dengan melaksanakan pelatihan kayu
sesuai dengan kebisaan dan keinginan masyarakat tadi.
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : yang terlibat didalam waktu mengidentifikasi ada
Kelurahan, dinas UMKM dan Pertamina dan terlibat juga
kelompok masyarakat seperti karang taruna serta LPM dan satu
pihak lagi yaitu NGO (non government organization) pihak
ketiga nama dari NGO yaitu hobi kayu.
129

2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
Jawaban : warga atau masyarakat kelompok yang dibentuk itu
orang-orang dari anggota dari karang taruna merka memliki
keinginan dan kemauan untuk membuat atau mengelola
kerajinan kayu karena di kelurahan teluk lerong masih belum ada
jadi mereka, tapi masyarakat belum punya keahliannya , dalam
arti keahlian masyarakat ya masih standart, oleh karena itu
dilakukanlah keterempilan keahlian kayu.
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian
Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
Jawaban : untuk menentukan tutor sendiri saya memiliki kenalan
yang memang faham betul dengan kerajinan kayu atau mengukir
kayu maka dari itu saya mengusulkan nama beliu untuk menjadi
instruktur dalam kerajinan kayu
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : dikarenakan beliau salah satu yang mengelola kopi ria
dalam segi bagunan yang ada disamarinda dan sudah memilki
sertifikat merek dari KEMENKUM HAM
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
Jawaban : merekrut anggota dari kelompok kepemudaan dari
karang taruna dan rekomendasi dari ketua langsung untuk
mengikuti program pelatihan kayu
130

d. Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk pelaksanaannya pelatihan pada bulan awal
Januari 2020 atau masih ditengah pandemic Covid 19
2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta
pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : sebenarnya jika sudah terpilih dan menentukan siapa
yang ikut pelatihan, dan seharusnya yang mengikuti yang tidak
memilki pekerjaan sehingga mempunyai pekerjaan setelah
dilatih dan diberikan fasilitas tempat dan alat, namun ada
beberapa masyarakat yang masih bekerja, maka itu salah satu
kondisi yang kurang edial yang seharusnya pekerja itu tidak
direkrut menjadi anggota, dan sebenarnya yang direkrut adalah
yang belum kerja, atau remaja serta jadwal yang sudah
ditentukan oleh pihak Pertamina, Kelurahan dan Karang Taruna
namun peserta pelatihan antusias dalam mengikutin Pelatihan.

3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : untuk materi sediri semua diserahkan kepada mas Aidi
selaku Insturuktur pelatihan dan beliulah yang mengatur materi
waktu pelaksanaan pelatihan
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk metode sendiri saya melihat atau mendampingi
itu sangat santai saat menyampaikan meteri, contohnya saat
131

disuruh mencari inovasi peserta pelatihan langsung faham apa


yang akan meraka buat.
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan?
Jawaban : saat metode sendiri mas Aidi langsung praktek agar
peserta pelatihan tidak bosan dan jika terlalu banyak
menerangkan pasti peserta pelatihan akan jenuh jika tidak
langsung praktekan
4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu
a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : untuk melaksanakan evaluasi menggunakan from
mentoring untuk menanyakan masalah, kendala, dan bahan yang
dibutuhkan, dan setalah mendapatkan kendala langsung mencari
solusi untuk kedepannya dan untuk jangka waktunya itu 1 bulan
satu kali, dan terlibat dari pihak Pertamina, Kelurahan, dan
Ketua Karang Taruna.
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : jika dari pertamina sendiri saya sendiri yang
mengevaluasi selama 10 hari pelatihan dilaksanakan, tapi saya
lihat seperti mas Aidi sendiri melakukan evalusi dikarenakan
untuk melihat kedepan nya atau berkembangnya peserta
pelatihan tersebut.
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
132

Jabawan : untuk proses pelatihan sudah maksimal, cuman untuk


pelaksanaannya masih kurang maksimal, dan kendalanya
persoalan internal kelompok.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan
Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Instruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari intruktur ?

Jawaban: faktor pendukung dari intruktur sendiri jelas kelihatan

dikarenakan mas Aidi sendiri merupakan salah satu pelopor dan perintis

dalam desain Caffe Kopiria dan beliau sendiri memang sudah lama

menjadi pengerajinan kayu dan beliau juga ikut serta dalam komunitas

penghobi kayu yang ada disamaeinda.

2. Peserta
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

Jawaban: untuk peserta sendiri sangat antusias dalam adanya pelatihan

keterampilan keahlian kayu ini, dikarenakan selesai pelatihan peserta

pelatihan lansung menerapkan ilmu yang diapat dari pelatihan,

contohnya seperti bapak abdul rohim yang lansung mengaplikasikan

hasil dari pelatihan.


133

3. Materi (bahan)
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?

Jawaban: dalam bahan yang digunakan didalam pelatihan sepertinya

sudah cukup dan untuk fasilitas sendiri sangat mendukung yang ada di

Worksop keterampilan keahlian kayu yang ada dikelurahan Teluk

Lerong Ulu.
134

Pedoman Wawancara 2

Kategori : Instruktur

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada
pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : kebetulan saya langsung diminta oleh pihak
pertamina untuk menentukan pelatihan kayu tersebut
namun sebelumnya melaksanakan pelatihan tersebut
telah dilakukan servei terlebih dahulu, khususnya
didaerah cendana juga banyak pengerajin kayu dan
masih banyak tukang kayu oleh kareana saya
mengusulkan untuk membuat worshop keahlian kayu
atau karajinan kayu serta membeli perlatan untuk
mendukung dan bekerja sama dengan karang taruna
serta peserta nya dari karang taruna dan masyarakat
sekitar.
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program
Keahlian Kayu?
Jawaban : pihak pertamina, pihak kelurahan, dan
karang taruna dan waktu pelaksanaan instruktur
dibantu oleh dua rekan kerjanya.
135

2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk menyiapkan konsep sendiri saya
selaku instruktur melakukan sendirian dikarenakan
diminta oleh pihak pertamina, dari awal untuk
menyiapkan konsep, dari kerajinan kayu atau meubel,
serta cara penjualannya dari bawah keatas
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program
Keahlian Kayu ?
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : dalam hal ini saya langsung ditunjuk oleh
pihak pertamina untuk menjadi instruktur dalam
pelatihan keterampilan keahlian kayu.
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian
Kayu ?
Jawaban: mungkin Kak febri sendiri sudah mengenal
saya dan sudah tau bidang saya dalam keterampilan
atau kerajinana kayu sendiri.
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan
Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada
pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk perekrutan diserahkan kepada karang
taruna dan semua peserta dari karang taruna
136

d. Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian


Kayu
1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian
Kayu
Jawaban : januari 2020, kalau untuk tanggal saya lupa
soalnya sudah lebih satu tahun yang lalu
2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi
peserta pelatihan untuk melaksanakan pelatihan
program Keahlian Kayu?
Jadwal : setiap hari dan waktu nya hanya 3 jam dari 8
pagi sampai jam 11 pagi, dikarenakan jika melakukan
seharian takut peserta pelatihannya bosan, jadi
trimetmennya hanya 3 jam. Dan dilaksanakan 10 hari
untuk 10 peserta hadir terus dan memilki semangat

3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : jadi sebelum melaksanakan pelatihan melakukan pendekatan
ke masyarakat dikarenakan jika tidak melakukan pendekatan terlebih
dahulu warga atau masyarakat akan bingung dalam melaksanakan
pelatihan
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program Keahlian Kayu
?
Jawaban : untuk metode sendiri mengalir sendiri, contohnya saat mau
bikin lemari kecil kita disain terlebih dahulu dan membuat ukuran
detailnya dan diajarin mengunakan ajaran kerja nya
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program Keahlian
Kayu kepada peserta pelatihan?
137

Jawaban : untuk media yang ditentukan selama ini saya langsung


memperaktekan dengan menggunakan metode demokrasi
4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu
a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : kalau untuk penyusunan kriteria sendiri saya keamarin
setalah selesai pelatihan saya langsung mengevaluasi apa yang
saja yang kurang, jadi bisa langsung dibenahi kesalahan waktu
proses pelatihan kemarin.
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : kalau setalah proses pelatihan kemarin pihak Karang
Taruna dan Pertamina semuanya diserahkan kepada saya semua
untuk mengevaluasi selama proses berjalannya pelatihan.
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : waktu untuk 10 hari sudah maksimal setidaknnya
peserta pelatihan sudah faham dasar dalam kerajinan kayu dan
tinggal peserta bagaimana cara mengembangkan hasil dari
pelatihan, tapi selama setelah pelatihan setiap 1 bulan sekali
masih saya lihat bagaimana perkembangan
138

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan


Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Instruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari intruktur ?

Jawaban: saya sendiri sebenarnya memang orang dibidang kerajinan

kayu jadi faham betul untuk bagaimana mengelola kayu untuk menjadi

bahan yang menarik sehingga menjadi bahan jual, dan saya juga

merupakan salah satu orang desain di Cafe Kopiria yang ada

disamarinda.

2. Peserta

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

Jawaban: untuk dilihat dari peserta sendiri mereka sangat senang waktu

diadakan pelatihan keterampilan keahlian kayu soalnya dalam

pelaksanakan peserta full 10 orang terus yang datang dari 10 hari

berjalannya pelatihan, terus saya lihat salah satu peserta pelatihan sudah

mengaplikasikan hasil dari pelatihan keterampilan kayu.

3. Materi (bahan)

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?

Jawaban: kalau dari bahan sendiri kemarin sudah cukup untuk dibuat

pelatihan, karena untuk pelatihan sendiri saya rasa sudah cukup untuk
139

segi bahan itu sendiri dan serta fasilitas sudah bagus tinggal

menambahkan sedikit apa yang kurang


140

Pedoman Wawancara 3

Kategori : Ketua Karang Taruna

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : sebelum pelaksanaan kemarin kami pihak dari
Kelurahan, Dinas UMKM dan Pertamina turun langsung untuk
observasi kepada masyarakat dan menanyakan langsung kepada
masyarakat, warga setempat itu butuhnya apa, setalah
mendapatkan informasi dari masyarakat, bahwa mereka ingin
menjadi pengerajin kayu, oleh karena itu kami melakukan
diskusi bersama dengan pihak, Kelurahan, Dinas UMKM dan
Pertamina untuk melaksanakan pelatihan keahlian kayu yang
bertempat di Kelurahan Teluk Lerong Ulu
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : yang terlibat dalam pelaksanaan identifikasi seperti
yang saya sebutkan tadi, ada pihak Kelurahan, Pertamina, dan
Dinas UMKM, serta ada satu pihak lagi yaitu para komunitas
pencinta kayu
141

2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu?
Jawaban : penyiapan konsep sepenuhnya dari kami sendiri dan
dari pihak kelurahan dikarenakan, peserta yang ikut dalam
pelatihan dari pemuda karang taruna
b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
Jawaban : menentukan instruktur sendiri saya kurang tau
dikarenakan yang menentukan langsung dari pihak pertamina,
kami dari pihak karang taruna tidak ikut andil dalam melilih
intruktur
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk instruktur sendiri saya perhatikan memang
beliau memiliki kemampuan dalam mengolah kayu atau
membuat kerajinan kayu
c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
Jawaban : peserta sendiri dari pihak karang taruna jadi tidak
merekrut anggota baru, semuanya dari pihak karang taruna
d. Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu
Jawaban : untuk pelaksanaan pelatihannya dibulan Januari 2020
142

2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta


pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : sebelum diadakannya pelatihan dari pihak karang
taruna sendiri mendiskusikan dengan peserta untuk meluangkan
waktu kosong, dan sebenarnya yang ikut juga kan anak-anak
muda jadi gampang untuk menyesuaika waktunya
3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : untuk materi sendiri semua diserahkan semua kepada
instruktur
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
Jawaban : dalam menentukan metode itu sendiri mas aidi satai
dan sering ngajak peserta pelatihan untuk mengobrol, contohnya
jika peserta pelatihan belum faham dengan materi yang
disampaikan mas aidi lansung menanyakan jadi komunikasi
lancar dengan instruktur
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan?
Jawaban : dalam menyampaikan materi mas aidi sendiri lebih
kepraktek langsung, jadi peserta langsung disuruh untuk belajar
sendiri
4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu
a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi pelatihan
program Keahlian Kayu?
143

Jawaban : dari saya sendiri untuk melakukan evaluasi dilihat bagian


apa yang kurang, kendala apa aja selama satu bulan, dan jika sudah
masuk kebulan depannya selalu dibenahi apa saja yang kurang.
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : khususnya saya sendiri selaku ketua karang taruna dan
dari saya sendiri melakukan evaluasi satu bulan satu kali.
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran pelatihan
program Keahlian Kayu?
Jawaban : untuk proses pelatihan sendiri menurut saya sudah
maksimal, mungkin tinggal mengembangakan hasil dari pelatihan
yang sudah didapat.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan
Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal
Samarinda
1. Instruktur
Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari intruktur ?

Jawaban: saya rasa yang dapat dilihat dari instruktur mas Aidi memang

sudah faham betul masalah bagaimana mengelola kayu itu sendiri jadi

beliau gamapang aja untuk menyalurkan ilmunya kepada peserta

pelatihan itu sendiri.


144

2. Peserta

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

Jawaban: dalam segi peserta kemarin mereka sangat antusias juga dalam

pelaksanaan pelatihan, mungkin gara-gara bisa dapat ilmu baru senrta

pengalaman yang baru juga dan saya lihat ada juga peserta pelataihan

yang sudah mengalikasikan hasil dari pelatihan kemarin jadi saya rasa

sudah cukup dapat ilmu yang bisa dikembangkan.

3. Materi (bahan)

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?

Jawaban: dalam segi bahan sendiri sudah sangat cukup bagi saya serta

dan pihak Kelurahan dan Pertamina berkerja sama jadi untuk bahan

yang kurang lansung mereka penuhi serta faslitas sendiri sudah sangat

cukup untuk buat pelatihan


145

Pedoman Wawancara 4

Kategori : Peserta Pelatihan

Kode :

Nama Responden :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan


a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan pada pelaksanaan
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : kemarin dari pihak Kelurahan, Pertamina dan Dinas
UMKM mendatangi langsung kerumah untuk menayakan
pelatihan apa yang cocok untuk dikembangkan, setalah ngobrol
panjang maka ditentukan kalau mau mengadakan pelatihan
kayu.
2) Siapa saja yang terlibat dalam proses mengidentifikasi
kebutuhan pada pelaksanaan pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : setau saya yang terlibat ada dari Kelurahan,
Pertamina, dan Dinas UMKM, serta ada satu pihak lagi yaitu
para komunitas pencinta kayu

2. Perencanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Penyiapan Konsep Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara penyiapan konsep pada pelatihan program
Keahlian Kayu ?
Jawaban : untuk menpenyiapan konsep sendiri saya kurang tau
soalnya, setau saya sudah disiapkan oleh pihak kelurahan
sendiri.
146

b. Menentukan Tutor Atau Pelatih Dalam Pelatihan Program Keahlian


Kayu
1) Bagaimana cara menentukan tutor atau pelatih pada pelatihan
program Keahlian Kayu?
Jawaban : kalau istruktur saya sempet tanyakan ke pak
ardiansyah selaku ketua karang taruna, katanya beliau sendiri
instruktur sudah ditentukan oleh pihak pertamina.
2) Kenapa pelatih tersebut dipilih sebagai pelatih dalam
melaksanakan proses pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : setau saya memang beliau pak aidi selaku instruktur
faham memang masalah bagaimana mengelola kayu untuk
dijadikan kerajinan

c. Menentukan Sasaran Atau Peserta Pelatihan Pada Pelatihan Program


Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara merekrut peserta pelatihan pada pelatihan
program Keahlian Kayu ?
Jawaban : saya kurang faham kalau masalah itu, soalnya setau
saya peserta pelatihan semua dari karang taruna
d. Menentukan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Kapan dilaksanakannya pelatihan program Keahlian Kayu ?
Jawaban : pelaksanaan pelatihannya sendiri kalau saya tidak
lupa di bulan Januari awal pandemi
2) Bagaimana cara menentukan jadwal yang efektif bagi peserta
pelatihan untuk melaksanakan pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : kalau saya sendiri pekerjaannya gak pasti jadi untuk
menentukan jadwal waktu ikut pelatihan tinggal menyesuaikan
dari pihak karang taruna.
147

3. Implementasi Pelatihan Program Keahlian Kayu


a. Materi Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan materi pelatihan program Keahlian
Kayu?
Jawaban : satau saya masalah materi yang disampaikan oleh
instruktur memang tentang bagaimana mengelolah kayu menjadi
produk yang bisa dikembangkan
b. Metode Pelaksanaan Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan metode pelatihan program
Keahlian Kayu ?
Jawaban : dalam segi metode instruktur sangatlah nyaman jadi
sangat mudah dicerna oleh peserta pelatihan itu sendiri
2) Bagaimana cara penyampaian metode pelatihan program
Keahlian Kayu kepada peserta pelatihan?
Jawaban : dalam penyampaikan materi juga instruktur lebih
banyak kepraktek, jadi kami selaku peserta pelatihan merasa
nyaman, dan kami pula disuruh berfikir untuk mencari inovasi
yang untuk mengelola kayu tersebut

4. Evaluasi pelatihan program Keahlian Kayu


a. Penyusunan Kriteria Evaluasi Pelatihan Program Keahlian Kayu
1) Bagaimana cara menentukan penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : saya sendirikan peserta di pelatihan Keahlian Kayu,
jadi untuk menentukan kriteria, saya pribadi setelah pelatihan
selesai saya langsung mencoba praktek sendiri untuk membuat
kerajinan kecil-kecilan contohnya tempat buang rokok, setelah
saya buat langsung tak bagikan ke orang-orang terdekat, untuk
mengenalkan produk yang saya buat sendiri.
2) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kriteria evaluasi
pelatihan program Keahlian Kayu ?
148

Jawaban : saya sendiri dikarenakan yang saya bilang tadi setelah


selesai pelatihan saya langsung mencoba praktek
b. Metode Yang Akan Digunakan Untuk Evaluasi Pelatihan Program
Keahlian Kayu
1) Selama kegiatan pelatihan program Keahlian Kayu berlangsung
menurut anda apakah ada proses pelatihan sudah maksimal atau
masih ada yang kurang efektif pada proses pembelajaran
pelatihan program Keahlian Kayu?
Jawaban : menurut saya sendiri sudah maksimal soalnya peserta
sendiri saat antusias untuk mengikuti pelatihan kemarin, dan
saya berfikir dengan adanya pelatihan kemarin sangat
membantu, dikarenakan kita dapat ilmu baru yang sebelumnya
belum diproleh sama sekali, dan mendapatkan skiil untuk
dikembangkan kedepannya.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Pelatihan

Keahlian Kayu Bagi Karang Taruna Oleh CSR Pertamina Fuel Terminal

Samarinda

1. Instruktur

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari intruktur ?

Jawaban: waktu pelaksanaan pelatihan materi yang dikasih intruktur

sangatlah mudah dimengerti dan kelihatannya inruktur memang orang

yang sudah berpengelaman dibidang kerjinan kayu


149

2. Peserta

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari peserta ?

Jawaban: selama proses pelatihan yang saya lihat peserta sendiri

sangatlah aktif contoh salah satunya jika peserta yang belum faham

dengan yang disampaikan intruktur lansung ditanyakan dan serta semua

peserta sangatlah antusian didalam mengikuti pelatihan keterampilan

keahlian kayu kemarin.

3. Materi (bahan)

Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan keterampilan

keahlian kayu dilihat dari fasilitas ?

Jawaban: untuk bahan kemarin yang digunakan dalam pelaksanaan

pelatihan sudah cukup memadai, serta fasilitas sudah cukup untuk

dibuat bahan praktek lansung setelah selesai pelatihan.


150

LAMPIRAN 4 SURAT PENGANTAR PENELITIAN

A. Surat Pengantar Penelitian Dari Jurusan Ilmu Pendidikan


151

B. Surat Pengantar Dari Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


152

C. Surat Balasan Dari Pertaminal Fuel Terminal Samarinda


153

D. Surat Pengantar Penelitian Dari Kelurahan Teluk Lerong Ulu


154

LAMPIRAN 5 SARANA DAN PRASARANA KARANG TARUNA


A. Sarana Karang Taruna

gambar 1. Alat-alat Pembuatan gambar 2. Alat Pemotong Kayu


kerajinan kayu

B. Prasarana Karang Taruna

gambar 1. Hasil berupa Foto dari gambar 2. Hasil berupa jam dinding
kerjinan kayu dari kayu

gambar 3. Gedung tempat pelatihan


155

LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI PENELITIAN

gambar 1. Wawancara bersama ibu Febri selaku Fasilitator Program Pelatihan


Keahlian kayu

gambar 2. Wawancara bersama Pak Ardiansyah Selaku Ketua Karang Taruna


Kelurahan Teluk Lerong Ulu

gambar 3. Wawancara bersama Mas Aidi Selaku Instruktur Proses Pelatihan Keahlian
kayu
156

gambar 4. Wawancara bersama Pak Abdul Rohim Selaku Peserta Pelatihan

gambar 5. Wawancara bersama kepala Rt. 36

Anda mungkin juga menyukai