Dasar diagnosis
> Anamnesis
♀ 17 tahun → insidensi tinggi pada usia remaja
KU : penglihatan kabur saat melihat jauh → GK
Akhir-akhir ini mata terasa lelah dan berair disertai rasa
pusing → GK
Mata harus dipicingkan supaya dapat melihat dengan baik →
GK
(x) riwayat penglihatan kabur mendadak, trauma pada mata,
dan mata merah → menyingkirkan diagnosis banding akibat
tumor, trauma, dan konjungtivitis
(x) riwayat hipertensi dan DM → menyingkirkan etiologi-
etiologi sekunder
RPK : (+)→ FR
>Pemeriksaan Oftalmologis
Penglihatan jauh
PRASYARAT
Anatomi Mata
Mata dibagi dalam cavitas orbita, sebagai ruang penampung, dan
bulbus oculi (bola mata sebagai isinya.
Untuk refraksi kita lebih membicarakan Bulbus Oculi.
Lapisan dari bola mata, dari luar kedalam terdiri dari:
1. Tunika fibrosa bulbi.
a. Sclera, lapisan yang kuat, berwarna putih, merupakan 5/6
bagian belakang. Merupakan tempat perlekatan otot
ekstraokuler penggerak bola mata.
b. Cornea, lapisan 1/5 depan, transparan, avaskular, sangat
sensitive.
2. Tunica vasculosa bulbi.
a. Choroidea, terutama berisi unsur pembuluh darah dari a.
Cilliaris brevis.
b. Corpus cilliare, yang merupakan lanjutan choroidea ke
anterior.
Corpus cilliare memegang lensa melalui serabut zonula
Zinii.
Terdiri dari otot m. Cilliaris yang akan berkontraksi
sehingga akan mengurangi tegangan zonula Zinii, yang
memegang lensa, yang akan menyebabkan
pencembungan lensa.
c. Iris. Yang akan membagi jadi camera oculi anterior dan
posterior. Ujung sentralnya membentuk pupil. Mempunyai
m. Constrictor pupillae diatur oleh persarafan parasimpatis
N. III, dan m. dilatator pupillae, diatur persarafan simpatis
3. Tunica interna bulbi
a. Lapisan terdalam bulbus, berupa retina yang merupakan
lapisan saraf penerima cahaya.
b. Pada fundus yang merupakan bagian posterior retina, akan
tampak papilla nervi optici yang merupakan tempat keluar
masuk a. Retinae centralis dan N. Opticus. Dan macula
lutea sebelah lateralnya yang merupakan bagian
penglihatan utama.
Sinar cahaya dari luar akan melewati:
1. Cornea, transparan, tebalnya di bagian central 0,8-0,9 mm, di
bagian perifer 1,1 mm. Cornea tidak mempunyai pembuluh
darah, sehingga nutrisi berasal dari pembuluh darah di
limbus, dan dari humor aqueous melalui endothel cornea.
Terdapat 5 lapisan cornea:
a. Lapisan epithel
b. Membrane bowman
c. Substansia propria (stroma)
d. Membrana Descemet
e. Lapisan endothel
2. Camera oculi anterior, ruang di depan Iris. Berisi cairan
humor aquaeous.
3. Melalui pupil masuk camera oculi posterior
4. Lensa cristalina. Berbentuk biconvex, dinding belakang lebih
cembung dari depan, transparan, lentur bentuknya dapat
berubah pada saat akomodasi. Terdiri dari:
a. Capsula lensa, tebal
b. Epitel subcapsuler, selapis epitel kuboid, hanya di
dinding depan
c. Serat lensa. Berasal dari diferensiasi epitel subcapsuler,
diproduksi seumur hidup.
5. Corpus vitreus. Berupa substansi seperti gel, mengandung air,
elektrolit, serabut kolagen dan asam hyaluron. Corpus
vitreous memegang lensa di dinding posterior, dan retina di
membran limitans interna retinae.
6. Retina. Ada papilla N. optici di medial, dan fovea centralis
yang berisi macula lutea. Disini hanya didapatkan sel kerucut,
yang makin perifer makin berkurang dan bercampur dengan
sel batang. Kedua sel ini merupakan sel fotoreceptor, yang
mengubah rangsang cahaya menjadi rangsang saraf, yang
melalui N. opticus menuju corpus geniculatum laterale
dibagian belakang thalamus. Dari sini neuron berikutnya
melalui radiation optica menuju cortex lobus occipitalis untuk
diolah. Kita dapatkan 10 lapisan retina.
Fisiologi Penglihatan
Proses penglihatan : sinar yang berasal dari obyek penglihatan →
melewati beberapa lapisan media refraksi (yaitu kornea, humor
aqueus, lensa dan humor vitreus) → mengalami pembiasan →
ditangkap oleh reseptor penglihatan pada retina → difokuskan
pada fovea centralis.
Jaras Penglihatan :
Klasifikasi miopia :
Berdasarkan kelainan yang mendasarinya :
1. Miopia refraktif, yaitu bertambahnya kemampuan refraktif
media penglihatan
a. Miopia kurvatur, terjadi peningkatan kurvatura pada
kornea dan lensa misal pada katarak intumesen
b. Miopia indeks bias, terjadi peningkatan indeks bias dari
salah satu atau lebih media refraksi
2. Miopia aksial
Miopia akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih
panjang dari normal, dengan kelengkungan kornea dan lensa
normal.
Berdasarkan derajat beratnya:
1. Miopia ringan, di mana miopia sampai 3 dioptri
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih dari 3 dioptri, sampai 6
dioptri
3. Miopia berat/tinggi/myopia gravior di mana miopia lebih dari
6 dioptri.
Berdasarkan perjalanan klinisnya :
1. Miopia Progresif, miopia yang bertambah terus pada usia
dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata
2. Miopia Maligna/miopia pernisiosa/miopia Degeneratif,
miopia yang berjalan lebih progresif dan dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. Ditandai dengan
adanya kelainan degeneratif pada fundus.
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat,
sedangkan melihat jauh kabur, sehingga disebut rabun jauh.
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala,
mempunyai kebiasaan memicingkan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole. Pasien miopia
mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu
dalam posisi konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Sedangkan gejala objektif yang terjadi
pada pasien miopia yaitu pada pemeriksaan funduskopi terdapat
myopic crescent yaitu gambaran bulan sabit pada polus posterior
mata, pada daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera
oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula
kelainan pada fundus okuli seperti fundus tigroid, degenerasi
makula dan degenerasi retina perifer.
Penatalaksanaan pasien dengan miopia adalah dengan
memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan S-3.00 dan S-3.25 memberikan visus 6/6, maka
lensa koreksi yang dipakai adalah S-3.00. Tujuannya adalah untuk
memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi, atau
dengan kata lain, agar mata penderita tidak mudah lelah karena
“hipermetrop” setelah dikoreksi. Koreksi dapat dilakukan dengan
kacamata, lensa kontak dan bedah refraktif.
b. Hypermetropia /Hyperopia /rabun dekat
Gangguan pembiasaan mata, di mana sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata dalam keadaan tidak berakomodasi akan difokuskan
di belakang retina, sehingga bayangan yang dihasilkan kabur.
Klasifikasi hipermetropia :
Berdasarkan kelainan yang mendasarinya :
1. Hipermetropia Kurvatur, keadaan dimana kelengkungan lensa
atau kornea lebih datar dari normal sehingga kekuatan
refraksinya turun
2. Hipermetropia Aksial, akibat sumbu bola mata antero-
posterior lebih pendek dari normal, dengan kelengkungan
kornea dan lensa normal.
Hipermetropia dibagi menjadi :
1. Hipermetropia Total
Mata dilumpuhkan dengan sikloplegik tetes akomodasi
lumpuh cek dengan pemeriksaan objektif dapat hasilnya
koreksi dengan lensa positif yang sesuai
2. Hipermetropia Manifes
Kalau sudah diperiksa dengan Snellen’s chart visus sudah 6/6
ambil lensa positif tertinggi
a. Hipermetropia Manifes Absolut
hasil pemeriksaan lensa positif terendah saat visus sudah
6/6 ketika diperiksa dengan Snellen’s chart
b. Hipermetropia Manifes Fakultatif
(Hipermetropia manifes) – (Hipermetropia absolut)
3. Hipermetropia Laten
(Hipermetropia total) – (Hipermetropia manifes)
c. Astigmatisme
Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
berhubungan dengan usia dimana terjadi gangguan melihat
dekat. Penyebab terjadinya presbiopia adalah berkurangnya
kemampuan akomodasi lensa mata sehingga tidak dapat
memfokuskan bayangan dari objek yang letaknya dekat jatuh
tepat di retina. Presbiopia juga disebabkan karena perubahan
kurvatura lensa akibat usia yang sudah lanjut dan kelemahan M.
Cilliaris.
Klasifikasi presbiopia :
1. Presbiopia Insipien
Merupakan presbiopia tahap awal di mana penderita hanya
mengeluh perlu usaha lebih dari mata untuk melihat tulisan
yang lebih kecil dari jarak dekat. Pada pemeriksaan visus
didapatkan hasil yang normal.
2. Presbiopia Fungsional
Penderita mulai menunjukkan keluhan dalam melihat dekat
yang seiring dengan penurunan kemampuan akomodasi.
3. Presbiopia Absolut
Kondisi dimana kemampuan akomodasi penglihatan sudah
tidak ada lagi
4. Presbiopia Prematur
Presbiopia muncul pada usia lebih muda dari diperkirakan.
Hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan, nutrisi, penyakit
atau obat-obatan tertentu.
5. Presbiopia Nocturnal
Presbiopia yang muncul pada saat melihat dalam cahaya
yang kurang atau gelap. Hal ini disebabkan karena midriasis
pupil dan penyempitan lapang pandang.
Gejala klinis :
Gejala yang pertama kali dirasakan penderita presbiopia adalah
kesulitan untuk membaca dalam jarak normal atau dekat terutama
pada keadaan dimana cahaya kurang penderita biasanya
memegang buku atau benda yang dilihatnya dengan jarak yang
jauh agar dapat dilihat.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan atau visus merupakan salah satu
cara pemeriksaan subjektif penglihatan sentral. Dapat dilakukan
dengan kartu snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam
penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan jumlah jari
(hitung jari ataupun proyeksi sinar)
Pemeriksaan tajam penglihatan untuk dewasa berbeda dengan
untuk anak-anak. Pada dewasa tes standar yang digunakan adalah
kartu snellen, sedangkan untuk anak memerlukan cara khusus.
Prinsip pemeriksaan refraksi adalah sinar harus datang dari jarak
lebih dari 5-6 meter karena akan berupa sinar parallel, bila kurang
dari 5 meter akan berupa sinar divergen.
Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan
melihat kemampuan mata membaca huruf berbagai ukuran pada
jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka
pecahan seperti 6/6 atau 20/20 untuk penglihatan normal. Pada
keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 6 m atau 20 kaki
yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Tajam
penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 atau
20/15-20/20 kaki.
Bila visus tidak dapat mencapai 6/6 harus dikoreksi dengan lensa
sferis +/- atau lensa silinder +/-. Bila huruf terbesar pada kartu
snellen tak dapat terlihat, maka penderita diminta menghitung jari
pemeriksa yang diletakkan pada dasar yang putih. Normal finger
counting dapat dilihat pada jarak 60 m. bila penderita hanya dapat
menghitung jari pada jarak 3 m, maka visusnya 3/60. Bila pada
jarak yang dekatpun tak dapat menghitung jari, maka penderita
harus dapat mengatakan arah dari gerakan tangan pemeriksa
dengan benar, yang digerak-gerakkan didepannya. Bila penderita
tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 m, maka dilakukan
pemerksaan lambaian/gerakan tangan. Dalam keadaan normal
gerakan tangan dapat dilihat pada jarak 300 m. bila dapat
ditentukan arahnya dengan baik pada jarak 1 meter, maka visusnya
1/300. Bila gerakan tangan tidak dapat dilihat, maka dilakukan
penyinaran pada satu mata, mata yang lain ditutup dan penderita
harus dapat menentukan arah datangnya sinar berasal dari suatu
lampu senter yang disinarkan pada matanya dari bermacam-
macam arah. Bila dapat menentukan adanya sinar maka visus 1/~.
Bila dapat menentukan arah datangnya sinar dengan baik, visus
1/~ dengan proyeksi baik. Bila tidak dapat menentukan arah
datangnya sinar dengan baik maka visus 1/~ dengan proyeksi
buruk. Bila tidak dapat melihat maka visusnya 0.
a. Pemeriksaan myopia
Tujuan : pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat
lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam
penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau
tercapai tajam penglihatan yang baik.
c. Pemeriksaan presbiopia
Bertujuan untuk mengukur derajat berkurangnya
kemampuan seseorang berakomodasi akibat bertambahnya
usia
Dasar : gangguan akomodasi pada usia lanjut terjadi akibat
kurang lenturnya lensa. Pada presbiopia punctum proksimum
(titik terdekat yang masih dapat dilihat) terletak makin jauh di
depan mata disbanding dengan keadaan sebelumnya.
Cara : setelah dilakukan koreksi untuk penglihatan jauh,
pasien diminta untuk membaca kartu baca dekat pada jarak
30-40 cm (jarak baca), pasien diminta untuk membaca huruf
terkecil, diberi lensa positif terkecil mulai S+1.00 yang
dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada
kartu baca dekat pemeriksaan ini biasanya dilakukan
sekaligus pada kedua mata. Ukuran lensa yang memberikan
ketajaman penglihatan dekat sempurna merupakan ukuran
lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca, biasanya :
- Usia 40-45 tahun : S+1.00 Dioptri
- Usia 45-50 tahun : S+1.50 Dioptri
- Usia 50-55 tahun : S+2.00 Dioptri
- Usia 55-60 tahun : S+2.50 Dioptri
- ≥ 60 tahun : S+3.00 Dioptri
Karena jarak baca biasanya 30 cm, maka adisi S+3.00 Dioptri
adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada
seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda
yangdibaca terletak pada titik api lensa S+3.00 Dioptri,
sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
Adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan jarak kerja
pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif
sehingga angka-angka di atas tidak merupakan angka yang
tetap.
Refraktometer
Dalam melakukan pemeriksaan objektif dengan menggunakan alat
refraktometer, maka penentuan keadaan status refraksi pasien
akan dengan sangat mudah dilakukan. Tetapi memerlukan biaya
yang sangat besar untuk alat refraktometer automatik. Dengan
menggunakan alat tersebut, dapat secara lengkap kita dapatkan
kekuatan sferis, silindris dan aksis kelainan refraksi pasien.
Pengoperasian dengan alat ini sangat mudah karena sudah
memakai sistem komputerisasi.
Komponen yang harus diperhatikan pada resep kacamata adalah
mata yang diperiksa od/os/ods, kekuatan lensa+/- aksis, adde,
jarak pupil (jauh dan dekat), nama penderita. Terdapat berbagai
macam jenis kacamata yaitu monofokal, bifokal dan progresif.
Yang harus diperhatikan pula adalah adanya kemungkinan
anisometrop. Anisometrop merupakan keadaan dimana kekuatan
refraksi kedua mata tidak sama, bila perbedaan antara 2 mata
kurang dari 2,5 Dioptri penglihatan binokular masih dapat tercapai
karena masih dapat melakukan fusi, tetapi bila perbedaan lebih
atau sama dengan 2,5 Dioptri akan terjadi kesulitan fusi sehingga
tidak akan terjadi penglihatan binokular, mata yang lemah akan
disupresi dan terjadi ambliopia. Selain anisometropia juga harus
diperhatikan keadaan aniseikonia yaitu adanya perbedaan ukuran
bayangan antara mata kanan dan kiri.
ETIOLOGI
Axis bola mata lebih pendek dari normal
Kelainan media refraksi
Kelainan Indeks Refraksi
FAKTOR RISIKO
herediter, suka melihat dekat, glaukoma, DM, hipertensi,
hipertiroid.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• Penglihatan jarak jauh kabur
• Sakit kepala akibat kelelahan otot mata
• Asthenopia (Mata berair, lelah, dll.)
• Sering menyipitkan mata
• Gejala objektif funduskopi: Myopic crescent , Tigroid fundus ,
Degenerasi makula & retina bagian perifer.
PENATALAKSANAAN
Tujuan :
Memperbaiki visus
Mencegah terjadinya komplikasi
Terapi :
1. Kacamata
OD : S-1.25 OS : S-1.00
2. Lensa kontak
OD : S-1.25 OS : S-1.00
3. Bedah refraksi
a. Tujuan: menghilangkan/ mengurangi kelainan refraksi
b. Meliputi bedah katarak dgn lensa intraocular, bedah
lensa intraocular saja, bedah refraktif kornea
c. Photorefractive Keratectomy dengan Excimer Laser
d. LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
PENCEGAHAN
▫ Jarak baca 30cm, penerangan cukup
▫ Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca atau melihat gambar atau
menggunakan komputer 45 menit, berhenti dahulu 15-20
menit
▫ Gizi gyang seimbang
▫ Koreksi kelainan mata sedini mungkin
▫ Skrining pada anak-anak
KOMPLIKASI
1. Ablatio retina
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
• Berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen.
• Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk
terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina.
• Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena
luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya
bola mata
3. Miopik makulopati
• Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya
pembuluh darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi
sel-sel retina sehingga lapangan pandang berkurang.
Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan berkurangnya lapangan pandang.
4. Glaukoma
Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi
dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula
5. Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan
bahwa pada orang dengan miopia, onset katarak muncul
lebih cepat
PROGNOSIS