Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

“ANALISIS PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP


KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH
DARAH UNTUK PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
ANEMIA GIZI BESI”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Ujian Tengah Semester Pada
Mata Kuliah Pengembangan dan Produksi Media Kesehatan

Dosen Pengampu : Elia Nur Ayunin, SKM., MKM.


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Abu Rizal Hakim 1805015017
Ayunda Nabila 1805015115
Indriyati Putri Salamie 1805015175
Sabila Pinka Arsita 1805015275

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Pengembangan dan
Produksi Media Kesehatan dengan judul “Analisis Pengetahuan Remaja Putri
Terhadap Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Untuk
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen pengampu Ibu Elia Nur Ayunin, SKM., MKM yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih
Tangerang, 29 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I LATAR BELAKANG
2.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
2.2 Tujuan Proposal ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Behavioral Change Communication...................................... 1
2. P Proses.................................................................................. 1
3. Topik Kesehatan Terkait ....................................................... 1

BAB III ASSESMENT


3.1 Besarnya Masalah.......................................................................... 3
3.2 Penyebab dan Faktor yang mempengaruhi .................................. 3
3.3 Hasil Assesment Data Primer ....................................................... 5

BAB IV PERENCANAAN
1.1. Tujuan ........................................................................................ 1
1.2 Audience segmentation ................................................................ 1
1.3 Strategi Komunikasi Kesehatan ................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 10

ii
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Remaja merupakan populasi yang sedang dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan dengan rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah.
Pada masa ini terjadi perkembangan kognitif, dan emosional serta
pematangan sel telur dari sistem reproduksi. Hormon yang berperan yaitu
luteinizing hormone, dan follicle-stimulating hormone. Pertumbuhan dan
perkembangan membutuhkan zat gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi
mikro. Kebutuhan zat gizi akan terpenuhi apabila kwantitas dan kualitas
nutrisi yang dikonsumsi sesuai dengan pedoman gizi seimbang, yaitu makan
makanan beragam dengan frekuensi tiga kali sehari (Sarapan, makan siang
dan makan malam), konsumsi sayur dan buah dua pertiga dari separuh
piringku.
Data Global School Health Survey tahun 2015, didapatkan 93.6%
remaja kurang mengonsumsi sayur buah, dan lebih cenderung mengonsumsi
makanan yang berpenyedap. Kondisi ini beresiko untuk terjadi penyakit
degeneratif dan anemia defisiensi besi. Angka kejadian anemia pada remaja
putri di negara-negara berkembang sebesar 27%, sedangkan di negara maju
hanya 6%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7%, terjadi pada umur 5 -14 tahun sebesar
26,4% dan 15-24 tahun sebesar 18,4%.
Hasil survei Dinas Kesehatan Kota Tangerang Banten tahun 2010
menunjukan dari 500 siswi yang diperiksa hemoglobin, 22,6% di antaranya
mengalami anemia8. Anemia merupakan keadaan kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal (<12gr/dl). Anemia gizi besi lebih sering
terjadi pada remaja putri karena mengalami menstruasi, sehingga kebutuhan
zat besi pada remaja putri tiga kali lebih besar dari pada laki-laki.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk pencegahan dan
menanggulangi anemia gizi besi tersebut, seperti fortifikasi besi pada tepung,
program edukasi gizi dan Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Gizi Besi dengan Tablet Tambah Darah, yang diberikan satu tablet setiap
minggu. Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) oleh Puskesmas
melalui sekolah pada remaja putri sudah mencapai 80,9% pertahun. Namun
anemia gizi besi pada remaja tetap tinggi. Berbagai faktor yang
mempengaruhi kejadian anemia pada remaja, terutama remaja putri secara
tidak langsung yaitu pengetahuan tentang anemia, pengetahuan gizi termasuk

1
pengetahuan zat besi, pengetahuan tentang TTD, pola makan, dan kepatuhan
minum TTD. Penelitian terdahulu menemukan ada hubungan pengetahuan
gizi dan kepatuhan konsumsi TTD dengan anemia pada remaja putri

1.2. Tujuuan Proposal


Untuk meningkatkan kepatuhan remaja putri yang berumur 13 sampai
24 tahun dalam mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga adanya
penurunan prevalensi anemia gizi pada remaja yang telah mengkonsumsi
tablet TTD.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Behavioral Change Communication
2.1.1 Pengertian Behavioral Change Communication (BCC)
Behavioral Change Communication (BCC) atau Komunikasi
Perubahan Perilaku (KPP) adalah model pendekatan komunikasi untuk
mengubah perilaku masyarakat secara sukarela dengan menggunakan
berbagai saluran komunikasi. Behavioral change communication sangat
penting karena faktor perilaku sangat berkontribusi pada baik buruknya
kualitas kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat. Sementara itu,
di sisi lain, masih banyak perencana program kesehatan baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten yang kurang memahami secara mendalam
tentang perilaku masyarakat yang akan diintervensi. Bagi perencana
program itu, mengubah perilaku masyarakat dilakukan dengan
memberi paparan melalui satu-dua media informasi secara terus-
menerus tentang “perilaku ideal”.
Komunikasi yang dilakukan pada kegiatan ini adalah komunikasi
pada saat konseling ataupun penyuluhan yang dilakukan kader, ahli
gizi, dokter atau tenaga kesehatan lainnya bertujuan untuk memberikan
pengaruh secara langsung dan tidak langsung terkait pengetahuan dan
perilaku sikap target sasaran utama untuk menjaga status gizi dan
kesehatannya. Responden yang berisiko anemia diharapkan dapat
mengubah pola hidup dengan mengkonsumsi buah dan sayur atau
makanan yang mengandung zat gizi besi serta konsumsi TTD.
Perubahan perilaku pada sasaran bertujuan untuk menurunkan
prevalensi anemia akibat tidak patuhnya dalam mengkonsumsi TTD
serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi
besi.
2.1.2 Tujuan Program Behavioral Change Communication
Tujuan diadakannya program komunikasi perubahan perilaku ini
diantaranya sebagai berikut.
- Secara khusus, menurunkan prevalensi anemia pada remaja
putri akibat masih kurangnya dalam mengkonsumsi makanan
mengandung zat gizi besi khususnya di Kota Tangerang.
- Untuk memperbaiki perilaku target sasaran utama yaitu remaja
putri agar rutin dalam mengkonsumsi Tablet Tambah darah
- Meningkatkan pengetahuan terkait contoh makanan-makanan
yang sehat seperti makan-makanan yang memenuhi zat gizi

3
besi, dampak buruk dari tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi serta tidak rutin mengkonsumsi TTD agar
terhindar dari anemia.
2.1.3 Kerangka Strategis Program
Underlyin Strategic Initial Behavioral Sustainable Outcomes
g Comms Outcomes Outcomes
Conditions Approach (Process)
Context Education -Tenaga -Terbentuknya  Meningkatkan
Service kesehatan tenaga pengetahuan
Delivery mengetahui kesehatan target sasaran
System cara yang utama
penyampaian professional  Menurunkan
edukasi yang - prevalensi
baik Meningkatnya perilaku remaja
-Adanya hubungan baik putri yang tidak
hubungan antar remaja patuh
yang baik putri dan mengkonsumsi
antara tenaga tenaga TTD
kesehatan dan kesehatan  Menurunkan
remaja putri prevalensi anemia
Community -NGO -Remaja putri pada remaja putri
setempat dapat mengetahui  Menurunkan
memaparkan dampak yang prevalensi remaja
data hasil terjadi jika putri yang tidak
penelitian tidak patuh mengkonsumsi
mengenai dalam makanan yang
gambaran mengkonsumsi mengandung zat
makanan TTD gizi besi
sehari-hari
remaja putri di
Kota
Tangerang
-NGO
setempat ikut
berpartisipasi
dalam
kegiatan
Individual -Remaja putri -Remaja putri
mengetahui mampu
dampak yang bertahap
timbul akibat meninggalkan
tidak kebiasaan
mengkonsums tidak patuh

4
i TTD secara dalam
rutin mengkonsumsi
-Remaja putri TTD serta
mengetahui selalu
komplikasi mengkonsumsi
yang dapat makanan yang
timbul akibat mengandung
anemia zat gizi besi
-Remaja putri
termotivasi
untuk
memperbaiki
perilaku

2.1.4. Rencana Implementasi


1. Pengambilan data Dasar
Mengambil data di Puskesmas, seluruh kantor kecamatan dan
kelurahan, rumah masing-masingtarget sasaran utama
2. Pelaksanaan Pembekalan Kader/Fasilitator
Pembekalan Kader/fasilitator bertempat di ruang pertemuan kantor
Kota tangerang
3. Penyusunan dan Uji Coba Media dan Materi Pesan Edukasi
4. Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku
5. Pelaksanaan Monitoring Evaluasi

2.1.5 Pengembangan Pesan dan Material


Pesan dan material yang akan digunakan untuk kegiatan
komunikasi perubahan perilaku pada remaja putri yaitu
berupa informasi dasar terkait dampak tidak mengkonsumsi TTD
secara rutin serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi besi.
a. Uji Coba Pesan dan Material
Pesan dan media yang telah dibuat akan di uji cobakan pada
beberapa target sasaran dan akan dilihat keefektifan dari pesan
dan media tersebut.
b. Revisi Pesan dan Material
Apabila pada saat uji coba pesan dan media ditemukan tidak
efektifnya pesan yang disampaikan atau terdapat informasi yang
kurang saat penjelasan, maka akan dilakukan revisi pesan dan

5
materi agar kemudian penyampaian informasi menjadi lebih
baik.
c. Outline Pre-Test Objectives
Materials : Leaflet
Priority Audience : Remaja putri yang tidak patuh
dalam mengkonsumsi TTD
secara rutin serta masih
kurangnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat
gizi besi
Promoted Behavior : Informasi dasar terkait dampak
tidak mengkonsumsi TTD
secara rutin dan kurangnya
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi besi
Objectives :
1. Untuk menentukan apakah pesan, cara penulisan dan
cara komunikasi dalam penyampaian informasi dapat
diterima oleh remaja putri.
2. Memastikan apakah isi dari leaflet tersebut (gambar,
ukuran tulisan dan cara penyampaian) mudah ditangkap
dan dapat menarik perhatian remaja putri.
3. Untuk mengetahui apakah leaflet dapat memotivasi
remaja putri untuk merubah perilakunya.
4. Untuk menentukan leaflet mana yang dapat ditampilkan
dan dapat dibagikan pada remaja putri

2.1.6 Indikator Monitoring dan Evaluasi


A. Indikator Monitoring
 Apakah kegiatan dilakukan sesuai rencana dan jadwal yang
telah direncanakan?
 Apakah terdapat kendala yang muncul selama pelaksanaan
kegiatan?
 Apakah terdapat program yang tidak dapat terlaksana? Apa
penyebabnya?
 Apakah pesan yang disampaikan saat kegiatan sesuai dengan
kebutuhan, keyakinan, sikap, praktik, dan kesiapan peserta
untuk berubah?
 Bagaimana tanggapan sasaran saat pelaksana kegiatan?

B. Indikator Evaluasi

6
 Bagaimana hasil dan dampak dari pelaksanaan program
implementasi perubahan perilaku komunikasi?
 Apakah terdapat keinginan untuk melakukan perubahan pada
sasaran?
 Seberapa besar perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku
yang terjadi pada sasaran?
 Bagaimana rekomendasi strategi untuk keberlanjutan program
implementasi perubahan perilaku komunikasi?
2.1.7 Analisis Situasi
A. Analisis Masalah
a) Masalah Kesehatan/Gizi
Meningkatnya prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri yang
disebabkan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah.
b) Besaran Masalah (prevalensi dan insiden)
 Data Global School Health Survey tahun 2015, didapatkan
93,6% remaja kurang mengkonsumsi sayur buah, dan lebih
cenderung mengkonsumsi makanan yang berpenyedap.
 Angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara
berkembang sebesar 27%, sedangkan di Negara maju hanya
6%.
 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan
prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, terjadi pada
umur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 15-24 tahun sebesar
18,4%.
 Penelitian di SMA 6 Negeri Depok, Jawa Barat,
menunjukkan prevalensi anemia pada remaja putri cukup
tinggi, yaitu 46,4%.
 Hasil survey Dinas Kesehatan Kota Tangerang Banten
tahun 2010 menunjukkan dari 500 siswi yang diperiksa
hemoglobin, 22,6% di antaranya mengalami anemia.
 Rikesdas 2018 menunjukkan jumlah remaja putri yang
mengkonsumsi TTD setiap minggu atau ≥52 kapsul dalam
satu tahun hanya sebesar 1,4%, sedangkan 98,6% remaja
mengkonsumsi <52 kapsul/tahun.
 Anemia pada remaja putri dari 37,1% pada Riskesdas 2013
yang justru mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada

7
Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok
umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun.
c) Tingkat Keparahan
Jika remaja putri tidak mengkonsumsi makanan berserat seperti
sayur dan buah serta tidak minum Tablet Tambah Darah secara
teratur akan mengakibatkan tubuh menjadi lemas, kurangnya
konsentrasi, pusing, mata berkunang- kunang, dan kadang nafas
terasa agak sesak, flu serta batuk. Menurut Reksodiputro (2004)
yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari anemia
yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker;
Penyakit ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit
infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid;
Meningitis; Gangguan sistem imun.
d) Perilaku Pencegahan dan Perlakuan yang Diharapkan
Prevention/pencegahan anemia : Program Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Banten dalam menurunkan prevalensi anemia yang masih
tinggi pada remaja putri. Kegiatan ini berupa pemberian TTD
kepada remaja putri satu tablet setiap minggu dan satu tablet setiap
hari saat menstruasi selama 10 hari.
B. Analisis Target Sasaran
a) Identifikasi Target Sasaran
 Target sasaran utama/primer
Sasaran utama/prioritas yang akan mengisi
kuesioner yang berisi pengetahuan anemia gizi besi,
pengetahuan zat besi, pengetahuan TTD, serta tingkat
kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD adalah remaja putri
dengan rentang usia 12-15 tahun, yang telah mengkonsumsi
TTD selama satu tahun. Jumlah target 153 siswi SMP
Negeri 24 Kota Tangerang.
Sasaran dikatakan patuh apabila seluruh pertanyaan
dijawab dengan benar dari total yaitu 16 pertanyaan.
Pengetahuan baik apabila siswi mendapatkan skor >76%
(minimal 6 pertanyaan dengan benar) pengetahuan cukup
apabila skor >56-76% (minimal 4 sampai 5 pertanyaan
dengan benar), pengetahuan rendah bila skor ≤56%
(menjawab <4 pertanyaan dengan benar).

8
 Target sasaran sekunder/pendukung
Sasaran sekunder/pendukung yang akan
mendapatkan pelatihan terkait penyebaran kuesioner
penelitian kepatuhan mengkonsumsi TTD pada siswi SMP
Negeri 24 Kota Tangerang yaitu para petugas peneliti yang
dilakukan melalui pendekatan Cross Sectional.
C. Analisis Perilaku Saat ini pada Target Sasaran Utama
Analisis perilaku saat ini pada target sasaran utama adalah sebagai berikut
:
 Saat ini sasaran utama masih kurang mengkonsumsi sayur dan
buah serta lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang
berpenyedap.
 Sebagian remaja putri tidak patuh dalam mengkonsumsi TTD.
 Kurangnya kesadaran pada remaja putri akan pentingnya konsumsi
TTD.
D. Analisis Hambatan (Barrier) dan Pendukung (Fasilitator)
a) Faktor Pendukung/Fasilitator
 Keluarga yang tinggal satu atap dengan sasaran utama
dapat memberikan dukungan nyata seperti membantu
mempraktikkan bentuk makanan dan mengingatkan
mengkonsumsi TTD.
 Kader dan tenaga kesehatan yang sudah dipercaya di daerah
sudah terlatih dalam memberikan informasi dan
melaksanakan praktik.
 Teman-teman disekolah atau tetangga di sekitar tempat
tinggal memiliki antusiasme tinggi untuk mempelajari
informasi dan menerima materi maupun manfaat dari
edukasi sehingga dapat menjadi bentuk dukungan untuk
satu sama lain.
b) Faktor Penghambat (Barrier)
 Sulitnya dalam mengadakan pelatihan atau memberikan
edukasi kepada sasaran karena terbatasnya waktu atau izin
dari pihak yang bersangkutan.
 Jenis bahan pangan local yang terbatas membuat sasaran
utama kesulitan untuk memvariasikan dan menyesuaikan
kebutuhan zat gizi besi setiap harinya.
 Keterbatasan dana untuk mengimplementasikan program
pelatihan atau edukasi mengenai anemia zat gizi besi.

9
 Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat sasaran
utama.
 Fasilitator yang kurang terampil atau terlatih dalam
melaksanakan program terkait permasalahan.

E. Analisis Segmentasi Target Sasaran


Potential Possible Segment by:
Audience Socio- Geographic Behavioral Psychographic
demographic Differences Differences Differences
Differences
Remaja putri 12-15 tahun, Sekolah Sudah Sulit merubah
yang telah mengetahui kebiasaan terutama
menderita mengkonsumsi namun belum dalam hal pola
anemia TTD selama menerapkan makan dan gaya
satu tahun pola hidup hidup sehat
sehat dengan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung
zat gizi besi
Sudah Ingin terhindar dari
mengetahui dampak anemia dan
pengetahuan dapat beraktivitas
tentang TTD secara optimal serta
namun masih terhindar dari
adanya remaja komplikasi anemia
yang tidak
patuh
mengkonsumsi
TTD secara
rutin

F. Strategi setiap tahap /Fase dari setiap Segmentasi Target Sasaran Utama
Audience Phase 1 Phase 2 Phase 3 Rationale for
Segments Strategy Strategy Strategy Phasing
Pengambil Membuat Mengajak Mendukung -
kebijakan audien keputusan atau kepala Dinas warga untuk
primer peraturan atau kepala mengikuti
mengenai desa, atau program serta
program ini orang yang mendukung
demi berpengaruh dan

10
kesehatan pada desa atau mendampingi
masyarakat wilayah warga dalamm
khususnya tersebut untuk melaksanakan
pada remaja membantu dan
putri. masyarakat menerapkan
khususnya program.
remaja putri
dalam
mengikuti dan
menerapkan
program yang
dilakukan.
Praktisi (tenaga Mengajak Melaksanakan Melanjutkan Dalam
kesehatan) dan kerjasama program program pelaksanaan
tenaga yang dengan edukasi dan dengan program,
membantu dalam praktisi konsultasi gizi mengajak atau praktisi dan
melaksanakan kesehatan lain untuk remaja mengundang tenaga
program (tenaga dinas putri di Kota praktisi lain, lainnya yang
kesehatan, ahli Tangerang seperti ahli bergabung
gizi, dokter, yang sudah gizi yang dalam
kader beresiko sudah pelaksanaan
posyandu) anemia serta berpengalaman program
dalam mengubah di puskesmas, berusaha
pemberian kebiasaan untuk membuat
edukasi mengkonsumsi memberikan model atau
ataupun makanan edukasi media
kegiatan lain berpenyedap. kepada remaja edukasi yang
untuk putri di Kota sesuai dan
mengubah Tangerang. dapat
perilaku dipahami
masyarakat oleh audien.
khususnya Media
remaja putri, edukasi
yaitu merubah tersebut
kebiasaan dapat
mengkonsums menggambar
i makanan kan maksud
yang dari
mengandung penyampaian
zat gizi besi atau isi
serta TTD. edukasi yang
akan
disampaikan
ke audiens.

11
Kader atau Memberikan Memfasilitasi Mendampingi Kader/fasilita
fasilitator edukasi secara kegiatan dan tor yang
program langsung dan perubahan mengawasi bergabung
konseling gizi perilaku target sasaran dalam
terkait materi langsung utama dalam pelaksanaan
komunikasi kepada target pelaksanaan program
perubahan sasaran utama. monitoring berusaha
perilaku pada dan evaluasi membuat
target sasaran pasca kegiatan model atau
utama. komunikasi media
perubahan edukasi yang
perilaku. sesuai dan
dapat
dipahami
oleh audien.
Media
edukasi
tersebut
menggambar
kan
penyampaian
atau isi
edukasi yang
akan
disampaikan
ke audiens.
Keluarga Mendorong Mendorong - Dalam
atau atau pelaksanaan
memotivasi memotivasi program ini,
keluarganya keluarganya keluarga
yang sudah yang sudah dapat
atau beresiko atau beresiko bergabung
anemia untuk anemia untuk dalam
mengkonsums mengontrol pelaksanaan
i makanan dalam program
yang mengkonsumsi dengan
mengandung TTD. memberikan
zat gizi besi. motivasi dan
dukungan
kepada target
sasaran
utama untuk
mengubah
pola

12
hidupnya.
Remaja putri Memberikan Mengusung - -
yang telah edukasi dan pada kegiatan
mengkonsumsi konseling yang
TTD atau terkait pola mengutamakan
beresiko hidup dan pada
mengalami makan yang peningkatan
anemia sehat akan zat pengetahuan
gizi besi serta dan
dampak buruk pengalaman
dari kebiasaan sehingga
mengkonsums mampu
i makanan mempraktikka
yang n sendiri
berpenyedap materi-materi
dan tidak edukasi yang
mengkonsums telah diberikan.
i TTD secara
rutin, dengan
menggunaan
berbagai
media seperti
leaflet, dll.
G. Analisis Pihak Pemberi Pengaruh Target Sasaran Utama
Pelaksanaan intervensi perilaku mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi, serta mengkonsumsi TTD secara rutin terhadap kejadian
anemia pada remaja putri di Kota Tangerang membutuhkan koordinasi dan
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain, baik dari puskesmas maupun dari pihak
dinas kesehatan. Tenaga kesehatan dalam hal ini diharapkan dapat berkomunikasi
serta melatih kader/fasilitator terkait permasalahan yang ada. Sehingga tenaga ahli
gizi dapat memberikan konseling atau mengadakan penyuluhan terkait anemia
pada remaja putri. Sebelum melakukan konseling atau penyuluhan akan lebih baik
jika ahli gizi berdiskusi dan memberikan informasi kepada tenaga kesehatan
lainnya agar dapat membantu program yang nanti akan dilaksanakan. Kerjasama
dan diskusi dengan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya juga penting untuk
saling membantu dalam pelaksanaan intervensi. Dalam melaksanakan intervensi
yaitu dokter, tenaga kesehatan, dan dari pihak dinas kesehatan dapat ikut serta
dalam pelaksanaan program yang dilakukan kepada remaja putri di Kota
Tangerang.
Pelatihan kader/fasilitator dilakukan melalui pendekatan ToT (Training of
Trainers), pelatihan tersebut dimulai dari tingkat provinsi untuk mendapatkan

13
fasilitator provinsi. Selanjutnya, para fasilitator provinsi ini diberi kesempatan
untuk melatih diri dengan cara memfasilitasi pelatihan tersebut di beberapa
wilayah di Kota Tangerang.
Sasaran utama/prioritas yang akan mendapatkan informasi, edukasi dan
konseling terkait konsumsi makanan kaya akan zat besi serta konsumsi TTD
adalah remaja putri rentang usia 12-15 tahun. Jumlah target sasaran dalam
program ini adalah 153 siswi SMP Negeri 24 Kota Tangerang.
Apabila sasaran utama sudah dapat merubah perilakunya untuk
mengkonsumsi makanan kaya akan zat gizi besi serta rutin mengkonsumsi TTD.
Maka dapat dipastikan bahwa kejadian tersebut akan menurunkan prevalensi
anemia pada remaja putri.
Motivasi secara interpersonal menjadi sangat penting guna keberhasilan
program karena sasaran utama membutuhkan pendekatan yang mampu
mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam menjalankan edukasi
yang telah diberikan. Dalam hal ini, motivasi dapat diberikan mulai dari orang
terdekat yaitu keluarga yang tinggal satu atap dengan sasaran utama, namun yang
tepat dalam memberikan informasi terkait edukasi dan konseling yaitu tenaga
kesehatan setempat dan juga trainers yang telah terlatih (kader). Koordinasi yang
baik antara kader dan tenaga kesehatan baik di pusat, daerah/provinsi, maupun
masing-masing daerah dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi sasaran
utama untuk menjalankan edukasi yang telah diberikan.

H. Analisis Jalur Komunikasi


Category of Communicatio Channel/Form Key Intended
Communicati n Manager at Massages Audiences
on
Interpersonal Kader/fasilitato Posyandu atau -Hindari Masyarakat
r, penyuluh, puskesmas konsumsi yang sudah atau
ahli gizi Media leaflet makanan beresiko
puskesmas dan dalam bentuk yang anemia,
dokter digital berpenyeda khususnya
p remaja putri
-Konsumsi Keluarga
buah dan responden
sayur (Suami/Istri/ora
-contoh ng tua)
makanan-
makanan
yang kaya
akan zat

14
gizi besi
-Anjuran
konsumsi
Tablet
Tambah
darah
-Manfaat
konsumsi
TTD
Community- NGO Media social -Hindari Masyarakat
oriented (Instagram, konsumsi yang sudah atau
Whatssapp, makanan beresiko
Twitter) yang anemia,
berpenyeda khususnya
p remaja putri
-Konsumsi Keluarga
buah dan responden
sayur (Suami/Istri/ora
-contoh ng tua)
makanan-
makanan
yang kaya
akan zat
gizi besi
-Anjuran
konsumsi
Tablet
Tambah
darah
-Manfaat
konsumsi
TTD

2.3 Topik Terkait Kesehatan


Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008). Anemia dapat
didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006).
Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di
mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan,

15
dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal.
Anemia merupakan masalah gizi mikro yang banyak terjadi di seluruh
dunia terutama di negara berkembang yang diperkirakan terjadi pada 30%
populasi penduduk dunia. Anemia banyak terjadi pada semua kelompok usia
terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat
ini masih cukup tinggi. Data Kemenkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi
anemia gizi pada kelompok usia remaja (≥15 tahun) adalah 22.2%.
Remaja merupakan populasi yang sedang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan dengan rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Pada
masa ini terjadi perkembangan kognitif, dan emosional serta pematangan sel
telur dari sistem reproduksi. Hormon yang berperan yaitu luteinizing
hormone, dan follicle-stimulating hormone . Pertumbuhan dan perkembangan
membutuhkan zat gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro.
Kebutuhan zat gizi akan terpenuhi apabila kwantitas dan kualitas nutrisi yang
dikonsumsi sesuai dengan pedoman gizi seimbang, yaitu makan makanan
beragam dengan frekuensi tiga kali sehari (Sarapan, makan siang dan makan
malam), konsumsi sayur dan buah dua pertiga dari separuh piringku.
Anemia pada remaja dapat membawa dampak kurang baik bagi remaja,
anemia yang terjadi dapat menyebabkan menurunnya kesehatan reproduksi,
perkembangan motorik, mental, kecerdasan terhambat, menurunnya prestasi
belajar, tingkat kebugaran menurun, dan tidak tercapainya tinggi badan
maksimal (Andriani M. dan Wirjatmadi B, 2013).
Data Global School Health Survey tahun 2015, didapatkan 93.6% remaja
kurang mengonsumsi sayur buah, dan lebih cenderung mengonsumsi
makanan yang berpenyedap. Kondisi ini beresiko untuk terjadi penyakit
degeneratif dan anemia defisiensi besi. Angka kejadian anemia pada remaja
putri di negaranegara berkembang sebesar 27%, sedangkan di negara maju
hanya 6%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7%, terjadi pada umur 5 -14 tahun sebesar
26,4% dan 15-24 tahun sebesar 18,4% . Penelitian di SMA 6 Negeri Depok,
Jawa Barat, menunjukkan prevalensi anemia pada remaja putri cukup tinggi,
yaitu 46,4%.
Hasil survei Dinas Kesehatan Kota Tangerang Banten tahun 2010
menunjukan dari 500 siswi yang diperiksa hemoglobin, 22,6% diantaranya
mengalami anemia. Anemia merupakan keadaan kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal (<12gr/dl). Anemia gizi besi lebih sering

16
terjadi pada remaja putri karena mengalami menstruasi, sehingga kebutuhan
zat besi pada remaja putri tiga kali lebih besar dari pada laki-laki.

17
BAB III
ASSESMENT
3.1. Besarnya Masalah
Dalam jurnal yang dijadikan referensi yang berjudul “Analisis Pengetahuan
Terhadap Kepatuhan Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah
Untuk Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi” terdapat masalah
masih banyaknya remaja yang tidak patuh untuk mengkonsumsi tablet
tambah darah (TTD)
Di dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa hasil dari peneltian di dapatkan
bahwa responden memliki pengetahuan dalam katergori baik tentang TTD
(47,7%.) dan selebihnya cuku.Tetapi pada tingkat kepatuhan responden
dalam mengkonsumsi TTD hampir separuh dari responden (47,1%)
mempunyai perilaku yang tidak patuh dalam mengkonsumsi TTD. Tingkat
ketidakpatuhan ini berdasarkan dari kemampuan responden dalam menjawab
pertanyaan yang di berikan oleh peneliti. Mengenai kepatuhan
waktu,kepatuhan dosis dan kepatuhan cara minum TTD. Selain itu
ditanyakan faktor yang penting di lakukan sebelum meminum dan saat
meminum TTD, seperti membaca petunjuk sebelum minum TTD,serta minat
responden untuk minum TTD. Seseorang dikatakan patuh jika ia bisa
menjawab seluruh pertanyaan dengan benar.
Data ini sejalan dengan hasil risekdas tahun 2018 bahwa terdapat
peningkatan anemia dari hasil risekdas tahun 2013 pada remaja putri semula
37,1% menjadi 48,9%. Dan dalam hasil risekdas tahun 2018 menemukan
bahwa hanya 1,4% remaja putri yang teratur mengkonsumsi TTD setiap
minggu
Hal ini tentu saja menjadi hambatan dalam mencegah dan menanggulangi
penyakit anemia pada remaja karena mengkonsumsi Tablet Tambah Darah
(TTD) merupakan salah satu upaya dalam menanggulangi penyakit anemia.

3.2. Penyebab dan Faktor yang mempengaruhi Besarnya Masalah


Judul Analisis Pengetahuan Terhadap Kepatuhan
Remaja Putri Dalam Mengkonsumsi Tablet
Tambah Darah Untuk Pencegahan Dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi”
Jurnal Ilmiah kesehatan Masyarakat
Volume Vol 11.Edisi.4.
Tahun 2019
Penulis Agustina
Reviewer 1. Abu Rizal Hakim 1805015017

18
2. Ayunda Nabila 1805015115
3. Indriyati Putri Salamie 1805015175
4. Sabila Pinka Arsita 1805015275

Tanggal Selesai Review 02 Desember 2020

Latar Belakang Anemia Gizi Besi pada remaja masih menjadi


permasalahan dimasyarakat.salah satu
penannggulangan dan pencegahan dengan pemberian
tablet darah (TTD)
Tujuan Peneliatin Menganalisis pengetahuan dengan kepatuhan
mengkonsumsi TTD
Subjek Penelitian 153 Siswi SMP Negeri 24 Kota Tangerang
Metode Peneltian Menggunakan metode Cross Sectional
Faktor yang Dalam hasil peneltian jurnal diketahui bahwa
mempengaruhi ketidakpatuhan responden minum TTD menjadi salah
masalah yang terjadi satu faktor yang menghambat penanggulangan anemia
pada remaja
Kesimpulan Pengetahuan tentang anemia gizi besi, TTD
berhubungan dengan kepatuhan siswi dalam
mengkonsumsi TTD. kecuali pengetahuan zat besi.
Tingginya prevalensi anemia gizi besi pada siswi dan
kurangnya kepatuhan siswi dalam mengkonsumsi
TTD, kami menyarankan perlu pengawasan dan
pendampingan dalam konsumsi
TTD di SMP Negeri 24 Kota Tangerang.

3.3. Hasil Assesment

a. Demographic Characteristic
Berdasarkan data yang telah di rangkum bahwa terdapat responden dengan
rentang umur 16-23 Tahun. Responden terbanyak terdapat pada usia 20
Tahun dengan jumlah 16 Responden (%). Gender yang mengisi survei ini
semuanya berjenis kelamin perempuan 32 responden (100%) sesuai
dengan kriteria responden yang telah di tetapkan.
Bahasa yang digunakan dalam survei ini adalah bahasa indonesia.
Karaena penelitian ini dilakukan di daerah kota tangerang yang rata-rata
penduduknya menggunakan bahasa indonesia untuk kegiataan sheari-hari.

19
b. Common belief,attitudes dan behaviour realeted health issue
Berdasarkan data yang telah di rangkum bahwa sikap responden
terhadap penyakit anemia telah baik diketahui berdasarkan pernyataan
yang ditanyakan seperti pada pertanyaan jika mereka terkena anemia
maka ia perlu mengkonsumsi TTD dengan persentase jawaban setuju
(75%). Sedangkan pada pertanyaan orang tua saja yang perlu
mengkonsumsi TTD responden menyatakan tidak setuju (68,8%).
Untuk perilaku responden terhadap isu anemia responden
mempunyai perilaku yang cukup baik dilihat dari pernyataan mereka
terhadap pertanyaan yang ditanyakan seperti jika mereka tahu kadar
hemoglobin (Hb) <12 g/dl mereka akan mengkonsumsi TTD dengan
persentase jawaban setuju (78,1%) selain itu pada pertanyaan jika
diberi TTD mereka akan langsung meminumnya responden menjawab
setuju dengan persentase (71,9%) .
Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan kepercayaan atau
keyakinan mereka terhadap TTD. Dilihat dari hasil pernyataan mereka
pada pertanyaan jika anemia mereka tidak kunjung sembuh maka akan
berhenti mengkonsumsi TTD dengan persentasi jawaban setuju (56,3%)
Dengan hal ini tentu saja kurangnya rasa keyakinan akan TTD
akan menjadi salah satu penghamabat dalam penanggulangan penyakit
anemia.

c. Geografic factor
Berdasarkan data yang di peroleh hampir seluruh responden
bertempat tinggal dikota. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
bahwa peneltian ini ditunjukkan untuk responden yang berdomisili di
Kota Tangerang yang secara demografi tidak berada pada wilayah
pegunungan ataupun pesisir pantai.
Untuk daerah yang secara demografi berada pada wilayah
pegunangan ataupun pesisir pantai. Kadar hemoglobin juga dipengaruhi
oleh kondisi tersebut. Di wilayah pegunungan kadar hemoglobin dapat
terjadi penurunan karena dipengaruhi oleh turunya tekanan parsial
oksigen (PO2) yang turun pada wilayah tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya keadaan penyakit anemia
di daerah tangerang tidak dipengaruhi oleh keadaan geografinya.

20
d. Socioeconomic factor
Berdasarkan data yang telah di himpun diketahui bahwa responden
memiliki tingkat pendidikan yang baik. Responden paling banyak
menjawab berstatus mahasiswi sebanyak 21 responden. Berstatus sebagai
pelajar 3 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden mendapatkan
pengetahuan yang cukup baik.
Untuk status pekerjaan rata-rata responden sudah memiliki pekerjaan
yang cukup baik. Diantaranya karyawan swasta,tata usaha dan
adminstrasi.berdasarkan hal tersebut bahwa responden rata-rata
mempunyai keadaan ekonomi maupun pendidikan yang sudah baik.

e. Lifestyle and Cultural charasteristics.

21
BAB IV
PERENCANAAN

4.1. Tujuan (tujuan kesehatan, tujuan promkes, tujuan komunikasi


kesehatan)
o Tujuan Kesehatan
Tujuan kesehatannya yaitu Untuk mengurangi prevalensi angka
kesakitan dan kematian penyakit anemia pada remaja.
o Tujuan promosi kesehatannya
Tujuan promosi kesehatannya yaitu pemberian informasi dan
pengetahuan tentang anemia guna mengoptimalisasikan kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah pada remaja.
o Tujuan Komunikasi Kesehatan
Tujuan komunikasi kesehatannya yaitu Komunikasi kesehatan
merupakan bagian dari komunikasi antar manusia dengan fokus utama
pada bagaimana individu menghadapi isu-isu kesehatan serta
bagaimana upaya memelihara kesehatannya. Komunikasi kesehatan
memanfaatkan jasa komunikasi untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan individu, keluarga dan komunitas masyarakat.
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan
penyakit, kebijakan pemeliharaan kesehatan serta meningkatkan
kesadaran individu tentang pentingnya konsumsi Tablet Tambah
Darah (TTD), . Tujuan komunikasi kesehatan juga bertujuan agar
individu/kelompok patuh dalam mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah.

4.2. Audience Segmentation


Potential Possible Segment by:
Audience Socio- Geographic Behavioral Psychographic
demographic Differences Differences Differences
Differences
Remaja putri Remaja usia Sudah Belum ada
yang sedang 13-24 tahun mengetahui keyakinan pada
atau pernah yang pengetahuan responden terhadap
mengkonsums berdomisili tentang TTD maanfat dari Tablet
i Tablet di Kota namun Tambah Darah
Tambah Darah Tangerang terdapat (TTD), hal tersebut
(TTD) remaja yang salah satu penyebab
tidak patuh munculnya angka

22
mengkonsumsi kesakitan dan
TTD secara kematian akibat
rutin penyakit anemia.

4.3. Strategi Komunikasi Kesehatan

Tujuan Jenis Pesan Kesehatan Sasaran


Komunikasi Media
Teori SMART : Visual Dengan memenuhi Angka Kecukupan 1. Sasaran
Gizi, maka risiko terkena penyakit yang primer :
1. Specific berhubungan dengan asupan makanan akan Remaja
Mengurangi berkurang. Secara umum, kesehatan pun akan Usia 13-24
prevalensi terjaga untuk jangka panjang. Tahun di
kejadian anemia Kebutuhan protein yang diperlukan tubuh Kota
pada remaja dan adalah 10-15 persen dari kebutuhan kalori total Tangerang
meningkatkan Anda, 1 gram protein sama dengan 4 kalori.
kepatuhan
Sementara untuk kebutuhan lemak adalah 10- 2. Sasaran
konsumsi TTD
25 persen dari kebutuhan kalori total Anda, sekunder :
2. Measureabel dengan 1 gram lemak sama dengan 9 kalori. Tokoh
diharapkan Terakhir, kebutuhan karbohidrat adalah 60-75 masyarakat
setelah persen dari kebutuhan kalori total Anda, , tokoh
pemberian dengan 1 gram karbohidrat sama dengan 4 agama, dan
pengetahuan kalori tokoh-
tersebut. Di sisi lain, kebutuhan gizi mikro adalah zat tokoh lain
Remaja gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, yang dapat
semakin tahu contohnya fosfor, magnesium, kalsium, memberika
dan yakin akan natrium, zat besi, kalium, yodium, dan vitamin. n pengaruh
manfaat TTD
besar
dan
meminumnya Untuk menentukan jumlah kebutuhan kalori kepada
secara rutin total per hari, biasanya para ahli gizi masyarakat
menggunakan rumus Harris Benedict, yakni: luas.
3. Achievable - Pria = 66 + (13,7 x berat badan ) + (5 x
Keyakinan tinggi badan) – (6,8 x usia)
bahwa program - Wanita = 655 + (9,6 x berat badan) +
ini dapat (1,8 x tinggi badan) – (4,7 x usia).
merubah Berat badan di atas dicantumkan dengan angka
perilaku tidak dalam kilogram (kg) dan tinggi badan diisii
baik pada dalam satuan centimeter (cm).
remaja

23
4. Realistic Zat besi adalah salah satu mineral yang
Dengan adanya berperan penting untuk membentuk
program ini hemoglobin di dalam sel darah merah.
diharapkan Hemoglobin bertugas mengikat dan
tingkat
mengirimkan oksigen ke seluruh tubuh.
keyakinan dan
kepatuhan
Kebutuhan zat besi harian bisa dipenuhi dari
remaja akan makanan. Beberapa makanan yang kaya akan
bertambah 50% zat besi adalah:
dalam  Kacang-kacangan.
mengkonsumsi  Daging merah tanpa lemak.
TTD  Hati ayam dan sapi.
 Kacang dan susu kedelai.
5. Timebound
 Tahu dan tempe.
batasan waktu
yang digunakan  Beras merah.
yaitu selama  Sayuran dengan daun hijau gelap,
terlaksananya misalnya bayam.
program. Namun, jika asupan zat besi dari makanan tidak
cukup, maka diperlukan suplemen untuk
memenuhi kebutuhan zat besi. Karena itu,
suplemen zat besi dapat digunakan sebagai obat
kurang darah atau anemia karena kekurangan
zat besi.

Penyakit kurang darah atau anemia dapat


ditangani dengan mengonsumsi obat penambah
darah dan mengonsumsi asupan makanan
tinggi zat besi. Namun sebelum mengonsumsi
obat penambah darah, ketahui macam-macam
jenis dan efek sampingnya.
Obat Penambah Darah untuk Anemia yaitu :
Zat besi, vitamin B12 dan folat.
Jika disebabkan oleh anemia defisiensi zat
besi, maka tubuh akan membutuhkan asupan
suplemen zat besi tambahan untuk mencukupi
kebutuhan zat besi tubuh agar proses
pembentukan sel darah merah dapat berjalan
normal. Sedangkan jika terjadi anemia
defisiensi vitamin B12 dan folat, maka tubuh
akan memerlukan suplemen vitamin B12 dan
asam folat.
Beberapa efek samping zat besi yang dapat
terjadi yaitu masalah pencernaan seperti sakit

24
perut, mual, diare, dan konstipasi, BAB
berwarna hitam, dan berkurangnya nafsu
makan. Sedangkan efek samping suplemen
vitamin B12 dan asam folat yang dapat terjadi
yaitu pusing, sakit kepala, dan mual. Namun
efek samping kedua suplemen ini umumnya
terjadi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi.

25
26

Anda mungkin juga menyukai