Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pkkmb politeknik kesehatan
kemenkes Banjarmasin dengan judul “prosedur pemeriksaan CRP”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….…......1

Daftar Isi……………………………………………………………………………....2

BAB I Pendahuluan ……………………………………………..…............................3

I.I Latar Belakang ………………………………………………………............3

I.II Rumusan Masalah ……………………………………........……………….4

I.III Tujuan Pembahasan ………………………………......…………………...4

BAB II Pembahasan … …………………………………………...........................5

II. I Pengertian CRP ……….……..………………………………………….…5

II. II Manfaat CRP …………………………………………...............................5

II. III Peran CRP …………………..........………................................................6

II. IV Prosedur Pemeriksaan CRP ………………………………………….....10

BAB III Penutup ……………………………………………………...……..............12

Kesimpulan…………………………………………………………………....12

Saran ………………………………………………………………….............12

Lampiran……………………………………………………………………………..13

Daftar Pustaka ………………………………………………………........….…........14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan C-Reaktive Protein Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama
kali ditemukan sebagai bahan dalam serum pasien dengan peradangan akut yang
bereaksi dengan polisakarida C-(kapsuler) dari pneumococcus. Ditemukan oleh
Tillet dan Francis Pada tahun Pada awalnya diperkirakan bahwa CRP adalah
sekresi pathogen seperti peningkatan CPR pada orang dengan berbagai penyakit
termasuk kanker. Namun penemuan sintesis hati menunjukan bahwa CPR adalah
protein asli. Gen CRP terletak pada pertama kromosom (1q21-Q23). CRP adalah
protein 224-residu dengan massa molar dari monomer Da. Protein ini merupakan
disc pentametric annular dalam bentuk dan anggota dari kecil family pentraxins
Definisi CRP C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam
darah yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya
adalah untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan pada permukaan sel-sel
mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system
pelengkap melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi
factor yang dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes). CRP
diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat protein akan
naik sebagai respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya adalah fase
akut termasuk tingkat sedimentasi eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah
Peran C-Reaktive Protein CPR memiliki peran sebagai responfase akut yang
berkembang dalam berbagai kondisi inflamasi akut dan kronis seperti bakteri,
infeksi virus, atau jamur, penyakit inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan, dan
cedera jaringan atau nekrotis. Kondisi ini menyebabkan pelepasan sitokin
interleukin-6 dan lainnya yang memicu sintesis CRP dan fibrinogen oleh hati.
Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu 2 jam dari
tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari respon
fase akut, CRP menurun dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat

3
CRP merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi.
Secara tepat, peningkatan ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan,
infksi, trauma, dan jaringan, keganasan dan gangguan autoimun. Sejumlah besar
kondisi berbeda yang dapat meningkatkan produksi CRP, peningkatan tingkat
CRP juga tidak dapat mendiagnosa penyakit tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan CRP ?
2. Apa manfaat dari CRP ?
3. Apa peran CRP?
4. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan CRP ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu CRP
2. Untuk mengetahui manfaat dari CRP
3. Untuk mengetahui peran CRP
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan CRP

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian CRP
Protein C-reaktif (bahasa Inggris: C-reactive protein, CRP) adalah suatu
protein yang dihasilkan oleh hati, terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di
dalam tubuh. Namun, berhubung protein ini tidak bersifat spesifik, maka lokasi
atau letak organ yang mengalami infeksi atau inflamasi tidak dapat diketahui.
Pemeriksaan CRP juga telah dikembangkan menjadi high-sensitivity CRP
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung pada
masa depan.[2][3] Pada pasien penderita penyakit autoimunitas, CRP juga dapat
dihasilkan tubuh dalam jumlah besar, contohnya pada penderita rheumatoid
arthritis, lupus, atau vasculitis.

B. Manfaat CRP
Pengukuran kadar CRP sering digunakan untuk memantau keadaan pasien
setelah operasi. Pada umumnya, konsentrasi CRP akan mulai meningkat pada 4-6
jam setelah operasi dan mencapai kadar tertinggi pada 48-72 jam setelah operasi.
Kadar CRP akan kembali normal setelah 7 hari pasca-operasi. Namun, bila
setelah operasi terjadi inflamasi atau sepsis maka kadar CRP di dalam darah akan
terus menerus meningkat.
Pada kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh dapat meningkat
hingga 100x kadar CRP pada orang normal sehingga pengukuran CRP sering
digunakan untuk mengetahui apakah pasien dalam kondisi terinfeksi atau
mengalami inflamasi tertentu. Pada saat terjadi infeksi bakteri atau inflamasi,
leukosit akan teraktivasi kemudian melepaskan sitokin ke aliran darah. Sitokin
akan merangsang sel-sel hati (hepatosit) untuk memproduksi CRP.
Pada tahun 2003, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan
the American Heart Association (AHA) merekomendasi penggunaan hsCRP
untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular terutama untuk pasien

5
penderita sindrom koroner akut dan penyakit koroner stabil. Nilai yang dijadikan
acuan untuk penilaian risiko penyakit kardiovaskular tersebut adalah:
< 1 mg/L: risiko rendah
1-3 mg/L: risiko menengah (intermediate)
> 3 mg/L: risiko tinggi
> 10 mg/L mengindikasikan adanya inflamasi atau infeksi aktif.

C. Peran CRP
 Hubungan Gaya Hidup dan CRP
Banyak penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat dan positifantara
obesitas dan hs-CRP dan penurunan berat badan hasil dapat menurunkan
konsentrasi hs-CRP. Hubungan sebab akibat antara obesitas dan CRP juga
didukung oleh bukti laboratorium. Adiposit dan monosit yang berasal dari
makrofag di jaringan massa adiposa mensekresikan sitokin proinflamasi
seperti TNF-α dan IL-6, dan dengan demikian meningkatkan sintesis hepatic
CRP. Peningkatan hs-CRP juga dapat terjadi pada kondisi sindrom metabolik,
suatukelainan metabolik seperti intoleransi glukosa, hipertrigliseridemia, dan
hipertensi yangmeningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus tipe 2,dengan obesitas sentral sebagai komponen inti. Level CRP
dapat semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah fitur metabolik
abnormal pada populasi yang berbeda. Merokok berhubungan dengan
peningkatan kadar hs-CRP. Hubungan ini mungkin dapat dijelaskan oleh
adanya lesi aterosklerotik atau karenaperadangan lokal sistemik atau non-
vaskular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hs-CRP lebih
rendah pada laki-laki dan wanita dengan konsumsi alkohol moderat.
Penelitian kros sektionalmenunjukkan bahwa konsentrasi CRPlebih rendah
dengan meningkatnya tingkat konsumsi alkohol, dan tidak ada penurunan
lebih lanjut di tingkat tertinggi asupan.Konsentrasi hs-CRP yang lebih rendah
telah dilaporkan pada individu dengan aktivitas fisik yang tinggi dan
kebugaran fisik yang tinggi. Hal ini diperkirakan terjadi karena maksimal

6
pengambilan oksigen pada saat melakukan aktifitas fisik. Namuntemuan ini
kurang konsisten. Hubungan terbalik antara aktivitas fisik dan hs-CRP benar-
benar tergantung pada obesitas seperti yang ditunjukkan suatu penelitian.
Meskipun obesitas dan merokok tidak diragukan lagi berhubungan dengan
konsentrasi hs-CRP yang tinggi, penelitianlebih lanjut diperlukan untuk
menjelaskan hubungan alkohol dan aktivitas fisik dengan hs-CRP. Dengan
JMI. Vol.13 No.1, Mei 20164 demikian, sangat penting untuk
memperhitungkan pengaruh faktor-faktor ini dalam menyelidiki hubungan
risiko penyakit dengan hs-CRP [4].
 CRP dan Penyakit Kardiovaskular
Pada Januari 2003, sebuah panel bersama ahli dari American Heart
Association (AHA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
mengeluarkan pernyataan yang mengakui test CRP berguna dalam
menentukan risiko untuk penyakit kardiovaskular [5]. Bukti ilmiah yang
menunjukan hubungan CRP dengan kejadian kardiovaskular semakin banyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan tingkat CRP tertinggi
memiliki sekitar dua kali risiko kardiovaskuler dibandingkan pasien dengan
tingkat CRP terendah [6]. Konsentrasi plasma CRP yang tinggi dikaitkan
dengan 2 kali lipat peningkatan risiko stroke, peningkatan 3 kali lipat risiko
miokard infark (MI), dan peningkatan 4 kali lipat risiko penyakit pembuluh
darah. Hipertensi mengakibatkan kadar peningkatan beberapa penanda
inflamasi, termasuk molekul adhesi leukosit larut. Konsentrasi CRP pada
hipertensi dapat dijelaskan oleh beberapa kovariat pada pasien hipertensi
antara lain usia, jenis kelamin perempuan, peningkatan indeks massa tubuh,
dan konsentrasi lipid [4,5].
 CRP d an Aterosklerosis
Peningkatan konsentrasi total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol
merupakan faktor risiko penting untuk penyakit aterosklerosis. Telah
diketahui dengan baik bahwa inflamasi berhubungan dengan perkembangan
dan progress aterosklerosis. Hal ini diawali dengan aktivasi sel endotel yang

7
mungkin terjadi karena modifikasi LDL, merokok, hipertensi, hiperglikemia,
dan mikroorganisme seperti Chlamydia pneumoniae danvirus herpes. Aktivasi
endotel mempunyai ciri ekspresi molekul adhesi monosit danfaktor
kemotaktik; molekul adhesi monosit memfasilitasi monosit untuk menempel
ke endotelium, dan faktor kemotaktik mengakibatkan migrasi monosit ke
intima dimana diferensiasi monosit makrofag terjadi. Penyerapan modifikasi
LDL oleh makrofag mengakibatkan pembentukan JMI. Vol.13 No.1, Mei
20165 sel busa. Makrofag lipid mensekresikan sejumlah inflamasi sitokin dan
memperkuatperadangan di dinding arteri.
CRP bisa menginduksi aterosklerosis melalui berbagai cara, antara lain : a)
oksigenradikal, dan b) molekul adhesi
a) Oksigen Radikal
CRP mengaktifkan komplemen trombosit dan menginduksi
ekspresi sitokin. Komplemen trombosit yang diaktifkan dan sitokin
merangsang leukosit untuk melepaskan oksigen radikal. CRP
meningkatkan generasi radikal bebas oksigen melalui monosit dan
neutrofil secara langsung. Oksigen radikal terlibat dalam patofisiologi
aterosklerosis.
b) Molekul Adhesi
Sel molekul adhesi yang terlibat dalam atherogenesis. CRP
menginduksi ekspresi molekuladhesi pada sel endotel dan MCP-1.
Oksigenradikal yang dihasilkan oleh CRP juga dapat meningkatkan
ekspresi molekul adhesi. Ekspresi molekul adhesi oleh arterisel
endotel dimodulasi oleh radikal bebas dan stres oksidatif dan ditekan oleh
antioxidants. CRP dan Diabetes Mellitus tipe IIDiabetes Mellitus (DM)
tipe II memberikan risiko lebih tinggi untuk terjadinya semua
penyakit pembuluh darah, antara lain penyakit jantung
iskemik, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah
perifer. Komplikasi makrovaskuler biasanya sebagai akibat dari
aterosklerosis. komplikasi kardiovaskular adalah penyebab

8
utamamortalitas dan morbiditas secara global yang dipengaruhi oleh DM
tipe 2 Hiperglikemia dikenal untuk merangsang pelepasan inflamasi
sitokin TNF-6 dan IL-6 dari berbagai jenis sel. Hiperglikemia dapat
mengakibatkan induksi dan sekresi reaktan phase akut oleh adiposit.
Paparan yang terlalu lama terhadap hiperglikemia saat ini diakui
sebagai faktor penyebab utama dalampatogenesis komplikasi
diabetes termasuk aterosklerosis di monosit. Kronik hiperglikemia
dapat menyebabkan peningkatan pelepasan JMI. Vol.13 No.1, Mei
20166 sitokin. Hiperglikemia dapat menentukan hubungan antara CRP
dan insulin puasa, glukosa puasa dan resistance insulin.Diabetes juga
terkait dengan cacat relaksasi endothelium-dependent, gangguan
generasi nitrat oksida (NO), dan peningkatan penghancuran NO.
Disfungsi endotel merupakan ciri yang umum pada pasien diabetes
dan dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular. Mekanisme diabetes-
disfungsi endotel yang diinduksi antara lain disebabkanproduksi
vasokonstriktor prostanoid danpeningkatan degradasi oksidatif NO.
Defisiensi NO meningkatkan resistensi pembuluh darah dan
mempromosikan aterosklerosis. Selain karenapeningkatan degradasi
oksidatif, mekanisme yang mungkin untuk defisiensi NO dan penyakit
kardiovaskular adalah pengurangan sintesis NO yang disebabkan oleh
dimetilarginin asimetris (ADMA). ADMA merupakan inhibitor
kompetitif endogen dari NO synthase (NOS). Modifikasi asam
amino ini berasal dari protein yang telah dimetilasidan kemudian
dihidrolisis dengan enzim dimetilarginin dimethylaminohydrolase
(DDAH)menyumbang sebagian besar clearance ADMA. DDAH
memetabolisme ADMA menjadi L-citrulline dan dimetilamine. ADMA
diangkat ke tingkatyang secara signifikan dapat menghambat aktivitas
NOS pada individu dengan hiperkolesterolemia, hipertensi,
hyperhomocysinemia, paparan tembakau, dan hyperglycemia.Penderita
diabetes memiliki konsentrasi CRP yang lebih tinggi dan berkaitan

9
eratdengan adipositas. Peningkatan level serum CRP pada individu
yang obese terjadikarena peningkatan sekresi interleukin-6 dan tumor
nekrosis factor di adiposit, yang mengatur produksi CRP di hepatosit
dan menginduksi keadaan peradangan kronis. Peningkatan kadar CRP
dan plasminogen activator inhibitor (PAI) telah dibuktikan
dapatmemprediksi kejadian diabetes tipe 2. Obesitas abdominal dan
sekresi proinflamasi sitokin dan reaktan fase akut dapat menyebabkan
hubungan antara inflamsi kronis dan diabetes tipe 2.Adiposit (sel lemak)
sel yang mensekresikan IL-6 dan jumlah IL-6 diproduksi oleh adiposit
secara proporsional terhadap jumlah massa sel lemak.
 CRP dan Risiko Kanker Inflamasi kronis karena infeksi tertentu dan penyebab
lainnya mempunyai pengaruh terhadap peningkatan risiko kanker tertentu.
Sel-sel ganas mensekresi sitokin proinflamasi yang pada gilirannya
meningkatkan progresi kanker. Nuklir faktor-κB (NF-κB) tampaknya
memainkan peran penting pada inflamasi terkait kanker. Mikroba patogen dan
nekrosis jaringan menyebabkan aktivasi NF-κB dan faktor transkripsi lainnya,
selanjutnyaaktivasi ini mengatur ekspresi sitokin pro-inflamasi, enzim
cyclooxygenase-2 dan molekul lain untuk meningkatkan pertumbuhan dan
progresi tumor. Dengan demikian, penting dilakukan penelitian mengenai
hubungan antara marker inflamasi dan risiko kanker. Marker inflamasi yang
paling sering diteliti adalah hs-CRP dan kanker kolorektal [7,8, 9]. Pada
pasien yang menjalani operasi, level CRP yang lebih tinggi
berhubungandengan risiko yang lebih tinggi terjadinya kekambuhan dan
kematian akibat kanker kolorektal .

D. Prosedur Pemeriksaan CRP


Tidak ada persiapan khusus baik untuk tes standar CRP atau tes hs-CRP.
Namun, jika darah Anda diambil untuk tes lainnya, Anda mungkin harus
berpuasa atau mengikuti petunjuk lainnya. Tanyakan kepada dokter Anda jika
Anda menjalani tes lain pada waktu yang sama. Beberapa obat dapat

10
mempengaruhi tingkat CRP Anda. Beri tahu dokter Anda terkait obat-obatan
yang Anda gunakan. PROSES PEMERIKSAAN CRP (c-reactive protein)
sebagai berikut :
 Tenaga medis yang bertugas mengambil darah Anda akan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
 melilitkan ikatan elastis di sekitar lengan bagian atas Anda untuk
menghentikan aliran darah. Hal ini membuat pembuluh darah di bawah ikatan
membesar sehingga memudahkan untuk menyuntikkan jarum ke dalam
pembuluh
 membersihkan bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol
menyuntikkan jarum ke dalam pembuluh darah. Mungkin diperlukan lebih
dari satu jarum.
 memasangkan tabung ke jarum suntik untuk diisi dengan darah
 melepaskan ikatan dari lengan Anda ketika pengambilan darah dirasa sudah
cukup
 menempelkan kain kasa atau kapas pada bagian yang disuntik, setelah selesai
disuntik
 memberi tekanan pada bagian tersebut dan kemudian memasang perban

11
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa :

1. CRP merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh hati, terutama saat terjadi
infeksi atau inflamasi di dalam tubuh
2. Terdapat manfaat crp yaitu, Pengukuran kadar CRP sering digunakan untuk
memantau keadaan pasien setelah operasi.

B. Saran
Saran yang dapat di berikan adalah sebaiknya pemeriksaan kadar crp secara
kuantitatif juga di lakukan supaya sesuai dengan tujuan yaitu dapat mengetahui
kadar crp dalam serum.

12
LAMPIRAN

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Protein_C-reaktif

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32073/4/Hoirun%20Nisa--
JMI%20Vol.13%20No.1%20%20tahun%202016_NoRestriction.pdf

https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/crp-c-reactive-protein/

14

Anda mungkin juga menyukai