Disusun oleh :
1. Aferi adi S
2. Agus Saparuddin
3. Desi Setya Ningrum
4. Iva Susanti
5. Via arantika
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
karunia, berkat, dan kesehatannya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Anemia Defesiensi Zat Besi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang
paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar
metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira
0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata
0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam kehidupan.
Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk
menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk
mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak
sekolah dasar berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia
yang diderita, 50% di antaranaya menderita ADB. ADB memberikan dampak
negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi
selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku
(kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan
pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya
penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau
gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan
menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini
mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada
tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian
jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya
proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia
defisiensi besi.Anemia yang disebabkan kekurangan besi untuk sintesa
Hemoglobin.
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.Anemia defisiensi
besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
2.2 ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis.
2.5 PATOFISIOLOGI
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi
semakin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron
depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi
untuk eritropoesis berkurang. Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk
eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron
deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer,
sehingga disebut iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan
besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb).
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit
juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga
timbul anemia hipokromik mikrositik.
1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan
berkurang.
2. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan
menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia.
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne,
syok.
4. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50%
terdapat kompensasi adalah:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan.
Meningkatkan pelepasan O2 oleh haemoglobin.
Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan, redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini
umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan
vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena
faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler
mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang
dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta
konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. pemeriksaan laboratorium : Diagnosis akurat dari suatu keadaan defisiensi besi
memerlukan sejumlah tes laboraotrium. Jumlah serum besi, transferin iron
binding capacity (TIBC), dan serum ferritin, adalah yang paling penting.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan meliputi inspeksi langsung simpanan besi
di retikuloendotelial sumsum tulang mengguanakan aspirasi sumsum tulang dan
ukuran sel protopotphyrin.
2. Pemeriksaan serum besi : Serum iron (SI) adalah penghitungan langsung
jumlah yang berikatan ke transferin. Normalnya yang dimiliki seorang individu
berkisar antara 50-150 g/dl. Sedangkan TIBC merupakan jumlah besi yang dapat
berikatan dengan transferin. Normal TIBC berkisar antara 300 sampai 360 g/dl.
Secara bersamaan, SI dan TIBC digunakan untuk menghitung persen saturasi
transferin dengan besi (SI : TIBC = persen saturasi). Dalam keadaan normal besi
seimbang, persen saturasi adalah antara 20-50 persen. Ketika itu berada di bawah
20 persen, eritroid sumsum tulang sulit mendapatkan cukup besi untuk mensuport
peningkatan level eritropoesis. Ketika persen saturasi melebihi 50-60 persen, besi
dilepaskan untuk peningkatan jaringan parenkim, menghasilkan besi yang berisi
hepatocytes, otot jantung, kulit, dan kelenjar pituitary (Hillman, Robbert S, 1998:
76)
3. Pemeriksaan serum ferritin : Seperti yang telah diketahui secara luas, jumlah
kecil ferritin serum dalam serum manusia (15-300 g/l pada pria)
menggambarkan simpanan besi tubuh, penghitungan serum ferritin telah secara
luas diadopsi sebagai tes untuk defisiensi besi dan kelebihan besi (Ludlam,
Christopher A, 1992: 116).
4. Serum transferin-receptor : Hampir semua sel dalam tubuh memerlukan besi
dari protein plasma, transferin, tetapi transferin mempunyai daya tarik tinggi pada
besi saat pH normal dan pelepasan besi mengambil suatu tempat melalui reseptor
spesifik membran (Ludlam, Christopher A, 1992: 124). Pada ADB, diikuti dengan
suatu peningkatan proporsi transferin-receptor pada anemia berat (Hillman,
Robbert S, 1998: 76).
5. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : Didapatkan anemia hipokrom
mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat.
MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia
difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red cell distribution width)
meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa
mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin
sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok
karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia
hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-
kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan
derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal.
Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia (Bakta, I. M, 2007).
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering
dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia
preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis
besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam
2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia
pada penderita teratasi.1,2
Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal.
Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk
menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering
dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mgbesi.Dosis di hitung
berdasarkan :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan
anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi
respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang
cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon
terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb <
style="font-weight: bold;">II.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar
80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan
dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral.
Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian
secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang
tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
4. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada
masa awal kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda
penggunaan susu sapi sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang
mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada
saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan suplementasi Fe
kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang
mengandung besi.
1) Identitas pasien
diagnosa medis.
Dengan klien.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
Apakah ada keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama seperti klien.
d. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
e. Head to toe
Kepala
inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya sismetris,berwarna hitam
dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala.
Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtifa anemis
Telinga
Hidung
Mulut
Inspeksi :
Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, dan
odema massa
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada
saat pemeriksaan
Dada dan Paru
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk anatara
kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak simetris dan
adanya retraksi interkostalis selama bernafas
Jantung
Payudara
Inspeksi :
Palpasi :
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidaka danya jaringan parut, tidak asites
Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
Kulit
Kuku
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktifitas
3. Intevensi
1. Diagnosa 1 : Nyeri Akut
Pernafasan Definisi :
4.1 Kasus
4.2 Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Ny.K
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Suku : Banten
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengusaha
Suku : Banten
Lain-lain : Umum
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit
kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas.
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
3 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
Klien Mengatakan sesak nafas antara suplai oksigen aktifitas
dan lemas, cepat lelah pada (pengiriman) dan
Saat beraktifitas. kebutuhan.
DO :
Klien Tampak Pucat Keterbatasan dalam
Klien tampak lemah melakukan aktivitas
Intoleransi aktivitas
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri Akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik
Dipertahankan pada : 4 Aktivitas-aktivitas :
13. Tentukan lokasi,
Ditingkatkan ke : 3
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
Indikator:
sebelum mengobati
1.mengenali kapan nyeri pasien.
terjadi. 14. Cek perintah
pengobatan meliputi
2.mengambarkan factor
obat, dosis, dan
penyebab. frekuensi obat
analgesic yang
3.mengunakan jurnal
diresepkan.
harian untuk memonitor
15. Cek adanya riwayat
gejala dari waktu
alergi obat.
kewaktu.
16. Evaluasi kemampuan
4.mengunakan tindakan pasien untuk berperan
pencegahan. serta dalam pemilihan
analgesic, rute dan
5.menggunakan tindakan dosis dan keterlibatan
pengurangan nyeri tampa pasien, sesuai
analgesic. kebutuhan.
17. Pilih analgesic atau
6.menggunakan
kombinasi analgesic
analgesic yang
yang sesuai ketika
direkomendasikan.
lebih dari satu
7.melaporkan perubahan diberikan.
gejala nyeri pada 18. Tentukan analgesic
professional kesehatan. sebelumnya, rute
pemberian, dan dosis
8.melaporkan gejala untuk mencapai hasil
yang tidak terkontrol pengurangan nyeri
pada profesional yang optimal.
kesehatan. 19. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
9.menggunakan
aktivitas lain yang
sumberdaya yang
dapat membantu
tersedia.
relaksasi untuk
memfasilitasi
10.mengenali apa yang
penurunan nyeri.
terkait dengan gejala
20. Berikan analgesik
nyeri.
sesuai waktu
11.melaporkan nyeri paruhnya, terutama
yang terkontrol. pada nyeri yang berat.
21. Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien.
22. Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang
mungkin keliru
tentang analgesik.
23. Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
24. Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys, kontipasi
dan iritasi lambung).
(NIC HAL. 247)
Nutrisi: Status nutrisi: Asupan Manajemen Nutrisi:
Ketidakseimbangan, Nutrisi Aktivitas – Aktifitas :
Kurang dari Kebutuhan Dipertahankan pada 11. Tentukan status
Tubuh skala ke 3 gizi pasien dan
Ditingkatkan ke 4 kemampuan pasien
Indikator: untuk memenuhi
1.asupan kalori. kebutuhan gizi.
2.asupan protein. 12. Tentukan
3.asupan lemak. apa yang menjadi
4.asupan karbohidrat preferensi makana bagi
5.asupan serat pasien.
6.asupan vitamin 13. Intruksikan
7.asupan mineral pasien mengenai
8.asupan zat besi kebutuhan nutrisi
9.asupan kalsium (yaitu: membahas
10.asupan nutrisi pedoman diet dan
piramida makanan).
14. Berikan
pilihan makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makana yang
lebih sehat, jika di
perlukan.
15. Atur diet
yang di perlukan (yaitu:
menyediakan makanan
protein tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu
dan rempah – rempah
sebagai alternatife
untuk garam,
menyediakan pengganti
gula, menambah atau
mengurangi kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin,
mineral atau suplemen)
16. Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi
makanan (misalnya,
bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat)
17. Anjurkan
pasien untuk duduk
pada posisi tegak di
kursi, jika
memungkinkan.
18. Pastikan
makanan di sajikan
dengan cara yang
menarik dan pada suhu
yang lebih cocok untuk
mengkonsumsi secara
optimal.
19. Bantu
pasien membuka
kemasan makanan,
memotong makanan,
dan makan, jika di
perlukan.
20. Tawarkan
makanan ringan yang
padat gizi.
(NIC HAL. 197)
Intoleransi aktifitas 1. Toleransi Terahadap Terapi Aktivitas :
Aktivitas 14. Pertimbangkan
2. Indikator : kemampuan klien
3. 1. Saturasi oksigen saat dalam
beraktivitas berpartisipasi
4. Dipertahankan pada dalam melakukan
skala : 3 dan di aktivitas spesifik.
tingkatkan pada : 4 15. Pertimbangkan
5. 2. Frekuensi pernapasan komitmen klien
saat beraktivitas untuk
6. Dipertahankan pada meningkatkan
skala : 3 dan frekuensi dan jarak
ditingkatkan pada : 4 aktivitas.
7. 3. Kemampuan untuk 16. Bantu klien untuk
berbicara saat mengeksplorasi
beraktivitas fisik tujuan personal
8. Dipertahankan pada dari aktivitas-
skala : 4 dan aktivitas yang
ditingkatkan pada : 5 dilakukan dan
9. (NOC HAL. 582) yang disukai.
17. Bantu klien untuk
aktivitas dan
pencapaian tujuan
melalui aktivitas
yang konsisten
dengan
kemampuan fisik
fisiologis dan
social.
18. Bantu klien untuk
tetap berfokus
pada kekuatan
dibandingkan
dengan kelemahan
yang dimilikinya.
19. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
dan memperoleh
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan.
20. Dorong aktivitas
yang tepat.
21. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diingkan.
22. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang
bermakna.
23. Bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kelemahan dalam
level aktivitas
tertentu.
24. Identifikasi strategi
untuk
meningkatkan
partisipasi terkait
dengan aktivitas
yang diinginkan.
25. Bantu klien dan
keluarga untuk
beradaptasi dengan
lingkungan pada
saat
mengakomodasika
n aktivitas yang di
inginkan.
26. Dorong
keterlibatan dalam
aktivitas kelompok
maupun
(NIC HAL. 431)
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
3. kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging).
4. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
5. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
5.2 SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and