Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKEKAT PENELITIAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

NENGAH SIRTE

1118086

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014


FILSAFAT ILMU DAN METODE PENELITIAN

A.PENDAHULUAN

Filsafah berasal dari kata filo dan sofia (bahasa yunani).filo artinya
cinta dan menyayangi dan sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu
mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai,orang yang selalu
mencari kebenaran .dalam mencari kebenaran ini mereka mendasarkan kepada
pemikiran dan logika,dan bahkan berspekulasi.hal ini terjadi pada zaman sebelum
ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian menjadi tantangan bagi
para ilmuan selanjutnya, dimana dalam menemukan kebenaran lebih
mementingkan penemuan-penemuan empiris. Logika bukan sebagai metode
untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut. Melihat lahirnya ilmu
adalah ketidakpuasan para ilmuan terhadap penemuan kebenaran oleh para
filosof,maka dapat di katakana bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk
perkembangan filsafat. Selanjutnya di katakan bahwa ilmu filsafat merupakan
induk dari ilmu.

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua


cabang utama,yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
( natural science) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang
ilmu-ilmu sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri
menjadi dua kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat
(biological sciences).ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat di bandingkan
dengan ilmu-ilmu alam. Yang mula-mula berkembang adalah
antropologi,psikologi,ekonomi,sosiologi,dan ilmu politik.selanjutnya,baik cabang-
cabang ilmu alam maupun ilmu-ilmu politik bercabang-cabang lagi sehimgga
sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan.
Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bermacam-macam
ilmu,namun filsafat sendiri tidak tenggelam,bahkan ikut berkembang pula seirama
dengan perkembangan ilmu.dalam arti,yang operasional filsafat adalah suatu
pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau
objek. Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertianya, maka muncul
berbagai macam filsafat, filsafat manusia,filsafat ilmu,dan sebagainya.

B. PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT

Manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna, dalam memehami alam


sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan ( sebagai hasil dari
tahu manusia), ilmu, dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia, yang sekedar menjawab ‘’ what ’’, misalnya apa air,apa manusia,apa
alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab ‘’what
‘’ , melainkan akan menjawab pertanyaan ‘’why’’dan ‘’how’’,misalnya mengapa
air bias mendidih bila di panaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia
bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa
sesuatu itu. Tetapi limu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu
tersebut itu terjadi.

Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tentu,mempunyai metode


atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang
dapat disusun secara sistematis dan dan di akui secara universal, maka
terbentuklah disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat
berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Mempunyai objek kajian


b. Mempunyai metode pendekatan
c. Bersifat universal (mendapatkan pengakuan secara umum).

Sedangkan filsafat adalah suatu ilmu yang kajianya tidak hanya terbatas
pada fakta-fakta saja, meainkan sampai jauh di luar fakta,sampai batas
kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau
jalan pikiran manusia. Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta,
sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu
menjawab atas pertanyaan ‘’why’’ dan ‘’ how ’’. sedangkan filsafat menjawab
pertanyaan ‘’why’’and why and whay’’ dan seterusnya sampai jawaban paling
akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.

Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam


taraf peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi
menyeluruh, melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral
secara keseluruhan, melainkan menggaitkan dengan kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu
ekonomi. Namun demikian, dengan taraf ini secara konsepsual ilmu masih
mendasarkan dari pada norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi, masih
merupakan penerapan etika (appliet ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi
kebutuhan hidupya. Metode yang di pakai adalah normative dan deduktif (
berfikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat khusus) berdasarkan asas-
asas moral yang filsafat. Pada tahap selanjutnya inlu menyatakan dirinya otonom
dari konsep-konsep filsafat dan bertumpu sepenuhnya pada hakikat alam
sebagaimana adanya. Pada taap peralihan, ilmu masih mendasari diri pada norma
yang seharusnya, sedangkan dalam tahap peralihan, ilmu masih mendasari diri
pada norma yang seharusnya, sedangkan dalam tahap terakhir ilmu di dasarkan
atas penemuan-penemuan. Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu
pengetahuan tentang alam dan isinya ini, maka manusia tidak lagi
mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif, melainkan
kombinasi antara deduktif dan induktif ( berfikir dari hal-hal yang khusus pada
hal-hal yang bersifat umum), dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis.
Selanjutnya proses ini di kenal sebagai ‘’ metode deducto hipotetico-verivikatif ’’

Dan metode ini di pakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih di
kenal dengan metode penelitian. Selanjutnja melalui atau menggunakan metode
iImiah ini akan menghasilkan ilmu.

August comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkrmbangan ilmu


pengetahuan tersebut di atas ke dalam tahap religius, matafisik, dan positif. Hal
ini di maksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang di jadikan
postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari
ajaran religi (deducto). Dalam tahap kedua orang mulai berspekulasi berasumsi,
atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisika (keberadaan) ujud yang
menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan mengembangkan
system pengetahuan berdasarkan postulat metafisika tersebut (hipotecico).
Sedangkan tahap ketiga adalah pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas yang
dipergunakan di uji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif (verivikasi).

Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, yang selanjutnya


merupakan kerangka-kerangka metode ilmiah dapat di gambarkan seperti terlihat
dalam skema di bawah:

Skema 1.1

Metode Deducto-Hipotetico-Verivikatif

DEDUKSI- berdasarkan pengalaman-pengalaman atau teori-teori atau dogma-


dogma yang bersifat umum di lakukan dugaan-gugaan atau hipotesis

HIPOTESIS - adalah dugaan yang di tarik berdasarkan teori, dogma, atau


pengalama pengalaman

VERIVIKASI- adalah proses pembuktian untuk hipotesis-hipotesis yang


telah disusun melalui kegiatan

INDUKSI- hasil penelitian tersebut di susun ke dalam suatu teori


yang umum
C. LANDASAN ILMU

Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap


hakekat ilmu. Oleh sebab itu filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu tersebut, seperti:

1. Objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki objek tersebut?
Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia ( misalnya:
berfikir,merasa,mengindra)?
2. Bagaimana proses yang memungkinkan di timbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?hal-hal apa yang harus di perhatikan
agar kita mendapat pengetahuan yang benar? Apa yang di sebut kebenaran
itu sendiri? Apa kriterianya? Cara, tehnik, atau saran apa yang membantu
kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3. Untuk apa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang di telaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
hubungan antara tehnik prosedural yang merupakan oprasionalisasi
metode ilmiah dan norma-norma/ professional?

Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni


kelompok pertama merupakan landasan ontology,kelompok kedua merupakan
landasan epistemology, dan kelompok yang terakhir merupakan landasan
aksiologi. Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut:

a. Landasan ontologism, adalah tentang objek yang di telaah ilmu. Hal itu
berarti tiap ilmu harus mempunyai objek telaahan yang jelas. Di karenakan
diversifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahanya, maka tiap
disiplin ilmu mempunyai landasan antologi yang berbeda.
b. Landasan epistemology, adalah cara yang di gunakan untuk mengkaji atau
menelaah sehingga di peroleh ilmu tersebut. Secara umum metode ilmiah
pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu, yaitu berupa proses kegiatan
induksi-deduksi-verivikasi seperti telah di uraikan di atas.
c. Landasan aksiologi, adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut
dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa
yang bias dapat di sumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta
membagi peningkatan kualitas hidup manusia.

D. SARANA BERFIKIR ILMIAH

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik di perlukan sarana berfikir.


Tersedianya sarana tersebut memungkinkan di lakukan penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal
yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal ini maka
kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam beragai langkah yang harus di tempuhnya. Pada langkat tertentu biasanya
di perlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itu maka sebelum kita
mempelajari sarana-sarana berfikir iliah ini seyogianya kita telah menguasai
langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini maka kita
akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat
yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana
ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara
menyeluruh. Dalam proses pendidikan sarana berfikir ilmiah ini merupakan
bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal.

Pertama,sarana ilmiah bukan merupakan merupakan kumpulan ilmu,


dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan
yang di dapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti di ketahui, salah satu di
antara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam
memdapatkan pengetahuan. Sarana berfikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini
dalam mendapatkan pengetahuanya.

Secara lebih jelas dapat di katakana bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri
dalam mendapat pengetahuanya yang berbeda dengan sarana berfikir ilmiah.
Kedua,tujuan mempelajari sarana berfikir ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan
mempelajari ilmu di maksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang
memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari- hari. Dalam
hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk
menggambarkan materi pengetahuanya berdasarkan metode ilmiah. Jelaslah
bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang
berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuanya, sebab
fungsi sarana berfikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bahkan
merupakan ilmu tersendiri.

Untuk dapat melekukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik maka di


perlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika,dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang di pakai dalam seluruh proses berfikir
ilmiah, dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dilihat
dari pola berfikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berfikir
deduktif.untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri terhadap proses
logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peran yang penting dalam
berfikir deduktif ini,sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam
berfikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita
menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan
pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang di ajukan.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus di dukung oleh penguasa sarana
berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasa itu adalah
mengetahui dengan benar-benar peranan masing-masing sarana berpikir ilmiah.
Sebagai resume dari pengkajian mengenai hakikat sarana berpikir ilmiah, peranan
masing-masing sarana berpikir tersebut di sajikan dalam bagan di bawah ini:
Skema 1.2

Ilmu dan sarana berfikir ilmiah

Logika matemetika

deduksi

khazanah dunia rasional ramalan

ilmu dunia empiris (hipotesis)

industry pengujian

fakta
Statistik Metode penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo.(2005). Metode penelitian kesehatan.Rineka cipta

Anda mungkin juga menyukai