Di susun oleh :
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta selesai tepat
pada waktunya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
. Di samping itu penyusun juga berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang dapat membangun
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi .........................................................................................................................................
B. Etiologi..........................................................................................................................................
C. Klasifikasi ....................................................................................................................................
D. Manifestasi klinis .........................................................................................................................
E. Komplikasi ...................................................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................................................
G. Asuhan keperawatan ....................................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arthritis gout terjadi akibat peningkatan kronis konsentrasi asam urat di dalam plasma
(hiperusemia : >7 mg/dl) Stefan Silbernagl, 2012). Adanya penurunan ekskresi asam urat. Kebanyakan
arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi. Arthritis
gout dapat mengenai laki-laki maupun wanita, hanya saja gout memang lebih sering mengenai laki-laki.
Dikatakan bahwa kemungkinan arthritis gout menyerang laki-laki adalah 1 sampai 3 per 1.000 laki-laki
sedangkan pada wanita adalah 1 per 5.000 wanita.
Arthritis gout dapat menyebabkan sakit kepala dan nyeri khususnya pada sendi. Nyeri tersebut
adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non
verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya,
pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk
beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan.
Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses
penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang
lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Salah satu cara
untuk menurunkan nyeri pada pasien gout secara non farmakologi adalah diberikan kompres dingin pada
area nyeri. Perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi nyeri dengan kompres dingin dilakukan dengan
cara yang aman.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari GOUT ?
2. Bagaimana etiologi GOUT ?
3. Bagaimana klasifikasi dari GOUT ?
4. Bagaimana pafofisiologi GOUT ?
5. Apa saja komplikasi yang timbul pada penderita GOUT ?
6. Bagaimana penatalaksanaan, dan pemeriksaan GOUT ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien GOUT ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi GOUT
2. Untuk mengetahui etiologi GOUT
3. Untuk mengetahui klasifikasi GOUT
4. Untuk mengetahui patofisiologi GOUT
5. Untuk mengetahui komplikasi pada GOUT
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan pemeriksaan GOUT
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien GOUT
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI ARTHRITIS GOUT
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi asam
urat di dalam plasma (Stepan, 2012). Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam
tubuh dan terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous
yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) Brunner dan
Suddarth, 2012).
Gout (pirai) adalah penyakit sendi yang disebabkan karena kelainan metabolisme purin.
Penyakit ini mengakibatkan peradangan sendi. Di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang
menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Arthritis gout adalah penyakit
yang terjadi akibat adanya endapan kristal-kristal monosodium urate dalam sendi yang akan
berdampak terjadinya inflamasi dan nyeri pada sendi.
B. ETIOLOGI
Penyakit gout terbagi menjadi 2 jenis, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer adalah
penyakit gout dimana mengalami peningkatan asam urat dan penurunan ekskresi tubular asam urat.
Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Sedangkan gout sekunder terjadi karena konsumsi obat atau toksin, makanan dengan kadar
purin yang tinggi, penyakit darah (penyakit sumsum tulang,polisitemia), kadar trigliserida yang
tinggi yang dapat menurunkan ekskresi asam urat dan mencetusnya serangan akut.
Gejala arthritis gout disebabkan oleh reaksi inflamasi terhadap pembentukan Kristal
monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk golongan
kelainan metabolic. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetic asam urat yaitu
hiperurisemia.. hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan;
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena
penyakit lain seperti leukemia.
2. Kurangnya pengeluran asam urat melalui ginjal;
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal
yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal, disebkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada glomerulonefritis
kronik atau gagal ginjal kronik.
3. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin (kerang-kerangan, jerohan, udang,
cumi, kerang, kepiting, ikan teri)
4. Penyakit kulit (psoriasis)
5. Kadar trigliserida yang tinggi
6. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi.
Factor predisposisi :
usia
genetik
Factor prespitasi :
obesitas
obat-obatan
alkohol
Stress emosional
C. KLASIFIKASI
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut
akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering
penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit
gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-
keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan
fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
2. Stadium interkritikal
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang
sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka
serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut, namun pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun
tanpa keluhan. Dengan manajemen yang tidak baik , maka keadaan interkritik akan berlajut
menjadi stadium dengan pembentukan tofi.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila
penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-
benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa
benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium
urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Pada stadium
ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih. pirai menahun dan berat, yang menyebabkan
terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut dan menyebabkan
kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan
di bawah kulit di sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya, dibawah
kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan
mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur.
1) Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat berlebihan, penurunan
ekskresi asam urat melalui ginjal.
2) Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.
a. Obat-obatan
Salisilat dosis rendah, diuretik, pyrazinamide(obat TBC), levodopa (obat parkinson), asam
nikotinat,ethambutol.
b. Penyakit lain
Insufisiensi ginjal: gagal ginjal adalah salah satu penyebab yang lebih lazim hiperusemia. Pada
gagal ginjal kronikkdar asam urat pada umumnya tidak akan meningkat sampai kretinie clearance
kurang dari 20 mL/menit, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang berperan. Pada kelainan ginjal
tertentu, seperti nefpropati karena keracunan timbal menahun, hiperusemia umumnya telah dapat
diamati bahkan dengan insufisiensi ginjal yang minimal.
D. MANIFESTASI KLINIK
Secara klinis ditandai dengan adanya arthritis, tofi, dan batu ginjal. Daerah khas yang sering
mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam, disebut podagra.
Gejala lain dari artritis pirai akut adalah demam, menggigil, perasaan tidak enak badan dan
denyut jantung yang cepat,.sendi bengkak, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari
sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut).
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, interkritikal gout, dan gout menahun
(kronik) dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi yang
progresif kristal urat.
Serangan gout biasanya timbul mendadak pada malam hari pada satu tempat (biasanya sendi
pangkal ibu jari kaki). Pada saat serangan, daerah sekitar sendi tersebut menjadi panas, merah,
bengkak, dan keras. Dapat juga disertai demam. Nyerinya, yang dapat sangat hebat biasanya
mencapai puncaknya dalam 24 jam.
E. KOMPLIKASI
a. Penyakit ginjal
b. Batu ginjal (endapan kristal)
c. Hipertensi
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
1.Pemeriksaan serum asam urat
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah ( >6 mg% ).
Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%. pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah diperlukan untuk mengetahui apakah kadar asam urat
dalam darah berlebih (hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil pengobatan.pemeriksaan kadar
asam urat dalam darah biasanya juga diminta pada pasien-pasien yang mendapatkan kemoterapi
tertentu. Penurunan berat badan yang cepat yang mungkin terjadi pada kemoterapi tersebut dapat
meningkatkan jumlah asam urat dalam darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam
darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Tapi nilai normal tiap rumah sakit berbeda. Angka leukosit,
menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama
periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3.
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat.
Jumlah normal seseorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika
produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24
jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan feses atau tissue toilet selama
waktu pengumpulan biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
4. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau maternal aspirasi dari
sebuah tofi menggunakan jarum Kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitive gout..
5. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien dengan hiperusemia dan
penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidak batu asam urat.
a. Penatalaksanaan
a) Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk. Hindari makanan tinggi purin
(hati, ikan sarden, daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan
cairan (banyak minum).
b) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti tiazid, diuretic, aspirin, dan asam
nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
c) Mengurangi konsumsi alcohol (bagi peminum alkohol).
d) Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam setelah serangan
menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
b. Penatalaksanaan medik
a) Kolkisin
Efek samping yang ditemui diantaranya sakit perut, diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja
pada peradangan terhadap kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5-0,6 mg
per jam sampai nyeri, mual, atau diare hilang. Kemudian obat dihentikan biasanya pada dosis 4-6 mg,
maksimal 8 mg.
b) OAINS
OAINS yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal 25-50 mg setiap 8 jam,
diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari). Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikum aktif,
gangguan fungsi ginjal dan riwayat alergi terhadap OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
c) Kortikosteroid
Jika sendi yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya
triamsinolon 10-40 mg intraartikular. Untk gout poliartikuar, dapat diberikan secara intravena
(metilprednisolon 40 mg/hair) atau oral (prednisone 40-60 mg/hari).
d) Analgesik
Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena dalam dosis rendah akan
menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan pasien
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran
sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri
pada gerakan, dan kekakuan pada sendi
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus
No Diagnosa Tujuan & kriteria intervensi Rasional
keperawatan hasil
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya endapan kristal-kristal monosodium
urate dalam sendi yang akan berdampak terjadinya inflamasi dan nyeri pada sendi. Adapun faktor
predisposisi yaitu gen dan usia, faktor presipitasi yaitu obat-obatan, stres dll.
Penyakit Arthirtis gout dapat disembuhkan bila penanganannya cepat dan tepat. Anjurkan pasien
diet rendah purin.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien GOUT Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta : EGC.
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima. Jakarta : Yarsif Watampone.