Anda di halaman 1dari 217

MENGEMBANGKAN KOGNITIF DAN AKTIVITAS BELAJAR

MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN METODE


EKSPERIMEN PADA SENTRA BAHAN ALAM KELOMPOK B1
TK KEMALA BHAYANGKARI 14 MARABAHAN

SKRIPSI

OLEH
NI KETUT AYU LESTARI
NIM. 1810126220038

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BANJARMASIN
2022
MENGEMBANGKAN KOGNITIF DAN AKTIVITAS BELAJAR
MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN METODE
EKSPERIMEN PADA SENTRA BAHAN ALAM KELOMPOK B1
TK KEMALA BHAYANGKARI 14 MARABAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat

OLEH

NI KETUT AYU LESTARI


NIM. 1810126220038

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BANJARMASIN
2022

i
ABSTRAK
Lestari, Ni Ketut Ayu. 2022. “Mengembangkan Kognitif Dan Aktivitas Belajar
Melalui Model Project Based Learning Dan Metode Eksperimen Pada
Sentra Bahan Alam Kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14
Marabahan” Skripsi Program S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lambung
Mangkurat. Dosen Pembimbing Maimunah, M.Pd.

Kata Kunci: Aktivitas, Kognitif, Kegiatan Eksploratif dan Menyelidik, Model


Project Based Learning Dan Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan
Alam.

Penelitian ini dilatarbelakangi pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar


pada aspek kognitif anak dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik pada
kemampuan mengenal sains. Hal ini disebabkan aktivitas anak cenderung tidak
aktif, anak mudah bosan tidak ikut berpartisipasi dalam belajar, upaya pemecahan
masalah menggunakan model Project Based Learning Dan Metode Eksperimen
Pada Sentra Bahan Alam. Tujuan penelitian untuk mendeksripsikan aktivitas
guru, anak, dan menganalisis hasil perkembangan kognitif anak dalam kegiatan
eksploratif dan menyelidik pada kemampuan mengenal sains.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian
Tindakan Kelas, yang dilaksanakan dengan empat kali pertemuan. Subjek
penelitian adalah anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan
Tahun pelajaran 2021/2022. Faktor yang diteliti adalah faktor aktivitas guru, anak
dan hasil perkembangan kognitif. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan
penilaian perkembangan kognitif. Analisis data dilakukan dengan teknik
deskriptif kualitatif yang dijabarkan dengan tabulasi dan grafik disajikan dengan
indikator ketuntasan belajar yang ditentukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Aktivitas guru pada
pertemuan ke-1 dengan skor 16 kategori “Baik”, Pertemuan ke-2 dengan skor 17
kategori “Baik”, Pertemuan ke-3 dengan skor 20 kategori “Sangat Baik” dan
pertemuan ke-4 dengan skor 23 kategori “Sangat Baik”. (2) aktivitas anak
pertemuan ke-1 dengan presentase 33.3% kategori “Kurang Aktif”, Pertemuan ke-
2 dengan presentase 44.4% kategori “Cukup Aktif”, Pertemuan ke-3 dengan
presentase 88.9% kategori “Aktif” dan pertemuan ke-4 dengan presentase 100%
kategori “Sangat Aktif”. Hasil perkembangan kognitif pertemuan ke-1 presentase
33.3% hanya 3 anak yang berhasil berkembang hingga pada pertemuan ke-4
mencapai 100% atau 9 anak berhasil berkembang mendapatkan (BSH) dan (BSB).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil perkembangan kognitif sesuai indikator
keberhasilan yang ditentukan. Disarankan bagi guru, kepala sekolah dan peneliti
selanjutnya dapat dijadikan sebagai referensi dalam memilih model pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam mengembangkan kognitif
dan aktivitas belajar dalam mengenal konsep sains sederhana.

ii
ABSTRACT
Lestari, Ni Ketut Ayu. 2022. "Developing Cognitive and Learning Activities
Through Project Based Learning Models and Experimental Methods
at the Natural Materials Center Group B1 Kindergarten Kemala
Bhayangkari 14 Marabahan" Thesis for the Undergraduate Program in
Early Childhood Education Teacher Education. Faculty of Teacher
Training and Education. Lambung Mangkurat University. Advisory
Lecturer Maimunah, M.Pd.

Keywords: Activities, Cognitive, Exploratory and Investigative Activities, Project


Based Learning Models And Experimental Methods Based On Natural
Materials Centers.

This research is motivated by the low activity and learning outcomes in the
cognitive aspects of children in exploratory activities and probing the ability to
know science. This is because children's activities tend to be inactive, children get
bored easily and do not participate in learning, problem solving efforts use the
Project Based Learning model and the Experimental Method at the Natural
Materials Center. The purpose of the study was to describe the activities of
teachers, children, and analyze the results of children's cognitive development in
exploratory and probing activities on the ability to know science.
This study uses a qualitative approach with the type of Classroom Action
Research, which was carried out in four meetings. The research subjects were
children of group B1 Kindergarten Kemala Bhayangkari 14 Marabahan in the
2021/2022 academic year. The factors studied were the activity of teachers,
children and the results of cognitive development. Data collection techniques with
observation and assessment of cognitive development. Data analysis was carried
out using qualitative descriptive techniques described by tabulations and graphs
presented with specified learning mastery indicators.
The results of this study indicate that (1) the teacher's activities at the 1st
meeting with a score of 16 categories "Good", the 2nd meeting with a score of 17
categories "Good", the 3rd meeting with a score of 20 categories "Very Good" and
the third meeting with a score of 20 categories "Very Good" -4 with a score of 23
in the “Very Good” category. (2) children's activities at the 1st meeting with a
percentage of 33.3% in the "Less Active" category, the 2nd meeting with a
percentage of 44.4% in the "Enough Active" category, the 3rd meeting with a
percentage of 88.9% in the "Active" category and the 4th meeting with a
percentage of 100% in the "Very Active" category. The results of cognitive
development at the 1st meeting were 33.3%, only 3 children succeeded in
developing until at the 4th meeting it reached 100% or 9 children succeeded in
developing (BSH) and (BSB).
Based on the results of the study, it can be concluded that the application
of project based learning models and experimental methods at natural material
centers can increase activities and cognitive development outcomes according to
the determined success indicators. It is recommended for teachers, principals and
further researchers to be used as a reference in choosing an active, creative,
effective and fun learning model in developing cognitive and learning activities in
recognizing simple science concepts.

iii
KATA PENGANTAR

Om Awignam Astu Namo Sidham

Astungkare segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang

Hyang Widhi Wasa Karena berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mengembangkan Kognitif Dan

Aktivitas Belajar Melalui Model Project Based Learning Dan Metode

Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan” .

Dengan kerendahan hati dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Ibu Maimunah, M.Pd yang telah memberikan

kesempatan dan meluangkan waktunya untuk bersedia memberikan arahan dan

bimbingan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya peneliti

sampaikan kepada semua pihak yang ikut serta membantu dalam penyelesaian

skripsi ini,yaitu kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. selaku Rektor Universitas Lambung

Mangkurat;

2. Bapak Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat;

3. Bapak Dr. Ali Rachman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin;

iv
4. Prof Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D selaku Ketua Tim Pengembang

PGSD dan PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UniversitasLambung Mangkurat Banjarmasin;

v
5. Ibu Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd selaku Ketua Program Studi PG-PAUD FKIP

Universitas Lambung Mangkurat;

6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi PG-PAUD FKIP

Universitas Lambung Mangkurat;

7. Ibu Nur Bayah, S.Pd Kepala sekolah TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan;

8. Ibu Astuti Rupidah, S.Pd selaku wali Kelompok B TK kemala Bhayangkari 14

Marabahan

9. Seluruh Dewan Guru TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan;

10. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan terutama kepada orang tua

saya Bapak I Wayan Tana (Alm) dan Ibu Ni Ketut Karmini, kakak saya Ni

Putu Sugiantari, Ni Kadek Sutini dan I Nyoman Budiantor yang selalu

memberikan doa yang tiada henti, serta kasih sayang, semangat, cinta yang

tulus hingga peneliti dapat memasuki jenjang perkuliahan sampai tahap

penyusun skripsi ini

11. Seluruh teman-teman dari kelas C PG PAUD 2018 yang telah memberikan

motivasi dan semangat, serta menjadi teman yang membuat suasana kelas

ramai dan gembira.

12. Rekan-rekan mahasiswa satu bimbingan

13. Semua pihak turut membantu baik tenaga, doa serta pikiran selama penyusunan

skripsi ini;

Penulis menyadari apa yang dilaporkan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Atas segala petunjuk, bimbingan, bantuan dan partisipasi yang

telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Ida Shang Hyang widhi Wasa.

Semoga hasil penelitian ini membawa manfaat bagi saya dan bagi kita semua

vi
insan pendidik untuk meningkatkan keprofesionalan guru dimasa yang akan

datang. Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

dibutuhkan untuk kesempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, Mei 2022

Ni Ketut Ayu Lestari


NIM. 1810126220038

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................
ABSTRAK..................................................................................................... ii
ABSTRACT.................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 11
C. Rencana Pemecah Masaah........................................................... 11
D. Tujuan Penelitian.......................................................................... 15
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 17
A. Kajian Teori.................................................................................. 17
1. Hakikat Anak Usia Dini......................................................... 17
2. Karakteristik Anak Usia Dini................................................. 20
3. Prinsip-prinsip perkembangan................................................ 21
4. Aktivitas Guru, Aktivitas Anak dan Hasil Belajar................. 22
5. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini................................ 25
6. Hakikat Sains Anak Usia Dini................................................ 26
7. Model Pembelajaran............................................................... 34
B. Hasil Penelitian Yang Relevan..................................................... 46
C. Kerangka Berpikir........................................................................ 47
D. Hipotesis....................................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 51
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................... 51
1. Pendekatan Penelitian............................................................. 51

ix
2. Jenis Penelitian....................................................................... 52
B. Setting Penelitian.......................................................................... 56
1. Tempat Penelitian................................................................... 56
2. Alasan Memilih Setting.......................................................... 56
3. Subjek Penelitian.................................................................... 57
C. Faktor Yang Di Teliti................................................................... 57
1. Faktor Aktivitas Guru............................................................. 58
2. Faktor Aktivitas Anak............................................................ 59
3. Faktor Aktivitas Pekembangan Anak..................................... 60
D. Skenario Tindakan........................................................................ 61
E. Data, Sumber Data dan Analisis Data.......................................... 72
1. Sumber Data........................................................................... 72
2. Jenis Data............................................................................... 73
3. Tenik Pengumpulan Data....................................................... 73
4. Analisis Data.......................................................................... 74
F. Indikator Keberhasilan................................................................. 77
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN................ 79
A. Deskripsi Setting atau Lokasi Penelitian...................................... 79
1. Gambaran Lokasi Penelitian.................................................. 79
2. Sarana dan Prasarana Sekolah................................................ 80
3. Tenaga Pendidik..................................................................... 81
4. Anak dan Peserta Didik.......................................................... 81
B. Persiapan Penelitian..................................................................... 82
1. Persiapan Administrasi........................................................... 82
2. Persiapan Penunjukan Observer............................................. 83
3. Persiapan Teknis..................................................................... 84
C. Pelaksanaan Tindakan Kelas........................................................ 84
D. Hasil Perbandingan Kecenderungan P1,P2,P3 dan P4................. 157
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian................................................. 167
1. Aktivitas Guru........................................................................ 167
2. Aktivitas Anak........................................................................ 175
3. Hasil Perkembngan Kognitif.................................................. 180

x
BAB V PENUTUP........................................................................................ 183
A. Kesimpulan................................................................................... 183
B. Saran............................................................................................. 184
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 185

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru…………………………………………. 73


Tabel 3. 2 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Individual……………………………... 74
Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Secara Klasikal……………………….. 74
Tabel 3. 4 Kriteria Perkembangan Kognitif Anak…………………………………….75
Tabel 4. 1 Nama-Nama Tenaga Pendidik……………………………………………...80
Tabel 4. 2 Daftar Nama Anak Kelompok B1…………………………………………. 81
Tabel 4. 3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)………………………………..84
Tabel 4. 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 1………………………... 90
Tabel 4. 5 Rentang Skor………………………………………………………………. 90
Tabel 4. 6 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 1…………………………………….94
Tabel 4. 7 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 1……………………….. 94
Tabel 4. 8 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 1………………………. 97
Tabel 4. 9 Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Pertemuan 1……………………… 99
Tabel 4. 10 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1……………………….. 100
Tabel 4. 11 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1………... 103
Tabel 4. 12 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 1………………………… 103
Tabel 4. 13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 2………………………. 120
Tabel 4. 14 Rentang Skor……………………………………………………………... 121
Tabel 4. 15 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 2……………………… 125
Tabel 4. 16 Hasil Observasi Anak Secara Klassikal Pertemuan 2…………………… 128
Tabel 4. 17 Hasil Capaian Perkembangan Kognitif 2………………………………… 130
Tabel 4. 18 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2……………………….. 131
Tabel 4. 19 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2………... 134
Tabel 4. 20 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 2………………………… 134
Tabel 4. 21 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 3………………………. 151
Tabel 4. 22 Rentang Skor……………………………………………………………... 151
Tabel 4. 23 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan……………………………………..154
Tabel 4. 24 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 3……………………… 155
Tabel 4. 25 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 3…………………… 158
Tabel 4. 26 Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Pertemuan 3…………………….. 159
Tabel 4. 27 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3……………………….. 160
Tabel 4. 28 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3………... 163
Tabel 4. 29 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 3………………………… 164
Tabel 4. 30 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 4………………………. 180

xii
Tabel 4. 31 Rentang Skor……………………………………………………………... 180
Tabel 4. 32 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 4…………………………………...184
Tabel 4. 33 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 4……………………… 184
Tabel 4. 34 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 4…………………… 187
Tabel 4. 35 Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Pertemuan 4…………………….. 189
Tabel 4. 36 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4……………………….. 189
Tabel 4. 37 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4……....... 192
Tabel 4. 38 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 4………………………… 193
Tabel 4. 39 Kecenderungan Aktivitas Guru…………………………………………... 202
Tabel 4. 40 Kecenderungan Aktivitas Anak…………………………………………...204
Tabel 4. 41 Kecenderungan Hasil Perkembangan Kognitif Anak……………………. 206

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010)………………………..53


Gambar 4. 2 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 1………………………………….. 98
Gambar 4. 4 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1……………………….103
Gambar 4. 5 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal Pertemuan 1……...105
Gambar 4. 7 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2……………………….134
Gambar 4. 8 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal Pertemuan………136
Gambar 4. 10 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 3………………………………… 158
Gambar 4. 12 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3……………………...163
Gambar 4. 13 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal Pertemuan……... 165
Gambar 4. 15 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 4………………………………... 188
Gambar 4. 17 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4……………………...192
Gambar 4. 18 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal………………….. 194
Gambar 4. 19 Hasil Aktivitas Guru Secara Klasikal………………………………….. 203
Gambar 4. 20 Kecenderungan Aktivitas Anak Klasikal……………………………… 205
Gambar 4. 21 Hasil Perkembangan Kognitif Klasikal………………………………... 207
Gambar 4. 22 Kecenderungan P1, P2, P3 dan P4…………………………………….. 209

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Lembaga.............................................233


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol..............................................................234
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian............................................235
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kealian Tulisan.....................................................................236
Lampiran 5 Daftar Riwayat Peneliti.....................................................................................237

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberi

dampak signifikan pada seluruh aspek kehidupan, sehingga hal ini memberi

implikasi pula bagi pengembangan sumber daya manusia yang harus memiliki

kompetensi utuh. Perlu adanya sebuah kesadaran untuk mempersiapkan

generassi yang mampu dan siap bersaing dimasa yang akan datang melalui

pendidkan, yang diorientasikan pada upaya dalam melahirkan insan-insan

pendidikan yang memiliki kompetensi utuh dan karakter yang kuat, serta

memiliki sikap postif secara bijaksana. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Abidin,2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan

yang semakin berat, yaitu bahwa pendidikan hendaknya mampu menghasilkan

sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh.

Dalam bidang pendidikan sangat erat kaitannya dengan belajar dan

pembelajaran. Karena jika tidak belajar maka tidak akan ada pendidikan yang

berkualitas. Belajar merupakan modifikasi sikap dan kelakuan melalui

pengalaman belajar bukan suatu hasil akan tetapi proses yang akan

mengantarkan setiap individu mengenai berbagai pengalaman, mengamati,

memahami terhadap sesuatu yang sudah dipelajari. Sedangkan pembelajaran

menurut (Akhiruddin dkk, 2019 : 1) adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan prosedur yang

saling mempengaruhi dalam rangka mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

1
Tercapainya tujuan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan keberhasilan belajar mengajar karena pembelajaran merupakan

aktivitas utama dalam sebuah pendidikan di sekolah. Dalam konteks kurikulum

2013 pembelajaran diorientasikan untuk menghasilkan insan yang produktif,

kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan

(tahu bagaimana) dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Salah satu

aspek penting yang harus dikembangkan secara optimal dalam pembelajaran

anak usia dini adalah aspek kognitif.

Kognitif merupakan suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu yang

menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau

peristiwa. Aspek kognitif juga sering dikenal dengan kemampuan daya pikir

individu. Pada dasarnya pengembangan kemampuan kognitif dimaksudkan

agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca

inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak

dapat melangsungkan hidupnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014

perkembangan kognitif pada anak usia dini meliputi: 1) belajar dan pemecahan

masalah, mencakup kemampuan menunjukkan aktivitas yang bersifat

eksploratif dan menyelidik dalam mengenal konsep sains sederhana tentang

benda-benda dimasukan kedalam air (terapung, melayang dan tenggelam); 2)

berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klarifikasi, pola, berinisiatif,

berencana, dan mengenal sebab akibat; 3) berpikir simbolik, mencakup

kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan,

2
mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan

imajinasinya dalam bentuk gambar.

Kegiatan pembelajaran yang dapat menstimulasi perkembangan kognitif

anak salah satunya yaitu aktivitas eksploratif dan menyelidik dimana anak

seharusnya mampu mencoba dan menceritakan bagaimana ketika suatu benda

dimasukan ke dalam air, mengenal konsep benda terapung, tenggelam dan

melayang pada kegiatan pengenalan konsep sains sederhana.

Menurut (Morrison, 2012) menjelaskan bahwa sains merupakan sarana

ideal untuk mengembangkan pikiran anak-anak guna bertanya tentang dunia

alam, sains mengapresiasi keragaman kehidupan dan saling keterkaitannya.

Tahapan pembelajaran sains sederhana untuk anak usia dini dimulai dengan

mengeksplorasi hal yang paling terdekat dengan dirinya, seperti makanan,

minuman, kegemaran, semua aktivitas tentang dirinya dengan metode dan

model pembelajaran yang berpusat kepada anak dan sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Sains merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang

merupakan proses yang berisikan teori atau konsep yang diperoleh melalui

pengamatan dan penelitian. Dengan demikian sangat penting untuk anak

diajarkan dalam mengembangkan sejumlah keterampilan dari suatu proses

sains agar anak mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya. Melalui

pembelajaran sains anak diajak untuk berpikir kritis, karena dengan sains anak

tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Hal yang mereka lakukan

adalah mengamati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang ada dengan

3
melakukan percobaan sains dan keterampilan proses anak-anak dapat

ditingkatkan kemampuan sainsnya

Pada umumnya pembelajaran sains di Pendidikan Anak Usia Dini masih

berupa konsep dan hafalan yang berupa produk seperti mengajarkan tentang

tata surya misalnya: bulan, bintang, dan lain-lain bukan tentang mengajarkan

sebuah proses sains. Jika hal ini terus dibiarkan terjadi maka akan

menimbulkan anak akan takut pada sains. Pembelajaran sains di satuan

pendidikan anak usia dini juga banyak yang masih berpusat pada guru

(Teacher Centre) sehingga menimbulkan perhatian anak menjadi tidak fokus.

Mengapa hal demikian terjadi? Jawabannya adalah karena dalam proses

pembelajaran anak tidak diajak untuk ikut terlibat langsung dalam proses

pembelajaran sains tersebut.

Fakta di lapangan diperoleh bahwa penyebab permasalahan ini

dikarenakan anak hanya belajar sebatas dari apa yang dijelaskan oleh guru dan

hafalan menggunakan lembar kerja saja yang menimbulkan rendahnya

kemampuan anak dalam berpikir kritis, mengamati dan mengevaluasi sesuatu,

anak belum mampu dalam bersikap ilmiah serta kurangnya kesempatan anak

untuk mengeskplorasi alam dan lingkungan sekitarnya.

Proses pembelajaran yang kurang menekankan pada berpikir kritis dalam

memecahkan masalah yang berbasis alam sekitar serta proses pembelajaran

berjalan satu arah (Teacher Centre) yang mengakibatkan anak kurang berminat

dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Selaras dengan yang

dikemukakan oleh (Hernawati, 2017) mengungkapkan bahwa banyaknya siswa

yang tidak memperdulikan penjelasan guru di depan kelas menyebabkan proses

4
belajar mengajar tidak dapat terlaksana secara optimal. Sehingga minat belajar

anak pada pemahaman sains pun menurun.

Berdasarkan hasil observasi pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari

14 Marabahan ditemukan bahwa pembelajaran tentang mengenal konsep sains

sederhana kepada anak dengan materi benda tenggelam, terapung dan

melayang belum sesuai harapan dikarenakan pada saat pembelajaran anak

masih belum mampu melakukan aktivitas eksplorasi dengan keterlibatan secara

langsung, sehingga hal ini menurunkan rasa antusiasme anak dalam mengikuti

proses pembelajaran di kelas. Anak memilih asyik terhadap aktivitas yang

dilakukannya sendiri dengan mengabaikan penjelasan yang diberikan guru,

karena menurut anak pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas tidak

dapat menarik perhatiannya.

Hal ini dibuktikan dengan 1 dari 9 anak atau kurang dari 11.1% anak di

kelas yang mampu menunjukkan aktivitas eksploratif dan menyelidik pada

kegiatan mengenal konsep sains sederhana mengenai materi benda tenggelam,

terapung dan melayang dengan memperoleh kategori nilai Berkembang Sangat

Baik (BSB). Sedangkan 2 orang anak atau 22.2% anak dapat menunjukkan

aktivitas eksploratif dan menyelidik pada mengenal konsep sains sederhana

mengenai materi benda tenggelam, terapung dan melayang dengan kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH). 6 anak atau 66.6% anak mulai mampu

menunjukkan aktivitas eksploratif dan menyelidik pada mengenal konsep sains

sederhana mengenai materi benda tenggelam, terapung dan melayang dengan

memperoleh kategori nilai Mulai Berkembang (MB).

5
Pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi kesenjangan antara

kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi nyata di lapangan yaitu

rendahnya kemampuan anak mengenai konsep sains sederhana tentang benda

tenggelam, terapung dan melayang. Apabila permasalahan dalam mengenal

konsep sains sederhana ini tidak segera ditangani maka indikator tingkat

keberhasilan dan capaian perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep

sains sederhana belum mencapai kondisi ideal yang sesuai dengan keberhasilan

PAUD yang sudah di tetapkan.

Solusi penyelesaian sangat berperan penting dalam mengatasi

permasalahan agar menghindari dampak buruk yang akan ditimbulkan. Dimana

permasalahan rendahnya pemahaman konsep sains pada anak sangat

mempengaruhi sikap ilmiah pada anak, kemampuan anak dalam berpikir kritis

dalam mengamati dan mengevaluasi sesuatu jika tidak segera diatasi maka

akan berdampak pada anak. Maka dari itu, guru perlu melakukan upaya untuk

meningkatkan pemahaman konsep sains pada anak dengan meningkatkan

minat belajar anak dengan metode pembelajaran yang inovatif yang

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekplorasi lingkungannya

serta di kombinasikan dengan model pembelajaran yang menyenangkan bagi

anak dengan pemberian berbagai kegiatan yang bervariasi sehingga akan

memacu rasa keingintahuan anak.

Kemudian jika masalah tidak segera untuk diatasi maka akan berdampak

bagi anak yang ingin mengekplorasi dan mengembangkan diri dan bekal untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Permasalahan rendahnya

aktivitas dan hasil belajar siswa, maka peneliti akan meningkatkan aktivitas

6
dan hasil belajar siswa dengan tujuan akan berdampak pada hasil belajarnya

yang diperoleh juga meningkat. Hal ini dilakukan dengan menggunakan model

Project Based Learning dan metode eksperimen berbasis sentra bahan alam.

Dimana dengan menggunakan model Project Based Learning tidak sama

dengan metode berceramah dimana dengan model ini anak diberikan

kesempatan untuk mengekplorasi ide serta gagasannya untuk menghasilkan

suatu karya yang bermakna. Kemudian dengan metode eksperimen

memberikan kesempatan anak untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran,

mengekplorasi lingkungan alam sekitar terkhusus tanaman buah yang sudah

familiar bagi anak.

Model pembelajaran Project Based Learning atau sering disebut sebagai

model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

menggunakan proyek atau sebagai media. Model pembelajaran ini merupakan

pemberian tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual,

peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti (Daryanto,

2014). Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah pembelajaran

yang berfokus pada aktivitas siswa untuk memahami suatu konsep dan prinsip

dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah dan

mencari solusi yang relevan dan peserta didik belajar secara mandiri serta hasil

pembelajaran ini adalah produk.

Menurut (Trianto I.-T. , 2014) Model Pembelajaran berbasis proyek

(project based learning) merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada

anak (student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator,

7
dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi

belajarnya. Model ini mengajak anak untuk menghasilkan berbagai bentuk

hasil belajar dalam sebuah karya yang dituangkan melalui ide dan gagasan

kreativitasnya.

Model Pembelajaran Project Based Learning memiliki kekurangan yaitu

tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki

pengetahuan serta ketrampilan yang dibutuhkan sehingga peneliti

mengkombinasikan dengan metode eksperimen dimana anak dapat melakukan

percobaan dan membuktikan kebenarannya sendiri, anak dapat terlibat

langsung dalam mengamati proses yang di uji coba sendiri, kesempatan yang

diberikan kepada anak untuk terlibat langsung dan membuktikan sendiri

kebenarannya inilah yang membuat anak merasa apa yang dilakukan tidak sia-

sia sehingga mampu mengatasi kekurangan dari model project based learning.

Menurut (Khaeriyah & dkk, 2018) metode eksperimen merupakan cara

penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pernyataan atau hipotesis yang

dipelajari. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa

melakukan sesuatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan

ke kelas dan di evaluasi oleh guru, eksperimen merupakan keterampilan yang

banyak dihubungkan dengan sains (ilmu pengetahuan)

Metode eksperimen memiliki kekurangan yaitu tidak cukupnya alat-alat

mengakibatkan tidak setiap anak berkesempatan dalam melakukan eksperimen,

memerlukan jangka waktu yang lama sehingga anak menunggu untuk

8
melanjutkan pembelajaran. Sehingga dikombinasikan dengan sentra bahan

alam dimana anak bisa bermain sambil belajar dengan menumbuh kembang

kan ide dan kepekaan terhadap pengetahuan alam sekitar sehingga tumbuh

motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh

(Lestari, 2017) bahwa model pembelajaran berbasis sentra sangat

mengutamakan perasaan puas kepada anak ketika belajar, bermain dan

bereksplorasi, dan menyalurkan minatnya.

Menurut (Sujiono, 2013) ciri khas dari model pembelajaran sentra ini

yaitu: 1) Pembelajaran yang berpusat kepada anak; 2) Menempatkan settingan

lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting; 3) Guru bertindak sebagai

fasilitator motivator dan evaluator. Memberikan dukungan penuh kepada setiap

anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri; 4) Kegiatan

anak berpusat di sentra main sebagai pusat minat; 5) Pemberian pijakan

sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi duduk melingkar

(dalam lingkaran). Melalui sentra bahan alam guru tidak perlu khawatir

mengenai bahan yang digunakan karena bisa didapatkan dengan pemanfaatan

alam.

Menurut (Ismawati & Farihah, 2018) model pembelajaran sentra adalah

pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan dalam

“lingkungan” (circle times) dan sentra bermain. Pendekatan metode sentra

merupakan proses pembelajaran yang diharapkan mampu berjalan alamiah

dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami,

bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang di transfer pendidiknya.

9
Dengan kombinasi dari model serta metode yang digunakan dapat

mengatasi permasalahan yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

Dimana dengan model Project Based Learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam dengan dapat membiasakan anak untuk terlibat

langsung dalam proses pembelajaran karena guru berperan sebagai penyampai

informasi, dan dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai media yang

sesuai untuk memudahkan pemahaman konsep materi yang dipelajari,

menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan bersikap ilmiah, meningkatkan

interaksi antar siswa di kelas, kesiapan dan fokus serta rasa senang saat

mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran

yang bermakna.

Model Project Based Learning dan Metode eksperimen pada sentra bahan

alam menciptakan kombinasi dimana anak dapat memperdalam ilmu

pengetahuan dengan beraktivitas aktif dan menyenangkan yang mana dengan

model ini mereka terlibat secara langsung dalam pembelajaran membangkitkan

sikap ilmiah anak melalui pelibatan langsung eksperimen dan menghasilkan

suatu proyek karya yang bermakna. Maka hal itu anak dapat mengamati,

menganalisis, membandingkan dan menarik kesimpulan dari apa yang sedang

dikerjakan.

Model Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam dengan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui penciptaan

suatu karya yang kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh masing-masing

individu sehingga terbentuk lah pengalaman yang baru, bermakna dan tentunya

menyenangkan.

10
Berdasarkan permasalahan dan solusi yang dikemukakan, maka peneliti

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul :

“Mengembangkan Kognitif Dan Aktivitas Belajar Melalui Model Project

Based Learning dan Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Aktivitas guru dalam meningkatkan perkembangan kognitif dan

aktivitas belajar melalui model Project Based Learning dan metode

eksperimen Pada Sentra Bahan Alam Kelompok B1 TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan?

2. Apakah aktivitas belajar anak terjadi peningkatan dalam perkembangan

kognitif melalui model Project Based Learning dan Metode Eksperimen

Pada Sentra Bahan Alam Kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan ?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil perkembangan kognitif melalui model

Project Based Learning dan Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam

Kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan ?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan pada anak kelompok B1 TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan, peneliti menemukan akar dari permasalahan yang

mana kemampuan kognitif anak dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik

dalam pemahaman konsep sains sederhana tentang konsep benda tenggelam,

11
terapung dan melayang masih rendah. Dimana diketahui bahwa dalam kegiatan

pembelajaran yang terjadi adalah kurangnya kegiatan yang melatih anak untuk

bersikap ilmiah, kurangnya kemampuan anak dalam berpikir kritis, anak

kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta kurangnya kesempatan

belajar anak dalam mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman mengenai

lingkungan sekitar.

Jika permasalahan dapat diatasi maka akan menjadi pembelajaran yang

ideal dan mampu meningkatkan aktivitas belajar anak yang berdampak pada

hasil perkembangan akan melebihi kriteria ketuntasan. Sebaliknya masalah

tersebut jika tidak segera diatasi akan membawa pengaruh yang tidak baik

bagi anak di kelas yaitu menimbulkan kepasifan yang berdampak pada

menurunnya aktivitas belajar dan minat anak yang akan berdampak pada

semakin kaburnya pemahaman anak dan rendahnya hasil perkembangan anak.

Selanjutnya juga akan berdampak buruk bagi anak yang ingin mengembangkan

diri dan berdampak buruk terhadap bekal anak untuk melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari permasalahan tersebut perlu diterapkan sebuah inovasi model

pembelajaran serta strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pada

perkembangan kognitif anak yang mampu membuat seluruh anak terlibat aktif

dalam pembelajaran dengan dilengkapi media yang menarik serta konsep

pembelajaran yang menyenangkan.

Adapun rencana pemecahan masalah dalam penelitian ini agar dapat

membantu anak dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya dalam

kegiatan eksploratif dan menyelidik pada pengenalan konsep sains sederhana

12
mengenai benda tenggelam, terapung dan melayang yaitu menggunakan

kombinasi model Project Based Learning Dan Metode Eksperimen Pada

Sentra Bahan Alam.

Kombinasi model ini dipilih karena dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menumbuhkan kemampuan

berpikir kritis dan bersikap ilmiah serta membuat anak aktif dalam proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil capaian

perkembangan kognitif dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik.

Dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif dan bermakna tidak terlepas

dari model yang diterapkan guru. Model Project Based Learning dipilih karena

merupakan model pembelajaran yang berpusat pada anak (student centered),

dimana model ini mengajak anak untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil

belajar anak dalam sebuah karya yang membangkitkan keaktifan dan antusias

anak dalam pembelajaran. Didukung hasil penelitian (….) yang menunjukkan

bahwa kemampuan sains dengan penerapan model project based learning

mengalami peningkatan setelah menerapkan model ini. Akan tetapi jika hanya

menggunakan satu model Project Based Learning tidak cukup dan tidak

maksimal dalam mengembangkan kognitif anak. Sehingga perlu adanya model

pendukung, maka dari itu peneiti mengkombinasikan dengan metode

eksperimen.

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan

sesuatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan

hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

di evaluasi oleh guru, eksperimen merupakan keterampilan yang banyak

13
dihubungkan dengan sains (ilmu pengetahuan). pembelajaran sentra adalah

pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan dalam

“lingkungan” (circle times) dan sentra bermain. Pendekatan metode sentra

merupakan proses pembelajaran yang diharapkan mampu berjalan alamiah

dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami,

bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang di transfer pendidiknya.

Dengan kombinasi dari model serta metode yang digunakan dapat

mengatasi permasalahan yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

Dimana dengan model Project Based Learning dan metode eksperimen pada

sentra bahan alam dengan dapat membiasakan anak untuk terlibat langsung

dalam proses pembelajaran karena guru berperan sebagai penyampai informasi,

dan dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai media yang sesuai untuk

memudahkan pemahaman konsep materi yang dipelajari, menumbuhkan

kemampuan berfikir kritis dan bersikap ilmiah, meningkatkan interaksi antar

siswa di kelas, kesiapan dan fokus serta rasa senang saat mengikuti kegiatan

pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna.

Adapun langkah-langkah model Project Based Learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam yang akan dilaksanakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Guru mengelola awal pijakan lingkungan main. (Sentra )

2. Guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum main. (Sentra,

eksperimen)

3. Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen). (sentra, eksperimen)

14
4. Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen. (sentra, eksperimen)

5. Guru membagikan kulit buah jeruk kepada anak untuk proyek yang akan

dibuat. (sentra, project based learning)

6. Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main. (sentra, project based

learning, eksperimen)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka

penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

perkembangan kognitif dan aktivitas belajar anak melalui model Project

Based Learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam kelompok

B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan.

2. Menganalisis aktivitas anak saat mengikuti pembelajaran melalui model

Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan.

3. Menganalisis apakah terdapat peningkatan hasil perkembangan kognitif dan

melalui model Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan informasi tentang model pembelajaran yang

inovatif dan menyenangkan khususnya mengembangkan kognitif dan

15
aktivitas belajar anak usia dini serta menjadi suatu bahan pertimbangan

dalam mengembangkan inovasi yang meningkatkan aktivitas dalam proses

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

2. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini sebagai salah satu bahan kepala sekolah untuk melakukan

pembinaan kepada guru dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di

Taman Kanak-Kanak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai saalah satu bahan referensi

untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang lebih inovatif dan kreatif

dalam rangka meningkatkan hasil perkembangan kognitif dan aktivitas

belajar di Taman Kanak-kanak.

16
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah seorang individu yang dalam proses

perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan

kedepannya. Rentang anak usia dini ini sangat berharga karena anak

selalu aktif, dinamis, antusias dan memiliki rasa selalu ingin tahu. Anak

merupakan sosok individu yang memiliki karakteristik serta unik, kaya

dengan fantasi serta merupakan masa yang tepat untuk memperoleh

proses belajar (Wahyudin & Agustin, 2012).

Anak memiliki ketertarikan terhadap sesuatu, bertanya-tanya

tentang sesuatu dan suka mencoba-coba sesuatu untuk memenuhi rasa

ingin tahu. Anak usia dini merupakan seorang saintis yang alami (Yafie

& Sutama, 2019). Ketika memperlihatkan suatu benda kepada anak, dan

memberikan kebebasan untuk mengekplorasinya, maka anak akan

memegang, mencium, meraba, mendengarkan dan mencoba-cobanya.

Seringkali anak-anak secara spontan menanyakan hal-hal yang berkaitan

dengan benda tersebut. Misalnya anak diajak untuk bermain pasir dan air.

Lihatlah reaksi anak, bagaimana anak memberlakukan pasir dan air

tersebut. Anak melakukan beragam aktifitas, mulai membuat hujan dari

pasir, membuat jajan dari pasir, membuat terowongan dan lain

sebagainya. Anak akan kaya dengan pengalaman bermain.

17
Mereka menemukan bahwa pasir bisa dibuat menjadi berbagai

macam bentuk. Melakukan beragam aktivitas bermain membuat anak

usia dini mulai belajar mengenal sains sederhana. Anak bisa berimajinasi

secara bebas dengan pasir, dan anak bisa mencoba memperlakukan pasir

sesuai dengan keinginannya. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi

pengembangan kognitif, bahasa, sosial (jika dilakukan secara bersama-

sama dengan teman-temannya), dan melatih kemampuan fisik

motoriknya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya

(Yafie & Sutama, 2019).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah seorang

individu yang perlu diberikan stimulus secara optimal. Anak usia dini

adalah seorang yang senang menngalami proses pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat bahkan merupakan sebuah lompatan

perkembangan. Usia anak berada pada masa proses perubahan yang

dinamis dari segi pertumbuhan, perkembangan, penyempurnaan baik dari

aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung secara berkelanjutan

dan berkesinambungan.

Berdasarkan pengertian tersebut tergambar bahwa pendidikan anak

usia dini merupakan proses strategi dalam memaksimalkan

perkembangan anak untuk memudahkan anak ketika masuk ke sekolah,

dalam mengembangkan potensi lebih lanjut (Suryadi & Dahlia, 2013).

Hakikat anak diantaranya yang dikemukakan oleh Bredecamp dan

Copple, Brenner, serta Kellough (Masitoh,2018) sebagai berikut:

18
a. Anak mengekspresikan perilaku dengan relatif spontan. Prilaku yang

ditampilkan umumnya asli, tidak tipu-tipu.

b. Anak bersikap aktif dan energik. Anak umunya senang melakukan

berbagai aktivitas.

c. Anak egosentris. Dengan sifatnya yang egosentris, ia lebih cenderung

melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan

sendiri.

d. Anak memiliki rassa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap

banyak hal. Karakterisitik perilaku ini terutama menonjol pada anak

usia 4-6 tahun.

e. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. Terodorong oleh rasa

ingin tahu yang kuat terhadap satu hal, anak lazimnya senang

menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.

f. Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal

yang bersifat imajinatif.

g. Anak masih mudah frustasi. Umumnya anak masih mudah menangis

dan mudah marah apabila keinginannya tidak terpenuhi.

h. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak, termasuk yang

berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan.

i. Masa anak adalah masa belajar yang paling potensial. Masa anak usia

dini sering disebut dengan masa keemasan (golden age) atau Magic

Years.

j. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.seiring dengan

perkembangan fisiknya, anak usia dini menjadi semakin berminat

19
pada teman-temannya. Ia mulai menunjukkan kemampuan untuk

bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan seseorang yang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat biasa disebut the

golden age (usia emas), yakni usia yang sangat berharga. Secara umum

anak usia dini dapat dikelompokkan dalam usia (0-1 tahun), (2-3 tahun),

dan (4-6 tahun). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang

menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental

bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan

perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat

dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran

sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harusnya

memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan

anak (Susanto,2017).

Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

dengan orang dewasa. Anak selalu bergerak aktif, dinamis, antusias, dan

ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Mereka

seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat

egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk

sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek,

dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar

(Pangastuti,2014).

20
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, adapun

karakteristik bagi anak usia dini adalah sebagai berikut.

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, yaitu anak usia dini sangat

tertarik untuk mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya.

b. Merupakan pribadi yang unik, keunikan anak terdapat pada misalnya

dalam hal gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.

c. Suka berfantasi dan berimajinasi, anak usia dini sangat suka

membayangkan berbagai hal.

d. Masa paling potensial dalam belajar.

e. Menunjukkan sikap egosentris, anak egosentris lebih banyak berpikir

dan berbicara tentang diri sendiri dari pada orang lain.

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

g. Makhluk sosial, anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain

dengan teman sebayanya.

h. Aktif dan energik, yaitu anak melakukan berbagai aktivitas, anak

seakan tidak pernah lelah, bosan dan tidak pernah berhenti

beraktivitas.

i. Eksploratif dan berjiwa petualang (Mashitoh,2014).

3. Prinsip-Prinsip Perkembangan

Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut (Hurlock, 2016:22)

yaitu sebagai berikut:

a. Perkembangan melibatkan perubahan. Perubahan ini bersifat progresif

atau terarah dan teratur. Perubahan itu ditandai dengan adanya

21
pengaruh lingkungan dimana ia berada. Adapun jenis perubahan yaitu

dilihat dari peningkatan ukuran tubuh, berat badan, mental dan sikap.

b. Perkembangan awal lebih kritis ketimbang perkembangan selanjutnya.

Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan dan belajar sangat erat kaitanya.

c. Pola perkembangan dapat diramalkan, pola yang terlihat seperti

kecerdasan, daya ingat dan penalaran.

d. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, perkembangan

manusia mengikuti pola umum, tetapi tempo dan irama perkembangan

bersifat individual, dalam pengertian kecepatan, urutan

perkembangan, serta kualitas kemampuan yang dapat dicapai setiap

individu tidak akan ada yang sama.

4. Aktivitas Guru, Aktivitas Anak Dan Hasil Belajar

1) Aktivitas Guru

Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan dari

bagaimana kemampuan seorang guru dalam merancang proses

pembelajaran sehingga implikasinya dapat menelurkan lulusan yang

berkualitas. Guru yang Guru yang professional merupakan factor

penentu proses pendidikan yang berkualitas. Menurut Rusman

(2016:21) “guru yang professional memiliki kemampuan professional,

personal, dan sosial”.

Pembelajaran yang baik dan bervariatif cenderung menghasilkan

lulusan dengan hasil baik dan pola berpikir yang variatif pula.

Sebaliknya, apabila pembelajaran yang dilakukan secara monoton,

22
tidak ada variasi dan tidak menantang maka lulusan yang terbentuk

pun tidak jauh berbeda dari proses yang terjadi. Oleh sebab itu, saat

ini seorang guru dituntut untuk menghasilkan lulusan yang bermutu

dan mampu bersaing di arena persaingan global. (Hamdayama,

2016:149).

2) Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar berperan penting dalam pembelajaran, karena

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mendorong

terciptanya kegiatan belajar. Aktivitas belajar akan berpengaruh

kepada hasil belajar siswa. Keberhsailan tergantung pada aktivitas

yang dilakukan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran

(Hidayati,2019).

Aktivitas belajar anak mempunyai banyak macam yang dapat

dilihat dari mengamati, membaca, memperhatikan dan aktivitas

lainnya yang dapat memperlihatkan perkembangan anak dalam proses

pembelajaran. Siswa mengalami proses belajar, yang mana dalam

proses belajar tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya

untuk mempelajari bahan ajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 22).

Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

belajar, esensinya adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh

siswa dalam upaya mengubah perilaku secara sadar melalui interaksi

dengan lingkungan (Anitah, 2009: 2.13). Mengubah perilaku tersebut

dapat dilakukan dengan menumbuhkan minat dan motivasi siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Minat dan motivasi dalam belajar

23
merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang aktivitas

belajar siswa.

3) Hasil belajar

Hasil digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. hal ini dapat tercapai apabila

siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

tingkah laku menjadi yang lebih baik. Hasil belajar ialah suatu

penilaian akhir terhadap kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari

proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang- ulang, baik segi

kognitif, afektif, maupun psikomotor, serta akan tersimpan dalam

jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya

karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu

yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan

merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik. Tercapainya hasil belajar dapat dilihat melalui tes, mengamati

perilaku siswa, dan lain-lain.

Secara sederhana, Hasil belajar merupakan bagian terpenting

dalam pembelajaran. Susanto (2013:5) mendefinisikan hasil belajar

yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil

dari kegiatan belajar. Menurut Benjamin Bloom (Sudjana, 2010:122)

hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu :

1) Kognitif adalah berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Ada

enam tingkatan aspek kognitif yaitu:

24
a) Pengetahuan (knowledge), kemampuan mengingat materi

pembelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.

b) Pemahaman (comprehension), yaitu menafsirkan, menjelaskan dan

meringkas.

c) Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan , atau

menggunakan materi pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam

situasi baru atau konkret.

d) Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau

menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-

bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.

e) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian

ke dalam suatu keseluruhan.

f) Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan

pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu dengan

kriteria tertentu.

5. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak untuk

berpikir. Kognitif adalah tahapan perubahan berhubungan dengan

kemampuan anak dalam menilai, memahami, menghubungkan,

mempertimbangkan suatu kejadian atau perisriwa. Jadi perkembangan

kognitif berhubungan dengan tingkat intelegensi (kecerdasan)

(Mu’minin,2013). Sejalan dengan pendapat (Andesta, 2019)

perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang berkaitan

25
dengan kemampuan berpikir seperti mengingat, menalar, dan

berimajinasi.

a. Faktor Hereditas/ Keturunan. apabila Teori hereditas atau nativisme

yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, bahwa

manusia yang lahir sudah membawa potensi yang tidak dapat

dipengaruhi oleh lingkungan. Bahwa kecerdasannya sudah ditentukan

sejak lahir.

b. Faktor Lingkungan. Tahap kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh

pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungannya.

c. Faktor Kematangan. Apabila fisik maupun psikisnya bisa berjalan

sesuai fungsinya.

d. Faktor Pembentukan. Pembentukan adalah segala keadaan berupa

pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak

sengaja (pengaruh alam sekitar).

e. Faktor Minat dan Bakat mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

f. Faktor Kebebasan. Keluasan manusia untuk berpikir yang mana

manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak ialah faktor

kematangan dan pengalman yang berasal dari interaksi dengan

lingkungan dimana ia berada.

6. Hakikat Sains Anak Usia Dini

1) Pengertian Sains

26
Menurut (Yafie & Sutama, 2019) Sains merupakan bagian

penting dalam kehidupan anak. Setiap hari anak bermain dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Anak memiliki peluang yang

sangat luas dalam mengekplorasi lingkungannya melalui bermain.

Dengan interaksi dan eksplorasi terhadap lingkungannya anak

memperoleh pengalaman belajar yang kaya.

Sains dapat didefinisikan secara berbeda oleh setiap orang.

Martin dkk, mendefinisikan sains sebagai “organized body of

knowledge” yang di peroleh melalui metode ilmiah yaitu:1)

Mendefinisikan masalah, 2) Menguji data, 3) Mengajukan hipotesis,

4) Melakukan experimen, dan, 5) Membuat kesimpulan. Sains

merupakan kumpulan pengetahuan yang ditata secara rapi yang

berawal dari ditentukannya permasalahan dan kemudian berusaha

untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengumpulkan

informasi-informasi yang berkaitan.

Menurut Asrul dan Syukri Ahmad (2016), mengemukakan sains

merupakan himpunan rasionalitas kolektif insani, yakni himpunan

pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh secara rasional

mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data

pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam,

sehingga hal tersebut cukup memperjelas (Asrul & Syukri, 2016).

Sujiono, dkk (2014), memberikan penjelasan bahwa sains

diartikan sebagai ilmu pengetahuan adalah suatu objek bahasan yang

berhubungan dengan bidang studi tentang kenyataan atau fakta dan

27
teori-teori yang mampu menjelaskan tentang fenomena alam (Sujiono,

2014).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sains adalah semua yang ada

atau tampak di sekitar kita, terjadi dimana kita berada. Sains pada

anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus

mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecah

masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti

mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa

(Sujiono, 2014).

2) Karakteristik Sains

Menurut Suyanto anak TK/RA adalah anak usia pra sekolah

yang perilaku alamiahnya diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri sebagai

berikut: 1) Senang menjajaki lingkungannya, 2) Mengamati dan

memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif, 3)

Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak henti-

hentinya, 4) Bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan

perasaannya, 5) Suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru, 6) Suka melakukan eksperimen,

membongkar, dan mencoba segala hal, 7) Jarang merasa bosan, ada-

ada aja hal yang ingin dilakukan, 8) Mempunyai daya imajinasi yang

tinggi, 9) Bekerja sama dalam lima atau enak anak, 10) Tertarik pada

buku-buku yang berhubungan dengan aktivitas dari praktek sains

dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar.

28
Pengalaman belajar yang dapat terbentuk melalui eksplorasi

terdapat lingkungannya antara lain: 1) Terbentuknya pengetahuan

yang semakin luas, 2) Pengalaman proses, 3) Pembentukan sikap dan

kesadaran terhadap nilai-nilai, dan 4) Kemampuan memecahkan

masalah (Yafie & Sutama, 2019). Pengalaman yang pertama

berkaitan dengan terbentuknya konsep-konsep sains, seperti nama-

nama binatang, nama-nama tanaman, bentuk-bentuk benda, konsep

bilangan, pola, struktur, bagian-bagian, bantuan, cuaca, api, air,

benda-benda langit dan lain sebagainya. Semakin banyak anak

berinteraksi dengan lingkungannya, maka semakin banyak pula skema

yang terbentuk dalam pikiran anak. Oleh karena itu, anak diberi

keleluasaan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman

yang kedua berkaitan dengan pengalaman proses sains. Anak

merupakan seorang sainstis kecil. Anak akan mengamati benda-benda

yang ada disekitarnya melalui pengindraan, misalnya melihat,

mencium, meraba, mendengarkan dan merasakan. Pengalaman

pengindraan ini akan membawanya kepada pengetahuan baru tentang

apa yang ada di sekitarnya. Anak sering bertanya-tanya dan

menanyakan segala sesuatu yang ada disekitarnya kepada orang lain.

Selain itu anak suka bermain-main (mengeksplorasi) benda-benda

yang ada disekitarnya serta menceritakannya

(mengkomunikasikannya) kepada orang lain (Yafie & Sutama, 2019).

Pengalaman proses sains ini akan sangat memperluas

pengetahuan anak terhadap konsep-konsep sains. Pengalaman sains

29
yang ketiga yaitu anak belajar tentang sikap ilmiah. Sikap-sikap

ilmiah tersebut antara lain rasa ingin tahu yang tinggi, suka

mempertanyakan sesuatu, objektif, terbuka dan anak menyadari

bahwa segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya bersifat tentatif. Selain

itu, ketika melakukan proses sains, anak mendapatkan rasa senang,

suka mencoba-coba, berani dan suka berimajinasi serta berupaya

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengalaman sains

yang empat adalah anak terbiasa memecahkan masalahnya sehari-hari

dengan pengetahuan, proses dan sikap sains yang sudah dialami atau

dipelajarinya. Misalnya, ketika anak ingin membuat bola dari pasir

dan karena pasirnya kering maka bola pasirnya tidak jadi. Akhirnya

anak mencari air dan mencampur pasirnya dengan air sehingga pasir

mudah dibentuk menjadi bola-bola pasir.

Dalam konteks ini mungkin anak mencoba-coba beberapa

banyaknya air yang diperlukan sehingga bola pasirnya menjadi baik.

Dalam konteks ini, anak telah menggunakan pengetahuan sainsnya

untuk memecahkan permasalahan bermainnya sehari-hari. Ini berarti

anak menggunakan sains sebagai teknologi (science as technology)

(Yafie & Sutama, 2019).

3) Tujuan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Mursid, (2016), mengemukakan tentang beberapa tujuan

pembelajaran sains anak usia dini antara lain: 1) Membantu

menumbuhkan minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitarnya, 2) Membantu agar memahami

30
dan mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan

gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari, 3) Membantu agar dapat mengenal dan memupuk rasa cinta

kepada alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang

Maha Esa (Mursid, 2016).

Menurut Depdikbud (1993) dalam Zubaedi (2011) tujuan sains

adalah sebagai tuntutan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat

sesuai zamannya. Sementara itu tujuan sains (dalam pengajaran)

semakin berkembang khususnya dalam tiga aspek hakikat, yaitu

proses, produk dan sikap. Hal ini ditekankan kepada aspek teori dan

praktik serta dirumuskan dengan mempertimbangkan kepentingan

personal dan sosial. Lebih lanjut tujuan pengajaran sains adalah: 1)

Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang alam, 2)

Mengembangkan keterampilan yang di perlukan untuk memperoleh

dan mengolah pengetahuan baru, 3) Mengembangkan sikap-sikap

positif (Zubaedi, 2011).

Dari pendapat-pendapat diatas tentang tujuan pembelajaran

sains, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains untuk

anak usia dini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

anak tentang fenomena-fenomena dan gejala alam di sekitar

lingkungan anak melalui pembelajaran sains yang variatif,

menyenangkan dan dapat membantu anak dalam memahami,

menerapkan konsep-konsep sains yang sederhana agar anak dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

31
Tujuan sains dalam penelitian ini adalah ,meningkatkan pemahaman

konsep sains melalui model pembelajaran Guided Discovery.

4) Sains Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Rutherford & Ahlgren dalam Seefeldt and Barbour

(1994) (Yafie & Sutama, 2019) science, one of the most important

areas in education and has its foundation in programs for young

children. Dalam pendapat tersebut dijelaskan bahwa sains merupakan

salah satu bagian yang sangat penting dan menjadi dasar dalam

program pendidikan anak usia dini. Anak setiap hari berinteraksi

dengan lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Anak dihadapkan

pada benda-benda, cuaca, peristiwa, siang dan malam setiap hari.

Seperti seorang sainstis, anak akan berpikir, membentuk konsep dan

memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Hal ini akan

menjadikan anak memiliki kesadaran sains dan ini sangat mendukung

perkembangan kecerdasannya. Oleh karena itu orang dewasa

termasuk pendidik anak usia dini harus menyadari tentang hal ini dan

jangan sampai menghambatnya dalam mengekplorasi lingkungannya.

Orang dewasa hendaknya memfasilitasi dan menjaga unsur keamanan

dan kenyamanan anak dalam melakukan aktifitas bermain sains dalam

kesehariannya. Hal ini disebabkan anak belum memahami unsur-

unsur yang dapat membahayakan dirinya. Anak hanya memahami

bahwa mereka merasa puas dan memaksa untuk memuaskan rasa

ingin tahunya tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkannya.

32
Batasan sains ditinjau dari sudut anak, diantaranya menurut

Carson, 1965 (Holt, 1991) (Yafie & Sutama, 2019) berdasarkan

pengamatannya terhadap perilaku anak-anak ketika dengan berbagai

objek sains, maka sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang

menakjubkan, sesuatu yang ditentukan dan dianggap menarik serta

memberi pengetahuan atau merangsangnya untuk mengetahui dan

menyelidikinya. Pada kegiatan menjelajah alam, anak-anak akan

merasa tertarik ketika mereka dapat memetik buah langsung dari

pohonnya. Anak akan sangat senang ketika mereka naik perahu dan

dapat mengacungkan tangannya di air sambil merasakan tekanan air

yang dilewatinya. Mereka akan sangat senang jika bisa bermain air

ketika hujan dengan menggunakan payung ataupun jas hujan mereka

(Yafie & Sutama, 2019).

Jika dianalisis secara mendalam, maka dalam struktur kurikulum

2013 PAUD, sains memiliki peran yang sangat penting. Mulai dari

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sains ditanamkan pada anak.

Hal ini tentu mendapat perhatian yang serius bagi pendidik, sehingga

anak usia dini memiliki perilaku yang mencerminkan anak sebagai

sainstis awal (Yafie & Sutama, 2019).

5) Materi Sains Untuk Anak Usia Dini

Mursid (2016), berpendapat tentang konsep yang dapat

dipelajari anak usia dini dengan bermain sambil belajar diantaranya

sebagai berikut: 1) Mengenali benda disekitarnya menurut

(pengukuran), termasuk dalam topik ini adalah menimbang, mengukur

33
dan menakar, 2) Balon tiup lalu dilepaskan, udara bergerak, 3) Benda-

benda dimasukkan kedalam air (terapung, tenggelam, melayang), 4)

Benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), 5) Percobaan dengan

magnet, 6) Mengamati dengan kaca pembesar, 7)Mencoba dan

membedakan bermacam-macam rasa, bau dan suara, 8) Pencampuran

warna dan, 9) Proses pertumbuhan tanaman (Mursid, 2016).

7. Model Pembelajaran

1) Pengertian Model Pembelajaran

Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek rill

(Sharon & dkk, 2011). Model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial

(Trianto, 2012).

“Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru meliputi, strategi, metode, teknik dan bahkan

taktik pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang

utuh” (Maulana, 2014). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,

penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, proses

pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai

tujuan belajar.

34
2) Model Project Based Learning

a. Pengertian Model Project Based Learning

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning)

merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik

diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya

(Al-Tabany, 2014). Model project based learning (PjBL)

merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu

proyek dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran berbasis

proyek (project based learning) merupakan model pembelajaran

yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media (Daryanto,

Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, 2014). Model

pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan

pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan

secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati,

membaca dan meneliti (Aqib, 2013).

b. Karakteristik Model Project Based Learning

Model pembelajaran merupakan komponen penting dalam

kegiatan belajar, dalam hal ini tidak semua karakteristik dari model

pembelajaran tersebut cocok dengan karakteristik yang dimiliki

peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based

Learning), yaitu :

Peserta didik sebagai pembuat keputusan, dan membuat

kerangka kerja.

35
1. Terhadap masalah yang pemecahannya tidak ditentukan

sebelumnya.

2. Peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.

3. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan

mengelola informasi yang dikumpulkan.

4. Melakukan evaluasi secara kontinue.

5. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka

kerjakan.

6. Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya.

7. Kelas memiliki atmosfer yang memberikan toleransi kesalahan

dan perubahan.

c. Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning

Prinsip PjBL adalah sebuah upaya kompleks yang

memerlukan analisis masalah yang harus direncanakan, dikelola

dan diselesaikan pada batas waktu yang telah ditentukan terlebih

dahulu. Prosedur yang digunakan PjBL adalah perencanaan,

implementasi/penciptaan, dan pemrosesan sedangkan PBL

mengidentifikasi masalah, mengkonfrontasikan informasi baru

dengan pengalamannya, dan proses penemuan pengetahuan secara

personal.

Pembelajaran berbasis project based learning mempunyai

beberapa prinsip yaitu:

1. Prinsip Sentralisitis

36
Menegaskan bahwa kerja project based learning

merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat

strategi pembelajaran, dimana peserta didik mengalami dan

belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.

2. Prinsip pendorong

Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau

permasalahan” yang dapat mendorong peserta didik untuk

berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang

tertentu. Jadi kerja proyek ini dapat sebagai eksternal

motivation yang mampu mengunggah peserta didik untuk

menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-

tugas pembelajaran.

3. Prinsip invetigasi konstruktif

Merupakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan,

yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan

resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan,

pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan

masalah, discovery dan pembentukan model.

4. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian

peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

bebas menentukan pilihan sendiri, bekerja dengan minimal

supervise dan bertanggung jawab. Oleh karena itu lembar kerja

peserta didik, petunjuk kerja praktikum dan sejenisnya bukan

37
merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek.

Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator untuk mendorong

tumbuhnya kemandirian peserta didik.

5. Prinsip realistis

Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di

sekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat

memberikan perasaan realistis kepada peserta didik, termasuk

dalam memilih topik, tugas, peran konteks kerja, kolaborasi

kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Project Based Learning

1. Kelebihan Model Project Based Learning

Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek (project

Based Learning) antara lain:

a) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha

keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar

dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen

kurikulum lain.

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari

berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar

berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan

berhasil memecahkan problem kompleks.

c) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok

dalam proyek memerlukan peserta didik untuk

38
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan

komunikasi.

d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila

diimpelementasikan secara baik maka peserta didik akan

belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat

alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan

untuk menyelesaikan tugas.

e) Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola

sumber belajar.

f) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan

mempraktikkan keterampilan komunikasi.

g) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta

didik kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai

dunia nyata.

h) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga

peserta didik maupun pendidik menikmati proses

pembelajaran (Sani, 2014):

2. Kelemahan Model Project Based Learning

Sebagai model pembelajaran tentu saja model

pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) juga

memiliki kelemahan pembelajaran berbasis proyek (Project

Based Learning) adalah (Sani, 2014):

a) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah

dan menghasilkan produk.

39
b) Membutuhkan biaya yang cukup.

c) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.

d) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai.

e) Tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan

tidak memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang

dibutuhkan.

f) Kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja

kelompok.

e. Langkah-Langkah Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based

Learning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas

Educational Foundation terdiri dari (Al-Tabany, 2014):

1. Dimulai dengan pertanyaan yang sesuai

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata

dan dimulai dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan

esensial diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan,

kritik dan ide peserta didik mengenai tema proyek yang akan

diangkat.

2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan

aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan

40
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek

mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses

untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Membuat jadwal aktifitas

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun

jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini

disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

dalam pengerjaan proyek.

4. Monitoring perkembangan proyek peserta didik

Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.

Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik

pada setiap proses.

5. Penilaian hasil kerja peserta didik

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam

mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi

kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik

tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,

membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran

berikutnya.

6. Evaluasi pengalaman belajar peserta didik

Pada akhir proses pembelajarannya, pendidik dan peserta

didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek

yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara

41
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta

untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama

menyelesaikan proyek (Rezeki & dkk, 2013/2014).

Pembelajaran Project Based Leaning memiliki langkah

secara umum yaitu: planning (perencanaan), creating

(Implementasi), Processing (pengolahan) Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis

proyek yang diungkapkan The George Lucas Educational

Foundation yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu

dimulai dengan pertanyaan yang esensial, perencanaan aturan

pengerjaan proyek, membuat jadwal aktivitas, memonitoring

perkembangan proyek peserta didik, penilaian hasil kerja peserta

didik, evaluasi pengalaman belajar peserta didik (Rezeki & dkk,

2013/2014).

3) Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Menurut Trianto (2013), Metode merupakan upaya untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi

pembelajaran, yang berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,

menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada

peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu (Trianto, 2013).

42
Kesimpulannya bahwa metode eksperimen merupakan cara

pembelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari

sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

berfikir dan kreatifitas secara optimal.

b. Tahap-tahap metode eksperimen

Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran yang

menggunakan metode eksperimen (Trianto, 2013) antara lain:

1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan

percobaan yang didemonstrasikan oleh guru atau dengan

mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang

akan dipelajari.

2. Pengamatan, merupakan kegiatan peserta didik saat guru

melakukan percobaan. Peserta didik diharapkan untuk

mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3. Hipotesis awal, peserta didik dapat merumuskan hipotesis

sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari

dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui

kerja kelompok. Peserta didik diharapkan merumuskan hasil

percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat

dilaporkan hasilnya.

43
5. Aplikasi konsep, setelah peserta didik merumuskan dan

menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam

kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep

yang telah di pelajari.

6. Evaluasi merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu

konsep.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode eksperimen

menurut Syaiful Bahri Djamarah sebagai berikut:

1. Kelebihan metode eksperimen antara lain:

a) Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya.

b) Dalam membina peserta didik untuk membuat terobosan

baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan

bermanfaat bagi kehidupan manusia.

c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan

untuk kemakmuran umat manusia.

2. Kekurangan metode eksperimen antara lain:

a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan

teknologi.

b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan

bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadang kala

mahal.

c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

44
d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang

diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu

yang berada diluar jangkauan kemampuan atau

pengendalian.

4) Model Sentra Bahan Alam

a. Pengertian Sentra Bahan Alam

Sentra berasal dari kata “centre” yang artinya pusat. Sentra

dilaksanakan secara terpadu dengan saat lingkaran (circle time)

untuk anak usia dini yang dikenal dengan lebih jauh tentang sentra

dan saat lingkaran (beyond centre dan cireles time atau BCCT).

Kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak mengutamakan

bermain sambil belajar. Menurut sujiono (2009:217) “pembelajaran

sentra dan lingkaran adalah sesuatu metode atau pendekatan dalam

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini merupakan perpaduan

antara teori dan pengalaman praktik” (Budiarti & dkk).

Sentra bahan alam adalah tujuan untuk memberikan

pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi.

Di sentra ini, anak bermain sambil belajar untuk dapat

menunjukkan kemampuan menunjukkan, mengenali,

membandingkan, menghubungkan dan membedakan. Dengan

bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan

kepekaan terhadap pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh

motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar (Budiarti & dkk ).

45
5) Langkah-Langkah Model Project Based Learning dan Metode

Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam. Adapun Langkah-langkah

pembelajarannya adalah:

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main. (Sentra )

2) Guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum main.

(Project, Sentra, eksperimen)

3) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen). (Project, Sentra, eksperimen)

4) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen. (sentra,

eksperimen)

5) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek yang

akan dibuat. (sentra, project based learning)

6) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main. (sentra,

project based learning, eksperimen)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian tindakan kelas mengenai metode eksperimen berbasis sentra

bahan alam dengan model Project Based Learning digunakan para peneliti

untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar yang

pada umumnya berhasil. Selain itu peneliti juga mencantumkan penelitian

relevan antara lain:

Penelitian ini dilakukan oleh Ekaristiana Sihombing (2015) dengan

judul Penerapan Bermain Sains Sederhana Benda Terapung, Tenggelam, dan

Melayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B2 di

TK Katolik Sang Timur Malang. Hasil penelitian pra tindakan kelas pada

46
anak kelompok B2 TK Katolik Sang Timur Malang ini mencapai 35%. Pada

siklus I meningkat menjadi 65 % sedangkan pada siklus II meningkat kembali

menjadi 85%.

Penelitian ini dilakukan oleh Desri Murniati (2014) dengan judul

Meningkatkan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen Pada

Kelompok B di Paud Haqiqi Kota Bengkulu. Peningkatan hasil belajar anak

ditunjukkan pada siklus I dalam aktivitas pencampuran warna yakni mencapai

keberhasilan 86%, kemampuan anak dalam menjawab juga mencapai

keberhasilan mencapai 86%.

Penelitian ini dilakukan oleh Putri Lestari (2019) dengan judul Upaya

Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Anak Melalui Model Pembelajaran

Guided Discovery Pada Anak Kelompok B Di TK Azzahra Preshool. Pada

siklus I ketuntasan hanya 69,23% dari 13 orang anak, 3 orang anak

dikategorikan mulai berkembang (23, 07 %), berkembang sesuai harapan

sebanyak (76, 92 %) atau rata-rata 12 dan belum ada anak yang memperoleh

berkembang sangat baik. Kemudian tindakan pada siklus II mencapai

keberhasilan 92,30 %. Terlihat 3 orang anak memperoleh kriteria

Berkembang Sesuai Harapan (23,07 %) atau rata-rata dengan 12, sedangkan

kriteria berkembang sangat baik sebanyak 10 anak (76,92%) atau rata-rata 16.

C. Kerangka Berpikir

Sekaran dan Sugiyono (2014: 60) mengemukakan bahwa kerangka

berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

47
pertautan antar variabel yang akan diteliti, sehingga perlu dijelaskan

hubungan antar variabel independen dan dependen. Hubungan antar variabel-

variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir

berikut.

Permasalahan ini terjadi karena pembelajaran masih belum efektif

pemeblajaran yang disajikan guru kurang menarik, kegiatan hanya berpusat

pada guru (teacher centre), sehingga kurangnya keaktifan anak pada saat

anak belajar, pembelajaran yang diberikan masih bersifat abstrak sehingga

anak mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan eksploratif dan

menyelidik pada pengenalan konsep sains. Hal ini menyebabkan rendahnya

aktivitas belajar anak yang mengakibatkan anak cepat bosan, kurang aktif dan

menjadi tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran. Maka dari itu perlu

direncanakan dan ditetapkan pembelajaran yang melibatkan anak aktif.

Maka diterapkanlah model Project Based Learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam. Model Project Based Learning

(Pembelajaran berbasis proyek) dimana model pembelajaran ini merupakan

model pemberian tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan secara

individual, peserta didik dituntut mengamati dan meneliti. Model ini mampu

meningkatkan aktivitas belajar baik secara fisik maupun kognitif, bisa

dijadikan solusi dalam mengatasi kebosanan yang dialami anak sehingga

membuat anak menjadi lebih aktif dan lebih berantusias dari sebelumnya.

Untuk metode eksperimen sangat penting dalam memberikan kesempatan

bereksplorasi karena melalui metode eksperimen anak dapat melakukan

percobaan tentang suatu hal. Sehingga metode eksperimen ini memiliki

48
kelebihan yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan bersikap

ilmiah anak. Sedangkan pembelajaran sentra bahan alam memfokuskan

pembelajaran yang berpusat kepada anak. Selaras dengan pendapat

(Lestari,2017) bahwa model pembelajaran sentra sangat mengutamakan

perasaan puas kepada anak ketika belajar, bermain dan bereksplorasi, dan

menyalurkan minatnya.

SKEMA KERANGKA BERPIKIR

HARAPAN KENYATAAN
Anak mampu berpikir kritis melalui kegiatan Pembelajaran kurang memberikan
eksplorasi kesempatan bagi anak untuk berpikir kritis

Anak aktif dan berantusias terlibat dalam Anak belum mampu aktif dan berantusias
pembelajaran dalam proses pembelajaran

Anak mempunyai pengetahuan, pengalaman Anak belum dilibatkan secara penuh dalam
tentang alam sekitar proses pembelajaran

Perkembangan Kognitif anak dalam kegiatan Anak kurang diberi kesempatan belajar
eksploratif dan menyelidik berkembang eksplorasi mengenai pengetahuan dan
optimal pengalaman tentang alam sekitar

MASALAH
Rendahnya aktivitas belajar anak

Rendahnya hasil perkembangan kognitif


anak
49

DAMPAK PENYEBAB
Anak kurang aktif dalam bertanya dan Pembelajaran masih bersifat teacher centered
Kurangnya antusias anak
Pembelajaran tidak menggunakan model yang
Anak kurang dalam berpikir kritis sesuai dengan gaya belajar anak

Hasil perkembangan anak tidak sesuai dengan Anak belum diberi kesempatan untuk
capaian perkembangan yang diharapkan bereksplorasi langsung terhadap pembelajaran

SOLUSI
Menggunakan Mode Project Based Learning dan
Metode Eksperimen berbasis sentra alam

HASIL
Tingkat capaian perkembangan kognitif dalam kegiatan
Berhasil eksplorasi dan menyelidiki mengenal konsep sains Tidak
berkembang sangat baik Berhasil

Gambar 2.1 Alur Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian

diuraikan sebagai berikut:

1. Jika pengembangan kognitif dilaksanakan menggunakan model Project

Based Learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam pada anak

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan maka aktivitas anak

akan meningkat.

2. Jika model Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam diterapkan pada pembelajaran pengembangan kognitif pada

50
kegiatan eksploratif dan menyelidik maka perkembangan kognitif anak

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan akan Berkembang

Sesuai Harapan.

51
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

dikarenakan permasalahan berhubungan dengan manusia secara

fundamental bergantung pada pengamatan. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan

konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) yakni, peneliti tidak

berusaha memanipulasi fenomena yang diamati (Sarosa,2017:8). Sejalan

dengan apa yang dikemukakan oleh Gunawan (2017: 83) mengatakan

bahwa penelitian kualitatif disini untuk mengenali dan memahami

masalah-masalah pada manusia atau sosial dengan membentuk sebuah

gambaran menyeluruh yang disajikan menggunakan kata-kata,

melaporkan pandangan terinci yang didapatkan dari sumber informasi

dan melakukan dalam latar yang alamiah. Dalam suatu pendidikan,

penelitian kualitatif dapat dilakukan untuk memahami berbagai fenomena

perilaku pendidik, siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Penelitian kualitatif sifatnya analisis dan holistik. Data yang

diperoleh seperti hasil pengamatan, wawancara, pemotretan, analisis

dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak

dituangkan dalam bentuk angka-angka. Penelitian kualitatif bersifat nyata

dan sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

52
2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dipilih untuk menunjang penelitian ini adalah

penelitian Tindakan kelas atau biasa dikenal dengan istilah PTK. Secara

etimologis penelitian Tindakan kelas terdiri dari tiga istilah yaitu

penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian diartikan sebagai proses

pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan

terkontrol.

Menurut (Arikunto & dkk, 2014) penelitian tindakan kelas (PTK)

merupakan suatu penelitian yang bermuara pada permasalahan yang

muncul di kelas dan dirasakan secara langsung oleh guru yang

bersangkutan. PTK berperan sebagai bentuk investigasi yang bersifat

reflektif, partisipasif, kolaboratif, dan spiral serta berupa tindakan reflektif

sampai dengan perbaikan atau peningkatan secara berkelanjutan dengan

siklusnya minimal dua kali. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian Tindakan kelas ialah suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki

praktik pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan ini sebagai sebuah

proses terkendali yang di daur ulang dan bersifat reflektif mandiri

memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap system, cara kerja,

proses, isi, kompetensi dan situasi (Hendriana, 2017). Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research-CAR) adalah penelitian yang dilakukan

oleh guru di kelas (sekolah) tempat ia mengajar dengan tekanan pada

53
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran (Zainal

Aqib dkk, 2017: 13).

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh

guru di kelas (sekolah) terhadap permasalahan yang muncul yang bersifat

reflektif dengan melakukan suatu tindakan tertentu agar kiranya dapat

memperbaiki praktik pembelajaran di kelas.

Dalam setiap penelitian selalu berupaya untuk memecahkan masalah.

Menurut Grundy dan Kemmis (1982) mengatakan bahwa tujuan dari

penelitian Tindakan meliputi tiga hal yakni peningkatan praktik,

pengembangan professional, dan peningkatan situasi tempat praktik

berlangsung. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan

sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan

keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi

pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada

komunitas guru (Zainal Aqib dkk, 2017: 14).

Penelitian Tindakan Kelas ini secara praktis memiliki beberapa

manfaat diantaranya adalah untuk menghasilkan laporan-laporan PTK

yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, menumbuh kembangkan kebiasaan,

budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan

pendidik selain itu PTK mampu mewujudkan kerjasama dan kolaborasi

antar pendidik dalam satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan

54
masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran serta

dalam penelitian tindakan kelas ini mampu mendorong terwujudnya proses

pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta

melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang

digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara

sungguh-sungguh.

Pada hakikatnya langkah-langkah penelitian tindakan kelas model

Kammis dan Mc Tagart (Arikunto, 2014: 42) itu terdiri dari empat langkah

tindakan yang biasanya dilakukan yaitu diawali dengan perencanaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan

mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation) dan melakukan

refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan

yang diharapkan tercapai kriteria keberhasilan. Langkah tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

55
Gambar 3 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010)
Adapun uraian penjelasan tentang alur siklus PTK diatas adalah

sebagai berikut.

1. Tahap 1 : Perencanaan (Planning)

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang

perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus

ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam

rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

3. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Tahap ini yaitu kegiatan pengamatan yang dilaksanakan oleh

pengamat. Pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4. Tahap 4

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Inilah inti dari penelitian tindakan, refleksi

dilakukan dengan cara kolaboratif yaitu adanya diskusi terhadap

berbagai masalah yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya

ditentukan. Refleksi dilakukan untuk mengkaji dan memahami

56
kelebihan dan kelemahan tindakan yang dilaksanakan guna perbaikan

untuk pertemuan berikutnya.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur

untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun

yang kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap

penyusun rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah

evaluasi (Arikunto, dkk 2014: 16).

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan yang beralamat di Jl. Jend. Ahmad Yani No.1,

Marabahan Baru, Kec. Kertak Hanyar, Kab. Barito Kuala, Kalimantan

Selatan.

2. Alasan Memilih Setting

Alasan peneliti memilih TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

sebagai tempat penelitian karena peneliti menemukan permasalahan yang

dihadapi anak Kelompok B dalam aspek perkembangan kognitif terutama

pada kegiatan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik dalam

mengenal konsep sains sederhana.

Sejalan dengan penemuan tersebut, pada saat peneliti melakukan

wawancara dengan guru kelompok B1 yaitu Ibu Nor Bayah, S.Pd dan

pengamatan diketahui bahwa adanya permasalahan siswa belum terbiasa

dalam pembelajaran berpikir kritis dan bersikap ilmiah, aktivitas yang

bersifat eksploratif dan menyelidik belum dikembangkan secara optimal

57
serta pembelajaran yang hanya berpatokan pada buku menimbulkan

pembelajaran yang didapat anak menjadi tidak bermakna.

Hal ini tentu akan berdampak pada sikap berpikir kritis dan ilmiah

anak belum tercapai secara optimal sedangkan pada Permendikbud 137

menegaskan bahwa anak kelompok B sudah mampu menunjukkan

aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik yang akan berdampak

pada kemampuan daya pikir yang kritis dan ilmiah melalui kegiatan yang

dilakukan. Sehingga peneliti mengangkat judul “Mengembangkan

Kognitif Dan Aktivitas Belajar Melalui Model Project Based Learning

Dan Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam Kelompok B1 TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan”.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5

orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Penelitian ini dilakukan pada

semester genap tahun ajaran 2021/2022.

C. Faktor Yang Di Teliti

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian dengan judul

“Mengembangkan Kognitif dan Aktivitas Belajar Melalui Model Project

Based Learning Dan Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam”.

Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya

peningkatan aktivitas belajar dan perkembangan kognitif dalam aktivitas

yang bersifat eksploratif dan menyelidik. Ada beberapa faktor yang di teliti

yaitu sebagai berikut.

58
1. Faktor Aktivitas Guru

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main. Pada langkah ini

indikator yang dilaksanakan guru adalah merencanakan intensitas dan

densitas pengalaman, menata dan menyiapkan tempat main,

menyiapkan media yang mendukung kegiatan main dan menata

kesempatan main untuk mendukung pengalaman main.

2) Guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum main. Aktivitas

guru yang harus di laksanakan yaitu menjelaskan kegiatan serta aturan

main yang akan dilakukan, memberikan pertanyaan dengan bahasa

yang mudah di pahami, mengajak anak untuk mengamati benda

sebelum dimasukan ke dalam air, mengajak anak untuk merumuskan

hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatan.

3) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen). Aktivitas guru yang harus dilaksanakan yaitu

mencontohkan bagaimana benda yang dimasukkan ke dalam air dengan

komunikasi yang tepat, memberikan anak kesempatan untuk mengamati

dan bertanya apa yang sedang terjadi dari benda yang dimasukan ke

dalam air, memastikan anak memperhatikan dengan baik, menjadi

fasilitator untuk anak yang memerlukan bantuan.

4) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen. Aktivitas guru

yang harus dilaksanakan adalah membimbing anak untuk menyiapkan

alat dan bahan untuk melakukan eksperimen, membimbing anak

59
menemukan jawaban dari eksperimen, mengajak anak untuk

menceritakan hasil eksperimen, mengamati dan mendokumentasikan

perkembangan dan kemajuan main anak.

5) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek. Aktivitas

yang harus dilaksanakan guru yaitu membagikan semua alat dan bahan

yang diperlukan, menjelaskan bagaimana cara pembuatan proyek,

membimbing anak menyelesaikan proyek yang dilakukan, memastikan

semua anak menyelesaikan proyeknya dengan baik.

6) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main. Aktivitas yang

harus guru laksanakan adalah menggunakan waktu membereskan alat

main yang telah digunakan sebagai pengalaman belajar positif untuk

anak, mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya

dan saling menceritakan pengalaman mainnya, meminta anak

mengungkapkan perasaannya dan memberikan apresiasi, mengajak

anak untuk menarik kesimpulan kegiatan main yang telah dilakukan

hari ini.

2. Faktor Aktivitas Anak

Aktivitas anak saat proses kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model project based learning dan metode eksperimen pada

sentra bahan alam.

1) Aktivitas anak berinteraksi langsung dengan berbagai alat dan bahan.

Aktivitas yang dilaksanakan anak yaitu mengamati alat dan bahan yang

akan digunakan, menggunakan alat sesuai fungsinya, membangun

kontrol diri, perhatian pada objek yang diamati.

60
2) Aktivitas anak antusias dalam melakukan aktivitas eksploratif melalui

kegiatan eksperimen. Aktivitas yang dilaksanakan anak yaitu mengenal

hubungan sebab akibat, mampu menunjukkan inisiatif bertanya atau

menjawab, memasukkan benda-benda ke dalam air, dan

mengungkapkan kebenaran berdasarkan hasil percobaan dengan penuh

semangat.

3) Aktif dan kreatif dalam mendesain perencanaan karya yang dibuat.

Aktivitas yang dilaksanakan anak yaitu memperhatikan batas waktu

penyelesaian karya yang telah disepakati bersama, memiliki daya

imajinasi, memiliki kemampuan berkreasi dan persiapan alat dan bahan

yang digunakan.

4) Bertanggung jawab dalam menyelesaikan karya secara mandiri.

Aktivitas yang dilaksanakan anak yaitu mengambil dan mengembalikan

barang ke tempat semula, menyelesaikan karya dengan baik,

menyajikan hasil karya yang dibuat dengan penuh percaya diri dan

merapikan kembali barang yang telah digunakan ke tempat semula.

3. Faktor Hasil Perkembangan Anak

Faktor hasil perkembangan mengenai kemampuan kognitif melalui

kegiatan eksploratif dan menyelidik dalam mengenal konsep sains

sederhana menggunakan model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam. Faktor hasil belajar yang diteliti yaitu:

1) Anak mampu menyebutkan nama-nama benda yang dapat terapung,

tenggelam dan melayang.

2) Anak mampu membedakan konsep terapung, tenggelam dan melayang.

61
3) Anak mampu menunjukkan aktivitas eksploratif melalui kegiatan

eksperimen.

4) Anak mampu membuat karya secara mandiri.

D. Skenario Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur

penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklus

dilaksanakan dua kali pertemuan dan dilaksanakan dengan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam dalam

mengembangkan kognitif dan aktivitas belajar anak dalam kegiatan

eksploratif dan menyelidik. Oleh karena itu langkah-langkah penelitian ini

dilakukan dengan prosedur atau ketentuan penelitian tindakan kelas sebagai

berikut.

1. Pertemuan I

1) Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan peneliti melakukan berbagai persiapan yaitu:

1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran dilaksanakan

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) dengan

kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

pada sentra bahan alam yang disesuaikan dengan tema dan

subtema.

3) Menyiapkan media, alat dan bahan yang digunakan

4) Menyiapkan rubrik penilaian aktivitas guru, aktivitas anak, dan

hasil perkembangan anak.

62
5) Menyiapkan format lembar observasi, aktivitas guru, aktivitas anak

dan hasil perkembangan anak.

6) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan

penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi yaitu:

I. Kegiatan Awal (30 menit)

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main.

2) Guru mengucapkan salam.

3) Guru mengkondisikan anak.

4) Guru mempersiapkan untuk belajar (berdoa dan cek kehadiran).

5) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

6) Guru mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat untuk

mengawali semangat pagi hari ini.

7) Guru menanyakan tema tentang tanaman.

8) Guru mengajak anak membuat lingkaran sambil bernyanyi.

II. Kegiatan Inti (60 Menit)

1) Guru memberikan pijakan anak sebelum main

2) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen).

3) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen.

4) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek.

5) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main

III. Istirahat

63
1) Berdoa sebelum dan sesudah makan

2) Mencuci tangan

3) Bermain/makan

IV. Kegiatan Akhir (30 Menit)

1.) Guru mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman

mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

2.) Guru meminta anak untuk mengungkapkan perasaannya dan

memberikan apresiasi.

3.) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

4.) Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan kegiatan

main yang telah dilakukan hari ini.

5.) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dilakukan

masing-masing sesuai dengan keyakinan masing-masing.

3) Tahap Observasi

Pada tahap ini dengan pengamatan, dan alat yang digunakan

dalam melakukan kegiatan berupa lembar observasi, aktivitas guru

oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi hasil

capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

4) Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dilakukan.

Peneliti mengkaji, melihat dan merenungkan kembali perencanaan

yang belum berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan. Sebagai

64
dasar untuk membuat rancangan kegiatan pada siklus berikutnya.

Hasil yang di analisis di interpretasikan dan disimpulkan. Berdasarkan

hasil pengamatan melalui observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan anak dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik menggunakan model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam pada anak kelompok B1 TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada setiap akhir tindakan kelas

di refleksikan sebagai kajian perbaikan pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

2. Pertemuan II

1) Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan peneliti melakukan berbagai persiapan yaitu:

1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran dilaksanakan

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH)

dengan kombinasi model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam yang disesuaikan dengan

tema dan subtema.

3) Menyiapkan media, alat dan bahan yang digunakan

4) Menyiapkan rubrik penilaian aktivitas guru, aktivitas anak, dan

hasil perkembangan anak.

5) Menyiapkan format lembar observasi, aktivitas guru, aktivitas

anak dan hasil perkembangan anak.

6) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan

penelitian.

65
2) Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi yaitu:

I. Kegiatan Awal (30 menit)

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main.

2) Guru mengucapkan salam.

3) Guru mengkondisikan anak.

4) Guru mempersiapkan untuk belajar (berdoa dan cek kehadiran).

5) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

6) Guru mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat untuk

mengawali semangat pagi hari ini.

7) Guru menanyakan tema tentang tanaman.

8) Guru mengajak anak membuat lingkaran sambil bernyanyi.

II. Kegiatan Inti (60 Menit)

1) Guru memberikan pijakan anak sebelum main

2) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen).

3) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen.

4) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek.

5) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main

III. Istirahat

1) Berdoa sebelum dan sesudah makan

2) Mencuci tangan

3) Bermain/makan

IV. Kegiatan Akhir (30 Menit)

66
1.) Guru mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman

mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

2.) Guru meminta anak untuk mengungkapkan perasaannya dan

memberikan apresiasi.

3.) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

4.) Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan kegiatan

main yang telah dilakukan hari ini.

5.) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dilakukan

masing-masing sesuai dengan keyakinan masing-masing.

3) Tahap Observasi

Pada tahap ini dengan pengamatan, dan alat yang digunakan

dalam melakukan kegiatan berupa lembar observasi, aktivitas guru

oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi hasil

capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

4) Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dilakukan.

Peneliti mengkaji, melihat dan merenungkan kembali perencanaan

yang belum berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan. Sebagai

dasar untuk membuat rancangan kegiatan pada siklus berikutnya.

Hasil yang di analisis di interpretasikan dan disimpulkan. Berdasarkan

hasil pengamatan melalui observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan anak dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik menggunakan model project based learning dan metode

67
eksperimen pada sentra bahan alam pada anak kelompok B TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada setiap akhir tindakan kelas

di refleksikan sebagai kajian perbaikan pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

3. Pertemuan III

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan peneliti melakukan berbagai persiapan yaitu:

1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran dilaksanakan

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) dengan

kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

pada sentra bahan alam yang disesuaikan dengan tema dan

subtema.

3) Menyiapkan media, alat dan bahan yang digunakan

4) Menyiapkan rubrik penilaian aktivitas guru, aktivitas anak, dan

hasil perkembangan anak.

5) Menyiapkan format lembar observasi, aktivitas guru, aktivitas anak

dan hasil perkembangan anak.

6) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi yaitu:

I. Kegiatan Awal (30 menit)

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main.

68
2) Guru mengucapkan salam.

3) Guru mengkondisikan anak.

4) Guru mempersiapkan untuk belajar (berdoa dan cek kehadiran).

5) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

6) Guru mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat untuk

mengawali semangat pagi hari ini.

7) Guru menanyakan tema tentang tanaman.

8) Guru mengajak anak membuat lingkaran sambil bernyanyi.

II. Kegiatan Inti (60 Menit)

1) Guru memberikan pijakan anak sebelum main

2) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen).

3) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen.

4) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek.

5) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main

III. Istirahat

1) Berdoa sebelum dan sesudah makan

2) Mencuci tangan

3) Bermain/makan

IV. Kegiatan Akhir (30 Menit)

1.) Guru mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman

mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

2.) Guru meminta anak untuk mengungkapkan perasaannya dan

memberikan apresiasi.

69
3.) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

4.) Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan kegiatan main

yang telah dilakukan hari ini.

5.) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dilakukan masing-

masing sesuai dengan keyakinan masing-masing.

3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dengan pengamatan, dan alat yang digunakan

dalam melakukan kegiatan berupa lembar observasi, aktivitas guru

oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dilakukan.

Peneliti mengkaji, melihat dan merenungkan kembali perencanaan

yang belum berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan. Sebagai

dasar untuk membuat rancangan kegiata4n pada siklus berikutnya.

Hasil yang di analisis di interpretasikan dan disimpulkan.

Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi aktivitas guru,

aktivitas anak dan hasil capaian perkembangan anak dalam

kegiatan eksploratif dan menyelidik menggunakan model project

based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam

pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

pada setiap akhir tindakan kelas di refleksikan sebagai kajian

perbaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

70
4. Pertemuan IV

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan peneliti melakukan berbagai persiapan yaitu:

1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran dilaksanakan

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) dengan

kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

pada sentra bahan alam yang disesuaikan dengan tema dan

subtema.

3) Menyiapkan media, alat dan bahan yang digunakan

4) Menyiapkan rubrik penilaian aktivitas guru, aktivitas anak, dan

hasil perkembangan anak.

5) Menyiapkan format lembar observasi, aktivitas guru, aktivitas anak

dan hasil perkembangan anak.

6) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi yaitu:

I. Kegiatan Awal (30 menit)

1) Guru mengelola awal pijakan lingkungan main.

2) Guru mengucapkan salam.

3) Guru mengkondisikan anak.

4) Guru mempersiapkan untuk belajar (berdoa dan cek kehadiran).

5) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

71
6) Guru mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat untuk

mengawali semangat pagi hari ini.

7) Guru menanyakan tema tentang tanaman.

8) Guru mengajak anak membuat lingkaran sambil bernyanyi.

II. Kegiatan Inti (60 Menit)

1) Guru memberikan pijakan anak sebelum main

2) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen).

3) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen.

4) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek.

5) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main

III. Istirahat

1) Berdoa sebelum dan sesudah makan

2) Mencuci tangan

3) Bermain/makan

IV. Kegiatan Akhir (30 Menit)

1.) Guru mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman

mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

2.) Guru meminta anak untuk mengungkapkan perasaannya dan

memberikan apresiasi.

3.) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya.

4.) Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan kegiatan

main yang telah dilakukan hari ini.

72
5.) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dilakukan

masing-masing sesuai dengan keyakinan masing-masing.

3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dengan pengamatan, dan alat yang digunakan

dalam melakukan kegiatan berupa lembar observasi, aktivitas guru

oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dilakukan.

Peneliti mengkaji, melihat dan merenungkan kembali perencanaan

yang belum berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan. Sebagai

dasar untuk membuat rancangan kegiata4n pada siklus berikutnya.

Hasil yang di analisis di interpretasikan dan disimpulkan.

Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi aktivitas guru,

aktivitas anak dan hasil capaian perkembangan anak dalam

kegiatan eksploratif dan menyelidik menggunakan model project

based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam

pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

pada setiap akhir tindakan kelas di refleksikan sebagai kajian

perbaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

E. Data, Sumber Data dan Analisis Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah anak dan guru pada

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan Tahun Ajaran

73
2021/2022. Adapun subjek penelitian ini diambil berjumlah 9 anak terdiri

dari 5 anak perempuan dan 4 anak laki-laki, guru (peneliti) dan observer.

Adapun sumber datanya sebagai berikut.

a. Aktivitas guru pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

marabahan. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan observer

selama proses pembelajaran.

b. Aktivitas anak pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

marabahan. Data yang diperoleh dari keaktifan anak selama proses

pembelajaran.

c. Hasil perkembangan kognitif pada kelompok B1 TK Kemala

Bhayangkari 14 marabahan. Data yang diperoleh dari hasil belajar

anak dalam aktivitas eksploratif dan menyelidik dalam mengenal

konsep sains sederhana.

2. Jenis Data

Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini berupa data kualitatif

yaitu data tentang aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan

kognitif dalam aktivitas eksploratif dan menyelidik mengenal konsep

sains sederhana melalui model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam. Data ini di dapatkan melalui hasil

observasi dan wawancara dalam setiap kali pertemuan. Data-data

tersebut dianalisis untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran.

3. Teknik Pengumpulan Data

74
1) Data aktivitas guru diperoleh melalui pengamatan selama proses

belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

guru berdasarkan langkah-langkah kombinasi model project based

learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam.

2) Data aktivitas anak diperoleh dari pengamatan selama proses belajar

mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktivitas anak

berdasarkan langkah-langkah model project based learning dan

metode eksperimen pada sentra bahan alam.

3) Data hasil capaian perkembangan anak didapat melalui lembar

observasi semua anak pada setiap akhir pertemuan yang terdiri dari 4

indikator.

4. Analisis Data

1) Aktivitas Guru

Kriteria aktivitas guru di dapat menggunakan rumus perhitungan

dan dapat berdasarkan tabel observasi aktivitas guru, skala penelitian

dapat diperoleh dengan cara perhitungan berikut ini.

Item yang diteliti : 6

Nilai Maksimal : 6 X 4 = 24

Nilai Minimal :6X1=6

Rentang Skor : 24 – 6 = 18

Interval Kelas : 18 : 4 = 4.5 dibulatkan menjadi 5

jumlah skoryangdiperoleh
Aktivitas guru = x 100
jumlahskormaksimal

Presentase maksimal : 24 : 24 X 100 = 100

Presentase Minimal : 6 : 24 X 100 = 25

75
Rentang Skor : 100 - 25 = 75

Interval : 75 : 4 = 18.75 = 19

Tabel 3. 1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru

No Kriteria Penilaian Rentang Skor Presentase

1 Sangat Baik 21 – 24 82 - 100

2 Baik 16 - 20 64 - 81

3 Cukup Baik 11 – 15 44 - 61

4 Kurang Baik 6 – 10 25- 42

2) Analisis Data Aktivitas Anak

Analisis kualitatif berikutnya yaitu observasi aktivitas anak dalam

mengikuti pembelajaran. Cara penghitungannya adalah sebagai

berikut.

jumlah skoryangdiperoleh
Aktivitas anak = x 100
jumlahskormaksimal

jumlah anak mencapai presentase


Presentase klasikal = x 100%
jumlah seluruh anak

Item yang diteliti : 4

Nilai Maksimal : 4 X 4 = 16

Nilai Minimal :4X1=4

Rentang Skor : 16 – 4 = 12

Interval Kelas : 12 : 4 = 3

Presentase maksimal : 16 : 16 X 100 = 100

76
Presentase Minimal : 4 : 16 X 100 = 25

Rentang Skor : 100 - 25 = 75

Interval : 75: 4 = 18.75 = 19

Tabel 3. 2 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Individual

No Kriteria Penilaian Rentang Skor Presentase

1 Sangat Aktif 14 – 16 82 - 100

2 Aktif 11 – 13 63 - 8

3 Cukup Aktif 8 – 10 44 - 62

4 Kurang Aktif 4–7 25 - 43

Kriteria keberhasilan aktivitas anak secara klasikal dapat dilihat

sebagai berikut.

Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Secara Klasikal


No Kriteria Penilaian Rentang Skor Presentase

1 Sangat Aktif 14 – 16 82 - 100

2 Aktif 11 – 13 63 - 81

3 Cukup Aktif 8 – 10 44 - 62

4 Kurang Aktif 4–7 25 - 43

3) Analisis Hasil Perkembangan Kognitif Anak

77
Aspek yang diamati dalam pengembangan kemampuan kognitif

anak dalam aktivitas eskploratif dan menyelidik adalah sebagai

berikut.

1) Anak mampu menyebutkan nama-nama benda yang dapat

terapung, tenggelam dan melayang.

2) Membedakan konsep terapung, tenggelam dan melayang

3) Menunjukkan aktivitas eksploratif melalui kegiatan eksperimen

4) Membuat sebuah karya secara mandiri

Adapun cara penghitungannya sebagai berikut.

1)Secara Individual

jumlah nilai perolehan anak


Rumus : presentase = X 100
jumlah nilai maksimal

2) Secara Klasikal

Rumus : presentase =

jumlah anak yang memperoleh minimal bintang 3


X 100%
jumlah seluruh anak

Tabel 3. 4 Kriteria Perkembangan Kognitif Anak


Kategori Skor Keterangn
Mampu mengerjakan dengan
Berkembang Sangat Baik
4 inisiatif yang tinggi dalam
(BSB)
melaksanakan kegiatan
Mampu mengerjakan apa
Berkembang Sesuai yang diminta oleh guru
3
Harapan (BSH) dalam melaksanakan
kegiatan
Mampu mengerjakan apa
yang diminta oleh guru
Mulai Berkembang (MB) 2
dalam melaksanakan
kegiatan tetapi masih dibantu
Belum Berkembang (BB) 1 Belum mampu mengerjakan

78
apa yang diminta oleh guru
dalam melaksanakan
kegiatan

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dinyatakan berhasil dengan kriteria penilaian atau

ketentuan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut.

1) Aktivitas guru

Indikator aktivitas guru dikatakan berhasil apabila pengembangan

kemampuan kognitif dalam aktivitas eksploratif dan menyelidik dalam

pengelanan konsep sains sederhana dengan model project based learning

dan metode eksperimen pada sentra bahan alam apabila mencapai skor 21-

24 dengan kategori sangat baik sesuai observasi yang dilakukan secara

keseluruhan pada waktu pembelajaran.

2) Aktivitas Anak

Aktivitas anak dikatakan berhasil apabila perkembangan

kemampuan kognitif dalam aktivitas eksploratif dan menyelidik dengan

model project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam apabila aktivitas masing-masing aspek dilihat dari:

1) Secara individu memperoleh skor 13-16 atau dengan presentase 82-

100% dengan kriteria sangat aktif.

2) Secara klasikal mencapai >80% anak berkategori aktif dan sangat aktif

3) Hasil Perkembangan Kognitif

79
Indikator keberhasilan perkembangan kognitif dalam aktivitas

eksploratif dan menyelidik menggunakan model project based learning

dan metode eksperimen pada sentra bahan alam dikatakan berhasil

apabila secara individual minimal anak mendapat skor 3 dengan kategori

BSH dan secara klasikal mencapai >80% anak memperoleh minimal skor

3 dengan kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dari seluruh anak.

80
BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting atau Lokasi Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan tahun ajaran 2021/2022. Lokasi TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan Jl. Jendral Ahmad Yani No. 1, Marabahan

Baru Kab. Barito Kuala. Adapun data sekolah secara lengkap sebagai

berikut:

Nama Sekolah : TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

NPSN : 30314141

Status Sekolah : Swasta

Alamat :Jl. Jendral Ahmad Yani No. 1, Marabahan

Telepon : 081251281244

Akreditas :B

Keputusan/SK : 503/420/083/DPMPTSP-BTL/2019

Tahun Berdiri : 13 April 1987

Letak TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan ini berada

persis di seberang Polresta Marabahan yang sangat strategis, karena

lingkungan yang nyaman yaitu berada di sekitar lingkungan masyarakat,

dan letaknya pun juga dipinggir jalan, yang didukung dengan akses jalan

yang cukup baik, baik jalan pengendara sepeda dan sepeda motor serta

pejalan kaki dan secara umum keadaan sekolah cukup baik.

81
Kegiatan belajar mengajar di TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan dilaksanakan setiap hari Senin sampai Sabtu. Kegiatan

pembelajaran TK

82
Kemala Bhayangkari 14 Marabahan dimulai dari pukul 08.00 WITA

sampai dengan pukul 10.00 WITA.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu

masih banyak terdapat anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan yang masih rendah dalam perkembangan kognitf khususnya

dalam kemampuan berkesploratif dan menyelidik dalam sains. Maka dari

itu dilakukan penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B1 TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan agar perkembangan kognitif pada

anak berkembang secara sesuai harapan.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana di Sekolah TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

memiliki beberapa ruangan diantaranya ada 4 ruang kelas yaitu

kelompok A1, kelompok A2, B1, dan kelompok B2, 1 toilet di dalam, 1

toilet di luar, 1 ruang guru, dan 1 ruang kepala sekolah dan 1 ruang

UKS.

Keadaan ruang kelas anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari

14 Marabahan sangat mendukung berlangsungnya proses belajar

mengajar. Kelompok B1 terdapat meja dan kursi untuk guru, meja dan

kursi untuk anak, papan tulis, rak untuk meletakkan alat tulis anak

seperti buku, pensil, meja disusun dengan rapi agar anak dapat belajar

dengan nyaman, sedangkan di dinding kelas terdapat hiasan berupa

gambar-gambar binatang/hewan, buah-buahan, hari, angka dan lain-

lainnya serta dilengkapi juga dengan kipas angin dan AC.

83
3. Tenaga Pendidik

Adapun tenaga pengajar/pendidik yang berjumlah 8 (delapan)

orang termasuk Kepala Sekolah.

Tabel 4. 1 Nama-Nama Tenaga Pendidik


Tempat Tanggal
No Nama Jabatan
Lahir
1. Nurbayah, S.Pd Marabahan, 12 Kepala Sekolah
Oktober 1976
2. Siti Aminah Kuala Kapuas, 25 Guru Kelompok A1
Maret 1963
3. Astuti Rupidah Marabahan, 10 Guru Kelompok B2
November 1964
4. Sumiati, S.Pd.AUD Sei Ulin, 17 Juli 1971 Guru Kelompok B1
5. Sumarni, S.Pd Margasari, 03 Juni Guru Kelompok A2
1974
6. Cihyanoor, SPd Ulu Benteng, 05 Guru Kelompok B1
Agustus 1983
7. Zaitun, S.Pd Marabahan, 03 Juni Guru Kelompok A2
1986
8. Ni Nyoman Niki. H, S.Pd Banjarbaru, 19 Guru Kelompok A1
Agustus 1985

4. Anak dan Peserta Didik

Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 14 Marabahan terdiri dari

kelompok A1, A2 dan kelompok B1, B2. Untuk keseluruhan kelompok

B1 terdiri dari 9 Anak dan kelompok B1, B2 terdiri dari 10 anak. Subjek

penelitian ini adalah anak didik kelompok B1 pada TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan dengan jumlah anak 9 orang anak yang

terdiri dari 5 orang anak perempuan dan 4 orang anak laki-laki.

84
Tabel 4. 2 Daftar Nama Anak Kelompok B1
No Nama L/P
1. Adheva P
2. Eryn P
3. Taufik L
4. Adefa P
5. Rafatar L
6. Ikhwan L
7. Alifa P
8. Ahsan L
9. Anisa P

B. Persiapan Penelitian

1. Persiapan Administrasi

Adapun alasan peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dilaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat rencana penelitian yang

berjudul “Mengembangkan Kognitif Dan Aktivitass Belajar Melalui

Model Project Based Learning Dan Metode Eksperimen Berbasis Sentra

Bahan Alam Kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan” yang

diajukan kepada dosen pembimbing. Setelah proposal disetujui oleh dosen

pembimbing langkah selanjutnya yaitu membuat izin penelitian :

a. Penyusunan proposal, meminta persetujuan kepada dosen

pembimbing Ibu Maimunah, M.Pd, dan ketua program studi PG-

PAUD Ibu Dr. Novitawati S.Psi.,M.Pd apabila proposal telah

disetujuai kemudian langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan izin

penelitian secara tertulis.

85
b. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dengan berbagai

macam berkas untuk memenuhi syarat guna melakukan penelitian

yang diajukan Kepada Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini yaitu Ibu Dr. Novitawati S.Psi.,M.Pd yang

selanjutnya diajukan kepada Dekan FKIP ULM Ibu Dr. Hj. Atiek

Winarti, M.Pd., M.Sc.

c. Berdasarkan surat permohonan izin penelitian tersebut, Dekan FKIP

ULM Banjarmasin memberikan surat pengantar penelitian dengan

Nomor: 302/UN8.1.2/PL.01/2022 pada tanggal 2 Februari 2022 yang

diajukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.

d. Berdasarkan surat pengantar dari Dekan FKIP ULM Banjarmasin

tersebut, maka keluarlah rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa

Dan Politik Marabahan Nomor: 070/076/Dipendik/Kesbangpol pada

tanggal 15 Maret 2022.

e. Surat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

Marabahan tesebut menjadi pengantar atau sebagai tembusan peneliti

untuk melaksanakan penelitiannya di TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan.

2. Persiapan Penunjukkan Observer

Sebagai proses Penilaian Tindakan Kelas ini, maka perlu adanya

seorang observer sebagai pengamat pelaksana kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru-guru TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan maka Ibu Nur Bayah, S.Pd yang merupakan

Kepala Sekolah sekaligus guru Kkelompok B1 untuk bersedia menjadi

86
observer (pengamat). Dengan mempertimbangkan beliau adalah guru kelas

kelompok B1 yang mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya dan sudah

berpengalaman memahami bagaimana karakteristik masing-masin anak

kelompok B1.

3. Persiapan Teknis

Selain mempersiapkan administrasi pada kelompok TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan yang berjumlah 9 orang anak. Pelaksanaan

tindakan kelas ini direncanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu terdiri

dari pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 hingga pertemuan 4. Adapun

persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukannya penelitian

tindakan kelas yaitu:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

2) Membuat lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas

anak, lembar motivasi anak, dan lembar observasi pencapaian

perkembangan kemampuan kognitif anak.

3) Menyiapkan media,alat dan bahan yang digunakan.

4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Pelaksanaan Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada kelompok B1 TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan yang berjumlah 9 orang anak.

Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam penelitian ini direncanakan sebanyak 4

kali pertemuan, yang dilaksanakan secara terjadwal, yaitu sebagai berikut:

87
Tabel 4. 3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)

Tema/Sub
Pertemuan
Waktu Tgl/Bln/Thn Tema/Topik
Ke

Tanaman / Bagian-
bagian tanaman buah
1 (satu) 08.00-10.30 WITA 07 April 2022 jeruk

Tanaman/Tanaman
buah/ macam-macam
2 (dua) 08.00-10.30 WITA 09 April 2022 buah jeruk

Tanaman/ Tanaman
3 (tiga) 08.00-10.30 WITA 10 April 2022 Buah/Jeruk Limau

Tanaman/ Tanaman
4 (empat) 08.00-10.30 WITA 11 April 2022 Buah/Jeruk Sunkist

1. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 07 April 2022.

Skenario tindakan pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan

tindakan kelas, observasi/pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dengan pokok

bahasan materi pembelajaran dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik dengan model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam, mempersiapkan media sesuai

88
dengan materi, membuat lembar observasi serta rubrik yang digunakan

untuk mengamati aktivitas anak dan guru dalam proses belajar

mengajar serta membuat lembar observasi dan rubrik untuk mengamati

hasil kemampuan belajar anak.

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

dengan tema tanaman sub tema tanaman buah dengan topik bagian-

bagian tanaman buah jeruk.

2. Menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan

3. Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, anak dan hasil

perkembangan kognitif.

4. Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKDP)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas pada pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 07 April 2022 mulai pukul

08.00 -10.00 WITA di kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan. Tema pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu

tentang tanaman, sub tema tanaman buah dengan topik bagia-bagian

tanaman buah jeruk.

a) Kegiatan awal (30± menit)

Pada kegiatan awal ini guru memasuki ruangan kelas

kelompok B1 serta merapikan tempat duduk anak untuk proses

kegiatan pembelajaran, menata dan menyiapkan tempat main,

menyiapkan media yang mendukunng kegiatan main serta menata

kesempatan main untuk mendukung pengalaman main anak,

89
kemudian guru mengajak anak duduk melingkar dan bernyanyi

lagu sesuai dengan lagu anak TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan.

Kemudian membaca pancasila, guru membimbing anak

untuk mengucapkan salam, dan menanyakan kabar kepada

masing-masing anak, setelah itu guru bersama anak membaca dua

kalimat syahadat, doa belajar, membaca surah Al-Fatihah dan

benyanyi nama-nama hari dan diakhiri dengan bernyanyi lima

jari. Guru juga menyampaikan tema/sub tema/topik yaitu dengan

tema tanaman sub tema tanaman buah dengan topik pembelajaran

bagian-bagian tanaman buah jeruk.

Pertama tama guru menjelaskan secara singkat dan jelas

mengenai bagian-bagian dari sebuah tanaman. Tanaman memiliki

daun, batang/ ranting, duri, bunga, buah dan akar. Anak

mengamati melalui tayangan video yang telah disiapkan guru,

kemudian anak menyebutkan bagian-bagian tanaman sesuai

gambar.

b) Kegiatan Inti (±60 menit)

Pada kegiatan inti guru memberikan pijakan pengalaman

anak sebelum main seperti menjelaskan kegiatan serta aturan

main yang akan dilakukan, memberikan pertanyaan kepada anak

dengan bahasa yang mudah dipahami kemudian guru mengajak

anak untuk mengamati dan menyebutkan bagian-bagian dari

tanaman buah jeruk Guru menyiapkan dua toples berisi air, daun,

90
dan batang kayu kemudian mengajak anak mengamati dan

merumuskan hipotesis sementara apa yang terjadi jika benda

tersebut dimasukan ke dalam air.

Apabila setiap anak sudah memberikan pendapatnya,

kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru memberikan pijakan

saat main dengan mencontohkan melakukan kegiatan eksperimen

berupa benda yang dimasukkan ke dalam air. Seteah itu, anak-

anak boleh mencoba secara bergantian, guru membimbing anak

untuk menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan

main yang pilih.

Pada kelompok anak yang sedang melakukan eksperimen,

guru membimbing anak untuk menemukan jawaban dari benda

yang dimasukan ke dalam toples berisi air. Lalu membedakan

mana benda yang tenggelam, terapung dan melayang serta

penyebab terjadi peristiwa tersebut.

Kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru mengajak anak

memilih kegiatan main berupa mengelompokkan warna dari buah

jeruk yang ada di dalam keranjang dengan menggunakan capitan

dan menulis lambang bilangan dari jumlah jeruk yang ada di

dalam keranjang dalam nampan berisi pasir secara bergantian.

Guru bertindak sebagai fasilitator ketika anak memerlukan

bantuan dan memastikan semua anak mendapatkan kesempatan

main yang sama.

91
Selanjutnya guru membagikan alat dan bahan kepada anak

untuk proyek yang akan dibuat yakni berupa kolase bergambar

buah jeruk. Selama kegiatan anak guru membuat penilaian dan

memberi bimbingan kepada anak serta memberikan motivasi

untuk menyelesaikan sampai akhir. Kemudian guru memberikan

bimbingan dan menanamkan konsep pembelajaran, serta

memberikan umpan balik, dan terakhir guru bersama anak

membuat suatu kesimpulan.

c) Istirahat

Guru mengajak semua anak untuk duduk ke bangku masing-

masing kemudian mengajak berdoa sebelum makan dan minum

Setelah itu, mereka masing-masing mencuci tangan, kemudian

duduk kembali untuk makan dan minum, setelah selesai anak

diajarkan untuk mencuci tangannya hingga bersih. Setelah makan

anak diberi kesempatan untuk main di luar kelas selama lima

menit kemudian setelah itu masuk kembali ke dalam kelas.

d) Kegiatan Akhir (±15 Menit)

Pada proses kegiatan akhir, saat istirahat semua anak-anak

memasuki ruang kelas dan duduk melingkar, dan semua anak

tetap menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan. Semua

anak duduk dengan rapi, guru mengajak anak bernyanyi sambil

berhitung. Kemudian guru memberikan pijakan pengalaman

setelah main. Guru menanyakan kembali mengenai pembelajaran

hari ini. Guru menanyakan kepada anak bagaimana perasaannya

92
selama belajar. Kemudian guru mengajak anak untuk beryanyi

lagu “macam-macam buah jeruk“ membaca doa pulang dan

menyanyikan lagu-lagu pulang sekolah mengucapkan salam.

Pada akhir kegiatan guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian guru

bersama anak membaca doa pulang dan menyanyikan lagu-lagu

pulang sekolah mengucapkan salam secara bersama-sama.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer

terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan pada kelompok B1 pada

pertemuan 1 dengan kegiatan pembelajaran dengan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam sebagai berikut.

Tabel 4. 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 1


No Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1. Mengelola awal pijakan lingkungan main √
2. Memberikan pijakan pengalaman anak √
setelah main
3. Memberikan pijakan saat main √
4. Membimbing anak dalam melakukan √
eksperimen
5. Membagikan alat dan bahan kepada anak √
untuk proyek
6. Memberikan pijakan setelah main √
Jumlah Skor 16
Kriteria Baik

93
Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 1 dalam

melaksanakan pembelajaran menggunakan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam dalam mengembangkan kognitif pada kegiatan eksploratif

dan menyelidik pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan mendapatkan skor 16 dengan kriteria “Baik”. Hasil

pengamatan terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam, yaitu:

Aspek guru mengelola awal pijakan lingkungan main,

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah menata dan

menyiapkan tempat main, merencanakan intensitas main,

mempersiapkan atau menggunakan media yang akan digunakan,

menata kesempatan main. Tetapi pada aspek ini guru belum bisa

menata densitas pengalaman main setiap anak.

Aspek guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum

main memperoleh skor 3 dengan kriteria baik karena guru telah

menjelaskan kegiatan serta aturan main yang akan dilakukan,

mengajak anak mengamati benda sebelum dimasukan ke dalam

air, mengajak anak merumuskan hipotesis sementara dari buah

jeruk yang dikupas dan tidak. Akan tetapi pada aspek ini guru

belum mampu memberikan pertanyaan yang mudah dipahami

anak.

94
Aspek guru memberikan pijakan saat main memperoleh skor

2 kriteria cukup baik karena pada saat guru mencontohkan

kegiatan eksperimen dan anak melakukan kegiatan eksperimen

guru tidak memberikan batasan waktu, belum mampu

membimbing anak yang mengalami kesulitan.

Aspek guru membimbing dalam melakukan eksperimen

memperoleh skor 2 kriteria cukup baik karena pada aspek ini guru

membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan untuk

melakukan eksperimen, membimbing anak untuk menemukan

jawaban serta menceritakan hasil eksperimen yang anak lakukan.

Akan tetapi dalam mengajukan perintah dengan kalimat yang sulit

dipahami, dan tidak mengatur posisi anak

Aspek guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk

proyek memperoleh skor 3 kriteria baik, karena pada aspek ini

guru menjelaskan bagaimana pembuatan karya, membagikan

semua alat dan bahan yang diperlukan, membimbing anak

menyelesaikan proyek yang dibuat dan dapat membimbing anak

yang mengalami kesulitan, akan tetapi guru masih mengatur dan

mengingat posisi anak dan belum mampu memastikan semua

anak menyelesaikan.

Aspek guru memberikan pijakan pegalaman setelah main

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik, karena pada aspek ini

guru telah mendukung anak untuk mengingat kembali

pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman

95
mainnya, meminta anak mengungkapkan perasaanya dan

memberikan apresiasi, mengajak anak untuk menarik kesimpulan.

Akan tetapi guru belum mampu mengelola waktu sehingga guru

kehabisan waktu dalam mengajak anak untuk membereskan

peralatan main yang telah digunakan.

Berdasarkan dari hasil di atas, aktivitas guru dalam proses

pembelajaran memperoleh skor 16 yang berarti aktivitas guru

dalam pembelajaran tergolong dengan kriteria “Baik”.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan peneliti pada

saat Aspek yang diamati


No Nama Aspek A Aspek B Aspek C Aspek D Jlh Persen Ket
anak Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 16

1. Adheva 3 3 3 2 11 68.75% A
2. Eryn 3 3 3 3 12 75% A
3. Taufik 2 2 2 2 8 50% C
4. Adefa 2 2 2 2 8 50% C
5. Rafatar 3 2 2 2 9 56.25% C
6. Ikhwan 3 2 2 2 9 56.25% C
7. Alifa 3 3 2 3 11 68.75% A
8. Ahsan 2 2 2 3 9 56.25% C
9. Anisa 2 2 2 2 8 50% C
Jumlah 23 21 20 21 85 59.02 % CA
Persentase 15.97% 14.58% 13.89% 14.58%
mengikuti proses pembelajaran menggunakan kombinasi model project based

learning metode eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 1 dapat

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. 5 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 1

96
Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap aktivitas

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 1 dapat dilihat dari:

Aspek Anak berinteraksi langsung dengan alat dan bahan ada

5 anak memperoleh skor 2 persentase 44.4% kriteria “Cukup”. Ada

4 anak presentase 55.6% kriteria “Aktif” karena anak mengamati

alat dan bahan yang akan digunakan, menggunakan alat sesuai

fungsinya namun anak belum mampu membangun kontrol diri yang

baik sehingga dalam aktivitas menuang air dari bak ke dalam toples

yang lebih kecil masih sering tumpah..

Aspek aktivitas antusias anak dalam melakukan aktivitas

eksploratif melalui kegiatan eksperimen 6 orang anak dengan

persentase 66.7% kriteria” cukup aktif”. Ada 3 orang anak dengan

persentase 33.3% kriteria “aktif” karena anak telah mengenal

hubungan sebab akibat, mampu menunjukkan inisiatif bertanya dan

menjawab, memasukkan benda-benda ke dalam air.

Aspek Aktivitas anak aktif dan kreatif dalam mendesain

perencanaan karya yag dibuat sebanyak 7 orang anak dengan

persentase 77.8% kriteria “Cukupf”, kemudian ada 2 orang anak

dengan presesentase 22.2% mendapat skor 3 kriteria “Aktif” karena

anak telah memilliki kemampuan berkreasi dan berimajinasi namun

anak kurang memperhatikan batas waktu penyelesaian proyek yang

dibuat, belum mampu menyiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan. Hal ini di dukung dengan aktivitas guru yang terlaksana

yaitu guru membimbing anak.

97
Aspek Aktivitas anak bertanggung jawab dalam menyelesaikan

karya secara mandiri menunjukkan bahwa ada 6 orang anak dengan

presentase 66.7% kriteria “cukup” karena anak telah mengambil alat

dan bahan yang diperlukan, menyelesaikan karya dengan baik akan

tetapi anak masih belum percaya diri dalam menyajikan hasil karya

yang dibuat dan belum memiliki cukup waktu untuk merapikan

kembali peralatan yang telah digunakan. Ada 3 orang anak dengan

presentase 33.3% kriteria “akrif”.

Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil

observasi aktivitas anak pada tabel diatas dapatdilihat pada grafik

berikut.
77.8%
66.7% 66.7%
80% 55.5%
60% 44.4%
33.3% 33.3%
40% 22.2%
20% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Gambar 4. 1 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 1


Tabel 4. 6 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 1

No Kriteria Frekuensi Persentase

1. Sangat Aktif 0 0

2. Aktif 3 33.3%

3. Cukup 6 66.7%

4. Kurang 0 0

98
Jumlah 9 100%

Persentase Klasikal 33.3%


(SA + A)
Kriteria Kurang Aktif

Berdasarkan hasil data pengamatan terhadap aktivitas

anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan

pada pertemuan 1 masih belum mencapai indikator

keberhasilan yang diharapkan yakni ≥80% anak aktif selama

pembelajaran. Berdasarkan pertemuan 1 rata-rata aktivitas anak

sebanyak 3 orang anak dengan presentase 33.3% kriteria

“aktif” dan sebanyak 6 orang anak dengan presentase 66.7%

kriteria “cukup”.

3) Hasil Observasi Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model Project Based Learning

metode eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 1

dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. 7 Hasil Perkembangan Kognitif Pertemuan 1

99
No Nama Total Skor Persentase Kategori

1. Adheva 11 68.75% BSH


2. Eryn 12 75% BSH
3. Taufik 8 50% MB
4. Adefa 9 56.25% MB
5. Rafatar 8 50% MB
6. Ikhwan 10 62.50% MB
7. Alifa 11 68.75% BSH
8. Ahsan 8 50% MB
9. Anisa 8 50.7% MB
88.90%
Jumlah 90% 66.70%
84 58.33% MB
55.60% 55.60%
44.40%44.40%
Presentase 60% 33.30%
11.10%
30% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%

BB MB BSH BSB

Gambar 4. 2 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1

Aspek menyebutkan nama-nama benda yang dapat terapung,

tenggelam dan melayang 6 anak dengan persentase 66.7%

memperoleh (MB) karena anak mulai mampu menunjuk dan

menyebutkan benda yang dapat tenggelam, terapung dan melayang

namun masih dalam bimbingan guru dan perlu diberikan stimulus

atau rangsangan. Hal ini dikarenakan aktivitas guru dengan

kategori baik, namun masih belum maksimal karena guru belum

mampu menggunakan bahasa yang jelas. Terdapat 3 anak dengan

persentase 33.3% memperoleh (BSH) hal ini dikarenakan anak

100
sudah mampu menunjuk dan menyebutkan nama-nama benda

yang dapat terapung, tenggelam dan melayang namun masih

belum percaya diri.

Aspek anak mampu membedakan konsep terapung,

tenggelam dan melayang ada 8 anak dengan persentase 88.9%

memperoleh (MB) dikarenakan anak mulai mampu membedakan

membedakan konsep terapung, tenggelam dan melayang tetapi

masih perlu stimulus oleh guru, masih ada anak yang tidak dapat

membedakan konsep antara terapung dan melayang. Hal ini

karena aktivitas guru belum mampu menjelaskan dengan

komunikasi yang tepat kepada anak. Ada 1 orang anak persentase

11.1% yang memperoleh (BSH) dikarenakan anak sudah mampu

membedakan membedakan konsep terapung, tenggelam dan

melayang.

Aspek anak mampu menunjukkan aktivitas eksploratif

melalui kegiatan eksperimen. Pada aspek ini terdapat 5 anak

dengan persentase 55.6%, yang mendapat (MB) dikarenakan anak

sangat berantusias dalam melakukan kegiatan eksperimen namun

terkadang masih salah mengurutkan antara benda yang tenggelam

dan melayang. Hal ini dikarenakan aktivitas guru belum mampu

dalam membimbing anak dalam melakukan eksperimen. Ada 4

orang anak dengan presentase 44.4% yang mendapat skor 3 atau

(BSH) dikarenakan anak telah mampu melakukan kegiatan

101
eksploratif dan menyelidik melalui kegiatan eksperimen buah

jeruk dengan antusias.

Aspek anak membuat sebuah karya secara mandiri. Pada

aspek ini terdapat 4 orang anak dengan presentase 44.4% yang

mendapat (MB) dikarenakan anak telah mampu mengambil alat

dan bahan yang digunakan namun masih ada anak yang belum

menyelesaikan karyanya hingga selesai. Hal ini dikarenakan

aktivitas guru belum mampu dalam memastikan anak

menyelesaikan karya yang dubuat dengan baik. Ada 5 orang anak

dengan presentase 55.6% yang mendapat (BSH) dikarenakan anak

sudah dapat menyelesaikan karya yang dibuat dengan baik namun

masih belum percaya diri dalam menyajikan karya yang dibuat.

Tabel 4. 8 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak


Pertemuan 1

Skor Jumlah Anak (Orang) Presentase


BB 0 0%
MB 6 66.7%
BSH 3 33.3%
BSB 0 0
Hasil PERKEMBANGAN KOGNITIF Anak Secara
Jumlah 9 100%
Klasikal
Berhasil
Berkembang;
33.3%

Belum Berhasil
Berkembang; 66.7%

Berikut disajikan diagram hasil perkembangan anak dalam bidang


kemampuan kognitif secara klasikal.

102
Gambar 4. 1 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal
Pertemuan 1

Berdasarkan perolehan skor klasikal, maka diperoleh nilai

58.33% dengan kriteria massuk perolehan Mulai Berkembang

(MB) pada rentang 44%-62% dan belum mencapai ≥80. Dengan

demikian msaih perlu perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

d. Refleksi Hasil Pertemuan 1

Refleksi dilakukan bersama dengan tenaga pendidik di TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan, yang menjadi observer yaitu

ibu Nur Bayah, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

mengembangkan kemampuan kognitif anak pada kegiatan

eksploratif dan menyelidik pada pertemuan 1 dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Aktivitas yang dilaksanakan guru selama proses

pembelajaran dari kegiatan awal, inti dan akhir masih belum

optimal dilaksanakan. Hal ini di sebabkan karena kurangnya

persiapan yang dilakukan oleh guru sehingga guru masih belum

menguasai pembelajaran dengan menggunakan kombinasi model

Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam.

Upaya peningkatan yang dilakukan untuk kedepannya

adalah guru menata kesempatan main sesuai dengan intensitas

103
dan densitas yang sudah direncanakan, agar semua anak dapat

memiliki kesempatan main yang sama, selain itu guru dapat

menanyakan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dengan

ditunjang media berupa gambar dan video yang ditampilkan

kepada anak agar penggalian pengetahuan lebih maksimal di

dapat anak, serta memastikan semua anak memperhatikan terlebih

dahulu sebelum melakukan kegiatan berupa menjelaskan dan

mencontohkan sesuatu selain itu membantu anak dan meyakinkan

anak untuk menyelesaikan proyek yang dikerjakan dengan baik

dengan mendampingi dan mengapresiasi setiap penyelesaian yang

dilakukan anak. Kemudian guru kiranya bisa memperikirakan

waktu yang akan disediakan untuk memberikan kesempatan

kepada anak untuk membereskan peralatan main yang telah

digunakan secara bersama-sama.

2. Aktivitas Anak

Aktivitas yang dilaksanakan anak dalam mengikuti

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai

akhir masih belum optimal. Aktivitas anak dalam pertemuan 1

masih belum memenuhi kategori yang diinginkan karena dari

semua aktivitas yang dilakukan masih ada beberapa anak yang

mendaptkan nilai yang belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Kurangnya kontrol diri yang baik sehingga dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran sering tidak fokus.

104
Kemudian pengelolaan waktu dalam penyelesaian setiap tugas

yang diberikan oleh guru masih belum optimal diterapkan.

Upaya selanjutnya guru dapat menjadi fasilitator yang

baik kepada anak yang mengalami kesulitan terutama dalam

membangun kontrol diri dan mengingatkan batas waktu yang

dimiliki anak dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan pada aspek kognitif

yang dilaksanakan pada Pertemuan 1 belum berhasil karena

masih belum mencapai indikator keberhasilan ≥80% karena

dalam penyampaian materi guru menggunakan kalimat yang

kurang dipahami oleh anak, guru kewalahan dalam mengatur

dan mengkondisikan setiap anak sehingga ada beberapa anak

yang belum mampu menyelesaikan proyek yang diberikan

sehingga pada pertemuan selanjutnya diusahakan agar guru

melakukan upaya perbaikan dengan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh anak sehingga stimulus yang dilakukan

oleh guru dapat dipahami oleh anak dengan baik, guru mampu

memastikan semua anak menyelesaikan proyek nya dengan

baik, memberikan semangat dan motivasi kepada anak untuk

menyelesaikan dengan baik.

2. Pertemuan 2

105
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 09 April

2022. Skenario tindakan pembelajaran terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan kelas, observasi/pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dengan pokok

bahasan materi pembelajaran dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik dengan model project based learning dan metode

eksperimen pada sentra bahan alam, mempersiapkan media sesuai

dengan materi, membuat lembar observasi serta rubrik yang

digunakan untuk mengamati aktivitas anak dan guru dalam proses

belajar mengajar serta membuat lembar observasi dan rubrik untuk

mengamati hasil kemampuan belajar anak.

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

dengan tema tanaman sub tema tanaman buah dengan topik

pembelajaran macam-macam buah jeruk..

2. Menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan

3. Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, anak dan

hasil perkembangan kognitif.

4. Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKDP)

b. Pelaksanaan Tindakan

5. Pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas pada pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 09 April 2022 mulai pukul

08.00 -10.00 WITA di kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

106
Marabahan. Tema pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu

tentang tema tanaman sub tema tanaman buah dengan topik

pembelajaran macam-macam buah jeruk..

a) Kegiatan awal (30± menit)

Pada kegiatan awal ini guru memasuki ruangan kelas

kelompok B1 serta merapikan tempat duduk anak untuk proses

kegiatan pembelajaran, menata dan menyiapkan tempat main,

menyiapkan media yang mendukunng kegiatan main serta menata

kesempatan main untuk mendukung pengalaman main anak,

kemudian guru mengajak anak duduk di bangku masing-masing

dan bernyanyi lagu sesuai dengan lagu anak TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan.

Kemudian membaca pancasila, guru membimbing anak

untuk mengucapkan salam, dan menanyakan kabar kepada

masing-masing anak, setelah itu guru bersama anak membaca dua

kalimat syahadat, doa belajar, membaca surah Al-Fatihah dan

benyanyi nama-nama hari dan diakhiri dengan bernyanyi lima

jari. Guru juga menyampaikan tema/sub tema/topik yaitu dengan

tema tanaman buah dengan subtema dan topiknya adalah buah

jeruk.

Pertama tama guru menjelaskan secara singkat dan jelas

mengenai macam-macam buah jeruk yang sering ditemui di

lingkungan sekitar mulai dari buah jeruk nipis, jeruk limau, jeruk

sankis, jeruk bali, dan jeruk purut. Anak mengamati macam-

107
macam buah jeruk melalui tayangan video yang telah disiapkan

guru, kemudian anak membedakan buah jeruk mulai dari warna

kulit, ukuran, serta tekstur kulit dari buah jeruk.

b) Kegiatan Inti (±60 menit)

Pada kegiatan inti guru memberikan pijakan pengalaman

anak sebelum main seperti menjelaskan kegiatan serta aturan

main yang akan dilakukan, membagikan buah jeruk kepada anak

kemudian guru mengajak anak untuk mengamati dan

menyebutkan warna, bentuk dan tekstur dari buah jeruk tersebut.

Setelah itu guru meminta anak untuk mengupas kulit buah jeruk

secara mandiri kemudian guru mengajak anak untuk mengenal

rasa dari buah jeruk yang telah dikupas. Guru menyiapkan dua

toples berisi air kemudian mengajak anak merumuskan hipotesis

sementara apa yang terjadi jika jeruk dimasukan ke dalam air.

Apabila setiap anak sudah memberikan pendapatnya,

kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru memberikan pijakan

saat main dengan mencontohkan melakukan kegiatan eksperimen

berupa buah jeruk yang dimasukkan ke dalam air. Setelah itu

guru juga mencontohkan cara penggunaan alat perasan untuk

memeras buah jeruk. Seteah itu, anak-anak boleh memilih secara

bergantian jenis main yang akan dilakukan secara bergantian,

guru membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan yang

digunakan dalam kegiatan main yang pilih.

108
Pada kelompok anak yang sedang melakukan eksperimen,

guru membimbing anak untuk menemukan jawaban dari buah

jeruk yang dikupas dan tidak dikupas serta di kupas hanya

setengah nya saja yang dimasukan ke dalam toples berisi air. Lalu

membedakan buah mana yang tenggelam, terapung dan melayang

serta penyebab terjadi peristiwa tersebut. Sedangkan untuk

kelompok anak yang memilih kegiatan main membuatan

minuman dari perasan buah jeruk, guru mengajak anak untuk

mengenal rasa dari air perasan jeruk sebelum dan sesudah di

tambahkan gula.

Kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru mengajak anak

memilih kegiatan main berupa mengelompokkan warna dari buah

jeruk yang ada di dalam keranjang dengan menggunakan capitan

dan menulis lambang bilangan dari jumlah jeruk yang ada di

dalam keranjang dalam nampan berisi pasir secara bergantian.

Guru bertindak sebagai fasilitator ketika anak memerlukan

bantuan dan memastikan semua anak mendapatkan kesempatan

main yang sama.

Selanjutnya guru membagikan kulit buah jeruk kepada anak

untuk proyek yang akan dibuat yakni berupa kolase buah jeruk.

Selama kegiatan anak guru membuat penilaian dan memberi

bimbingan kepada anak serta memberikan motivasi untuk

menyelesaikan sampai akhir. Kemudian guru memberikan

bimbingan dan menanamkan konsep pembelajaran, serta

109
memberikan umpan balik, dan terakhir guru bersama anak

membuat suatu kesimpulan.

c) Istirahat

Guru mengajak semua anak untuk duduk melingkar

kemudian mengajak berdoa sebelum makan dan minum Setelah

itu, mereka masing-masing mencuci tangan, kemudian duduk

kembali untuk makan dan minum, setelah selesai anak diajarkan

untuk mencuci tangannya hingga bersih. Setelah makan anak

diberi kesempatan untuk main di luar kelas selama lima menit

kemudian setelah itu masuk kembali ke dalam kelas.

d) Kegiatan Akhir (±15 Menit)

Pada proses kegiatan akhir, saat istirahat semua anak-anak

memasuki ruang kelas dan duduk melingkar, dan semua anak

tetap menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan. Semua

anak duduk dengan rapi, guru mengajak anak bernyanyi sambil

berhitung. Kemudian guru memberikan pijakan pengalaman

setelah main. Guru menanyakan kembali mengenai pembelajaran

hari ini. Guru menanyakan kepada anak bagaimana perasaannya

selama belajar. Kemudian guru mengajak anak untuk beryanyi

lagu “macam-macam buah jeruk“ membaca doa pulang dan

menyanyikan lagu-lagu pulang sekolah mengucapkan salam.

Pada akhir kegiatan guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian guru

110
bersama anak membaca doa pulang dan menyanyikan lagu-lagu

pulang sekolah mengucapkan salam secara bersama-sama.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer

terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan pada kelompok B1 pada

pertemuan 2 dengan kegiatan pembelajaran dengan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam sebagai berikut.

Tabel 4. 9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 2

No Aspek yang diamati Skor


1 2 3 4
1 Mengelola awal pijakan main √
2 Memberikan pijakan pengalaman anak √
sebelum main
3 Memberikan pijakan saat main √
4 Membimbing anak dalam melakukan √
eksperimen
5 Membagikan alat dan bahan kepada √
anak untuk penyelesaian proyek
6 Memberikan pijakan setelah main √
Jumlah Skor 17
Kriteria baik
Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 2 hasil

dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan kombinasi

model project based learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam dalam mengembangkan kognitif dalam kegiatan

eksploratif dan menyelidik pada kelompok B1 TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan mendapatkan skor 17 dengan kriteria

111
“Baik”. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dengan

kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam, yaitu:

Aspek guru menelola awal pijakan lingkungan main,

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah menata dan

menyiapkan tempat main, merencanakan intensitas main,

mempersiapkan atau menggunakan media yang akan digunakan,

menata kesempatan main. Tetapi pada aspek ini guru belum bisa

menata densitas pengalaman main sebagian.

Aspek guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum

main memperoleh skor 3 dengan kriteria baik karena guru telah

menjelaskan kegiatan serta aturan main yang akan dilakukan,

mengajak anak mengamati benda sebelum dimasukkan ke dalam

air, mengajak anak merumuskan hipotesis sementara berdasarkan

pengamatan. Akan tetapi pada aspek ini guru belum mampu

memberikan pertanyan dengan bahasa yang mudah dipahami

anak.

Aspek guru memberikan pijakan saat main memperoleh skor

2 kriteria cukup baik karena pada saat guru mencontohkan

kegiatan eksperimen dan anak melakukan kegiatan eksperimen

guru tidak memberikan batasan waktu sehingga guru masih belum

mampu menjadi fasilitator yang baik untuk anak.

Aspek guru membimbing dalam melakukan eksperimen

memperoleh skor 2 kriteria cukup baik karena pada aspek ini guru

112
membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan untuk

melakukan eksperimen, membimbing anak untuk menemukan

jawaban serta menceritakan hasil eksperimen yang anak lakukan.

Akan tetapi dalam mengajukan perintah dengan kalimat yang

agak sulit dipahami.

Aspek guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk

proyek memperoleh skor 3 kriteria baik, karena pada aspek ini

guru menjelaskan bagaimana pembuatan karya, membagikan

semua alat dan bahan yang diperlukan, membimbing anak

menyelesaikan proyek yang dibuat akan tetapi guru belum

maksimal dalam membimbing anak yang mengalami kesulitan.

Aspek guru memberikan pijakan pegalaman setelah main

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik, karena pada aspek ini

guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, dan

mengecek dengan menanyakan kembali. Akan tetapi guru belum

mampu mengelola waktu yang tersedia sehingga dalam

penyampaian terkesan terburu-buru.

Berdasarkan dari hasil di atas, aktivitas guru dalam proses

pembelajaran memperoleh skor 16 yang berarti aktivitas guru

dalam pembelajaran tergolong dengan kriteria “Baik”.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model project based learning metode

113
eksperimen berbasis sentra bahan alam pada pertemuan 2 dapat

Aspek yang diamati


Perse
No Nama Aspek A Aspek B Aspek C Aspek D Jlh n Ket
Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 16
1. Adheva 3 3 3 3 12 75% A
2. Eryn 3 3 3 3 12 75% A
3. Taufik 3 2 2 3 10 62.5% C
4. Adefa 2 2 2 3 9 56.25% C
5. Rafatar 3 2 2 2 9 56.25% C
6. Ikhwan 3 2 3 3 11 68.75% A
7. Alifa 3 3 3 3 12 75% A
8. Ahsan 2 3 2 3 10 62.5% C
9. Anisa 3 2 2 2 9 50% C
Jumlah 25 22 22 25 94 65.27% A
Persentase 17.36% 15.28% 15.28% 17.36%
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. 14 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 2

Tabel 4. 10 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 2

114
Sangat Aktif Cukup Kurang
No Aktivitas yang diamati Aktif
F % F % F % F %
1. Berinteraksi langsung dengan alat 0 0 7 77.8 2 22.2 0 0
dan bahan
2. Antusias dalam melakukan 0 0 4 44.4 5 55.6 0 0
aktivitas eksploratif melalui
kegiatan eksperimen
3. Aktif dan kreatif dalam mendesain 0 0 4 44.4 5 55.6 0 0
perencanaan karya yang dibuat
4. Bertanggung jawab dalam 0 0 7 77.8 2 22.2 0 0
menyelesaikan karya secara
mandiri

Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap aktivitas

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 2 dapat dilihat dari:

Aspek Anak berinteraksi langsung dengan alat dan bahan ada

2 anak memperoleh skor 2 persentase 22.2% kriteria “Cukup”.

Ada 7 anak memperoleh skor 3 presentase 77.8% kriteria “Aktif”

karena anak mengamati alat dan bahan yang akan digunakan,

menggunakan alat sesuai fungsinya namun anak belum optimal,

anak sedikit kurang fokus sehingga msaih salah dalam menakar

air yang dimasukan. Hal ini sejalan dengan aktivitas guru yang

telah melaksanakan kriteria pada aspek membimbing anak, tetapi

guru masih kesulitan dalam mengatur kondisi anak dikelas.

Aspek aktivitas antusias anak dalam melakukan aktivitas

eksploratif melalui kegiatan eksperimen 5 orang anak dengan

persentase 55.6% kriteria “cukup”. Ada 4 orang anak dengan

persentase 44.4% kriteria “aktif” karena anak telah mampu

115
inisiatif bertanya dan menjawab, memasukkan benda-benda ke

dalam air, akan tetapi anak belum mampu mengungkapkan

kebenaran berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hal

ini di dukung dengan aktivitas guru yaitu memberikan pijakan

saat main namun komunikasi yang dilakukan guru masih kurang

tepat.

Aspek Aktivitas anak aktif dan kreatif dalam mendesain

perencanaan karya yag dibuat sebanyak 5 orang anak dengan

persentase 55.6% kriteria “Cukup”, kemudian ada 4 orang anak

dengan presesentase 44.4% mendapat skor 3 kriteria “Aktif” karena

anak telah mengetahui prosedur pembuatan proyek yang akan

dihasilkan, merancang konsep karya sesuai kreasi dan

imajinasinya, namun anak masih belum mampu mengelola waktu

yang diberikan. Hal ini di dukung dengan aktivitas guru yang

terlaksana yaitu guru membimbing anak.

Aspek Aktivitas anak bertanggung jawab dalam

menyelesaikan karya secara mandiri menunjukkan bahwa ada 2

orang anak dengan presentase 22.2% kriteria “cukup” karena anak

telah mengambil alat dan bahan yang diperlukan, menyelesaikan

karya dengan baik akan tetapi anak masih belum percaya diri

dalam menyajikan hasil karya yang dibuat. Ada 7 orang anak

dengan presentase 77.8% kriteria “akrif”. Hal ini disebabkan

dalam penyelesaian karya masih ada anak yang belum mampu

menyelesaikan karya dengan baik, masih ada anak yang terburu-

116
buru. Hal ini didukung dengan aktivitas guru yang terlaksana

yaitu memastikan anak menyelesaikan proyek yang dibuat sampai

selesai.

Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil

observasi aktivitas anak pada tabel diatas dapat dilihat pada grafik

berikut.
77.8% 77.8%
80% 55.6% 55.6%
60% 44.4% 44.4%
40% 22.2% 22.2%
20% 0% 0%0% 0%0% 0%0% 0%
0%

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Gambar 4. 7 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 2

Tabel 4. 11 Hasil Observasi Anak Secara Klassikal Pertemuan 2

117
No Kriteria Frekuensi Persentase
1. Sangat Aktif 0 0
2. Aktif 4 44.4%
3. Cukup 5 55.6%
4. Kurang 0 0
Jumlah 9 100%
Persentase Klasikal 44.4%
(SA + A)
Kriteria Cukup Aktif

Berdasarkan hasil data pengamatan terhadap aktivitas anak

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 2 masih belum mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan yakni ≥80% anak aktif selama pembelajaran.

Berdasarkan pertemuan 2 rata-rata aktivitas anak sebanyak 4

orang anak dengan presentase 44.4% kriteria “aktif” dan sebanyak

5 orang anak dengan presentase 55.6% kriteria “cukup”.

Berdasarkan hasil data klasikal yang diperoleh nilai

44.4% anak yang aktif. Hal tersebut menujukkan keaktifan

anak dalam pembelajaran pada Pertemuan 2 masih sangat

kurang, maka perlu perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

3) Hasil Observasi Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model Project Based Learning

118
No Nama Jumlah Skor Persen Kategori

1. Adheva 11 68.75% BSH


2. Eryn 12 75% BSH
3. Taufik 9 50% MB
4. Adefa 10 56.25% MB
5. Rafatar 8 50% MB
6. Ikhwan 11 68.75% BSH
7. Alifa 11 68.75% BSH
8. Ahsan 9 56.25% MB
9. Anisa 9 56.25% MB
Jumlah
91 63.19% BSH
Presentase

metode eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 2

dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. 12 Hasil Perkembangan Kognitif Pertemuan 2

Tabel 4. 13 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan


2

BB MB BSH BSB Jumlah


No Aspek Yang Diamati
F % F % F % F % %
1. Menyebutkan nama-
nama benda yang dapat
0 0 2 22.2 7 77.8 0 0 100
terapung, tenggelam
dan melayang
2. Membedakan konsep
tenggelam, terapung 0 0 8 88.9 1 11.1 0 0 100
dan melayang
3. Menunjukkan aktivitas
eksploratif melalui 0 0 4 44.4 5 55.6 0 0 100
kegaiatn eksperimen
4. Membuat sebuah karya
0 0 3 33.3 6 66.7 0 0 100
secara mandiri

119
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik

yang dilakukan pada pertemuan 2 dapat dilihat dari.

Aspek menyebutkan nama-nama benda yang dapat

terapung, tenggelam dan melayang 2 anak dengan persentase

22.2% memperoleh (MB) karena anak mulai mampu

menunjuk dan menyebutkan benda yang dapat tenggelam,

terapung dan melayang namun masih dalam bimbingan guru

dan perlu diberikan stimulus atau rangsangan. Hal ini

dikarenakan aktivitas guru dengan kategori baik, namun masih

belum maksimal karena guru belum mampu menggunakan

bahasa yang jelas. Terdapat 7 anak dengan persentase 77.8%

memperoleh (BSH) hal ini dikarenakan anak sudah mampu

menunjuk dan menyebutkan nama-nama benda yang dapat

terapung, tenggelam dan melayang namun masih belum

percaya diri.

Aspek anak mampu membedakan konsep terapung,

tenggelam dan melayang ada 8 anak dengan persentase 88.9%

memperoleh (MB) dikarenakan anak mulai mampu

membedakan membedakan konsep terapung, tenggelam dan

melayang tetapi masih perlu stimulus oleh guru, masih ada

anak yang tidak dapat membedakan konsep antara terapung

dan melayang. Hal ini karena aktivitas guru belum mampu

menjelaskan dengan komunikasi yang tepat kepada anak. Ada

1 orang anak persentase 11.1% yang memperoleh (BSH)

120
dikarenakan anak sudah mampu membedakan membedakan

konsep terapung, tenggelam dan melayang.

Aspek anak mampu menunjukkan aktivitas eksploratif

melalui kegiatan eksperimen. Pada aspek ini terdapat 4 anak

dengan persentase 44.4%, yang mendapat (MB) dikarenakan

anak sangat berantusias dalam melakukan kegiatan eksperimen

namun terkadang masih salah mengurutkan antara benda yang

tenggelam dan melayang. Hal ini dikarenakan aktivitas guru

belum mampu dalam membimbing anak dalam melakukan

eksperimen. Ada 5 orang anak dengan presentase 55.6% yang

mendapat skor 3 atau (BSH) dikarenakan anak telah mampu

melakukan kegiatan eksploratif dan menyelidik melalui

kegiatan eksperimen buah jeruk dengan antusias dan mampu

mengurutkan buah jeruk yang tenggelam, terapung dan

melayang.

Aspek anak membuat sebuah karya secara mandiri.

Pada aspek ini terdapat 3 orang anak dengan presentase 33.3%

yang mendapat (MB) dikarenakan anak telah mampu

mengambil alat dan bahan yang digunakan namun masih ada

anak yang belum menyelesaikan karyanya hingga selesai. Hal

ini dikarenakan aktivitas guru belum mampu dalam

memastikan anak menyelesaikan karya yang dubuat dengan

baik. Ada 6 orang anak dengan presentase 66.7% yang

mendapat (BSH) dikarenakan anak sudah dapat menyelesaikan

karya yang dibuat dengan baik namun masih belum percaya

121
diri dalam menyajikan karya yang dibuat. Berikut adalah grafik

hasil perkembangan kognitif anak pertemuan 2.


88.90%
77.80%
90% 66.70%
55.60%
44.40%
60% 33.30%
22.20%
30% 0% 0%0%11.10%
0%0% 0%0% 0%
0%

BB MB BSH BSB

Gambar 4. 2 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2

Tabel 4. 14 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak


Pertemuan 2

Skor Jumlah Anak (Orang) Presentase


BB 0 0%
MB 5 55.6%
BSH 4 44.4%
BSB 0 0
Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel tersebut hasil perkembangan pada aspek

kognitif yang dilaksanakan pada pertemuan 2 belum berhasil

karena masih belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%, yaitu

5 orang anak dengan persentase 55.6% mulai berkembang (MB)

dan 4 orang atau 44.4% anak berkembang sesuai harapan (BSH).

122
Berikut disajikan diagram hasil perkembangan anak dalam

bidang kemampuan kognitif secara klasikal.

Gambar 4. 3 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 2

Hasil pERKEMBNGAN KOGNITIF Anak Secara


Klasikal

Berhasil
Berkembang;
44.40%

Belum Berhasil
Berkembang;
55.60%

Berdasarkan perolehan skor klasikal, diperoleh nilai 63.19%

dengan kriteria massuk perolehan Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) pada rentang 63%-81% dan masih belum mencapai

indikator keberhasilan ≥80. Dengan demikian msaih perlu

perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

d. Refleksi Hasil Pertemuan 2

Refleksi dilakukan bersama dengan tenaga pendidik di TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan, yang menjadi observer yaitu

ibu Nur Bayah, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

mengembangkan kemampuan kognitif anak pada kegiatan

eksploratif dan menyelidik pada pertemuan 2 dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

123
Aktivitas yang dilaksanakan guru selama proses

pembelajaran dari kegiatan awal, inti dan akhir masih belum

optimal dilaksanakan. Hal ini di sebabkan karena guru masih

terlalu fokus dengan kegiatan sendiri sehingga guru tidak dapat

memastikan semua anak memperhatikan dengan baik, beberapa

anak di luar kendali dan asik dengan kegiatan sendiri. Upaya

peningkatan yang dapat dilakukan untuk kedepannya adalah

dengan mengajak anak untuk memperhatikan secara bersama-

sama dan memastikan semua anak memperhatikan terlebih dahulu

sebelum melakukan kegiatan berupa menjelaskan dan

mencontohkan sesuatu dan guru diharapkan mampu memberikan

motivasi kepada anak untuk lebih percaya diri dalam

menceritakan hasil eksperimen yang didapat.

2. Aktivitas Anak

Aktivitas yang dilaksanakan anak dalam mengikuti

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai

akhir masih belum optimal. Dapat dilihat dari aktivitas anak

dalam 4 aspek yang dinilai. Aktivitas anak dalam pertemuan 2

masih belum memenuhi kategori yang diinginkan karena dari

semua aktivitas yang dilakukan masih ada beberapa anak yang

mendapatkan nilai yang belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Pada pertemuan selanjutnya guru diharapkan mampu

mengarahkan anak untuk melakukan aktivitas menuang air

dengan hati-hati sehingga tidak ada lagi yang tumpah dan guru

124
diharapkan mampu membimbing anak dalam menyelesaikan

proyek yang dibuat dan memperhatikan batas waktu yang dimiliki

anak.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan pada aspek kognitif

yang dilaksanakan pada Pertemuan 2 belum berhasil karena

masih belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%. Pada

pertemuan selanjutnya diusahakan agar guru menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan guru diharapkan

mampu menjelaskan dengan baik dan urut mengenai materi

yang disampaikan.

3. Pertemuan 3

Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 April

2022. Skenario tindakan pembelajaran terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan kelas, observasi/pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dengan pokok

bahasan materi pembelajaran dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik dengan model project based learning dan metode

eksperimen berbasis sentra bahan alam, mempersiapkan media

sesuai dengan materi, membuat lembar observasi serta rubrik yang

digunakan untuk mengamati aktivitas anak dan guru dalam proses

125
belajar mengajar serta membuat lembar observasi dan rubrik untuk

mengamati hasil kemampuan belajar anak.

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

dengan tema tanaman buah dan sub tema buah jeruk limau.

2. Menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan

3. Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, anak dan

hasil perkembangan kognitif.

4. Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKDP)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas pada pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 April 2022 mulai pukul

08.00 -10.00 WITA di kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan. Tema pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu

tentang tanaman buah, dan sub tema/topiknya adalah buah jeruk

limau.

a) Kegiatan awal (30± menit)

Pada kegiatan awal ini guru memasuki ruangan kelas

kelompok B1 serta merapikan tempat duduk anak untuk proses

kegiatan pembelajaran, menata dan menyiapkan tempat main,

menyiapkan media yang mendukunng kegiatan main serta menata

kesempatan main untuk mendukung pengalaman main anak,

kemudian guru mengajak anak duduk melingkar dan bernyanyi

lagu sesuai dengan lagu anak TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan.

126
Kemudian membaca pancasila, guru membimbing anak

untuk mengucapkan salam, dan menanyakan kabar kepada

masing-masing anak, setelah itu guru bersama anak membaca dua

kalimat syahadat, doa belajar, membaca surah Al-Fatihah dan

benyanyi nama-nama hari dan diakhiri dengan bernyanyi lima

jari. Guru juga menyampaikan tema/sub tema/topik yaitu dengan

tema tanaman buah dengan subtema dan topiknya adalah buah

jeruk.

Pertama tama guru mengajak anak untuk mengingat kembali

materi yang sebelumnya sudah dipelajari mengenai macam-

macam buah jeruk yang sering ditemui di lingkungan sekitar

mulai dari buah jeruk nipis, jeruk limau, jeruk sankis, jeruk bali,

dan jeruk purut. Anak mengamati macam-macam buah jeruk

melalui tayangan video yang telah disiapkan guru, kemudian anak

membedakan buah jeruk mulai dari warna kulit, ukuran, serta

tekstur kulit dari buah jeruk.

b) Kegiatan Inti (±60 menit)

Pada kegiatan inti guru memberikan pijakan pengalaman

anak sebelum main seperti menjelaskan kegiatan serta aturan

main yang akan dilakukan, membagikan buah jeruk kepada anak

kemudian guru mengajak anak untuk mengamati dan

menyebutkan warna, bentuk dan tekstur dari buah jeruk tersebut.

Guru mengajak anak untuk lebih mengenal manfaat dari buah

jeruk untuk kesehatan tubuh. Setelah itu guru meminta anak untuk

127
mengupas kulit buah jeruk secara mandiri kemudian guru

mengajak anak untuk mengenal rasa dari buah jeruk yang telah

dikupas. Guru menyiapkan dua toples berisi air kemudian

mengajak anak merumuskan hipotesis sementara apa yang terjadi

jika jeruk dimasukan ke dalam air.

Apabila setiap anak sudah memberikan pendapatnya,

kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru memberikan pijakan

saat main dengan mencontohkan melakukan kegiatan eksperimen

berupa buah jeruk yang dimasukkan ke dalam air. Setelah itu guru

juga mencontohkan cara penggunaan alat perasan untuk memeras

buah jeruk. Seteah itu, anak-anak boleh memilih secara

bergantian jenis main yang akan dilakukan secara bergantian,

guru membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan yang

digunakan dalam kegiatan main yang pilih.

Pada kelompok anak yang sedang melakukan eksperimen,

guru membimbing anak untuk menemukan jawaban dari buah

jeruk yang dikupas dan tidak dikupas serta di kupas hanya

setengah nya saja yang dimasukan ke dalam toples berisi air. Lalu

membedakan buah mana yang tenggelam, terapung dan melayang

serta penyebab terjadi peristiwa tersebut. Sedangkan untuk

kelompok anak yang memilih kegiatan main membuatan

minuman dari perasan buah jeruk, guru mengajak anak untuk

mengenal rasa dari air perasan jeruk sebelum dan sesudah di

tambahkan gula.

128
Kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru mengajak anak

memilih kegiatan main berupa mengelompokkan warna dari buah

jeruk yang ada di dalam keranjang dengan menggunakan capitan

dan menulis lambang bilangan dari jumlah jeruk yang ada di

dalam keranjang dalam nampan berisi pasir secara bergantian.

Guru bertindak sebagai fasilitator ketika anak memerlukan

bantuan dan memastikan semua anak mendapatkan kesempatan

main yang sama.

Selanjutnya guru membagikan kulit buah jeruk kepada anak

untuk proyek yang akan dibuat yakni berupa kolase buah jeruk.

Selama kegiatan anak guru membuat penilaian dan memberi

bimbingan kepada anak serta memberikan motivasi untuk

menyelesaikan sampai akhir. Kemudian guru memberikan

bimbingan dan menanamkan konsep pembelajaran, serta

memberikan umpan balik, dan terakhir guru bersama anak

membuat suatu kesimpulan.

c) Istirahat

Guru mengajak semua anak untuk duduk melingkar

kemudian mengajak berdoa sebelum makan dan minum Setelah

itu, mereka masing-masing mencuci tangan, kemudian duduk

kembali untuk makan dan minum, setelah selesai anak diajarkan

untuk mencuci tangannya hingga bersih. Setelah makan anak

diberi kesempatan untuk main di luar kelas selama lima menit

kemudian setelah itu masuk kembali ke dalam kelas.

129
d) Kegiatan Akhir (±15 Menit)

Pada proses kegiatan akhir, saat istirahat semua anak-anak

memasuki ruang kelas dan duduk melingkar, dan semua anak

tetap menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan. Semua

anak duduk dengan rapi, guru mengajak anak bernyanyi sambil

berhitung. Kemudian guru memberikan pijakan pengalaman

setelah main. Guru menanyakan kembali mengenai pembelajaran

hari ini. Guru menanyakan kepada anak bagaimana perasaannya

selama belajar. Kemudian guru mengajak anak untuk beryanyi

lagu “macam-macam buah jeruk“ membaca doa pulang dan

menyanyikan lagu-lagu pulang sekolah mengucapkan salam.

Pada akhir kegiatan guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian guru

bersama anak membaca doa pulang dan menyanyikan lagu-lagu

pulang sekolah mengucapkan salam secara bersama-sama.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer

terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan pada kelompok B1 pada

pertemuan 3 dengan kegiatan pembelajaran dengan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam sebagai berikut.

Tabel 4. 15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 3

130
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1 Mengelola awal pijakan main √
2 Memberikan pijakan pengalaman anak √
sebelum main
3 Memberikan pijakan saat main √
4 Membimbing anak dalam melakukan √
eksperimen
5 Membagikan alat dan bahan kepada anak √
untuk penyelesaian proyek
6 Memberikan pijakan setelah main √
Jumlah Skor 20
Kriteria Sangat Baik

Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 3 dalam

melaksanakan pembelajaran menggunakan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam dalam mengembangkan kognitif dalam kegiatan eksploratif

dan menyelidik pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan mendapatkan skor 20 dengan kriteria “Baik”. Hasil

pengamatan terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam, yaitu:

Aspek guru mengelola awal pijakan lingkungan main,

memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Guru telah

menata dan menyiapkan tempat main, merencanakan intensitas

main, mempersiapkan atau menggunakan media yang akan

digunakan, menata kesempatan main. Dalam penyampaian sudah

sesuai dengan langkah yang sudah direncanakan. Hal ini berarti

guru sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

131
Aspek guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum

main memperoleh skor 3 dengan kriteria baik karena guru telah

menjelaskan kegiatan serta aturan main yang akan dilakukan,

mengajak anak mengamati buah jeruk, mengajak anak

merumuskan hipotesis sementara dari buah jeruk yang dikupas

dan tidak. Namun, dalam menyampaikan pertanyaan tidak semua

anak mampu menjawab.

Aspek guru memberikan pijakan saat main memperoleh skor

3 kriteria baik karena guru telah mencontohkan bagaimana benda

yang dimasukkan ke dalam air dengan komunikasi yang tepat,

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati dan

bertanya apa yang sedang terjadi dari buah jeruk yang

dimasukkan ke dalam air namun pada aspek ini guru masih belum

mampu membuat semua anak memperhatikan dengan baik karena

anak terlalu asik dengan kegiatan yang dilakukan.

Aspek guru membimbing dalam melakukan eksperimen

memperoleh skor 3 kriteria baik karena pada aspek ini guru

membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan untuk

melakukan eksperimen, membimbing anak untuk menemukan

jawaban serta menceritakan hasil eksperimen yang anak lakukan.

Akan tetapi dalam mengajukan perintah dengan kalimat yang sulit

dipahami, dan tidak mengatur posisi anak.

Aspek guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk

proyek “kolase” memperoleh skor 4 kriteria sangat baik, karena

132
pada aspek ini guru menjelaskan bagaimana pembuatan karya,

membagikan alat dan bahan yang akan digunakan, membimbing

anak menyelesaikan proyek yang dibuat dan memastikan semua

anak menyelesaikan proyeknya dengan baik.

Aspek guru memberikan pijakan pegalaman setelah main

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik, karena pada aspek ini

guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, dan

mengecek dengan menanyakan kembali. Akan tetapi guru belum

mampu mengkondisikan semua anak untuk ikut serta membantu

dalam membereskan alat main yang digunakan.

Berdasarkan dari hasil di atas, aktivitas guru dalam proses

pembelajaran memperoleh skor 20 yang berarti aktivitas guru

dalam pembelajaran tergolong dengan kriteria “Sangat Baik”.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model project based learning metode

eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 3 dapat

disajikan pada tabel berikut:

Aspek yang diamati


Perse
No Nama Aspek A Aspek B Aspek C Aspek D Jlh Ket n
Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 16
1. Adheva 4 4 3 3 14 87.5% SA
2. Eryn 4 4 3 4 15 93.75% SA
3. Taufik 3 3 2 3 11 68.75% A
4. Adefa 4 3 3 4 14 87.5% SA
5. Rafatar 3 3 2 3 11 68.75% A
6. Ikhwan 4 3 3 3 13 81.25% SA

133
7. Alifa 4 4 3 4 15 93.75% SA
8. Ahsan 3 3 3 3 12 75% A
9. Anisa 3 3 2 3 10 62.5% C
Jumlah 31 30 24 30 115 79.86% A
Persentase 21.53% 20.83% 16.67% 20.83%
Tabel 4. 16 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 3

Tabel 4. 17 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan


3

Sangat Aktif Cukup Kurang


No Aktivitas yang diamati Aktif
F % F % F % F %
1. Berinteraksi langsung dengan alat 5 55.6 4 44.4 0 0 0 0
dan bahan
2. Antusias dalam melakukan aktivitas 3 33.3 6 66.7 0 0 0 0
eksploratif melalui kegiatan
eksperimen
3. Aktif dan kreatif dalam mendesain 0 0 6 66.7 3 33. 0 0
perencanaan karya yang dibuat 3
4. Bertanggung jawab dalam 3 33.3 6 66.7 0 0 0 0
menyelesaikan karya secara mandiri

134
Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap aktivitas

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 3 dapat dilihat dari:

Aspek anak berinteraksi langsung dengan alat dan bahan ada

4 anak memperoleh skor 3 persentase 44.4% kriteria “Aktif”. Ada

5 anak memperoleh skor 4 presentase 55.6% kriteria “Sangat

Aktif”. Hal ini disebabkan masih ada anak yang belum optimal

dalam maksimal dalam membangun kontrol diri.

Aspek aktivitas anak antusias dalam melakukan aktivitas

eksploratif melalui kegiatan eksperimen 6 orang anak dengan

persentase 66.7% kriteria “Aktif”. Ada 3 orang anak dengan

persentase 33.3% kriteria “Sangat Aktif” karena anak telah

mengenal hubungan sebab akibat dari kegiatan eksperimen yang

dilakukan, namun beberapa anak masih ragu dalam

mengungkapkan kebenaran berdasarkan hasil percobaan yang

telah dilakukan.

Aspek Aktivitas anak aktif dan kreatif dalam mendesain

perencanaan karya yag dibuat sebanyak 3 orang anak dengan

persentase 33.3% kriteria “Cukup”, kemudian ada 6 orang anak

dengan presesentase 66.7% mendapat skor 4 kriteria “Sangat Aktif”

karena anak telah mengetahui prosedur pembuatan proyek yang

akan dihasilkan, merancang konsep karya yang akan dibuat sesuai

imajinasi dan kreasi namun anak pada pertemuan 3 ini ada

beberapa anak yang masih belum mampu menyelesaikan secara

135
mandiri. Maka, anak belum melaksanakan komponen yang

terdapat di dalam rubrik secara keseluruhan. Hal ini di dukung

dengan aktivitas guru yang terlaksana yaitu guru membimbing

anak.

Aspek aktivitas anak bertanggung jawab dalam

menyelesaikan karya secara mandiri menunjukkan bahwa ada 6

orang anak dengan presentase 66.7% kriteria “Aktif”, kemudian

ada 3 orang anak dengan presentase 33.3% kriteria “Sangat

Aktif”. Hal ini disebabkan masih ada anak. Hal ini didukung

dengan aktivitas guru yang terlaksana yaitu memastikan anak

menyelesaikan proyek yang dibuat sampai selesai.

Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil

observasi aktivitas anak pada tabel diatas dapat dilihat pada grafik

berikut.

80% 66.7% 66.7% 66.7%


55.6%
60% 44.4%
33.3% 33% 33.3%
40%
20% 0% 0% 0% 0% 0% 0.0% 0% 0%
0%

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Gambar 4. 4 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 3

136
Tabel 4. 18 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 3

Berdasarkan hasil data pengamatan terhadap aktivitas anak

No Kriteria Frekuensi Persentase


1. Sangat Aktif 5 55.6%
2. Aktif 3 33.3%
3. Cukup 1 11.1%
4. Kurang 0 0
Jumlah 9 100%
Persentase Klasikal 88.9%
(SA + A)
Kriteria Sangat Aktif
kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 3 masih belum mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan yakni ≥80% anak aktif selama pembelajaran. Pada

pertemuan 3 rata-rata aktivitas anak sebanyak 5 orang anak

dengan presentase 55.6% kriteria “Sangat Aktif”, kemudian

sebanyak 3 orang anak dengan presentase 33.3% kriteria “Aktif”

dan 1 orang anak dengan presentase 11.1% kriteria “Cukup”.

137
Hal ini guru sudah mampu menjelaskan dengan komunikasi

yang tepat, mampu mengatur dan mengkondisikan anak dan

memastikan anak memperhatikan dengan baik. Namun masih ada

beberapa kekurangan yang perlu di tingkatkan terutama saat

memberikan pijakan pengalaman sebelum main, saat main dan

setelah main, kekurangan tersebut perlu diperbaiki untuk tindak

lanjut dalam rangka peningkatan aktivitas anak dalam

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Berdasarkan hasil data klasikal yang diperoleh nilai 88.9%

anak yang aktif dan sangat aktif dikaitkan dengan rentang skor

63% - 81% memperoleh kriteria “Sangat Aktif”. Namun masih

ada anak yang mennunjukkan aktivitas keaktifan dalam

pembelajaran yang belum memenuhi kriteria disebabkan anak

terlalu berantusias di satu jenis kegiatan main sehingga guru

perlu memberikan pengertian dan pemahaman untuk anak agar

memperhatikan batas waktu yang tersedia agar dapat

menyelesaikan dimaksimalkan lagi pada pertemuan

selanjutnya.

3) Hasil Observasi Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model Project Based Learning

metode eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 3

dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. 19 Hasil Perkembangan Kognitif Pertemuan 3

138
Jumlah
No Nama Skor Persen Kategori

1. Adheva 15 93.75 % BSB


2. Eryn 15 93.75% BSB
3. Taufik 11 68.75% BSH
4. Adefa 12 75% BSH
5. Rafatar 10 56.25% MB
6. Ikhwan 12 75% BSH
7. Alifa 15 93.75% BSB
8. Ahsan 12 75% BSH
9. Anisa 11 68.75% BSH
Jumlah
113 78.47% BSH
Presentase

Tabel 4. 20 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3

Aspek Yang BB MB BSH BSB Jumlah


No
Diamati F % F % F % F % %
1. Menyebutkan nama-
nama benda yang
dapat terapung, 0 0 0 0 5 55.6 4 44.4 100
tenggelam dan
melayang
2. Membedakan konsep
tenggelam, terapung 0 0 5 55.6 4 44.4 0 0 100
dan melayang
3. Menunjukkan
aktivitas eksploratif
0 0 1 11.1 5 55.6 3 33.3 100
melalui kegaiatn
eksperimen
4. Membuat sebuah
0 0 0 0 6 66.7 3 33.3 100
karya secara mandiri

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik yang

dilakukan pada pertemuan 3 dapat dilihat dari.

Aspek menyebutkan nama-nama benda yang dapat terapung,

tenggelam dan melayang 5 anak dengan persentase 55.6%

memperoleh (BSH) dan 4 anak dengan persentase 44.4%

139
memperoleh (BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu

menunjuk dan menyebutkan nama-nama benda yang dapat

terapung, tenggelam dan melayang namun masih belum percaya

diri.

Aspek anak mampu membedakan konsep terapung,

tenggelam dan melayang ada 5 anak dengan persentase 55.6%

memperoleh (MB) dikarenakan anak mulai mampu membedakan

membedakan konsep terapung, tenggelam dan melayang tetapi

masih perlu stimulus oleh guru, masih ada anak yang tidak dapat

membedakan konsep antara terapung dan melayang. Hal ini

karena aktivitas guru belum mampu menjelaskan dengan

komunikasi yang tepat kepada anak. Ada 4 orang anak persentase

44.4% yang memperoleh (BSH) dikarenakan anak sudah mampu

membedakan membedakan konsep terapung, tenggelam dan

melayang.

Aspek anak mampu menunjukkan aktivitas eksploratif

melalui kegiatan eksperimen. Pada aspek ini terdapat 1 anak

dengan persentase 11.1% yang mendapat (MB) dikarenakan anak

mulai mampu menunjukkan aktivitas eksploratif secara antusias

tetapi masih perlu bimbingan guru, kemudian 5 orang anak dengan

presentase 55.6% yang mendapat skor 3 atau (BSH) dikarenakan

anak telah mampu menunjukkan kegiatan eksploratif melalui

kegiatan eksperimen secara mandiri hanya beberapa arahan dari

guru dan 3 orang anak dengan presentase 33.3% mendapat skor 4

140
atau (BSB) dikarenakan anak telah mampu melakukan kegiatan

eksploratif dan menyelidik melalui kegiatan eksperimen buah

jeruk dengan antusias dan mampu mengurutkan buah jeruk yang

tenggelam, terapung dan melayang.

Aspek anak membuat sebuah karya secara mandiri. Pada

aspek ini terdapat 6 orang anak dengan presentase 66.7% yang

mendapat (BSH) dikarenakan anak telah menyelesaikan karyanya

hingga selesai secara mandiri namun sedikit arahan dari guru.

Terdapat 3 orang anak dengan presentase 33.3% yang mendapat

(BSB) dikarenakan anak telah menyelesaikan karya yang dibuat

secara mandiri tanpa bantuan guru maupun orang lain. Berikut

adalah grafik hasil perkembangan kognitif anak pertemuan 3.

66.70%
55.60%
55.60% 55.60%
60% 44%44.40%
33% 33%
40%
11.10%
20% 0%
0.00% 0% 0%0% 0%
0.00%
0%

BB MB BSH BSB

Gambar 4. 5 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3

Tabel 4. 21 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak


Pertemuan 3

Skor Jumlah Anak (Orang) Presentase


BB 0 0%
MB 1 11.1%
BSH 5 55.6%
BSB 3 33.3% 141
Jumlah 9 100%
Berdasarkan tabel tersebut hasil perkembangan pada aspek

kognitif yang dilaksanakan pada pertemuan 3 sudah bisa dikatakan

berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan ≥80%,

yaitu 1 orang anak dengan presentase 11.1% Mulai Berkembang

(MB), 5 orang anak dengan presentase 55.6% Berkembang Sesuai

Harapan (BSH) dan 3 orang anak dengan presentase 33.3%

Berkembang Sangat Baik (BSB).

Berikut disajikan diagram hasil perkembangan anak dalam

bidang kemampuan kognitif secara klasikal.

Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara


Klasikal
0.111
Belum Berhasil
Berkembang
Berhasil Berkembang

0.889

Gambar 4. 6 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 3

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai 78.47% dengan

kriteria massuk perolehan Berkembang Sesuai Harapan (BSH) pada

rentang 63%-81% dan masih belum mencapai indikator keberhasilan

≥80. Dengan demikian msaih perlu perbaikan pada pertemuan

selanjutnya.

d. Refleksi Hasil Pertemuan 3

142
Refleksi dilakukan bersama dengan tenaga pendidik di TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan, yang menjadi observer yaitu

ibu Nur Bayah, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

mengembangkan kemampuan kognitif anak pada kegiatan

eksploratif dan menyelidik pada pertemuan 3 dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Aktivitas yang dilaksanakan guru selama proses

pembelajaran dari kegiatan awal, inti dan akhir masih belum

optimal dilaksanakan. Upaya peningkatan yang dilakukan guru

adalah dengan mempersiapkan dengan lebih matang lagi

mengenai penataan ruangan dan jenis main anak, guru dapat

memperhatikan agar semua anak lebih kondusif dalam mengikuti

pembelajaran dikelas, sehingga dalam pengungkapan hasil

pengamatan dapat berjalan dengan optimal. Pada pertemuan

selanjutnya guru menyelingi dengan kegiatan bertepuk tangan dan

bernyanyi agar mengembalikan keceriaan anak dalam mengikuti

pembelajaran.

2. Aktivitas Anak

Aktivitas yang dilaksanakan anak dalam mengikuti

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai

akhir masih belum optimal. Upaya Perbaikan pada pertemuan

selanjutnya guru diharapkan mampu mengarahkan anak untuk

melakukan aktivitas menuang air dengan hati-hati sehingga

143
tidak ada lagi yang tumpah, mengajak anak untuk tetap tenang

dan memotivasi anak agar lebih percaya diri dalam

mengungkapkan kebenaran dari hasil percobaan yang

dilakukan serta mampu mendorong anak lebih semangat dan

percaya diri terhadap karya yang dihasilkan.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan pada aspek kognitif

yang dilaksanakan pada Pertemuan 3 belum berhasil karena

masih belum mencapai indikator keberhasilan ≥80% upaya

perbaikan pada pertemuan selanjutnya pada saat mencontohkan

kegiatan eksperimen guru tetap memastikan semua anak

memperhatikan dengan baik dengan mengajak anak untuk

bertanya dan menjawab, guru diharapkan mampu membuat

setiap anak merasa puas terhadap hasil karya yang dibuat

dengan memberikan semngat dan apresiasi terhadap usaha

yang telah dilakukan anak.

4. Pertemuan 4

Pertemuan 4 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 April

2022. Skenario tindakan pembelajaran terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan kelas, observasi/pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dengan pokok

bahasan materi pembelajaran dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik dengan model project based learning dan metode

144
eksperimen pada sentra bahan alam, mempersiapkan media sesuai

dengan materi, membuat lembar observasi serta rubrik yang

digunakan untuk mengamati aktivitas anak dan guru dalam proses

belajar mengajar serta membuat lembar observasi dan rubrik untuk

mengamati hasil kemampuan belajar anak.

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

dengan tema tanaman sub tema tanaman buah dengan topik

pembelajaran buah jeruk sunkist.

2. Menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan

3. Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, anak dan

hasil perkembangan kognitif.

4. Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKDP)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas pada pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 April 2022 mulai pukul

08.00 -10.00 WITA di kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan. Tema pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu

tentang tanaman buah, dan sub tema/topiknya adalah buah jeruk

sunkis.

a) Kegiatan awal (30± menit)

Pada kegiatan awal ini guru memasuki ruangan kelas

kelompok B1 serta merapikan tempat duduk anak untuk proses

kegiatan pembelajaran, menata dan menyiapkan tempat main,

menyiapkan media yang mendukunng kegiatan main serta menata

145
kesempatan main untuk mendukung pengalaman main anak,

kemudian guru mengajak anak duduk melingkar dan bernyanyi

lagu sesuai dengan lagu anak TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan.

Kemudian membaca pancasila, guru membimbing anak

untuk mengucapkan salam, dan menanyakan kabar kepada

masing-masing anak, setelah itu guru bersama anak membaca dua

kalimat syahadat, doa belajar, membaca surah Al-Fatihah dan

benyanyi nama-nama hari dan diakhiri dengan bernyanyi lima

jari. Guru juga menyampaikan tema/sub tema/topik yaitu dengan

tema tanaman buah dengan subtema dan topiknya adalah buah

jeruk.

Pertama tama guru menanyakan ingatan anak mengenai

macam-macam buah jeruk yang telah dipelajari. Anak mengamati

buah jeruk sunkist dan membedakan mulai dari warna kulit,

ukuran, serta tekstur kulit dari buah jeruk.

b) Kegiatan Inti (±60 menit)

Pada kegiatan inti guru memberikan pijakan pengalaman

anak sebelum main seperti menjelaskan kegiatan serta aturan

main yang akan dilakukan, membagikan buah jeruk kepada anak

kemudian guru mengajak anak untuk mengamati dan

menyebutkan warna, bentuk dan tekstur dari buah jeruk tersebut.

Setelah itu guru meminta anak untuk mengupas kulit buah jeruk

146
secara mandiri kemudian guru mengajak anak untuk mengenal

rasa dari buah jeruk yang telah dikupas.

Kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru memberikan

pijakan saat main dengan mencontohkan melakukan kegiatan

eksperimen berupa buah jeruk yang dimasukkan ke dalam air.

Setelah itu guru juga mencontohkan cara penggunaan alat perasan

untuk memeras buah jeruk. Seteah itu, anak-anak boleh memilih

secara bergantian jenis main yang akan dilakukan secara

bergantian, guru membimbing anak untuk menyiapkan alat dan

bahan yang digunakan dalam kegiatan main yang pilih.

Pada kelompok anak yang sedang melakukan eksperimen,

guru membimbing anak untuk menemukan jawaban dari buah

jeruk yang dikupas dan tidak dikupas serta di kupas hanya

setengah nya saja yang dimasukan ke dalam toples berisi air. Lalu

membedakan buah mana yang tenggelam, terapung dan melayang

serta penyebab terjadi peristiwa tersebut. Sedangkan untuk

kelompok anak yang memilih kegiatan main membuatan

minuman dari perasan buah jeruk, guru mengajak anak untuk

mengenal rasa dari air perasan jeruk sebelum dan sesudah di

tambahkan gula.

Kegiatan belajar mengajar selanjutnya guru mengajak anak

memilih kegiatan main berupa mengelompokkan warna dari buah

jeruk yang ada di dalam keranjang dengan menggunakan capitan

dan menulis lambang bilangan dari jumlah jeruk yang ada di

147
dalam keranjang dalam nampan berisi pasir secara bergantian.

Guru bertindak sebagai fasilitator ketika anak memerlukan

bantuan dan memastikan semua anak mendapatkan kesempatan

main yang sama.

Selanjutnya guru membagikan kulit buah jeruk kepada anak

untuk proyek yang akan dibuat yakni berupa kolase buah jeruk.

Selama kegiatan anak guru membuat penilaian dan memberi

bimbingan kepada anak serta memberikan motivasi untuk

menyelesaikan sampai akhir. Kemudian guru memberikan

bimbingan dan menanamkan konsep pembelajaran, serta

memberikan umpan balik, dan terakhir guru bersama anak

membuat suatu kesimpulan.

c) Istirahat

Guru mengajak semua anak untuk duduk melingkar

kemudian mengajak berdoa sebelum makan dan minum Setelah

itu, mereka masing-masing mencuci tangan, kemudian duduk

kembali untuk makan dan minum, setelah selesai anak diajarkan

untuk mencuci tangannya hingga bersih. Setelah makan anak

diberi kesempatan untuk main di luar kelas selama lima menit

kemudian setelah itu masuk kembali ke dalam kelas.

d) Kegiatan Akhir (±15 Menit)

Pada proses kegiatan akhir, saat istirahat semua anak-anak

memasuki ruang kelas dan duduk melingkar, dan semua anak

tetap menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan. Semua

148
anak duduk dengan rapi, guru mengajak anak bernyanyi sambil

berhitung. Kemudian guru memberikan pijakan pengalaman

setelah main. Guru menanyakan kembali mengenai pembelajaran

hari ini. Guru menanyakan kepada anak bagaimana perasaannya

selama belajar. Kemudian guru mengajak anak untuk beryanyi

lagu “macam-macam buah jeruk“ membaca doa pulang dan

menyanyikan lagu-lagu pulang sekolah mengucapkan salam.

Pada akhir kegiatan guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian guru

bersama anak membaca doa pulang dan menyanyikan lagu-lagu

pulang sekolah mengucapkan salam secara bersama-sama.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer

terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan di TK Kemala

Bhayangkari 14 Marabahan pada kelompok B1 pada

pertemuan 4 dengan kegiatan pembelajaran dengan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra

bahan alam sebagai berikut.

149
Tabel 4. 22 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 4

No Aspek yang diamati Skor


1 2 3 4
1. Mengelola awal pijakan main √
2. Memberikan pijakan pengalaman anak √
sebelum main
3. Memberikan pijakan saat main √
4. Membimbing anak dalam melakukan √
eksperimen
5. Membagikan alat dan bahan kepada anak √
untuk penyelesaian proyek
6. Memberikan pijakan setelah main √
Jumlah Skor 23
Kriteria Sangat Baik

Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 4 dalam

melaksanakan pembelajaran menggunakan kombinasi model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam dalam mengembangkan kognitif dalam kegiatan eksploratif

dan menyelidik pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan mendapatkan skor 23 dengan kriteria “Sangat Baik”.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dengan kombinasi

model project based learning dan metode eksperimen berbasis

sentra bahan alam, yaitu:

Aspek guru mengelola awal pijakan lingkungan main,

memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Guru telah

menata dan menyiapkan tempat main, merencanakan intensitas

main, mempersiapkan atau menggunakan media yang akan

digunakan, menata kesempatan main. Dalam penyampaian sudah

sesuai dengan langkah yang sudah direncanakan.

150
Aspek guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum

main memperoleh skor 4 dengan kriteria baik karena guru telah

menjelaskan kegiatan serta aturan main yang akan dilakukan,

mengajak anak mengamati buah jeruk, mengajak anak

merumuskan hipotesis sementara dari buah jeruk yang dikupas

dan tidak serta memberikan pertanyaan yang mudah dipahami

anak.

Aspek guru memberikan pijakan saat main memperoleh skor

3 kriteria baik karena guru telah mencontohkan bagaimana buah

jeruk yang dimasukkan ke dalam air dengan komunikasi yang

tepat, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati dan

bertanya apa yang sedang terjadi dari buah jeruk yang

dimasukkan ke dalam air namun pada aspek ini guru masih belum

mampu membuat semua anak memperhatikan dengan baik.

Aspek guru membimbing dalam melakukan eksperimen

memperoleh skor 4 kriteria baik karena pada aspek ini guru

membimbing anak untuk menyiapkan alat dan bahan untuk

melakukan eksperimen, membimbing anak untuk menemukan

jawaban serta menceritakan hasil eksperimen yang anak lakukan.

Aspek guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk

proyek “kolase” memperoleh skor 4 kriteria sangat baik, karena

pada aspek ini guru menjelaskan bagaimana pembuatan karya,

membagikan bahan kulit jeruk yang akan digunakan,

151
membimbing anak menyelesaikan proyek yang dibuat dan

memastikan semua anak menyelesaikan proyeknya dengan baik.

Aspek guru memberikan pijakan pegalaman setelah main

memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik, karena pada

aspek ini guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

bertanya, dan mengecek dengan menanyakan kembali, mengajak

anak untuk membereskan peralatan main setelah digunakan. Akan

tetapi guru belum mampu mengelola waktu.

Berdasarkan dari hasil di atas, aktivitas guru dalam proses

pembelajaran memperoleh skor 23 yang berarti aktivitas guru

dalam pembelajaran tergolong dengan kriteria “Sangat Baik”. Hal

ini dikarenakan tahapan-tahapan mengajar sudah dilaksanakan

secara maksimal oleh guru. Kekurangan-kekurangan yang belum

terlaksana diperbaiki sebagai tindak lanjut dalam rangka

peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model project based learning metode

eksperimen pada bahan alam pada pertemuan 4 dapat disajikan

pada tabel berikut:

152
Aspek yang diamati
Perse
No Nama Aspek A Aspek B Aspek C Aspek D Jlh n Ket
Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 Skor 1-4 16
1. Adheva 4 4 4 3 15 93.75% SA
2. Eryn 4 4 3 4 15 93.75% SA
3. Taufik 3 3 3 3 12 68.75% A
4. Adefa 4 3 3 4 14 87.5% SA
5. Rafatar 3 4 3 3 13 68.75% A
6. Ikhwan 4 3 4 4 15 81.25% SA
7. Alifa 4 4 3 4 15 93.75% SA
8. Ahsan 3 3 4 3 12 75% A
9. Anisa 3 3 3 3 12 62.5% A
Jumlah 32 31 30 31 124 86.11% SA
Persentase 22.22% 21.53% 20.83% 21.53%

Tabel 4. 23 Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 4

Tabel 4. 24 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 4

Sangat Aktif Cukup Kurang


No Aktivitas yang diamati Aktif
F % F % F % F %
1. Berinteraksi langsung dengan alat dan 5 55.6 4 44.4 0 0 0 0
bahan
2. Antusias dalam melakukan aktivitas 4 44.4 5 55.6 0 0 0 0
eksploratif melalui kegiatan eksperimen
3. Aktif dan kreatif dalam mendesain 3 33.3 6 66.7 0 0 0 0
perencanaan karya yang dibuat
4. Bertanggung jawab dalam 4 44.4 5 55.6 0 0 0 0
menyelesaikan karya secara mandiri

153
Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap aktivitas

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

pertemuan 4 dapat dilihat dari:

Aspek anak berinteraksi langsung dengan alat dan bahan ada

4 anak memperoleh skor 3 persentase 44.4% kriteria “Aktif”. Ada

5 anak memperoleh skor 4 presentase 55.6% kriteria “Sangat

Aktif”. Hal ini disebabkan masih ada anak yang belum optimal

dalam mengikuti instruksi menuang air dari bak ke dalam toples

yang lebih kecil.

Aspek aktivitas anak antusias dalam melakukan aktivitas

eksploratif melalui kegiatan eksperimen 5 orang anak dengan

persentase 55.6% kriteria “Aktif”. Ada 4 orang anak dengan

persentase 44.4% kriteria “Sangat Aktif” karena anak telah

mengenal hubungan sebab akibat, inisiatif dalam mengajukan

pertanyaan dan menjawab, mengungkapkan kebenaran

berdasarkan hasil percobaan namun perlu stimulus dari guru

terlebih dahulu.

Aspek Aktivitas anak aktif dan kreatif dalam mendesain

perencanaan karya yag dibuat sebanyak 6 orang anak dengan

persentase 66.7% kriteria “Aktif”, kemudian ada 3 orang anak

dengan presesentase 66.7% mendapat skor 4 kriteria “Sangat

Aktif” karena anak telah mengetahui prosedur pembuatan proyek

yang akan dihasilkan, merancang konsep karya yang akan dibuat

sesuai kreasi dan imajinasi namun dalam mempersiapkan alat dan

154
bahan anak masih belum memaksimalkan batas waktu yang

disediakan. Maka, anak belum melaksanakan komponen yang

terdapat di dalam rubrik secara keseluruhan. Hal ini di dukung

dengan aktivitas guru yang terlaksana yaitu guru membimbing

anak.

Aspek aktivitas anak bertanggung jawab dalam

menyelesaikan karya secara mandiri menunjukkan bahwa ada 5

orang anak dengan presentase 55.6% kriteria “Aktif”, kemudian

ada 4 orang anak dengan presentase 44.4% kriteria “Sangat

Aktif”. Hal ini disebabkan dalam penyelesaian karya yang dibuat

ada beberapa anak yang belum maksimal dalam pengerjaannya,

msih terdapat gambar yang belum tertutupi dengan sempurna oleh

bahan kulit jeruk yang digunakan karena melihat teman-teman

telah selesai melakukan sehingga beberapa anak merasa tertinggal

dari teman-teman yang lain. Hal ini didukung dengan aktivitas

guru yang terlaksana yaitu memastikan anak menyelesaikan

proyek yang dibuat sampai selesai.

155
Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil

No Kriteria Frekuensi Persentase


1. Sangat Aktif 5 55.6%
2. Aktif 4 44.4%
3. Cukup 0 0
4. Kurang 0 0
Jumlah 9 100%
Persentase Klasikal 100%
(SA + A)
Kriteria Sangat Aktif
observasi aktivitas anak pada tabel diatas dapat dilihat pada grafik

berikut.

Gambar 4. 7 Rata-rata Aktivitas Anak Pertemuan 4

Tabel 4. 25 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 4

Berdasarkan hasil data pengamatan terhadap aktivitas anak

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan pada

66.7%
70%
55.6% 55.6% 55.6%
60%
44.4% 44.4% 44.4%
50%
40% 33.3%

30%
20%
10% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

pertemuan 4 sudah mencapai indikator keberhasilan yang

156
diharapkan yakni ≥80% anak aktif selama pembelajaran. Rata-

rata pada pertemuan 4 kriteria sangat aktif ada 5 orang anak

dengan presentase 55.6% dan kriteria aktif ada 4 orang anak

dengan presentase 44.4%.

Hal ini guru sudah mampu menjelaskan dengan komunikasi

yang tepat, mampu mengatur dan mengkondisikan anak dan

memastikan anak memperhatikan dengan baik. Kemudian guru

sudah dapat memberi arahan atau membimbing kesulitan

sehingga anak merasa antusias dalam mengikuti proses kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan hasil data klasikal yang diperoleh nilai

100% anak yang aktif dan sangat aktif dikaitkan dengan

rentang skor 81%-100% memperoleh kriteria “Sangat Aktif”.

Hal ini menunjukkan keaktifan anak dalam pembelajaran sudah

sangat maksimal.

3) Hasil Observasi Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan

peneliti pada saat anak mengikuti proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model Project Based Learning

metode eksperimen pada sentra bahan alam pada pertemuan 4

dapat disajikan pada tabel berikut :

157
Tabel 4. 26 Hasil Perkembangan Kognitif Pertemuan 4

No Nama Jumlah Skor Persen Kategori

1. Adheva 15 93.75 % BSB


2. Eryn 15 93.75% BSB
3. Taufik 13 81.25% BSH
4. Adefa 14 87.50% BSB
5. Rafatar 12 75% BSH
6. Ikhwan 15 93.75% BSB
7. Alifa 15 93.75% BSB
8. Ahsan 14 87.50% BSB
9. Anisa 13 81.25% BSH
Jumlah
125 86.80% BSB
Presentase
Tabel 4. 27 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4

BB MB BSH BSB Jumlah


No Aspek Yang Diamati
F % F % F % F % %
1. Menyebutkan nama-
nama benda yang dapat
0 0 0 0 3 33.3 6 66.7 100
terapung, tenggelam
dan melayang
2. Membedakan konsep
tenggelam, terapung 0 0 0 0 6 66.7 3 33.7 100
dan melayang
3. Menunjukkan aktivitas
eksploratif melalui 0 0 0 0 6 66.7 3 33.3 100
kegaiatn eksperimen
4. Membuat sebuah karya
0 0 0 0 4 44.4 5 55.6 100
secara mandiri

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik yang

dilakukan pada pertemuan 4 dapat dilihat dari.

Aspek menyebutkan nama-nama benda yang dapat terapung,

tenggelam dan melayang 3 anak dengan persentase 33.3%

memperoleh (BSH) dan 6 anak dengan persentase 66.7%

memperoleh (BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu

menunjuk dan menyebutkan nama-nama benda yang dapat

158
terapung, tenggelam dan melayang namun dengan penuh percaya

diri.

Aspek anak mampu membedakan konsep terapung,

tenggelam dan melayang ada 6 anak dengan persentase 66.7%

memperoleh (BSH), kemudian ada 3 orang anak persentase

33.3% yang memperoleh (BSB) dikarenakan anak sudah mampu

membedakan membedakan konsep terapung, tenggelam dan

melayang.

Aspek anak mampu menunjukkan aktivitas eksploratif

melalui kegiatan eksperimen. Pada aspek ini terdapat 6 anak

dengan persentase 66.7% yang mendapat (BSH), kemudian 3

orang anak dengan presentase 33.3% yang mendapat skor 4 atau

(BSB) dikarenakan anak telah mampu menunjukkan kegiatan

eksploratif melalui kegiatan eksperimen secara mandiri hanya

beberapa arahan dari guru dengan antusias dan mampu

mengurutkan buah jeruk yang tenggelam, terapung dan melayang.

Aspek anak membuat sebuah karya secara mandiri. Pada

aspek ini terdapat 4 orang anak dengan presentase 44.4% yang

mendapat (BSH) dan sebanyak 3 orang anak dengan presentase

33.3% yang mendapat (BSB) dikarenakan anak telah

menyelesaikan karya yang dibuat secara mandiri tanpa bantuan

guru maupun orang lain. Berikut adalah grafik hasil perkembangan

kognitif anak pertemuan 4.

159
67% 66.70% 66.70%
56%
60% 33.30% 44.40%
33% 33%
40%
20% 0%
0% 0%
0% 0%
0% 0%
0%
0%

BB MB BSH BSB

Gambar 4. 8 Hasil Perkembangan Kognitif Anak


Pertemuan 4
Tabel 4. 28 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak
Pertemuan 4
Skor Jumlah Anak (Orang) Presentase
BB 0 0%
MB 0 0%
BSH 3 33.3%
BSB 6 66.7%
Jumlah 9 100%

160
Berdasarkan tabel tersebut hasil perkembangan pada aspek

kognitif yang dilaksanakan pada pertemuan 4 sudah bisa dikatakan

sangat berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan

Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal

Belum Berhasil
Berkembang
Berhasil Berkembang

≥80%, yaitu 3 orang anak dengan presentase 33.3% Berkembang

Sesusai Harapan (BSH), 6 orang anak dengan presentase 66.7%

Berkembang Sangat Baik (BSB).Berikut disajikan diagram hasil

perkembangan anak dalam bidang kemampuan kognitif secara

klasikal.

Gambar 4. 9 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 4

Berdasarkan perolehan skor klasikal, diperoleh nilai 86.80%

dengan kriteria masuk perolehan Berkembang Sangat Baik (BSB)

pada rentang 81%-100% dan sudah mencapai indikator

keberhasilan ≥80.

d. Refleksi Hasil Pertemuan 4

Refleksi dilakukan bersama dengan tenaga pendidik di TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan, yang menjadi observer yaitu

161
ibu Nur Bayah, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

mengembangkan kemampuan kognitif anak pada kegiatan

eksploratif dan menyelidik pada pertemuan 3 dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Aktivitas yang dilaksanakan guru selama proses

pembelajaran dari kegiatan awal, inti dan akhir telah optimal

dilaksanakan. Hal ini dikarenakan persiapan yang dilakukan oleh

guru sudah matang. Dalam penyampaian sudah sesuai dengan

langkah yang sudah direncanakan karena guru telah menjelaskan

kegiatan serta aturan main yang akan dilakukan, mengajak anak

mengamati benda dengan baik, mengajak anak merumuskan

hipotesis sementara dari benda yang dimasukan ke dalam air,

telah mencontohkan bagaimana benda yang dimasukkan ke dalam

air dengan komunikasi yang tepat, memberikan kesempatan

kepada anak untuk mengamati dan bertanya apa yang sedang

terjadi dari benda yang dimasukkan ke dalam air, membimbing

anak menyelesaikan proyek yang dibuat dan memastikan semua

anak menyelesaikan proyeknya dengan baik, guru juga lebih

memperhatikan setiap kalimat yang diucapkan agar menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh anak.

2. Aktivitas Anak

Aktivitas yang dilaksanakan anak dalam mengikuti

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai

162
akhir sudah optimal. Aktivitas anak dalam pertemuan 4 sudah

memenuhi kategori yang diinginkan, akan tetapi masih ada

beberapa yang perlu dimaksimalkan lagi karena ada beberapa

anak mendapatkan nilai yang belum memenuhi kriteria

keberhasilan yang sudah direncanakan. Hal ini di dukung

dengan aktivitas guru yang terlaksana yaitu guru membimbing

dan memastikan dan mengkondisikan anak serta guru yang

memastikan anak menyelesaikan proyek yang dibuat sampai

selesai.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan pada aspek kognitif

yang dilaksanakan pada pertemuan 4 terdapat 3 orang anak

mendapat kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

dikarenakan anak sudah mampu menunjuk dan menyebutkan

nama-nama benda yang dapat terapung, tenggelam dan

melayang namun dengan penuh percaya diri, anak telah

mampu menunjukkan kegiatan eksploratif melalui kegiatan

eksperimen secara mandiri hanya beberapa arahan dari guru

dengan antusias dan mampu mengurutkan buah jeruk yang

tenggelam, terapung dan melayang serta anak telah

menyelesaikan karya yang dibuat secara mandiri tanpa bantuan

guru maupun orang lain

Jadi berdasarkan hasil temuan aktivitas guru,aktivitas

anak dan hasil perkembangan anak diatas, maka dapat

direfleksikan berhasil.

163
D. Hasil Perbandingan Kecenderungan P1,P2,P3 dan P4

Hasil dari penelitian tindakan kelas diperoleh pada pertemuan 1,

pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 yang meliputi aktivitas guru,

aktivitas anak, dan hasil perkembangan kognitif anak. Maka untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada pembahasan kecenderungan pertemuan 1,

pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 sebagai berikut:

Dari grafik kecenderungan menunjukkan bahwa selama 4

pertemuan yang dilakukan maka pembelajaran berhasil mengalami

peningkatan, hal tersebut dikatakan karena pertemuan 4 kegiatan

pembelajaran yang dilakukan mencapai indikator yang diharapkan.

1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru pada pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan

pertemuan 4 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 29 Kecenderungan Aktivitas Guru

Skor
Indikator Yang
Pertemuan
Diamati
1 2 3 4
Skor Yang
16 17 20 23
Diperoleh
Presentase 66% 70% 83% 95%
Kategori Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik

Dari tabel tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa pada setiap

pertemuan yang dilakukan mengalami perbaikan atau peningkatan

dengan baik.

Hasil Aktivitas Guru Secara Klasikal

95%
83%
66% 70%

164
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Gambar 4. 10 Hasil Aktivitas Guru Secara Klasikal
Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap

pertemuan yang dilakukan terjadi penambahan skor aktivitas guru,

dimulai pada pertemuan 1 mendapat skor 16 presentase 66% dengan

kategori baik, dilanjutkan dengan pertemuan 2 yang mendapat skor 17

presentase 70% dengan kategori baik, kemudian pada pertemuan 3

mendapat skor 20 dengan presentase 83% dengan kategori sangat baik,

dan terakhir pada pertemuan 4 mendapatkan skor 23 dengan presentase

95% dengan kriteria sangat baik.

Peningkatan yang terjadi merupakan perbaikan yang dilakukan

oleh guru pada setiap pertemuan dengan melihat kekurangan-

kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran, dan sudah

mampu menerapkan dengan baik sehingga dengan adanya melihat

kekurangan tersebut guru melakukan perbaikan terus menerus hingga

guru mampu mencapai hasil yang diharapkan yaitu dengan mencapai

kategori sangat baik pada pertemuan 3 dan 4.

Meningkatnya aktivitas guru pada setiap pertemuan dikarenkan

adanya kegiatan refleksi yang dilakukan guru yang merupakan tolak

ukur keberhasilan pada pertemuan selanjutnya. Guru juga mulai

mempelajari dan membiasakan melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan kombinasi model project based learning dan metode

eksperimen berbasis sentra bahan alam dengan memperhatikan apa saja

dan bagaiamana aspek-aspek yang harus dilakukan oleh guru agar

memperoleh skor yang lebih baik dan mencapai indikator keberhasilan

165
yang telah ditetapkan. Sehingga dibuat refleksi, aktivitas guru

mendapatkan skor yang lebih baik pada pertemuan sebelumnya.

2. Aktivitas Anak

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada

pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 dapat dilihat

pada data perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4. 30 Kecenderungan Aktivitas Anak

Pertemuan
Kategori
1 2 3 4
Presentase 33.3% 44.4% 88.9% 100%
Kategori Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap pertemuan

yang dilakukan dalam proses pembelajaran, presentase klasikal yang

didapatkan terus bertambah dan sampai pada kategori seluruh anak

aktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:

Hasil Kecenderungan Aktivitas Anak Secara


Klasikal
80%
70%
66.7%
60%
55.6% 56% 56% Kurang
50%
44.4% 44.4% Cukup
40%
33.3% 33.3% Aktif
30%
20% Sangat Aktif
10% 11.1%
0% 0% 0% 0% 0%
0.0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

166
Gambar 4. 11 Kecenderungan Aktivitas Anak Klasikal

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap pertemuan

yang dilakukan oleh guru terjadi peningkatan pada aktivitas anak, dapat

dilihat pada setiap pertemuan yang dilakukan aktivitas anak dimana

pada setiap pertemuanya pada kategori kurang aktif dan cukup aktif

cenderung mendurun dan pada setiap pertemuan pula aktivitas anak

semakin mencapai kategori aktif dan sangat aktif yang merupakan

indikator keberhasilan yang diharapkan.

Pada pertemuan 1 aktivitas anak mendapatkan 33.3% berada pada

kategori sebagian kecil anak aktif. Hal ini guru memperbaiki

pelaksanaan pembelajaran sehingga pada pertemuan 2 aktivitas anak

mendapatkan 44.4% berada pada kriteria cukup. Pada pembelajaran

selanjutnya guru terus berupaya untuk meningkatkan strategi mengajar

sehingga berpengaruh positif pada pertemuan 3 mendapatkan 88.9%

berada pada kategori sebagian besar anak aktif. Terakhir pada

pertemuan 4 mendapatkan presentase maksimal yaitu 100% berada

pada kategori seluruh anak aktif. Hal ini dikarenakan peningkatan

aktivitas guru akan mempengaruhi adanya peningkatan aktivitas belajar

anak.

Aktivitas anak dikatakan berhasil apabila keberhasilan yang

dicapai anak mencapai 82%-100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi

model project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra

167
bahan alam dinayatakan berhasil seperti yang dilihat pada tabel atau

grafik diiatas.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada pertemuan

1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 maka dapat dilihat hasil

perkembangan kognitif anak sebagai berikut.

Tabel 4. 31 Kecenderungan Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Hasil Pertemuan
Kemampuan 1 2 3 4
MB 66.7% 55.6% 11.1% 0%
BSH dan
33.3% 44.4% 88.9% 100%
BSB
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada setiap pertemuan

selalu terjadi peningkatan presentase keberhasilan, untuk lebih jelassnya

dapat dihat pada grafik berikut ini:

Hasil Kemampuan Perkembangan Kognitif Anak


Secara Klasikal
80%
70% 66.7% 0.667 BB
60% MB
55.6% 55.6%
50% BSH
44.4%
40% BSB
30% 33.3% 0.333 33.3%
20%
10% 11.1%
0% 00% 00% 0% 0%
0.0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Gambar 4. 12 Hasil Perkembangan Kognitif Klasikal
Pada grafik tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan. Pada

pertemuan 1 terdapat 6 anak mendapat kategori (MB) dengan

presentase 66.7%, dan 3 anak mendapatkan BSH dengan presentase

168
33.3%. sehingga pada pertemuan 1 ketuntasan anak mencapai 33.3%

yang hanya berjumlah 3 orang anak sedangkan yang belum mencapai

ketuntasan sebanyak 66.7% yang berjumlah 6 orang anak. Pada

pertemuan 2, terdapat 5 orang anak yang mendapat (MB) presentase

55.6% dan 4 orang anak mendapatkan (BSH) dengan presentase 44.4%.

Sehingga pada pertemuan 2 ketuntasan anak mencapai 44.4% yang

berjumlah 4 orang anak, sedangkan yang mencapai ketuntasan

sebanyak 55.6% yang berjumlah 5 orang anak. Kemudian pada

pertemuan 3 terdapat 1 orang anak mendapatkan (MB) dengan

presentase 11.1%, ada 5 orang anak mendapatkan (BSH) dengan

presentase 55.6% dan terdapat 3 orang anak mendapatkan (BSB)

dengan presentase 33.3%. Sehingga pada pertemuan 3 ketuntasan

sebanyak 88.9% yang berjumlah 8 orang anak sedangkan yang belum

mencapai ketuntasan sebanyak 1 orang anak dengan presentase 11.1%.

Terakhir pada pertemuan 4 terdapat 3 orang anak mendapatkan (BSH)

dengan presentase 33.3% dan sebanyak 6 orang anak 6 mendapatkan

(BSB) dengan presentase 66.7%. Sehingga pada pertemuan 4

ketuntasan anak berhasil berkembang 100% yang berjumlah 9 orang

anak. Adapun pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 dikatakan

belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan dan pada

pertemuan 4 dikatakan berhassil karena sudah mencapai keberhasilan

(BSH) dan (BSB). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam ini dinyatakan berhasil.

169
Peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan bahwa anak sudah

mampu menyebutkan nama-nama benda yang dapat terapung,

tenggelam dan melayang, membedakan konsep terapung, tenggelam

dan melayang dan menunjukkan aktivitas eksploratif melalui kegiatan

eksperimen serta sudah mampu membuat sebuah karya secara mandiri.

Melihat kecenderungan dari keempat faktor yang diteliti tersebut dapat

dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik Kecenderungan

100.0%
88.9%

100.0%
88.9%
44.4%
33.3%
44.4%
33.3% 95%
83%
66% 70%

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4


Aktivitas Guru Aktivitas Anak
Hasil Perkembangan Anak

Gambar 4. 13 Kecenderungan P1, P2, P3 dan P4


Dari grafik kecenderungan menunjukkan bahwa selama 4

pertemuan yang dilakukan pembelajaran berhasil meningkat, hal

tersebut diktakan karena pada pertemuan 4 kegiatan pembelajaran yang

dilakukan mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa seluruh aspek yang

diteliti yaitu aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil pengembangan

kognitif anak mengalami peningkatan dalam setiap pertemuannya.

170
Pada aktivitas guru (warna biru) setiap pertemuan cenderung

meningkat, hal tersebut dikarenakan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam setiap pertemuannya semakin membaik dari sebelum-

sebelumnya karena guru selalu melakukan refleksi pembelajaran,

sehingga mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Dapat dikatakan

peningkatan kualitas aktivitas mengajar yang dilakukan guru akan

sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar anak. Peningkatan

aktivitas guru berdampak pada aktivitas anak, dan hasil belajar anak.

Hal tersebut terlihat sebagaimana pada aktivitas anak (warna

orange) pada setiap pertemuannya selalu meningkat, hal tersebut

dikarenakan selama proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap

pertemuannya guru mampu membuat anak menjadi lebih aktif,

semangat, serta antusias dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Ternyata kualitas guru dan aktivitas anak akan berpengaruh besar

terhadap hasil belajar anak.

Aktivitas guru pada pertemuan 1 dengan skor 16 kategori baik.

Pertemuan 2 dengan skor 17 kriteria baik, pertemuan 3 dengan skor 20

dengan kategori sangat baik, dan pertemuan 4 meningkat dengan skor

23 kriteria sangat baik. Hal ini dikarenakan pada setiap aspek guru bisa

memperbaiki dan mengimplikasikannya pada pertemuan selanjutnya

serta mempertahankan skor yang didapat pada pertemuan sebelumnya.

Aktivitas anak pertemuan 1 mendapatkan 33.3% kategori kurang

aktif, pertemuan 2 mendapatkan 44.4% kategori cukup aktif, pertemuan

3 mendapatkan 88.9% kategori aktif dan pertemuan 4 mengalami

171
keberhasilan dengan mendapatkan 100% katori sangat aktif. Hal ini

dikarenakan setiap akhir pelaksanaan guru selalu membuat refleksi dan

anak menjadi semakin terbiasa mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam.

Hasil perkembangan kognitif pertemuan 1 terdapat 3 anak yang

berhasil berkembang dengan presentase 33.3%. Pada pertemuan 2,

terdapat 4 orang anak yang berhasil berkembang dengan presentase

44.4%. Kemudian pada pertemuan 3 terdapat 8 orang anak yang

berhasil berkembang dengan presentase 88.95%. Pada pertemuan 4

seluruh anak berhasil berkembang dengan presentase 100%. Hasil

perkembangan kognitif semakin mengalami peningkatan pada setiap

pertemuannya, hal ini dikarenakan bahwa aktivitas guru, aktivitas anak

akan membawa pengaruh besar terhadap hasil belajar anak. Selain anak

sudah mampu menyesuaikan dengan proses kegiatan pembelajaran

dengan kombinsi model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam.

Dengan demikian berdasarkan hasil temuan dan landasan teori,

maka penelitian yang dilakukan oleh peneliti dinayatakan berhasil dan

hipotesis dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

3. “Jika pengembangan kognitif dilaksanakan menggunakan model

Project Based Learning dan metode eksperimen pada sentra bahan

alam pada anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan maka aktivitas anak akan meningkat” dapat diterima.

172
4. “Jika model Project Based Learning dan metode eksperimen pada

sentra bahan alam diterapkan pada pembelajaran pengembangan

kognitif pada kegiatan eksploratif dan menyelidik maka

perkembangan kognitif anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari

14 Marabahan akan Berkembang Sesuai Harapan” dapat diterima.

E. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian telah dipaparkan diatas

tentang aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan anak

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan dalam kegiatan

eksploratif dan menyelidik menggunakan model project based learning

dan metode eksperimen pada sentra bahan alam yang dilakukan sebanyak

4 kali pertemuan, yang terdiri dari pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3

dan pertemuan 4 dapat dilihat pada pembahasan berikut:

1. Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru menggunakan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam,

aktivitas guru pada pertemuan 1 memperoleh skor 16 dengan kategori

baik, pertemuan 2 memperoleh skor 17 dengan kategori baik,

pertemuan 3 memperoleh skor 20 dengan kategori sangat baik dan pada

pertemuan 4 memperoleh skor 23 dengan kategori sangat baik. Hal ini

disebabkan guru telah melaksanakan langkah-langkah model dengan

penyampaian yang jelas dan terarah sehingga membuat anak lebih

tertarik dan menyukai pembelajaran. Pembelajaran menggunakan

model project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra

173
bahan alam membuat anak lebih berantusias, percaya diri, bersemangat

dan membuat anak merasa senang saat mengikuti pembelajaran.

Faktor pendukung meningkatnya aktivitas guru pada setiap

pertemuannya terutama refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru guna menilai sejauh mana keberhasilan

pembelajaran dan apa saja yang menjadi faktor adanya kekurangan

yang selanjutnya akan menjadi bahan perbaikan untuk memasuki

pertemuan berikutnya. Hal ini merupakan suatu keberhasilan dalam

pembelajaran dikarenakan guru selalu berusaha dalam memperbaikinya.

Keberhasilan pembelajaran TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan didasari oleh pelaksanaan pendidik dalam

mengorganisasikan serta memanajemen pembelajaran seperti dalam

pelaksanaan pembelajaran, pembinaan dan pengadaan tenaga ahli,

pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar serta pengembangan

dan penataan kebijakan. Hal tersebut dapat dilihat dari pendayagunaan

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial serta menyediakan

sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan belajar dan

bermain anak (Mulyasa, 2012). Pendidik sebaiknya harus bisa

menciptakan suasana pembelajaran yang terbaru sehingga anak tidak

mudah bosan dan jenuh saat menerima pembelajaran. Guru dapat

menciptakan dengan berinovasi dalam mengajar melalui model

pembelajaran yang bervariasi. Model mengajar adalah sebuah cara agar

siswa dapat menerima, menguasai dan mengingat.

174
Dalam proses belajar mengajar peranan guru sebagai pengelola

kelas merupakan faktor yang sangat penting. Aktivitas dan kreativitas

guru dalam penyampaian materi pelajaran merupakan salah satu asspek

yang menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan belajar

mengajar (Amelia & Aisya, 2021). Guru disini berperan tidak hanya

sebagai model atau teladan bagi anak, akan tetapi juga sebagai

pengelola pembelajaran. Maka dari itu dari keberhasilan proses

pembelajaran sangat ditentukan dari kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran. (Suriansyah & Aslamiah, 2011). Dalam mewujudkan

prinsip belajar guru memvariasikan kegiatan dan suasana belajar,

mengembangkan interaksi, menggunakan berbagai sumber belajar,

menumbuhkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran

(Darmadi, 2017).

Terjadinya peningkatan aktivitas guru disetiap pertemuan

menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya kualitas pada

pembelajaran yang guru berikan. Hal ini dikarenakan guru membuat

refleksi yang diberikan observer serta perbaikan yang dilakukan

berdasarkan hasil refleksi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa refleksi

sangat penting dilakukan guna memperbaiki pembelajaran yang guru

lakukan agar pembelajaran memiliki kualitas baik dan sangat baik.

Peran seorang guru sebagai bentuk seorang yang memberi arahan

dan fasilitas belajar (directing and facilitiatint the learning) agar proses

belajar lebih optimal. Dalam (Suriansyah & Aslamiah, 2011)

mengemukakan peran guru dalam membantu anak-anak dalam

175
memperoleh keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah dan

menyelesaikan konflik. Dalam pembelajaran guru harus memahami

hakikat materi pembelajaran yang sudah direncanakan (Zein, 2016).

Guru sebagai pengelola lingkungan belajar yang menyenangkan bagi

anak dapat mempengaruhi terciptanya lingkungan belajar yang

mendukung efektivitas dan efisiensi pembelajaran anak. Guru sebagai

unsur yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dengan anak

harus dikuasainya dalam mengelola lingkungan belajar yang tersedia di

lingkungan sekolah.

Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal

penggunaan media pengajaran juga dalam penggunaan model dan

metode pengajaran. Metode erat kaitanya dengan dimensi

perkembangan, beberapa metode pembelajaran mampu

mengembangkan dimensi perkembangan kognitif, kreativitas, bahasa,

sosial dan emosional. Karena itu seorang guru harus mampu memilih

model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Dalam memilih

model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi

anak, bahan pelajaran serta sumber belajar yang dapat digunakan

sebagai model pembelajaran agar dapat diterapkan secara efektif dan

dapat menunjang keberhasilan belajar anak. Seperti yang diungkapkan

oleh (Tanu, 2013) metode pembelajaran bagi anak usia dini dirancang

dengan konsep bermain yang bermakna dan menyenangkan.

Dapat disimpulkan bahwa guru merupakan komponen penentu

keberhasilan suatu pembelajaran dikarenakan guru merupakan

176
seseorang yang secara langsung menghadapi anak, dan dapat

memahami semua karakteristik anak. Peran guru sangat berperan

penting terhadap efektivitas belajar anak. Guru harus mampu

memfasilitasi, memberikan, menciptakan kondisi kelas agar anak bisa

belajar secara efektif dan menyenangkan.

Jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan dengan model

project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra bahan

alam pada aspek kognitif yakni dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik pada pertemuan 1 mendapat skor 16 dengan kategori baik

dan pada akhir pertemuan 4 menjadi skor 23 dengan kategori sangat

baik artinya mengalami kemajuan dibandingkan dengan sebelumnya.

Penggunaan model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam ini didukung dengan beberapa hasil

penelitian relevan dengan beberapa jurnal dan hasil penelitian terdahulu

terkait kombinasi model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam. Model project based learning merupakan

salah satu strategi yang dapat dipilih untuk mengembangkan prinsip

bermain sambil belajar dan menjadikan anak sebagai pusat dalam

pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini. Dengan penggunan

pembelajaran proyek anak merasa terlibat langsung sehingga

pembelajaran lebih bermakna untuk anak, pembelajaran bermakna akan

disimpan di memori jangka panjang (Sari & Astuti, 2018).

Metode eksperimen adalah metode pembelajaran untuk anak dapat

berinteraksi langsung dengan kegiatan yang diberikan oleh guru dan

177
membuat eksperimen-eksperimen terutama dalam kegiatan eksploratif

dan menyelidik pada proses sains. Melalui penggunaan metode

eksperimen anak dapat memahami proses dari kegiatan yang diberikan,

mengerti konsep-konsep sains dan tentunya mendukung kemampuan

kognitif anak dalam pembelajaran yang mengarah pada kegiatan

eksploratif dan menyelidik dalam ranah proses sains (Trianto, 2013).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lutfiana, 2019)

penggunaan metode eksperimen juga memudahkan guru karena dapat

menggunakan media yang ada dilingkungan sekitar. Metode

eksperimen sangat berkaitan dengan sentra bahan alam karena sentra ini

memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi langsung

dengan berbagai macam bahan untuk mendukung sensori motor, self

control, dan sains (Mukhtar & dkk, 2013).

Dalam penerapan model pembelajaran project based learning dan

metode eksperimen berbasis sentra bahan alam guru berperan sebagai

fasilitator dalam membimbing anak terlibat langsung dan mendorong

keaktifan anak dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dari model

project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra bahan

alam bahwasanya model ini mempelajari sebuah konsep pembelajaran

dengan kegiatan eksploratif dan menyelidik dibidang sains dengan

menghasilkan suatu produk. Model ini mampu meningkatkan aktivitas

belajar anak baik secara fisik maupun kognitif, bisa dijadikan sebagai

solusi dalam mengatasi kebosanan yang dialami anak sehingga anak

menjadi lebih aktif dari sebelumnya. Bagi anak usia dini kegiatan yang

178
menyenangkan akan membuat anak termotivasi dan meningkatkan

semangat anak dalam belajar, semakin baik aktivitas belajar anak, maka

akan semakin baik pula hasil belajar anak.

Pembelajaran dengan menggunakan model project based learning

dan metode eksperimen berbasis sentra bahan alam memiliki

keunggulan yang dapat meningkatkan aktivitas guru pada setiap

pertemuannya yaitu:

1) Mengelola awal pijakan lingkungan main. Pada langkah ini indikator

yang dilaksanakan guru adalah merencanakan intensitas dan densitas

pengalaman, menata dan menyiapkan tempat main, menyiapkan

media yang mendukung kegiatan main dan menata kesempatan main

untuk mendukung pengalaman main. Keunggulan model ini yaitu

dengan mengelola awal pijakan lingkungan main, guru dapat

mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung proses

pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan terarah sesuai yang

telah direncanakan.

2) Guru memberikan pijakan pengalaman anak sebelum main. Pada

langkah ini yaitu menjelaskan kegiatan serta aturan main yang akan

dilakukan, memberikan pertanyaan dengan bahasa yang mudah di

pahami, mengajak anak untuk mengamati buah jeruk yang dikupas

dan tidak di kupas, mengajak anak untuk merumuskan hipotesis

sementara berdasarkan hasil pengamatan. Pada aspek ini dapat

membuat anak lebih tertarik untuk menyampaikan pengalaman dan

179
gagasan yang mereka punya. Hal ini akan membuka pengetahuan

anak lebih jauh mengenai benda yang mereka amati.

3) Guru memberikan pijakan saat main (Mencontohkan melakukan

eksperimen). Aktivitas guru yang harus dilaksanakan yaitu

mencontohkan bagaimana buah jeruk yang dimasukkan ke dalam air

dengan komunikasi yang tepat, memberikan anak kesempatan untuk

mengamati dan bertanya apa yang sedang terjadi dari buah jeruk

yang dimasukan ke dalam air, memastikan anak memperhatikan

dengan baik, menjadi fasilitator untuk anak yang memerlukan

bantuan. Pada aspek ini memiliki kelebihan dimana anak diberi

kesempatan untuk mengamati proses sains yang terjadi ketika benda

dimasukan kedalam air sehingga membentuk sebuah pengetahuan

baru untuk anak sebelum mereka mempraktikkan sendiri.

4) Guru membimbing anak dalam melakukan eksperimen. Aktivitas

guru yang harus dilaksanakan adalah membimbing anak untuk

menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan eksperimen,

membimbing anak menemukan jawaban dari eksperimen, mengajak

anak untuk menceritakan hasil eksperimen, mengamati dan

mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak. Pada

aspek ini memiliki kelebihan yang mana anak dapat terlibat langsung

dalam proses sains sehingga terbentuk daya berpikir kritis pada anak

dan dapat menemukan sendiri jawaban setelah melakukan

eksperimen.

180
5) Guru membagikan alat dan bahan kepada anak untuk proyek

“kolase”. Aktivitas yang harus dilaksanakan guru yaitu membagikan

kulit buah jeruk serta alat dan bahan yang lain kepada anak,

menjelaskan bagaimana cara pembuatan karya “perahu”,

membimbing anak menyelesaikan proyek yang dilakukan,

memastikan semua anak menyelesaikan proyeknya dengan baik.

Pada aspek ini memiliki kelebihan dimana anak diberi sebuah

tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu proyek yang sedang

dikerjakan untuk menghasilkan suatu produk yang bermakna.

6) Guru memberikan pijakan pengalaman setelah main. Aktivitas yang

harus guru laksanakan adalah menggunakan waktu membereskan

alat main yang telah digunakan sebagai pengalaman belajar positif

untuk anak, mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman

mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya, meminta

anak mengungkapkan perasaannya dan memberikan apresiasi,

mengajak anak untuk menarik kesimpulan kegiatan main yang telah

dilakukan hari ini. Kelebihan pada aspek ini anak diajarkan untuk

bertanggung jawab dalam membereskan peralatan main yang telah

digunakan, mengingat kembali ragam main yang telah dilakukan dan

melatih komunikasi anak.

2. Aktivitas Anak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada setiap pertemuan

mengalami peningkatan aktivitas anak. Hal ini tidak terlepas dari

adanya strategi guru dalam memilih model dan media pembelajaran

181
yang digunakan yaitu kombinasi model project based learning dan

metode eksperimen berbasis sentra bahan alam. Pada setiap pertemuan

mengalami peningkatan aktivitas anak, pertemuan 1 memperoleh

presentase 33.3% kategori kurang aktif hingga pertemuan 4 aktivitas

anak dengan presentase 100% sangat aktif. Hal ini disebabkan dalam

pelaksanaan pembelajaran guru selalu melakukan pembelajaran yang

optimal dan belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada

pertemuan berikutnya sehingga pada pertemuan 4 mencapai indikator

keberhasilan.

Dalam proses pembelajaran berbagai macam cara dapat digunakan

guru agar anak tertarik dan tidak bosan dalam proses belajar. Guru

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, maka dari itu guru

dapat menggunakan metode, cara, langkah dan menggunakan alat bantu

seperti media agar dapat meningkatkan aktivitas anak dalam belajar

(Wibowo & Farnisa, 2018). Aktivitas belajar anak usia dini adalah

dilakukan dalam konteks bermain sambil belajar. Maka dari itu

hendaknya dalam proses kegiatan belajar mengajar dilakukan sambil

bermain. Bermain merupakan sesuatu hal yang sangat disukai anak dan

membuat pembelajaran jadi menyenangkan (Ervaliyana, 2016).

Penggunaan model pemebaelajaran yang tepat dapat mendorong

timbulnya rasa keinginan yang ada pada diri anak, seperti hal nya anak

senang melihat media yang digunakan guru, timbulnya rasa gembira.

Hal ini dikarena kan aktivitas sikap siswa dalam belajar anak dapat

182
berkeplorasi, mengamati, meniru,dan berekperimen yang berlangsung

secara berulang-ulang yang melibatkan potensi anak.

Adanya peningkatan aktivitas anak dalam proses pembelajaran

menggunakan model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam pada setiap pertemuannya tidak terlepas dari

beberapa faktor yaitu aktivitas guru yang semakin membaik, guru

mampu mengkondisikan kelas, guru selalu membuat refleksi

pembelajaran pada setiap pertemuannya sehingga pembelajaran berjalan

lancar, efektif dan efisien.

Pembelajaran yang efektif dapat didefinisikan sebagai

pembelajaran yang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Model

pembelajaran efektif mencakup kualitas pembelajaran, tingkat

pembelajaran yang memadai. Kualitas pembelajaran merujuk pada

aktivitas yang dirancang serta tindakan yang dilakukan guru terhadap

proses pembelajaran kepada anak serta media yang digunakan

(Setyosari, 2017). Tercapainya indikator keberhasilan anak tidak luput

dari peran seorang guru. Semakin baik aktivitas guru maka semakin

baik juga aktivitas yang ada pada anak.

Pembelajaran dalam anak usia dini pada kemampuan kognitif

yaitu pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan

proses mengaitkan informasi pada konsep relevan yang terdapat dalam

kognitif meliputi fakta-fakta, konsep, dan generalisasi yang dipelajari

anak. Faktor yang mempengaruhi pembelajaran bermakna menurut

ausubel yaitu struktur kognitif yang ada, kejelasan pengetahuan.

183
Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang belajar dengan

mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan

mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah

ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta

ke dalam struktur pengetahuan mereka.

Penggunaan model pembelajaran project based learning dan

metode eksperimen pada sentra bahan alam dapat meningkatkan

perkembangan anak pada kemampuan kognitif kegiatan eksploratif dan

menyelidik. Hal ini dikarenakan penggunakaan model pembelajaran ini

daapat mengatasi permasalahan yang terdapat pada kelompok B1 TK

Kemala Bhayangkari 14 Marabahan yaitu anak kurang terlibat aktif,

mudah bosan tidak tertarik dan kurang fokus. Keaktifan anak dalam

proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting.

Sehingga dapat diperbaiki dengan penerapan project based

learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam bahwasanya

model ini mempelajari sebuah konsep dengan pemberian pengalaman

belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang

harus dipecahkan secara berkelompok maupun sendiri. Model ini

mampu meningkatkan aktivitas belajar anak baik secara fisik maupun

kognitif, bisa dijadikan solusi dalam mengatasi kebosanan yang dialami

anak sehingga anak menjadi lebih aktif dari sebelumnya. Model project

based learning menjadi salah satu alternatif model yang dapat

meningkatkan kemampuan dasar anak, khususnya kemampuan kognitif

sehingga jika dikombinasikan dengan sentra bahan alam akan

184
memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi langsung

dengan berbagai macam bahan dalam mendukung sensorimotor, self

control dan sains (Lutfiana, 2019). Peserta didik melakukan kegiatan

disentra-sentra, dengan pembelajaran disentra diharapkan

perkembangan anak berkembang sesuai tingkat perkembangannya.

Sejalan dengan penelitian yang relevan penggunaan kombinasi

model project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra

bahan alam efektif digunakan dalam meningkatkan aktivitas anak dalam

mengikuti pembelajaran dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik.

Sejalan dengan penelitian relevan sebagai berikut.

Penelitian oleh (Yesi, 2021) menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan dengan rata-rata presentase perkembangan kognitif dalam

kegiatan eksploratif dan menyelidik melalui metode proyek dan sentra

bahan alam dengan presentase 89.1%.

Pembelajaran dengan kombinasi model project based learning

dan metode eksperimen berbasis sentra bahan alam memiliki

keunggulan yang mampu meningkatkan aktivitas belajar anak pada

setiap pertemuan.

1) Anak berinteraksi langsung dengan berbagai alat dan bahan. Pada

aspek ini memiliki keunggulan dimana anak terlibat langsung dalam

pembelajaran dan mampu membangun kontrol diri terhadap alat dan

bahan yang digunakan.

2) Anak antusias dalam melakukan kegiatan eksploratif melalui

kegiatan eksperimen. Pada aspek ini dapat melatih kemampuan anak

185
dalam melakukan kegiatan eksperimen sehingga meningkatkan daya

berpikir kritis anak.

3) Anak Aktif dan kreatif dalam mendesain perencanaan karya yang

dibuat. Keunggulan dari aspek ini adalah anak dapat bertanggung

jawab terhadap produk yang akan dihasilkan sampai selesai.

4) Anak bertanggung jawab dalam menyelesaikan karya secara

mandiri. Pada aspek ini anak dapat memanajemen waktu yang

tersedia untuk penyelesaian produk yang dihasilkan sampai selesai

dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menyimpukan

bahwa apabila pembelajaran menggunakan kombinasi model project

based learning dan metode eksperimen pada sentra bahan alam mampu

meningkatkan aktivitas belajar anak.

3. Hasil Perkembangan Kognitif

Peningkatan terhadap hasil perkembangan kognitif anak

disebabkan karena dalam proses pembelajarannya guru menerapkan

pembelajaran yang berpusat pada anak dari penggunaan model project

based learning, kombinasi model ini sangat membantu anak dalam

upaya membangun pengetahuan dan pemahamanya sendiri berdasarkan

apa yang dia pelajari.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Hakim, Lukman, & Fitria, 2020)

perkembangan kognitif sangat penting di gali dan diasah dengan

diberikannya stimulus. Kegiatan yang dilakukan anak mulai dari hal

sederhana seperti permainan menggambar, berbentuk angka, susunan

186
geometri (Andesta, 2019) perkembangan kognitif merupakan suatu

perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir seperti

mengingat, menalar, dan berimajinasi.

Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditujukan agar anak

mampu bereksplorasi terhadap lingkungan sekitar menggunakan panca

indera, sehingga dengan pengetahuan yang didapat anak dapat

melangsungkan hidupnya dengan mannusia yang utuh. Kognitif

meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol,

penalaran dan pemecahan masalah.

Pentingnya mengembangkan kognitif menurut piaget yaitu agar

anak mampu memngembangkan daya persepsinya berdasarkan apa

yang dilihat, mampu melatih ingatannya, mampu melatih pemikiran

dalam menghubungkan peristiwa, mampu memahami simbo-simbol

agar anak mampu menalar. Jadi perkembangan kognitif berhubungan

dengan tingkat intelegensi (kecerdasan) (Mu’minin,2013).

Model pembelajaran yang tepat berpengaruh kepada hasilbelajar

anak. Dengan menggunakan kombinasi model project based learning

dan metode eksperimen pada sentra bahan alam memberikan pengaruh

yang positif terhadap hasil perkembangan anak. Dimana pada model

pembelajaran ini mampu menciptakan keaktifan anak dalam belajar,

mengatasi kebosanan, dan mampu membuat anak fokus. Dengan

diterapkan model pembelajaran aktif ini anak mampu melakukan

kegiatan eksploratif dan menyelidik, anak mampu mengenal konsep

sains mengenai benda tenggelam, terapung dan melayang.

187
Hal ini sejalan dengan penelitian relevan yang menggunakan

kombinasi metode eksperimen melalui sentra bahan alam. Penelitian

(Lutfiana, 2019) menunjukkan bahwa nilai ketuntasan kemampuan

dalam kegiatan eksploratif dan menyelidik pada proses sains anak

meningkat.

Perkembangan kognitif anak dalam kegiatan eksploratif dan

menyelidik pada proses sains mengenal konsep tenggelam, terapung

dan melayang menggunakan model project based learning dan metode

eksperimen berbasis sentra bahan alam mampu meningkatkan capaian

perkembangan anak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa capaian indikator keberhasilan anak

dalam belajar disebabkan karena timbulnya ketertarikan anak dalam

belajar. Sehingga tingkat keberhasilan belajar anak dipengaruhi oleh

aktivitas dan motivasi atau dorongan dari anak itu sendiri.

188
189
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah

dilaksanakan dalam bidang pengembangan kognitif dalam kegiatan

eksploratif dan menyelidik mengenal konsep sains menggunakan model

project based learning dan metode eksperimen berbasis sentra bahan alam

yang dilakukan melalui beberapa tindakan pada pertemuan 1, pertemuan 2,

pertemuan 3 dan pertemuan 4 pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari

14 Marabahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Aktivitas guru dalam mengembangkan kognitif dan aktivitas belajar

anak melalui model project based learning dan metode eksperimen

pada sentra bahan alam pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14

Marabahan sudah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model

pembelajaran yang digunakan dan mencapai skor 23 kriteria “Sangat

Baik”.

2. Aktivitas anak dalam mengembangkan kognitif menggunakan model

project based learning dan metode eksperimen pada sentra alam pada

kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 14 Marabahan sudah terlaksana

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan

dan mencapai kriteria “Sangat Aktif”.

3. Hasil perkembangan dalam mengembangkan kognitif anak

menggunakan model project based learning dan metode eksperimen

berbasis sentra bahan alam pada kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari

190
14 Marabahan disetiap pertemuannya telah mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti, yakni rata-rata individual

mendapat 86.80% kriteria (BSB) dan secara klasikal mencapai 100%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuka, maka dapat disarankan

sebagai berikut.

1. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih model

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam

mengembangkan kognitif dan aktivitas belajar khususnya dalam

mengenal konsep sains sederhana .

2. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan solusi untuk menerapkan model

dan metode pembelajaran guna mengembangkan kualitas

pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai referensi dalam

melaksanakan penelitian bidang kognitif dalam kegiatan eksploratif

dan menyelidik. Untuk peneliti lain, disarankan dapat mengembangkan

hasil penelitian ini dengan variabel lain, seperti aspek motivasi anak.

191
192
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Akhiruddin, Sujarwo, Haryanto, & dkk. (2019). Belajar dan Pembelajaran.
Makasar: CV Cahaya Bintang Cemerlang.
Amelia, N., & Aisya, N. (2021). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) Dan Penerapannya Pada Anak Usia Dini DI TKIT Al-
Farabi. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1, 40-58.
Al-Tabany, T. I. (2014). Mendesaind Model Pembelajaran Inofatif, Progresif,
dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan kurikulum 2013 (Kurikulum
Tematik Integratif). Jakarta: Kencana.
Anitah, S. (2009). Media Pembelajaran. Panitia Sartifikasi Guru Rayon 13 FKIP
UNS Surakarta, -.
Arikunto, S., & dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asrul, & Syukri, A. (2016). Strategi Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membina
Sumber Daya Manusia Berkarakter. Medan: Perdana Publising.
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.
Budiarti, F., Astuti, I., & Yusuf, A. (-). Analisa Pembelajaran Sentra Bahan Alam
Untuk Mengembangkan Kreatifitas Menempel Anak Usia 5-6 Tahun.
Jurnal Untan, -. Retrieved from
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/8641/8639
Darmadi. (2017). Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Dimyati, & Muhjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ervaliyana, Y. (2016). Aktivitas Bermain dan Perkembangan Jasmani Anak.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, III.
Gunawan, I. (2016). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Handayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hendriana, H. (2017). Langkah Praktis Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru.
Bandung: PT Refika Aditama.
Hernawati, E. (2017). Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Ipa Di Kelas IV SDN Ciputat 04 Kecamatan Ciputat Kota
TAnggerang Selatan Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah PGSD, XII(2), -.
Hakim, Lukman, & Fitria. (2020). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Di
Sekolah. Prosiding International Seminar on Islamic Studies And
Education.
Hikam, F. F., & Nursari, E. (2020). Analisis Penggunaan Metode Eksperimen
Pada Pembelajaran Sains Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1(2), 38-49. Retrieved from
https://murhum.ppjpaud.org/index.php/murhum/article/view/14

193
Ismawati, P., & Farihah, N. (2018). Penerapan Pembelajaran Sentra Bahan Alam/
Sains Terhadap PERKEMBANGAN Kreativitas Anak KElompok B di RA
Salafiyah Syafi'iyah Klinterejo Sooko Mojokerto. Al Hikmah: Indonesian
Journal Of Early Childhood Islamic Education, 91-112.
Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan Metode
Eksperimen Dalam PEmbelajaran Sains Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 4(2), 1-
18. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/234773111.pdf
Lutfiana. (2019). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dengan
Metode Eksperimen Melalui Sentra Bahan Alam (PTK di TK Muslimat
NU Masyithoh 08 Kramatasari Kota Pekalongan). Doctoral Dissertation
IAIN Pekalongan.
L., A. (2013). Assessment Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Al-Ta'dib, 6(1), 58-
70.
Lestari, N. (2017). Identifikasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Sentra Di TK
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. FKIP Universitas
Jambi, -.
Maulana, D. (2014). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lampung: Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.
Morrison, G. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Mukhtar, L., & dkk. (2013). Oroentasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Mulyasa, H. (2012). Manajemen Paud. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mursid. (2016). Pengembangan Pembelajaran AUD. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pertiwi, A. P., Kurnia, R., & Nopiana. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Sentra Bahan Alam Terhadap Kemampuan Sains dan Berbicara. Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 181-200. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/327466420_Pengaruh_Model_P
embelajaran_Sentra_Bahan_Alam_Terhadap_Kemampuan_Sains_Dan_Be
rbicara_Anak_Kelompok_B_Di_Taman_Kanak-Kanak
Rezeki, R. D., & dkk. (2013/2014). Penerapan Metode Pembelajaran Project
Based Learning Disertai Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan
Prestasi dan Aktivitas Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia, 71.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik Kurikulum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Santrock, J. (2009). Psikologi Pendidikan (Education Psychology). Jakarta:
Salemba Humanika.
Sari, Y. A., & Astuti, R. D. (2018). Implementasi Pembelajaran Project Based
Learning Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Motoric (Media Of Teaching
Oriented And Children.
Sarosa, S. (2017). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Setyosari, P. (2017). Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas .
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran.

Sharon, E. S., Deboran, L. L., James, D., & Russel. (2011). Intrucsional
Technilogy & Media For Learning Teknologi Pembelajaran dan Media
untuk Belajar. Jakarta: Kencana.

194
Sujiono. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Sujiono, d. (2014). Metode Pengembangan Kognitif. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sujiono, Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. jakarta: Indeks.
Suryadi, & Dahlia. (2013). Implementasi dan Inovasi Kurikulum PAUD.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suriansyah, A., & Aslamiah. (2011). Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini.
Banjarmasin: Comdes.
Suryameng, & Marselina, T. Y. (2019). Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran
Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini di TK
Santa Yohana Antida 2 Sintang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1),
47-58. Retrieved from
http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PAUD/article/view/610
Susanto , A. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Tanu, I. (2013). Penggunaan Metode Di Paud Dalam Rangka Menumbuhkan
Minat Belajar Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, II.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2013). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini. jakarta: Kencana.
Trianto. (2013). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto, I.-T. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum
2013 (Kurikulum tematik integratif). Jakarta: Kencana.
Wibowo, I., & Farnisa, R. (2018). Hubungan Peran Guru Dalam Proses
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Gentala
Pendidikan Dasar.
Yafie, E., & Sutama, I. W. (2019). Pengembangan Kognitif. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Zainal Aqib. (2013). Model-Model, Media dan strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif) . Bandung: CV Yrama Widya.
Zainal Aqib, d. (2017). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SD/MI. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Zein, M. (2016). Peran Guru Dalam Pengembangan Pembelajaran. Jurnal
Inspiratif Pendidikan, V.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Perdana Media


Group.

195
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Lembaga

196
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol

197
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian

198
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kealian Tulisan

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Ketut Ayu Lestari

NIM : 1810126220038

Tempat, Tanggal Lahir : Sumbersari, 24 Desember 1999

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Mengembangkan

Kognitif Dan Aktivitas Belajar Melalui Model Project Based Learning Dan

Metode Eksperimen Pada Sentra Bahan Alam” berserta seluruh isinya adalah

benar karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara

tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah.

Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko atau sanksi apabila

dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dan

karya tulis atau adanya klaim dari pihak lain terhadap karya tulis ini.

Banjarmasin, Mei 2022

Pembuat Pernyataan

Ni Ketut Ayu Lestari


NIM 1810126220038

199
Lampiran 5 Daftar Riwayat Peneliti

Peneliti lahir di Desa Terusan Makmur 1,

Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas, Kalimantan

Tengah pada 24 Desember 1999. Peneliti merupakan

putri keempat dari empat bersaudara dari pasangan I

Wayan Tana (Alm) dan Ni Ketut Karmini.

Peneliti adalah seorang mahasiswi Program Studi S1 Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) kelas C 2018 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Terusan

Makmur pada tahun 2012, Pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Bataguh

pada tahun 2015, pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan 3 Banjarmasin pada

tahun 2018. Selama menempuh perkuliahan di program studi S1 Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa

yang ada di kampus yaitu Paskibra.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan arahan

dari Ibu Maimunah, M.Pd.

Banjarmasin, Mei 2022

Ni Ketut Ayu Lestar


1810126220038

200

Anda mungkin juga menyukai