Anda di halaman 1dari 56

Kegiatan Belajar 1: Komponen utama motor dan mekanisme katup

Uraian Materi
1. Komponen utama motor
Secara garis besar konstruksi mesin terdiri atas dua bagian. Bagian
pertama yaitu biasa disebut komponen utama antara lain : blok silinder, kepala
silinder, torak, poros engkol, dan mekanisme katup. Bagian kedua yaitu
kelengkapan mesin seperti : sistem pelumasan, sistem pendingin, sistem bahan
bakar, sistem pemasukan dan sistem pembuangan.

a. Blok Silinder
Blok silinder merupakan bentuk dasar dari mesin yang berfungsi sebagai
tempat untuk membuat energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
campuran udara dan bahan bakar. Blok silinder biasanya terbuat dari besi
tuang atau paduan aluminium. Pada bagian luar blok silinder terdapat
beberapa dudukan untuk menempatkan kelengkapan mesin seperti: motor
starter, alternator, pompa bensin, distributor dan sebagainya.

Gambar 1. Konstruksi Blok Silinder

Blok silinder terdiri atas beberapa silinder yang didalamnya terdapat


torak yang bergerak naik turun. Silinder–silinder pada blok silinder biasanya
berbentuk pelapis silinder. Pada bagian atas silinder tersebut ditutup oleh
kepala silinder. Untuk membantu proses pendingin, di sekitar silinder terdapat
mantel-mantel pendingin untuk menampung media pendingin. Pelapis

1
silinder harus selalu mendapat pendinginan agar temperaturnya tidak sampai
menyebabkan perubahan bentuk.

Apabila ditinjau dari cara mendinginkan pelapis silinder untuk sistem


pendingin air, ada dua macam pelapis silinder yaitu pelapis silinder tipe basah
dan tipe kering.

1) Pelapis silinder tipe basah (wet type cylinder liner)

Pelapis silinder tipe basah dapat dilihat pada gambar berikut. Bagian
luar dari pelapis silinder tersebut berhubungan langsung dengan air pendingin
sehingga tetap basah.

Gambar 2. Pelapis silinder tipe basah

2) Pelapis silinder tipe basah kering (dry type cylinder liner)

Pelapis silinder tipe kering dapat dilihat pada gambar 4. Bagian luar dari
pelapis silinder tersebut tidak berhubungan langsung dengan air pendingin
sehingga tetap basah.

Gambar 3. Pelapis silinder tipe kering


2
Ada beberapa tipe susunan silinder antara lain: tipe in-line, tipe V, dan tipe
horisontal.

Gambar 4. Susunan Silinder

1) Tipe In line
Silinder disusun dalam satu garis yang vertical. Tipe ini
mempunyai konstruksi yang sederhana dan banyak digunakan.

2) Tipe Miring
Susunan silinder tipe miring atau slant engine ini mempunyai
keuntungan dapat mengurangi tinggi mesin.

3) Tipe V
Silinder disusun dalam dua garis yang membentuk sudut V. Tipe
ini dapat memperpendek dan memeperingan ukuran mesin.

4) Tipe Horizontal.
Susunan silinder tipe horisantal atau tipe opposed dan ada yang
menyebut tipe flaf block disusun dalam dua garis mendatar yang
berlawanan arah. Tipe ini dapat mengurangi tinggi mesin. Mesin dengan
susunan silinder tipe horizontal ini biasanya diletakkan di bawah lantai
kendaraan.

b. Kepala Silinder
Kepala silinder berfungsi sebagai tutup ruang pembakaran dan untuk
menempatkan mekanisme katup. Bahan kepala silinder biasanya terbuat dari
aluminium atau besi tuang. Kepala silinder yang terbuat dari aluminium
mempunyai kemampuan pendinginan yang lebih baik dibanding yang terbuat
dari besi tuang. Konstruksi kepala silinder harus kuat karena bekerja pada

3
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi. Pada kepala silinder juga terdapat
mantel pendingin yang dialiri air pendingin yang datang dari blok mesin untuk
mendinginkan katup-katup dan busi.

Bentuk ruang bakar yang terdapat pada kepala silinder bermacam-


macam tergantung penempatan katup-katup dan busi.

(1) Ruang Bakar Model Setengah Bulat


Ruang bakar ini mempunyai
permukaan yang kecil dibanding ruang
bakar model lain yang sama kapasitasnya.
Dengan demikian panas yang hilang sedikit
atau efisiensi panasnya tinggi. Disamping
itu efisiensi pemasukan dan
pembuangannya juga lebih tinggi, tetapi
penempatan mekanisme katupnya lebih
rumit.
(2) Ruang Bakar Model Baji
Pada ruang bakar model baji (wedge
type combustion chamber) ini kehilangan
panasnya juga kecil. Konstruksi mekanisme
katupnya lebih sederhana apabila dibanding
dengan ruang bakar model setengah bulat.

4
(3) Ruang Bakar Model Bak Mandi
Konstruksi ruang bakar model bak
mandi lebih sederhana dan biaya
pembuatannya lebih murah. Diameter
katup-katupnya lebih kecil sehingga
efisiensi pemasukan dan pembuangan
kurang sempurna dibanding ruang bakar
model setengah bulat.

(4) Ruang Bakar Model Pent Roof


Ruang bakar model ini biasanya
digunakan pada mesin yang mempunyai
jumlah katup lebih dari dua untuk masing-
masing silinder.

c. Torak dan Pena Torak


Torak bergerak naik turun di dalam silinder untuk melakukan langkah
isap, kompresi, usaha dan buang. Fungsi utama torak untuk memindahkan
tenaga yang diperoleh dari hasil pembakaran campuran udara dan bahan bakar
ke poros engkol melalui batang torak. Bahannya terbuat dari besi tuang atau
paduan aluminium. Namun pada umumnya torak terbuat dari paduan
aluminium karena selain lebih ringan, radiasi panasnya juga lebih efisien
dibanding dengan material lainnya.

Torak terus menerus menerima temperatur dan tekanan yang tinggi


sehingga harus tahan pada saat mesin beroperasi pada kecepatan tinggi untuk
periode yang lama. Oleh karena itu konstruksi torak haruslah seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah.

5
Bagian atas torak disebut kepala torak (piston head), sedang bagian bawah
disebut badan torak (piston skirt). Bagian atas torak terdapat alur pegas torak
untuk menempatkan pegas torak. Di bagian bawahnya terdapat lubang untuk
pena torak (piston pin boss).

Gambar 5. Konstruksi torak

Gambar 6. Temperatur torak

Diameter torak akan bertambah pada saat temperaturnya naik sehingga


dimungkinkan torak tidak dapat bergerak dalam silinder. Untuk mencegah hal
tersebut maka antara torak dengan dinding silinder diberi celah yang biasa
disebut celah torak (piston clearance) yang besarnya antara 0,02 – 0,12 mm.
Apabila celah torak terlalu kecil akan mengakibatkan macetnya torak dalam
6
silinder pada saat mesin panas. Sebaliknya apabila celah torak terlalu besar
berakibat tekanan kompresi menurun sehingga tenaga mesin berkurang.

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa temperatur tertinggi pada


kepala torak yaitu berkisar 232˚ C. Oleh karena itu saat mesin masih dingin
celah torak pada bagian atas lebih besar dibanding bagian bawah sehingga
diharapkan pada saat mesin panas celah torak pada bagian atas dan bawah
menjadi sama.

a b

Gambar 7. Piston

Untuk memenuhi syarat suatu torak, maka ada beberapa macam bentuk
torak anatara lain: split piston, slipper piston, autothermic piston, dan oval
piston.

a. Split piston
Split piston adalah torak yang pada bagian badan torak yang tegak lurus
dengan pena torak dibuat alur. Tujuan pembuatan alur tersebut untuk
menampung pemuaian pada saat torak dalam keadaan panas sehingga
diameter torak relatif tetap meskipun temperaturnya berubah-ubah. Alur
tersebut dapat berbentuk : “I”, “T”atau “U”.

a b c
Gambar 8. Split piston
7
b. Slipper piston
Slipper piston yaitu torak yang pada bagian bawah badan torak (bukan
sisi kerja) dipotong. Tujuan pemotongan tersebut adalah untuk memperingan
torak dan memperpendek batang torak. Maksudnya dengan batang torak yang
lebih pendek, maka pada saat torak berada pada kedudukan paling bawah
tidak akan nyangkut pipi engkol.

a b
Gambar 9. Slipper piston

c. Autothermic piston
Autothermic piston adalah
torak yang pada bagian dalam
kepala torak diikat dengan ring baja
(steel ring). Dengan demikian torak
tidak akan mudah memuai pada saat
panas, sehingga celah antara torak
dengan silinder dapat dibuat lebih
sempit pada saat mesin masih
Gambar 10. Autothermic piston dingin.

d. Oval piston
Oval piston yaitu torak yang
tidak bulat pada saat masih dingin,
bagian minor lebih kecil dari pada
mayor. Pada saat panas
diharapkan torak benar-benar
bulat karena bagian minor
Gambar 11. Oval piston pemuaiannya lebih banyak.

8
Pena torak terbuat dari paduan baja dan berfungsi untuk
menghubungkan torak dengan batang torak melalui lubang bushing yang
terdapat di kedua sisi torak.

d. Ring Torak
Ring torak berfungsi untuk mengikis kelebihan oli yang menempel pada
dinding silinder dan mencegah masuknya oli ke ruang bakar. Ring torak
terbuat dari baja tuang atau baja spesial yang berkualitas tinggi.

Gambar 12. Ring torak

Celah ujung ring torak (ring end gap) berfungsi untuk mencegah
patahnya ring torak pada saat ujung ring torak bersentuhan karena adanya
pemuaian. Besar celah ujung ring torak pada umumnya antara 0,2 – 0,5 mm
pada temperatur ruangan.

9
Gambar 13. Celah ujung ring torak

Celah samping ring torak (ring side clearance) adalah celah antara ring torak
dengan alur ring torak untuk memungkinkan agar ring torak dapat bergerak
bebas pada saat memuai karena panas.

Gambar 14. Celah samping ring torak

e. Batang Torak
Batang torak (conecting rod) atau batang penghubung berfungsi untuk
menghubungkan torak dengan poros engkol atau meneruskan tenaga yang
diperoleh torak ke poros engkol. Konstruksi batang torak harus kuat karena
menerima gaya tekan yang terus menerus, momen dan beban lainnya yang
dihasilkan dari tekanan pembakaran dan gaya inersia dari torak.
10
Gambar 15. Konstruksi batang torak

Bagian batang torak yang berhubungan dengan pena torak disebut ujung
kecil (small end), sedang yang berhubungan dengan pena engkol disebut
ujung besar (big end). Pena engkol berputar pada kecepatan tinggi di dalam
big end sehingga temperaturnya naik. Untuk menghindari kenaikan
temperatur maka pada di dalam big end dipasang bantalan yang dilumasi oli.
Sebagian oli tersebut dipercikkan melalui lubang oli (oil hole) ke torak untuk
mendinginkan torak. Oleh karena itu pada saat memasang batang torak harus
memperhatikan tanda.

Tanda pemasangan pada


batang torak bermacam-macam
tergantung tipe mesin. Dalam
pemasangannya tanda tersebut harus
menghadap ke arah depan, sebab
kalau tanda pemasangan terbalik
maka lubang oli yang ada di big end
batang torak menjadi tertutup.
Demikian juga tanda pemasangan
pada tutup bantalan batang torak
juga tidak boleh terbalik, sebab
kalau dipasang terbalik maka big
Gambar 16. Tanda pemasangan
end batang torak menjadi tidak
pada batang torak.
bulat.
11
Ukuran big end terdapat pada tutup
bantalan batang torak untuk mesin yang
menyediakan tiga ukuran standar. Untuk
mesin yang hanya menyediakan satu
ukuran standar, tanda tersebut tidak ada.
Kode ukuran tersebut digunakan ketika
memilih bantalan agar diperoleh celah
oli yang tepat.

Gambar 17. Kode ukuran big


end

Kode ukuran big end Ukuran big end


Kecil Semakin besar nomor kode
1
ukuran semakin besar lubang
2 big end beberapa mikron.

3 Besar

f. Poros Engkol
Poros engkol (crank shaft) berfungsi untuk merubah gerak bolak balik
menjadi gerak putar yang akhirnya digunakan untuk memutar roda-roda
kendaraan melalui transmisi. Konstruksi poros engkol harus kuat karena
berputar pada kecepatan tinggi sambil menerima beban berat dari torak dan
batang torak. Disamping itu poros engkol harus mempunyai tahanan yang
tinggi terhadap keausan dan mempunyai keseimbangan static dan dynamic
agar dapat berputar dengan lembut. Oleh karena itu pada permukaan jurnal
dan pena engkol ditreatment pengerasan dengan tujuan agar tahan terhadap
keausan.
12
Konstruksi poros engkol dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pena
engkol (crank pin) adalah bagian poros engkol yang berhubungan dengan big
end batang torak, sedang jurnal engkol (crank journal) adalah bagian poros
engkol yang berhubungan dengan bantalan utama. Lengan engkol berfungsi
untuk menghubungkan pena dengan jurnal engkol. Untuk membalance gaya-
gaya yang tidak seimbang pada komponen poros engkol atau dari komponen
mesin yang berputar pada poros engkol dilakukan oleh balance weight.

Gambar 18. Konstruksi poros engkol

Untuk jenis mesin dengan susunan silinder segaris, banyaknya pena


engkol sama dengan banyaknya silinder. Mesin dengan susunan silinder
bentuk V, jumlah pena engkol biasanya setengah dari jumlah silinder. Selisih
sudut antar pena engkol ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah derajat per siklus kerja mesin


Selisih sudut =
Banyaknya silinder

Rumus tersebut juga berlaku untuk mesin bentuk V. Sebagai contoh dapat
dicari selisih sudut antar pena engkol untuk mesin 4 tak dengan susunan
silinder satu garis dengan jumlah silinder empat dan enam.

Untuk mesin empat silinder:

Selisih sudut antar pena engkol = 720˚/4 = 180˚

Untuk mesin enam silinder:

Selisih sudut antar pena engkol = 720˚/6 = 120˚

13
Bentuk poros engkol bermacam-macam tergantung jumlah silinder dan
urutan pengapian atau firing order (FO). Dalam menentukan FO suatu mesin
yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan getaran akibat pembakaran,
beban bantalan utama dan sudut puntiran yang terjadi pada poros engkol
akibat adanya langkah usaha dari tiap-tiap silinder. Dengan demikian pada
umunya FO suatu mesin tidak urut 1-2-3-4 untuk motor 4 silinder, sehingga
keseimbangan getaran dan beban bantalan utama dapat terpenuhi. Pada
gambar dapat dilihat bentuk poros engkol untuk mesin 4 silinder dengan FO
1-3-4-2 atau 1-2-4-3.

Gambar 19. Poros engkol mesin 4 silinder dengan FO 1-3-4-2

Bentuk poros engkol untuk mesin 6 silinder dengan FO: 1-5-3-6-2-4


dapat dilihat pada gambar berikut. Selisih sudut antar pena engkol: 120˚

Gambar 20. Poros engkol mesin 6 silinder dengan FO 1-5-3-6-2-4

Bentuk poros engkol untuk mesin 6 silinder dengan FO: 1-4-2-6-3-5


dapat dilihat pada gambar di bawah. Selisih sudut antar pena engkol: 120˚

14
Gambar 21. Poros engkol mesin 6 silinder dengan FO 1-4-2-6-3-5

Bentuk poros engkol untuk mesin 6 silinder dengan FO: 1-5-3-6-2-4


dapat dilihat pada gambar berikut ini. Selisih sudut antar pena engkol: 120˚

Gambar 22. Poros engkol mesin 8 silinder dengan FO 1-3-4-2

Bagian poros engkol yang berfungsi sebagai pors disebut jurnal yang
ditumpu oleh 2 buah lempengan bantalan yang disebut bantalan utama.
Bantalan utama ini berfungsi sebagai penumpu agar poros engkol tidak mudah
terpuntir. Jumlah bantalan disesuaikan dengan kondisi kerja mesin dan dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah bantalan utama = n + 1  untuk motor putaran rendah

Jumlah bantalan utama = n/2 + 1  untuk motor putaran tinggi

Dimana n = jumlah silinder.

Ukuran jurnal dan pena engkol untuk tiap-tiap mesin berbeda. Ada
mesin yang menerapkan tiga ukuran standar, ada pula mesin yang menerapkan
satu ukuran standar poros engkol. Untuk mesin yang menerapkan satu ukuran
standar, maka pada poros engkol tidak ada kode ukurannya. Mesin yang
menerapkan tiga ukuran standar, maka pada poros engkol terdapat kode

15
ukuran. Lokasi kode ukuran untuk tiap-tiap mesin berbeda-beda. Sebagai
contoh pada gambar dapat dilihat lokasi kode ukuran jurnal utama dan pena
engkol.

Gambar 23. Lokasi kode ukuran jurnal utama

Kode ukuran jurnal utama Ukuran jurnal utama


atau pena engkol atau pena engkol
Besar Nomor yang semakin besar
0
menunjukkan ukuran yang
1 semakin kecil beberapa
mikron.
2 Kecil

g. Bantalan
Bantalan berfungsi untuk menghindari kerusakan karena gesekan-
gesekan yang terjadi pada batang torak, poros engkol dan bagian-bagian yang
berputar lainnya.

Pada umumnya bantalan poros engkol terbuat dari paduan aluminium


atau kelmet metal. Bantalan bagian atas terdapat lubang oli untuk pelumasan
jurnal utama poros engkol alur oli untuk pelumasan bantalan batang torak.
Poros engkol harus mampu menahan tekanan yang kuat dari torak sehingga
bantalan bagian bawah tidak terdapat lubang oli. Pada bantalan atas dan
bawah terdapat pengunci yang fungsinya untuk mencegah agar bantalan tidak
ikut berputar. Pada permukaan bantalan samping yang menyentuh poros
engkol juga terdapat alur oli untuk aliran oli dan pada bagian bawahnya

16
dilengkapi tonjolan untuk mencegah agar bantalan samping tidak ikut
berputar.

Gambar 24. Bantalan sisipan

Untuk mesin tertentu terdapat tiga atau lima ukuran standar bantalan
batang torak, tebal masing-masing ukuran berbeda beberapa mikron. Kode
ukuran bantalan tercetak pada bagian belakang bantalan.

Kode ukuran bantalan Ukuran bantalan


Tipis Semakin besar nomor kode
1
ukuran, bantalan makin tebal
2 beberapa mikron.

3 Tebal

Apabila jurnal atau pena engkol telah dibubut, maka diperlukan bantalan
dengan ukuran under size (U/S). Pada umumnya tersedia bantalan ukuran
under size: U.S. 0,25; U.S. 0,50; U.S. 0,75; dan U.S. 1,00.

h. Roda gila
Roda gila atau roda penerus (Flywheel) berfungsi untuk menerima
sebagian tenaga yang diperoleh dari langkah usaha dan memeberikan tenaga

17
pada langkah-langkah lainnya. Di bagian luar roda penerus dilengkapi dengan
ring gear untuk perkaitan dengan starter pinion.

Gambar 25. Roda dila

2. Mekanisme Katup
a. Macam-macam Mekanisme Katup

1) Mekanisme Katup Jenis “SV“


Mekanisme katup dengan susunan katup sisi (side valve), letak
katupnya tidak ditempatkan pada kepala silinder, tetapi terletak di samping
blok silinder. Katup-katup didorong langsung oleh poros nok melalui
pengangkat katup (valve lifter). Mekanik katupnya tidak begitu rumit dan
mempunyai komponen yang sedikit sehingga suaranya tidak begitu berisik.

Gambar 26. Mekanisme katup jenis side valve

18
Kelemahan mesin dengan susunan katup sisi yaitu bentuk ruang
bakarnya kurang baik sehingga sulit untuk memperoleh kemampuan mesin
yang tinggi. Oleh karena itu susunan katup sisi pada saat ini jarang
digunakan.

2) Mekanisme Katup Jenis “OHV“


Mekanisme katup dengan susunan katup kepala atau jenis „OHV“
(overhead valve), katup-katupnya ditempatkan pada kepala silinder. Poros
nok pada mekanisme katup jenis OHV terletak pada blok mesin.
Komponennya terdiri atas: poros nok, pengangkat katup, batang penekan,
dan pelatuk. Cara kerjanya apabila poros nok mendorong ke atas
pengangkat katup, maka gerakan tersebut diteruskan oleh batang penekan
ke katup melalui pelatuk sehingga katup terbuka. Katup kembali menutup
akibat dorongan pegas katup setelah nok tidak lagi menyentuh pengangkat
katup.

Gambar 27. Mekanisme katup jenis “OHV“

Mekanisme katup jenis OHV membuat ruang bakar lebih kompak


sehingga memperoleh kemampuan yang lebih baik. Oleh karena itu
mekanisme katup jenis ini banyak digunakan dibanding jenis “SV“.

19
3) Mekanisme Katup Jenis “OHC“
Pada mekanisme katup jenis OHC (overhead camshaft), letak poros
noknya pada kepala silinder. Jumlah poros nok pada mekanisme katup jenis
OHC ada yang hanya satu sehingga biasa disebut SOHC (Single Overhead
Camshaft) dan ada pula yang jumlahnya dua disebut DOHC (Double
Overhead Camshaft) atau ada yang menyebut “Twin Cam”.

Kebaikan mekanisme katup jenis OHC adalah mekanik katupnya lebih


sedikit sehingga membuka dan menutupnya katup-katup langsung
digerakkan poros nok. Dibanding mekanisme katup lainnya, jenis OHC
lebih baik karena tidak ada kelambatan membuka dan menutupnya katup-
katup. Di sisi lain mekanisme katup jensi OHC mempunyai kelemahan yaitu
kepala silinder lebih kompleks karena adanya poros nok dan mesin menjadi
lebih tinggi.

Gambar 28. Mekanisme katup jenis “OHC“

b. Macam-macam Mekanik Penggerak Poros Nok


Pada mekanisme katup, poros nok digerakkan dengan beberapa cara.
Penggerak poros nok tersebut antara lain: roda gigi (timing gear), rantai (timing
chain), dan belt (timing belt).

20
1) Model Timing Gear
Penggerak poros nok dengan roda gigi biasanya digunakan pada
mekanisme katup jenis OHV, karena letak poros noknya ada di blok
silinder. Model penggerak nok dengan timing gear ini sekarang jarang
dijumpai pada motor bensin karena pertautan antara kedua roda gigi
menimbulkan suara berisik.

Gambar 29. Mekanisme katup model Timing Gear

2) Model Timing Chain


Penggerak poros nok dengan rantai banyak digunakan pada
mekanisme katup jenis OHV maupun OHV.

Gambar 30. Mekanisme katup model Timing Chain


21
Poros nok digerakkan oleh rantai dan roda gigi sprocket yang dilumasi
dengan oli. Tegangan rantai diatur oleh penegang rantai, sedang getaran
rantai dicegah oleh chain vibration damper. Model timing chain ini sedikit
menimbulkan bunyi dibanding dengan roda gigi.

3) Model Timing Belt

Gambar 31. Mekanisme katup model Timing Belt

Poros nok digerakkan oleh sabuk yang bergigi (timing belt) sebagai
pengganti timing chain. Model timing belt selain tidak menimbulkan bunyi
juga tidak diperlukan pelumasan. Kelebihan lainnya, belt lebih ringan
dibanding model lainnya. Biasanya timing belt terbuat dari fiberglass yang
diperkuat dengan karet sehingga mempunyai daya regang yang baik dan
hanya mempunyai pemuaian yang kecil apabila terjadi kenaikan
temperatur.

c. Komponen Mekanisme Katup


1) Katup
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup saluran masuk dan
saluran buang. Tiap silinder minimal mempunyai dua buah katup yaitu
katup masuk dan katup buang. Pada umumnya katup yang digunakan pada
motor 4 tak mempunyai bentuk seperti jamur dan disebut dengan katup
“poppet”.

22
Gambar 32. Konstruksi katup “poppet”

Konstruksi katup terdiri atas kepala katup (head) dan batang katup
(valve stem). Bentuk kepala katup disesuaikan dengan kebutuhan agar gas
baru maupun bekas dapat mengalir dengan lancar. Bagian kepala katup
yang bersinggungan dengan dudukan katup disebut muka katup (face).
Pada umumnya muka katup dibuat miring dengan sudut kemiringan 45˚.

Diameter kepala katup masuk dibuat lebih lebar dibanding katup


buang dengan tujuan agar campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke
dalam silinder sebanyak-banyaknya. Masuknya campuran udara dan bahan
bakar ke dalam silinder semata-mata hanya mengandalkan perbedaan
tekanan udara dalam silinder dengan udara luar akibat gerakan torak pada
saat langkah isap. Sementara keluarnya gas buang karena adanya dorongan
torak dan sisa tekanan pembakaran campuran udara dan bahan bakar.
Dengan demikian diameter kepala katup buang tidak perlu sama lebarnya
dengan katup masuk.

Di sisi lain kepala katup buang lebih tebal dibanding katup masuk
dengan tujuan agar tidak mudah berubah bentuk, karena temperatur katup

23
buang lebih tinggi dibanding katup masuk. Temperatur katup masuk antara
250˚ C sampai dengan 275˚ C , sedang temperatur katup buang sekitar 700˚
C sampai dengan 760˚ C. Temperatur katup masuk lebih rendah dibanding
katup buang karena selalu mendapat pendinginan dari bahan bakar yang
masuk ke dalam silinder.

Pada mesin dengan tekanan


kompresi tinggi, temperatur kepala
katup akan lebih tinggi. Untuk itu pada
mesin tersebut dilengkapi dengan katup
yang mempunyai bahan pendingin.
Penempatan bahan pendingin tersebut
pada lubang yang terdapat pada batang
katup. Bahan pendingin berupa sodium
yang akan mencair pada suhu 98˚ C.

Gambar 33. Katup dengan


pendingin sodium.
Sodium akan bergerak naik turun karena gerakan katup sambil
memindahkan panas dari kepala katup ke penghantar batang katup.

2) Pegas Katup
Pada saat membuka katup digerakkan oleh nok, sedang pada saat
menutup katup digerakkan oleh pegas katup. Dengan demikian pegas katup
berfungsi untuk mengembalikan katup agar tetap dalam keadaan rapat pada
dudukannya.

Kecepatan menutupnya katup-katup tergantung tegangan pegas katup


dan komponen yang mendorong katup. Semakin kuat tegangan pegas,
maka menutupnya katup semakin cepat. Namun demikian tegangan pegas
tidak boleh terlalu kuat karena komponen mekanik katup yang saling
bergesekan cepat aus. Disamping itu apabila tegangan pegas terlalu kuat
akan mengurangi kemampuan motor karena banyak tenaga motor yang
digunakan untuk menekan pegas katup. Sebaliknya apabila tegangan pegas
terlalu lemah, maka katup tidak dapat menutup dengan rapat dan waktu
menutupnya katup lebih lambat.

24
Untuk motor dengan kecepatan tinggi digunakan pegas tambahan
yang diletakkan di tengah-tengah pegas utama.

Pegas tambahan tersebut


mempunyai arah gulungan yang
berbeda dengan pegas utama.
Penambahan pegas tersebut disamping
menambah konstanta kekerasan pegas
juga mengimbangi pegas utama
sehingga batang katup tidak cepat aus.
Gambar 34. Pegas ganda

3) Dudukan Katup
Dudukan katup berfungsi sebagai tempat duduk kepala katup pada
saat katup menutup. Antara kepala katup dengan dudukan katup harus
membuat persinggungan yang baik sehingga tidak terjadi kebocoran antara
kepala katup dengan dudukan katup. Sudut kemiringan kepala katup
maupun dudukannya pada umumnya 45˚ untuk katup masuk maupun
buang, tetapi ada juga kemiringan kepala katup yang hanya 30˚ untuk katup
masuk. Dua hal penting yang terkait dengan perencanaan kemiringan
kepala katup dan dudukannya yaitu kelancaran aliran dan kerapatan gas
baru maupun bekas.

Bahan dudukan katup untuk jenis mesin tertentu biasanya sama


dengan bahan kepala silindernya. Namun ada juga bahan dudukan katup
yang berbeda dengan bahan kepala silindernya yaitu dudukan katup jenis
sisipan. Bahan dudukankatup jenis sisipan lebih kuat dibanding kepala
silindernya sehingga pemakaiannya lebih awet. Disamping itu apabila
terjadi kerusakan atau keausan pada dudukan katup, maka tidak perlu
mengganti kepala silinder tetapi cukup mengganti dudukannya saja
sehingga biaya perbaikannya lebih murah.

Lebar dudukan katup juga tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit.
Apabila terlalu lebar akan mengakibatkan menumpuknya kotoran sehingga
mengakibatkan kebocoran pada saat langkah kompresi. Sebaliknya apabila

25
terlalu sempit, maka proses pendingin tidak sempurna karena luas bidang
pendinginan kurang.

Untuk menghindari menumpuknya kotoran antara kepala katup


dengan dudukannya dapat dilakukan dengan membuat sudut interference
atau pengusahakan agar batang katup dapat berputar.

Sudut interference adalah


selisih sudut antarta kepala katup
dengan dudukannya yang besarnya
antara 1/3 sampai dengan 2˚.
Dengan sudut tersebut maka akan
mengurangi menumpuknya deposit
antara katup dengan dudukannya.

Gambar 35. Sudut interference

4) Lubang Laluan Katup


Lubang laluan katup atau penghantar katup (valve guide), ada juga
yang menyebut bos katup berfungsi untuk menempatkan batang katup
sehingga katup-katup dapat bergerak naik turun di dalam penghantar katup.
Ada dua tipe penghantar katup yaitu tipe integral dan tipe sisipan.
Penghantar katup tipe integral, pembuatannya dicor bersama-sama dengan
kepala silinder sehingga apabila terjadi kerusakan maka kepala silindernya
ikut diganti. Lain halnya dengan pengantar katup tipe sisipan, apabila
terjadi keausan atau kerusakan maka tidak perlu mengganti kepala silinder,
tetapi cukup mengganti pengantar katupnya saja.

Diameter dalam lubang laluan katup juga tidak boleh terlalu longgar
atau terlalu sempit. Apabila terlalu longgar akan mengakibatkan masuknya
oli ke ruang bakar sehingga oli mesin cepat berkurang. Sebaliknya apabila
terlalu sempit akan mengakibatkan kemacetan pada saat temperaturnya
naik sehingga katup-katup tidak dapat bergerak.

26
5) Poros nok
Katup-katup dapat membuka dan menutup karena adanya poros nok.
Diatas nok ditempatkan sebuah pengangkat katup yang bergerak naik turun
yang selanjutnya menggerak-kan katup-katup melalui batang penekan
(push rod) dan pelatuk (rocker arm). Untuk mesin-mesin tertentu gerakan
poros nok langsung menggerakkan katup tanpa mekanisme penghubung.

Gambar 36. Poros nok

Banyaknya nok sama dengan jumlah katup-katup, sedang bentuk nok


menentukan lamanya katup membuka. Nok dibuat sesuai dengan sudut-
sudut yang telah ditentukan dengan urutan pengapian dan masa kerja katup.
Ada kalanya poros nok dillengkapi dengan nok penggerak pompa bensin
dan gigi penggerak distributor.

6) Pengangkat Katup
Pengangkat katup (valve lifter) berfungsi untuk membuka katup
dengan cara memindahkan gerakan dari nok. Pada posisi ini terjadi gesekan
yang besar pada bagian yang saling bergesekan antara nok dengan
pengangkat katup sehingga akan mengakibatkan keausan. Untuk itu maka
perlu diupayakan agar gesekan yang terjadi antara nok dengan pengangkat
katup sekecil mungkin yaitu dengan cara: membuat agar pengangkat katup
dapat berputar atau dengan membuat roda pada pengangkat katup.

Ada dua cara agar pengangkat katup dapat berputar, disamping


bergerak naik turun, yaitu:

a. Membuat tirus pada permukaan nok


b. Membuat offset antara sumbu nok dengan sumbu pengangkat katup
27
Gambar 37. Nok bentuk tirus Gambar 38. Offset pada nok

Dengan permukaan nok bentuk tirus atau dengan adanya offset antara
nok dengan pengangkat katup, maka pengangkat katup disamping bergerak
naik turun juga dapat berputar. Hal tersebut dapat terjadi karena bidang
singgung antara nok dengan pengangkat katup tidak pada titik pusat.

(a) (b)

Gambar 39. Pengangkat katup dengan roda (a) dan roller (b)

Penempatan roda atau roller di bagian bawah pengangkat katup akan


mengurangi gesekan antara nok dengan roda atau roller, karena roda atau
roller ikut berputar pada saat tertekan nok.

28
d. Saat Kerja Katup
Saat kerja katup (valve timing) adalah saat katup-katup membuka dan
menutup. Secara teoritis katup masuk membuka pada saat torak di TMB dan
menutup pada saat torak mencapai TMA. Untuk katup buang membuka saat
torak di TMB dan menutup setelah torak mencapai TMA.

Namun kenyataannya katup-katup membuka dan menutup sebelum dan


sesudah TMA. Katup masuk mulai membuka sebelum torak mencapai TMA
dan menutup setelah torak melewati TMB. Untuk katup buang membuka
sebelum torak mencapai TMB dan menutup setelah torak melewati TMA. Hal
tersebut dimaksudkan agar campuran dan udara yang masuk sebanyak-
banyaknya dan gas buang yang keluar juga sebanyak mungkin.

Gambar 40. Saat kerja katup

e. Celah Katup
Celah katup adalah celah antara ujung batang katup dengan pelatuk
pada saat katup menutup.

29
Gambar 41. Celah katup

Besarnya celah katup tiap mesin berbeda-beda tergantung rekomendasi


pabrik pembuatnya. Apabila celah katup terlalu lebar akan menyebabkan suara
mesin berisik dan tenaga motor menurun karena lama pembukaan katup hanya
sebentar. Sebaliknya apabila terlalu sempit akan mengakibatkan katup tidak
dapat menutup dengan rapat pada saat mesin panas sehingga tenaga motor juga
turun. Pemuaian push rod dan katup lebih besar dari pada pemuaian kepala
silinder. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan tingkat ekspansi thermal
komponen.

a. Saat dingin b. Saat panas


Gambar 42. Mesin tanpa celah katup

30
Ada dua tipe celah katup yang perbedaannya tergantung pada bahan-bahan
kepala silinder, rocker arm support, dan mekanik pendukung lainnya, serta
posisi poros nok. Tipe yang pertama yaitu celah katup semakin sempit pada saat
mesin panas, karena ekspansi thermal katup melebihi ekspansi thermal kepala
silinder. Tipe yang kedua yaitu celah katup semakin lebar pada saat mesin
panas, karena ekspansi thermal kepala silinder melebihi ekspansi thermal katup.

Celah katup dapat distel pada saat katup sedang dalam keadaan
menutup. Untuk menentukan katup-katup mana yang boleh distel, dapat
ditentukan dengan cara menggambar diagram proses kerja motor dan
mengetahui urutan penyalaannya. Setelah diagram proses kerja motor
ditentukan, kemudian membayangkan proses kerja motor. Pada posisi mana
piston berada dan bagaimana posisi katup (sedang menutup atau membuka).
Setelah itu baru menentukan katup-katup yang sedang menutup pada top
kompresi silinder tertentu. Katup-katup yang dapat distel adalah katup katup
yang sedang menutup.

Sebagai contoh: motor 4 tak, 4 silinder dengan FO: 1-3-4-2. Tentukan


katup-katup yang boleh distel pada saat top kompresi silinder 1.

Jawab : Selisih proses kerja motor = 720˚ / 4 = 180˚.

Diagam proses kerja motor adalah sebagai berikut :

Katup yang boleh distel pada saat top kompresi silinder 1 adalah sebagai
berikut:

31
KATUP
SILINDER MASUK BUANG
1 √ √
2 √ 0
3 0 √
4 0 0

Katerangan : √ = dapat distel

0 = tidak dapat distel

3. Pelepasan Komponen Utama Motor


Pada bagian ini akan dijelaskan secara garis besar prosedur pelepasan
komponen utama motor yang dianggap penting. Prosedur pelepasan komponen
secara rinci dapat dilihat pada buku petunjuk sevis (Service manual) masing-
masing mesin.

a. Pelepasan rocker arm


Untuk melepas unit rocker arm harus mengikuti prosedur seperti pada
gambar 1. Pelepasan mur dan baut pengikat unit rocker arm dilakukan
secara bertahap dan sesuai dengan urutan pelepasan yaitu mulai dari tepi
dan akhirnya ke tengah. Prosedur pelepasan mur dan baut pengikat rocker
arm yang keliru dapat menyebabkan rocker shaft (poros rocker arm) patah.

Gambar 43. Prosedur pelepasan unit rocker arm

32
b. Pelepasan kepala silinder
Kepala silinder dapat melengkung akibat kesalahan prosedur
pelepasan baut pengikat kepala silinder. Apabila permukaan kepala silinder
melengkung dapat mengakibatkan bercampurnya oli dengan air pendingin,
tekanan kompresi bocor sehingga tenaga motor turun. Oleh karena itu perlu
diperhatikan urutan pelepasan baut pengikat kepala silinder seperti pada
gambar berikut ini.

Gambar 44. Prosedur pelepasan baut kepala silinder

Pelepasan baut pengikat dimulai dari tepi kemudian ke tengah sesuai


dengan nomor urut dan dilakukan secara bertahap. Artinya kalau baut no 1
dikendorkan satu putaran, baut yang lain juga diputar satu putaran sehingga
tekanan yang diderita kepala silinder merata. Jangan sampai baut pengikat
no 1 dikendorkan sampai lepas sementara baut yang lain masih kencang.
Hal tersebut dapat mengakibatkan kepala silinder melengkung.

c. Pelepasan katup-katup

Gambar 45. Pelepasan katup dan pegasnya


33
Untuk melepas katup-katup dan pegasnya diperlukan alat khusus atau
special service tool (SST) yang disebut “Valve spring compressor” atau
“Penekan pegas katup”. Alat tersebut bermacam-macam bentuk dan
ukurannya, salah satunya seperti terlihat pada gambar di atas. Pada
prinsipnya alat tersebut untuk menekan pegas katup dengan cara memutar
lengan penekan, sehingga pengunci pegas katup dapat dikeluarkan. Setelah
pengunci diambil maka katup dan pegasnya dapat dikeluarkan. Katup-
katup yang telah dilepas kemudian diletakkan pada tempat yang bersih dan
diurutkan (tidak diacak).

d. Pelepasan poros engkol


Sebelum poros engkol dilepas, perlu diperiksa dahulu celah samping
poros engkol. Untuk memeriksa celah samping tersebut diperlukan dial
indicator dan obeng untuk mengungkit.

Gambar 46. Pengukuran celah samping poros engkol

Ujung spindle dial indicator ditempelkan pada ujung poros engkol,


kemudian dial indicator diset pada posisi nol. Kemudian gerakkan atau
ungkit poros engkol ke kanan dan ke kiri dengan obeng sambil melihat
penyimpangan jarum dial indicator.

Setelah itu lepas baut pengikat bantalan utama (main bearing) dengan
urutan seperti pada gambar berikut.

34
Gambar 47. Urutan pelepasan baut pengikat bantalan utama

Urutan pelepasan dimulai dari tepi sesuai nomor urut dan dilakukan secara
bertahap. Apabila semua baut pengikat telah dilepas, maka bantalan utama
dan poros engkol dapat dilepas.

4. Pemeriksaan Komponen Utama Motor


Pemeriksaan komponen utama motor dan mekanisme katup meliputi
pemeriksaan secara visual dan pengukuran dimensi komponen. Pengukuran
komponen-komponen utama motor memerlukan alat ukur yang cara
penggunaannya telah saudara pelajari pada mata kuliah Pengukuran Teknik.
a. Pemeriksaan kepala silinder
Pemeriksaan kepala silinder meliputi pemeriksaan kerataan dan
keretakan. Untuk memeriksa kerataan kepala silinder diperlukan alat yaitu
straight edge dan feeler gage, sedang untuk memeriksa keretakan dapat
digunakan „Magnetic crack detector“ atau dengan cairan kimia. Magnetic
crack detector hanya dapat digunakan untuk memeriksa keretakan kepala
silinder yang terbuat dari besi tuang, karena pemeriksaannya berdasarkan
kemagnitan. Untuk kepala silinder yang terbuat dari paduan aluminium,
pemeriksaan keretakan dilakukan dengan cairan kimia.

1) Pemeriksaan kerataan kepala silinder

35
A b
Gambar 48. Pemeriksaan kepala silinder

Gambar di atas menunjukkan pemeriksaan kepala silinder menggunakan


straigh edge dan feeler gauge, sedang bagian kepala silinder yang diperiksa
adalah yang berhubungan dengan blok silinder dan manifold serta
dilakukan pada berbagai posisi.

2) Pemeriksaan keretakan kepala silinder

Gambar 49. Pemeriksaan keretakan kepala silinder

Gambar di atas menunjukkan pemeriksaan keretakan kepala silinder


dengan menggunakan cairan kimia. Dalam satu set, cairan tersebut terdiri
atas: cleaner, penetrant, dan developer yang disemprotkan secara
berurutan. Bagian yang diperiksa adalah ruang bakar, saluran masuk, dan
saluran keluar. Apabila kepala silinder retak, nampak adanya goresan
setelah disemprot dengan cairan tersebut, sehingga kepala silinder perlu
diperbaiki atau diganti.

b. Pemeriksaan blok silinder


1) Pemeriksaan kerataan blok silinder

36
Prosedur pemeriksaan dan posisi pengukuran kerataan blok silinder
sama dengan pemeriksaan kepala silinder.

2) Pemeriksaan permukaan silinder liner


Pemeriksaan kehalusan silinder maksudnya pemeriksaan silinder yang
dilalui pegas torak secara visual terhadap kemungkinan goresan
vertikal. Apabila ada goresan yang dalam, maka perlu dilakukan
pengeboran kembali pada semua silinder.

3) Pengukuran diameter silinder


Pengukuran diameter silinder memerlukan alat ukur anatara lain: bore
gauge, mikrometer, dan mistar geser. Posisi pengukuran dilakukan
pada tiga posisi, yaitu posisi A, B, dan C dengan arah melintang dan
arah aksial.

Gambar 50. Pengukuran diameter silinder

Apabila hasil pengukurannya lebih dari nilai maksimum, maka semua


silinder perlu dibor kembali.

Apabila keausannya kurang dari


0,2 mm maka silinder bagian atas
cukup dibersihkan dengan ridge
reamer.

Gambar 51. Mereamer silinder

Pada beberapa tipe mesin terdapat tiga ukuran standar untuk diameter
silinder, masing-masing mempunyai tanda: “1“, “2“, dan “3“ yang terletak
pada bagian atas blok silinder.

37
Gambar 52. Tanda ukuran standar diameter silinder

Masing-masing tanda mempunyai ukuran standar yang berbeda dengan


selisih beberapa mikron.

c. Pemeriksaan torak, pegas torak, dan batang torak


1) Pengukuran diameter luar torak
Pengukuran diameter luar diameter torak menggunakan mikrometer
luar dan dilakukan pada posisi tegak lurus kepala torak dengan jarak
tertentu dari pena torak.

Gambar 53. Pengukuran diameter luar torak

38
Terdapat tiga ukuran standar diameter luar torak dengan ukuran
yang berbeda dengan selisih beberapa micron untuk masing-masing
tanda. Tanda ukuran standar torak ada di bagian atas kepala torak.
Selain tanda ukuran standar, pada kepala torak juga terdapat tanda
pemasangan berupa titik, panah, simbul, dll.

Gambar 54. Tanda ukuran standar diameter luar torak

2) Pengukuran celah samping pegas torak


Prosedur pengukuran celah samping pegas torak yaitu dengan
cara melepas pegas torak kemudian lakukan pengukuran celah antara
pegas torak dengan alurnya menggunakan feeler gauge.

Apabila hasil pengukurannya


melebihi dari ukuran
maksimum, maka torak perlu
diganti.

Gambar 55.Pengukuran celah samping

3) Pengukuran celah ujung pegas torak


1) Masukkan pegas torak ke dalam silinder
2) Menggunakan torak, dorong pegas torak sampai posisi di bawah
bidang kerja pegas torak.
3) Menggunakan feeler gauge, ukur celah ujung pegas torak.

39
Gambar 56. Pengukuran celah ujung pegas torak

Apabila hasil pengukuran celah ujung pegas torak melebihi


ukuran maksimum, maka pegas torak perlu diganti. Namun apabila
pegas torak sudah diganti dengan yang baru tetapi celah ujung pegas
torak masih lebih dari nilai maksimum, berarti silinder perlu dilakukan
pengeboran.

4) Pengukuran batang torak


Pengukuran batang torak meliputi pengukuran kebengkokan dan
puntiran batang torak. Alat yang diperlukan untuk mengukurnya yaitu
“Conecting rod aligner” dan feeler gauge.

Gambar 57. Pengukuran kebengkokan batang torak

40
Gambar 58. Pengukuran puntiran batang torak

Apabila hasil pengukuran kebengkokan dan atau puntiran melebihi


ukuran maksimum, maka batang torak perlu diganti.

d. Pemeriksaan poros engkol


Pemeriksaan poros engkol meliputi pemeriksaan run out poros engkol
dan diameter luar jurnal utama dan pena engkol.

Gambar 59. Pengukuran run out poros engkol

41
Pengukuran run out poros engkol menggunakan dial indikator dan blok V.
Apabila run out melebihi ukuran maksimum, maka poros engkol perlu
diganti.

Gambar 60. Pengukuran jurnal utama dan pena engkol

Pemeriksaan jurnal utama dan pena engkol meliputi pengukuran


diameter luar, ketirusan, dan kelonjongan. Apabila hasil pengukurannya
melebihi nilai maksimum, maka poros engkol perlu diperbaiki (digerinda)
atau diganti.

e. Pemeriksaan mekanisme katup


1) Pemeriksaan celah oli antara rocker arm dan shaft
Pemeriksaan celah oli antara rocker arm dan porosnya meliputi
pengukuran diameter dalam rocker arm dan diameter luar porosnya.
Pengukuran diameter dalam rocker arm dapat menggunakan caliper gauge.
Diameter luar rocker shaft diukur dengan mikrometer luar.

42
Gambar 61. Pengukuran diameter dalam rocker arm

Gambar 62. Pengukuran diameter luar rocker shaft

Celah oli adalah selisih antara diameter dalam rocker arm dan diameter
luar. Apabila celah oli melebihi batas maksimum, maka rocker arm dan
porosnya perlu diganti.

2) Pemeriksaan rocker arm


Disamping celah oli, bagian rocker arm yang bersinggungan dengan
poros nok juga perlu diperiksa. Pemeriksaan dilakukan secara visual
terhadap goresan dan keausan.

Gambar 63. Pemeriksaan rocker arm


43
3) Pemeriksaan pegas katup
Pemeriksaan pegas katup meliputi pengukuran panjang, kemiringan,
dan tegangan pegas.

a. b.
Gambar 64. Pengukuran panjang dan kelurusan pegas katup

Pengukuran panjang pegas menggunakan mistar geser, sedang pengukuran


kelurusan pegas menggunakan siku dan meja perata.

Untuk mengukur tegangan


pegas katup, pegas ditekan
sampai panjangnya sama
dengan panjang pegas katup
pada saat terpasang.

Gambar 65. Pengukuran tegangan

Apabila hasil pengukuran panjang, kemiringan, dan tegangan pegas tidak


sesuai dengan spesifikasi, maka pegas katup perlu diganti.

4) Pemeriksaan batang katup dan penghantar batang katup


Pemeriksaan batang katup dan penghantar batang katup (bushing)
meliputi pengukuran diameter luar batang katup dan diameter dalam lubang
laluan katup atau penghantar batang katup.

44
Gambar 66. Pengukuran diameter luar batang katup

Pengukuran diameter luar batang katup dengan menggunakan mikrometer


luar dan dilakukan di tiga tempat pada arah melintang dan aksial.

Gambar 67. Pengukuran diameter dalam penghantar batang katup

Pengukuran diameter dalam penghantar batang katup atau lubang laluan


katup (bushing) menggunakan caliper gauge.

Selisih antara diameter luar batang katup dengan diameter dalam


penghantar batang katup disebut celah oli. Apabila celah oli melebihi nilai
maksimum, maka katup dan bushingnya perlu diganti.

45
5) Pemeriksaan katup
Pemeriksaan katup meliputi pengukuran tebal margin dan panjang
katup dengan menggunakan mistar geser. Apabila tebal margin dan
panjang katup kurang dari nilai minimum, maka katup perlu diganti.

A b
Gambar 68. Pengukuran tebal margin dan panjang katup

6) Pengukuran run out push rod

Pengukuran run out push rod


menggunakan dial indikator
dan V blok. Apabila run out
melebihi nilai maksimum,
maka push rod perlu diganti.

Gambar 69. Pengukuran run out

7) Pengukuran poros nok


Pemeriksaan poros nok meliputi pengukuran run out, tinggi nok, dan
diameter jurnal poros nok.

46
Pengukuran run out poros nok
menggunakan dial indikator dan
V blok. Apabila run out melebihi
nilai maksimum, maka poros nok
perlu diganti.

Gambar 70. Pengukuran run out

Pengukuran tinggi nok dan diameter jurnal poros nok menggunakan


micrometer luar. Apabila hasil pengukuran tinggi nok melebihi nilai
minimum, maka poros nok perlu diganti, sedang apabila diameter jurnal
kurang dari minimum, maka poros nok perlu diperbaiki.

a b

Gambar 71. Pengukuran tinggi nok dan diameter luar jurnal

8) Pemeriksaan rantai timing


Pemeriksaan rantai timing meliputi pengukuran panjang rantai,
kekendoran rantai, dan diameter rantai beserta roda giginya.

Gambar 72. Pengukuran panjang rantai

Pengukuran panjang rantai dalam keadaan direntangkan sepenuhnya


dan dilakukan pada tiga tempat atau lebih. Rantai ditarik dengan spring

47
scale dengan tegangan tertentu, kemudian ukur panjang rantai. Apabila
panjang rantai lebih dari maksimum, maka rantai perlu diganti.

Pengukuran kekendoran rantai


menggunakan spring scale dan
mistar geser. Rantai ditarik dengan
tegangan tertentu, kemudian ukur
celah penegang rantai dengan mistar
geser.

Gambar 73. Pengukuran kekendoran rantai

Apabila kekendoran rantai melebihi batas maksimum, maka rantai dan roda
giginya perlu diganti.

Pengukuran diameter roda


gigi dan rantainya
menggunakan mistar geser.
Pada saat pengukuran,
mistar geser harus
menyentuh roller.

Gambar 74. Pengukuran diameter roda


gigi dan rantainya

Apabila diamater roda gigi dan rantainya kurang dari batas minimum, maka
roda gigi dan rantainya perlu diganti.

9) Pengukuran penegang rantai dan peredam getaran


Pengukuran ketebalan
penegang rantai dan peredam
getaran menggunakan mistar
geser. Apabila tebal penegang
rantai dan peredam getaran
kurang dari batas minimum
Gambar 75. Pengkuran penegang maka komponen tersebut perlu
rantai dan peredam getaran diganti.

48
5. Pemasangan Komponen Utama Motor
a. Pemasangan pegas torak
Pemasangan pegas torak harus memperhatikan tanda yang tertera pada
pegas torak. Tanda tersebut dapat berupa angka, kode, titik, dan
sebagainya. Dalam pemasangannya, tanda tersebut harus menghadap ke
atas dan tidak boleh tertukar antara pegas torak 1 dan pegas torak 2, karena
bidang singgung antara pegas torak 1 berbeda dengan pegas torak 2.

Pemasangan pegas torak pada alurnya menggunakan alat khusus yang


disebut “Piston ring expander”.

Gambar 76. Prosedur pemasangan pegas torak

Setelah pegas torak terpasanag pada alurnya, selanjutnya perlu diatur


posisi sambungan pegas torak. Sambungan pegas torak tidak boleh lurus
karena dapat mengakibatkan kebocoran kompresi. Posisi sambungan antara
pegas torak yang satu dengan lainnya dengan melihat jumlah sambungan.
Sebagai contoh apabila jumlah sambungan ada empat, maka posisi
sambungan juga dibagi empat, artinya selisih sudut antara sambungan
pegas torak yang satu dengan lainnya sebesar 360˚/4 = 90˚.

49
Gambar 77. Prosedur pemasangan pegas torak

b. Pemasangan torak dan batang torak serta tutup bantalan batang


torak
Pada torak, batang torak, dan tutup bantalan batang torak juga terdapat
tanda pemasangan. Semua tanda yang ada tersebut dalam pemasangannya
harus menghadap ke depan. Apabila tanda pemasangan pada torak terbalik,
maka akan mempengaruhi offset engine sehingga gaya ke samping yang
ditimbulkan torak semakin besar dan mengakibatkan dinding silinder akan
cepat aus. Pada jenis mesin tertentu, apabila pemasangan torak terbalik
akan mengakibatkan torak dan katup saling tumbukan, karena pada kepala
torak terdapat coakan yang ditempati kepala katup yang diameternya
berbeda antara katup masuk dan katup buang.

50
Gambar 78. Tanda pemasangan pada torak, batang torak, dan tutup
bantalan batang torak

Apabila pemasangan batang torak terbalik, mengakibatkan pelumasan


pada dinding silinder menjadi tidak sempurna, karena lubang oli yang terdapat
pada big end batang torak tertutup. Lubang oli pada big end batang torak akan
menyemburkan oli pada saat big end pada posisi paling atas.

Tutup bantalan batang torak juga tidak boleh dipasang terbalik, artinya
tanda pemasangannya harus menghadap ke depan. Apabila pemaangannya
salah, maka dapat mengakibatkan poros engkol tidak dapat berputar karena
diameter big end batang torak menjadi tidak silindris atau tidak benar-benar
bulat.

c. Pemasangan torak pada silinder


Untuk memasukkan torak dan pegasnya ke dalam silinder diperlukan
alat khusus yang disebut “Piston ring compressor“ yaitu alat yang
fungsinya untuk menekan pegas torak secara serantak sebelum torak
dimasukkan ke dalam silinder. Setelah semua pegas torak ditekan, torak
dapat dimasukkan dengan cara mendorong torak dengan tangkai palu
perlahan-lahan.

51
Gambar 79. Pemasangan torak pada silinder

d. Pemasangan tutup bantalan batang torak


Setelah torak dan batang torak dimasukkan ke dalam silinder, langkah
selanjutnya adalah memasang tutup bantalan batan torak. Tanda
pemasangan yang ada di samping harus lurus dengan tanda yang ada pada
batang torak. Sebelum tutup bantalan dipasang, terlebih dahulu dibersihkan
kemudian bagian yang bersinggungan dengan poros engkol diberi minyak
pelumas yang baru.

Gambar 80. Tanda pemasangan pada tutup bantalan batang torak

e. Pemasangan perpak kepala silinder


Pemasangan perpak kepala silinder perlu mendapat perhatian khusus,
sebab pada perpak kepala silinder terdapat lubang untuk aliran minyak
pelumas. Apabila pemasangan perpak kepala silinder terbalik, maka akan

52
mengakibatkan lubang pelumasan yang menuju ke rocker arm terhambat
sehingga bagian atas mesin tidak mendapat pelumasan.

Gambar 81. Perpak kepala silinder

f. Pemasangan katup-katup dan pegasnya

Gambar 82. Pemasangan katup dan pegasnya

Untuk memasang katup-katup dan pegasnya diperlukan alat khusus


atau special service tool (SST) yang disebut “Valve spring compressor”
atau “Penekan pegas katup”. Alat tersebut bermacam-macam bentuk dan
ukurannya, salah satunya seperti terlihat pada gambar di atas. Pada
prinsipnya alat tersebut untuk menekan pegas katup dengan cara memutar
lengan penekan, sehingga pengunci pegas katup dapat dipasang. Setelah
pengunci dipasang, maka katup dan pegasnya tidak dapat dikeluarkan.

53
g. Pemasangan kepala silinder
Kepala silinder dapat melengkung akibat kesalahan prosedur
pemasangan. Apabila permukaan kepala silinder melengkung dapat
mengakibatkan bercampurnya oli dengan air pendingin, tekanan kompresi
bocor sehingga tenaga motor turun. Oleh karena itu perlu diperhatikan
urutan pengencangan baut pengikat kepala silinder seperti pada gambar
berikut.

Gambar 83. Urutan pengencangan baut kepala silinder

Pengencangan baut pengikat dimulai dari tengah kemudian ke tepi


sesuai dengan nomor urut dan dilakukan secara bertahap. Artinya kalau
baut no 1 dikencangkan satu putaran, baut yang lain juga diputar satu
putaran sehingga tekanan yang diderita kepala silinder merata.

h. Pemasangan unit rocker arm


Untuk memasang unit rocker arm harus mengikuti prosedur seperti
pada gambar berikut. Pelepasan mur dan baut pengikat unit rocker arm
dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan urutan pelepasan yaitu mulai
dari tepi dan akhirnya ke tengah. Prosedur pelepasan mur dan baut pengikat
rocker arm yang keliru dapat menyebabkan rocker shaft (poros rocker arm)
patah.

54
Gambar 84. Prosedur pemasangan unit rocker arm

i. Pemasangan poros engkol


Poros engkol ditumpu oleh bantalan utama yang jumlahnya
tergantung tipe mesin. Sebelum bantalan dipasang, permukaan yang
bersinggungan dengan poros engkol diberi minyak pelumas lebih dulu.
Tujuan pelumasan tersebut untuk mencegah keausan karena pada saat
mesin dihidupkan pertama kali minyak pelumas tidak segera mengalir ke
bagian-bagian yenag perlu mendapat pelumasan. Pemasangan bantalan
utama harus disesuaikan dengan tanda pemasangan dan urutan bantalan
sesuai nomor urut yang tertera pada bantalan tersebut. Tanda pemasangan
bantalan utama umumnya berupa anak panah yang dalam pemasangannya
harus menghadap ke depan.

Gambar 85. Tanda pemasangan bantalan utama

55
Pengencangan baut pengikat bantalan utama (main bearing) dengan
urutan seperti pada gambar berikut. Urutan pengencangan dimulai dari
tengah sesuai nomor urut dan dilakukan secara bertahap.

Gambar 86. Urutan pengencangan baut pengikat bantalan utama

56

Anda mungkin juga menyukai