Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.    LATAR BELAKANG

Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar
seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan
mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus
untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan
dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu
penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian
dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata
(palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan
pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.

Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata
yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang
baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri
dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita
atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus
memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.

1. B.     TUJUAN

Tujuan Umum

Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami penyakit pada sistem
persepsi sensori khususnya pada pasien dengan Konjungtivitis.

 
 

Tujuan Khusus

 Mahasiswa mampu menjelaskan gambar atau video tentang anatomi dan fisiologi dan
hubungannya dengan terjadinya konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi konjungtivitis dan perbedaan tanda gejala
yang muncul dari masing-masing klasifikasi
 Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemberian tetes mata dan saleb mata pada
konjungtivitis.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA


1. 1.      MATA

Mata memiliki struktur sebagai berikut:

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif
kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).

                 Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica
vasculosa, dan tunica Nervosa :

1. Tunica Vibrosa

Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera
berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea, yaitu lapisan yang
berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian memfokuskannya.
Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan
dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu
suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata.

1. Tunica Vasculosa

Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang terdiri dari
iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh
darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris.

Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea tengah.
Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Pada kondisi ini disebut
dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka
Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya yang
masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti
diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.

Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut Musculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk
memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak
yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang
untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-
benda tersebut.

 
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang masing-
masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh
kedudukan bola mata

1. Tunica Nervosa

Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian belakang
koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir
menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang
berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-
sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut).
Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada sedikit cahaya.

1. Sel batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga
sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu
pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti
2. Cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk
penglihatan pada cahaya remang-remang.
3. Sel kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin yang
terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap
cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru.
Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna
tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang. Signal listrik
dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke neuron bipolar,
kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak
ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut
dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel
kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
disebut dengan bintik buta.

1. 2.      OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH

Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada
letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:

1. Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi
sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
2. Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder
berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
3. Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan
memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
4. Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5. Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6. Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi
sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu.

Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.

1. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
2. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
3. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan
darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan
keluar melalui mata bagian belakang.

1. 3.      STRUKTUR PELINDUNG

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah.

Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan
berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa
masuk.

1. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
2. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya
yang sangat terang.

Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan
ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.

Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus
permukaan mata.

1. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
2. Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
3. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer.
Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung.

Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang
partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang
membantu mencegah terjadinya infeksi.

1. B.     KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS DAN TANDA GEJALA MASING-


MASING
2. 1.      Konjungtivitis Bakteri

 Definisi: Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri,


mudah menular.
 Etiologi: Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus, Sreptococcus,
Pneumococcus, Neisseria gonorrhea, Herpes Simpleks, Klamidia dan Haemophilus.
 Tanda dan gejala: Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret
mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis,
hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada
benda asing, dan limfadenopati preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis.
Biasanya dari satu mata akan menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis.
Biasanya pasien datang dengan mata merah, secret mata, dan iritasi mata.
 Pemeriksaan Penunjang: Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan
gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk
diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru yang akan menunjukkan diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan
Gram terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas
dilakukan agar darah dan coklat.
 Komplikasi: Staphylococcus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Neisseria
gonorrhea menyebabkan perforasi kornea, Herpes Simpleks dapat menyebabkan parut
kornea, penyakit Klamidia dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut kornea
yang dapat mengancam penglihatan.
 Penatalaksaan: Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari.
Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil
pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
antibiotik spektrum luas tiap jam disertai obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 –
5 kali sehari.
 Prognosis: Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti
haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh
dalam 1 -3 hari.

2.     Konjungtivitis Alergika


 Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis.

a. Akut (konjungtivitis demam hay)

Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di
udara (biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain:

–       rasa gatal;

 \\
  

–       injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis);

–       lakrimasi

b. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak
laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain:

–       rasa gatal

–       fotofobia

–       lakrimasi

–       konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas (papilla dapat bersatu untuk membentuk
cobblestone raksasa

–       folikel dan bintik putih limbus

–       lesi pungata pada epitel kornea

–       plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas epitel
kornea.

 Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast (misal natrium kromoglikat;
nedokromil, lodoksamid). Steroid topical dibutuhkan pada kasus-kasus berat, namun
pemakaian jangka panjang jika mungkin dihindari karena dapat menginduksi glaukoma
atau katarak.
 Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan
atau bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa (giant
papillary conjunctivitis) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini memberikan respon
terhadap terapi topical dengan penstabil sel mast, seringkali penggunaan lensa kontak
harus dihentikan sementara waktu atau permanen.
 Pencegahan
– Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.

– Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi
konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.

3.      Konjungtivitis Neonatorum

 Definisi: Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi


pada konjungtiva (bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.
 Penyebab: Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan
organisme penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan divagina. Paling sering
menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalahChlamydia. Bakteri lainnya
adalah Streptococcus pneumoniae,Hemophilus influenzae dan Neisseria
gonorrhoeae  (bakteri penyebabgonore). Virus juga bisa menyebabkan konjungtivitis
neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes simpleks.
 Tanda dan gejala

– Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir.
Infeksinya bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).

– Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun
tanpa pembentukan nanah.

– Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal
(terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul
sebelum bayi lahir).

– Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian
tubuh lainnya.

– Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika
kelopak mata d           ibuka, maka nanah akan mengalir keluar.

– Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka padakornea sehingga bisa terjadi
gangguan penglihatan.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk


menentukan organisme penyebabnya, contoh nanah diperiksa dengan mikroskop atau
dibiakkan.
 Pengobatan

– Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin
dengan basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.

– Sebanyak 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di
bagian tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).
– Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan
salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus
telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.

– Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun
infeksi virus herpes.

 Pencegahan: Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin


diberikan salep atau tetes mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin. Kepada bayi yang
ibunya menderita gonore diberikan suntikan antibiotik seftriakson.

4.      Konjungtivitis Gonokokal: 

Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak
nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang
bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis
gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semenyang terinfeksi masuk ke dalam
mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12-48 jam setelah
infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa
diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.

5.     Keratokonjungtivitis Vernalis

 Definisi: Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang


(musiman).
 Penyebab: Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim
panas. Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai
sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
 Tanda dan gejala

– Gatal hebat

– Mata merah dan berair

– Peka terhadap cahaya (fotofobia)

– Kotoran mata yang kental dan lengket. Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan
berwarna pink pucat sampai keabuan, sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih
susu. Konjungtiva yang melapisi bola mata tampak menebal dan keabuan. Kadang terjadi
kerusakan pada sebagian kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia hebat.
Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.


e.       Pengobatan: Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih
lanjut. Kompres dingin bisa mengurangi gejala. Tetes mata antialergi seperti cromoline,
lodoxamind, ketorolac dan levokabastin merupakan pengobatan yang paling aman. Antihistamin
oral juga bisa membantu meringankan gejala. Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi
sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu karena bisa menyebabkan peningkatan
tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.

6.         Konjungtivitis Virus

 Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan:

–            secret berair dan purulen terbatas;

–            adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular;

–            selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular.

 Organisme penyebab tersering adalah adenovirus, dan yang lebih jarang, Coxsackie dan
pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan
dengan pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu
juga dapat menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. terapi untuk konjungtivitis
ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan
instruksi hiegine untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan
handuk yang berbeda). Terapi keratitis masih kontroversial. Penggunaan steroid
mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi
ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid dihentikan.

 
 

1. C.    pathway

   
    

 
 

 
1. D.    DEFINISI KONJUNGTIVITIS

Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.

         Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).

          Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh  sendiri. Dapat juga menjadi kronik
dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang
berulang. Klien sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan
hiperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva
dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain.

1. E.     ETIOLOGI KONJUNGTIVITIS

1)  Konjungtivitis  Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.

2)    Konjungtivitis  Bakteri Hiperakut

Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.

3)    Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

4)    Konjungtivitis Alergi

Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein
hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan
antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata
rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).

5)   Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen

( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).

Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Penyebab oftalmia neonatorum adalah

1. Gonococ
2. Chlamydia ( inklusion blenore )
3. Staphylococus

Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari

Gonore                    : 1 – 3 hari

Chlamydia             : 5 – 12 hari

1. F.     KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yangtidak tertangani diantaranya:

–       glaukoma

–       katarak

–       ablasi retina

–       komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis

–       komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

–       komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranaseaadalah bila sembuh


akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di korneayang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadibuta
–       komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan

1. G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KONJUNGTIVITIS

 Pemeriksaan Mata

–       Pemeriksaan tajam penglihatan

–       Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).

–       Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).

–       Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran
kornea).

–        Pemeriksaan oftalmoskop

–       Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar disbanding ukuran normalnya).

 Therapy Medik

–        Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan
yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-
sel eosinofil.        

1. H.    DIET KONJUNGTIVITIS

Tujuan Diet:

 Mencegah terjadinya penyakit mata akibat infeksi, komplikasi & defisiensi  zat gizi
(Circulus vitiosus)
 Mencegah kerusakan mata berlanjut
 Memperbaiki kerusakan sel syaraf mata
 

Syarat Diet:

 Konsumsi energi & zat gizi seimbang


 Protein cukup (10 – 15 % energi total
 Protein & Zink (Zn) berfungsi mempengaruhi absorpsi, transport & penimbunan vitamin
A ke hati & mobilisasi vitamin A dari hati.
 Media perambatan impuls syaraf mata (rhodopsin
 Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan 1200–4000 IU/hari (1 IU = 0,3 µg  retinol):
Berfungsi untuk “body regulators” & berhubungan erat dengan proses-proses
metabolisme untuk fungsi penglihatan (pigmen rhodopsin = retinal & protein opsin
  Antioksidan, pertumbuhan sel epitel, stimulasi pembentukan sel NK, sel T, limfosit,
meningkatkan indra kepekaan pencium & perasa Suplementasi vitamin A per oral
200.000 I.U dalam bentuk oil emulsion 2  kali setahun pada Balita
  Mengendalikan glukosa darah untuk penderita DM (diet DM)
 Mengendalikan tekanan darah untuk penderita hipertensi (rendah garam, rendah lemak
jenuh/kolesterol)
 Sumber antioksidan lain : vitamin C, vitamin E dan karotenoid
 Senyawa karotenoid (lutein, zeaxhantin, astaxhantin) mampu melindungi mata dari
kerusakan oksidatif (radikal bebas) dan radiasi sinar UV

         Contoh : sayuran hijau tua dan buah warna merah/kuning

1. I.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KONJUNGTIVITIS

KASUS

Tn. S (40 tahun) datang ke poli dengan keluhan nyeri pada kedua matanya. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Klien mengatakan
saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulen, pandangan klien sedikit kabur.

ANALISA DATA

DS: Gangguan Persepsi Perubahan penerimaan


Sensori sensori, transmisi, dan
–          Klien mengatakan saat atau integrasi.
bangun tidur matanya lengket,
terdapat purulen, pandangan klien
sedikit kabur.

DO:
–          Mata klien tampak hiperemia,
berair dan kotor.

Diagnosa Keperawatan :   

Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi, dan
atau integrasi ditandai dengan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor, klien mengatakan
saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulen, pandangan klien sedikit kabur.

INTERVENSI

Tgl No. Tujuan dan Intervensi Rasional


Dp kriteria hasil
15 1 Gangguan 1. Monitor keadaan mata  
Jan persepsi sensori pasien.
2013 dapat teratasi  
setelah  
07.00 dilakukan 1. Pasien mengalami
tindakan   gangguan penglihatan
keperawatan sehingga disorientasi
selama  5 x 24   terhadap keadaan
jam dengan ligkungan sekitar.
kriteria hasil:   Barang-barang yang
dapat melukai pasien
– Pupil tidak 1. Monitor perubahan fungsi perlu dijauhkan.
berwarna putih penglihatan pasien.
lagi.  
 
–          Mata 1. Pasien dengan
klien tidak 1. Jauhkan barang-barang gangguan penglihatan
lengket dan yang dapat melukai/ membutuhkan cahaya
tidak terdapat membahayakan pasien. yang cukup untuk
purulen mmbantu fungsi
  peglihatannya.
–         
Pandangan klien 1. Tingkatkan jumlah  
tidak kabur. stimulus yang dapat
merangsang penglihatan.  
–          Mata
klien tdak   1. Konjungtivitis sangat
tampak menular, pasien perlu
hiperemia, tidak 1. Berikan pendidikan diberi pendidikan
berair dan kotor. kesehatan pada keluarga tentang pencegahan
pasien tentang perawatan penularan
  konjungtivitis dan konjungtivitis agar
pencegahan penularanny peradangan tidak
2. Usap purulent secara semakin meluas.
perlahan dengan kapas
yang sudah dibasahi  
sekali usap.
3. Kolaborasi pemberian  
antibiotik
 
 
 
 
 
 
1. Membersihkan
1. Kolaborasi pemberian palpebra dari purulent
analgetik tanpa menimbulkan
2. Kolaborasi pemberian nyeri dan
obat tetes mata meminimalkan
1. Bakteri yang penyebaran
menyerang mikroorganisme.
konjungtiva
menyebabkan  
timbulnya proses
peradangan  
dengan tanda dan
gejala seperti  
timbulnya
purulen, mata 1. Mempercepat
berair dan kotor. penyembuhan pada
2. Purulen dan
hiperemia konjungtivitis
menyebabkan infekstif dan
mata menjadi mencegah infeksi
tertutup dan sekunder pada
penglihatan konjungtivitis viral.
menjadi kabur.
 

1. Analgetik dapat
mengurangi nyeri
yang dirasakan
pasien.

1. Purulent
menyebabkan
lengketnya kelopak
mata, obat tetes mata
dapat mengurangi
lengketnya kelopak
mata.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu
penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan
si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun.
Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan
terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang
baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang
penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

James, Bruce. 2003. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.

Potter & perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek ed-4.
Jakarta: EGC.

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.    LATAR BELAKANG

Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar
seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan
mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus
untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan
dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu
penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian
dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata
(palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan
pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.

Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata
yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang
baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri
dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita
atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus
memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.

1. B.     TUJUAN

Tujuan Umum

Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami penyakit pada sistem
persepsi sensori khususnya pada pasien dengan Konjungtivitis.

Tujuan Khusus

 Mahasiswa mampu menjelaskan gambar atau video tentang anatomi dan fisiologi dan
hubungannya dengan terjadinya konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi konjungtivitis dan perbedaan tanda gejala
yang muncul dari masing-masing klasifikasi
 Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan konjungtivitis.
 Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemberian tetes mata dan saleb mata pada
konjungtivitis.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA


1. 1.      MATA

 
Mata memiliki struktur sebagai berikut:

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif
kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).

                 Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica
vasculosa, dan tunica Nervosa :

1. Tunica Vibrosa

Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera
berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea, yaitu lapisan yang
berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian memfokuskannya.
Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan
dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu
suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata.

1. Tunica Vasculosa

Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang terdiri dari
iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh
darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris.

Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea tengah.
Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Pada kondisi ini disebut
dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka
Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya yang
masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti
diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.

Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut Musculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk
memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak
yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang
untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-
benda tersebut.

Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang masing-
masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh
kedudukan bola mata

1. Tunica Nervosa

Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian belakang
koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir
menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang
berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-
sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut).
Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada sedikit cahaya.

1. Sel batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga
sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu
pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti
2. Cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk
penglihatan pada cahaya remang-remang.
3. Sel kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin yang
terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap
cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru.
Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna
tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang. Signal listrik
dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke neuron bipolar,
kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak
ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut
dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel
kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
disebut dengan bintik buta.

 
1. 2.      OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH

Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada
letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:

1. Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi
sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
2. Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder
berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
3. Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan
memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
4. Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5. Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6. Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi
sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu.

Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.

1. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
2. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
3. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan
darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan
keluar melalui mata bagian belakang.

1. 3.      STRUKTUR PELINDUNG

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah.

Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan
berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa
masuk.

1. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
2. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya
yang sangat terang.
Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan
ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.

Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus
permukaan mata.

1. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
2. Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
3. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer.

Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung.

Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang
partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang
membantu mencegah terjadinya infeksi.

1. B.     KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS DAN TANDA GEJALA MASING-


MASING
2. 1.      Konjungtivitis Bakteri

 Definisi: Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri,


mudah menular.
 Etiologi: Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus, Sreptococcus,
Pneumococcus, Neisseria gonorrhea, Herpes Simpleks, Klamidia dan Haemophilus.
 Tanda dan gejala: Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret
mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis,
hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada
benda asing, dan limfadenopati preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis.
Biasanya dari satu mata akan menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis.
Biasanya pasien datang dengan mata merah, secret mata, dan iritasi mata.
 Pemeriksaan Penunjang: Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan
gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk
diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru yang akan menunjukkan diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan
Gram terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas
dilakukan agar darah dan coklat.
 Komplikasi: Staphylococcus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Neisseria
gonorrhea menyebabkan perforasi kornea, Herpes Simpleks dapat menyebabkan parut
kornea, penyakit Klamidia dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut kornea
yang dapat mengancam penglihatan.
 Penatalaksaan: Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari.
Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil
pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
antibiotik spektrum luas tiap jam disertai obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 –
5 kali sehari.
 Prognosis: Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti
haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh
dalam 1 -3 hari.

2.     Konjungtivitis Alergika

 Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis.

a. Akut (konjungtivitis demam hay)

Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di
udara (biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain:

–       rasa gatal;

 \\
  

–       injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis);

–       lakrimasi

b. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak
laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain:

–       rasa gatal

–       fotofobia

–       lakrimasi

–       konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas (papilla dapat bersatu untuk membentuk
cobblestone raksasa

–       folikel dan bintik putih limbus

–       lesi pungata pada epitel kornea


–       plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas epitel
kornea.

 Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast (misal natrium kromoglikat;
nedokromil, lodoksamid). Steroid topical dibutuhkan pada kasus-kasus berat, namun
pemakaian jangka panjang jika mungkin dihindari karena dapat menginduksi glaukoma
atau katarak.
 Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan
atau bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa (giant
papillary conjunctivitis) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini memberikan respon
terhadap terapi topical dengan penstabil sel mast, seringkali penggunaan lensa kontak
harus dihentikan sementara waktu atau permanen.
 Pencegahan

– Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.

– Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi
konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.

3.      Konjungtivitis Neonatorum

 Definisi: Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi


pada konjungtiva (bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.
 Penyebab: Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan
organisme penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan divagina. Paling sering
menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalahChlamydia. Bakteri lainnya
adalah Streptococcus pneumoniae,Hemophilus influenzae dan Neisseria
gonorrhoeae  (bakteri penyebabgonore). Virus juga bisa menyebabkan konjungtivitis
neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes simpleks.
 Tanda dan gejala

– Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir.
Infeksinya bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).

– Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun
tanpa pembentukan nanah.

– Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal
(terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul
sebelum bayi lahir).

– Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian
tubuh lainnya.

– Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika
kelopak mata d           ibuka, maka nanah akan mengalir keluar.
– Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka padakornea sehingga bisa terjadi
gangguan penglihatan.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk


menentukan organisme penyebabnya, contoh nanah diperiksa dengan mikroskop atau
dibiakkan.
 Pengobatan

– Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin
dengan basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.

– Sebanyak 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di
bagian tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).

– Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan
salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus
telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.

– Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun
infeksi virus herpes.

 Pencegahan: Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin


diberikan salep atau tetes mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin. Kepada bayi yang
ibunya menderita gonore diberikan suntikan antibiotik seftriakson.

4.      Konjungtivitis Gonokokal: 

Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak
nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang
bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis
gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semenyang terinfeksi masuk ke dalam
mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12-48 jam setelah
infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa
diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.

5.     Keratokonjungtivitis Vernalis

 Definisi: Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang


(musiman).
 Penyebab: Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim
panas. Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai
sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
 Tanda dan gejala
– Gatal hebat

– Mata merah dan berair

– Peka terhadap cahaya (fotofobia)

– Kotoran mata yang kental dan lengket. Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan
berwarna pink pucat sampai keabuan, sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih
susu. Konjungtiva yang melapisi bola mata tampak menebal dan keabuan. Kadang terjadi
kerusakan pada sebagian kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia hebat.
Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

e.       Pengobatan: Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih


lanjut. Kompres dingin bisa mengurangi gejala. Tetes mata antialergi seperti cromoline,
lodoxamind, ketorolac dan levokabastin merupakan pengobatan yang paling aman. Antihistamin
oral juga bisa membantu meringankan gejala. Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi
sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu karena bisa menyebabkan peningkatan
tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.

6.         Konjungtivitis Virus

 Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan:

–            secret berair dan purulen terbatas;

–            adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular;

–            selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular.

 Organisme penyebab tersering adalah adenovirus, dan yang lebih jarang, Coxsackie dan
pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan
dengan pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu
juga dapat menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. terapi untuk konjungtivitis
ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan
instruksi hiegine untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan
handuk yang berbeda). Terapi keratitis masih kontroversial. Penggunaan steroid
mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi
ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid dihentikan.

 
 

1. C.    pathway

   
    

 
 

 
 

1. D.    DEFINISI KONJUNGTIVITIS

Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.

         Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).

          Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh  sendiri. Dapat juga menjadi kronik
dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang
berulang. Klien sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan
hiperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva
dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain.

1. E.     ETIOLOGI KONJUNGTIVITIS

1)  Konjungtivitis  Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.

2)    Konjungtivitis  Bakteri Hiperakut


Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.

3)    Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

4)    Konjungtivitis Alergi

Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein
hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan
antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata
rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).

5)   Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen

( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).

Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Penyebab oftalmia neonatorum adalah

1. Gonococ
2. Chlamydia ( inklusion blenore )
3. Staphylococus

Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari

Gonore                    : 1 – 3 hari

Chlamydia             : 5 – 12 hari

1. F.     KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yangtidak tertangani diantaranya:

–       glaukoma
–       katarak

–       ablasi retina

–       komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis

–       komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

–       komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranaseaadalah bila sembuh


akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di korneayang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadibuta

–       komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan

1. G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KONJUNGTIVITIS

 Pemeriksaan Mata

–       Pemeriksaan tajam penglihatan

–       Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).

–       Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).

–       Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran
kornea).

–        Pemeriksaan oftalmoskop

–       Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar disbanding ukuran normalnya).

 Therapy Medik

–        Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan
yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-
sel eosinofil.        

1. H.    DIET KONJUNGTIVITIS

Tujuan Diet:

 Mencegah terjadinya penyakit mata akibat infeksi, komplikasi & defisiensi  zat gizi
(Circulus vitiosus)
 Mencegah kerusakan mata berlanjut
 Memperbaiki kerusakan sel syaraf mata

Syarat Diet:

 Konsumsi energi & zat gizi seimbang


 Protein cukup (10 – 15 % energi total
 Protein & Zink (Zn) berfungsi mempengaruhi absorpsi, transport & penimbunan vitamin
A ke hati & mobilisasi vitamin A dari hati.
 Media perambatan impuls syaraf mata (rhodopsin
 Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan 1200–4000 IU/hari (1 IU = 0,3 µg  retinol):
Berfungsi untuk “body regulators” & berhubungan erat dengan proses-proses
metabolisme untuk fungsi penglihatan (pigmen rhodopsin = retinal & protein opsin
  Antioksidan, pertumbuhan sel epitel, stimulasi pembentukan sel NK, sel T, limfosit,
meningkatkan indra kepekaan pencium & perasa Suplementasi vitamin A per oral
200.000 I.U dalam bentuk oil emulsion 2  kali setahun pada Balita
  Mengendalikan glukosa darah untuk penderita DM (diet DM)
 Mengendalikan tekanan darah untuk penderita hipertensi (rendah garam, rendah lemak
jenuh/kolesterol)
 Sumber antioksidan lain : vitamin C, vitamin E dan karotenoid
 Senyawa karotenoid (lutein, zeaxhantin, astaxhantin) mampu melindungi mata dari
kerusakan oksidatif (radikal bebas) dan radiasi sinar UV

         Contoh : sayuran hijau tua dan buah warna merah/kuning

1. I.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KONJUNGTIVITIS

KASUS
Tn. S (40 tahun) datang ke poli dengan keluhan nyeri pada kedua matanya. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Klien mengatakan
saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulen, pandangan klien sedikit kabur.

ANALISA DATA

DS: Gangguan Persepsi Perubahan penerimaan


Sensori sensori, transmisi, dan
–          Klien mengatakan saat atau integrasi.
bangun tidur matanya lengket,
terdapat purulen, pandangan klien
sedikit kabur.

DO:

–          Mata klien tampak hiperemia,


berair dan kotor.

Diagnosa Keperawatan :   

Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi, dan
atau integrasi ditandai dengan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor, klien mengatakan
saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulen, pandangan klien sedikit kabur.

INTERVENSI

Tgl No. Tujuan dan Intervensi Rasional


Dp kriteria hasil
15 1 Gangguan 1. Monitor keadaan mata  
Jan persepsi sensori pasien.
2013 dapat teratasi
setelah    
07.00 dilakukan
tindakan   1. Pasien mengalami
keperawatan gangguan penglihatan
selama  5 x 24   sehingga disorientasi
jam dengan terhadap keadaan
kriteria hasil:   ligkungan sekitar.
Barang-barang yang
– Pupil tidak 1. Monitor perubahan fungsi dapat melukai pasien
berwarna putih penglihatan pasien. perlu dijauhkan.
lagi.
   
–          Mata
klien tidak 1. Jauhkan barang-barang 1. Pasien dengan
lengket dan yang dapat melukai/ gangguan penglihatan
tidak terdapat membahayakan pasien. membutuhkan cahaya
purulen yang cukup untuk
  mmbantu fungsi
–          peglihatannya.
Pandangan klien 1. Tingkatkan jumlah
tidak kabur. stimulus yang dapat  
merangsang penglihatan.
–          Mata  
klien tdak  
tampak 1. Konjungtivitis sangat
hiperemia, tidak 1. Berikan pendidikan menular, pasien perlu
berair dan kotor. kesehatan pada keluarga diberi pendidikan
pasien tentang perawatan tentang pencegahan
  konjungtivitis dan penularan
pencegahan penularanny konjungtivitis agar
2. Usap purulent secara peradangan tidak
perlahan dengan kapas semakin meluas.
yang sudah dibasahi
sekali usap.  
3. Kolaborasi pemberian
antibiotik  

   

   

   

1. Kolaborasi pemberian 1. Membersihkan


analgetik palpebra dari purulent
2. Kolaborasi pemberian
obat tetes mata tanpa menimbulkan
1. Bakteri yang nyeri dan
menyerang meminimalkan
konjungtiva penyebaran
menyebabkan mikroorganisme.
timbulnya proses
peradangan  
dengan tanda dan
gejala seperti  
timbulnya
purulen, mata  
berair dan kotor.
2. Purulen dan 1. Mempercepat
hiperemia penyembuhan pada
menyebabkan konjungtivitis
mata menjadi infekstif dan
tertutup dan mencegah infeksi
penglihatan sekunder pada
menjadi kabur. konjungtivitis viral.

1. Analgetik dapat
mengurangi nyeri
yang dirasakan
pasien.

1. Purulent
menyebabkan
lengketnya kelopak
mata, obat tetes mata
dapat mengurangi
lengketnya kelopak
mata.

BAB III

PENUTUP
 

KESIMPULAN

Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu
penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan
si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun.
Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan
terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang
baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang
penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

James, Bruce. 2003. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.

Potter & perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek ed-4.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai