Disusun Oleh:
Galih Maulana H
Tiara Safitri
Nazwa Syahira
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun himgga selesai. Tidak kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiranya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari membaca demi kesempurnaaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………...
1.2. Tujuan Penulisan ………………………………...
1.3. Manfaat Penulisan ………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Konstitusi ………………………………...
2.2. Pengetahuan Politik dan ………………………………...
Sistem Politik
2.3. Demokrasi Indonesia ………………………………...
2.4. Pemilihan Umum di ………………………………...
Indonesia
2.5. Sejarah Pemilu di ………………………………...
Indonesia
PENDAHULUAN
A. Pengetahuan Politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut
pandang berbeda, yaitu antara lain:
Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan Negara.
Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
B. Sistem Politik
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi. Sedangkan Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang
artinya Negara Kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam
kegiatan dalam Negara/ kehidupan Negara.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara
lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,
proses politik dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk
tentang partai politik. Namun yang akan kita bahas kali ini yaitu system politik.
Menurut Samuel H. Bear dalam bukunya Pattrn of Goverment, bahwa sistem politik
memiliki empat variabel atau elemen penting, meliputi:
Kekuasaan : Sebagai cara cara untuk mencapai hakl yang di inginkan
antara lain membagi sumbe-sumber diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
Kepentingan : Sebagai tujuan-tujuan yang di kejar oleh pelaku-pelaku atau
kelompok politik.
Kebijakan (Policy) : Sebagai hasil dari intiraksi antara kekuasaan dan
kepentingan, biasanya dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Budaya politik (politycal culture) : Sebagai orientasi subyektif dari individu
terhadap sisitem politik yang menyangkut nilai-nilai politik, sistem
kepercayaan dan sikap emosional.
Sedangkan menurut Dr.Yanuarius Koli Bau,Msi meyatakan bahwa elemen-
elemen dalam sistem politik meliputi:
Inputs (Masukan) : yang terdiri dari kebutuhan (Demands), tuntutan,
dukungan (suport) dan bahkan sikap masa bodoh (apathy). Inputs atau
masukan selalu bekenaan dengan hal-hal yang membuat sistem politik itu
berjalan, seperti yang berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi
kepentingan dan melakukan seleksi kepemimpinan dengan substansinya
berupa tuntutan, dukungan, atau sikap masa bodoh. Dukungan dapat
berupa pajak, ketenagakerjaan, undang-undang atau peraturan, kesediaan
memilih atau dipilih dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan politik pada
umumnya. Semua inputs dapat di lakukan secara individu, organisasi
massa, partai politik, maupun media komunikasi massa dengan cara
penyampaian yang bermacam-macam sesuai dengan situasi kondusi dan
kebutuhan, seperti melalui demonstrasi, debat politik, diskusi atau seminar
politik, serta cara-cara lainnya. Fungsi inputs terdiri dari : sosialisasi politik,
rekrutmen politik, artikulasi (menyatakan kepentingan), agresi
(memadukan), kepentingan, dan komunikasi politik. Dalam sistem politik,
inputs ini diolah dan diubah menjadi outputs, berupa keputusan-keputusan
dan kebijakan-kebijakan yang mengikat dari pemerintah sehingga
menimbulkan pengaruh terhadap sistem itu sendiri maupun terhadap
linkungan di mana sistem itu berada.
Authoritative decision making activities or agencies (kegiatan–kegiatan atau
lembaga-lembaga pembuat keputusan politik yang bersifat sah dan
mengikat ) : elemen ini merupakan pusat proses politik (mesin politik
formal), karena elemen inilah yang melakukan sejumlah kegiatan
pembuatan keputusan-keputusan yang sah mengikat. Menurut teori Trias
Polityca dari Montesquieu, lembaga yang terlibat dalam sistem politik ini
meliputi lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan menurut
Gabriel Almond, lembaga itu meliputi lemabga yang membuat keputusan
politik dan lembaga yang membuat keputusan politik dan lembaga yang
menjalankan keputusan.
Outputs (Keluaran) : yang berupa ganjaran (rewardes) dan deprivasi
(deprivationa) yang berupa pembatasan, pengingkaran, pengurangan,
pengikatan dan pelarangan, serta berupa kebijakan atau keputusan politik.
Fungsi Outputs adalah pembuatan peraturan (rule making), pelaksaan
peraturan (rule application) dan penyelesaian koflik (settlement of diputes).
Ganjaran dan deprivasi dapat menimbulkan inputs baru, baik berupa
dukungan atau penerangan, karena tidak semua ganjaran atau deprivasi
dapat memuaskan semua pihak.
Feedbeck (Umpan Balik) : merupakan satu elemen-elemen dalam sebuah
sistem politik, sekaligus juga antara sistem politik dengan sistem yang lain
yang berada diluar sistem politik. Dukungan, pengaruh, tekanan, serta
protes dari rakyat merupakan masukan yang sangat dibutuhkan bagi proses
politik lebih lanjut dalam sebuah sistem politik, terutama oleh pihak
eksekutif.
Environment (Lingkungan) : yang terdiri dari berbagai sistem lain yang
mempengaruhi sistem politik dan sekaligus juga dipengaruhi oleh sistem
politik. Hubungan saling mempengaruhi ini sangat relatif dan dinamis baik
berupa lingkungan fisik maupun non fisik. Dan dapat dipastikan bahwa tidak
ada satu sistem politikpun yang terlepas dari hubungan saling
mempengaruhi ini.
Peran serta masyarakat dalam politik juga ternyata sangatlah penting yaitu
terciptanya masyarakat politik yang Kritis Partisipatif, yaitu dengan meningkatnya
respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, adanya partisipasi rakyat dalam
mendukung atau menolak suatu kebijakan politik dan meningkatnya partisipasi
rakyat dalam berbagai kegiatan organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan
kelompok-kelompok penekan.
melalui pemilihan umum; (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap
provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak
lebih dari seperti jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Berikut ini adalah pemilu-pemilu yang pernah berlangsung di Indonesia:
Pemilu 1955
Pemilu di Indonesia pertama kali berlangsung pada tahun 1955 dengan
maksud untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu di Indonesia
ini dilaksanakan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo.
Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama adalah Pemilu untuk
memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955
dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu. Tahap kedua adalah Pemilu untuk
memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15
Desember 1955. Tiga besar partai yang menjadi pemenang dalam Pemilu ini
adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi dan Nahdlatul Ulama.
Pemilu 1971
Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu diikuti
oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat. Tiga besar partai pemenang
dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama dan Parmusi.
Pemilu 1977-1997.
Selanjutnya setiap lima tahun sekali Pemilu di Indonesia memilih anggota
DPR. Pemilu-Pemilu ini dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992 dan
1997. Pemilu di Indonesia pada tahun ini dilangsungkan pada rezim pemerintahan
Presiden Soeharto.
Pemilu di Indonesia masa ini seringkali disebut dengan “Pemilu Orde Baru”. Pemilu
tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Kesemuanya
dimenangkan oleh Golongan Karya.
Pemilu 1999
Pemilu di Indonesia ini dilangsungkan pada tahun pada tanggal 7 Juni 1999
di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.
Pemilu ini juga menandai berakihrnya rezim orde baru. Tiga besar Pemilu 1999
adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan
Pembangunan
Pemilu 2004
Pemilu 2004 berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Selain memilih
anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota, rakyat juga dapat
memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD adalah lembaga
perwakilan baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah. Pemilu tahun
ini memilih presiden secara langsung.
Adapun peraturan pilpres yang tercantum dalam UU no.23 tahun 2003 yaitu:
Pasal 3 ayat (2) & (4):
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun
sekali pada hari libur atau hari yang diliburkan, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden harus sudah menghasilkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum masa jabatan Presiden
berakhir.
Pasal 4:
Pemungutan suara untuk pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengumuman hasil Pemilu bagi anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota.
Pasal 5
Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pasangan Calon yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.
Pengumuman calon Presiden dan Wakil Presiden atau Pasangan Calon
oleh partai politik atau gabungan partai politik dapat dilaksanakan
bersamaan dengan penyampaian daftar calon anggota DPR kepada KPU.
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau
20% (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam
Pemilu anggota DPR.
Pemilu pada 2004 juga merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat
memilih langsung presiden dan wakil presiden pilihan masyarakat (pilpres). Pilpres ini
berlangsung dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan calon yang berhasil
mendapatkan suara lebih dari 50%. Pilpres ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Pemilu 2009
Pemilu tahun 2009 berlangsung pada 8 Juli 2009. Capres Susilo Bambang
Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat bersama cawapresnya Boediono,
berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung. Mereka memperoleh
suara 60,80%. Mereka mengalahkan pasangan capres-cawapres Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
3.1 Kesimpulan
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolute (kekuasaan tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara
pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan
produk kostitusional, ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. Dengan
landasan sistem negara hukum dan sitem konstitusional di ciptakan syitem mekanisme
hubungan dan hukum antar lembaga negara, yang sekiranya dapat menjamin
terlaksananya sistem itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar
pelaksana pencapaian cita-cita nasional.
Hubungannya sistem konstitusi dengan sistem politik dan ketatanegaraan itu
sendiri adalah dimana pengertian sistem politik yaitu sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
hubungan Negara dengan Negara yang terikat akan suatu sistem konstitusi itu sendiri
yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang di atur oleh suatu negara itu sendiri
untuk segala unsur yang ada dalam sitem politik dan ketatanegaraan tersebut.
3.2 Saran
Sebagai Rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila, seharusnya kita
mengerti dan memahami akan poin-poin yang terkandung dalam Pancasila tersebut. Dan
khususnya sebagai mahasiswa, dalam hal ini penerus bangsa, alangkah lebih baiknya kita
dapat menyadari dan mendapatkan solusi terbaik agar dapat menjunjung tinggi isi dari
Sistem Pancasila Indonesia. Sampai manakah kita sudah menjalaninya? Apa yang harus
kita lakukan untuk memajukan negara tercinta ini?
Daftar Pustaka