Anda di halaman 1dari 24

Makalah Pendidikan Pancasila

PANCASILA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA

Disusun Oleh:

Devani Aulya Putri

Sayyid Agil Maulana

Surya Gendra Ardiansyah

Galih Maulana H

Tiara Safitri

Anisa Dwi Pratiwi

Nazwa Syahira

Sephia Aida Putri Suhaemi

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun himgga selesai. Tidak kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiranya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari membaca demi kesempurnaaan makalah ini.

Jakarta, 17 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………...
1.2. Tujuan Penulisan ………………………………...
1.3. Manfaat Penulisan ………………………………...

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Konstitusi ………………………………...
2.2. Pengetahuan Politik dan ………………………………...
Sistem Politik
2.3. Demokrasi Indonesia ………………………………...
2.4. Pemilihan Umum di ………………………………...
Indonesia
2.5. Sejarah Pemilu di ………………………………...
Indonesia

BAB III PENUTUPAN


3.1. Kesimpulan …………………………………
3.2. Saran …………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Tugas ini di susun dengan mempelajari tentang ” PANCASILA
DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA” di mana materi ini akan menjadi pembelajaran
kepada kita.

1.2 Tujuan penulisan


Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan menuntaskan tugas dari kajian materi yang telah diberikan.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat mempelajari dan
menambah pengetahuan tentang Pancasila Dalam Sistem Politik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Konstitusi


A. Pengertian Konstitusi
Kata”Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet”
yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang Undang Dasar.
Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyatan: what is a
constitution dapat dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the
rules for the the operation of an organization”. Organisasi dimaksud beragam
bentuk dan kompleksitas strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi,
pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau
Undang Undang Dasar.
Konstitusi (bahasa latin: constitutio) dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan Negara, biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi
memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk
secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar
politik. Prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya, konstitusi merujuk
pada penjaminan hak kepada warga masyarakat. Istilah konstitusi dapat diterapkan
kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Bila di lihat berdasarkan bentuknya konstitusi dibagi menjadi 2, yaitu
Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis. Konstitusi Tertulis biasanya termaktub
dalam satu dokument. Namun ada juga beberapa dokument disusun oleh majelis
terpilih dengan sengaja bertujuan untuk kemaslahatan atau mungkin juga bekerja
tetap sebagai badan legislative dan bisa juga menyebarluaskan keputusan raja atau
diktator. Sedangkan Konstitusi Tidak Tertulis biasanya muncul dari adat dan
kebiasaan masyarakat dan itu masih di pertahankan dan masih dianggap sebagai
dasar atau kerangka utama dalam menciptakan suatu undang undang. Menurut
sebagian ahli mengatakan bahwa masih lebih bagus konstitusi tidak tertulis
ketimbang konstitusi tertulis, karena konstitusi tidak tertulis ini merupakan suatu
adat atau kebiasaan manusia itu sendiri secara turun temurun. Sehingga sangat
sulit dihilangkan karena sudah mendarah daging dan di pegang teguh oleh
masyarakat.

B. Tujuan dari konstitusi


Konstitusi merupakan sumber dari segalah sumber hukum, karena disinilah
sumber yang menjadi ketentuan dasar untuk membuat suatu perundang-undangan
atau peraturan-peraturan lain. Entah dari peraturan Presiden, Perda, dan lain-
lainnya tidak boleh bertentangan dengan undang udang atau konstitusi tersebut.
Apabila pembuatan peraturan tersebut bertentangan, maka dianggap bertentangan
dengan konstitusi atau inkonstitusional.
Lalu pertanyaan selanjutnya tentang siapa yang berhak mengatakan bahwa
peraturan tersebut tidak sesuai dengan konstitusi atau inkonstitusional adalah
Mahkamah Konstitusi (MK). Sudah dituliskan dalam undang undang bahwa salah
satu kewenang Mahkamah Konstitusi adalah mengkaji undang undang terhadap
Undang Undang Dasar (UUD), mengatur tentang wewenang dan tanggung jawab
tiap-tiap lembaga negara, juga mengatur tentang pemetaan kekuasan yang biasa
disebut dengan trias politica yaitu:
 Kekuasaan Legislative
 Kekuasaan Executive
 Kekuasaan Judikative
Sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dari suatu lembaga.
Mengingat jika suatu negara tidak mempunyai pembagian kekuasaan, menurut
kami negara tersebut akan mengalami kekacauan. Maka dari itu “apa saja yang di
atur dalam konstitusi?”, yaitu sebagai berikut:
 Wewenang dan cara kerja dari suatu lembaga.
 Hubungan antara lembaga lembaga negara tersebut.
 Hubungan antara lembaga negara dengan warga negara.
 Adanya jaminan hak atau pengakuan tentang Hak-hak Asasi Manusia.
 Ketentuan-ketentuan lain yang diatur oleh Undang Undang.

Dengan demikian konstitusi itu sendiri dibuat sebenarnya untuk membatasi


ruang gerak dari lembaga-lembaga negara sehingga tercipta pemerintahan yang
kondusif dan selalu bekerja sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-
masing. Namun lagi-lagi ini menjadi tanda tanya yang besar bagi kita semua
khususnya sebagai mahasiswa, “apakah implementasi dari Konstutisi kita sudah
sesuai dengan kenyataan di lapangan ?”.

2.2 Pengetahuan Politik dan Sistem Politik

A. Pengetahuan Politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut
pandang berbeda, yaitu antara lain:
 Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
 Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan Negara.
 Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
 Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.

B. Sistem Politik
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi. Sedangkan Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang
artinya Negara Kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam
kegiatan dalam Negara/ kehidupan Negara.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara
lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,
proses politik dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk
tentang partai politik. Namun yang akan kita bahas kali ini yaitu system politik.
Menurut Samuel H. Bear dalam bukunya Pattrn of Goverment, bahwa sistem politik
memiliki empat variabel atau elemen penting, meliputi:
 Kekuasaan : Sebagai cara cara untuk mencapai hakl yang di inginkan
antara lain membagi sumbe-sumber diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
 Kepentingan : Sebagai tujuan-tujuan yang di kejar oleh pelaku-pelaku atau
kelompok politik.
 Kebijakan (Policy) : Sebagai hasil dari intiraksi antara kekuasaan dan
kepentingan, biasanya dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
 Budaya politik (politycal culture) : Sebagai orientasi subyektif dari individu
terhadap sisitem politik yang menyangkut nilai-nilai politik, sistem
kepercayaan dan sikap emosional.
Sedangkan menurut Dr.Yanuarius Koli Bau,Msi meyatakan bahwa elemen-
elemen dalam sistem politik meliputi:
 Inputs (Masukan) : yang terdiri dari kebutuhan (Demands), tuntutan,
dukungan (suport) dan bahkan sikap masa bodoh (apathy). Inputs atau
masukan selalu bekenaan dengan hal-hal yang membuat sistem politik itu
berjalan, seperti yang berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi
kepentingan dan melakukan seleksi kepemimpinan dengan substansinya
berupa tuntutan, dukungan, atau sikap masa bodoh. Dukungan dapat
berupa pajak, ketenagakerjaan, undang-undang atau peraturan, kesediaan
memilih atau dipilih dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan politik pada
umumnya. Semua inputs dapat di lakukan secara individu, organisasi
massa, partai politik, maupun media komunikasi massa dengan cara
penyampaian yang bermacam-macam sesuai dengan situasi kondusi dan
kebutuhan, seperti melalui demonstrasi, debat politik, diskusi atau seminar
politik, serta cara-cara lainnya. Fungsi inputs terdiri dari : sosialisasi politik,
rekrutmen politik, artikulasi (menyatakan kepentingan), agresi
(memadukan), kepentingan, dan komunikasi politik. Dalam sistem politik,
inputs ini diolah dan diubah menjadi outputs, berupa keputusan-keputusan
dan kebijakan-kebijakan yang mengikat dari pemerintah sehingga
menimbulkan pengaruh terhadap sistem itu sendiri maupun terhadap
linkungan di mana sistem itu berada.
 Authoritative decision making activities or agencies (kegiatan–kegiatan atau
lembaga-lembaga pembuat keputusan politik yang bersifat sah dan
mengikat ) : elemen ini merupakan pusat proses politik (mesin politik
formal), karena elemen inilah yang melakukan sejumlah kegiatan
pembuatan keputusan-keputusan yang sah mengikat. Menurut teori Trias
Polityca dari Montesquieu, lembaga yang terlibat dalam sistem politik ini
meliputi lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan menurut
Gabriel Almond, lembaga itu meliputi lemabga yang membuat keputusan
politik dan lembaga yang membuat keputusan politik dan lembaga yang
menjalankan keputusan.
 Outputs (Keluaran) : yang berupa ganjaran (rewardes) dan deprivasi
(deprivationa) yang berupa pembatasan, pengingkaran, pengurangan,
pengikatan dan pelarangan, serta berupa kebijakan atau keputusan politik.
Fungsi Outputs adalah pembuatan peraturan (rule making), pelaksaan
peraturan (rule application) dan penyelesaian koflik (settlement of diputes).
Ganjaran dan deprivasi dapat menimbulkan inputs baru, baik berupa
dukungan atau penerangan, karena tidak semua ganjaran atau deprivasi
dapat memuaskan semua pihak.
 Feedbeck (Umpan Balik) : merupakan satu elemen-elemen dalam sebuah
sistem politik, sekaligus juga antara sistem politik dengan sistem yang lain
yang berada diluar sistem politik. Dukungan, pengaruh, tekanan, serta
protes dari rakyat merupakan masukan yang sangat dibutuhkan bagi proses
politik lebih lanjut dalam sebuah sistem politik, terutama oleh pihak
eksekutif.
 Environment (Lingkungan) : yang terdiri dari berbagai sistem lain yang
mempengaruhi sistem politik dan sekaligus juga dipengaruhi oleh sistem
politik. Hubungan saling mempengaruhi ini sangat relatif dan dinamis baik
berupa lingkungan fisik maupun non fisik. Dan dapat dipastikan bahwa tidak
ada satu sistem politikpun yang terlepas dari hubungan saling
mempengaruhi ini.

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara


pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi.
Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi
kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah tertentu.
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat dan
prinsip yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk
mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan
dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan
Negara dan hubungan Negara dengan Negara. Namun, sistem politik menurut
Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau
peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan
suatu proses yang langggeng.
Adapun beberapa contoh sistem politik yang diambil dari berbagai negara,
sebagai berikut:
a) Sistem Politik Di Negara Komunis
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik
pribadi, peniadaan hak-hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu
yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap
arus informasi dan kebebasan berpendapat.
b) Sistem Politik Di Negara Liberal
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau
kelompok; pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama;
penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan
yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum
minoritas.
c) Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem Politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
1) Ide kedaulatan rakyat.
2) Negara berdasarkan atas hukum.
3) Bentuk Republik.
4) Pemerintahan berdasarkan konstitusi.
5) Pemerintahan yang bertanggung jawab.
6) Sistem Perwakilan.
7) Sistem pemerintahan presidentil.

Peran serta masyarakat dalam politik juga ternyata sangatlah penting yaitu
terciptanya masyarakat politik yang Kritis Partisipatif, yaitu dengan meningkatnya
respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, adanya partisipasi rakyat dalam
mendukung atau menolak suatu kebijakan politik dan meningkatnya partisipasi
rakyat dalam berbagai kegiatan organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan
kelompok-kelompok penekan.

2.3 Demokrasi Indonesia


Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintah politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau
melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Demokrasi berasal dari bahasa Yunani
(dēmokratía) “kekuasaan rakyat”, yang dibentuk dari kata (dêmos) “rakyat” dan (Kratos)
“kekuasaan”.
Sistem pemerintahan Demokrasi adalah sistem pemerintahan suatu negara yang
kekuasaannya mutlak di tentukan oleh rakyat atau melalui perwakilan rakyat. Istilah
demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan,
yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak
(rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan demokrasi sebagai
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi
dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan
suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui demokrasi,
keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.
Dengan adanya sistem demokrasi, kekuasaan absolut satu pihak melalui tirani,
kediktatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan
kebebasan berpendapat bagi rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua
orang dapat mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja. Sementara
itu, wanita, budak, orang asing dan penduduk yang orang tuanya bukan orang setempat
tidak memiliki hak untuk itu.
Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara
demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk
masyarakat sosialis. Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti
terbukanya peluang kepada semua orang dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari
orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Masalah keadilan menjadi penting, dalam arti setiap orang mempunyai hak untuk
menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi hak tersebut harus dihormati dan diberikan
peluang serta pertolongan untuk mencapai hal tersebut.
Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi, yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan.
Dalam sistem ini setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem
demokrasi langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana
ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul
untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya
populasi suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum
merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat
sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua
permasalahan politik negara.
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan
umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Bangsa indonesia pernah menerapkan tiga model demokrasi, yaitu
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin dan demokrasi pancasila. Setiap fase
tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap
tiap fase demokrasi. Demokrasi yang kita kenal sekarang ini dipelopori oleh
organisasi-ohrganisasi modern pada masa pergerakan nasional sebagai wacana
penyadaran. Diantara organisasi modern tersebut, misalnya Budi Utomo (BU),
Sarekat Islam dan Perserikatan Nasional Indonesia.
Bangsa Indonesia mengenal BU sebagai organisasi modern pertama yang
didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908. Anggota BU terdiri dari kaum priyayi
ningrat atau aristokrasi dan kaum intelektual. Kelompok pertama bersifat
konservatif, sedangkan kelompok kedua bersifat progresif. Dari sini tampak bahwa
BU masih bersifat elitis. Didalam organisasi BU anggotanya belajar berdemokrasi
dengan mengenalkan dan menyalurkan ide, gagasan dan harapan adanya intregasi
nasional. Organisasi BU dijadikan wahana pendidikan politik bagi kaum priyayi dan
kaum intelektual antara lain memupuk kesadaran politik, berpatisipasi dalam aksi
kolektif dan menghayati identitas diri mereka. (Sartono Kartodirdjo, 1992 : 105).
Gerakan nasionalis Indonesia dengan cepat meningkat dalam tahun 1927
dengan didirikannya Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Para pemimpin PNI
terdiri dari kaum muda yang memperoleh pendidikan di negeri Belanda pada
permulaan tahun 1920-an. Salah satu peristiwa penting dalam gerakan nasional
adalah kongres pemuda indonesia ke-II yang melahirkan sumpah pemuda. Dalam
forum ini kaum muda yang berasal dari berbagi daerah menghilangkan semangat
kedaerahan mereka dan menggantikan dengan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa serta bekerja sama untuk menciptakan suatu negara Indionesia yang
merdeka.

B. Macam-macam demokrasi di Indonesia :


1) Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi
Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi
bangsa indonesia, misalnya perbedaan-perbedaan antara kekuatan-
kekuatan perjuangan bersenjata dengan kekuatan diplomasi, antara mereka
yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya dan
antara kekuatan islam dalam kekutan sekuler

2) Demokratisasi Dalam Demokrasi Parlementer


Pada periode tahun 1950-an muncul kaum nasionalis perkotaan dari
partai sekuler dan partai-partai islam yang memegang kendali
pemerintahan. Ada sesuatu kesepakatan umum bahwa kedua kelompok
inilah yang akan menciptakan kehidupan sebuah negara demokrasi di
Indonesia. Undang – Undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem
parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala
negara konstitusional beserta para menteri yang mempunyai tanggung
jawab politik. Setiap kabinet terbentuk berdasarkan koalisi pada satu atau
dua partai besar dengan beberapa partai kecil. Kualisi ternyata kurang
mantap dan partai-partai kualisi kurang dewasa dalam menghadapi
tanggung jawab mengenai permasalahan pemerintahan. Di lain pihak partai-
partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagi oposisi kontruktif
yang menyusun program-program alternatif, tetapi hanya menonjolkan segi-
segi negatif dari tugas oposisi (Miriam Budiardjo, 70). Pemilu tahun 1955
tidak membawa stabilitas yang diharapkan, malah perpecahan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak dapat dihindarkan.
Faktor-faktor tersebut mendorong presiden Ir. Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali UUD
1945. Dengan demikian masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer
berakhir.

3) Demokratisasi Dalam Demokrasi Terpimpin


Ini merupakan suatu sistem yang didominasi oleh kepribadian
Soekarno yang prakarsa untuk pelaksanaan demokrasi terpimpin diambil
bersama-sama dengan pimpinan ABRI (Hatta, 1966 : 7). Pada masa ini
terdapat beberapa penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, misalnya
partai-partai politik dikebiri dan pemilu ditiadakan. Kekuatan-kekuatan politik
yang ada berusaha berpaling kepada pribadi Soekarno untuk mendapatkan
legitimasi, bimbingan atau perlindungan. Pada tahun 1960, presiden
Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantikanya
dengan DPRGR, padahal dalam penjelasn UUD 1945 secara ekspilisit
ditentukan bahwa presiden tidak berwenang membubarkan DPR.
Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 telah mengakhiri periode demokrasi
terpimpin dan membuka peluang bagi dilaksanakannya demokrasi
Pancasila.

4) Demokratisasi Dalam Demokrasi Pancasila


Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan
pemerintahan Orde Baru bangkit sebagai reaksi atas pemerintahan
Soekarno. Pada awal pemerintahan orde baru hampir seluruh kekuatan
demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan melenyapkan
rezim lama. Soeharto kemudian melakukan eksperimen dengan
menerapkan demokrasi Pancasila. Inti demokrasi pancasila adalah
menegakkan kembali azas negara hukum dirasakan oleh segenap warga
negara, hak azasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun aspek
perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan
secara institusional. Sekitar 3 sampai 4 tahun setelah berdirinya Orde Baru
menunjukkan gejala-gejala yang menyimpang dari cita-citanya semula.
Kekuatan-kekuatan sosial-politik yang bebas dan benar-benar
memperjuangkan demokrasi disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan
sehingga menjadi kekuatan yang tidak lagi mempunyai komitmen sebagai
kontrol sosial. Pada masa orde baru budaya feodalistik dan paternalistik
tumbuh sangat subur.

5) Rekonstruksi Demokrasi Dalam Orde Reformasi


Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat Indonesia
berjuang menumbangkan rezim Soeharto. Pemerintahan Soeharto
digantikan pemerintahan transisi presiden Habibie yang didukung
sepenuhnya oleh TNI. Orde Baru juga meninggalkan warisan berupa krisis
nasional yang meliputi krisis ekonomi, sosial dan politik. Agaknya
pemerintahan “Orde Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi pelaksanaan
demokrasi yang selama ini dikebiri oleh pemerintahan Orde baru.
Pemerintahan habibie menyuburkan kembali alam demokrasi di Indonesia
dengan jalan kebebasan pers (freedom of press) dan kebebasan berbicara
(freedom of speech).
Keduanya dapat berfungsi sebagai check and balances serta
memberikan kritik supaya kekuasaan yang dijalankan tidak menyeleweng
terlalu jauh. Dalam perkembanganya Demokrasi di Indonesia setelah rezim
Habibie diteruskan oleh Presiden Abdurahman Wahid sampai dengan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat signifikan sekali dampaknya,
dimana aspirasi-aspirasi rakyat dapat bebas diutarakan dan disampaikan ke
pemerintahan pusat. Ada satu hal yang membuat indonesia dianggap
negara demokrasi oleh dunia Internasional walaupun negara ini masih jauh
dikatakan lebih baik dari negara maju lainnya adalah Pemilihan Langsung
Presiden maupun Kepala Daerah yang dilakukan secara langsung.
Demokrasi harus ditegakkan dalam berbagai bidang, yakni
demokrasi politik, demokrasi ekonomi, demokrasi hukum dan demokrasi
pendidikan. Sedang inti demokrasi itu sendiri adalah keadilan. Demokrasi
yang sesungguhnya adalah demokrasi tanpa embel-embel dibelakangnya,
karena tiga macam demokrasi yang diterapkan di Indonesia ternyata gagal.
Dengan demikian, demokrasi dalam arti universal dan komprehensif dapat
diciptakan melalui tegaknya keadilan politik, keadilan ekonomi, keadilan
sosial dan keadilan hukum.

2.4 Pemilihan Umum Di Indonesia


Pemilihan Umum atau disingkat Pemilu di Indonesia merupakan suatu sarana
dalam mewujudkan kedaulatan rakyat. Pemilu diselenggarakan dengan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pemilu merupakan salah satu mekanisme demokrasi di NKRI. Pasal 1 ayat (2)
UUD 1945 menyatakan bahwa rakyat memiliki kekuasaan (kedaulatan) yang tertinggi.
Mekanisme penyerahan kedaulatan rakyat melalui wakilnya (representative democracy)
adalah melalui Pemilu.
Pada awalnya Pemilu di Indonesia bertujuan untuk memilih anggota lembaga
legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilihan presiden dan wakil presiden
(pilpres) semula dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga
tertinggi negara. Kemudian berdasarkan amandemen keempat UUD 1945 pada 2002
pilpres dilakukan secara langsung oleh rakyat sehingga pilpres dimasukkan dalam agenda
Pemilu.
Pilpres sebagai salah satu dari Pemilu di Indonesia diadakan pertama kali pada
tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari agenda pemilu di Indonesia. Istilah Pemilu di Indonesia lebih sering merujuk
kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5
tahun sekali.
Pada era reformasi berkembang asas “Jurdil” yang merupakan singkatan dari “Jujur
dan Adil”. Asas jujur mengandung makna bahwa pemilihan umum harus dilakukan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap warga
negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara
pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih.
Sedangkan asas adil mengandung makna perlakuan yang sama atau adil terhadap
peserta Pemilu dan pemilih. Tidak ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap
peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil berlaku untuk pemilih ataupun peserta
pemilu dan juga penyelenggara pemilu.
Sepanjang sejarah berdirinya NKRI, telah diselenggarakan 10 kali Pemilu anggota
lembaga legislatif yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004
dan 2009. Pemilu tersebut diselenggarakan sesuai dengan UUD 1945 yaitu:
 Pasal 18 (3): Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
 Pasal 19 (1): Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
 Pasal 22C (1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi

melalui pemilihan umum; (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap
provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak
lebih dari seperti jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Berikut ini adalah pemilu-pemilu yang pernah berlangsung di Indonesia:
 Pemilu 1955
Pemilu di Indonesia pertama kali berlangsung pada tahun 1955 dengan
maksud untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu di Indonesia
ini dilaksanakan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo.
Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama adalah Pemilu untuk
memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955
dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu. Tahap kedua adalah Pemilu untuk
memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15
Desember 1955. Tiga besar partai yang menjadi pemenang dalam Pemilu ini
adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi dan Nahdlatul Ulama.
 Pemilu 1971
Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu diikuti
oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat. Tiga besar partai pemenang
dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama dan Parmusi.
 Pemilu 1977-1997.
Selanjutnya setiap lima tahun sekali Pemilu di Indonesia memilih anggota
DPR. Pemilu-Pemilu ini dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992 dan
1997. Pemilu di Indonesia pada tahun ini dilangsungkan pada rezim pemerintahan
Presiden Soeharto.
Pemilu di Indonesia masa ini seringkali disebut dengan “Pemilu Orde Baru”. Pemilu
tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Kesemuanya
dimenangkan oleh Golongan Karya.
 Pemilu 1999
Pemilu di Indonesia ini dilangsungkan pada tahun pada tanggal 7 Juni 1999
di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.
Pemilu ini juga menandai berakihrnya rezim orde baru. Tiga besar Pemilu 1999
adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan
Pembangunan
 Pemilu 2004
Pemilu 2004 berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Selain memilih
anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota, rakyat juga dapat
memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD adalah lembaga
perwakilan baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah. Pemilu tahun
ini memilih presiden secara langsung.
Adapun peraturan pilpres yang tercantum dalam UU no.23 tahun 2003 yaitu:
 Pasal 3 ayat (2) & (4):
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun
sekali pada hari libur atau hari yang diliburkan, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden harus sudah menghasilkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum masa jabatan Presiden
berakhir.
 Pasal 4:
Pemungutan suara untuk pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengumuman hasil Pemilu bagi anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota.
 Pasal 5
Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pasangan Calon yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.
Pengumuman calon Presiden dan Wakil Presiden atau Pasangan Calon
oleh partai politik atau gabungan partai politik dapat dilaksanakan
bersamaan dengan penyampaian daftar calon anggota DPR kepada KPU.
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau
20% (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam
Pemilu anggota DPR.
Pemilu pada 2004 juga merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat
memilih langsung presiden dan wakil presiden pilihan masyarakat (pilpres). Pilpres ini
berlangsung dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan calon yang berhasil
mendapatkan suara lebih dari 50%. Pilpres ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
 Pemilu 2009
Pemilu tahun 2009 berlangsung pada 8 Juli 2009. Capres Susilo Bambang
Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat bersama cawapresnya Boediono,
berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung. Mereka memperoleh
suara 60,80%. Mereka mengalahkan pasangan capres-cawapres Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

2.5 Sejarah Pemilu di Indonesia–Pilkada


Pemilihan kepala daerah langsung sesuai dengan undang – undang nomor 32
tahun 2004 adalah sebuah proses demokratisasi di Indonesia. Pilkada dilakukan secara
langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pilkada
pertama di Indonesia diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama. Maksudnya adalah
memilih kepala daerah dengan wakilnya. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
dimaksud mencakup: 1) Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, 2) Bupati dan wakil
bupati untuk kabupaten, 3) Wali kota dan wakil wali kota untuk kota.
Selanjutnya pada tanggal 19 April 2007 terbitlah Undang – undang No. 22 tahun
2007 tentang penyelenggaraan pemilihan umum. Undang-undang itu merubah mekanisme
dalam pilkada. Dalam undang-undang ini pemilihan kepala daerah dimasukkan dalam
agenda pemilu yang berlangsung tiap 5 tahun sekali.
Masyarakat mulai mengenal pemilihan kepala daerah dengan sebutan Pemilukada.
Pilkada pertama yang dilangsungkan berdasarkan UU No. 22 tahun 2007 ini adalah
Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung pada 8 Agustus 2007. Pilkada ini dimenangkan oleh
pasangan Fauzi Bowo – Prijanto yang meraih 2.109.511 suara (57,87%).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolute (kekuasaan tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara
pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan
produk kostitusional, ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. Dengan
landasan sistem negara hukum dan sitem konstitusional di ciptakan syitem mekanisme
hubungan dan hukum antar lembaga negara, yang sekiranya dapat menjamin
terlaksananya sistem itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar
pelaksana pencapaian cita-cita nasional.
Hubungannya sistem konstitusi dengan sistem politik dan ketatanegaraan itu
sendiri adalah dimana pengertian sistem politik yaitu sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
hubungan Negara dengan Negara yang terikat akan suatu sistem konstitusi itu sendiri
yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang di atur oleh suatu negara itu sendiri
untuk segala unsur yang ada dalam sitem politik dan ketatanegaraan tersebut.

3.2 Saran
Sebagai Rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila, seharusnya kita
mengerti dan memahami akan poin-poin yang terkandung dalam Pancasila tersebut. Dan
khususnya sebagai mahasiswa, dalam hal ini penerus bangsa, alangkah lebih baiknya kita
dapat menyadari dan mendapatkan solusi terbaik agar dapat menjunjung tinggi isi dari
Sistem Pancasila Indonesia. Sampai manakah kita sudah menjalaninya? Apa yang harus
kita lakukan untuk memajukan negara tercinta ini?
Daftar Pustaka

Marijan, Kacung.2010. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru.Jakarta:


Kencana.
http://warning-coffeepark.blogspot.com/2012/04/sistem-konstitusi-dan-sistem-politik.html
http://leeclusive.blogspot.com/2012/04/politik-dan-strategi-dari-sistem.html

Anda mungkin juga menyukai