GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
P OS TED BY F AH RU DD IN K URD I A P RIL 15, 2014 P OS TED
IN UN C A TEG O RIZED
Sebagian besar penyakit endokrin mudah dikenali. Akan tetapi
pengobatan pada stadium lanjut tidak mudah dibandingkan bila
penyakit ditemukan lebih dini. Manifestasi dini penyakit endokrin kadang
sulit dinilai baik dalam riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Tubuh berkompensasi terhadap defisiensi hormonal sedemikian rupa
sehingga penyakit berada pada stadium yang sangat lanjut ketika
ditemukan. Di samping itu, gambaran klinis untuk suatu keadaan
tertentu dapat berbeda tergantung pada berat ringannya penyakit dan
sifat kronisitasnya, dan pada beberapa kasus suatu keadaan defisiensi
berat kemungkinan tidak berkembang sebagai suatu manifestasi yang
nyata.
Immunoassay
Sampel yang tidak diketahui dan antibodi diinkubasi, dan antigen yang
berradiolabel ditambahkan pada saat nol atau kemudian. Disiapkan
suatu kurva standar dengan menggunakan antibodi dan suatu
konsentrasi hormon yang diketahui. Dari kurva ini, luasnya inhibisi oleh
hormon yang ditambahkan dari ikatan hormon berlabel diplot, biasanya
sebagai jumlah label terikat sebagai sustu fungsi dari log,konsentrasi
antigen total, yang biasanya memberikan suatu kurva sigmoid . Sebagai
alternatif, suatu plot log dapat digunakan untuk melinierkan data . Kadar
dari hormon dalam sampel didapatkan dengan cara menghubungkan
nilai dengan kurva standar.Secara tradisional imunoassay menggunakan
hormon beradiolabel sebagai antigen. Paling sering digunakan adalah
iodium beradiolabel yang bisa didapatkan dengan suatu aktivitas spesifik
sangat tinggi.
Namun, kerugian dari radioaktivitas dari segi shelf-life dan pengeluaran
yang semakin meningkat untuk pembuangan telah menyebabkan
peningkatan penggunaan cara-cara nonisotopik untuk melakukan
imunoassay di mana antigen dihubungkan dengan suatu enzim,
label9fluoresen, atau partikel lateks yang dapat diaglutinasi dengan
antigen, atau dengan beberapa cara lain, sehingga hal ini dapat
terdeteksi. Enzyme-linked immunosorbentassay (ELISA) yang
menggunakan lempeng titer mikro berlapisantibodi dan reporter antibodi
berlabel enzim kadang-kadang peka seperti radioimmunoassay.
Assay Nonimunologik
Uji Provokatif
Pemeriksaan Pencitraan
(1) Setiap hasil harus diinterpretasi dari segi pengetahuan klinik pasien
dengan menggunakan data dari riwayat dan pemeriksaan fisik.
(2) Kadar basal dari hormon atau efek perifer dari hormon harus
diinterpretasi dari segi cara hormon dilepaskan dan dikendalikan.
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau
juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun
pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
c. CT scan otak
Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi
dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen
adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik
tidak ada.
Pelaksanaan
Persiapan
Pelaksanaan
Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radio
aktif yang tertahan.
* Normal: 10-35%
* Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau
pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama
hipertiroidisme.
b. T3 dan T4 Serum
* Nilai normal pada orang dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl T3: 0,2-
0,3 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas
meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun
pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc.
Klien puasa selama 6 – 8 jam.
* Nilai normal pada:
Dewasa: 25-35% uptake oleh resin Anak: Pada umumnya tidak ada
Persiapan
Pelaksanaan
d. Scanning Tyroid
a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,
sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan
dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada
percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma
diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit one white cloud)
menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1).
Persiapan
Pelaksanaan
b. Percobaan Ellwort-Howard
Cara Pemeriksaan
d. Pemeriksaan radiologi
a. Pemeriksaan Glukosa
Nilai normal:
Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d
Persiapan
Pelaksanaan
Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2
jam PP (post prandial).
Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa
artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh
makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian
dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan
secara terpisah tergantung pada kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat
waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-
obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.
Anak-anak: 31-43%
Bayi: 30-40%
Neonatal: 44-62%
Stimulasi Test
Kesimpulan
Pada kasus ini harus dibuat suatu keputusan untuk memantau pasien. ,
hal ini kadang-kadang terjadi pada sindroma Cushing dependen-ACTH,
di mana diferensiasi antara suatu tumor karsinoid yang nyata dan suatu
adenoma hipofisis yang kecil sebagai sumber dari hipersekresi ACTH
akan memerlukan prosedur invasif yang berisiko. Penghematan biaya
dan efisiensi diagnosis harus merupakan prioritas. Uji dewasa ini
memungkinkan efisiensi dari diagnosis maupun pengeluaran biaya pada
tingkat yang tak terjadi sebelumnya. Dokter dapat menghindarkan
pengeluaran yang tak diperlukan melalui penggunaan keputusan yang
baik.
REFERENSI
Share this:
https://fahruddinkurdi.wordpress.com/2014/04/15/pemeriksaan-penunjang-pada-gangguan-sistem-
endokrin/